• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON KARAKTER MORFOLOGI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) PADA FASE V5 TERHADAP KONDISI TERGENANG SKRIPSI OLEH :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RESPON KARAKTER MORFOLOGI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) PADA FASE V5 TERHADAP KONDISI TERGENANG SKRIPSI OLEH :"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI OLEH :

MAULIDINA SARI BR SIMBOLON 160301099

AET – PEMULIAAN TANAMAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021

(2)

SKRIPSI

OLEH :

MAULIDINA SARI BR SIMBOLON 160301099

AET – PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi adalah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021

(3)
(4)

Beberapa Varietas Kedelai (Glycine Max (L.) Merill) Pada Fase V5 Terhadap Kondisi Tergenang dibimbing oleh Ir. Revandy Iskandar M Damanik, M.Si., M.Sc., Ph.D dan Dr. Khairunnisa Lubis SP,. MP. Perubahan iklim Indonesia menyebabkan adanya potensi genangan saat curah hujan yang terlalu tinggi pada areal pertanaman kedelai, sehingga dapat berdampak pada penurunan produktivitas kedelai.

Genangan merupakan masalah utama di banyak daerah pertanian di dunia dan kedelai merupakan tanaman yang peka terhadap genangan. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan sawah irigasi Sememe Kecamatan Deli Tua, Sumatenra Utara, Medan pada bulan Juni hingga September 2020, menggunakan Rancangan Acak Kelompok ( RAK ) Non Faktorial dengan satu faktor yang terdiri dari:

varietas (Anjasmoro ,Grobogan, Deja 1 dan Devon 1). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon karakter morfologi serta pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kedelai (Glycine max (L.) Merill) pada fase pertumbuhan V5

terhadap kondisi tergenang. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun,akar adventif, bobot akar, jumlah polong tanaman dan bobot 100 biji. Varietas Anjasmoro menunjukkan respon pertumbuhan dan produksi lebih baik dari ke 3 varietas lainnya yaitu seperti parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun dan jumlah polong setelah penggenangan. Varietas Devon 1 menunjukkan respon terbaik pada parameter bobot akar setelah penggenangan.

Varietas Grobogan menunjukkan respon terbaik pada parameter bobot 100 biji setelah penggenangan.

Kata kunci : kedelai, genangan, varietas,pertumbuhan,produksi.

(5)

Response of Several Soybean (Glycine Max (L.) Merill) Varieties in Phase V5 Against Flooded Conditions supervised by Ir. Revandy Iskandar M Damanik, M.Sc., M.Sc., Ph.D and Dr. Khairunnisa Lubis SP,. MP. Indonesia's climate change causes the potential for inundation when rainfall is too high in soybean planting areas, so that it can have an impact on decreasing soybean productivity. Inundation is a major problem in many agricultural areas of the world and soybean is a sensitive crop to inundation. This research was carried out in Sememe irrigated rice fields, Deli Tua District, North Sumatra, Medan from June to September 2020, using a Non-Factoral Randomized Block Design (RAK) with one factor consisting of: varieties (Anjasmoro, Grobogan, Deja 1 and Devon 1 ). This study aims to determine the response of morphological characters as well as the growth and production of several soybean varieties (Glycine max (L.) Merill) in the V5 growth phase to flooded conditions. Parameters observed were plant height, number of leaves, leaf area, adventitious roots, root weight, number of plant pods and weight of 100 seeds. The Anjasmoro variety showed a better growth and production response than the other 3 varieties, namely the parameters of plant height, leaf number and leaf area and number of pods after flooding. The Devon 1 variety showed the best response on root weight parameters after inundation. The Grobogan variety showed the best response on the weight parameter of 100 seeds after inundation

Keywords: soybean, Inundation, variety, growth, production.

.

(6)

06 Juli 1998, anak dari ayahanda Alm. Solli Rahman Simbolon dan ibunda Ratnawati. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah SD Negeri 115509 Simpang Marbau lulus pada tahun 2010, SMP Negeri 1 Aek Kota Batu lulus tahun 2013 dan tahun 2016 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Aek Kota Batu dan pada tahun yang sama lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru melalui jalur SNMPTN pada program studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten di Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman T.A 2019/2020. Penulis juga menjadi anggota organisasi kemahasiswaan yaitu Himagrotek FP USU dan juga UKM Klinik Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Bakrie Sumatera Plantations Unit Aek Salabat Estate, Kisaran , Provinsi Sumatera Utara pada bulan Juli-Agustus 2019 dan melaksanakan KKN di Desa Pantai Johor, Kec.

Datuk Bandar,Tanjung Balai Provinsi Sumatera Utara pada bulan Juli-Agustus 2020.

(7)

berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Respon Karakter Morfologi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine Max (L.) Merill) Pada Fase V5 Terhadap Kondisi Tergenang”.

Pada Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang selalu memberikan semangat, doa dan dukungan baik secara jasmani

maupun finansial. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Ir. Revandy I.M Damanik, M.Si., M.Sc., Ph.D selaku ketua komisi

pembimbing dan ibu Dr. Khairunnisa Lubis, SP., MP. selaku anggota komisi

pembimbing yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, serta Dr. Ir. Sarifuddin, MP selaku ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2021

Penulis

(8)

ABSTRACT... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian... 4

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 5

Syarat Tumbuh ... 9

Iklim ... 9

Tanah ... 10

Fase Pertumbuhan Kedelai ... 10

Varietas ... 13

Genangan Terhadap Pertumbuhan Kedelai ... 15

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

Bahan dan Alat Penelitian ... 16

Metode Penelitian ... 17

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 18

Penanaman ... 18

Pemupukan ... 18

Pemeliharaan Tanaman Penyulaman ... 18

Penyiangan ... 18

Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) ... 19

Penggenangan ... 19

Pemanenen ... 19

Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman ... 19

Jumlah Daun ... 20

Luas Daun ... 20

Akar Adventif ... 20

Bobot akar ... 20

Jumlah polong pertanaman ... 20

Bobot 100 biji ... 20

(9)

Pembahasan ... 27 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 31 Saran ... 31 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

No. Hal

1. Karakteristik fase tumbuh vegetatif pada tanaman kedelai...6

2. Karakteristik fase tumbuh generatif pada tanaman kedelai...7

3. Rataan tinggi tanaman dan jumlah daun ... 25

4. Laju pertambahan tinggi tanaman ... 26

5. Laju pertambahan jumlah daun ... 27

6. Rataan luas daun sebelum penggenangan , luas daun setelah penggenangan dan akar adventif ... 28

7. Rataan jumlah bobot akar,jumlah polong dan bobot 100 biji. ... 28

8. Analisis korelasi antar karakter sebelum penggenangan ... 29

9. Analisis korelasi antar karakter setelah penggenangan ... 30

(11)

1. Tanaman kedelai yang sedang digenangi ... 19

(12)

1. Deskripsi Varietas Anjasmoro ... 36

2. Deskripsi Varietas Grobogan ... 37

3. Deskripsi Varietas Deja 1 ... 38

4. Deskripsi Varietas Devon 1 ... 39

5. Bagan Penelitian di Lapangan ... 40

6. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian ... 41

7. Tinggi Tanaman 2 MST ... 39

8. Sidik ragam tinggi tanaman 2 MST ... 39

9. Tinggi Tanaman 3 MST ... 39

10. Sidik ragam tinggi tanaman 3 MST ... 39

11. Tinggi Tanaman 4 MST ... 40

12. Sidik ragam tinggi tanaman 4 MST ... 40

13. Tinggi Tanaman 5 MST ... 40

14. Sidik ragam tinggi tanaman 5 MST ... 41

15. Tinggi Tanaman Setelah penggenangan ... 41

16. Sidik ragam tinggi tanaman setelah penggenangan ... 41

17. Jumlah Daun 2 MST ... 41

18. Sidik ragam jumlah daun 2 MST ... 42

19. Jumlah Daun 3 MST ... 42

20. Sidik ragam jumlah daun 3 Mst ... 42

21. Jumlah Daun 4 MST ... 42

22. Sidik ragam jumlah daun 4 MST ... 43

23. Jumlah Daun 5 MST ... 43

24. Sidik ragam jumlah daun 5 MST ... 43

25. Jumlah Daun Setelah Penggenangan ... 43

26. Sidik ragam jumlah daun setelah penggenangan ... 44

27. Luas Daun Sebelum Penggenangan ... 44

28. Sidik ragam luas daun sebelum penggenangan ... 44

29. Luas Daun Setelah Penggenangan ... 44

30. Sidik ragam luas daun setelah penggenangan... 45

31. Akar Adventif ... 45

32. Sidik ragam akar adventif ... 45

33. Bobot Akar ... 45

34. Sidik ragam bobot akar ... 46

35. Jumlah Polong ... 46

36. Sidik Ragam jumlah polong ... 46

37. Bobot 100 Biji ... 46

38. Sidik ragam bobot 100 biji ... 47

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kedelai (Glycine max (L) Merrill) merupakan sumber protein nabati yang dikenal murah bila dibandingkan sumber protein hewani seperti daging, susu, dan ikan serta terjangkau oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kedelai diolah menjadi berbagai produk pangan seperti tempe, tahu, tauco, kecap, susu dan lain-lain (Mapegau, 2006).

Tanaman kedelai merupakan tanaman penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dalam rangka perbaikan gizi masyarakat, karena merupakan sumber protein nabati yang relatif murah bila dibandingkan sumber protein lainnya seperti daging, susu, dan ikan. Kadar protein biji kedelai lebih kurang 35%, karbohidrat 35%, dan lemak 15%. Di samping itu, kedelai juga mengandung mineral seperti kalsium, fosfor, besi, vitamin A dan B ( Rohmah dan Triono, 2016).

Produksi kedelai nasional masih mengalami fluktuasi. Pada Tahun 2011 produksi kedelai nasional mencapai 851.286 ton, Pada Tahun 2012 dan 2013 produksi kedelai nasional mengalami penurunan yaitu 843.153 ton dan 779.992, sedangkan Pada Tahun 2014 dan 2015 produksi kedelai nasional mengalami kenaikan yaitu 954.997 ton dan 982.967 ton. tetapi produksi yang dicapai belum

dapat memenuhi rata-rata kebutuhan kedelai setiap tahunnya (Badan Pusat Statistik , 2016).

Pemenuhan kebutuhan akan kedelai Indonesia adalah sebesar 67,28% atau sebanyak 1,96 juta ton harus diimpor dari luar negeri. Hal ini terjadi karena produksi dalam negeri tidak mampu mencukupi permintaan produsen tempe dan tahun dalam negeri. Produksi kedelai di Indonesia pada periode 1980-2016 berfluktuasi dan cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2,63% per tahun.

(14)

Produksi kedelai tahun 2016 diperkirakan juga turun 7,06% menjadi 887,54 ribu ton dari tahun 2015 sebesar 963,18 ribu ton (Suwandi, et al., 2016)

Strategi peningkatan produksi kedelai nasional untuk menekan laju impor yaitu melalui kegiatan Intensifikasi, Ekstensifikasi dan Diversifikasi pertanian.

Peningkatan produksi kedelai dapat dilakukan dengan kegiatan intensifikasi salah satunya dengan penggunaan benih unggul dan peningkatan produksi kedelai dengan ekstensifikasi pertanian salah satunya adalah pemanfaatan lahan yang tergenang yang merupakan lahan suboptimal sebagai alternatif untuk peningkatan produksi kedelai akibat dari terjadi alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian. Pada lahan yang demikian, budidaya kedelai di lahan sawah dan lahan yang tergenang sangat berpotensi dikembangkan (Suriadikarta dan Sutriadi, 2007).

Genangan merupakan masalah utama dibanyak daerah pertanian di dunia dan kedelai merupakan tanaman yang peka terhadap genangan . Indonesia, kedelai umumnya diusahakan di lahan sawah setelah padi. Kondisi tanah yang tergenang (jenuh air) akibat air sisa penanaman padi atau air hujan sering menjadi salah satu penyebab rendahnya produktivitas kedelai di lahan sawah . Genangan atau kondisi jenuh air disebabkan oleh kandungan lengas tanah yang berada di atas kapasitas lapang (Shimamura,2003).

Tersedianya varietas unggul kedelai toleran genangan dapat menjadi salah satu upaya peningkatan produksi kedelai. Hingga saat ini, upaya menekan kehilangan hasil akibat genangan melalui teknik budidaya dianggap memadai, tetapi informasi mengenai kultivar kedelai yang toleran terhadap genangan relatif terbatas. Perakitan varietas kedelai toleran genangan dapat dimulai dengan mengetahui karakter yang berhubungan dengan toleransi kedelai terhadap genangan, dilanjutkan dengan

(15)

memahami pewarisan karakter tersebut dan mengidentifikasi varietas yang membawa karakter tersebut. Pemahaman tentang masalah genangan dan mekanisme toleransi tanaman terhadap genangan penting pula untuk menentukan strategi seleksi dalam program pembudidayaan kedelai toleran genangan (Boru et al., 2003).

Stres genangan air (waterlogging) dapat menyebabkan rendahnya pasokan O2 pada bagian perakaran, penuaan dini sehingga daun klorosis, nekrosis, dan gugur serta pertumbuhan tanaman terhambat yang pada akhirnya menurunkan hasil (produktivitas). Besarnya penurunan hasil ini juga tergantung pada varietas kedelai yang ditanam, fase pertumbuhan tanaman, lamanya tergenang, tekstur tanah, adanya penyakit (Hapsari dan Adie,2010).

Penggenangan pada fase vegetatif kurang berpengaruh terhadap penurunan hasil. Terdapat pengaruh negatif yang nyata antara perlakuan penggenangan dengan fase pertumbuhan kedelai. Pada kondisi tergenang, hasil kedelai menurun 17−43%

pada fase vegetatif. Penggenangan karena irigasi selama 1−2 hari tidak menyebabkan pengurangan hasil kedelai, tetapi periode penggenangan yang lama akan mengakibatkan kehilangan hasil (Rhine,2006).

Menurut Widyastuti dan Tjokrokusumo (2006) Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah dapat mendorong, menghambat, atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan.

Penggunaan zat pengatur tumbuh pada tanaman sangat penting, yaitu untuk mengontrol organogenesis dan morfogenesis dalam pembentukan dan perkembangan tunas dan akar serta pembentukan kalus. Ada tiga golongan zat pengatur tumbuh tanaman yang sering digunakan, yaitu sitokinin, giberelin dan auksin (Lestari ,2011).

(16)

Menurut Sakhabutdinova (2003) Zat pengatur tumbuh Asam salisilat dan peran pengaturannya dalam fisiologi tanaman dapat melindungi pengembangan program anti stress dan percepatan proses normalisasi pertumbuhan setelah menghilangkan faktor stress dan dapat menghambat biosintesis etilen yang mengganggu depolarisasi membran, menghambat respons luka, dan meningkatan laju fotosintesis dan kandungan klorofil pada kedelai . Aplikasi GA3 sangat efektif digunakan dalam meningkatkan produksi benih, pemanjangan batang, meningkatkan jumlah malai, mempercepat masa berbunga. Selama musim hujan ditahun 2005 di negara Filipina. Penggunaan GA3 dapat meningkatkan produktifitas tanaman padi (Vieira et al., 2002).

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yaitu respon karakter morfologi beberapa varietas pada fase V5 terhadap kondisi tergenang.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai pada fase V5 terhadap kondisi tergenang.

Hipotesa Penelitian

Adanya pengaruh varietas terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai ada fase V5 terhadap kondisi tergenang.

Kegunaan Penulisan

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Kedelai merupakan komoditas pangan yang telah lama dikenal dan dibudidayakan masyarakat Indonesia. Menurut Adie dan Krisnawati (2007) klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut Kingdom: Plantae, Divisio:

Spermatophyta, Classis: Dicotyledoneae, Ordo: Polypetales, Famili: Papilionaceace, Sub-family: Papilionoideae, Genus: Glycine, Species: Glycine max (L.) Merril.

Sistem perakaran tanaman kedelai terdiri dari akar tunggang, akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang tumbuh dari akar sekunder. Akar tunggang merupakan perkembangan dari akar radikal yang sudah mulai muncul sejak masa perkecambahan. Akar ini mempunyai akar-akar cabang yang lurus. Akar serabut merupakan akar yang tumbuh ke bawah sepanjang 20 cm.

Tanaman ini juga memiliki akar-akar lateral (cabang) yang tumbuh ke samping sepanjang 5-25 cm. Pada akar lateral terdapa akar serabut, fungsinya untuk menghisap air dan unsur hara, pada akar ini juga terdapat bintil akar (nodule) yang mengandung bakteri rhizobium, kegunaannya sebagai pengikat zat nitrogen dari udara (Departemen Pertanian, 2006).

Batang tanaman kedelai berasal dari poros embrio yang terdapat pada biji masak. Hipokotil merupakan bagian terpenting pada poros embrio, yang berbatasan dengan bagian ujung bawah permulaan akar yang menyusun bagian kecil dari poros bakal akar hipokotil. Bagian atas poros embrio berakhir pada epikotil yang terdiri dari dua daun sederhana yaitu primordia daun bertiga pertama dan ujung batang (Sumarno et al., 2007).

(18)

Kedelai mempunyai empat tipe daun yaitu kotiledon atau daun biji, dua helai daun primer sederhana, daun bertiga, dan daun profila. Daun primer berbentuk oval dengan tangkai daun sepanjang 1—2 cm, terletak berseberangan pada buku pertama di atas kotiledon. Tipe daun yang lain terbentuk pada batang utama dan cabang lateral terdapat daun trifoliat yang secara bergantian dalam susunan yang berbeda.

Anak daun bertiga mempunyai bentuk yang bermacam-macam, mulai bulat hingga lancip (Sumarno et al., 2007).

Bunga tanaman kedelai umumnya muncul atau tumbuh di ketiak daun. Pada kondisi lingkungan tumbuh dan populasi tanaman optimal, bunga akan terbentuk mulai dari tangkai daunnya akan berisi 1-7 bunga, tergantung dari karakter varietas kedelai yang ditanam. Bunga kedelai termasuk sempurna karena pada setiap bunga memiliki alat reproduksi jantan dan betina. Penyerbukan bunga terjadi pada saat bunga belum mekar sempurna sehingga hasil dari penyerbukan silang yang terjadi sangat kecil yaitu hanya sekitar 0,1. Warna dari bunga kedelai ada yang ungu dan putih, bunga terletak pada ruas – ruas batang. Usia kedelai sampai berbunga bervariasi, tergantung varietasnya. Varietas umumnya dapat dipanen pada umur 80 – 90 hari (Adisarwanto, 2008).

Polong kedelai pertama kali muncul sekitar 10—14 hari masa pertumbuhan yakni setelah bunga pertama muncul. Warna polong yang baru tumbuh berwarna hijau dan selanjutnya akan berubah menjadi kuning atau coklat pada saat dipanen.

Pembentukan dan pembesaran polong akan meningkat sejalan dengan bertambahnya umur dan jumlah bunga yang terbentuk. Jumlah polong yang terbentuk beragam berkisar 2—10 polong pada setiap kelompok bunga di ketiak daunnya. Sementara jumlah polong yang dapat dipanen berkisar 20—200 polong per tanaman, tergantung

(19)

dari varietas kedelai yang ditanam dan dukungan kondisi lingkungan tumbuh. Warna polong masak dan ukuran biji antara posisi polong paling bawah dan paling atas akan sama selama periode pemasakan polong optimal berkisar 50—75 hari. Periode waktu tersebut dianggap optimal untuk proses pengisian biji dalam polong yang terletak di sekitar pucuk tanaman (Adisarwanto, 2008).

Biji tanaman kedelai memiliki bentuk, ukuran dan warna yang sangat bervariasi tergantung dengan varietasnya. Bentuk biji bulat lonjong,bulat agak pipih.

Warna biji berwarna putih,kuning,hijau,coklat hingga berwarna kehitaman. Ukuran biji kedelai memiliki ukuran kecil,sedang dan besar. Namun, di beberapa negara memiliki ukuran sekitar 25 gram/100 biji, sehingga dikatakan biji dengan kategori berukuran besar (Hidayat,2000)

Syarat Tumbuh Iklim

Kondisi iklim yang cocok umumnya adalah daerah dengan kelembaban udara (RH) rata-rata 65% dan curah hujan paling optimum antara 100-200 mm/bulan.

Kedelai membutuhkan setidaknya 500 mm air selama musim pertumbuhan untuk perkembangan yang baik dengan konsumsi air dalam kondisi optimal adalah 850 mm (Giller dan Dashiell, 2010).

Pengembangan kedelai dapat dilakukan di lahan sawah maupun di lahan kering, bergantung kepada iklim dan kebutuhan petani setempat. Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asal drainase (tata air) dan aerasi (tata udara) tanah cukup baik, curah hujan 100 - 400 mm/bulan, suhu udara 23 - 30°C, kelembaban 60 - 70%, pH tanah 5,8 - 7 dan ketinggian kurang dari 600 m dpl (BPTP NAD, 2009).

(20)

Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung. Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab (Aldillah, 2015).

Tanah

Untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal tanaman kedelai menghendaki tanah yang subur, gembur, dan kaya akan humus atau bahan organik. Nilai pH ideal bagi pertumbuhan kedelai dan bakteri Rhizobium adalah 6,0-6,8. Apabila pH diatas 7,0 tanaman kedelai akan mengalami klorosis sehingga tanaman menjadi kerdil dan daunnya menguning (Waisimon, 2012).

Kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu basah, tetapi air tetap tersedia. Jagung merupakan tanaman indikator yang baik bagi kedelai. Tanah yang baik ditanami jagung, baik pula ditanami kedelai. Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan menyebabkan busuknya akar. Kedelai dapat tumbuh baik

pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik (Prihatman, 2000).

Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan pertanaman kedelai yaitu kedalaman olah tanah yang merupakan media pendukung pertumbuhan akar.

Artinya, semakin dalam olah tanahnya maka akan tersedia ruang untuk pertumbuhan akar yang lebih bebas sehingga akar tunggang yang terbentuk semakin kokoh dan dalam. Pada jenis tanah yang bertekstur remah dengan kedalaman olah lebih dari 50 cm (Sebayang dan Winarto, 2014).

(21)

Toleransi keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH 5,8- 7,0 tetapi pada pH 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhannya sangat terlambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau proses pembusukan) akan berjalan kurang baik. Dalam pembudidayaan tanaman kedelai, sebaiknya dipilih lokasi yang topografi tanahnya datar, sehingga tidak perlu dibuat teras-teras dan tanggul (Deputi Menegristek, 2015).

Fase Pertumbuhan Kedelai

Pertumbuhan kedelai dibagi dalam fase vegetatif dan fase generatif. Fase vegetatif diawali dengan perkecambahan (VE), kemudian fase kotiledon (VC), fase pembentukan buku ke 1 (V1), fase pembentukan buku ke 2 (V2) fase pembentukan buku ke-n (Vn) (Tabel 1) (Suhartina et.al., 2012). Fase generatif ditandai dengan mucul bunga, pembentukan polong, pengisian polong, hingga polong masak penuh.

Kedelai mampu tumbuh pada semua jenis tanah namun untuk mendapatkan produktivitas yang optimum kedelai sebaiknya ditanam pada tanah berstruktur lempung berpasir atau liat berpasir (Andrianto dan Indarto, 2004).

Fase pertumbuhan tanaman kedelai terdiri dari fase vegetatif (tabel 1) dan fase generatif (tabel 2) . Fase vegetatif dihitung sejak tanaman mulai muncul ke permukaan tanah sampai saat mulai berbunga. Fase pertumbuhan vegetatif diawali dengan fase perkecambahan. Fase perkecambahan terjadi saat umur 3-7 hari setelah tumbuh (HST). Fase perkembangan kotiledon terjadi saat umur 7-15 HST hingga kotiledon telah berkembang sempurna. Fase munculnya daun ialah fase akhir dari pertumbuhan vegetatif dan bersamaan dengan berkembangnya kotiledon secara sempurna. Fase ini terdiri dari beberapa tahap yaitu munculnya trifolial pertama

(22)

hingga trifolial keenam. Umur maksimal tanaman saat fase ini berlangsung ialah antara 22-30 HST (Gambar 1) (Peder sen and Jason, 2007).

Fase vegetatif (V) diawali pada saat tanaman muncul dari tanah dan kotiledon belum membuka (Ve). Jika kotiledon telah membuka dan diikuti oleh membukanya daun tunggal (unifoliat) maka dikategorikan fase kotiledon (Vc) (tabel 1). Penandaan fase vegetatif berikutnya berdasarkan pada membukanya daun bertiga (trifoliat) sekaligus menunjukkan posisi buku yang dihitung dari atas tanaman pada batang utama. Fase V1 dicirikan oleh daun tunggal dan diikuti pula oleh membukanya daun bertiga, sekaligus posisi daun bertiga yang pertama membuka disebut sebagai buku pertama. Pada V2 bercirikan jika daun bertiga kedua (di atas daun bertiga pertama) telah membuka penuh, dan posisi ini disebut buku pertama, dan otomatis posisi daun bertiga yang ada di bawahnya dikategorikan berada pada buku kedua. Pola penentuan fase vegetatif berikutnya berdasarkan keberadaan daun bertiga dan fase ini akan

berakhir setelah terbentuknya bunga, sebagai organ reproduktif (Adie dan Krisnawati ,2013).

(23)

Berikut adalah fase pertumbuhan tanaman kedelai,Yaitu fase vegetatif dan juga fase generatif :

Tabel 1. Karakteristik fase tumbuh vegetatif pada tanaman kedelai.

Sandi fase Fase pertumbuhan Keterangan

Ve Kecambah tanaman baru muncul di atas tanah

Vc Kotiledonn daun keping (kotiledon) terbuka dan dua daun tunggal di atasnya juga mulai terbuka V1 Buku kesatu daun tunggal pada buku pertama telah

berkembang penuh, dan daun berangkai tiga pada buku di atasnya telah terbuka

V2 Buku Kedua daun berangkai tiga pada buku kedua telah berkembang penuh, dan daun pada buku di atasnya telah terbuka

V3 Buku Ketiga daun berangkai tiga pada buku ketiga telah berkembang penuh, dan daun pada buku keempat telah telah terbuka

V4 Buku Keempat daun berangkai tiga pada buku keempat telah berkembang penuh, dan daun pada buku kelima telah telah terbuka

V5 Buku Kelima daun berangkai tiga pada buku lima telah berkembang penuh, dan daun pada buku keenam telah telah terbuka penuh

Vn Buku ke n daun berangkai tiga pada buku ke n telah berkembang penuh

Sumber : (Adie dan Krisnawati,20

(24)

Tabel 2. Karakteristik fase tumbuh reproduktif pada tanaman kedelai.

Sandi fase Fase pertumbuhan Keterangan

R1 Mulai Berbunga terdapat satu bunga mekar pada batang utama

R2 Berbunga Penuh pada dua atau lebih buku batang utama terdapat bunga mekar

R3 Mulai Pembentukan terdapat satu atau lebih polong sepanjang 5 mm polong pada batang utama

R4 Polong Berkembang polong pada batang utama mencapai panjang penuh 2 cm atau lebih

R5 Polong Mulai Berisi polong pada batang utama berisi biji dengan ukuran 2 mm x 1 mm

R6 Biji Penuh Polong pada batang utama berisi biji berwarna hijau atau biru yang telah memenuhi rongga polong (besar biji mencapai maksimum)

R7 Polong Mulai Kuning satu polong pada batang utama menunjukkan coklat, matang warna matang (berwarna abu-abu atau kehitaman)

R8 Polong Matang Penuh 95% telah matang (kuning kecoklatan atau kehitaman)

Sumber : (Adie dan Krisnawati,2013) Varietas

Kedelai yang tumbuh secara liar di Asia Tenggara meliputi sekitar 40 jenis.

Penyebaran geografis dari kedelai mempengaruhi jenis tipenya. Terdapat 4 tipe kedelai yakni : tipe Mansyuria, Jepang, India, dan Cina. Dasar-dasar penentuan varietas kedelai ditentukan berdasarkan umur, warna biji dan tipe batang.

Berdasarkan umur tanaman, varietas-varietas unggul kedelai diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu varietas yang berumur kurang dari 75 hari (genjah),

(25)

varietas yang berumur 75-90 hari (sedang), dan varietas yang berumur lebih dari 90 hari (tinggi) (Widyawati, 2008).

Varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakter atau kombinasi genotip yang dapat membedakan dengan jenis atau spesies

yang sama. Varietas menurut ilmu botani adalah suatu populasi tanaman

dalam satu spesies yang menunjukkan ciri berbeda yang jelas.

Kedelai varietas lokal Grobogan telah sejak lama menjadi pilihan petani Jawa Tengah, khususnya petani Kabupaten Grobogan. Varietas lokal ini mempunyai keunggulan umur yang lebih pendek, polongnya besar, dan tingkat kematangan

polong dan daun bersamaan,jadi pada saat dipanen daun kedelai sudah rontok (Bank Pengetahuan Tanaman Pangan Indonesia, 2010).

Varietas Anjasmoro adalah varietas unggul kedelai yang dapat beradaptasi di agroekosistem lahan sawah, lahan kering, lahan rawa lebak, dan lahan rawa pasang surut. Varietas unggulan disenangi petani karena produksinya tinggi, bijinya besar, dan polong tidak mudah pecah. Varietas Anjasmoro memiliki daya hasil 2,03– 2,25 t/ha, tahan rebah, dan moderat terhadap penyakit karat daun(Balitkabi, 2008).

Keunggulan varietas Deja 1 memiliki umur masak yang genjah (79 hari), berukuran biji sedang (12,9 gram/100 biji). Selain itu, agak tahan hama ulat grayak, tahan hama penggerek polong dan penghisap polong, serta agak tahan penyakit karat daun dengan kandungan protein 39,6% dan lemak 17,3%. Varietas Devon 1 merupakan varietas kedelai yang memilki kandungan isoflavon yang tinggi. Dari uji adaptasi yang dilakukan varietas Devon 1 merupakan hasil rata-rata 3,09 t/ha. Umur berbunga

±34 hari dan umur masak tanaman selama ±83 hari (Balitkabi, 2015).

(26)

Varietas berperan penting dalam produksi kedelai, karena untuk mencapai hasil yang tinggi sangat ditentukan oleh potensi genetiknya. Potensi hasil di lapangan dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetik dengan pengelolaan kondisi lingkungan. Pengelolaan lingkungan tumbuh yang tidak dilakukan dengan baik, potensi hasil yang tinggi dari varietas unggul tersebut tidak dapat tercapai (Adisarwanto, 2006).

Keungulan suatu varietas dapat dinilai berdasarkan hasil, mutu hasil, ketahanan terhadap hama dan penyakit dan toleransi terhadap cekaman lingkungan abiotik. Pemilihan jenis tanaman yang tepat dan lokasi spesifik merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas lahan, varietas berdaya hasil tinggi, berumur genjah sampai sedang, tahan terhadap serangan hama dan penyakit dan stabil terhadap keragaman lingkungan . Pengadaan benih bermutu tinggi merupakan unsur penting dalam upaya peningkatan produksi tanaman (Purwanti,2004).

Beradasarkan data kementrian pertanian melalui badan penelitian dan pengembangan kacang dan umbi umbian maka Varietas varietas yang tahan genangan diantaranya adalah gepak kuning, grobogan, malika, arjasari, manglayang serta deja1 dan deja 2. Pada tahun 2017, DEJA 1, asal galur Tgm/Anj-750, dan DEJA 2, asal galur Sib/LJT-137, telah dilepas secara resmi oleh pemerintah Indonesia sebagai varietas unggul baru melalui SK Mentan No. 338/Kpts/TP.030/5/2017 dan 339/Kpts/TP.030/5/2017. Kedua varietas tersebut berpotensi hasil tinggi dan toleran terhadap cekaman jenuh air mulai umur 14 hari (fase V2) hingga fase masak (fase R7).

Pada kondisi tercekam kondisi tanah jenuh air, DEJA 1 dan DEJA 2 mampu memberikan hasil biji rata-rata 2,39 t/ha dan 2,38 t/ha, dengan potensi hasil masing- masing 2,87 t/ha dan 2,75 t/ha (Suhartina et al., 2017).

(27)

Genangan Terhadap Pertumbuhan Kedelai

Genangan merupakan masalah utama dibanyak daerah pertanian di dunia dan kedelai, merupakan tanaman yang peka terhadap genangan. Indonesia, kedelai umumnya diusahakan di lahan sawah setelah padi. Kondisi tanah yang tergenang (jenuh air) akibat air sisa penanaman padi atau air hujan sering menjadi salah satu penyebab rendahnya produktivitas kedelai di lahan sawah . Genangan atau kondisi jenuh air disebabkan oleh kandungan lengas tanah yang berada di atas kapasitas lapang (Shimamura et al., 2003).

Setelah penggenangan, terjadi perubahan yang cepat pada sifat tanah. Pada saat air memenuhi pori-pori tanah, udara didesak keluar, difusi gas berkurang dan senyawa beracun terakumulasi akibat kondisi anaerobik. Semua perubahan ini sangat mempengaruhi kemampuan tanaman untuk bertahan hidup. Sebagai responsnya, resistensi stomata meningkat, fotosintesis dan konduktivitas hidrolik akar menurun,dan translokasi fotoassimilat berkurang. Namun demikian, salah satu adaptasi terbaik tanaman terhadap hipoksia/anoksia adalah peralihan proses biokimia dan metabolisme yang umum terjadi pada saat ketersediaan O2 terbatas. Sintesis yang selektif satu set dari sekitar 20 protein stres anaerobik (ANPS) memungkinkan terjadinya proses metabolisme penghasil energi tanpa oksigen di bawah kondisi yang anaerob. Adaptasi lain yang diamati adalah perubahan morfologi yang terdiri dari pembentukan lentisel hipertrofi, inisiasi akar adventif dan/atau perkembangan aerenchyma ( Wiraatmaja,2017).

Rendahnya keragaman atau tidak adanya sumber ketahanan terhadap genangan pada tanaman kedelai menuntut adanya induksi varietas baru tahan kondisi genangan. Varian atau klon yang menunjukkan ketahanan terhadap cekaman

(28)

genangan dapat digunakan sebagai sumber plasma nutfah yang digunakan untuk persilangan tanaman kedelai. Varietas baru yang tahan genangan dapat digunakan untuk meningkatkan produksi tanaman kedelai nasional (Hapsari and addie, 2010).

Penurunan hasil kedelai pada kondisi tergenang (jenuh air) berkisar antara 15-25% pada umur 15-25 hari (fase vegetatif). Tanaman kedelai yang tergenang selama 3 hari mengakibatkan daun mengalami klorosis, gugur, pertumbuhan terhenti, dan akhirnya tanaman mati (Boru et al., 2003).

Penggenangan pada tanaman kedelai dapat berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi tanaman baik pada fase vegetatif maupun generatif. Pada parameter tinggi tanaman 5 MST dan jumlah daun 5 MST menunjukkan bahwa perlakuan penggenangan tertinggi terdapat pada G2 (fase generatif R1) dan yang terendah terdapat pada G1 (fase vegetatif V4). Hal ini menunjukkan bahwa penggenangan pada fase vegetatif lebih cepat mempengaruhi penghambatan pertumbuhan tanaman yang disebabkan terganggunya sistem metabolisme pada fase pertumbuhan tanaman (Girsang, 2020).

Perakitan varietas kedelai toleran genangan dapat dimulai dengan mengetahui karakter yang berhubungan dengan toleransi kedelai terhadap genangan, dilanjutkan dengan memahami pewarisan karakter tersebut dan mengidentifikasi varietas yang membawa karakter tersebut. Tersedianya verietas unggul kedelai toleran genangan memiliki arti penting bagi upaya peningkatan produksi kedelai. Pengembangan kedelai yang toleran genangan tidak hanya bermanfaat bagi pengembangan kedelai di lahan sawah, tetapi juga prospektif bagi wilayah yang sering mengalami cekaman genangan seperti lahan pasang surut. Tersedianya varietas unggul kedelai toleran genangan akan bermanfaat dalam mempercepat peningkatan produksi kedelai di

(29)

dalam negeri sehingga mengurangi impor yang makin meningkat (Adisarwanto dan Suhartina, 2001).

Beberapa kultivar kedelai yang tidak dirakit untuk lahan tergenang, dilaporkan adaptif terhadap lahan yang tergenang yaitu Wilis, Lokon, Orba, Leuser, Bromo, dan Argomulyo .Berdasarkan penurunan hasilnya bahwa Kutivar Slamet 24,75, Wilis 48,8, dan Tampomas 55,80% merupakan kultivar yang memiliki

toleransi pada lahan tergenang dengan penurunan hasil berturut-turut (Kuswantoro, 2010).

Pada kondisi lingkungan yang tidak mendukung seperti terjadinya genangan, tanaman dapat mengalami cekaman dan terhambat pertumbuhannya. Luas daun, berat basah, berat kering dan panjang akar menurun secara nyata dengan semakin meningkatnya tingkat cekaman genangan. Penurunan paling signifikan pada perlakuan cekaman genangan dengan pemberian konsentrasi genangan sebesar 200%

,artinya penggenangan sebesar 200% yaitu penggenangan dengan pemberian air setengah dari tanaman kedelai (Rohmah dan saputro, 2016).

Kedelai yang banyak mengalami perubahan warna daun menjadi kuning dapat digolongkan kurang toleran genangan. Adie (1997) melaporkan bahwa kedelai yang penurunan tinggi tanamannya saat berbunga rendah umumnya memiliki daun yang menguning kurang dari 10%.

Semakin tinggi cekaman genangan yang diberikan semakin panjang pula akar adventif yang terbentuk. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman yang mengalami cekaman genangan akan menunjukkan respon secara morfologi berupa pembentukan akar adventif untuk dapat bertahan dalam kondisi tercekam genangan. Pembentukan akar adventif meningkat secara signifikan pada cekaman 150%. Terbentuknya akar

(30)

adventif muncul dari bagian batang tanaman yang terendam dan tumbuh horizontal.

Akar adventif ini merupakan pengganti akar asli yang telah rusak dan memiliki kemampuan dan fungsi yang sama. Dengan adanya akar adventif ini dapat mengurangi pengaruh buruk genangan dengan memperluas area perakaran ke udara, meningkatnya respirasi aerob dan meningkatkan oksigen di daerah rhizosfer (Hapsari dan Adie, 2010).

Tanaman kedelai yang toleran terhadap genangan akan membentuk akar adventif atau akar bantuan, sementara tanaman kedelai yang tak toleran tidak muncul akar adventifnya, akar-akar adventif akan muncul di permukaan tanah yang dekat dengan oksigen, fungsinya mengganti akar-akar yang mati karena tergenang, daun- daun kuning pada galur harapan toleran jenuh air akan berubahmenjadi hijau, bahkan lebih hijau dibanding sebelumnya. Hal ini terjadi akibat kembalinya akar yang memang bertugas menyerap unsur hara dari tanah (Surhatina, 2011).

Toleransi terhadap lahan tergenang dapat diartikan sebagai kemampuan tanaman untuk mempertahankan hasil pertumbuhan yang optimal pada kondisi lahan yang tergenang atau kelebihan air. Mekanisme toleransi tanaman kedelai pada genangan penting diketahui dalam mengembangkan genotip kedelai yang toleran terhadap genangan. Ketahanan tanaman terhadap genangan dapat berupa penghindaran kondisi kekurangan oksigen dari daun ke akar dan kemampuan tanaman untuk melakukan metabolisme, atau dapat dikatakan pada kondisi tersebut respirasi berlangsung secara anaerob (Puspita, 2012).

(31)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lahan sawah irigasi Sememe Kecamatan Deli Tua, Sumatera Utara, Medan pada bulan Juni-September 2020

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas (Anjasmoro, Grobogan, Deja I dan Devon I) ,air, pupuk : Urea, Tsp, Kcl, insektisida, fungisida ,top soil,air.

Adapun alat yang digunakan adalah, cangkul, kamera, penggaris, spidol,

gembor , pulpen , kertas.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok ( RAK ) Non Faktorial dengan satu faktor yang terdiri dari :

V1 : Varietas Anjasmoro V2 : Varietas Grobongan V2 : Varietas Deja 1 V3 : Varietas Devon 1

Jumlah Ulangan : 6

Jumlah plot : 6

Ukuran Plot : 1200 cm x 100 cm Jumlah tanaman per plot : 6 tanaman

Jumlah sampel per plot : 3 tanaman Jumlah sampel seluruhnya : 72 tanaman Jumlah Tanaman seluruhnya : 144 tanaman

(32)

Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non Faktorial dengan model matematis sebagai berikut :

Yij = µ + αi + βj + εij Dimana :

Yij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah umum

αi = pengaruh perlakuan ke–i βj = pengaruh blok ke-j

εij = pengaruh galat percobaan dari pelakuan ke i dan ulangan ke-j.

Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui karakter yang berkaitan dengan karakter utama, yaitu untuk memperbaiki respon ikutan dalam penerapan seleksi tak langsung. Analisis korelasi dihitung berdasarkan Gaspersz (1994) :

rxy = n xiyi − (xi)(yi) (n xi2− (xi)2) (nyi2− (yi)2)

rxy = korelasi variabel x dan y n = jumlah objek pengamatan x = nilai variabel x y = nilai variabel y

Dalam kaitannya dengan seleksi, analisis ini dapat digunakan untuk mengetahui karakter morfofisiologi mana yang berkorelasi dengan hasil, sehingga dapat dijadikan karakter seleksi.

(33)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan lahan

Areal yang dibutuhkan untuk penelitian terlebih dahulu diukur sesuai dengan kebutuhan yaitu 3,6 m x 3,7 m.

Persiapan Benih

Benih direndam dengan fungisida terlebih dahulu sebelum penanaman agar terhindar dari jamur.

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam pada areal tanam dengan kedalaman ± 2 cm, kemudian dimasukkan 2 benih per lubang tanam dan kemudian ditutup kembali

Pemupukan

Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis anjuran kebutuhan pupuk kedelai di lahan sawah dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2008) yaitu 75 kg urea/ha (9,6 g/plot), 100 kg SP-36/ha (12,8 g/plot), dan 100 kg KCl/ha (12,8 g/plot). Dilakukan sebanyak 2 kali, dilakukan pada awal pertumbuhan dan awal pembentukan polong.

Pemeliharaan Tanaman Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati dengan tanaman cadangan yang masih hidup. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST.

(34)

Penyiangan

Penyiangan dilakukan sesuai kondisi lapangan. Penyiangan dilakukan dengan tujuan untuk menghindari persaingan hara antara gulma dengan tanaman.

Penyiangan dilakukan secara manual untuk membersihkan gulma yang ada disekitar tanaman.

Aplikasi zat pengatur tumbuh (ZPT) GA3 dan Asam Salisilat

ZPT GA3 dan Asam Salisilat diaplikasikan dengan sistem penyemprotan pada semua tanaman dengan dosis 150 ppm untuk GA3 dan 100 ppm untuk Asam Salisilat pada saat tanaman memasuki umur 2 MST sampai sebelum pembungaan. ZPT GA3

dan Asam Salisilat di aplikasikan secara bergantian pada tanaman tiap minggunya.

Penggenangan

Penggenangan dilakukan ketika tanaman sudah memasuki fase V5 atau ketika daun trifoliat sudah berjumlah lima dan tanaman sudah mulai berbunga.

Penggenangan dilakukan selama 96 jam, penggenangan dilakukan dengan ketinggian setengah dari tinggi tanaman (Gambar 2).

Gambar 1. Tanaman kedelai yang sedang digenangi

(35)

Pemanenan

Panen dilakukan saat kedelai menunjukkan kriteria panen yaitu ditandai dengan kulit polong sudah berwarna coklat dan daun telah berguguran . Panen dilakuan apabila tanaman sudah berumur lebih kurang 3 bulan.

Peubah Amatan Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman dihitung menggunakan meteran, pengukuran dimulai dari permukaan tanah sampai titik tumbuh terakhir dan dilakukan satu kali dalam seminggu dari 2 MST sampai tanaman mulai berbunga..

Jumlah daun (helai)

Jumlah daun dihitung berdasarkan banyaknya daun setiap tanaman dan dilakukan pada 2 MST sampai 5 MST dan juga setelah dilakukan nya penggenangan, perhitungan jumlah daun dilakukan dengan menghitung seluruh jumlah daun yang membuka sempurna pada setiap tanaman.

Laju Pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun

Laju pertambahan dihitung dengan membandingkan selisih dari parameter tinggi tanaman dan jumlah daun sebelum dilakukannya penggenangan dan setelah dilakukannya penggenangan yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Laju pertambahan = Minggu ke n – Minggu (n-1) Luas daun (mm2)

Luas daun di ukur menggunakan kertas milimeter, perhitungan luas daun dilakukan dengan mengambil sampel daun pada 5 MST (sebelum dilakukan penggenangan) dan pada 7 MST (setelah dilakukan penggenangan).

(36)

Bobot akar (g)

Bobot akar dihitung dengan cara memotong pangkal batang sehingga yang di dapat hanya akar saja,kemudian akar yang sudah dipotong di bersihkan dari tanah yang menempel lalu ditimbang menggunakan timbangn analitik untuk mengetahui bobot akar yang di dapat.

Akar adventif

Pengamatan pada bagian akar adventif ini melihat ada tidak nya akar adventif yang terbentuk setelah dilakukan penggenangan pada tanaman kedelai.

Jumlah polong berisi pertanaman

Jumlah polong dihitung dengan cara menghitung semua polong yang terbentuk pada setiap tanaman. Pengamatan dilakukan pada saat panen.

Bobot 100 biji (g)

Pengamatan bobot 100 biji dilakukan pada saat panen. Bobot 100 butir biji dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Bobot Biji = Bobot biji per tanaman x 100 biji Jumlah biji per tanaman

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter tinggi tanaman dan jumlah daun 5 MST (sebelum penggenangan) berbeda nyata antara keempat varietas yang digunakan. Sedangkan 7 MST (setelah dilakukan penggenangan) pada parameter tinggi tanaman dan jumlah daun berpengaruh nyata antara keempat varietas yang digunakan. Pengamatan parameter luas daun sebelum penggenangan tidak berbeda nyata antar keempat varietas dan luas daun setelah penggenangan berpengaruh nyata antara keempat varietas yang digunakan . Parameter akar adventif setelah penggenangan tidak berpengaruh nyata antar keempat varietas yang digunakan.

Sementara pengamatanparameter produksi menunjukkan hasil yang berbeda nyata antara keempat varietas yang digunakan. Untuk lebih jelas mengenai hasil pada masing masing parameter dapat dilihat pada paragraf berikut ini :

Tinggi Tanaman (cm) dan Jumlah Daun (Helai)

Data pengamatan dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 7-26. Hasil sidik ragam diketahui bahwa parameter tinggi tanaman pada saat 5 MST (sebelum penggenangan) dan 7 MST (setelah penggenangan) berpengaruh nyata serta antara varietas yang digunakan (Tabel 3).

Tabel 3. Rataan tinggi tanaman (cm) dan Jumlah daun (helai)

Umur Tanaman Varietas Tinggi

Tanaman

Jumlah Daun

Anjasmoro 42,52 12,56a

5 MST Grobogan 38,43 10,89b

(Sebelum Penggenangan) Deja 1 38,50 11.00ab

Devon 1 40,23 12,50a

Anjasmoro 49,89a 18,06a

7 MST Grobogan 39,20c 12,50b

(Setelah penggenangan) Deja 1 41,56b 15,50ab

Devon 1 45,72ab 16,28a

(38)

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji rataan berganda Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %

Pada tabel 3 menunjukkan bahwa varietas Anjasmoro memiliki rataan tinggi tanaman tertinggi sebelum dilakukannya penggenangan (5 MST) yaitu sebesar 42,52 dan varietas Grobogan memiliki rataan terendah yaitu 38,43. Varietas Anjasmoro mengalami peningkatan pada parameter tinggi tanaman setelah dilakukannya penggenangan (7 MST) yaitu sebesar 49,89 dan dari ke empat varietas yang digunakan tidak mengalami penurunan terhadap tinggi tanaman.

Pada tabel 3 menunjukkan bahwa varietas Anjasmoro memiliki rataan jumlah 1daun tertinggi sebelum dilakukannya penggenangan (5 MST) yaitu sebesar 12,56 dan varietas Grobogan memiliki rataan terendah yaitu 10,89. Varietas Anjasmoro mengalami peningkatan pada parameter jumlah setelah dilakukannya penggenangan (7 MST) yaitu sebesar 18,06 dan dari ke empat varietas yang digunakan mengalami peningkatan.

Laju pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun Tabel 4. Laju pertumbuhan tinggi tanaman

Pada tabel 4 menunjukkan bahwa laju pertambahan tinggi tanaman setelah dilakukannya penggenangan pada varietas anjasmoro dan devon 1 mengalami peningkatan dan pada varietas grobogan dan deja 1 mengalami penurunan.

Varietas Laju pertumbuhan sebelum tergenang

Laju pertumbuhan setelah tergenang

Keterangan

Anjesmoro 4,91 7,37 Meningkat

Grobogan 3,77 0,77 Menurun

Deja 1 5,82 3,06 Menurun

Devon 1 4,55 5,49 Meningkat

(39)

Tabel 5. Laju pertambahan jumlah daun

Pada tabel 5 menunjukkan bahwa laju pertambahan pada parameter jumlah daun setelah dilakukannya penggenangan mengalami penurunan pada setiap varietas yang diamati.

Luas Daun (mm2) dan Akar Adventif

Data pengamatan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 27-32. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa luas daun sebelum penggenangan tidak berpengaruh nyata antar varietas yang digunakan, sedangkan luas daun setelah penggenangan berpengaruh nyata antar varietas yang digunakan. Untuk parameter akar adventif tidak berpengaruh nyata antar varietas yang digunakan (Tabel 4).

Tabel 6. Rataan luas daun sebelum penggenangan (mm2) , luas daun setelah penggenangan (mm2) dan akar adventif

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji rataan berganda Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 % Varietas Laju pertumbuhan

sebelum tergenang

Laju pertumbuhan setelah tergenang

Keterangan

Anjesmoro 5,56 5,55 Menurun

Grobogan 5,06 1,61 Menurun

Deja 1 5,33 4,5 Menurun

Devon 1 6,17 3,78 Menurun

Varietas Luas daun sebelum penggenangan

Luas daun setelah penggenangan

Akar adventif

Anjesmoro 28,83 38,25a 6,39

Grobogan 25,33 24,11c 7,06

Deja 1 32,56 28,56b 6,56

Devon 1 30,11 25,78b 6,44

(40)

Pada tabel 4. Luas Daun Sebelum Penggenangan menunjukkan bahwa varietas Deja 1 memiliki rataan tertinggi 32,56 mm2 dan Grobogan memiliki rataan terendah yaitu 25,33 mm2. Luas daun setelah penggenangan menunjukkan adanya peningkatan pada varietas Anjasmoro yang memiliki rataan tertinggi yaitu 38,25 mm2 , sedangkan untuk varietas kedelai lainnya terjadi penurunan luas daun.

Pada tabel 4. Akar adventif setelah dilakukan penggenangan (7 MST) menunjukkan bahwa varietas grobogan memiliki rataan tertinggi 7,06 dan varietas Devon 1 memiliki rataan terendah yaitu 6,44.

Bobot Akar (g) , Jumlah Polong dan Bobot 100 Biji (g)

Data pengamatan jumlah bobot akar dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 33- 38. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa bobot akar, jumlah polong dan bobot 100 biji menunjukkan berpengaruh yang nyata antar varietas yang digunakan.

Tabel 7. Rataan bobot akar (g) , jumlah polong dan bobot 100 biji (g)

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji rataan berganda Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %

Pada tabel 5. Bobot akar menunjukkan bahwa varietas Devon 1 memiliki rataan tertinggi 2,65 g dan varietas grobogan memiliki rataan terendah 0,87 g.

Varietas Bobot Akar Jumlah Polong Bobot 100 biji

Anjesmoro 2,44a 5,91a 12,96b

Grobogan 0,87b 3,85b 16,11a

Deja 1 2,42a 4,75ab 12,97b

Devon 1 2,65a 5,32a 13,81b

(41)

Varietas Devon 1 berbeda nyata dengan grobogan tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas Anjasmoro dan dan Deja 1.

Pada tabel 5. Jumlah polong menunjukkan bahwa varietas Anjasmoro memiliki rataan tertinggi yaitu 5,91 dan varietas Grobogan memiliki rataan terendah yaitu 3,85 , varietas Anjasmoro berbeda nyata dengan varietas Grobogan dan Devon 1 tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas Deja 1.

Pada tabel 5. Bobot 100 biji meunjukkan bahwa varietas Grobogan memiliki rataan tertinggi yaitu 16,11 g yang berbeda nyata terhadap varieats lainnya.

Analisis Korelasi antar Karakter

Karakter korelasi yang nyata dapat digunakan untuk melihat hubungan antar karakter.

Tabel 8. Analisis korelasi antar karakter sebelum penggenangan Tinggi Tanaman Jumlah Daun

Jumlah Daun 0,862**

Luas Daun -0,093 0,143

Keterangan : 0 = tidak ada korelasi; >0-0,25 = korelasi sangat lemah;

>0,25-0,5 = korelasi cukup; >0,5-0,75 = korelasi kuat;

0,75-0,99 =korelasi sangat kuat, 1 =korelasi sempurna.

Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai korelasi sangat nyata dan tertinggi adalah pada karakter tinggi tanaman yang berkorelasi positif dengan karakter jumlah daun, artinya setiap penambahan tinggi tanaman maka jumlah daun juga bertambah. Hal ini duga karena semakin tinggi tanaman maka semakin banyak daun yang terbentuk.

(42)

Tabel 9. Analisis korelasi antar karakter setelah penggenangan.

T T JD LD AA BA JP

JD 0,994**

LD 0,774** 0,804**

AA -0,956 -0,959 -0,63

BA 0,866** 0,871** 0,464** -0,973

JP 0,998** 0,99** 0,79** -0,94 0,839**

B100B 0,774** -0,882 -0,669 0,923** -0,921 -0,813 Keterangan. TT : Tinggi tanaman, JD : Jumlah daun, LD : Luas daun, AA: Akar

adventif, BA : Bobot akar, JP : Jumlah polong, B100B: Bobot 10 biji Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai korelasi sangat nyata dan tertinggi adalah pada karakter tinggi tanaman yang berkorelasi positif dengan karakter jumlah daun, luas daun, bobot akar, jumlah polong dan bobot 100 biji artinya setiap penambahan tinggi tanaman maka jumlah daun, luas daun, bobot akar, jumlah polong dan bobot 100 biji juga bertambah. Korelasi yang sangat nyata dan tinggi selanjutnya terdapat pada karakter jumlah daun berkorelasi positif dengan karakter , luas daun, bobot akar, jumlah polong dan bobot 100 artinya setiap penambahan jumlah daun maka karakter bobot akar, jumlah polong dan bobot 100 biji juga bertambah.

Hasil analisis koefisien korelasi tinggi tanaman dengan jumlah daun pada saat sebelum tergenang dan sesudah tergenang mempunyai hubungan korelasi positif yang sangat kuat. Hal ini ditandai oleh nilai koefisien korelasi pada saat sebelum tergenang dan sesudah tergenang yaitu 0,75-0,99 . Koefisien korelasi jumlah daun dengan luas daun daun pada saat sebelum tergenang dan sesudah tergenang mempunyai hubungan korelasi positif yang kuat. Hal ini ditandai oleh nilai koefisien korelasi pada saat sebelum tergenang dan sesudah tergenang yaitu >0,5-0,75.

(43)

Pembahasan

Pengaruh varietas terhadap pertumbuhan dan produksi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter tinggi tanaman dan jumlah daun sebelum penggenangan tidak berbeda nyata antara varietas yang digunakan kecuali pada saat 3 MST dam 5 MST , sedangkan pada pengamatan parameter luas daun tidak berbeda nyata dan pada pengamatan parameter produksi menunjukkan hasil yang berbeda nyata.

. Varietas Anjasmoro menunjukkan rataan tinggi tanaman,jumlah daun dan jumlah polong tertinggi dibandingkan dengan varietas lainnya.Varietas Devon 1 memiliki rataan bobot akar tertinggi dibandingkan varietas lainnya. Varietas Deja 1 menunjukkan rataan jumlah luas daun tertinggi dan Varietas Grobogan menunjukkan rataan jumlah akar adventif dan bobot 100 biji terbaik. Perbedaan hasil yang di dapat pada masing-masing varietas ini dapat terjadi karena adanya pengaruh dari genotipe masing-masing varietas dan juga faktor lingkungan. Pendapat Andrianto dan Indarto (2004) dalam penelitian Calvin (2018) menyatakan bahwa perbedaan parameter pertumbuhan pada tanaman terjadi karena pengaruh genotip serta lingkungan tumbuh tanaman sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan dan perbedaan pertumbuhan.

Hasil fenotip yang ditampilkan di lapangan merupakan interaksi dari genotip dengan lingkungan.

Varietas berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah polong berisi per tanaman dan bobot 100 biji tanaman kedelai.Berdasarkan pengamatan parameter jumlah polong pertanaman yang paling tinggi adalah varietas Anjasmoro dan paling rendah adalah varietas Grobogan.Adanya pengaruh yang nyata antara penggenangan dengan fase pertumbuhan dan produksi kedelai.Penggenangan pada masa vegetatif

(44)

dapat mempengaruhi perakaran tanaman sehingga penyerapan hara oleh tanaman berkurang sehingga menyebabkan penurunan hasil tanaman . Hal ini juga sesuai Hal ini sesuai dengan penelitian Septian (2018) yang menyatakan bahwa pada penggenangan masa vegetatif dapat menghambat penyerapan hara yang mengakibatkan terganggunya proses metabolisme pada tanaman.

Keempat varietas memiliki perbedaan karakteristik dan daya adaptasi terhadap stress yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa setiap varietas menunjukkan karakter morfologi dan produksi yang berbeda. Selain itu, pengaruh lingkungan juga ikut mempengaruhi kemampuan produksi dari masing-masing varietas. Hal ini sesuai dengan literatur Ramdhani dan Dani (2016) yang menyatakan bahwa respon setiap varietas kedelai terhadap kondisi tergenang berbeda-beda.

Perbedaan respon tersebut terjadi akibat bagaimana kemampuan suatu varietas untuk beradaptasi pada kondisi yang kurang optimal. Varietas yang mampu beradaptasi pada kondisi jenuh air akan menunjukkan hasil yang sedikit lebih baik dibandingkan varietas yang tidak mampu beradaptasi.

Daun yang terbentuk pada saat pertanaman kedelai akan terbentuk dengan baik apabila cahaya dan respirasi yang terjadi tidak tergangu hal ini sesuai dengan literatur Wahyuni et al. (2018) Semakin banyak daun, maka semakin banyak tempat terjadinya proses fotosintesis. Namun jumlah daun yang terlalu banyak akan menghambat pertumbuhan tanaman, karena daun akan saling menaungi satu dengan yang lainnya. daun yang ternaungi tidak akan melangsungkan proses fotosintesis karena tidak memperoleh cahaya. Daun tersebut hanya akan mengkonsumsi fotosintat, yang seharusnya digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada gilirannya hasil tanaman juga tidak akan optimal.

(45)

Pemberian zat pengatur tumbuh Berdasarkan penelitian dari Girsang (2020) pemberian ZPT tidak menunjukkan adanya perbedaan yang berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong per tanaman, jumlah biji pertanaman, bobot biji pertanaman dan bobot 100 biji. Dalam hal ini ZPT yang digunakan adalah Giberelin (GA3) dan asam salisilat. Pemberian GA3 dan asam salisilat dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi pada tanaman. Namun pada penelitian ini pemberian GA3 dan asam salisilat tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap pertumbuhan dan produksi pada seluruh perlakuan sehingga tidak menunjukkan berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter.

Menurut Girsang (2020) Pemberian ZPT dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman yang disebabkan oleh peningkatan pembelahan dan pemanjangan sel, sehingga adanya penambahan tinggi tanaman dan jumlah daun yang diakibatkan oleh penyemprotan giberelin. Perbedaan tinggi tanaman akan dapat dibandingkan dengan penyemprotan giberelin, sehingga tanaman yang tidak disemprotkan dengan giberelin akan tumbuh dengan normal dibandingkan dengan tanaman yang disemprotkan giberelin. Hal ini yang menyebabkan tidak adanya perbedaan yang nyata pada pemberian ZPT. Hal ini didukung literatur Hal ini sesuai dengan pernyataan Pertiwi, et al., (2014) yang menyatakan bahwa tinggi tanaman yang meningkat disebabkan oleh adanya peningkatan pembelahan sel sehingga tinggi tanaman yang disemprotkan giberelin lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi tanaman yang tidak disemprotkan giberelin semakin tinggi dosis ZPT yang diberikan akan meningkatkan rataan tinggi tanaman dan jumlah polong berisi tanaman kedelai.

Pemberian asam salisilat dan giberelin (GA3) dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman apabila diberikan sesuai dengan konsentrasi

(46)

yang dibutuhkan tanaman hal ini sesuai dengan literatur Calvin et al (2019) yang menyatakan bahwa varietas burangrang dan anjasmoro menunjukkan hasil yang terbaik setelah diaplikasikan dengan GA3 (200 ppm) dan asam salisilat (150 ppm) serta sejalan dengan pernyataan Sumarno et al (2007) yang menyatakan bahwa Aplikasi giberelin dapat meningkatkan jumlah polong. Varietas burangrang dan anjasmoro dapat menjanjikan hasil yang lebih baik setelah diberikan zat pengatur tumbuh.

Respon varietas terhadap pertumbuhan dan produksi akibat genangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya genangan berbeda nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun,luas daun,bobot akar,jumlah polong dan juga bobot 100 biji, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah akar adventif.

Parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun sebelum dilakukan nya penggenangan tidak berbeda nyata sedangkan setelah dilakukan penggenangan memperlihatkan adanya perbedaan yang nyata pada pada varietas anjasmoro, grobogan, deja 1 dan devon 1 . Hal ini sesuai dengan literatur Sarawa (2009) yang menyatakan bahwa Pemberian air dengan konsentrasi yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman, baik tinggi tanaman, jumlah daun maupun luas daun. Air merupakan komponen penting dalam pertumbuhan tanaman. Air berfungsi bukan hanya sebagai bahan baku dalam proses fotosintesis, akan tetapi air juga sebagai bagian terbesar dari protoplasma sel. Hal ini juga didukung dengan literatur Riani et al., (2001) dalam penelitian Lisna (2017) yang menyatakan mengatakan bahwa setiap tanaman menunjukkan pertumbuhan dan hasil yang beragam sebagai akibat dari pengaruh genetik dan lingkungan, dimana pengaruh genetik merupakan pengaruh keturunan yang dimiliki setiap galur atau

(47)

varietas sedangkan pengaruh lingkungan adalah pengaruh yang ditimbulkan oleh habitat dan kondisi lingkungan.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan didapatkan hasil pertumbuhan tinggi tanaman yang berbeda sebelum dilakukannya penggenangan dan setelah dilakukannya penggenangan. Peneliti menduga bahwa penggenangan menyebabkan nutrien menjadi lebih tersedia untuk pertumbuhan tanaman . Hal ini sesuai dengan literatur Kawano et al., (2009) Hal ini dimungkinkan terjadi disebabkan karena penggenangan menyebabkan nutrien menjadi lebih tersedia bagi tanaman yang kemudian digunakan tanaman untuk pertumbuhannya yang ditunjukkan dengan

meningkatnya tinggi tanaman. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Vriezen Zhou et al., (2003) bahwa penggenangan meningkatkan ketersediaan nutrien

yang dibantu oleh aktivitas mikrobia. Ketersediaan hara yang optimal memberikan kontribusi pada pertumbuhan tanaman.

Parameter Akar adventif menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap varietas Anjasmoro,Grobogan, Deja 1 dan Devon 1 setelah dilakukannya penggenangan. Peneliti menduga bahwa cekaman genangan yang terjadi tidak membuat pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan akar adventif. Hal ini sesuai dengan literatur Hapsari dan Adie (2010) yang menyatakan bahwa Semakin tinggi cekaman genangan yang diberikan semakin panjang pula akar adventif yang terbentuk . Hal ini juga didukung dengan pendapat Komariah et al., (2004) yang menyatakan bahwa bahwa tanaman yang mengalami cekaman genangan akan menunjukkan respon secara morfologi berupa pembentukan akar adventif untuk dapat bertahan dalam kondisi tercekam genangan. Tanaman memiliki daya adaptasi

(48)

terhadap lingkungan perakaran yang kekurangan oksigen dengan cara membentuk akar lateral dan akar adventif.

Pada kondisi tergenang akar mengalami kondisi penghambatan dalam proses memperoleh oksigen. Peneliti menduga dari penelitian yang telah dilakukan bahwa akar tanaman mengalami kekurangan oksigen sehingga menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Dennis et al., (2000) yang menyatakan bahwa Salah satu efek utama genangan air adalah rendahnya keberadaan O2 di bagian tanaman yang terendam, karena gas O2 berdifusi 10.000 lebih cepat di udara dibandingkan di dalam air. Pengaruh terbatasnya O2 pada metabolisme sel tergantung pada konsentrasinya dan penurunan ketersediaan O2 secara gradual pada akar memiliki berbagai pengaruh pada metabolisme tanaman.

Mekanisme tanaman terhadap kondisi tergenang dapat melalui penghindaran stress ataupun toleransi terhadap stress. Peneliti menduga berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa salah satu mekanisme adaptasi tanaman kedelai tergenang yaitu dengan memunculkan akar adventif . hal ini sesuai dengan literatur Margement et al., (2000) yaitu tanaman punya respon berbeda pada rendahnya tekanan parsial oksigen. Pada tanaman dalam keadaan terendam, jaringan akarnya akan merespon terhadap kelebihan air dengan membentuk jaringan akar adventif.

Akar adventif berfungsi sebagai tempat masuknya oksigen sehingga dalam kondisi tergenang tanaman masih bisa mengambil oksigen yang ada di udara. Semakin toleran aksesi tembakau maka jumlah akar adventifnya semakin banyak. Semakin berkembang akar adventif maka semakin meningkat tingkat toleransi terhadap penggenangan.

(49)

Berdasarkan pengamatan parameter jumlah polong pertanaman yang tertinggi adalah varietas Anjasmoro dan yang terendah adalah varitas Grobogan.

Pada parameter pengamatan bobot 100 biji pertanaman yang tertinggi adalah Grobogan dan yang terendah adalah Anjasmoro. Peneliti menduga bahwa penggenangan berpengaruh terhadap pembentukan polong pada setiap tanaman karena hasil yang di dapat dipengaruhi oleh genotip maupun lingkungan pada tanaman tersebut Hal ini sesuai dengan literatur Tampubolon (1989) yang menyatakan bahwa Penggenangan menurunkan dua komponen hasil yaitu jumlah polong pertanaman dan bobot 100 biji, akan tetapi penurunan terbesar terjadi pada jumlah bobot 100 biji . Penurunan bobot 100 biji adalah sebagai akibat dari menurunnya jumlah polong dan meningkatnya persen polong hampa. Hal ini juga didukung dengan penelitian Fatimah dan Saputro (2016), yang menyatakan bahwa Stres genangan air dapat menyebabkan penuaan dini sehingga daun klorosis, nekrosis, dan gugur serta pertumbuhan tanaman terhambat yang pada akhirnya mempengaruhi hasil. Besarnya penurunan hasil ini juga tergantung pada varietas kedelai yang ditanam, fase pertumbuhan tanaman dan lamanya tergenang.

Pada kondisi lahan yang tergenang dapat mengakibatkan penurunanan pada hasil produksi tanaman diantaranya jumlah polong berisi pada tanaman mengalami penurunan tergantung pada fase penggenangan dan toleransi setiap varietas yang berbeda. Hal ini dapat ditunjukkan pada interaksi varietas dan penggenangan pada parameter jumlah polong berisi yang tertinggi terdapat varietas Anjasmoro dan pada parameter jumlah polong berisi yang terendah pada varieats Grobogan . Hal ini didukung dengan pernyataan Kurnia dan Dani (2016) yang menyatakan bahwa besarnya pengaruh negatif pada lahan yang tergenang terhadap pertumbuhan dan

Gambar

Gambar 1. Tanaman kedelai yang sedang digenangi

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengukur mutu modal manusia, United Nations Development Program (UNDP) mengenalkan konsep mutu modal manusia yang diberi nama Human Development Indeks atau

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi dengan efikasi diri pasien post stroke dalam menjalani fisioterapi di RSUP H.Adam Malik Medan dengan

H0 = Tidak terdapat aktivitas hepatoprotektif dari pemberian ekstrak kurma ruthab ( Phoenix dactylifera ) terhadap sayatan histologi hepar mencit ( Mus musculus )

Berdasarkan hasil analisis peneliti dilapangan, dari penelitian yang berjudul (Strategi da’i dalam mengajarkan Al-Qur’an di desa Doda Kec. Lore tengah Kab. Pelaksanaan nya

pembajak pesawat masih hidup, para saksi mata melihat dan mendengar rentetan ledakan saat gedung roboh, ribuan arsitek dan insinyur menolak gedung tinggi menjulang ini dapat

[r]

Aplikasi ini menampilkan gambar Pintu Sistim Pernapasan, Pharynx dan Larynx, Saluran ke Paru â paru, Respirasi Pulmonal, Perjalanan Melalui Tubuh, Pernapasan di Bawah Kontrol Kita

Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya pada penggunaan sampel perusahaan yaitu perusahaan yang konsisten terdaftar di LQ45 Bursa Efek