• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter tinggi tanaman dan jumlah daun 5 MST (sebelum penggenangan) berbeda nyata antara keempat varietas yang digunakan. Sedangkan 7 MST (setelah dilakukan penggenangan) pada parameter tinggi tanaman dan jumlah daun berpengaruh nyata antara keempat varietas yang digunakan. Pengamatan parameter luas daun sebelum penggenangan tidak berbeda nyata antar keempat varietas dan luas daun setelah penggenangan berpengaruh nyata antara keempat varietas yang digunakan . Parameter akar adventif setelah penggenangan tidak berpengaruh nyata antar keempat varietas yang digunakan.

Sementara pengamatanparameter produksi menunjukkan hasil yang berbeda nyata antara keempat varietas yang digunakan. Untuk lebih jelas mengenai hasil pada masing masing parameter dapat dilihat pada paragraf berikut ini :

Tinggi Tanaman (cm) dan Jumlah Daun (Helai)

Data pengamatan dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 7-26. Hasil sidik ragam diketahui bahwa parameter tinggi tanaman pada saat 5 MST (sebelum penggenangan) dan 7 MST (setelah penggenangan) berpengaruh nyata serta antara varietas yang digunakan (Tabel 3).

Tabel 3. Rataan tinggi tanaman (cm) dan Jumlah daun (helai)

Umur Tanaman Varietas Tinggi

Tanaman

Jumlah Daun

Anjasmoro 42,52 12,56a

5 MST Grobogan 38,43 10,89b

(Sebelum Penggenangan) Deja 1 38,50 11.00ab

Devon 1 40,23 12,50a

Anjasmoro 49,89a 18,06a

7 MST Grobogan 39,20c 12,50b

(Setelah penggenangan) Deja 1 41,56b 15,50ab

Devon 1 45,72ab 16,28a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji rataan berganda Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %

Pada tabel 3 menunjukkan bahwa varietas Anjasmoro memiliki rataan tinggi tanaman tertinggi sebelum dilakukannya penggenangan (5 MST) yaitu sebesar 42,52 dan varietas Grobogan memiliki rataan terendah yaitu 38,43. Varietas Anjasmoro mengalami peningkatan pada parameter tinggi tanaman setelah dilakukannya penggenangan (7 MST) yaitu sebesar 49,89 dan dari ke empat varietas yang digunakan tidak mengalami penurunan terhadap tinggi tanaman.

Pada tabel 3 menunjukkan bahwa varietas Anjasmoro memiliki rataan jumlah 1daun tertinggi sebelum dilakukannya penggenangan (5 MST) yaitu sebesar 12,56 dan varietas Grobogan memiliki rataan terendah yaitu 10,89. Varietas Anjasmoro mengalami peningkatan pada parameter jumlah setelah dilakukannya penggenangan (7 MST) yaitu sebesar 18,06 dan dari ke empat varietas yang digunakan mengalami peningkatan.

Laju pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun Tabel 4. Laju pertumbuhan tinggi tanaman

Pada tabel 4 menunjukkan bahwa laju pertambahan tinggi tanaman setelah dilakukannya penggenangan pada varietas anjasmoro dan devon 1 mengalami peningkatan dan pada varietas grobogan dan deja 1 mengalami penurunan.

Varietas Laju pertumbuhan sebelum tergenang

Laju pertumbuhan setelah tergenang

Keterangan

Anjesmoro 4,91 7,37 Meningkat

Grobogan 3,77 0,77 Menurun

Deja 1 5,82 3,06 Menurun

Devon 1 4,55 5,49 Meningkat

Tabel 5. Laju pertambahan jumlah daun

Pada tabel 5 menunjukkan bahwa laju pertambahan pada parameter jumlah daun setelah dilakukannya penggenangan mengalami penurunan pada setiap varietas yang diamati.

Luas Daun (mm2) dan Akar Adventif

Data pengamatan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 27-32. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa luas daun sebelum penggenangan tidak berpengaruh nyata antar varietas yang digunakan, sedangkan luas daun setelah penggenangan berpengaruh nyata antar varietas yang digunakan. Untuk parameter akar adventif tidak berpengaruh nyata antar varietas yang digunakan (Tabel 4).

Tabel 6. Rataan luas daun sebelum penggenangan (mm2) , luas daun setelah penggenangan (mm2) dan akar adventif

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji rataan berganda Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 % Varietas Laju pertumbuhan

Pada tabel 4. Luas Daun Sebelum Penggenangan menunjukkan bahwa varietas Deja 1 memiliki rataan tertinggi 32,56 mm2 dan Grobogan memiliki rataan terendah yaitu 25,33 mm2. Luas daun setelah penggenangan menunjukkan adanya peningkatan pada varietas Anjasmoro yang memiliki rataan tertinggi yaitu 38,25 mm2 , sedangkan untuk varietas kedelai lainnya terjadi penurunan luas daun.

Pada tabel 4. Akar adventif setelah dilakukan penggenangan (7 MST) menunjukkan bahwa varietas grobogan memiliki rataan tertinggi 7,06 dan varietas Devon 1 memiliki rataan terendah yaitu 6,44.

Bobot Akar (g) , Jumlah Polong dan Bobot 100 Biji (g)

Data pengamatan jumlah bobot akar dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 33-38. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa bobot akar, jumlah polong dan bobot 100 biji menunjukkan berpengaruh yang nyata antar varietas yang digunakan.

Tabel 7. Rataan bobot akar (g) , jumlah polong dan bobot 100 biji (g)

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji rataan berganda Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %

Pada tabel 5. Bobot akar menunjukkan bahwa varietas Devon 1 memiliki rataan tertinggi 2,65 g dan varietas grobogan memiliki rataan terendah 0,87 g.

Varietas Bobot Akar Jumlah Polong Bobot 100 biji

Anjesmoro 2,44a 5,91a 12,96b

Grobogan 0,87b 3,85b 16,11a

Deja 1 2,42a 4,75ab 12,97b

Devon 1 2,65a 5,32a 13,81b

Varietas Devon 1 berbeda nyata dengan grobogan tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas Anjasmoro dan dan Deja 1.

Pada tabel 5. Jumlah polong menunjukkan bahwa varietas Anjasmoro memiliki rataan tertinggi yaitu 5,91 dan varietas Grobogan memiliki rataan terendah yaitu 3,85 , varietas Anjasmoro berbeda nyata dengan varietas Grobogan dan Devon 1 tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas Deja 1.

Pada tabel 5. Bobot 100 biji meunjukkan bahwa varietas Grobogan memiliki rataan tertinggi yaitu 16,11 g yang berbeda nyata terhadap varieats lainnya.

Analisis Korelasi antar Karakter

Karakter korelasi yang nyata dapat digunakan untuk melihat hubungan antar karakter.

Tabel 8. Analisis korelasi antar karakter sebelum penggenangan Tinggi Tanaman Jumlah Daun

Jumlah Daun 0,862**

Luas Daun -0,093 0,143

Keterangan : 0 = tidak ada korelasi; >0-0,25 = korelasi sangat lemah;

>0,25-0,5 = korelasi cukup; >0,5-0,75 = korelasi kuat;

0,75-0,99 =korelasi sangat kuat, 1 =korelasi sempurna.

Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai korelasi sangat nyata dan tertinggi adalah pada karakter tinggi tanaman yang berkorelasi positif dengan karakter jumlah daun, artinya setiap penambahan tinggi tanaman maka jumlah daun juga bertambah. Hal ini duga karena semakin tinggi tanaman maka semakin banyak daun yang terbentuk.

Tabel 9. Analisis korelasi antar karakter setelah penggenangan.

T T JD LD AA BA JP

JD 0,994**

LD 0,774** 0,804**

AA -0,956 -0,959 -0,63

BA 0,866** 0,871** 0,464** -0,973

JP 0,998** 0,99** 0,79** -0,94 0,839**

B100B 0,774** -0,882 -0,669 0,923** -0,921 -0,813 Keterangan. TT : Tinggi tanaman, JD : Jumlah daun, LD : Luas daun, AA: Akar

adventif, BA : Bobot akar, JP : Jumlah polong, B100B: Bobot 10 biji Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai korelasi sangat nyata dan tertinggi adalah pada karakter tinggi tanaman yang berkorelasi positif dengan karakter jumlah daun, luas daun, bobot akar, jumlah polong dan bobot 100 biji artinya setiap penambahan tinggi tanaman maka jumlah daun, luas daun, bobot akar, jumlah polong dan bobot 100 biji juga bertambah. Korelasi yang sangat nyata dan tinggi selanjutnya terdapat pada karakter jumlah daun berkorelasi positif dengan karakter , luas daun, bobot akar, jumlah polong dan bobot 100 artinya setiap penambahan jumlah daun maka karakter bobot akar, jumlah polong dan bobot 100 biji juga bertambah.

Hasil analisis koefisien korelasi tinggi tanaman dengan jumlah daun pada saat sebelum tergenang dan sesudah tergenang mempunyai hubungan korelasi positif yang sangat kuat. Hal ini ditandai oleh nilai koefisien korelasi pada saat sebelum tergenang dan sesudah tergenang yaitu 0,75-0,99 . Koefisien korelasi jumlah daun dengan luas daun daun pada saat sebelum tergenang dan sesudah tergenang mempunyai hubungan korelasi positif yang kuat. Hal ini ditandai oleh nilai koefisien korelasi pada saat sebelum tergenang dan sesudah tergenang yaitu >0,5-0,75.

Pembahasan

Pengaruh varietas terhadap pertumbuhan dan produksi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter tinggi tanaman dan jumlah daun sebelum penggenangan tidak berbeda nyata antara varietas yang digunakan kecuali pada saat 3 MST dam 5 MST , sedangkan pada pengamatan parameter luas daun tidak berbeda nyata dan pada pengamatan parameter produksi menunjukkan hasil yang berbeda nyata.

. Varietas Anjasmoro menunjukkan rataan tinggi tanaman,jumlah daun dan jumlah polong tertinggi dibandingkan dengan varietas lainnya.Varietas Devon 1 memiliki rataan bobot akar tertinggi dibandingkan varietas lainnya. Varietas Deja 1 menunjukkan rataan jumlah luas daun tertinggi dan Varietas Grobogan menunjukkan rataan jumlah akar adventif dan bobot 100 biji terbaik. Perbedaan hasil yang di dapat pada masing-masing varietas ini dapat terjadi karena adanya pengaruh dari genotipe masing-masing varietas dan juga faktor lingkungan. Pendapat Andrianto dan Indarto (2004) dalam penelitian Calvin (2018) menyatakan bahwa perbedaan parameter pertumbuhan pada tanaman terjadi karena pengaruh genotip serta lingkungan tumbuh tanaman sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan dan perbedaan pertumbuhan.

Hasil fenotip yang ditampilkan di lapangan merupakan interaksi dari genotip dengan lingkungan.

Varietas berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah polong berisi per tanaman dan bobot 100 biji tanaman kedelai.Berdasarkan pengamatan parameter jumlah polong pertanaman yang paling tinggi adalah varietas Anjasmoro dan paling rendah adalah varietas Grobogan.Adanya pengaruh yang nyata antara penggenangan dengan fase pertumbuhan dan produksi kedelai.Penggenangan pada masa vegetatif

dapat mempengaruhi perakaran tanaman sehingga penyerapan hara oleh tanaman berkurang sehingga menyebabkan penurunan hasil tanaman . Hal ini juga sesuai Hal ini sesuai dengan penelitian Septian (2018) yang menyatakan bahwa pada penggenangan masa vegetatif dapat menghambat penyerapan hara yang mengakibatkan terganggunya proses metabolisme pada tanaman.

Keempat varietas memiliki perbedaan karakteristik dan daya adaptasi terhadap stress yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa setiap varietas menunjukkan karakter morfologi dan produksi yang berbeda. Selain itu, pengaruh lingkungan juga ikut mempengaruhi kemampuan produksi dari masing-masing varietas. Hal ini sesuai dengan literatur Ramdhani dan Dani (2016) yang menyatakan bahwa respon setiap varietas kedelai terhadap kondisi tergenang berbeda-beda.

Perbedaan respon tersebut terjadi akibat bagaimana kemampuan suatu varietas untuk beradaptasi pada kondisi yang kurang optimal. Varietas yang mampu beradaptasi pada kondisi jenuh air akan menunjukkan hasil yang sedikit lebih baik dibandingkan varietas yang tidak mampu beradaptasi.

Daun yang terbentuk pada saat pertanaman kedelai akan terbentuk dengan baik apabila cahaya dan respirasi yang terjadi tidak tergangu hal ini sesuai dengan literatur Wahyuni et al. (2018) Semakin banyak daun, maka semakin banyak tempat terjadinya proses fotosintesis. Namun jumlah daun yang terlalu banyak akan menghambat pertumbuhan tanaman, karena daun akan saling menaungi satu dengan yang lainnya. daun yang ternaungi tidak akan melangsungkan proses fotosintesis karena tidak memperoleh cahaya. Daun tersebut hanya akan mengkonsumsi fotosintat, yang seharusnya digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada gilirannya hasil tanaman juga tidak akan optimal.

Pemberian zat pengatur tumbuh Berdasarkan penelitian dari Girsang (2020) pemberian ZPT tidak menunjukkan adanya perbedaan yang berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong per tanaman, jumlah biji pertanaman, bobot biji pertanaman dan bobot 100 biji. Dalam hal ini ZPT yang digunakan adalah Giberelin (GA3) dan asam salisilat. Pemberian GA3 dan asam salisilat dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi pada tanaman. Namun pada penelitian ini pemberian GA3 dan asam salisilat tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap pertumbuhan dan produksi pada seluruh perlakuan sehingga tidak menunjukkan berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter.

Menurut Girsang (2020) Pemberian ZPT dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman yang disebabkan oleh peningkatan pembelahan dan pemanjangan sel, sehingga adanya penambahan tinggi tanaman dan jumlah daun yang diakibatkan oleh penyemprotan giberelin. Perbedaan tinggi tanaman akan dapat dibandingkan dengan penyemprotan giberelin, sehingga tanaman yang tidak disemprotkan dengan giberelin akan tumbuh dengan normal dibandingkan dengan tanaman yang disemprotkan giberelin. Hal ini yang menyebabkan tidak adanya perbedaan yang nyata pada pemberian ZPT. Hal ini didukung literatur Hal ini sesuai dengan pernyataan Pertiwi, et al., (2014) yang menyatakan bahwa tinggi tanaman yang meningkat disebabkan oleh adanya peningkatan pembelahan sel sehingga tinggi tanaman yang disemprotkan giberelin lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi tanaman yang tidak disemprotkan giberelin semakin tinggi dosis ZPT yang diberikan akan meningkatkan rataan tinggi tanaman dan jumlah polong berisi tanaman kedelai.

Pemberian asam salisilat dan giberelin (GA3) dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman apabila diberikan sesuai dengan konsentrasi

yang dibutuhkan tanaman hal ini sesuai dengan literatur Calvin et al (2019) yang menyatakan bahwa varietas burangrang dan anjasmoro menunjukkan hasil yang terbaik setelah diaplikasikan dengan GA3 (200 ppm) dan asam salisilat (150 ppm) serta sejalan dengan pernyataan Sumarno et al (2007) yang menyatakan bahwa Aplikasi giberelin dapat meningkatkan jumlah polong. Varietas burangrang dan anjasmoro dapat menjanjikan hasil yang lebih baik setelah diberikan zat pengatur tumbuh.

Respon varietas terhadap pertumbuhan dan produksi akibat genangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya genangan berbeda nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun,luas daun,bobot akar,jumlah polong dan juga bobot 100 biji, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah akar adventif.

Parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun sebelum dilakukan nya penggenangan tidak berbeda nyata sedangkan setelah dilakukan penggenangan memperlihatkan adanya perbedaan yang nyata pada pada varietas anjasmoro, grobogan, deja 1 dan devon 1 . Hal ini sesuai dengan literatur Sarawa (2009) yang menyatakan bahwa Pemberian air dengan konsentrasi yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman, baik tinggi tanaman, jumlah daun maupun luas daun. Air merupakan komponen penting dalam pertumbuhan tanaman. Air berfungsi bukan hanya sebagai bahan baku dalam proses fotosintesis, akan tetapi air juga sebagai bagian terbesar dari protoplasma sel. Hal ini juga didukung dengan literatur Riani et al., (2001) dalam penelitian Lisna (2017) yang menyatakan mengatakan bahwa setiap tanaman menunjukkan pertumbuhan dan hasil yang beragam sebagai akibat dari pengaruh genetik dan lingkungan, dimana pengaruh genetik merupakan pengaruh keturunan yang dimiliki setiap galur atau

varietas sedangkan pengaruh lingkungan adalah pengaruh yang ditimbulkan oleh habitat dan kondisi lingkungan.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan didapatkan hasil pertumbuhan tinggi tanaman yang berbeda sebelum dilakukannya penggenangan dan setelah dilakukannya penggenangan. Peneliti menduga bahwa penggenangan menyebabkan nutrien menjadi lebih tersedia untuk pertumbuhan tanaman . Hal ini sesuai dengan literatur Kawano et al., (2009) Hal ini dimungkinkan terjadi disebabkan karena penggenangan menyebabkan nutrien menjadi lebih tersedia bagi tanaman yang kemudian digunakan tanaman untuk pertumbuhannya yang ditunjukkan dengan

meningkatnya tinggi tanaman. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Vriezen Zhou et al., (2003) bahwa penggenangan meningkatkan ketersediaan nutrien

yang dibantu oleh aktivitas mikrobia. Ketersediaan hara yang optimal memberikan kontribusi pada pertumbuhan tanaman.

Parameter Akar adventif menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap varietas Anjasmoro,Grobogan, Deja 1 dan Devon 1 setelah dilakukannya penggenangan. Peneliti menduga bahwa cekaman genangan yang terjadi tidak membuat pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan akar adventif. Hal ini sesuai dengan literatur Hapsari dan Adie (2010) yang menyatakan bahwa Semakin tinggi cekaman genangan yang diberikan semakin panjang pula akar adventif yang terbentuk . Hal ini juga didukung dengan pendapat Komariah et al., (2004) yang menyatakan bahwa bahwa tanaman yang mengalami cekaman genangan akan menunjukkan respon secara morfologi berupa pembentukan akar adventif untuk dapat bertahan dalam kondisi tercekam genangan. Tanaman memiliki daya adaptasi

terhadap lingkungan perakaran yang kekurangan oksigen dengan cara membentuk akar lateral dan akar adventif.

Pada kondisi tergenang akar mengalami kondisi penghambatan dalam proses memperoleh oksigen. Peneliti menduga dari penelitian yang telah dilakukan bahwa akar tanaman mengalami kekurangan oksigen sehingga menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Dennis et al., (2000) yang menyatakan bahwa Salah satu efek utama genangan air adalah rendahnya keberadaan O2 di bagian tanaman yang terendam, karena gas O2 berdifusi 10.000 lebih cepat di udara dibandingkan di dalam air. Pengaruh terbatasnya O2 pada metabolisme sel tergantung pada konsentrasinya dan penurunan ketersediaan O2 secara gradual pada akar memiliki berbagai pengaruh pada metabolisme tanaman.

Mekanisme tanaman terhadap kondisi tergenang dapat melalui penghindaran stress ataupun toleransi terhadap stress. Peneliti menduga berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa salah satu mekanisme adaptasi tanaman kedelai tergenang yaitu dengan memunculkan akar adventif . hal ini sesuai dengan literatur Margement et al., (2000) yaitu tanaman punya respon berbeda pada rendahnya tekanan parsial oksigen. Pada tanaman dalam keadaan terendam, jaringan akarnya akan merespon terhadap kelebihan air dengan membentuk jaringan akar adventif.

Akar adventif berfungsi sebagai tempat masuknya oksigen sehingga dalam kondisi tergenang tanaman masih bisa mengambil oksigen yang ada di udara. Semakin toleran aksesi tembakau maka jumlah akar adventifnya semakin banyak. Semakin berkembang akar adventif maka semakin meningkat tingkat toleransi terhadap penggenangan.

Berdasarkan pengamatan parameter jumlah polong pertanaman yang tertinggi adalah varietas Anjasmoro dan yang terendah adalah varitas Grobogan.

Pada parameter pengamatan bobot 100 biji pertanaman yang tertinggi adalah Grobogan dan yang terendah adalah Anjasmoro. Peneliti menduga bahwa penggenangan berpengaruh terhadap pembentukan polong pada setiap tanaman karena hasil yang di dapat dipengaruhi oleh genotip maupun lingkungan pada tanaman tersebut Hal ini sesuai dengan literatur Tampubolon (1989) yang menyatakan bahwa Penggenangan menurunkan dua komponen hasil yaitu jumlah polong pertanaman dan bobot 100 biji, akan tetapi penurunan terbesar terjadi pada jumlah bobot 100 biji . Penurunan bobot 100 biji adalah sebagai akibat dari menurunnya jumlah polong dan meningkatnya persen polong hampa. Hal ini juga didukung dengan penelitian Fatimah dan Saputro (2016), yang menyatakan bahwa Stres genangan air dapat menyebabkan penuaan dini sehingga daun klorosis, nekrosis, dan gugur serta pertumbuhan tanaman terhambat yang pada akhirnya mempengaruhi hasil. Besarnya penurunan hasil ini juga tergantung pada varietas kedelai yang ditanam, fase pertumbuhan tanaman dan lamanya tergenang.

Pada kondisi lahan yang tergenang dapat mengakibatkan penurunanan pada hasil produksi tanaman diantaranya jumlah polong berisi pada tanaman mengalami penurunan tergantung pada fase penggenangan dan toleransi setiap varietas yang berbeda. Hal ini dapat ditunjukkan pada interaksi varietas dan penggenangan pada parameter jumlah polong berisi yang tertinggi terdapat varietas Anjasmoro dan pada parameter jumlah polong berisi yang terendah pada varieats Grobogan . Hal ini didukung dengan pernyataan Kurnia dan Dani (2016) yang menyatakan bahwa besarnya pengaruh negatif pada lahan yang tergenang terhadap pertumbuhan dan

penurunan hasil setiap kultivar kedelai berbeda tergantung pada fase pertumbuhan tanaman pada saat terjadi genangan dan tingkat toleransi kultivar kedelai terhadap cekaman genangan.

Perbedaan hasil pada masing-masing varietas dapat terjadi karena adanya pengaruh dari genotipe masing-masing varietas dan lingkungannya Hal ini sesuai dengan literatur Kuswantoro (2011)yang menyatakan bahwa Tinggi tanaman pada saat tergenang dan kontrol meningkat sejalan dengan meningkatnya umur tanaman.

Laju pertambahan tinggi tanaman meningkat pada saat umur 1-4 minggu setelah tanam , tetapi setelah 4 minggu laju pertambahan tinggi tanaman menurun . Rata-rata pertumbuhan pada kondisi tergenang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol, dimana perbedaan antara kondisi genangan dengan kontrol mencapai 11,7 cm.

Respon yang berbeda pada perlakuan ditunjukkan oleh genotipe kedelai pada jumlah cabang dan jumlah tunas yang dihasilkan , jumlah polong terisi dan polong tidak terisi, serta jumlah biji per tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang tergenang akan menurun pada semua parameter yang diamati.

Kolerasi Antar Karakter

Nilai korelasi yang tinggi dan positif adalah pada karakter tinggi tanaman yang berkorelasi positif sangat nyata dengan karakter jumlah daun, luas daun, bobot akar, jumlah polong dan bobot 100 biji , jumlah daun berkorelasi positif sangat nyata dengan karakter luas daun, bobot akar, jumlah polong dan bobot 100 biji, luas daun berkorelasi positif sangat nyata dengan karakter bobot akar dan jumlah polong ,akar adventif berkorelasi positif sangat nyata dengan karakter bobot 100 biji , bobot akar berkorelasi positif sangat nyata dengan karakter jumlah polong. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono (2014) yang menyatakan bahwa jika kofisien korelasi ditemukan

tidak sama dengan nol (0), maka terdapat hubungan antara dua variabel tersebut. Jika koefisien korelasi ditemukan +1, maka hubungan tersebut disebut sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna dengan kemiringan positif.

Karakter tinggi tanaman memiliki pengaruh positif sangat nyata terhadap parameter jumlah duan,luas daun,bobot akar, jumlah polong dan bobot 100 biji. . Hal ini sesuai dengan pendapat Adie dan Krisnawati (2016) karakter tinggi tanaman yang merupakan satu-satunya karakter yang memiliki pengaruh positif nyata terhadap hasil biji memberikan makna bahwa tinggi tanaman dapat digunakan sebagai kriteria seleksi langsung terhadap hasil biji. Semakin tinggi tanaman semakin berpeluang memperoleh genotipe kedelai yang memiliki hasil tinggi. Menelusuri peran karakter tinggi tanaman terhadap karakter agronomi lainnya, tinggi tanaman memiliki hubungan nyata positif dengan karakter jumlah buku, jumlah polong isi, jumlah polong hampa, umur berbunga, lama fase generatif, dan umur masak. Maknanya, tanaman yang tinggi akan meningkatkan enam karakter agronomi tersebut. Namun semakin tinggi tanaman akan mengurangi jumlah cabang dan memperkecil ukuran biji.

Nilai korelasi tinggi tanaman berkorelasi positif nyata terhadap jumlah daun, jumlah polong dan berat biji per tanaman (hasil). Korelasi antar komponen hasil dengan hasil biji menunjukkan bahwa tanaman yang semakin tinggi akan meningkatkan jumlah cabang, jumlah polong dan berat biji per tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Somaatmadja (1983) menyatakan bahwa jumlah polong, jumlah biji, berat 100 biji besar pengaruhnya dalam menentukan hasil kedelai persatuan luas. Dengan semakin tingginya nilai jumlah polong maka produksi pertanaman akan meningkat. Jumlah polong dipengaruhi oleh tinggi tanaman.

Karakter tinggi tanaman berkorelasi positif dengan jumlah daun sebelum tergenang dan sesudah tergenang. Peneliti menduga bahwa tinggi tanaman

Karakter tinggi tanaman berkorelasi positif dengan jumlah daun sebelum tergenang dan sesudah tergenang. Peneliti menduga bahwa tinggi tanaman

Dokumen terkait