• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan dan Konsumsi serta Kecernaan Nutrien pada Domba yang Diberi Ransum yang Disuplementasi Minyak, Kedelai Sangrai, Sabun Mineral, dan Mineral Organik

Pertambahan bobot badan domba yang diberi ransum yang disuplementasi minyak ikan, sabun kalsium minyak ikan, sabun kalsium minyak jagung, kedelai sangrai, dan campuran mineral lebih tinggi (p<0.01) dibandingkan dengan ransum yang disuplementasi minyak jagung, sabun zink minyak ikan, dan sabun zink minyak jagung (Tabel 7). Peningkatan bobot badan tersebut disebabkan oleh peningkatan retensi N pada domba dan efisiensi penggunaan lemak.

Konsumsi bahan kering domba yang diberi ransum yang disuplementasi minyak jagung, sabun kalsium minyak jagung, dan kedelai sangrai lebih tinggi (p<0.01) dibandingkan dengan domba yang diberi ransum yang disuplementasi minyak ikan, sabun kalsium minyak ikan, sabun zink minyak ikan, sabun zink minyak jagung, dan campuran mineral. Kecernaan bahan kering ransum yang disuplementasi sabun kalsium minyak ikan lebih tinggi (p<0.01) dibandingkan ransum lainnya. Retensi N (g hr-1) domba yang diberi ransum yang disuplementasi sabun kalsium minyak ikan, kedelai sangrai, dan campuran mineral lebih tinggi (p<0.01) dibandingkan dengan domba yang diberi ransum yang disuplementasi minyak ikan, minyak jagung, sabun kalsium minyak jagung, sabun zink minyak ikan, dan sabun zink minyak jagung. Total digestible nutrient

ransum yang disuplementasi minyak ikan, minyak jagung, dan sabun kalsium minyak ikan lebih tinggi (p<0.01) dibandingkan dengan ransum yang disuplementasi sabun kalsium minyak jagung, sabun zink minyak ikan, sabun zink minyak jagung, kedelai sangrai, dan campuran mineral. Hasil ini menunjukan bahwa penggunaan sabun kalsium minyak ikan atau minyak jagung lebih efektif dibandingkan dengan sabun seng.

Tabel 7. Pertumbuhan dan konsumsi serta kecernaan nutrien pada domba yang diberi ransum yang disuplementasi minyak, kedelai sangrai, sabun mineral, dan mineral organik

Ransum Peubah

MI MJ CaMI CaMJ ZnMI ZnMJ KS CM

Pbb (g hr-1) 99 ± 20 c 86 ± 16 b 114 ± 35 c 103 ± 30 c 88 ± 41 b 53 ± 37 a 105 ± 25 c 103 ± 27 c Konsumsi BK (g hr-1) 820±120a 903 ± 56 b 856±105 a 947±25 b 847±110 a 785±57 a 933±42 b 805±85 a Kecernaan BK (%) 68 ± 2.4 a 70 ± 0.8 a 76 ± 5.6 b 68 ± 3.7 a 60 ± 4.7 a 65 ± 7.0 a 68 ± 3.0 a 68 ± 4.9 a Retensi N (g hr-1) 10± 0.5 a 10.0±1.5 a 11.8± 1.0b 9.8 ± 0.8 a 9.0 ± 0.9 a 9.0 ± 0.4 a 12.2 ±1.2b 13.2±1.3 b Retensi N/N konsumsi (%) 42± 1.4 a 45 ± 7.4 b 48 ± 5.7 b 39 ± 8.3 a 35 ± 10.7 a 46 ± 5.6 b 46 ± 6.1 b 55 ± 4.1 b Retensi N/N tercerna (%) 64± 7.9 b 58 ± 6.2 a 61 ± 5.6 a 56±10.3 a 60 ± 8.0 a 68 ± 3.9 c 64 ± 8.0 b 76 ± 2.9 d TDN (%) 70 ± 4.0 b 70 ± 0.8 b 75 ± 4.5 b 65 ± 3.7 a 69 ± 4.8 a 65 ± 6.3 a 67 ± 2.5 a 66 ± 5.0 a

Huruf sama pada peubah yang sama, tidak berbeda nyata; MI=Ransum basal + Minyak ikan; MJ= Ransum basal + Minyak jagung; CaMI= Ransum basal + Ca-Minyak ikan; CaMJ= Ransum basal + Ca-minyak jagung; ZnMI= Ransum basal +Zn-minyak ikan; ZnMJ= Ransum basal + Zn-minyak jagung; KS = Ransum basal + Kedelai sangrai; CM= Ransum basal + campuran Zn, Cu, Se, Cr-organik.

Pertambahan bobot badan domba yang diberi ransum dengan suplementasi sabun kalsium lebih tinggi (p<0.05) dibandingkan dengan domba yang diberi ransum yang disuplementasi sabun zink (108.5 g hr-1 vs 70 g hr-1).

Pengaruh suplementasi minyak ikan dalam bentuk sabun kalsium tidak berbeda dengan minyak ikan pada pertambahan bobot badan dan konsumsi bahan kering. Asam lemak rantai panjang (> C20 ) pada minyak ikan kemungkinan masih ada yang lolos dari degradasi rumen sehingga asam lemak tersebut dapat dimanfaatkan oleh induk semang. Minyak ikan kaya akan asam lemak arakhidonat sebagai prekursor prostaglandin yang merupakan substan seperti hormon yang berperan dalam penyerapan nutrien. Kenyataan ini juga dapat dilihat pada TDN ransum yang disuplementasi minyak ikan dan sabun kalsium minyak ikan tidak berbeda (70 vs 76%). Penggunaan 3% minyak ikan tuna yang diproteksi (rumen protected tuna oil) dan minyak hewan (tallow) 3% dalam ransum domba menghasilkan pertambahan bobot badan yang tidak berbeda di antara keduanya yaitu 196 g hr-1 dan 218 g hr-1 (Kitessa et al. 2001).

Suplementasi sabun kalsium minyak jagung dan minyak jagung memberikan respons bobot badan domba berbeda (103 g hr-1 vs 86 g hr-1). Penelitian ini menunjukkan bahwa proteksi asam lemak dalam bentuk sabun kalsium memperbaiki produktivitas ternak, karena asam-asam lemak esensial dapat langsung dimanfaatkan oleh ternak tanpa didegradasi oleh mikrob rumen. Asam lemak esensial dibutuhkan untuk pertumbuhan dan mempertahankan kesehatan karena asam lemak esensial merupakan pembangun struktur sel dan integritas struktur membran sel. Defisiensi asam lemak esensial menyebabkan hiperkeratosis pada usus maupun kelenjar ambing. Hiperkeratosis pada usus dapat menyebabkan gangguan penyerapan nutrien sehingga pertumbuhan menjadi tidak normal. Proteksi lemak dalam minyak jagung menyebabkan proteksi terhadap asam linoleat yang banyak terdapat pada minyak jagung. Asam linoleat merupakan prekursor asam linolenat dan arakhidonat. Proteksi asam linoleat berarti menyediakan bahan baku untuk sintesis arakhidonat dan prostaglandin makin tersedia. Sabun kalsium minyak jagung ini juga memperbaiki efisiensi penggunaan energi karena energi yang tadinya digunakan dalam perpanjangan asam lemak dapat digunakan untuk proses metabolisme lainnya.

2

Suplementasi kacang kedelai sangrai menghasilkan pertambahan bobot badan domba cukup tinggi (105 g hr-1), sama dengan ransum yang diberi sabun kalsium minyak ikan dan kalsium minyak jagung. Pertambahan bobot badan yang tinggi terjadi karena kacang kedelai sangrai menyediakan protein dan energi sekaligus, sehingga responsnya bisa menyamai ransum yang disuplementasi minyak ikan dan kalsium minyak jagung yang merupakan sumber energi. Peningkatan konsumsi bahan kering domba yang diberi kedelai sangrai terjadi karena suplemen tersebut dapat memperbaiki palatabilitas.

Pertambahan bobot badan domba yang diberi ransum yang disuplementasi mineral organik (Zn, Cu, Cr dan Se-organik) mencapai 103 g hr-1. Suplementasi mineral organik pada penelitian ini dapat meningkatkan produktivitas domba. Peningkatan pertumbuhan tersebut terjadi karena mineral yang disuplementasi merupakan mineral yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam pertumbuhan. Mineral Zn berperan dalam pertumbuhan sel. Mineral Zn merupakan bagian dari enzim yang terkait dengan pertumbuhan. Mineral Cr adalah bagian dari GTF yang berfungsi membantu kinerja insulin untuk memasok glukosa dalam sel. Oleh karena itu mineral tersebut mampu meningkatkan pertumbuhan ternak. Di samping itu Cr juga berperan dalam metabolisme protein khususnya inkorporasi asam amino. Mineral Se juga berperan sangat besar dalam pertumbuhan karena mampu mengubah hormon T4 menjadi T3 yang memacu metabolisme umum sehingga produktivitas ternak meningkat dengan suplementasi Se. Langlands et al. (1991) melaporkan suplementasi Se dengan konsentrasi 60 ηmol l-1 sampai 400 ηmol l-1 darah meningkatkan pertumbuhan wool, diameter serat, dan pertambahan bobot badan domba.

Mineral organik lebih bermanfaat karena lebih mudah larut dan lebih mudah diserap (Georgievskii 1982; McDowell 1997) serta bebas dari gangguan antagonisnya (Chase et al. 2000; Bailey et al. 2001). Pada penelitian ini mineral organik disuplementasikan bersama-sama, dan diketahui bahwa mineral Zn dan Cu bersifat antagonis namun respons terhadap domba tetap tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa mineral yang disuplementasi tidak memberikan efek negatif terhadap lainnya.

3

Menurut Rojas et al. (1995) ketersediaan Zn-lys lebih besar sebagai sumber mineral Zn dibanding lainnya, hal ini berdasarkan akumulasi Zn di dalam hati, ginjal dan pankreas domba lebih besar. Domba yang mendapat ransum limbah agroindustri dan ransum standar yang disuplementasi dengan Zn, Cu lisinat serta Zn, Cu proteinat menghasilkan pertumbuhan sebesar 46 sampai 157 g hr-1. Pertumbuhan domba tertinggi dihasilkan dari ransum hasil samping yang disuplementasi dengan Zn, Cu proteinat (Irawan 2002).

Konsumsi pakan merupakan respons dari interaksi beberapa faktor yaitu penginderaan, gastrointestinal dan sistem syaraf. Penelitian ini menunjukan bahwa konsumsi ransum yang mendapat suplementasi minyak baik yang diproteksi dalam bentuk kalsium minyak ikan atau kalsium minyak jagung maupun tanpa proteksi tidak berbeda. Konsumsi yang lebih rendah pada minyak ikan dibandingkan dengan kalsium minyak jagung kemungkinan disebabkan oleh bau amis minyak ikan. Kitessa et al. (2001) melaporkan bahwa pemberian 3% minyak ikan yang diproteksi (PTO = protected tuna oil) dan minyak ikan tanpa proteksi (UTO = unprotected tuna oil ) mempengaruhi konsumsi bahan kering (847 g hr-1 vs 736 g hr-1) tetapi tidak mempengaruhi konsumsi lemak domba (59.3 g hr-1 vs 52.3 g hr-1).

Konsumsi bahan kering domba yang diberi ransum yang disuplementasi kedelai sangrai paling tinggi di antara semua perlakuan (933 g hr-1). Hal ini disebabkan aroma dan rasa yang mungkin disukai oleh ternak. Pada ternak ruminansia indera penciuman memegang peranan penting dalam konsumsi pakan. Konsumsi bahan kering domba yang diberi ransum dengan suplementasi campuran mineral hanya mencapai 805 g hr-1. Rendahnya konsumsi bahan kering ini disebabkan suplemen tersebut merupakan hasil biofermentasi sehingga menghasilkan mineral proteinat (yeast). Produk tersebut memproduksi protein

yeast sehingga kadar protein pakan juga meningkat. Protein pakan yang tinggi mengakibatkan konsumsi menjadi menurun karena SDA=specific dynamic action

pakan tinggi. Menurut Irawan (2002) bahwa konsumsi bahan kering domba yang diberi ransum standar dengan suplementasi dengan mineral Zn, Cu proteinat nyata lebih rendah dari Zn-(Lys)2, dan Zn-(lys)2+ Cu(Lys)2 Zn (594 g hr-1 Vs 667, 698 g hr-1). Demikian pula pada ransum berbasis hasil samping agroindustri

4

yang disuplementasi dengan Zn, Cu proteinat, Zn-(Lys)2 +Cu-(Lys)2 lebih rendah dari Zn-(Lys)2 (584 g hr-1, 506 g hr-1 Vs 658 g hr-1).

Kecernaan bahan kering yang tinggi pada sabun kalsium minyak ikan dapat disebabkan oleh konsumsi yang rendah sehingga laju aliran pakan dalam saluran pencernaan lebih lambat. Proteksi minyak ikan dapat memasok asam lemak arakhidonat sebagai prekursor prostaglandin. Bahan itu berfungsi dalam penyerapan nutrien di usus sehingga meningkatkan kecernaan.

Proteksi asam lemak menghindari sifat toksik dari polyunsaturated fatty acid terhadap bakteri dan menghindari penyelimutan lemak terhadap protozoa sehingga sistem pencernaan dalam rumen tidak terganggu dan menyediakan asam lemak ke pascarumen. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa jenis minyak tidak mempengaruhi kecernaan bahan kering. Hal ini berarti bahwa penggunaan minyak dengan level 1.5% tidak mengganggu sistem pencernaan dalam rumen, baik itu pada minyak jagung sebagai minyak nabati maupun pada minyak ikan. Selama ini dipercaya bahwa suplementasi lemak dalam pakan ruminansia memiliki pengaruh negatif pada konsumsi pakan dan kecernaan serat. Pengaruh ini disebabkan oleh polyunsaturated fatty acid (Palmquist dan Jenkins 1980; Sutton et al. 1983). Oleh karena itu umumnya hanya 3 sampai 5% lemak ditambahkan dalam pakan yang dapat ditoleransi oleh mikroorganisme rumen (Palmquist dan Jenkins 1980). Bahkan asam linoleat yang banyak terdapat pada minyak jagung terindikasi sebagai racun bagi protozoa (Doreau et al. 1997). Total lemak pakan tidak akan memberikan efek negatif pada kadar 6 sampai 7% bahan kering pakan (NRC 2001). Kelebihan lemak dalam pakan baik pada sapi maupun domba sering menekan kecernaan serat. Penurunan kecernaan serat disebabkan oleh terhambatnya pertumbuhan dan metabolisme mikrob rumen karena asam lemak rantai panjang (Henderson 1973). Bayourthe et al. (1993) melaporkan pengaruh lemak yang diproteksi (Prolip) terhadap kecernaan total nutrien pada domba. Suplementasi prolip 0, 5, 10, dan 20% menghasilkan kecernaan bahan kering sebesar 59; 59.8; 61; dan 64.2%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa suplementasi lemak yang diproteksi hingga 20% masih dapat meningkatkan kecernaan bahan kering. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan

5

lemak tinggi dalam ransum dapat digunakan dan tidak mengganggu sistem fermentabilitas dalam rumen jika lemak tersebut diproteksi.

Retensi N pada percobaan ini berkisar mulai dari 8.99 sampai 13.12 g hr-1. Kalsium minyak ikan menghasilkan retensi N tinggi (11.78 g hr-1) karena minyak ikan kemungkinan masih mengandung protein. Pembuatan CaMI menggunakan KOH dalam alkohol yang disertai pemanasan, sehingga diduga protein yang masih terdapat dalam minyak ikan tersebut mengalami perubahan struktur protein dan dapat lolos dari degradasi mikrob rumen. Hal tersebut menyebabkan pasokan nitrogen meningkat sehingga retensi N juga meningkat.

Beberapa metode yang dapat menurunkan laju dan tingkat degradasi rumen terhadap protein pakan yaitu pemanasan, kimia, atau kombinasi kimia dan pemanasan (Kaufmann dan Lupping 1982; Satter 1986; Broderick et al. 1991; Schwab 1995). Perlakuan kimia pada protein pakan dapat dibagi ke dalam tiga kategori yaitu kimia yang mengombinasikan dengan ikatan protein seperti aldehid; proses kimia yang merubah struktur protein melalui denaturasi seperti asam, alkali dan etanol; proses kimia yang mengikat protein tetapi sedikit atau tidak mengubah struktur protein seperti tanin (Broderick et al. 1991; Schwab 1995).

Domba yang diberi ransum suplementasi kedelai sangrai menghasilkan retensi N 12.21 g hr-1. Protein dalam kacang kedelai sangrai tersebut terproteksi dari degradasi rumen. Proses pemanasan seperti sangrai (Roasting) menurunkan kemampuan degradasi protein dalam rumen dan meningkatkan kandungan RUP=rumen undegradable protein (NRC 2001). Oleh karena itu, kedelai sangrai dapat meningkatkan nitrogen ke pascarumen, sehingga retensi N juga meningkat. Campuran mineral (Zn, Cu, Cr dan Se-orgnik) pada ransum menghasilkan retensi N domba paling tinggi dibandingkan domba yang diberi ransum lain (13.12 g hr-1). Produk mineral organik diperoleh dari proses biofermentasi, sehingga proses ini juga memproduksi protein ragi yang berikatan dengan mineral. Akibatnya selain memasok mineral juga memasok protein ke pascarumen. Suplementasi Zn diduga meningkatkan aktivitas peningkatan enzim karboksi peptidase sehingga pencernaan protein dan retensi N meningkat.

6

Mineral Cr juga berperan dalam metabolisme protein sehingga kemungkinan juga meningkatkan retensi nitrogen.

Retensi nitrogen juga dapat ditingkatkan dengan penambahan campuran hidrolisat bulu ayam, mineral makro dan mineral esensial langka pada domba persilangan (Siregar 2003). Muhtaruddin (2002) melaporkan retensi N dari perlakuan kontrol, rumput gajah diamoniasi, 3% hidrolisat bulu ayam,15% tepung daun singkong, dan 1.06% lisin-Zn minyak lemuru adalah 7.02 sampai 9.71g hr-1. Selanjutnya Sukarini (2000) melaporkan bahwa suplementasi Zn pada ransum sapi Bali mampu meningkatkan populasi bakteri rumen, produk metabolisme rumen, energi metabolis, energi teretensi pada tubuh dan usus, retensi protein, serta serapan glukosa, triasil gliserol, dan asetat. Ransum babi yang disuplementasi 250 ppm Cu meningkatkan retensi N sebanyak 12% dibandingkan ransum yang disuplementasi 15 ppm Cu (Luo dan Dove 1996).

Fermentabilitas Ransum yang Disuplementasi Minyak, Sabun Mineral, Kedelai Sangrai, dan Mineral Organik pada Domba

Populasi protozoa rumen domba yang diberi ransum yang disuplementasi minyak ikan, sabun kalsium minyak jagung dan kedelai sangrai lebih tinggi (p<0.05) dibandingkan dengan domba yang diberi ransum yang disuplementasi minyak jagung, sabun kalsium minyak ikan, sabun zink minyak ikan, sabun zink minyak jagung, dan campuran mineral. Populasi bakteri rumen domba yang diberi ransum yang disuplementasi minyak ikan paling rendah (p<0.01) di antara domba yang disuplementasi minyak jagung, sabun kalsium minyak ikan, sabun kalsium minyak jagung, sabun zink minyak ikan, sabun zink minyak jagung, kedelai sangrai, dan campuran mineral. Kadar VFA rumen domba yang diberi ransum dengan suplementasi minyak ikan, minyak jagung, sabun kalsium minyak ikan, sabun kalsium minyak jagung, sabun zink minyak ikan, sabun zink minyak jagung, kedelai sangrai, dan campuran mineral (Zn, Cu, Cr dan Se organik) tidak berbeda satu sama lain (Tabel 8).

Tabel 8. Fermentabilitas ransum yang disuplementasi minyak, sabun mineral, kedelai sangrai, dan mineral organik

Ransum Peubah

MI MJ CaMI CaMJ ZnMI ZnMJ KS CM

Protozoa (105sel ml-1) 1.04±0.4b 0.65±0.4 a 0.80±0.1 a 0.87± 0.2b 0.76±0.2 a 0.68±0.2 a 0.96±0.2 b 0.82±0.3 a Bakteri (109CFU ml-1) 1.71±0.4 a 4.78±0.4 d 3.53±0.4 c 3.25±0.4 c 4.63±0.1 d 2.52±0.3 b 3.09±0.5 b 2.53± 0.5b VFA (mM) 95 ± 23 105 ± 28 118 ± 2 108 ± 16 113 ± 16 114 ± 21 117 ± 12 115 ± 10 NH3 (mM) 8.0 ± 2.6 a 8.3 ± 0.6 b 9.3 ± 3.8 b 11.0 ±2.1b 7.0 ± 1.6 a 4.0 ± 1.6 a 8.0 ± 0.7 a 8.5 ± 5.3 b

Huruf sama pada peubah yang sama, tidak berbeda nyata; MI=Ransum basal + Minyak ikan; MJ= Ransum basal + Minyak jagung; CaMI= Ransum basal + Ca-Minyak ikan; CaMJ= Ransum basal + Ca-minyak jagung; ZnMI= Ransum basal +Zn-minyak ikan; ZnMJ= Ransum basal + Zn-minyak jagung; KS = Ransum basal + Kedelai sangrai; CM= Ransum basal + campuran Zn, Cu, Se, Cr-organik.

Konsentrasi NH3 rumen domba yang diberi ransum yang disuplementasi minyak jagung, sabun kalsium minyak ikan, sabun kalsium minyak jagung, dan campuran mineral lebih tinggi (p<0.05) dibandingkan dengan domba yang diberi ransum yang disuplementasi minyak ikan, sabun zink minyak ikan, sabun zink minyak jagung, dan kedelai sangrai.

Dengan demikian, penggunaan suplemen minyak pada taraf 1.5% tidak mengganggu sistem fermentasi dalam rumen. Kondisi ini ditunjukkan dengan kadar VFA dan NH3 yang cukup baik untuk mendukung pertumbuhan mikrob rumen. Menurut Klusmeyer et al. (1991) bahwa produksi VFA dan NH3 serta proporsi asetat, propionat, butirat, isovalerat, dan valerat tidak dipengaruhi oleh CaLCFA (calcium long chain fatty acid) pada kadar 4% ransum.

Kisaran VFA yang layak bagi kelangsungan hidup ternak adalah 80 sampai 160 mM. Pada penelitian ini kisaran tersebut adalah 95 dan 118 mM. Kandungan VFA rumen pada ransum yang disuplementasi hidrolisat bulu ayam, mineral esensial makro, dan mineral esensial langka pada domba lokal dan domba persilangan Sungai Putih adalah 93.90 sampai 125.70 mM (Siregar 2003).

Pada pengujian efek amoniasi, hidrolisat tepung bulu ayam, daun singkong dan campuran lisin-Zn-minyak lemuru pada kambing Peranakan Etawah ditemukan produksi VFA sebesar 88.75 sampai 99.75mM (Muhtarudin 2002).

Kadar NH3 rumen dalam penelitian ini berkisar antara 4.0 dan 11.0 mM. Nilai tersebut cukup untuk mendukung pertumbuhan mikrob dalam rumen. Kadar amonia yang mendukung pertumbuhan mikrob dalam rumen adalah 4 sampai 14 mM, dan apabila nilai amonia kurang dari 4 mM maka proses fermentasi akan terganggu (Satter dan Slyter 1974; Sutardi 1979; Preston dan Leng 1987). Pertumbuhan mikrob rumen yang optimal membutuhkan amonia 8 mM (Agustin

et al. 1992). Kadar amonia kurang 3.75 mM mulai menghambat pertumbuhan

bakteri (Satter dan Slyter 1974).

Ransum yang disuplementasi sabun kalsium menghasilkan amonia rumen lebih tinggi dibandingkan dengan yang disuplementasi sabun zink minyak ikan dan sabun zink minyak jagung. Hal ini diduga karena minyak ikan yang digunakan masih mengandung nutrien lain sehingga dapat dimanfaatkan oleh

2

protozoa, dan minyak ikan yang diproteksi tidak membunuh fauna rumen. Asam lemak yang dibuat sabun kalsium tidak mempunyai efek defaunasi pada protozoa rumen. Sutton et al. (1983) dan Tammiga et al. (1983) melaporkan penurunan jumlah protozoa dalam cairan rumen domba dan sapi yang diberi lemak tanpa proteksi. Kondisi tersebut meningkatkan efisiensi pertumbuhan mikrob karena mengurangi siklus N bakteri dalam rumen. Penurunan jumlah protozoa disebabkan oleh protozoa tidak dapat memproduksi enzim lipolisis. Lemak yang menyelimuti protozoa, tidak mampu dirombak, sehingga tegangan permukaan dalam sel protozoa lebih rendah dibandingkan dengan luar sel, akibatnya protozoa mengalami lisis.

Rendahnya populasi bakteri rumen domba yang diberi ransum dengan suplementasi minyak ikan dibandingkan dengan ransum lain karena jumlah protozoa pada minyak ikan tinggi. Peningkatan protozoa diikuti dengan penurunan jumlah bakteri rumen sebagai efek predasi protozoa terhadap bakteri. Erwanto (1995) melaporkan bahwa ransum yang disuplementasi minyak menyebabkan populasi bakteri meningkat dan populasi protozoa menurun. Penambahan daun singkong dan lisin-Zn-minyak lemuru menurunkan populasi protozoa (Muhtarudin 2002). Populasi mikrob rumen domba yang diberi suplementasi kedelai sangrai meningkat. Peningkatan ini terjadi karena pakan yang disediakan untuk mikrob rumen dapat dimanfaatkan dengan baik oleh protozoa, namun populasi protozoa tersebut tidak sampai menurunkan jumlah bakteri.

Komponen Lemak Serum Domba yang Diberi Ransum yang Disuplementasi Minyak, Sabun Mineral, Kedelai Sangrai, dan Mineral Organik

Kadar kolesterol serum domba yang diberi ransum sabun kalsium minyak ikan, sabun kalsium minyak jagung, dan kedelai sangrai lebih rendah (p<0.01) dibandingkan dengan yang diberi suplementasi minyak ikan, minyak jagung, sabun zink minyak ikan, sabun zink minyak jagung, dan campuran mineral (Zn, Cu, Cr, dan Se organik). Kadar triasil gliserol serum domba yang diberi ransum suplementasi minyak ikan, sabun kalsium minyak ikan, sabun kalsium minyak jagung, dan kedelai sangrai lebih rendah (p<0.05) dibandingkan dengan kolesterol

3

serum domba yang diberi ransum suplementasi minyak jagung, sabun zink minyak ikan, sabun zink minyak jagung, dan campuran mineral. Kadar LDL serum domba yang diberi ransum dengan suplementasi minyak, sabun mineral, dan mineral organik tidak berbeda (25.75 ± 3.01 mg dl-1). Sementara kadar HDL serum domba yang diberi ransum suplementasi minyak jagung, sabun kalsium minyak ikan, sabun kalsium minyak jagung, sabun zink minyak jagung, dan kedelai sangrai lebih rendah (p<0.01) dibandingkan dengan HDL serum domba yang diberi ransum dengan suplementasi minyak ikan, sabun zink minyak ikan, dan campuran mineral (Tabel 9).

Kadar asam lemak tidak jenuh yang terdapat dalam minyak ikan dapat merangsang sekresi kolesterol melalui empedu dari hati ke dalam usus dan dapat merangsang katabolisme kolesterol dan LDL dalam hati kembali menjadi asam empedu sehingga menyebabkan kadar kolesterol turun (Sudibya 1998). Hal ini menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh yang terdapat dalam sabun kalsium minyak jagung dan minyak ikan berhasil diproteksi sehingga tidak didegradasi dalam rumen. Kook et al. (2002) melaporkan pemberian minyak ikan yang tidak dilindungi meningkatkan kolesterol serum darah sapi. Hal ini terlihat pada domba yang diberi ransum dengan suplemen minyak ikan dan minyak jagung (81 dan 83 mg dl-1) mempunyai kadar kolesterol lebih tinggi dibandingkan dengan suplemen sabun kalsium minyak ikan dan sabun kalsium minyak jagung (74 dan 70 mg dl

-1

). Sementara kolesterol domba yang diberi ransum sabun zink minyak ikan dan sabun zink minyak jagung (96 dan 84 mg dl-1) lebih tinggi dibandingkan dengan kolesterol serum domba yang diberi minyak ikan dan minyak jagung tanpa proteksi. Hal ini menunjukkan bahwa pembuatan sabun dengan mineral seng tidak efektif, asam lemak tak jenuh tetap didegradasi dalam rumen sehingga meningkatkan kadar kolesterol serum darah domba. Muhtarudin (2002) melaporkan kadar kolesterol serum kambing Peranakan Etawah yang mendapat ransum dengan suplementasi 1.06% lisin-Zn-minyak lemuru adalah 69.25 mg%.

Tabel 9. Komponen lemak serum domba yang diberi ransum yang disuplementasi minyak, sabun mineral, kedelai sangrai dan mineral organik

Ransum Peubah

MI MJ CaMI CaMJ ZnMI ZnMJ KS CM

Kolesterol (mg dl-1) 81 ± 4 b 83 ± 16 b 74 ± 12 a 70 ± 10 a 96 ± 3 c 84 ± 11 b 79 ± 15 a 84 ± 17 b Triasilgliserol (mg dl-1) 35 ± 15 a 36 ± 13 b 33 ± 15 a 29 ± 5 a 48 ± 29 b 38 ± 19 b 27 ± 6 a 39 ± 30 b LDL (mg dl-1) 20 ± 5 30 ± 12 24 ± 6 25 ± 10 25 ± 5 28 ± 11 27 ± 6 27 ± 13 HDL (mg dl-1) 52 ± 9 b 45 ± 6 a 41 ± 11 a 44 ± 3 a 64 ± 8 c 45 ± 8 a 44 ± 8 a 50 ± 6 b

Huruf sama pada peubah yang sama, tidak berbeda nyata; MI=Ransum basal + Minyak ikan; MJ= Ransum basal + Minyak jagung; CaMI= Ransum basal + Ca-Minyak ikan; CaMJ= Ransum basal + Ca-minyak jagung; ZnMI= Ransum basal +Zn-minyak ikan; ZnMJ= Ransum basal + Zn-minyak jagung; KS = Ransum basal + Kedelai sangrai; CM= Ransum basal + campuran Zn, Cu, Se, Cr-organik.

mRNA

Sabun kalsium minyak ikan, sabun kalsium minyak jagung, dan kedelai sangrai secara konsisten menurunkan semua komponen lemak (kolesterol, triasilgliserol, dan HDL). Hal ini berarti bahwa asam lemak yang diproteksi dalam suplementasi tersebut mempengaruhi metabolisme lemak lainnya. Menurut Berard et al. (2004) polyunsaturated fatty acids (PUFA, n=3) mempengaruhi transkripsi gen hati sehingga mempengaruhi metabolisme lemak. Asam lemak

Dokumen terkait