• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Panjang Tanaman (cm)

Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam panjang tanaman

2 ˗ 7 MST dapat dilihat pada lampiran 9 ˗ 20.

Rataan panjang tanaman bawang merah 2 ˗ 7 MST pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan panjang tanaman 2 ˗ 7 MST (cm) p ada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

MST Abu Vulkanik Arang Sekam Rataan

S0 (kontrol) S1 ( 10 ton/ha) S2 (20 ton/ha)

- - - - - - (cm) - - - V0 (Kontrol) 20.86 21.12 20.85 20.94 2 V1 (5 ton/ha) 20.58 20.88 21.70 21.05 V2 (10 ton/ha) 19.72 21.98 21.13 20.94 V3 (15 ton/ha) 22.07 21.39 20.52 21.33 Rataan 20.81 21.34 21.05 V0 (Kontrol) 27.78 26.77 26.30 26.95 3 V1 (5 ton/ha) 26.28 25.58 28.38 26.75 V2 (10 ton/ha) 25.34 27.98 26.98 26.76 V3 (15 ton/ha) 27.50 25.68 26.93 26.71 Rataan 26.73 26.50 27.15 V0 (Kontrol) 31.04 29.16 29.13 29.78 4 V1 (5 ton/ha) 27.83 27.86 31.78 29.16 V2 (10 ton/ha) 27.17 30.39 29.75 29.10 V3 (15 ton/ha) 30.43 26.68 29.41 28.84 Rataan 29.12 28.52 30.02 V0 (Kontrol) 32.89 30.36 31.30 31.52 5 V1 (5 ton/ha) 29.23 29.36 32.99 30.53 V2 (10 ton/ha) 29.11 32.03 31.90 31.01 V3 (15 ton/ha) 31.80 27.14 31.43 30.13 Rataan 30.76 29.72 31.91 V0 (Kontrol) 32.89 30.08 31.14 31.37 6 V1 (5 ton/ha) 28.62 28.89 31.85 29.79 V2 (10 ton/ha) 28.17 31.68 30.40 30.08 V3 (15 ton/ha) 31.56 26.47 30.68 29.57 Rataan 30.31 29.28 31.02 V0 (Kontrol) 30.17 27.75 29.80 29.24 7 V1 (5 ton/ha) 25.28 27.38 27.54 26.73 V2 (10 ton/ha) 25.75 27.33 27.86 26.98 V3 (15 ton/ha) 28.05 22.72 27.28 26.02 Rataan 27.31 26.29 28.12

Berdasarkan sidik ragam dapat dilihat walaupun perlakuan dosis abu vulkanik berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tanaman namun dari tabel 1 dapat dilihat bahwa peningkatan dosis abu vulkanik cenderung menghasilkan tanaman yang lebih pendek, hal ini dapat terlihat mulai pengamatan 3 - 7 MST. Namun hal ini berbeda dengan pemberian arang sekam padi, peningkatan dosis arang sekam padi menghasilkan panjang tanaman lebih tinggi.

Jumlah Daun (helai)

Data rataan jumlah daun bawang 2 ˗ 7 MST dan sid ik ragamnya dap at dilihat pada lampiran 21 ˗ 32. Hasil analisis sidik ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun.

Rataan jumlah daun tanaman bawang 2 ˗ 7 MST pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi dapat dilihat pada Tabel 2.

Berdasarkan sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan dosis abu vulkanik berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun namun dari tabel 2 dapat dilihat bahwa peningkatan dosis abu vulkanik cenderung menghasilkan daun lebih sedikit, hal ini dapat terlihat mulai pengamatan 3 - 7 MST. Namun hal ini berbeda dengan pemberian arang sekam padi, semakin tinggi pemberian dosis arang sekam padi menghasilkan jumlah daun lebih banyak, dapat dilihat dari tabel 2 dengan pemberian dosis 20 ton/ha menghasilkan jumlah daun lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian 10 ton/ha.

Tabel 2. Rataan jumlah daun 2 ˗ 7 MST (helai) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

MST Abu Vulkanik Arang Sekam Rataan

S0 (kontrol) S1 ( 10 ton/ha) S2 (20 ton/ha)

- - - (helai) - - - V0 (Kontrol) 14.17 16.50 13.33 14.67 2 V1 (5 ton/ha) 11.75 11.58 12.58 11.97 V2 (10 ton/ha) 13.08 14.08 13.25 13.47 V3 (15 ton/ha) 15.00 12.75 13.00 13.58 Rataan 13.50 13.73 13.04 V0 (Kontrol) 21.08 19.92 17.75 19.58 3 V1 (5 ton/ha) 18.00 16.50 19.58 18.03 V2 (10 ton/ha) 18.75 19.25 18.67 18.89 V3 (15 ton/ha) 21.42 16.17 18.00 18.53 Rataan 19.81 17.96 18.50 V0 (Kontrol) 25.42 24.67 22.58 24.22 4 V1 (5 ton/ha) 21.00 19.92 23.58 21.50 V2 (10 ton/ha) 23.00 24.33 24.33 23.89 V3 (15 ton/ha) 24.58 17.42 21.25 21.08 Rataan 23.50 21.58 22.94 V0 (Kontrol) 27.42 23.08 25.00 25.17 5 V1 (5 ton/ha) 21.33 21.75 24.67 22.58 V2 (10 ton/ha) 24.33 25.67 25.25 25.08 V3 (15 ton/ha) 25.33 16.50 24.33 22.06 Rataan 24.60 21.75 24.81 V0 (Kontrol) 22.58 18.67 20.25 20.50 6 V1 (5 ton/ha) 16.17 17.42 20.00 17.86 V2 (10 ton/ha) 19.08 20.00 19.75 19.61 V3 (15 ton/ha) 19.42 12.00 20.92 17.44 Rataan 19.31 17.02 20.23 V0 (Kontrol) 14.00 12.83 14.42 13.75 7 V1 (5 ton/ha) 9.75 12.50 15.08 12.44 V2 (10 ton/ha) 14.33 13.50 12.75 13.53 V3 (15 ton/ha) 12.75 8.58 14.17 11.83 Rataan 12.71 11.85 14.10

Jumlah Anakan (anakan)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anakan bawang merah umur

2 ˗ 7 MST berpengaruh tidak nyata, namun interaksi keduanya berpengaruh nyata

pada 3 MST. Hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 33 ˗ 44.

Rataan jumlah anakan tanaman bawang 2 ˗ 7 MST pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan jumlah anakan 2 ˗ 7 MS T (anakan) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

MST Abu Vulkanik Arang Sekam Rataan

S0 (kontrol) S1 ( 10 ton/ha) S2 (20 ton/ha)

- - - (anakan) - - - V0 (Kontrol) 5.08 5.17 4.50 4.92 2 V1 (5 ton/ha) 4.17 4.75 4.92 4.61 V2 (10 ton/ha) 4.67 4.92 4.42 4.67 V3 (15 ton/ha) 5.25 3.83 4.50 4.53 Rataan 4.79 4.67 4.58 V0 (Kontrol) 5.33 a-c 5.75 a 4.75 de 5.28 3 V1 (5 ton/ha) 4.33 de 4.75 cd 5.25 a-c 4.78 V2 (10 ton/ha) 4.92 b-d 5.50 ab 5.00 b-d 5.14 V3 (15 ton/ha) 5.58 ab 3.92 e 4.92 b-d 4.81 Rataan 5.04 4.98 4.98 V0 (Kontrol) 5.42 6.17 4.75 5.44 4 V1 (5 ton/ha) 4.50 5.00 5.50 5.00 V2 (10 ton/ha) 5.25 5.75 5.33 5.44 V3 (15 ton/ha) 5.67 4.08 5.17 4.97 Rataan 5.21 5.25 5.19 V0 (Kontrol) 5.50 6.42 4.92 5.61 5 V1 (5 ton/ha) 5.25 5.33 6.00 5.53 V2 (10 ton/ha) 5.50 6.33 5.58 5.81 V3 (15 ton/ha) 5.83 4.67 5.58 5.36 Rataan 5.52 5.69 5.52 V0 (Kontrol) 5.50 6.00 4.92 5.47 6 V1 (5 ton/ha) 5.50 5.33 6.00 5.61 V2 (10 ton/ha) 5.67 6.33 5.75 5.92 V3 (15 ton/ha) 6.25 4.50 5.83 5.53 Rataan 5.73 5.54 5.63 V0 (Kontrol) 5.58 5.83 5.00 5.47 7 V1 (5 ton/ha) 5.58 5.67 6.08 5.78 V2 (10 ton/ha) 5.67 6.33 5.75 5.92 V3 (15 ton/ha) 6.25 4.50 5.83 5.53 Rataan 5.77 5.58 5.67

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada baris atau kolom yang sama disetiap minggu pengamatan menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberian abu vulkanik dan arang sekam padi berpengaruh tidak nyata namun interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan pada 3 MST. Pada 3 MST perlakuan V3S1 menunjukkan hasil terendah sedangkan V0SI menunjukkan hasil tertinggi dibandingkan kombinasi perlakuan yang lain, hal ini dapat dilihat pada tabel 3.

Kurva hubungan abu vulkanik dan arang sekam padi terhadap jumlah anakan dapat dilihat pada gambar 1 berikut.

Gambar 1. Hubungan jumlah anakan pada 3 MST dengan perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi dapat dilihat pada Gambar 1.

Laju Asimilasi Bersih (g.cm2.hari-1)

Data hasil pengamatan laju asimilasi bersih dan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 53 dan 54, yang menunjukkan perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap laju asimilasi bersih.

Rataan laju asimilasi bersih tanaman bawang pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi dapat dilihat pada Tabel 4.

Hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan V1S0 merupakan perlakuan dengan hasil tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Tabel 4. Rataan laju asimilasi bersih (g.cm2.hari-1) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

Abu Vulkanik Arang Sekam Rataan

S0 (kontrol) S1 ( 10 ton/ha) S2 (20 ton/ha)

- - - ( g.cm2.hari-1) - - - - - V0 (Kontrol) 0.73 0.72 0.72 0.72 V1 (5 ton/ha) 0.75 0.71 0.72 0.73 V2 (10 ton/ha) 0.71 0.72 0.72 0.72 V3 (15 ton/ha) 0.71 0.71 0.74 0.72 Rataan 0.73 0.72 0.72

Laju Pertumbuhan Relatif (g.g-1.hari-1)

Hasil penelitian pada lampiran 55 dan 56 menunjukkan bahwa perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi, serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap laju pertumbuhan relatif.

Rataan laju pertumbuhan relatif tanaman bawang pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi dapat dilihat pada Tabel 5.

Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa kombinasi V2S1 merupakan perlakuan tertinggi dibandingkan dengan kombinasi perlakuan lainnya.

Tabel 5. Rataan laju pertumbuhan relatif (g.g-1.hari-1) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

Abu Vulkanik Arang Sekam Rataan

S0 (kontrol) S1 ( 10 ton/ha) S2 (20 ton/ha)

- - - ( g.g-1.hari-1) - - - V0 (Kontrol) 0.75 0.76 0.76 0.76 V1 (5 ton/ha) 0.75 0.72 0.76 0.74 V2 (10 ton/ha) 0.75 0.87 0.74 0.78 V3 (15 ton/ha) 0.72 0.71 0.77 0.73 Rataan 0.74 0.77 0.76

Laju Pertumbuhan Tanaman (g.g-1hari-1)

Data pengamatan pada lampiran 57 dan 58 menunjukkan bahwa perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi berpengaruh tidak nyata terhadap laju pertumbuhan tanaman, namun interaksi keduanya berpengaruh nyata.

Rataan laju pertumbuhan tanaman bawang pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Laju pertumbuhan tanaman (g.g-1hari-1) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

Abu Vulkanik Arang Sekam Rataan

S0 (kontrol) S1 ( 10 ton/ha) S2 (20 ton/ha)

- - - ( g.g-1.hari-1) - - - V0 (Kontrol) 0.83 bc 0.88 bc 0.85 bc 0.85 V1 (5 ton/ha) 0.94 ab 0.75 c 0.91 b 0.87 V2 (10 ton/ha) 0.81 bc 0.95 ab 0.82 bc 0.86 V3 (15 ton/ha) 0.75 c 0.74 c 1.07 a 0.85 Rataan 0.83 0.83 0.91

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Dari daftar sidik ragam dan tabel 6 dapat dilihat interaksi abu vulkanik dan arang sekam padi berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan tanaman. Laju

pertumbuhan tanaman tertinggi diperoleh pada V3S2 (pemberian abu vulkanik 15 ton/ha dengan arang sekam padi 20 ton/ha) yakni sebesar 1.07 (g.g-1hari-1) dan

terkecil diperoleh pada V3S1 (pemberian abu vulkanik 15 ton/ha dengan arang sekam padi10 ton/ha) dengan rataan 0.74 (g.g-1hari-1).

Dalam hal ini dengan pemberian dosis abu vulkanik yang sama dan arang sekam padi yang berbeda sedikit mempengaruhi laju pertumbuhan tanaman.

Kurva perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi terhadap laju pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2. Hubungan laju pertumbuhan tanaman dengan perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi dapat dilihat pada Gamabar 2.

Bobot Basah Umbi per Sampel (g)

Data rataan bobot basah umbi per sampel dan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 45 dan 46 yang menunjukkan perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata.

Berdasarkan sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberian abu vulkanik dan arang sekam padi berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi per sampel namun dari tabel 7 dapat dilihat bahwa perlakuan V3S1 menghasilkan jumlah anakan lebih rendah dibanding dengan dosis lainnya.

Tabel 7. Rataan bobot basah umbi per sampel (g) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

Abu Vulkanik Arang Sekam Rataan

S0 (kontrol) S1 ( 10 ton/ha) S2 (20 ton/ha)

- - - (g) - - - - - - - V0 (Kontrol) 5.70 4.96 5.09 5.25 V1 (5 ton/ha) 4.84 4.98 5.31 5.05 V2 (10 ton/ha) 4.93 5.48 5.58 5.33 V3 (15 ton/ha) 5.55 4.08 5.17 4.93 Rataan 5.25 4.88 5.29

Bobot Basah Umbi per Plot (g)

Dilihat dari sidik ragamnya pada lampiran 47 dan 48, menunjukkan perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi per plot.

Rataan bobot basah umbi per plot tanaman bawang pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi dapat dilihat pada Tabel 8. Perlakuan V1S1 menghasilkan jumlah anakan terendah dibanding dengan dosis lainnya.

Tabel 8. Rataan bobot basah umbi per plot (g) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

Abu Vulkanik Arang Sekam Rataan

S0 (kontrol) S1 ( 10 ton/ha) S2 (20 ton/ha)

- - - - - - - (g) - - - V0 (Kontrol) 22.26 18.84 20.16 20.42 V1 (5 ton/ha) 17.04 16.34 21.33 18.24 V2 (10 ton/ha) 18.97 20.80 20.71 20.16 V3 (15 ton/ha) 20.77 17.39 18.96 19.04 Rataan 19.76 18.34 20.29

Bobot Kering Umbi per Sampel (g)

Data pengamatan dan sidik ragamnya pada lampiran 49 dan 50 diketahui bahwa bobot kering umbi per sampel menunjukkan perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering umbi per sampel.

Rataan bobot kering umbi per sampel tanaman bawang pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi dapat dilihat pada Tabel 9. Dari tabel dapat dilihat perlakuan V3S1 menghasilkan jumlah anakan lebih rendah dibanding dengan dosis lainnya.

Tabel 9. Rataan bobot kering umbi per sampel (g) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

Abu Vulkanik Arang Sekam Rataan

S0 (kontrol) S1 ( 10 ton/ha) S2 (20 ton/ha)

- - - (g) - - - V0 (Kontrol) 5.09 4.27 4.61 4.66 V1 (5 ton/ha) 4.24 4.39 4.78 4.47 V2 (10 ton/ha) 4.29 4.95 4.86 4.70 V3 (15 ton/ha) 5.06 3.59 4.51 4.39 Rataan 4.67 4.30 4.69

Bobot Kering Umbi per Plot (g)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot kering umbi per plot dan sidik ragamnya pada lampiran 51 dan 52, menunjukkan perlakuan abu vulkanik dan

arang sekam padi serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering umbi per plot.

Rataan bobot kering umbi per plot tanaman bawang pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi dapat dilihat pada Tabel 10. Kombinasi V1S1 menghasilkan jumlah anakan lebih rendah dibanding dengan dosis lainnya.

Tabel 10. Rataan bobot kering umbi per plot (g) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

Abu Vulkanik Arang Sekam Rataan

S0 (kontrol) S1 ( 10 ton/ha) S2(20 ton/ha)

- - - (g) - - - V0 (Kontrol) 19.53 15.69 17.67 17.63 V1 (5 ton/ha) 14.51 13.71 18.57 15.59 V2 (10 ton/ha) 16.19 17.74 17.61 17.18 V3 (15 ton/ha) 18.09 14.08 16.63 16.27 Rataan 17.08 15.31 17.62 Pembahasan

Respons pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium sativum L.) terhadap pemberian abu vulkanik

Pemberian abu vulkanik berpengaruh tidak nyata terhadap semua pengamatan parameter yaitu panjang tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan relatif, laju pertumbuhan tanaman, bobot basah umbi per sampel, bobot basah umbi per plot, bobot kering umbi per sampel, dan bobot kering umbi per plot. Hasil yang diperoleh sejalan dengan penelitian Rostaman et al. (2010) pada tanaman jagung yang menyatakan bahwa tanah yang dicampur abu vulkanik dengan kandungan bervariasi serta tingkat kesuburan yang berbeda, tidak nyata meningkatkan tinggi tanaman jagung. Hal ini disebabkan struktur tanah semakin keras sehingga akar tanaman tidak dapat mengambil atau menyerap hara dan air. Kemungkinan hal ini juga berkaitan dengan jumlah daun dan parameter lainnya, bahwa jumlah daun berpengaruh terhadap faktor dominan

genetik tanaman, jumlah anakan juga dipengaruhi oleh ukuran umbi, yang berkaitan juga dengan laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan relatif, laju pertumbuhan tanaman, dan berkaitan juga terhadap bobot basah serta bobot kering umbi.

Respons pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium sativum L.) terhadap pemberian arang sekam padi

Pemberian arang sekam padi juga berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah amatan yang diamati. Hasil yang diperoleh berbeda dengan penelitian Bahri (2012) menunjukkan bahwa penambahan arang sekam hanya berpengaruh nyata terhadap volume umbi dan dosis arang sekam memberikan pengaruh terbaik terhadap volume umbi yaitu penambahan arang sekam dengan dosis 20 ton/ha pada bawang merah. Penelitian Mahdiannoor (2011) pada tanaman cabe besar yang menyatakan bahwa arang sekam padi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, serta jumlah buah per tanaman dengan dosis terbaik 20 ton/ha. Hal ini diduga karena respons tanaman bawang merah kurang tanggap terhadap perlakuan arang sekam padi.

Respons pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium sativum L.) terhadap interaksi abu vulkanik dan arang sekam padi

Interaksi abu vulkanik dan arang sekam padi berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan pada 3 MST dengan perlakuan V0S1 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Namun untuk minggu selanjutnya kembali seperti semula interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata tetapi tetap perlakuan V0S1 merupakan kombinasi tertinggi. Pada 6 sampai 7 MST perlakuan V0S1 terjadi perubahan penurunan karena umbi terlalu rapat sehingga sinar matahari berkurang mengakibatkan kelembaban dan terjadi serangan hama penyakit tanaman.

Interaksi abu vulkanik dan arang sekam padi dengan kombinasi perlakuan V0S1 (abu vulkanik 0 ton/ha dan arang sekam 10 ton/ha) menghasilkan jumlah anakan terbesar yakni dengan rata-rata 5.75 anakan dan terendah pada perlakuan V3S1 (abu vulkanik 15 ton/ha dan penambahan arang sekam 10 ton/ha) yakni 3.92 anakan. Dalam hal ini interaksi antara pemberian abu vulkanik dan arang sekam padi menunjukkan bahwa adanya hubungan yang baik antara keduanya dalam meningkatkan semua peubah amatan yang di atas, karena pada 3 MST merupakan masa pertumbuhan dan berkembangnya umbi. Dari hasil dapat dilihat bahwa respon tanaman tanpa abu vulkanik (V0) memiliki pertumbuhan yang lebih baik dalam peningkatan jumlah anakan, maka dari itu arang sekam padi sangat berkontribusi dalam hal penyediaan unsuh hara, zat makanan, serta ketersediaan kalium yang sangat dibutuhkan dalam pembentukan umbi. Hal ini di dukung oleh Riadi (2010) yang menyatakan bahwa pemberian arang sekam padi dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Keadaan fisik tanah yang baik sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat menyerap zat-zat makanan dengan kebutuhan yang diperlukan untuk pertumbuhan. Arang sekam padi pada tanah dapat juga membantu dalam ketersediaan K dan meningkatkan serapan P, Ca dan Mg oleh tanaman, dengan kandungan unsur tersebut sebagai pengganti kapur untuk meningkatkan pH tanah, sehingga unsur hara dapat

tersedia bagi tanaman. Hasil analisis dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2014) arang sekam padi memiliki kandungan silika yang berupa

senyawa kimia silikon dioksida (SiO2) yang tinggi yang sangat dibutuhkan oleh pembentukan umbi. Selanjutnya Samadi dan Cahyono (1996) dalam Yetty dan Elita (2008) mengatakan bahwa peran kalium dalam tanaman yakni membantu

proses fotosintesa untuk pembentukan senyawa organik baru yang akan di angkut ke organ tempat penimbunan, dalam hal ini adalah umbi dan sekaligus memperbaiki kualitas umbi tersebut. Pemberian kompos arang sekam padi pada umbi memberikan unsur hara yang diperlukan dalam proses produksi tanaman.

Pada pengamatan laju pertumbuhan tanaman terdapat adanya perbedaan yang nyata antara pemberian abu vulkanik dan arang sekam padi. Perlakuan V3S2 (pemberian abu vulkanik 15 ton/ha dengan arang sekam padi 20 ton/ha) memiliki laju pertumbuhan tanaman 1.07 g.g-1hari-1 (Tabel 6) yang lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi lainnya. Dalam hal ini dengan pemberian abu vulkanik dengan dosis yang sama yaitu V3 sebanyak 15 ton/ha namun dengan pemebrian dosis arang sekam yang berbeda S1 dan S2 (10 ton/ha dan 20 ton/ha) berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Hal ini dikarenakan bahan organik arang sekam padi berperan penting sebagai sumber hara bagi tanaman untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Mahdiannoor (2011) mengatakan pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup, yang dapat diperoleh dari penambahan unsur hara dari luar, artinya kandungan hara yang ada pada tanah dan arang mampu mencukupi kebutuhan hara tanaman, hal ini diduga karena unsur N yang dimiliki oleh arang sekam padi dapat memberikan sumbangan N yang dibutuhkan tanaman, dilihat dari hasil analisis Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2014) kandungan unsur hara N sebesar 0.25, kandungan ini dikategorikan cukup untuk menyumbangkan unsur hara yang diperlukan. Septiani (2012) juga mengatakan bahwa arang sekam padi dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Karena arang sekam padi berifat porous, sehingga drainase dan aerasi tanah

menjadi baik. Arang sekam juga mengandung oksigen, meningkatkan luas permukaan dan sehingga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Selanjutnya Kumolontang dalam Anisyah (2013) mengatakan bahwa bahan organik merupakan salah satu komponen tanah yang penting bagi ekositem tanah, dimana bahan organik merupakan sumber dan pengikat hara dansebagai substrat bagi mikroba tanah. Pelapukan oleh asam-asam organik dapat memperbaiki lingkungan pertumbuhan tanaman terutama pada tanah masam.

Dokumen terkait