PEMANFAATAN PELEPAH SAWIT DAN HASIL IKUTAN INDUSTRI KELAPA SAWIT TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI PERANAKAN
SIMENTAL FASE PERTUMBUHAN
SKRIPSI
OLEH
ANDYKA YUDITH TARIGAN 040306040
DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PEMANFAATAN PELEPAH SAWIT DAN HASIL IKUTAN INDUSTRI KELAPA SAWIT TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI PERANAKAN
SIMENTAL FASE PERTUMBUHAN
SKRIPSI
OLEH
ANDYKA YUDITH TARIGAN 040306040
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Judul : Pemanfaatan Pelepah Sawit dan Hasil Ikutan Industri Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan Simental Fase Pertumbuhan
Nama : Andyka Yudith Tarigan
NIM : 040306040
Departemen : Peternakan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS)
Ketua Anggota
(Ir. Edhy Mirwandhono, MSi.)
Mengetahui,
Ketua Departemen Peternakan (Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP)
ABSTRAK
ANDYKA YUDITH TARIGAN : Pemanfaatan Pelepah Sawit dan Hasil Ikutan Industri Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan Simental Fase Pertumbuhan. Dibawah bimbingan Bapak HASNUDI sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak EDHY MIRWANDHONO sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui level penggunaan pelepah daun sawit terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan pada sapi peranakan simental. Perlakuannya adalah P1 = pakan dengan 10%
Pelepah Daun Kelapa Sawit, P2 = pakan dengan 20% pelepah daun kelapa sawit,
P3 = pakan dengan 30% pelepah daun kelapa sawit, P4 = pakan dengan 40%
pelepah daun kelapa sawit. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Jl. Prof. A. Sofyan no. 3 Medan yag di mulai pada bulan Maret sampai dengan bulan September 2009. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan bujur sangkar latin (RBSL) dengan 4 perlakuan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemanfaatan pelepah sawit sampai level 10% dalam pakan meningkatkan konsumsi pakan, menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 0.675kg/ekor/hari dan meningkatkan efisiensi pakan.
ABSTRACT
ANDYKA YUDITH TARIGAN : Utilization of Oil Palm Frond and Side
Product Industry on Oil Palm Plantation by - product on Growth of Weaning Simental Crossbred Growth Phase. Under advised of HASNUDI as a supervisor and EDHY MIRWANDHONO.
The goal of experiment is to observe the level of utilization of oil palm frond and industry on oil palm plantation by-product on feed consumption, average daily gain and feed conversion ratio of weaning Simental Crossbred during this research. This research was conducted in Biological Veterinary Laboratory at the animal science Department of Agriculture Faculty of North Sumatera University, Jl. Prof. A. Sofyan no. 3 Medan. Beginning from March 2009 to September 2009. This research was conducted by using latin square
design (LSD) with four treatments. The treatments were P1 = feedstuff of 10% oil
palm frond, P2 = feedstuff of 20% oil palm frond, P3 = feedstuff of 30% oil palm
frond, P4 = feedstuff of 40% oil palm frond.
The result of this research indicated that utilization of oil palm frond in feed on oil palm plantation by - product has increase feed consumption, average daily gain has 0.675 kg/head/day and feed efficient be well.
RIWAYAT HIDUP
Andyka Yudith Tarigan, lahir di Munte, Sumatera Utara, 19 September
1986. Merupakan anak pertama dari empat bersaudara, anak kandung dari Bapak
Drs. H. Tarigan dan Ibu E. br. Ginting.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis hingga saaat ini:
1. Tahun 1991 masuk TK Budi Murni 2 Medan, lulus tahun 1992
2. Tahun 1992 masuk SD Budi Murni 2 Medan, lulus tahun 1998
3. Tahun 1998 masuk SLTP Budi Murni 3 Medan, lulus tahun 2001
4. Tahun 2001 masuk SMA Negeri 1 Medan, lulus tahun 2004
5. Tahun 2004 diterima sebagai mahasiswa di Departemen Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui SPMB
Kegiatan yang pernah diikuti penulis :
1. Pada tanggal 20 Juni – 11 Juli Tahun 2008 mengikuti Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, Kabupaten
Simalungun, Sumatera Utara
2. Melaksanakan penelitian skripsi pada bulan Maret 2009 hingga Agustus
2009 di Unit Penelitian dan Latihan Departemen Peternakan Fakultas
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pemaanfaatan Pelepah Sawit Dan
Hasil Ikutan Industri Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan Simental Fase Pertumbuhan“ yang merupakan salah satu syarat untuk mengadakan penelitian dan memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hasnudi,
MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Edhy Mirwandhono, M.Si
yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada Penulis dalam penyusunan
skripsi ini. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.
Ir. Zulfikar Siregar, MP, dan Ibu Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc., selaku Ketua dan
Sekretaris Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga skripsi ini bermanfaat
bagi kita semua.
Medan, September 2010
DAFTAR ISI
Produktivitas Ternak Sapi ... 4
Kebutuhan Nutrisi Ternak Sapi ... 5
Kebutuhan Protein ... 6
Pelepah Daun Kelapa Sawit... 11
Bungkil Inti Sawit... ... 11
Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Badan Sapi ... 19
Konversi Pakan dan Efisiensi Pakan ... 22
Parameter Penelitian... ... 26
Konsumsi Pakan (BK)... ... 26
Pertambahan Bobot Badan (g)... ... 26
Feed Convertion Ratio (FCR)... ... 27
Pelaksanaan Penelitian... 27
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan... ... 31
Pertambahan Bobot Badan... ... 33
Konversi Pakan... ... 36
Rekapitulasi Hasil Penelitian... ... 39
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 40
Saran ... ... 40 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Kebutuhan nutrisi pakan sapi... 5
2. Kandungan nilai gizi serat perasan buah kelapa sawit ... 10
3. Kandungan gizi pelepah daun kelapa sawit ... 11
4. Kandungan gizi dedak padi ... 12
5. Kandungan nilai gizi bungkil sawit ... 12
6. Kandungan nilai gizi molases ... 16
7. Formulasi pakan perlakuan I ... 31
8. Formulasi pakan perlakuan II ... 31
9. Formulasi pakan perlakuan III ... 31
10. Formulasi pakan perlakuan IV ... 31
11. Rataan konsumsi pakan sapi peranakan simental selama penelitian dalam bahan kering (kg/ekor/hari) ... 33
12. Analisis keragaman konsumsi pakan sapi ... 34
13. Rataan pertambahan bobot badan sapi peranakan simental (kg/ekor/hari) . 34 14. Analisis keragaman pertambahan bobot badan sapi ... 36
15. Rataan konversi pakan selama penelitian ... 37
16. Analisis keragaman konversi pakan ... 39
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Proses pengolahan pelepah sawit sebagai salah satu bahan pakan ... 28
2. Skema pembuatan pakan perlakuan ... 30
3. Grafik Rataan konsumsi pakan sapi peranakan simental selama penelitian . 32
4. Grafik Rataan pertambahan berat badan sapi selama penelitian ... 34
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Data konsumsi pakan sapi periode I (kg) (BK) ... 47
2. Data konsumsi pakan sapi periode II (kg) (BK) ... 48
3. Data konsumsi pakan sapi periode III (kg) (BK) ... 49
4. Data konsumsi pakan sapi periode IV (kg) (BK) ... 50
5. Data konsumsi pakan sapi selama penelitian (kg/ekor/hari) (BK) ... 51
6. Rataan konsumsi pakan sapi selama penelitian (kg/ekor/hari) (BK) ... 51
7. Analisis keragaman konsumsi pakan sapi ... 51
8. Grafik rataan konsumsi pakan sapi hasil penelitian ... 52
9. Data berat badan sapi selama penelitian (kg) ... 52
10. Data pertambahan berat badan sapi selama penelitian (kg/ekor/hari) ... 52
11. Rataan pertambahan berat badan sapi selama penelitian (kg/ekor/hari) ... 53
12. Analisis keragaman pertambahan berat badan sapi ... 53
13. Grafik rataan pertambahan berat badan sapi selama penelitian... 53
14. Data konversi pakan sapi selama penelitian ... 54
15. Rataan konversi pakan sapi selama penelitian... 54
16. Analisis keragaman konversi pakan ... 54
17. Grafik rataan konversi pakan sapi selama penelitian ... 55
ABSTRAK
ANDYKA YUDITH TARIGAN : Pemanfaatan Pelepah Sawit dan Hasil Ikutan Industri Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan Simental Fase Pertumbuhan. Dibawah bimbingan Bapak HASNUDI sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak EDHY MIRWANDHONO sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui level penggunaan pelepah daun sawit terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan pada sapi peranakan simental. Perlakuannya adalah P1 = pakan dengan 10%
Pelepah Daun Kelapa Sawit, P2 = pakan dengan 20% pelepah daun kelapa sawit,
P3 = pakan dengan 30% pelepah daun kelapa sawit, P4 = pakan dengan 40%
pelepah daun kelapa sawit. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Jl. Prof. A. Sofyan no. 3 Medan yag di mulai pada bulan Maret sampai dengan bulan September 2009. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan bujur sangkar latin (RBSL) dengan 4 perlakuan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemanfaatan pelepah sawit sampai level 10% dalam pakan meningkatkan konsumsi pakan, menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 0.675kg/ekor/hari dan meningkatkan efisiensi pakan.
ABSTRACT
ANDYKA YUDITH TARIGAN : Utilization of Oil Palm Frond and Side
Product Industry on Oil Palm Plantation by - product on Growth of Weaning Simental Crossbred Growth Phase. Under advised of HASNUDI as a supervisor and EDHY MIRWANDHONO.
The goal of experiment is to observe the level of utilization of oil palm frond and industry on oil palm plantation by-product on feed consumption, average daily gain and feed conversion ratio of weaning Simental Crossbred during this research. This research was conducted in Biological Veterinary Laboratory at the animal science Department of Agriculture Faculty of North Sumatera University, Jl. Prof. A. Sofyan no. 3 Medan. Beginning from March 2009 to September 2009. This research was conducted by using latin square
design (LSD) with four treatments. The treatments were P1 = feedstuff of 10% oil
palm frond, P2 = feedstuff of 20% oil palm frond, P3 = feedstuff of 30% oil palm
frond, P4 = feedstuff of 40% oil palm frond.
The result of this research indicated that utilization of oil palm frond in feed on oil palm plantation by - product has increase feed consumption, average daily gain has 0.675 kg/head/day and feed efficient be well.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Populasi penduduk yang terus berkembang, meningkatnya pengetahuan
serta kesadaran masyarakat terhadap pentingnya konsumsi protein hewani
mengakibatkan permintaan terhadap kebutuhan pangan yang berasal dari ternak
terus meningkat. Dalam usaha memenuhi kebutuhan pangan tersebut juga
diperlukan ternak dalam jumlah besar. Untuk memproduksi ternak dalam jumlah
besar terdapat berbagai kendala, antara lain kebutuhan pakan untuk ternak yang
semakin besar tidak diimbangi dengan ketersediaan bahan pakan yang cukup serta
harga pakan yang mahal.
Sapi potong merupakan salah satu sumber daya ternak penghasil bahan
makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Ternak sapi
menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan
berupa daging, dan juga hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit, tulang,
dan lain-lain. Sapi sebagai salah satu hewan pemakan rumput sangat berperan
sebagai pengumpul bahan makanan bergizi rendah yang diteruskan kepada
manusia dalam bentuk daging.
Dalam usaha peternakan, pakan merupakan salah satu faktor utama yang
mempengaruhi sukses tidaknya usaha tersebut. Salah satu upaya dalam pengadaan
pakan bagi ternak adalah memanfaatkan seoptimal mungkin lahan serta
pemanfaatan limbah dan hasil samping komoditi perkebunan dan pertanian.
Pemenuhan kebutuhan konsumsi ternak dengan menggunakan bahan
serta hasil samping industri seperti bungkil inti sawit dan molases, dapat dijadikan
sebagai bahan pakan alternatif karena disamping memiliki kandungan nutrisi yang
cukup baik juga memilki ketersediaan yang cukup banyak karena produksi dari
perkebunan tersebut tersedia sepanjang tahun.
Perkebunan kelapa sawit sangat berpotensi untuk mengembangkan seluruh
hewan ternak ruminansia, khususnya sapi. Perkebunan kelapa sawit merupakan
tanaman yang berkembang pesat di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Direktorat Jenderal Perkebunan (2004) menyatakan luas perkebunan kelapa sawit
Indonesia mencapai 4.686.000 Ha dengan produksi tandan buah segar 5.456.700
ton. Daerah Sumatera Utara sendiri pada tahun 2005 memiliki luas perkebunan
kelapa sawit mencapai 948.800 Ha dengan produksi tandan buah segar sebanyak
3.439.748 ton sehingga di wilayah Sumatera Utara tingkat pertumbuhan produksi
perkebunan kelapa sawit sangat signifikan dalam menghasilkan banyak hasil
sampingan. Hal ini memberikan peluang bagi peternak dalam memanfaatkan hasil
samping dari perkebunan kelapa sawit sebagai pakan alternatif ternak (khususnya
ternak sapi).
Atas dasar pemikiran ini maka perlu diadakan suatu penelitian tentang
pengaruh pemberian pelepah daun kelapa sawit sebagai limbah perkebunan serta
pemanfaatan hasil samping industri kelapa sawit seperti bungkil inti sawit, serat
perasan buah kelapa sawit terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan,
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pelepah dan daun kelapa sawit dalam pakan berbasis hasil samping industri kelapa sawit
terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan konversi pakan sapi
peranakan simental fase pertumbuhan.
Hipotesis Penelitian
Pemberian pelepah dan daun kelapa sawit dalam pakan berbasis hasil
samping industri kelapa sawit akan berpengaruh positif terhadap konsumsi pakan,
pertambahan bobot badan dan konversi pakan sapi peranakan simental fase
pertumbuhan.
Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi
peneliti, kalangan akademis maupun peternak (khususnya peternak sapi)
mengenai penggunaan pelepah dan daun kelapa sawit berbasis hasil samping
industri kelapa sawit sebagai pakan dalam usaha penggemukan sapi serta sebagai
bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat menempuh ujian
sarjana pada Departemen Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
TINJAUAN PUSTAKA
Sapi Peranakan Simental
Sapi peranakan simental berasal dari Switzerland. Sapi ini memiliki ciri -
ciri yaitu ukuran tubuh besar, pertumbuhan otot bagus, penimbunan lemak di
bawah kulit rendah, warna bulu pada umumnya krem agak coklat atau sedikit
merah, muka, keempat kaki dari lutut serta ujung ekor berwarna putih. Ukuran
tanduk kecil, bobot sapi betina mencapai 800 kg, dan jantan 1.150 kg
(Pane , 1986).
Produktivitas Ternak Sapi
Produktivitas adalah hasil yang diperoleh dari seekor ternak pada ukuran
waktu tertentu (Hardjosubroto, 1994) dan Seiffert (1978) menyatakan bahwa
produktivitas sapi potong biasanya dinyatakan sebagai fungsi dari tingkat
reproduksi dan pertumbuhan. Tomaszewska et al. (1988) menyatakan bahwa
aspek produksi seekor ternak tidak dapat dipisahkan dari reproduksi ternak yang
bersangkutan, dapat dikatakan bahwa tanpa berlangsungnya reproduksi tidak akan
terjadi produksi. Dijelaskan pula bahwa tingkat dan efesiensi produksi ternak
dibatasi oleh tingkat dan efesiensi reproduksinya. Produktivitas sapi potong dapat
juga dilihat dari jumlah kebuntingan, kelahiran, kematian, panen pedet (Calf
crop), perbandingan anak jantan dan betina, jarak beranak, bobot sapih,
bobot setahun (yearling), bobot potong dan pertambahan bobot badan
Kebutuhan Nutrisi Ternak Sapi
Wahyono dan Hardianto (2004) menyatakan kebutuhan nutrisi pakan sapi
untuk tujuan produksi (pembibitan dan penggemukan) dapat dilihat pada Tabel 1
berikut :
Tabel 1. Kebutuhan nutrisi pakan sapi
Uraian Bahan ( %) Tujuan Produksi
Pembibitan Penggemukan
Sumber : Wahyono dan Hardianto (2004)
Kebutuhan ternak akan zat gizi terdiri atas kebutuhan hidup pokok dan
produksinya. Zat - zat pakan dalam ransum hendaknya tersedia dalam jumlah
yang cukup dan seimbang sebab keseimbangan zat - zat pakan dalam ransum
sangat berpengaruh terhadap daya cerna (Tillman dkk., 1991). Kemampuan ternak
ruminansia dalam mengkonsumsi ransum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1) faktor ternak itu sendiri yang meliputi besar tubuh atau bobot badan, potensi
genetik, status fisiologi, tingkat produksi dan kesehatan ternak; 2) faktor ransum
yang diberikan, meliputi bentuk dan sifat, komposisi zat - zat gizi, frekuensi
pemberian, keseimbangan zat - zat gizi serta kandungan bahan toksik dan anti
nutrisi dan 3) faktor lain yang meliputi suhu dan kelembaban udara, curah hujan,
Kebutuhan Protein
Protein adalah senyawa organik kompleks yang mempunyai berat molekul
tinggi. Ruminansia mendapatkan protein dari 3 sumber, yaitu protein mikrobia
rumen, protein pakan yang lolos dari perombakan mikrobia rumen dan sebagian
kecil dari endogenus (Tillman dkk.., 1991). Tubuh memerlukan protein untuk
memperbaiki dan menggantikan sel tubuh yang rusak serta untuk produksi.
Protein dalam tubuh diubah menjadi energi jika diperlukan. Protein dapat
diperoleh dari bahan - bahan pakan yang berasal dari tumbuh - tumbuhan dan
yang berasal dari biji - bijian (Lubis, 1992). Protein didalam tubuh ternak
ruminansia, dapat dibedakan menjadi protein yang dapat disintesis dan protein
tidak dapat disintesis.
Protein yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia yaitu dalam bentuk PK
dan Prdd. Protein kasar adalah jumlah nitrogen (N) yang terdapat didalam pakan
dikalikan dengan 6,25 (N x 6,25), sedangkan Prdd adalah protein pakan yang
dicerna dan diserap dalam saluran pencernaan (Parakkasi, 1995).
Kebutuhan Energi
Energi dalam pakan umumnya berasal dari karbohidrat dan lemak.
Pentingnya energi dalam pakan tercermin dari adanya 2 macam metode
pengukuran yaitu metode pengukuran TDN merupakan sistem ukuran yang paling
tua yang berdasar pada fraksi - fraksi yang tercerna dari sistem Wende serta
sumbangan energinya. Sistem yang kedua adalah sistem kalori berdasar pada
Kekurangan energi dapat mengakibatkan terhambatnya pertambahan bobot
badan, penurunan bobot badan dan berkurangnya semua fungsi produksi dan
terjadi kematian bila berlangsung lama (Tillman dkk.., 1991). Menurut
Parakkasi (1999) ternak memanfaatkan energi untuk pertumbuhan dan produksi
setelah kebutuhan hidup pokoknya terpenuhi. Kebutuhan energi akan meningkat
seiring dengan pertambahan bobot badan. Tinggi rendahnya TDN dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain bobot badan dan konsumsi pakan itu sendiri.
Kebutuhan energi akan meningkat seiring dengan pertambahan bobot badan. TDN
atau energi merupakan total dari zat pakan yang paling dibutuhkan. Kelebihan
energi akan disimpan dalam bentuk lemak badan, tetapi sebaliknya jika pakan
yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan energinya maka lemak tubuh akan
dirombak untuk mencukupi kebutuhan energi untuk hidup pokok ternak yang
tidak tercukupi dari pakan.
Kebutuhan Mineral
Tubuh hewan memerlukan mineral untuk membentuk jaringan tulang dan
urat, untuk memproduksi dan mengganti mineral dalam tubuh yang hilang, serta
untuk memelihara kesehatan (Parakkasi, 1995). Mineral berfungsi untuk bahan
pembentuk tulang dan gigi yang menyebabkan adanya jaringan yang keras dan
kuat, memelihara keseimbangan asam basa dalam tubuh, sebagai aktivator system
Pakan Ternak Sapi
Menurut Hardianto (2000) ada beberapa pengertian tentang bahan pakan
ternak yaitu sebagai: 1) Sumber serat yaitu adalah bahan - bahan yang memiliki
kandungan serat kasar (SK) > 18% (contoh: limbah pertanian dan kulit biji
polong - polongan). 2) Sumber energi yaitu bahan - bahan yang memiliki kadar
protein kurang dari 20% dan serat kasar kurang dari 18% atau dinding selnya
kurang dari 35% (contoh: biji - bijian, kacang - kacangan, buah - buahan, umbi -
umbian dan sisa penggilingan). 3) Sumber protein yaitu bahan - bahan yang
memiliki kandungan protein kasar > 20% (contoh : berasal dari tumbuh-tumbuhan
seperti bungkil, bekatul maupun yang bukan berasal dari tumbuh - tumbuhan
seperti silase ikan). 4) Sumber mineral yaitu bahan - bahan yang memiliki
kandungan mineral yang cukup tinggi, misalnya makanan berbutir dan umbi
-umbian. 5) Pakan tambahan yaitu bahan - bahan tertentu yang ditambah kedalam
ransum, seperti : Obat - obatan, anti biotika, hormon, air dan zat flavour.
Menurut Parakkasi (1995) pakan merupakan semua bahan yang bisa
diberikan dan bermanfaat bagi ternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas
tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ternak untuk
kehidupannya seperti air, karbohidrat, lemak, protein, mineral dan air.
Pakan yang di berikan sebaiknya jangan sekedar untuk mengatasi rasa
lapar atau sebagai pengisi perut saja melainkan harus benar-benar bermamfaat
untuk kebutuhan hidup, membentuk sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak
Pakan ternak ruminansia pada umumnya terdiri dari hijauan sperti rumput,
leguminosa dan konsentrat. Pemberian pakan berupa kombinasi
kedua bahan tersebut akan menjamin terpenuhinya zat - zat gizi
(Smith dan Mangkoewidjojo,1988).
Konsentrat
Ternak ruminansia membutuhkan konsentrat untuk mengisi kekurangan
makanan yang diperolehnya dari hijauan. Pemberian konsentrat pada sapi tidak
sama dengan hewan lainnya (Novirma, 1991).
Konsentrat adalah pakan yang memiliki protein dan energi yang cukup
tinggi PK ≥ 18%. Pada ternak yang digemukkan semakin banyak konsentrat
dalam pakan akan semakin baik asalkan konsumsi serat kasar tidak kurang dari 15
% BK pakan. Oleh karena itu, banyaknya pemberian pakan konsentrat adalah
formula pakan harus terbatas agar tidak terlalu gemuk (Parakkasi, 1995).
Pemberian konsentrat terlalu banyak akan meningkatkan konsentrasi
energi pakan yang dapat menurunkan tingkat konsumsi sehingga tingkat konsumsi
energi sendiri dapat berkurang (Parakkasi, 1995).
Penggemukan bertujuan untuk memperbaiki karkas dengan jalan
mendoposit lemak seperlunya. Bila hewan dewasa digunakan untuk penggemukan
ini sifatnya membesarkan sambil memperbaiki kualitas karkas (Parakkasi, 1995).
Serat Perasan Buah Kelapa Sawit
Serat perasan buah kelapa sawit digunakan sebagai pakan ruminansia
walaupun nilai kandungan gizi rendah, serat perasan buah yang dapat diberikan
pada omasum (Hasan dan Ishida, 1991). Serat perasan buah kelapa sawit
merupakan hasil sampingan yang diperoleh dari proses pemerasan kelapa sawit.
Sebagai campuran makanan ternak, serat perasan buah ini cenderung cocok
diberikan pada ternak ruminansia (seperti sapi dan kerbau) karena mengandung
serat kasar cukup tinggi.
Tabel 2. Kandungan nilai gizi serat perasan buah kelapa sawit
Kandungan Zat Nilai Gizi (%)
Bahan kering 93,11a
a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000)
b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP - USU, Medan (2005)
Pelepah Daun Kelapa Sawit
Kandungan gizi pelepah daun kelapa sawit berdasarkan hasil analisis
proksimat dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Kandungan gizi pelepah daun kelapa sawit
Zat nutrisi Nilai Gizi (%)
Bahan kering 93,4b
Protein kasar 13,13a
Lemak kasar 4,47a
BETN 39,82a
TDN 65,00b
Sumber : a. Laboratorium Makanan Ternak IPB (2000)
b. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2005)
Bungkil Inti Sawit
Bungkil inti sawit merupakan produk samping yang berkualitas karena
diinformasikan bahwa bungkil inti sawit dapat diberikan 30% dalam pakan sapi
(Batubara dkk., 1993).
Menurut Davendra (1997) bungkil inti sawit (BIS) adalah limbah hasil
ikutan dari ekstraksi inti sawit. Bahan ini diperoleh dengan proses kimiawi atau
cara mekanik. Walaupun kandungan proteinnya agak baik tapi karena serat
kasarnya tinggi dan palatabilitasnya rendah sehingga menyebabkan kurang cocok
bagi ternak monogastrik dan lebih cocok pada ternak ruminansia.
Kandungan nilai gizi dalam bungkil inti sawit dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan nilai gizi bungkil inti sawit
Uraian Nilai Gizi (%)
Bahan Kering 92,6a
Protein Kasar 21,51b
Serat kasar 10,5a
a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Departemen Peternakan FP USU (2005) b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000)
Dedak Padi
Dedak padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari pemisahan beras
dengan kulit gabahnya melalui proses penggilingan padi dari pengayakan hasil
ikutan penumbukan padi. Sedangkan menurut sebagai bahan makanan asal nabati,
dedak memang limbah proses penggilingan padi menjadi beras. Oleh sebab itu
kandungan nutrisinya juga cukup baik, dimana kandungan protein dedak halus
sebesar 12% - 13%, kandungan lemak 13%, dan serat kasarnya 12%
Tabel 5. Kandungan nutrisi dedak padi
Kandungan zat Nilai Gizi (%)
Bahan kering 89,1
Protein kasar 13,8
Serat kasar 11,2
Lemak kasar 8,2
TDN 64,3
Sumber : Tillman dkk. (1991)
Garam Dapur
Garam dapur adalah sejenis
Bentuknya kristal putih, dihasilkan dari
tersedia secara umum adalah Sodium klorida. Garam sangat diperlukan tubuh,
namun bila dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan berbagai penyakit.
Garam dapur diperlukan oleh ternak sebagai perangsang menambah nafsu makan.
Garam juga merupakan unsur yang sangat dibutuhkan dalam kelancaran faali
tubuh (Sumopraswoto, 1993).
Semua herbivora akan suka memakan garam apabila disediakan dalam
bentuk jilatan (lick) atau dalam bentuk halus dalam tempet mineral. Oleh karena
itu biasanya garam digunakan sebagai campuran fosfor atau mineral mikro dan
senyawa lainnya seperti obat parasit (Tillman dkk.., 1981).
Pada umumnya bahan makanan yang digunakan untuk ternak tidak cukup
mengandung Na dan Cl untuk memenuhi kebutuhan produksi optimum (termasuk
unggas). Hampir semua bahan makanan nabati (termasuk khususnya hijauan
tropis) mengandung Na dan Cl relatif lebih kecil dibanding bahan makanan
hewani. Oleh karena itu bahan makanan ruminan (terutama hijauan) harus
Urea
Urea adalah suat
2H4 atau (NH2)2CO. Urea juga
dikenal dengan nama carbamide yang terutama digunakan di kawasan Eropa.
Nama lain yang juga sering dipakai adalah carbamide resin, isourea, carbonyl
diamide dan carbonyldiamine. Senyawa ini adalah senyawa organik sintesis
pertama yang berhasil dibuat dari
Parakkasi (1995) menyatakan bahwa disamping dapat menguntungkan,
urea dapat pula merugikan karena dapat menyebabkan keracunan (minimal tidak
bermanfaat) bila penggunaannya tidak semestinya. Oleh karena itu beberapa
prinsip dasar penggunaanya perlu diketahui, dimana batas penggunaan urea dalam
ransum sekitar 8%.
Ultra Mineral
Zat - zat mineral lebih kurang merupakan 3 - 5% dari tubuh hewan. Hewan
tidak dapat membuat mineral, sehingga harus disediakan dalam makanannya. Dari
hasil penelitian dapat diterangkan bahwa mineral tersebut harus disediakan dalam
perbandingan yang tepat dan dalam jumlah yang cukup. Terlalu banyak mineral
dapat membahayakan individu. Suatu keuntungan ialah bahwa sebagian besar
mineral dapat diberikan dalam jumlah yang besar dalam pakan tanpa
mengakibatkan kematian, tetapi kesehatan hewan menjadi mundur sehingga
menyebabkan kerugian ekonomis besar (Tillman dkk, 1991).
Mineral yang dibutuhkan ternak memang relatif sedikit, namun mineral
sangat penting dan diperlukan kesempurnaan makanan yang dikonsumsi oleh
dua kelompok, yakni mineral makro yang terdiri dar Ca, P, Mg, Na, K dan Cl,
serta mineral mikro yang terdiri atas Cu, Mo, Fe dan lain-lain. Kebutuhan akan
mineral makro lebih banyak dibandingkan jumlah kebutuhan mineral mikro
(Parakkasi, 1995).
Parakkasi (1995) menyatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan mineral,
mungkin dapat diusahakan bila ruminan bersangkutan dapat mengkonsumsi
hijauan yang cukup. Hijauan tropis umumnya mengandung (relatif) kurang
mineral (terutama di musim kemarau) maka umumnya ruminan di daerah tropis
cenderung defisiensi mineral.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan mineral pada ternak.
Diantaranya adalah bangsa ternak, umur, jenis kelamin, pertumbuhan, kesuburan
berkembang biak, laktasi, iklim, pakan, kandungan mineral tanah, keseimbangan
hormonal dan kegiatan fali di dalam tubuh (Tillman dkk., 1991).
Menurut Tillman dkk. (1981) secara umum mineral - mineral berfungsi
sebagai berikut : Bahan pembentukan tulang dan gigi yang menyebabkan adanya
jaringan keras dan kuat, mempertahankan keadaan koloidal dari beberapa
senyawa dalam tubuh, memelihara keseimbangan asam basa tubuh, aktivator
sistem enzim tertentu, komponen dari suatu enzim, mineral mempunyai sifat yang
karakteristik terhadap kepekaan otot dan saraf.
Molases
Molases dapat digunakan sebagai pakan ternak. Keuntungan penggunaan
seperti kobalt, boron, jodium, tembaga, mangan dan seng. Sedangkan
kelemahannya adalah kadar kaliumnya yang tinggi dapat menyebabkan diare bila
dikonsumsi terlalu banyak (Rangkuti et al., 1985). Kandungan nilai gizi molases
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kandungan nilai gizi molases
Kandungan Zat Nilai Gizi (%)
Bahan kering
a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000)
b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP - USU, Medan (2005) Konsumsi Pakan
Konsumsi Bahan Kering (BK)
Bahan kering adalah bahan yang terkandung di dalam pakan setelah
dihilangkan airnya. Sapi potong mampu mengkonsumsi ransum berupa bahan
kering sebanyak 3 - 4% dari bobot badannya (Tillman dkk., 1991). Fungsi bahan
kering pakan antara lain sebagai pengisi lambung, perangsang dinding saluran
pencernaan dan menguatkan pembentukan enzim, apabila ternak kekurangan BK
menyebabkan ternak merasa tidak kenyang.
Jumlah konsumsi bahan kering pakan dipengaruhi beberapa variabel
meliputi palatabilitas, jumlah pakan yang tersedia dan komposisi kimia serta
kualitas bahan pakan. Parakkasi (1995) menyatakan ketersediaan zat makanan
yang dibutuhkan oleh mikroba rumen untuk menjalankan fungsi yang normal
harus mendapatkan perhatian khusus misalnya pertambahan suplai sumber N pada
bahan makanan yang rendah proteinnya akan meningkatkan konsumsi dari bahan
berbagai jenis ternak ditentukan oleh konsumsi (60%), kecernaan (25%) dan
konversi hasil pencernaan produk yaitu sekitar 15%.
Kemampuan ternak untuk mengkonsumsi BK berhubungan erat dengan
kapasitas fisik lambung dan saluran pencernaan secara keseluruhan
(Parakkasi, 1999). Menurut Tillman dkk. (1991) palatabilitas pakan dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya rasa, bentuk dan bau dari pakan itu sendiri.
Pakan konsentrat yang diberikan pada ternak masih dalam kondisi yang baik dan
tidak ada efek ketengikan sehingga dapat meningkatkan konsumsi. Pemberian
pakan konsentrat dapat meningkatkan daya cerna pakan secara keseluruhan,
makin banyak konsentrat yang dapat dicerna, berarti arus pakan dalam saluran
pencernaan menjadi lebih cepat, sehingga menyebabkan pengosongan rumen
meningkat dan menimbulkan sensasi lapar pada ternak akibatnya memungkinkan
ternak untuk menambah konsumsi pakan.
Konsumsi BK menurut Lubis (1992), dipengaruhi oleh beberapa hal
diantaranya : 1) Faktor pakan, meliputi daya cerna dan palatabilitas dan 2) faktor
ternak yang meliputi bangsa, jenis kelamin, umur dan kondisi kesehatan ternak.
Fungsi BK pakan antara lain sebagai pengisi lambung, perangsang dinding
saluran pencernaan dan menguatkan pembentukan enzim, apabila ternak
kekurangan BK menyebabkan ternak merasa tidak kenyang. Tingginya konsumsi
BK dipengaruhi oleh palatabilitas pakan.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Parakkasi (1999) bahwa pemberian konsentrat
untuk penggemukan sapi potong biasanya 60% (dalam BK ransum). Pakan
pencernaan menjadi lebih cepat, sehingga menyebabkan pengosongan rumen
meningkat dan menimbulkan sensasi lapar pada ternak akibatnya memungkinkan
ternak untuk menambah konsumsi pakan.
Konsumsi pakan antara lain dipengaruhi oleh bobot hidup ternak. Semakin
tinggi bobot hidup ternak, konsumsi BK pakan semakin tinggi pula. Selain karena
bobot hidupnya yang berbeda, konsumsi pakan yang berbeda ini juga
dikarenakan bangsa ternak yang berbeda (Kearl, 1982). Sesuai dengan pendapat
Sumadi et al. (1991), bahwa bangsa ternak dapat mempengaruhi konsumsi pakan
karena kecepatan metabolisme pakan pada setiap bangsa ternak berbeda apabila
mendapat pakan dengan kualitas yang sama.
Tingkat konsumsi bahan kering dipengaruhi oleh beberapa faktor, bisa dari
ternak itu sendiri maupun faktor dari luar. Faktor dari ternak itu sendiri antara
lain : Bobot badan, umur, kondisi tubuh, stres yang diakibatkan oleh lingkungan.
Sedangkan faktor dari luar ternak seperti makanan yaitu sifat fisik dan komposisi
kimia makanan yang dapat mempengaruhi kecernaan yang selanjutnya
mempengaruhi tingkat konsumsi pakan (Parakkasi, 1995).
Konsumsi Protein Kasar (PK)
Tillman dkk. (1991) menyatakan bahwa tubuh memerlukan protein untuk
memperbaiki dan menggantikan sel tubuh yang rusak serta untuk produksi.
Protein dalam tubuh diubah menjadi energi jika diperlukan. Protein dapat
diperoleh dari bahan - bahan pakan yang berasal dari tumbuh - tumbuhan dan
yang berasal dari biji - bijian. Dijelaskan lebih lanjut oleh Parakkasi (1995) bahwa
protein adalah untuk memperbaiki jaringan, pertumbuhan jaringan baru,
metabolisme, sumber energi, pembentukan anti bodi, enzim - enzim dan hormon.
Crampton dan Harris (1969), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
konsumsi PK adalah jumlah BK pakan yang dikonsumsi. Konsumsi BK pakan
memegang peranan penting, karena menurut Tilllman dkk. (1998), dari BK pakan
tersebut ternak memperoleh zat - zat nutrisi penting, seperti energi, protein,
vitamin dan mineral.
Konsumsi TDN
Tillman dkk. (1991) bahwa kelebihan konsumsi TDN sebagai satuan
energi akan disimpan dalam bentuk glikogen dan lemak. Menurut Parakkasi
(1999) ternak memanfaatkan energi untuk pertumbuhan dan produksi setelah
kebutuhan hidup pokoknya terpenuhi. Kebutuhan energi akan meningkat seiring
dengan pertambahan bobot badan. Tinggi rendahnya TDN dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain bobot badan dan konsumsi pakan itu sendiri, jika
pakan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan energinya maka lemak tubuh
akan dirombak menjadi energi.
Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Badan Sapi
Pertumbuhan adalah pertambahan berat badan atau ukuran tubuh sesuai
dengan umur, sedangkan perkembangan adalah berhubungan dengan adanya
perubahan ukuran serta fungsi dari berbagai bagian tubuh semenjak embrio
sampai menjadi dewasa. Proses pertumbuhan pada ternak sapi dimulai sejak awal
akhirnya perlahan - lahan lagi atau sama sekali berhenti sehingga membentuk
kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid. Menurut Smith dan Mangko widjojo
(1988) pertumbuhan yang cepat terjadi pada periode lahir hingga usia penyapihan
dan pubertas, namun setelah usia pubertas hingga usia dewasa, laju pertumbuhan
mulai menurun dan akan terus menurun hingga usia dewasa. Pada usia dewasa,
pertumbuhan sapi berhenti. Sejak sapi dilahirkan sampai dengan usia pubertas
(sekitar umur 8 - 10 bulan) merupakan fase hidup sapi yang laju pertumbuhannya
sangat cepat. Pertambahan bobot badan sapi ditentukan oleh berbagai faktor,
terutama jenis sapi, jenis kelamin, umur, ransum, dan teknik pengelolaannya.
Pertumbuhan adalah pertambahan dalam bentuk dan berat
jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging, tulang, otak, jantung dan semua jaringan-jaringan
tubuh (kecuali jaringan lemak) serta alat-alat tubuh lainnya. Lebih lanjut
dikatakan pertumbuhan murni adalah pertambahan dalam jumlah protein dan zat.
Sedangan pertambahan akibat penimbunan lemak atau penimbunan air bukanlah
pertumbuhan murni (Parakkasi, 1985).
Parakkasi (1985) menyatakan dalam pertumbuhan seekor hewan ada 2 hal
yang terjadi : 1) Bobot badannya meningkat mencapai bobot badan dewasa yang
disebut pertumbuhan dan 2) Terjadinya perubahan konfirmasi dan bentuk tubuh
serta berbagai fungsi dan kesanggupannyaiuntuk melakukan sesuatu menjadi
wujud penuh yang disebut perkembangan.
Pane (1986) menyebutkan bahwa pertumbuhan ternak adalah pertumbuhan
bobot badan atau ukuran tubuh sesuai dengan umur dan dapat dilukiskan sebagai
garis atau sigmoid (huruf S). Perkembangan lebih banyak ditentukan oleh
Kurva hubungan antara bobot badan dengan linier adalah suatu bentuk S
(sigmoid). Ada fase awal yang pendek dimana bobot badan sedikit meningkat
umur, hal ini diikuti oleh pertumbuhan eksflosif kemudian akhirnya ada fase yang
tingkat pertumbuhan yang sangat rendah (Durrand, 1971).
Ternak yang mempunyai potensi genetik yang tinggi akan memiliki
respons yang baik terhadap pakan yang diberikan dan efisiensi pakan yang dicapai
tingggi (Devendra,1997).
Soeparno (1998) dan Tillman dkk. (1998) melaporkan bahwa faktor
genetis dan asupan nutrisi sangat mempengaruhi terhadap kecepatan pertumbuhan
ternak. Sapi eks - impor yang memiliki kecepatan pertumbuhan tinggi (misal sapi
peranakan Simmental, Limousin, Frishian Holstein), tidak akan mampu
memberikan PBBH (pertambahan bobot badan harian) sesuai kemampuan
genetisnya apabila asupan nutrisi yang diberikan sama seperti penggemukan pada
sapi lokal. Demikian sebaliknya untuk sapi lokal (misal sapi Peranakan
Ongole/PO) yang secara genetis memiliki kecepatan pertumbuhan rendah sampai
sedang, juga tidak akan mampu memberikan PBBH seperti sapi eks - impor
walaupun diberikan asupan nutrisi lebih dari kebutuhannya (Tillman dkk., 1998
dan Aryogi et al., 2005).
Pengurangan pakan akan memperlambat kecepatan pertumbuhan dan bila
pengurangan pakan yang nyata akan menyebabkan ternak kehilangan berat
Mathius et al. (2005), dimana pakan perlakuan dengan susunan pelepah
sawit, solid yang diperkaya, dan bungkil inti sawit yang meningkatkan
pertambahan bobot badan harian sapi peranakan simental sebesar 0.60
kg/ekor/hari.
Pengurangan akan memperlambat kecepatan pertumbuhan dan bila
pengurangan pakan yang nyata akan menyebabkan ternak kehilangan berat
badannya (Tomaszewska et al., 1988).
Tillman dkk. (1991) yang menyatakan bahwa kuantitas dan kualitas
ransum yang diberikan menyangkut dengan tinggi rendahnya produksi dan
kecepatan pertumbuhan sapi yang sedang tumbuh. Kualitas ransum erat
hubungannya dengan pemilihan bahan – bahan ransum makanan penguat.
Konversi Pakan dan Efisiensi Pakan
Hardianto (2000) menyatakan bahwa efisiensi penggunaan pakan untuk
sapi berkisar 7,52 - 11,29%, dan konversi pakan yang baik adalah 8,56 - 13,29.
Konversi pakan dipengaruhi oleh ketersediaan zat - zat gizi dalam ransum dan
kesehatan ternak. Semakin tinggi nilai konversi pakan berarti pakan yang
digunakan untuk menaikkan bobot badan persatuan berat semakin banyak atau
efisiensi pakan rendah. Menurut Tillman (1991) konversi pakan sangat
dipengaruhi oleh kondisi ternak, daya cerna ternak, jenis kelamin, bangsa,
kualiltas dan kuantitas pakan, juga faktor lingkungan. Efisiensi pakan untuk
produksi daging dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu bangsa ternak, komposisi
Konversi pakan dipengaruhi oleh ketersediaan zat - zat gizi dalam ransum
dan kesehatan ternak, semakin tinggi nilai konversi pakan berarti pakan yang
digunakan untuk menaikkan bobot badan persatuan berat semakin banyak atau
efisiensi pakan rendah (Wahyono dan Hardianto, 2004).
Konversi pakan hasil penelitian Astutik et al. (2002) pada sapi peranakan
simental yang diberi pakan jerami padi dan konsentrat dengan formula urea
mollases (molases 40%) menghasilkan konversi pakan sebesar 10,18. Konversi
pakan sapi peranakan simental yang diberi jerami padi fermentasi dengan
suplementasi dedak padi dan jamu berupa telur ayam 2 minggu sekali sebanyak
3 - 5 butir/ekor serta konsentrat komersial pada penelitian Umiyasih et al. (2002)
sebesar 10,31.
Konversi pakan adalah perbandingan atau rasio antar jumlah pakan yang
dikonsumsi oleh ternak dengan produk yang dihasilkan oleh ternak tersebut
(Pane, 1986). Menurut Lubis (1999) konversi pakan sangat dipengaruhi oleh
kondisi ternak, daya cerna, jenis kelamin, bangsa, kualiltas dan kuantitas pakan,
juga faktor lingkungan yang tidak kalah penting. Efisiensi pakan didefinisikan
sebagai perbandingan jumlah unit produk yang dihasilkan (pertambahan bobot
badan) dengan jumlah unit konsumsi pakan dalam satuan waktu yang sama
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Ternak, Departemen
Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini
berlangsung selama enam bulan dimulai bulan Maret 2009 sampai September
2009.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan
Sapi peranakan simental yang digunakan sebagai objek penelitian
sebanyak 4 ekor. Bahan pakan yang digunakan terdiri dari : Pelepah daun kelapa
sawit, bungkil inti sawit, serat perasan buah kelapa sawit, molases, dedak padi,
ultra mineral, garam dan urea. Obat - obatan seperti obat cacing Wormzol - B,
rodalon sebagai desinfektan dan vitamin B – kompleks sebagai suplemen
tambahan. Air minum diberikan secara ad libitum.
Alat
Kandang individu 4 unit beserta perlengkapannya, tempat pakan sebagai
wadah pakan. Papan sebagai alas saat pengukuran bobot badan sapi, chopper
sebagai alat pencincang pelepah sawit dan mixer sebagai alat pencampuran
berbagai bahan pakan. Ember 4 buah sebagai wadah/tempat air minum.
Timbangan duduk kapasitas 500 kg sebagai alat penimbang bobot badan sapi.
Timbangan dengan kapasitas 10 kg sebagai alat penimbang bahan pakan dengan
pembersih kandang, alat tulis sebagai alat pencatat data selama penelitian. Kereta
sorong sebagai alat pengangkut bahan pakan, lampu sebagai alat untuk penerang
kandang.
Metode Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah rancangan
bujur sangkar latin 4 x 4. Perlakuan yang diteliti adalah :
P1 = Pakan dengan kandungan pelepah sawit sebesar 10%
P2 = Pakan dengan kandungan pelepah sawit sebesar 20%
P3 = Pakan dengan kandungan pelepah sawit sebesar 30%
P4 = Pakan dengan kandungan pelepah sawit sebesar 40%
S1 = Sapi pertama
S2 = Sapi kedua
S3 = Sapi ketiga
S4 = Sapi keempat
Sehingga kombinasi perlakuan yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
S1P1 S2P4 S3P2 S4P3
S1P3 S2P2 S3P4 S4P
S1P4 S2P3 S3P1 S4P2
Model matematika yang digunakan Sastrosupadi (2000) adalah
Y ijk = µ + T j + B j + Kk + є ijk
Dimana :
Y ijk = Hasil pengamatan dari perlakuan ke-i, baris ke-j dan kolom ke-k
T i = Pengaruh perlakuan ke-i
B j = Pengaruh baris ke-j
K k = Pengaruh kolom ke-k
µ = Nilai tengah umum
є ijk = Pengaruh galat karena perlakuan ke-i, baris ke-j dan kolom ke- k
Parameter penelitian
Konsumsi Pakan (BK)
Konsumsi pakan dihitung berdasarkan selisih antara jumlah pakan yang
diberikan dikurangi dengan jumlah pakan yang sisa.
Konsumsi Pakan = Pakan yang diberikan – Pakan sisa
Pertambahan Bobot Badan (g)
Pertambahan bobot badan diperoleh dengan menghitung selisih bobot
badan akhir dengan selisih bobot badan awal. Dimana penimbangan dilakukan
setiap 14 hari sekali.
Feed Convertion Ratio (FCR)
Konversi pakan merupakan ratio antara konsumsi pakan dengan
pertambahan bobot badan.
Konsumsi Pakan Pertambahan Bobot Badan
Pelaksanaan penelitian 1. Peralatan kandang
Kandang dan semua peralatan yang digunakan seperti tempat pakan dan
minum dibersihkan dan didesinfektan.
2. Pengolahan pelepah sawit sebagai salah satu bahan pakan perlakuan
Pengolahan pelepah sawit sebagai salah satu bahan pakan perlakuan
membutuhkan beberapa proses pengolahan. Berikut skema pengolahan
Dikumpulkan pelepah sawit
Dilayukan pelepah sawit yang telah dikumpulkan hingga layu
Di chooper
Dijemur
Pelepah sawit disimpan dalam goni plastik
Pelepah sawit sebagai salah satu bahan pakan
Gambar 1. Proses pengolahan pelepah sawit sebagai salah satu bahan pakan
3. Pembuatan pakan perlakuan
Pembuatan pakan perlakuan menggunakan beberapa bahan antara lain :
Molases, pelepah kelapa sawit, bungkil inti sawit, dedak, serat perasan buah
kelapa sawit, molases, garam, urea dan air. Komposisi setiap bahan yang akan
digunakan sebagai percobaan disesuaikan dengan perlakuan yang diberikan.
Proses pembuatan dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut :
a. Premixing yaitu mencampur komponen bahan yang digunakan dalam
jumlah sedikit.
b. Mixing yaitu mencampur semua komponen bahan yang akan digunakan.
c. Drying yaitu pengeringan dengan cara penjemuaran.
Disediakan masing – masing bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan pakan perlakuan
Ditimbang masing – masing bahan pakan sesuai perlakuan
Dicampur semua bahan dalam satu wadah
Diaduk hingga merata/homogen
Disimpan dalam karung/goni plastik
Pakan perlakuan siap diberikan ke ternak
Tabel 7. Formulasi pakan perlakuan I
Bahan pakan Jumlah
(%)
Tabel 8. Formulasi pakan perlakuan II
Bahan pakan Jumlah
(%)
Tabel 9. Formulasi pakan perlakuan III
Bahan pakan Jumlah
(%)
Tabel 10. Formulasi pakan perlakuan IV
Bahan pakan Jumlah
4. Pemberian pakan dan air minum
Pakan perlakuan diberikan secara ad libitum. Sisa pakan yang diberikan
ditimbang keesokan harinya untuk mengetahui konsumsi pakan ternak
tersebut. Sebelum dilakukan penelitian diberikan waktu untuk beradaptasi
dengan pakan perlakuan secara terjadwal selama 2 minggu. Pemberian air
minum juga dilakukan secara ad libitum. Air diganti setiap hari dan tempatnya
dicuci dengan air bersih.
5. Pemberian obat - obatan
Ternak sapi pertama masuk kandang diberikan obat cacing Wormzol – B® dan
vitamin B - kompleks sebanyak 5 - 10 ml/ekor selama masa adaptasi 3
minggu, sedangkan obat lain diberikan sesuai kondisi ternak.
6. Periode pengambilan data
Konsumsi pakan dihitung setiap hari, sedangkan penimbangan bobot badan
sapi dengan timbangan digital dilakukan dalam selang waktu 14 hari sekali.
7. Analisis data
Data pengamatan konsumsi pakan dianalisis. Hasil analisis kimiawi pakan,
ditabulasi. Dan data bobot badan sapi yang telah diperoleh, ditabulasi dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan adalah kemampuan ternak dalam menghabiskan sejumlah
pakan yang diberikan secara ad libitum.Konsumsi pakan dapat dihitung dengan
pengurangan jumlah pakan yang diberikan dengan sisa pakan yang ada.Adapun
rataan konsumsi pakan sapi peranakan simental yang diberikan pakan perlakuan
(pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit) dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Rataan konsumsi pakan sapi peranakan simental selama penelitian dalam Ibahan kering (kg/ekor/hari)
Perlakuan Ulangan Rataan Sd
S1 S2 S3 S4
P1 6.96 6.08 6.50 6.37 6.48 0.36
P2 6.71 6.16 6.26 6.79 6.48 0.31
P3 6.43 6.22 6.57 6.64 6.47 0.18
P4 6.22 6.16 6.56 6.36 6.33 0.17
Rataan 6.58 6.15 6.47 6.54 6.44 0.26
Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat rataan konsumsi konsumsi pakan sapi
peranakan simental sebesar 6.44 kg/ekor/hari dengan standart deviasi sebesar
0.26. Rataan konsumsi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (Pakan dengan
kandungan pelepah sawit sebesar 10%) sebesar 6.48 kg/ekor/hari dengan standart
deviasi sebesar 0.36, sedangkan rataan konsumsi pakan terendah terdapat pada
perlakuan P4 (Pakan dengan kandungan pelepah sawit sebesar 40%) sebesar 6.33
Perbedaan konsumsi pakan dari keempat perlakuan ini dapat digambarkan
sesuai dengan Gambar 3.
Gambar 3. Grafik rataan konsumsi pakan sapi selama penelitian
Efek penggunaan pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit
sebagai pakan perlakuan terhadap konsumsi pakan dalam bahan kering dapat
diketahui dengan melakukan analisis keragaman.
Tabel 12. Analisis keragaman konsumsi pakan sapi
SK DB JK KT Fhitung Ftabel
Secara statistik dapat diketahui bahwa penggunaan pelepah sawit dan hasil
ikutan industri kelapa sawit sebagai pakan perlakuan memberikan pengaruh yang
tidak berbeda nyata terhadap konsumsi pakan sapi peranakan simental.Sekalipun
level penggunaan pelepah sawit dari keempat perlakuan berbeda tetapi tetap saja
memberikan hasil yang sama terhadap konsumsi pakan sapi peranakan simental.
Kandungan nutrisi dari keempat pakan perlakuan yang dapat dikatakan sama, baik
itu kadar protein kasar, energi metabolis maupun serat kasarnya merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan hasil dari konsumsi pakan sapi peranakan simental
tidak berbeda nyata satu sama lain. Tingkat palatabilitas keempat pakan perlakuan
inilah yang mempengaruhi ternak dalam mengkonsumsi pakan yang diberikan.
Sesuai dengan pendapat Lubis (1992) yang menyatakan bahwa konsumsi bahan
kering (BK) dipengaruhi olehbeberapa hal diantaranya : 1) Faktor pakan, meliputi
daya cerna dan palatabilitas dan 2) faktor ternak yang meliputi bangsa, jenis
kelamin, umur dan kondisikesehatan ternak. Hal ini juga sesuai dengan pendapat
Parakkasi (1995) yang juga menyatakan bahwa palatabilitas pakan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah konsumsi pakan.
Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan bobot badan sapi peranakan simental dalam penelitian ini
diperoleh dari hasil penimbangan bobot badan akhir dikurangi dengan bobot
badan awal penimbangan.Pengukuran bobot badan dilakukan dengan selang
waktu 14 hari sekali.Berikut rataan pertambahan bobot badan sapi peranakan
simental selama penelitian.
Tabel 13. Rataan pertambahan bobot badan sapi peranakan simental selamapenelitian (kg/ekor/hari)
Perlakuan Ulangan Rataan Sd
S1 S2 S3 S4
Seperti yang tertera pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa rataan pertambahan
bobot badan sapi peranakan simental selama penelitian adalah 0.643
kg/ekor/hari.Dimana rataan pertambahan bobot badan tertinggi terdapat pada
perlakuan P1 (pelepah 10%) dengan PBBH sebesar 0.675 kg/ekor/hari.Sedangkan
rataan pertambahan bobot badan terendah terdapat pada perlakuan P3 (pelepah
30%) dan P4 (pelepah 40%) sebesar 0.616 kg/ekor/hari.
Perbedaan rataan pertambahan bobot badan sapi peranakan simental dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik rataan pertambahan berat badan sapi selama penelitian
Sekalipun terdapat perbedaan dari rataan pertambahan bobot badan sapi
peranakan simental, untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari pakan
perlakuan yang diberikan terhadap pertambahan bobot badan sapi peranakan
simental maka perlu dilakukan analisis keragaman. Berikut analisis keragaman
Tabel 14. Analisis keragaman pertambahan bobot badan sapi
Analisis keragaman di atas menunjukan hasil bahwa perlakuan yang
diberikan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap pertambahan
bobot badan sapi.Pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit yang
digunakan sebagai pakan perlakuan ternyata memberikan pengaruh yang tidak
berbeda nyata terhadap pertambahan bobot badan sapi peranakan simental.
Pakan perlakuan yang diberikan pada sapi peranakan simental memiliki
kuantitas dan kualitas yang hampir sama. Pemberian pakan secara ad libitum ini
menyebabkan tingkat konsumsi pakan yang semakin tinggi yang pada akhirnya
menghasilkan pertambahan bobot badan yang semakin tinggi pula.Hal ini
didukung oleh pernyataan Tillman dkk. (1991) yang menyatakan bahwa kuantitas
dan kualitas ransum yang diberikan menyangkut dengan tinggi rendahnya
produksi dan kecepatan pertumbuhan sapi yang sedang tumbuh.
Rataan pertambahan bobot badan sapi peranakan simental yang dihasilkan
pada penelitian ini berkisar 0.616 – 0.675 kg/ekor/hari. Sama halnya dengan
meningkatkan pertambahan bobot badan harian sapi peranakan simental sebesar
0.60 kg/ekor/hari.
Konversi Pakan
Konversi pakan adalah perbandingan atau rasio antar jumlah pakan
yangdikonsumsi oleh ternak dengan produk yang dihasilkan oleh ternak tersebut.
Rataan konversi pakan yang diperoleh dari penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 15.
Tabel 15. Rataan konversi pakan selama penelitian
Perlakuan Ulangan Rataan Sd
S1 S2 S3 S4
Konversi pakan selama penelitian seperti pada Tabel 15 menunjukan
rataan konversi pakan sebesar 10.06.Dimana rataan konversi pakan tertinggi
terdapat pada perlakuan P3 (Pelepah 30%) sebesar 10.51. sedangkan rataan
konversi pakan terendah atau paling efisien dari seluruh perlakuan terdapat pada
perlakuan P1 (pelepah 10%) sebesar 9.62.
Pakan perlakuan P4 dimana penggunaan pelepah kelapa sawit sebesar 40%
ternyata memberikan nilai konversi pakan yang lebih baik atau menunjukan
efisiensi pakan yang lebih baik dibandingkan dengan pakan perlakuan P3 yang
Konversi pakan dari hasil penelitian ini dapat digambarkan sesuai dengan
Gambar 5.
Gambar 5.Grafik rataan konversi pakan selama penelitian
Konversi pakan yang baik selama penelitian terdapat pada perlakuan P1
(pelepah 10%) sebesar 9.62 yang berarti untuk menaikkan 1 kg bobot badan maka
ternak sapi membutuhkan 9.62 kg pakan.
Penggunaan pelepah kelapa sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit
dapat diketahui pengaruhnya terhadap konversi pakan dengan melakukan analisis
keragaman seperti yang tertera pada Tabel 16.
Tabel 16. Analisis keragaman konversi pakan
SK DB JK KT Fhitung Ftabel
5% 1%
Baris 3 0.15 0.05 0.10tn 4.76 9.78
Kolom 3 1.66 0.55 1.09tn 4.76 9.78
tn = Tidak berbeda nyata KK = 7.07%
Analisis keragaman konversi pakan menunjukan bahwa F hitung
perlakuan lebih kecil dari F Tabel (P>0.05), hal ini menunjukan bahwa pemberian
pelepah kelapa sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit memberikan pengaruh
yang tidak berbeda nyata terhadap konversi pakan sapi peranakan simental.
Konsumsi bahan kering sapi peranakan simental yang tidak berbeda nyata
yang juga menghasilkan pertambahan bobot badan sapi yang tidak berbeda nyata
merupakan penyebab tidak berbeda nyatanya konversi pakan yang
dihasilkan.Tingkat konsumsi bahan kering yang tinggi menghasilkan pertambahan
bobot badan yang tinggi pula.Kualitas dan kuantitas ransum yang baik
menghasilkan nilai konversi pakan yang semakin kecil. Dengan kata lain efisiensi
pakan yang semakin baik dengan pertambahan bobot badan yang semakin tinggi.
Hal ini sesuai dengan pernyataan
Konversi pakan hasil penelitian Astutik et al. (2002) pada sapi peranakan
simental yang diberi pakan jerami padi dan konsentrat dengan formula urea
mollases (molases 40%) menghasilkan konversi pakan sebesar 10,18. Konversi
pakan sapi PO yang diberi jerami padi fermentasi dengan suplementasi dedak padi
dan jamu berupa telur ayam 2 minggu sekali sebanyak 3 - 5 butir/ekor serta
Rekapitulasi Hasil Penelitian
Rekapitulasi hasil penelitian dari pemanfaatan pelepah sawit dan hasil
ikutan industri kelapa sawit sebagai pakan perlakuan terhadap pertumbuhan sapi
peranakan simental fase pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Rekapitulasi hasil penelitian
Perlakuan
Parameter Konsumsi Pakan
(kg/ekor/hari)
PBB
(kg/ekor/hari) Konversi Pakan
P1 6.48tn 0.675 tn 9.62 tn
P2 6.48 tn 0.663 tn 9.81 tn
P3 6.47 tn 0.616 tn 10.51 tn
P4 6.33 tn 0.616 tn 10.28 tn
Keterangan : Superscript yang sama pada satu kolom menunjukan tidak adanya perbedaan dari setiap perlakuan.
Berdasarkan hasil rekapitulasi di atas diperoleh bahwa pemanfaatan
pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit sebagai pakan perlakuan
memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konsumsi pakan,
pertambahan bobot badan dan konversi pakan.
Penggunaan pelepah sawit dengan level 10% (P1) dalam pakan
memberikan nilai konversi yang paling efisien dibandingkan dengan perlakuan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemanfaatan pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit sebagai
pakan sapi peranakan simental sampai level 40% memberikan pengaruh yang baik
dalam meningkatkan konsumsi pakan, meningkatkan pertambahan bobot badan
sekitar 0.616 – 0.675 kg/ekor/hari dan meningkatkan efisiensi pakan.
Saran
Pemanfaatan pelepah sawit dalam pakan ternak sapi untuk penelitian
selanjutnya sebaiknya diberikan perlakuan khusus seperti fermentasi atau
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Aryogi, S. dan W. Hardjosubroto. 2005. Performans Silangan Peranakan Ongole Di Dataran Rendah (Studi Kasus di Kecamatan Kota Anyar Kab. Probolinggo Jawa Timur). Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Buku I. Puslitbang, Bogor.
Astutik, S. I., M. Arifin dan W. S. Dilaga. 2002. Respon Produksi Sapi Peranakan Simental Berbasis Pakan Jerami Padi Terhadap Formula Urea Molases Blok. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Departemen Pertanian, Bogor. Hal: 82 - 85.
Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor. 2000. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Batubara, L. P., M. Boer dan S. Eliesar. 1993. Pemberian BIS/Molasses dengan/Tanpa Mineral Dalam Ransum Kerbau. Jurnal Penelitian Peternakan Sungai Putih. Vol 1 Nomor 3 Hal 11.
Blakely, J. dan D. H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh B. Srigandono).
Crampton, E. W. dan L. E. Harris. 1969. Applied Animal Nutrition. The Use of
Feedstuffs in The Formulation of Lifestock Rations. 2nd Ed. W. H.
Freeman and Co., San Fransisco.
Davendra, C. 1997. Utilization Of Feedingstuff from Palm Oil. P. 16. Malaysia
Agriculture Research and Development Institute Serdang, Malaysia.
Durrand, M. R. E. 1971. Protected Protein. Rural Research in CSRIO, Australia.
Hardianto. R. 2000. Teknologi Complete Feed Sebagai Alternatif Pakan Ternak Ruminansia. Makalah BPTP Jawa Timur, Malang.
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Kearl, L. C. 1982. Nutrient Requirement of Ruminant in Developing Countries.
International Feedstuff Institute Utah Agriculture Experimants Station.
Utah State University, Logan.
Laboratorium Ilmu Makanan Ternak. 2000. Departemen Peternakan FP USU, Medan.
Laboratorium Ilmu Makanan Ternak. 2000. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak. 2006. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung.
Lubis, D. A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT. Pembangunan, Jakarta.
Mathius, I. W., A. P. Sinurat, B. P. Manurung, D. M. Sitompul dan Azmi. 2005. Pemanfaatan Produk Fermentasi Lumpur – Bungkil Sebagai Bahan Pakan Sapi Potong. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.
Novirma, J. 1991. Penyediaan, Pemanfaatan dan Nilai Gizi Limbah Pertanian Sebagai Makanan Ternak di Sumatera Barat. Pusat Penelitian, Universitas Andalas, Padang.
Pane, I. 1986. Pemeliharaan Ternak Sapi. Penerbit PT. Gramedia Jakarta.
Parakkasi, A. 1985. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. UI Press, Jakarta.
Parakkasi, A. 1995. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. UI Press, Jakarta.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Rangkuti, M., A. Musofie, P. Sitorus, I. P. Kompiang, N. Kusumawadhani dan A. Roesjat. 1985. Pemanfaatan Daun Tebu Untuk Pakan Ternak di Jawa Timur. Seminar Pemanfaatan Limbah Tebu Untuk Pakan Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, 5 Maret 1985, Grati.
Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian Edisi Revisi. Kanisius, Malang.
Seiffert, G. W. 1978. Simulated Selection for Reproductive Rate in Beef Cattle. J. Anim. Sci. 61 : 402 - 409.
Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan III. Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sumadi, N. Ngadiono dan Soeparno. 1991. Penampilan produksi sapi Fries Holland, Sumba Ongole dan Brahman Cross yang dipelihara secara feedlot (penggemukan). Prosiding Seminar Pengembangan Peternakan dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi Nasional. Fakultas Peternakan, Universitas Jendral Sudirman, Purwokerto. Hal : 116 - 126.
Tillman, A. D. H., Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan S. Lepdosoekojo. 1981. Ilmu Makanan Ternak Dasar. UGM - Press, Yogyakarta.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosukojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Tillman, A. D., S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, H. Hartadi dan S. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Tomaszewska, M. W., T. D. Chaniago and I.K. Sutama. 1988. Reproduction in
Relation to Animal Production in Indonesia. Institut Pertanian Bogor
-Australia Project. Bogor.
Trikesowo, N., Sumardi dan Suyadi. 1993. Kebijakan Riset di Bidang Pengembangan dan Perbaikan Mutu Sapi Potong dengan Teknik Ladang Ternak dan feedlot. Forum Komunikasi Hasil Penelitian Bidang Peternakan, Yogyakarta.
Umiyasih, U., Aryogi dan Y. N. Anggraeny. 2002. Pengaruh Jenis Suplementasi Terhadap Kinerja Sapi Peranakan Simental yang Mendapatkan Pakan Basal Jerami Padi Fermentasi. Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. Departemen Pertanian, Bogor. Hal : 139 - 142.
Wahyono, D. E. dan R. Hardianto. 2004. Pemanfaatan Sumber Daya Pakan Lokal Untuk Pengembangan Usaha Sapi Potong. Jurnal Lokakarya Sapi Potong. Grati, Pasuruan.
Warta Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, 2003. Perkebunan kelapa sawit Daspat Menjadi Basis Penngembangan Sapi Potong.