• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah(Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Abu Vulkanik Gunung Sinabung dan Arang Sekam Padi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah(Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Abu Vulkanik Gunung Sinabung dan Arang Sekam Padi"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH(Allium ascalonicumL.) TERHADAP PEMBERIAN ABU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

DAN ARANG SEKAM PADI

SKRIPSI

OLEH :

ESTHER TARIGAN/100301257 AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH(Allium ascalonicumL.) TERHADAP PEMBERIAN ABU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

DAN ARANG SEKAM PADI

SKRIPSI OLEH :

ESTHER TARIGAN/100301257 AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul :…Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah …... (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Abu ………VulkanikGunung Sinabung dan Arang Sekam Padi

Nama : Esther Tarigan

Nim : 100301257

Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Program Studi :.. Agroekoteknologi

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Yaya Hasanah, M. Si Ir. Mariati, M. Sc

Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRAK

ESTHER TARIGAN: Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah

(Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Abu Vulkanik Gunung Sinabung dan Arang Sekam Padi, dibimbing oleh YAYA HASANAH dan MARIATI.

Abu vulkanik mengandung hara penyubur tanah untuk pertanian sebenarnya baru bisa dimanfaatkan sekitar 10 tahun setelah peristiwa meletusnya gunung, namun teknologi percepatan pelapukan abu vulkanik dapat dilakukan dengan mencampur bahan organik. Salah satu bahan organik yang mampu untuk melepaskan hara yang terikat dari abu vulkanik yaitu arang sekam padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) terhadap pemberian abu vulkanik gunung sinabung dan arang sekam padi. Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU mulai bulan Mei ˗ Agustus 2014, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu pemberian abu vulkanik (0, 5, 10, 15 ton/ha) dan arang sekam padi (0, 10, 20 ton/ha). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan relatif, laju pertumbuhan tanaman, bobot basah per sampel, bobot basah per plot, bobot kering per sampel, dan bobot kering per plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian abu vulkanik dan arang sekam padi berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah amatan, tetapi interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan pada 3 MST dan laju pertumbuhan tanaman. Perlakuan terbaik pada pemerian abu vulkanik 0 ton/ha dan arang sekam padi 10 ton/ha pada jumlah anakan dan 15 ton/ha abu vulkanik dan 20 ton/ha pada laju pertumbuhan tanaman.

(5)

ABSTRACT

ESTHER TARIGAN: The Growth and Yield of shallot (Allium ascalonicum L.)

the aplications Sinabung Volcanic Ash and Rice Husk Ash, guided by YAYA HASANAH and MARIATI.

Volcanic ash contains nutrients for the soil to farm new fact can be used about 10 years after the eruption of the mountain, but the technology accelerated weathering of volcanic ash can be made by mixing organic matter. One of the organic material that is able to release the bound nutrients from volcanic ash is rice shell ash. The aim of research was to identify the growth and yield of shallot (Allium ascalonicum L.) the aplications Sinabung Volcanic Ash and Rice Husk Ash. Research was conducted at the experimental field of the Agricultural Faculty USU from May up to August 2014, using a factorial randomized block design with two factors and replicated 3 times. The first factor was volcanic ash with for level i.e: volcanic ash 0, 5, 10, 15 ton/ha and rice husk ash 0, 10, 20 ton/ha. Parameters observed were plant height, number of leaves, number of tillers, fresh weight per sample, per plot wet weight, dry weight per sample, dry weight per plot, net assimilation rate, relative growth rate, the rate of plant growth. The results showed that all parameters observed were not both treatment on the significantly affected by both treatment, however there was interaction between the number of tillers at 3 MST and plant growth rate. The best treatment on defining a volcanic ash 0 ton/ha and rice husk ash 10 ton/ha in the number of tillers and 15 ton/ha volcanic ash and 20 ton/ha rice husk ash on the growth rate of plants.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Muara Bungo, pada tanggal 24 Januari 1992 dari

ayah S. Tarigan dan ibu JN. Sihombing. Penulis merupakan putri pertama dari dua

bersaudara.

Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri I Muara Bungo, Jambi dan

pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih minat

Budidaya Pertanian dan Perkebunan, Program Studi Agroekoteknologi.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan

Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek), Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) dan

Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Perkebunan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Respons

Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Pemberian Abu Vulkanik Gunung Sinabung dan Arang Sekam Padi”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu

Ir. Yaya Hasanah, M. Si dan Ibu Ir. Mariati, M. Sc., selaku ketua dan anggota

komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama

penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua

yang telah memberikan dukungan finansial dan spiritual. Ucapan terimakasih juga

ditujukan kepada seluruh staf pengajar, pegawai serta kerabat di lingkungan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah berkontribusi dalam

kelancaran studi dan penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pembaca terutama bagi petani bawang merah sebagai bahan

informasi.

Medan, Januari 2015

(8)

DAFTAR ISI Tempat dan Waktu Penelitian ... 10

Bahan dan Alat ... 10

Metode Penelitian ... 10

Peubah Amatan ... 12

Panjang tanaman (cm) ... 12

Jumlah Daun per Rumpun (helai) ... 12

Jumlah Anakan per Rumpun (anakan) ... 12

Laju Asimilasi Bersih (g.cm2.hari-1) ... 12

Laju Pertumbuhan Relatif (g.g-1.hari-1) ... 13

Laju Pertumbuhan Tanaman (g.g-1.hari-1) ... 13

Bobot Basah Umbi per Sampel (g) ... 14

Bobot Basah Umbi per Plot (g) ... 14

Bobot Kering Umbi per Sampel (g) ... 14

Bobot Kering Umbi per Plot (g) ... 14

(9)

Persiapan Lahan ... 14

Pengolahan Tanah ... 15

Persiapan Abu Vulkanik ... 15

Persiapan Arang Sekam Padi ... 15

Persiapan Bibit ... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

(10)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Rataan panjang tanaman (cm) 2-7 MST pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

18

2. Rataan jumlah daun per rumpun (helai) 2-7 MST pada

perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

20

3. Rataan jumlah anakan per rumpun (anakan) 2-7 MST pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

21

4. Rataan laju asimilasi bersih (g.cm2.hari-1) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

22

5

6.

7.

Rataan laju pertumbuhan relatif (g.g-1.hari-1) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

Rataan laju pertumbuhan tanaman (g.g-1.hari-1) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

Rataan bobot basah umbi per sampel (g) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

23

24

25

8. Rataan bobot basah umbi per plot (g) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

26

9. Bobot kering umbi per sampel (g ) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

26

10. Rataan bobot kering umbi per plot (g) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

27

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Grafik interaksi abu vulkanik dan pemberian arang sekam padi pada jumlah anakan

22

2. Grafik interaksi abu vulkanik dan pemberian arang sekam padi pada laju pertumbuhan tanaman

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Deskripsi Tanaman Bawang Merah Varietas Bima 36

2. Bagan Penelitian 37

3. Bagan Letak Tanaman Per Plot 38

4. Hasil Analisis Abu Vulkanik dan Analisi Tanah 39

5. Hasil Analisis Arang Sekam Padi 40

7. Dosis Abu Vulkanik dan Arang Sekam Padi yang digunakan 40

8.

9.

Data Pengamatan Panjang Tanaman 2 MST (cm)

Sidik ragam panjang tanaman 2 MST

41

41

10. Data Pengamatan Panjang Tanaman 3 MST (cm) 42

11. Sidik ragam panjang tanaman 3 MST 42

12. Data Pengamatan Panjang Tanaman 4 MST (cm) 43

13. Sidik ragam panjang tanaman 4 MST 43

14. Data Pengamatan Panjang Tanaman 5 MST (cm) 44

15. Sidik ragam panjang tanaman 5 MST 44

16. Data Pengamatan Panjang Tanaman 6 MST (cm) 45

17. Sidik ragam panjang tanaman 6 MST 45

18. Data Pengamatan Panjang Tanaman 7 MST (cm) 46

19. Sidik ragam panjang tanaman 7 MST 46

20. Data Pengamatan Jumlah Daun 2 MST (helai) 47

21. Sidik ragam jumlah daun 2 MST 47

22. Data Pengamatan Jumlah Daun 3 MST (helai) 48

(13)

24. Data Pengamatan Jumlah Daun 4 MST (helai) 49

25. Sidik ragam jumlah daun 4 MST 49

26. Data Pengamatan Jumlah Daun 5 MST (helai) 50

27. Sidik ragam jumlah daun 5 MST 50

28. Data Pengamatan Jumlah Daun 6 MST (helai) 51

29. Sidik ragam jumlah daun 6 MST 51

30. Data Pengamatan Jumlah Daun 7 MST (helai) 52

31. Sidik ragam jumlah daun 7 MST 52

32. Data Pengamatan Jumlah Anakan 2 MST (anakan) 53

33. Sidik ragam jumlah anakan 2 MST 53

34. Data Pengamatan Jumlah Anakan 3 MST (anakan) 54

35. Sidik ragam jumlah anakan 3 MST 54

36. Data Pengamatan Jumlah Anakan 4 MST (anakan) 55

37. Sidik ragam jumlah anakan 4 MST 55

38. Data Pengamatan Jumlah Anakan 5 MST (anakan) 56

39. Sidik ragam jumlah anakan 5 MST 56

40. Data Pengamatan Jumlah Anakan 6 MST (anakan) 57

41. Sidik ragam jumlah anakan 6 MST 57

42. Data Pengamatan Jumlah Anakan 7 MST (anakan) 58

43.

44.

Sidik ragam jumlah anakan 7 MST

Data Pengamatan Laju Asimilasi Bersih (g.cm2.hari-1)

58

Sidik ragam laju asimilasi bersih

Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Relatif (g.g-1.hari-1)

Sidik ragam laju pertumbuhan relatif

Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Tanaman (g.g-1.hari-1)

Sidik ragam laju pertumbuhan tanaman

60

61

62

63

(14)

50.

51.

52.

53.

54.

Data Pengamatan Bobot Basah Umbi Per Sampel (g)

Sidik ragam bobot basah umbi per sampel

Data Pengamatan Bobot Basah Umbi Per Plot (g)

Sidik ragam bobot basah umbi per plot

Data Pengamatan Bobot Kering Umbi Per Sampel (g)

65

65

66

66

67

55. Sidik ragam bobot kering umbi per sampel 67

56. Data Pengamatan Bobot Kering Umbi Per Plot (g) 68

57. Sidik ragam bobot kering umbi per plot 68

(15)

ABSTRAK

ESTHER TARIGAN: Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah

(Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Abu Vulkanik Gunung Sinabung dan Arang Sekam Padi, dibimbing oleh YAYA HASANAH dan MARIATI.

Abu vulkanik mengandung hara penyubur tanah untuk pertanian sebenarnya baru bisa dimanfaatkan sekitar 10 tahun setelah peristiwa meletusnya gunung, namun teknologi percepatan pelapukan abu vulkanik dapat dilakukan dengan mencampur bahan organik. Salah satu bahan organik yang mampu untuk melepaskan hara yang terikat dari abu vulkanik yaitu arang sekam padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) terhadap pemberian abu vulkanik gunung sinabung dan arang sekam padi. Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU mulai bulan Mei ˗ Agustus 2014, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu pemberian abu vulkanik (0, 5, 10, 15 ton/ha) dan arang sekam padi (0, 10, 20 ton/ha). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan relatif, laju pertumbuhan tanaman, bobot basah per sampel, bobot basah per plot, bobot kering per sampel, dan bobot kering per plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian abu vulkanik dan arang sekam padi berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah amatan, tetapi interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan pada 3 MST dan laju pertumbuhan tanaman. Perlakuan terbaik pada pemerian abu vulkanik 0 ton/ha dan arang sekam padi 10 ton/ha pada jumlah anakan dan 15 ton/ha abu vulkanik dan 20 ton/ha pada laju pertumbuhan tanaman.

(16)

ABSTRACT

ESTHER TARIGAN: The Growth and Yield of shallot (Allium ascalonicum L.)

the aplications Sinabung Volcanic Ash and Rice Husk Ash, guided by YAYA HASANAH and MARIATI.

Volcanic ash contains nutrients for the soil to farm new fact can be used about 10 years after the eruption of the mountain, but the technology accelerated weathering of volcanic ash can be made by mixing organic matter. One of the organic material that is able to release the bound nutrients from volcanic ash is rice shell ash. The aim of research was to identify the growth and yield of shallot (Allium ascalonicum L.) the aplications Sinabung Volcanic Ash and Rice Husk Ash. Research was conducted at the experimental field of the Agricultural Faculty USU from May up to August 2014, using a factorial randomized block design with two factors and replicated 3 times. The first factor was volcanic ash with for level i.e: volcanic ash 0, 5, 10, 15 ton/ha and rice husk ash 0, 10, 20 ton/ha. Parameters observed were plant height, number of leaves, number of tillers, fresh weight per sample, per plot wet weight, dry weight per sample, dry weight per plot, net assimilation rate, relative growth rate, the rate of plant growth. The results showed that all parameters observed were not both treatment on the significantly affected by both treatment, however there was interaction between the number of tillers at 3 MST and plant growth rate. The best treatment on defining a volcanic ash 0 ton/ha and rice husk ash 10 ton/ha in the number of tillers and 15 ton/ha volcanic ash and 20 ton/ha rice husk ash on the growth rate of plants.

(17)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Gunung Sinabung atau dalam bahasa Karo, Deleng Sinabung terdapat di

dataran tinggi Karo, Sumatera Utara. Letusan Gunung Sinabung selain

mengeluarkan lava pijar dan semburan awan panas, juga mengeluarkan abu

vulkanik. Abu vulkanik ini terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran

halus yang berdampak negatif sehingga menyebabkan kerugian yang besar bagi

petani karo (Saputra, 2010).

Di samping berdampak negatif, debu yang menutupi lahan pertanian

memberikan dampak positif bagi tanah dan tanaman. Dampak positif bagi tanah

yaitu dapat memperkaya dan meremajakan tanah sehingga meningkatnya

kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman (Andreita, 2011).

Lapisan debu vulkanik yang berpotensi mengandung hara penyubur tanah

untuk pertanian sebenarnya baru bisa dimanfaatkan sekitar 10 tahun setelah

peristiwa penyebaran abu vulkanik itu. Namun teknologi sederhana percepatan

pelarutan abu letusan gunung api dapat dilakukan dengan mencampur bahan

organik. Bahan organik yang mengandung berbagai jenis asam organik mampu

untuk melepaskan hara yang terikat dalam struktur mineral dari abu vulkanik

(Tim Kompas, 2010).

Salah satu bahan organik yang mengandung berbagai jenis asam organik

yang mampu untuk melepaskan hara yang terikat dalam struktur mineral dari debu

yaitu arang sekam padi. Arang sekam mengandung SiO2 (52%), C (31%),

K (0.3%), N (0,18%), F (0,08%), dan kalsium (0,14%). Selain itu juga

(18)

jumlah yang kecil serta beberapa jenis bahan organik. Kandungan silikat yang

tinggi dapat menguntungkan bagi tanaman karena menjadi lebih tahan terhadap

hama dan penyakit akibat adanya pengerasan jaringan (Septiani, 2012).

Tingginya kandungan unsur hara silika yang ada pada arang sekam padi

tersebut diharapkan mampu menyediakan kebutuhan hara pada bawang merah.

Hal ini diperkuat oleh pernyataan Sumarni dan Hidayat (2005) yang menyatakan

bahwa bawang merah merupakan salah satu jenis tanaman yang membutuhkan

banyak silika. Silika memegang peranan penting dalam metabolisme tanaman

yang berhubungan dengan beberapa parameter penentu kualitas nutrisi tanaman

sayuran.

Di Indonesia tanaman bawang merah telah lama diusahakan oleh petani

sebagai usaha tani komersial. Meskipun demikian, adanya permintaan dan

kebutuhan bawang merah yang terus meningkat setiap tahunnya belum dapat

diikuti oleh peningkatan produksinya (Ambarwati dan Prapto, 2003).

Alasan lain dalam penelitian menggunakan bawang merah karena produksi

bawang merah masih jauh di bawah kebutuhan. Dari data BPS (2013), produksi

bawang merah provinsi Sumatera Utara pada tahun 2012 adalah 14.158 ton

sedangkan kebutuhan bawang merah mencapai 66.420 ton, sehingga untuk

memenuhi kebutuhan bawang merah, dilakukan impor dari luar negeri.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

pengaruh pemberian abu vulkanik dan arang sekam padi pada pertumbuhan dan

(19)

Tujuan Penelitian

Untuk mengidentifikasi respons pertumbuhan dan produksi tanaman

bawang merah (Allium ascalonicumL.) terhadap pemberian abu vulkanik Gunung Sinabung dan arang sekam padi.

Hipotesis Penelitian

Pemberian abu vulkanik, arang sekam padi, dan interaksi antara abu

vulkanik dan arang sekam padi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicumL.)

Kegunaan Penulisan

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program

Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Sumater Utara, Medan

(20)

TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman

Dalam sistematika tumbuhan, kedudukan tanaman bawang merah

diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi: Spermatophyta;

Subdivisi: Angiospermae; Kelas: Monocotyledoneae; Ordo: Liliales;

Famili: Liliaceae; Genus: Allium; Species: Allium ascalonicum L.

(Putrasamedja dan Suwandi, 1996).

Tanaman mempunyai akar serabut dengan daun berbentuk silinder

berongga. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang

yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis

(Hervani dkk, 2008).

Bawang merah tidak berbatang, berumbi lapis, merah keputihputihan,

berlobang, bentuk lurus, ujung runcing, tapi rata, panjang ± 50 cm, lebar ± 0,5 cm,

menebal dan berdaging sefta mengandung persediaan makanan yang terdiri atas

subang yang dilapisi daun sehingga menjadi umbi lapis, hijau (Nasution, 2008)

Daun berbentuk silindris kecil memanjang antara 50-70 cm, berlubang dan

bagian ujungnya runcing, berwarna hijau muda sampai tua, dan letak daun

melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pandek (Sudirja, 2007).

Bentuk bunga seperti payung. Warna bunga berwarna putih. Banyak buah

per tangkai 60-100. Banyaknya bunga per tangkai 120-160. Banyaknya tangkai

bunga per rumpun 2-4 (Putrasamedja dan Suwandi, 1996).

Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji

berjumlah 2 – 3 butir. Bentuk biji pipih, sewaktu masih muda berwarna bening

(21)

dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif

(Sudirja, 2007).

Bawang merah adalah tanaman semusim dan memiliki umbi yang berlapis.

Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang

berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis. Umbi

bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu.

Umbi bawang merah bukan merupakan umbi sejati seperti kentang atau talas

(Hervani dkk, 2008).

Syarat tumbuh Iklim

Tanaman bawang merah dapat tumbuh baik pada suhu 25 0C - 30 0C,

intensitas sinar matahari penuh 14 jam/hari, curah hujan 300 – 2500 mm/tahun,

cocok ditanam dimusim hujan atau musim kering dan umbi akan tumbuh baik di

ketinggian 0 – 500 m dpl (Direktorat Jendral Hortikultura, 2008).

Tanaman bawang merah tumbuh di daerah beriklim kering. Tanaman ini

membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang maksimal (minimal 70%), suhu

udara 25-32oC, dengan kelembaban nisbi 50-70% (Nasution, 2008).

Ketinggian tempat terbaik untuk tanaman bawang merah adalah di bawah

800 m di atas permukaan laut. Namun sampai ketinggian 1.100 m dpl tanaman ini

masih dapat tumbuh. Ketinggian tempat suatu daerah berhubungan dengan suhu

udara, yang sangat mempengaruhi proses perkecambahan, pertunasan,

pembungaan dan sebagainya (Sumarni dan Achmad, 2005).

Agar dapat tumbuh dengan baik, tanaman bawang merah harus di tanam

(22)

daerah yang beriklim kering, suhu udara yang agak panas, tempat terbuka atau

cukup terkena sinar matahari, dan tidak berkabut. Daerah yang berkabut kurang

baik terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah karena dapat menimbulkan

penyakit. Selain itu, daerah yang terlindung dapat menyebabkan pembentukan

umbi bawang merah tidak maksimal (Nasution, 2008).

Tanah

Tanaman bawang merah dapat tumbuh baik dilahan sawah,

tanah tegalan dan pekarangan. Jenis tanah yang palin cocok adalah tanah

lempung berpasir/lempung berdebu. Keasaman tanah (pH) 5,8-7,0

(Direktorat Jendral Hortikultura, 2008).

Secara umum tanah yang baik untuk di tanami bawang merah ialah tanah

yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik atau humus, mempunyai

sirkulasi udara yang baik, dapat dengan mudah mengalirkan air, aerasi baik, dan

tidak becek (Nasution, 2008).

Tanah yang digunakan untuk penanaman bawang merah mempunyai

struktur tanah yang bagus, drainase yang lancar dan tidak mudah padat. Sehingga

memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan biji bawang merah menjadi

optimal. Oleh karena itu sebaiknya tanah persemaian digunakan tanah lempung

berpasir yang dicampur dengan pupuk kandang (Hervani dkk, 2008).

Tanaman bawang merah memerlukan tanah berstruktur remah, tekstur

sedang sampai liat, drainase/aeraso baik, mengandung bahan organic yang cukup,

dan reaksi tanah tidak masam. Tanah yang paling cocok untuk tanaman bawang

merah adalah tanah Aluvial atau kombinasinya dengan tanah Glei-Humus atau

(23)

Tanah yang subur dan gembur dapat mempermudah pertumbuhan bawang

merah sehingga umbi yang muncul berukuran besar-besar. Tanah yang bersifat

masam tidak baik untuk pertumbuhan bawang merah sehingga perlu dilakukan

pengapuran. Proses pengapuran dilakukan sebelum ditanami bawang merah.

Pengapuran sebaiknya dilakukan beberapa hari sebelum penanaman dilakukan

(Nasution, 2008).

Abu Vulkanik

Abu vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan

ke udara saat terjadi suatu letusan dan dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan

bahkan ribuan kilometer dari kawah karena pengaruh hembusan angin. Adanya

abu vulkanik merupakan akibat dari proses erupsi gunung berapi. Erupsi adalah

fenomena keluarnya magma dari dalam bumi karena dorongan dari gas yang

bertekanan tinggi dalam perut bumi atau karena gerakan lempeng bumi, tumpukan

tekanan dan panas cairan magma. Letusan gunung Merapi dinamakan “Letusan Tipe Merapi” oleh para ahli gunungapi, karena kekhasan Merapi ketika meletus yang dicirikan dengan adanya luncuran awan panas yang biasa disebut “Wedhus Gembel” yang berarti bulu biri-biri. Secara tidak langsung unsur-unsur yang terkandung dalam abu vulkanik turut memberikan kontribusi pada kesuburan

tanah di sekitar gunung Merapi (Hermawati dkk, 2011).

Abu vulkanik adalah salah satu jenis tephra (ekstrusi vulkanik udara),

yang biasanya merusak (destruktif) pada awalnya tetapi dalam waktu tertentu

dapat berguna. Material vulkanik terdiri dari batuan yang berukuran besar hingga

berukuran halus, yang berukuran besar biasanya jatuh disekitar kawah dalam

(24)

dari kawah disebabkan oleh adanya hembusan angin (Sudaryo, 2009). Ukuran

patikel pasir dan lumpur berkisar 0,001 mm hingga 2 mm, abu vulkanik tidak

larut dalam air, sangat kasar dan agak korosif (Johnston,1997 dalam Ali, 2011). Sifat fisik abu merapi yang khas adalah apabila jatuh kepermukaan tanah

menyebabkan abu akan cepat mengeras dan sulit ditembus oleh air baik dari atas

atau dari bawah permukaan tanah. Hal ini disebabkan abu merapi memiliki kadar

air yang cukup tinggi. Pada lapisan bawah kandungan air cukup tinggi, namun

karena lapisan atasnya cukup keras menyebabkab air tidak dapat keluar melalui

penguapan. Salah satu cara untuk menanggulang hal ini adalah dengan

penghancuran melalui pengolahan tanah (Deptan, 2014).

Teknologi sederhana percepatan pelarutan abu letusan gunung api dapat

dilakukan dengan mencampur debu letusan dengan bahan organik. Bahan organik

yang mengandung berbagai jenis asam organik mampu untuk melepaskan hara

yang terikat dalam struktur mineral dari debu letusan. Disamping itu bahan

organik juga mampu menjaga kondisi kelembaban agar pelapukan fisik, kimia dan

biologi berlangsung secara simultan untuk mempercepat pelepasan hara tanaman

dari mineral pembawa cadangan hara. Pelepasan unsur hara makro baik yang

melekat pada permukaan debu melalui kondensasi maupun sebagai bagian

struktur mineral mudah slapuk (easily weatherable minerals) adalah Si, Ca, Mg,

K, P dan S. Disamping itu juga terdapat unsur mikro seperti Fe, Zn, Mn dan Cu

(Badan Litbang Pertanian, 2011).

Arang Sekam Padi

Arang sekam merupakan media tanam yang porous dan memiliki

(25)

gembur. Kelemahan penggunaan arang sekam adalah mudah hancur dan harus

rajin melakukan penggantian media tanam. Arang sekam disarankan sebagai

bahan campuran media, tetapi digunakan sekitar 25% saja, karena dalam jumlah

banyak akan mengurangi kemampuan media dalam menyerap air (Rianti, 2009).

Arang sekam padi berifat porous, sehingga drainase dan aerasi tanah

menjadi baik. Arang sekam juga mengandung oksigen, meningkatkan luas

permukaan dan sehingga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman

(Septiani, 2012).

Mahdiannoor (2011) mengatakan pemberian arang sekam padi memberikan

pengaruh, artinya kandungan hara yang ada pada tanah dan arang mampu

mencukupi kebutuhan hara tanaman, hal ini diduga karena unsur N yang dimiliki

(26)

BAHAN DAN METODE Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera, Medan dengan ketinggian tempat ±25 meter di atas permukaan laut.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2014.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: umbi bibit bawang

merah varietas Bima, abu vulkanik, arang sekam, pupuk urea, TSP, dan KCL, air,

fungisida, serta bahan pendukung lainnya.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: cangkul, meteran,

timbangan, handsprayer, gembor, pacak sampel, alat tulis serta bahan pendukung

lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial,

dengan 2 faktor perlakuan, yaitu:

Faktor 1: Abu Vulkanik

V0 = 0 ton/ha (Kontrol = Tanpa abu vulkanik)

V1 = 5 ton/ ha (Setara dengan 720 g/plot)

V2 = 10 ton/ ha (Setara dengan 1440 g/plot)

V3 = 15 ton/ ha (Setara dengan 2160 g/plot)

Faktor 2: Arang Sekam

S0 = 0 ton/ ha (Kontrol = Tanpa abu vulkanik)

S1 = 10 ton/ ha (Setara dengan 1440 g/plot)

(27)

Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 12 kombinasi, yaitu:

V0S0 V1S0 V2S0 V3S0

V0S1 V1S1 V2S1 V3S1

V0P2 V1P2 V2P2 V3P2

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah plot : 36 plot

Ukuran plot : 120 cm x 120 cm

Jarak antar plot : 30 cm

Jarak antar blog : 50 cm

Jarak tanam : 20 cm x 20 cm

Jumlah tanaman/plot : 25 tanaman

Jumlah sampel/plot : 4 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya : 144 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 900 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan

model linear aditif sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk

i = 1,2,3 j = 1,2,3,4 k = 1,2,3

Dimana:

Yijk :Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan abu vulkanik dan

……….pemberian arang sekam pada taraf ke-k

µ : Nilai tengah

ρi : Efek dari blok ke-i

(28)

βk : Efek perlakuan arang sekam

(αβ)jk : Interaksi antara abu vulkanik taraf ke-j dan arang sekam taraf ke-k

εijk : Galat dari blok ke-i, perlakuan abu vulkanik ke-j dan arang sekam ke-k

Terhadap perlakuan yang berpengaruh nyata, dilakukan analisis lanjutan

dengan menggunakan Uji Beda Rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan

(DMRT) pada taraf α = 5% (Bangun, 1991).

Peubah Amatan

Panjang Tanaman (cm)

Panjang tanaman diukur mulai dari pangkal umbi sampai ke ujung daun.

Panjang tanaman diukur mulai 2 MST hingga 7 MST, yang dilakukan dengan

interval 1 minggu sekali.

Jumlah Daun per Rumpun (helai)

Jumlah daun dihitung mulai 2 MST hingga 7 MST yang dilakukan dengan

interval 1 minggu sekali. Daun yang dihitung adalah daun yang telah tumbuh

sempurna.

Jumlah Anakan per Rumpun (anakan)

Dihitung jumlah anakan yang terbentuk dalam satu rumpun, dilakukan

pada umur 2 MST sampai 7 MST, yang dilakukan dengan interval 1 minggu

sekali.

Laju Asimilasi Bersih (g.cm2.hari-1)

Laju penambahan bobot kering tanaman per satuan luas daun per satuan

waktu (Sitompul dan Guritno, 1995). Dihitung pada umur 30 dan 40 hari setelah

(29)

Dimana : LAB = Laju Asimilasi Bersih 30 - 40 HST W1 = Berat kering tanaman 30 HST

W2 = Berat kering tanaman 40 HST

A1 = Total luas daun 30 HST

A2 = Total luas daun 40 HST

T1 = Waktu pengamatan pada 30 HST

T2 = Waktu pengamatan pada 40 HST

Laju Pertumbuhan Relatif (g.g-1.hari-1)

Laju pertumbuhan relatif merupakan nilai rata-rata kecepatan

pertumbuhan relatif selama satu periode waktu (Sitompul dan Guritno, 1995):

Dimana : LPR = Laju Pertumbuhan Relatif 30 - 40 HST

W1 = Berat kering tanaman 30 HST

W2 = Berat kering tanaman 40 HST

t1 = Waktu pengamatan pada 30 HST

t2 = Waktu pengamatan pada 40 HST

Laju Pertumbuhan Tanaman (g/hari)

Laju Pertumbuhan didasarkan pada berat kering total tanaman

(Sitompul dan Guritno, 1995), dengan persamaan:

Dimana: LPT = Laju Pertumbuhan Tanaman

W1 = Berat kering tanaman 30 HST

W2 = Berat kering tanaman 40 HST

(30)

t2 = Waktu pengamatan pada 40 HST

Bobot Basah Umbi per Sampel (g)

Bobot basah umbi per sampel ditimbang setelah dipanen. Dengan syarat

umbi bersih dari tanah dan kotoran, dibersihkan, dikeringanginkan, kemudian

ditimbang.

Bobot Kering Umbi per Sampel (g)

Bobot kering umbi per rumpun ditimbang setelah dibersihkan dan dikering

anginkan selama 2 minggu.

Bobot Basah Umbi per Plot (g)

Bobot basah umbi per plot ditimbang setelah dipanen. Dengan syarat umbi

bersih dari tanah dan kotoran.

Bobot Kering Umbi per Plot (g)

Bobot kering jual umbi per plot ditimbang setelah seluruh umbi per plot

dibersihkan dan dikering anginkan selama 2 minggu.

Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian meliputi persiapan lahan, pengolahan tanah,

persiapan abu vulkanik, persiapan arang sekam, persiapan bibit, aplikasi,

penanaman, pemeliharaan, panen dan pengeringan.

Persiapan Lahan

Lahan penelitian yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma

maupun sampah yang terdapat disekitar areal tersebut. Lahan penelitian dibagi

menjadi 3 blok, kemudian dibuat plot penelitian dengan ukuran 120 cm x 120 cm,

jarak antar blok 50 cm, dan jarak antar plot 30 cm.

(31)

Pengolahan tanah dilakukan 4 minggu sebelum tanam, tanah di olah

sampai gembur. Setelah pengolahan tanah selesai, dilaksanakan penggaruan dan

membersihan areal pertanaman dari rumput-rumputan kemudian dibuat bedengan.

Persiapan Abu Vulkanik

Abu vulkanik diambil langsung dari Desa Tiga Pancur Kecamatan Payung

Tanah Karo. Sebelum diaplikasikan terlebih dahulu dianalisis dengan parameter

N, P, K, Al, S dan pH.

Persiapan Arang Sekam

Arang sekam diambil langsung dari Tj. Anom, Medan. Sebelum

diaplikasikan terlebih dahulu dianalisis dengan parameter N, P, K, Al, S dan pH.

Persiapan Bibit

Umbi yang digunakan adalah umbi bawang merah varietas bima yang

diusahakan memiliki ukuran seragam. Umbi terlebih dahulu dibersihkan dari

kotoran yang menempel. dilakukan pemotongan ¼ bagian dari ujung umbi dengan

tujuan merangsang pembentukan tunas. Umbi bibit kemudian direndam dalam

larutan fungisida Dithane M-45 selama 5 menit untuk menghindar serangan

cendawan pathogen.

Aplikasi

Aplikasi abu vulkanik dilakukan 4 minggu sebelum tanam dan di sebarkan

pada bedengan. Arang sekam diaplikasikan 2 minggu sebelum tanam atau 2

Minggu setelah aplikasi abu vulkanik dan di sebarkan pada bedengan.

Penanaman

Sebelum penanaman dilakukan, dibuat lubang tanam yang ditugal pada

(32)

tanam kemudian ditutup dengan tanah. Tidak dianjurkan untuk menanam telalu

dalam karena umbi mudah mengalami pembusukan.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman terdiri dari penyiraman, penyulaman, pemupukan,

penyiangan, dan pengendalian hama dan penyakit.

Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi atau sore hari tergantung

keadaan cuaca. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor secukupnya.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan mulai awal pertumbuhan sampai umur 7 hari

setelah tanam (HST) dengan mengganti umbi busuk atau mati dengan umbi yang

sehat.

Pemupukan

Pupuk yag digunakan sebagai pupuk dasar adalah pupuk Urea, TSP, dan

KCL sesuai dengan dosis anjuran. Pupuk dasar dilakukan satu hari sebelum tanam

dengan dosis urea 100 kg/ha, SP-36 125 kg/ha dan KCl 125 kg/ha. Pemupukan

dilakukan dengan cara tebar, sedangkan pemupukan susulan hanya diberikan

pupuk urea dengan dosis 100 kg/ha yang dilakukan pada umur 21 hari setelah

tanam (Latarang dan Syakur, 2006).

Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma sekaligus

menggemburkan tanah. Gulma perlu dikendalikan agar tidak menjadi saingan bagi

(33)

hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma

agar perakaran tanaman tidak terganggu.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan jenis dan

intensitas serangan.

Panen

Panen dilakukan saat tanaman berumur ±65 HST, kriteria panen tanaman

bawang yaitu 60-70% leher dari daun telah lemas dan daun telah menguning,

dimana umbi lapis kelihatan penuh berisi, dan sebagian umbi terlihat diatas

permukaan tanah, warna umbi menjadi merah tua, merah keunguan atau merah

muda, daun bagian atas mulai rebah.

Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan menebar/membentang umbi diatas plastik

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

vulkanik dan arang sekam padi dapat dilihat pada Tabel 1.

(35)

Berdasarkan sidik ragam dapat dilihat walaupun perlakuan dosis abu

vulkanik berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tanaman namun dari tabel 1

dapat dilihat bahwa peningkatan dosis abu vulkanik cenderung menghasilkan

tanaman yang lebih pendek, hal ini dapat terlihat mulai pengamatan 3 - 7 MST.

Namun hal ini berbeda dengan pemberian arang sekam padi, peningkatan dosis

arang sekam padi menghasilkan panjang tanaman lebih tinggi.

Jumlah Daun (helai)

Data rataan jumlah daun bawang 2 ˗ 7 MST dan sid ik ragamnya dap at

dilihat pada lampiran 21 ˗ 32. Hasil analisis sidik ragamnya menunjukkan bahwa

perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi serta interaksi keduanya

berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun.

Rataan jumlah daun tanaman bawang 2 ˗ 7 MST pada perlakuan abu

vulkanik dan arang sekam padi dapat dilihat pada Tabel 2.

Berdasarkan sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan dosis abu vulkanik

berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun namun dari tabel 2 dapat dilihat

bahwa peningkatan dosis abu vulkanik cenderung menghasilkan daun lebih

sedikit, hal ini dapat terlihat mulai pengamatan 3 - 7 MST. Namun hal ini berbeda

dengan pemberian arang sekam padi, semakin tinggi pemberian dosis arang

sekam padi menghasilkan jumlah daun lebih banyak, dapat dilihat dari tabel 2

dengan pemberian dosis 20 ton/ha menghasilkan jumlah daun lebih tinggi

(36)

Tabel 2. Rataan jumlah daun 2 ˗ 7 MST (helai) pada perlakuan abu vulkanik dan

2 ˗ 7 MST berpengaruh tidak nyata, namun interaksi keduanya berpengaruh nyata

pada 3 MST. Hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 33 ˗ 44.

Rataan jumlah anakan tanaman bawang 2 ˗ 7 MST pada perlakuan abu

(37)

Tabel 3. Rataan jumlah anakan 2 ˗ 7 MS T (anakan) pada perlakuan abu vulkanik

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada baris atau kolom yang sama disetiap minggu pengamatan menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberian abu vulkanik dan

arang sekam padi berpengaruh tidak nyata namun interaksi keduanya berpengaruh

nyata terhadap jumlah anakan pada 3 MST. Pada 3 MST perlakuan V3S1

menunjukkan hasil terendah sedangkan V0SI menunjukkan hasil tertinggi

dibandingkan kombinasi perlakuan yang lain, hal ini dapat dilihat pada tabel 3.

Kurva hubungan abu vulkanik dan arang sekam padi terhadap jumlah

(38)

Gambar 1. Hubungan jumlah anakan pada 3 MST dengan perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi dapat dilihat pada Gambar 1.

Laju Asimilasi Bersih (g.cm2.hari-1)

Data hasil pengamatan laju asimilasi bersih dan sidik ragamnya dapat

dilihat pada lampiran 53 dan 54, yang menunjukkan perlakuan abu vulkanik dan

arang sekam padi serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap laju

asimilasi bersih.

Rataan laju asimilasi bersih tanaman bawang pada perlakuan abu vulkanik

dan arang sekam padi dapat dilihat pada Tabel 4.

Hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan V1S0

merupakan perlakuan dengan hasil tertinggi dibandingkan dengan perlakuan

lainnya.

Tabel 4. Rataan laju asimilasi bersih (g.cm2.hari-1) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

Abu Vulkanik Arang Sekam Rataan

S0 (kontrol) S1 ( 10 ton/ha) S2 (20 ton/ha)

- - - ( g.cm2.hari-1) - - - - -

V0 (Kontrol) 0.73 0.72 0.72 0.72

V1 (5 ton/ha) 0.75 0.71 0.72 0.73

V2 (10 ton/ha) 0.71 0.72 0.72 0.72

V3 (15 ton/ha) 0.71 0.71 0.74 0.72

(39)

Laju Pertumbuhan Relatif (g.g-1.hari-1)

Hasil penelitian pada lampiran 55 dan 56 menunjukkan bahwa perlakuan

abu vulkanik dan arang sekam padi, serta interaksi keduanya berpengaruh tidak

nyata terhadap laju pertumbuhan relatif.

Rataan laju pertumbuhan relatif tanaman bawang pada perlakuan abu

vulkanik dan arang sekam padi dapat dilihat pada Tabel 5.

Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa kombinasi V2S1 merupakan perlakuan

tertinggi dibandingkan dengan kombinasi perlakuan lainnya.

Tabel 5. Rataan laju pertumbuhan relatif (g.g-1.hari-1) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

Abu Vulkanik Arang Sekam Rataan

S0 (kontrol) S1 ( 10 ton/ha) S2 (20 ton/ha)

- - - ( g.g-1.hari-1) - - -

V0 (Kontrol) 0.75 0.76 0.76 0.76

V1 (5 ton/ha) 0.75 0.72 0.76 0.74

V2 (10 ton/ha) 0.75 0.87 0.74 0.78

V3 (15 ton/ha) 0.72 0.71 0.77 0.73

Rataan 0.74 0.77 0.76

Laju Pertumbuhan Tanaman (g.g-1hari-1)

Data pengamatan pada lampiran 57 dan 58 menunjukkan bahwa perlakuan

abu vulkanik dan arang sekam padi berpengaruh tidak nyata terhadap laju

pertumbuhan tanaman, namun interaksi keduanya berpengaruh nyata.

Rataan laju pertumbuhan tanaman bawang pada perlakuan abu vulkanik

(40)

Tabel 6. Laju pertumbuhan tanaman (g.g-1hari-1) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

Abu Vulkanik Arang Sekam Rataan

S0 (kontrol) S1 ( 10 ton/ha) S2 (20 ton/ha)

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Dari daftar sidik ragam dan tabel 6 dapat dilihat interaksi abu vulkanik dan

arang sekam padi berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan tanaman. Laju

pertumbuhan tanaman tertinggi diperoleh pada V3S2 (pemberian abu vulkanik

15 ton/ha dengan arang sekam padi 20 ton/ha) yakni sebesar 1.07 (g.g-1hari-1) dan

terkecil diperoleh pada V3S1 (pemberian abu vulkanik 15 ton/ha dengan arang

sekam padi10 ton/ha) dengan rataan 0.74 (g.g-1hari-1).

Dalam hal ini dengan pemberian dosis abu vulkanik yang sama dan arang

sekam padi yang berbeda sedikit mempengaruhi laju pertumbuhan tanaman.

Kurva perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi terhadap laju

pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada gambar berikut.

(41)

Bobot Basah Umbi per Sampel (g)

Data rataan bobot basah umbi per sampel dan sidik ragamnya dapat dilihat

pada lampiran 45 dan 46 yang menunjukkan perlakuan abu vulkanik dan arang

sekam padi serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata.

Berdasarkan sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberian abu vulkanik dan

arang sekam padi berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi per sampel

namun dari tabel 7 dapat dilihat bahwa perlakuan V3S1 menghasilkan jumlah

anakan lebih rendah dibanding dengan dosis lainnya.

Tabel 7. Rataan bobot basah umbi per sampel (g) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

Abu Vulkanik Arang Sekam Rataan

S0 (kontrol) S1 ( 10 ton/ha) S2 (20 ton/ha)

Bobot Basah Umbi per Plot (g)

Dilihat dari sidik ragamnya pada lampiran 47 dan 48, menunjukkan

perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi serta interaksi keduanya

berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi per plot.

Rataan bobot basah umbi per plot tanaman bawang pada perlakuan abu

vulkanik dan arang sekam padi dapat dilihat pada Tabel 8. Perlakuan V1S1

(42)

Tabel 8. Rataan bobot basah umbi per plot (g) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

Abu Vulkanik Arang Sekam Rataan

S0 (kontrol) S1 ( 10 ton/ha) S2 (20 ton/ha)

Bobot Kering Umbi per Sampel (g)

Data pengamatan dan sidik ragamnya pada lampiran 49 dan 50 diketahui

bahwa bobot kering umbi per sampel menunjukkan perlakuan abu vulkanik dan

arang sekam padi serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot

kering umbi per sampel.

Rataan bobot kering umbi per sampel tanaman bawang pada perlakuan abu

vulkanik dan arang sekam padi dapat dilihat pada Tabel 9. Dari tabel dapat dilihat

perlakuan V3S1 menghasilkan jumlah anakan lebih rendah dibanding dengan dosis

lainnya.

Tabel 9. Rataan bobot kering umbi per sampel (g) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

Abu Vulkanik Arang Sekam Rataan

S0 (kontrol) S1 ( 10 ton/ha) S2 (20 ton/ha)

Bobot Kering Umbi per Plot (g)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot kering umbi per plot dan sidik

(43)

arang sekam padi serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot

kering umbi per plot.

Rataan bobot kering umbi per plot tanaman bawang pada perlakuan abu

vulkanik dan arang sekam padi dapat dilihat pada Tabel 10. Kombinasi V1S1

menghasilkan jumlah anakan lebih rendah dibanding dengan dosis lainnya.

Tabel 10. Rataan bobot kering umbi per plot (g) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

Abu Vulkanik Arang Sekam Rataan

S0 (kontrol) S1 ( 10 ton/ha) S2(20 ton/ha)

Respons pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium sativum L.) terhadap pemberian abu vulkanik

Pemberian abu vulkanik berpengaruh tidak nyata terhadap semua

pengamatan parameter yaitu panjang tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, laju

asimilasi bersih, laju pertumbuhan relatif, laju pertumbuhan tanaman, bobot basah

umbi per sampel, bobot basah umbi per plot, bobot kering umbi per sampel, dan

bobot kering umbi per plot. Hasil yang diperoleh sejalan dengan penelitian

Rostaman et al. (2010) pada tanaman jagung yang menyatakan bahwa tanah yang dicampur abu vulkanik dengan kandungan bervariasi serta tingkat kesuburan yang

berbeda, tidak nyata meningkatkan tinggi tanaman jagung. Hal ini disebabkan

struktur tanah semakin keras sehingga akar tanaman tidak dapat mengambil atau

menyerap hara dan air. Kemungkinan hal ini juga berkaitan dengan jumlah daun

(44)

genetik tanaman, jumlah anakan juga dipengaruhi oleh ukuran umbi, yang

berkaitan juga dengan laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan relatif, laju

pertumbuhan tanaman, dan berkaitan juga terhadap bobot basah serta bobot kering

umbi.

Respons pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium sativum L.) terhadap pemberian arang sekam padi

Pemberian arang sekam padi juga berpengaruh tidak nyata terhadap semua

peubah amatan yang diamati. Hasil yang diperoleh berbeda dengan penelitian

Bahri (2012) menunjukkan bahwa penambahan arang sekam hanya berpengaruh

nyata terhadap volume umbi dan dosis arang sekam memberikan pengaruh terbaik

terhadap volume umbi yaitu penambahan arang sekam dengan dosis 20 ton/ha

pada bawang merah. Penelitian Mahdiannoor (2011) pada tanaman cabe besar

yang menyatakan bahwa arang sekam padi berpengaruh nyata terhadap tinggi

tanaman, diameter batang, serta jumlah buah per tanaman dengan dosis terbaik 20

ton/ha. Hal ini diduga karena respons tanaman bawang merah kurang tanggap

terhadap perlakuan arang sekam padi.

Respons pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium sativum L.) terhadap interaksi abu vulkanik dan arang sekam padi

Interaksi abu vulkanik dan arang sekam padi berpengaruh nyata terhadap

jumlah anakan pada 3 MST dengan perlakuan V0S1 lebih tinggi dibandingkan

dengan perlakuan lainnya. Namun untuk minggu selanjutnya kembali seperti

semula interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata tetapi tetap perlakuan V0S1

merupakan kombinasi tertinggi. Pada 6 sampai 7 MST perlakuan V0S1 terjadi

perubahan penurunan karena umbi terlalu rapat sehingga sinar matahari berkurang

(45)

Interaksi abu vulkanik dan arang sekam padi dengan kombinasi perlakuan V0S1

(abu vulkanik 0 ton/ha dan arang sekam 10 ton/ha) menghasilkan jumlah anakan

terbesar yakni dengan rata-rata 5.75 anakan dan terendah pada perlakuan V3S1

(abu vulkanik 15 ton/ha dan penambahan arang sekam 10 ton/ha) yakni 3.92

anakan. Dalam hal ini interaksi antara pemberian abu vulkanik dan arang sekam

padi menunjukkan bahwa adanya hubungan yang baik antara keduanya dalam

meningkatkan semua peubah amatan yang di atas, karena pada 3 MST merupakan

masa pertumbuhan dan berkembangnya umbi. Dari hasil dapat dilihat bahwa

respon tanaman tanpa abu vulkanik (V0) memiliki pertumbuhan yang lebih baik

dalam peningkatan jumlah anakan, maka dari itu arang sekam padi sangat

berkontribusi dalam hal penyediaan unsuh hara, zat makanan, serta ketersediaan

kalium yang sangat dibutuhkan dalam pembentukan umbi. Hal ini di dukung oleh

Riadi (2010) yang menyatakan bahwa pemberian arang sekam padi dapat

memperbaiki sifat fisik tanah. Keadaan fisik tanah yang baik sangat

mempengaruhi pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat menyerap zat-zat

makanan dengan kebutuhan yang diperlukan untuk pertumbuhan. Arang sekam

padi pada tanah dapat juga membantu dalam ketersediaan K dan meningkatkan

serapan P, Ca dan Mg oleh tanaman, dengan kandungan unsur tersebut sebagai

pengganti kapur untuk meningkatkan pH tanah, sehingga unsur hara dapat

tersedia bagi tanaman. Hasil analisis dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2014)

arang sekam padi memiliki kandungan silika yang berupa

senyawa kimia silikon dioksida (SiO2) yang tinggi yang sangat dibutuhkan oleh

(46)

proses fotosintesa untuk pembentukan senyawa organik baru yang akan di angkut

ke organ tempat penimbunan, dalam hal ini adalah umbi dan sekaligus

memperbaiki kualitas umbi tersebut. Pemberian kompos arang sekam padi pada

umbi memberikan unsur hara yang diperlukan dalam proses produksi tanaman.

Pada pengamatan laju pertumbuhan tanaman terdapat adanya perbedaan

yang nyata antara pemberian abu vulkanik dan arang sekam padi. Perlakuan V3S2

(pemberian abu vulkanik 15 ton/ha dengan arang sekam padi 20 ton/ha) memiliki

laju pertumbuhan tanaman 1.07 g.g-1hari-1 (Tabel 6) yang lebih tinggi

dibandingkan dengan kombinasi lainnya. Dalam hal ini dengan pemberian abu

vulkanik dengan dosis yang sama yaitu V3 sebanyak 15 ton/ha namun dengan

pemebrian dosis arang sekam yang berbeda S1 dan S2 (10 ton/ha dan 20 ton/ha)

berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Hal ini dikarenakan bahan organik

arang sekam padi berperan penting sebagai sumber hara bagi tanaman untuk

pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Mahdiannoor (2011)

mengatakan pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara yang

dibutuhkan dalam jumlah yang cukup, yang dapat diperoleh dari penambahan

unsur hara dari luar, artinya kandungan hara yang ada pada tanah dan arang

mampu mencukupi kebutuhan hara tanaman, hal ini diduga karena unsur N yang

dimiliki oleh arang sekam padi dapat memberikan sumbangan N yang dibutuhkan

tanaman, dilihat dari hasil analisis Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2014)

kandungan unsur hara N sebesar 0.25, kandungan ini dikategorikan cukup untuk

menyumbangkan unsur hara yang diperlukan. Septiani (2012) juga mengatakan

bahwa arang sekam padi dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.

(47)

menjadi baik. Arang sekam juga mengandung oksigen, meningkatkan luas

permukaan dan sehingga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.

Selanjutnya Kumolontang dalam Anisyah (2013) mengatakan bahwa bahan organik merupakan salah satu komponen tanah yang penting bagi ekositem tanah,

dimana bahan organik merupakan sumber dan pengikat hara dansebagai substrat

bagi mikroba tanah. Pelapukan oleh asam-asam organik dapat memperbaiki

(48)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Pemberian abu vulkanik berpegaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan

produksi bawang merah.

2. Pemberian arang sekam padi berpegaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan

produksi bawang merah.

3. Interaksi pemberian abu vulkanik dan arang sekam padi berpengaruh nyata

meningkatkan jumlah anakan dan laju pertumbuhan tanaman, dengan kombinasi

terbaik pada perlakuan V0S1 pada jumlah anakan dan V3S2 pada laju

pertumbuhan tanaman.

Saran

Perlu penelitian lanjutan dengan peningkatan dosis arang sekam padi yang

lebih tinggi untuk melihat respons pertumbuhan dan produksi tanaman yang lebih

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Andreita, R. R. 2011. Dampak Debu Vulkanik Gunung Sinabung Terhadap Perubahan Sifat Kimia Tanah Inceptisol. Skripsi. USU.

Anisyah, F. 2013. Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah dengan Pemberian Berbagai Bahan Organik. Skripsi. USU.

Badan Litbang Pertanian. 2011. Potensi Hara Di Balik Bencana Letusan Gunung Api. Edisi 21-27 September 2011 No.3423 Tahun XLII.

Bahri, J. 2012. Kajian Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Penambahan Arang Sekam dan

Pemupukan Kalium. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Deptan. 2014. Efek Abu Vulkanik Terhadap Tanaman dan Tanah.. Diakses dari

http:// balittanah.litbang.deptan.go.id.

BPS. 2013. Produksi Cabai Besar, Cabai Rawit, dan Bawang Merah Tahun 2012. Berita Resmi Statistik No. 54/08/Th. XVI.

Direktorat Jendral Hortikultura. 2008. Teknologi Produksi Benih Bawang Merah. Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi. Hasil tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens). Seminar program tadi hortikultura semester V, politeknik negeri lampung, Lampung.

Hermawati, N., N. Handayani., Sunardi dan Y. Sardjono. 2011. Aplikasi Teknologi Nuklir untuk Penentuan Kandungan Unsur Abu Vulkanik Gunung Merapi Pasca Erupsi 2010 dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron Cepat (Aanc). Prosiding Seminar Nasional ke-17 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas NuklirYogyakarta, 01 Oktober 2011.

Hervani, D., Lili, S., Etti, S., dan Erbasrida. 2008. Teknologi Budidaya Bawang Merah pada Beberapa Media dalam Pot di Kota Padang. Universitas Andalas. Padang.

Latarang, B. dan A. Syakur . 2006. Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah

(Allium ascalonicum L.) pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang.

(50)

Mahdiannoor. (2011). Respon pertumbuhan dan hasil tanaman cabe besar (Capsicum annum L.) terhadap pemberian arang sekam padi dan dosis pupuk kandang kotoran itik di lahan rawa lebak. J. Agroscientiae. 18(3).

Nasution, E. S. 2008. Pengaruh Kepekatan Ekstrak Daun Nimba Terhadap Penekanan Serangan (Alternaria porri (EII.CIF) Pada Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). Universitas Sumatera Utara. Medan

PPKS. 2014. Kompos Bio Organik Tandan Kosong Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Putasamedja, S dan Suwandi. 1996. Bawang Merah di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Sayur. Bandung.

Putra, A.D. 2011. Tanggapan Beberapa Kultivar Bawang Merah (allium ascalonicum L.) terhadap Serangan Fusarium oxysporum f.sp.

Cepae Penyebab Penyakit Moler di Lahan Kabupaten Nganjuk. Skripsi.

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Riadi, Y. A. (2010). Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau. Artikel ilmiah jurusan budidaya pertanian. Universitas Tanjungpura. Pontianak.

Rianti, Y. 2009. Pengaruh Jenis Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav.). Skripsi. IPB. Bogor.

Rostaman., A. Kasno., dan Linca Anggria. 2010. Perbaikan Sifat Tanah dengan Dosis Abu Vulkanik Pada Tanah Oxisols. Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah.Bogor.

Saputra, A. A. I. 2010. Perilaku Fisik dan Mekanik Self Compacting Concrete

(scc) dengan Pemanfaatan Abu Vulkanik sebagai Bahan Tambahan Pengganti Semen. Tugas Akhir. FTSP – ITS. Surabaya.

Septiani, D. 2012. Pengaruh pemberian arang sekam padi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens). Seminar program studi hortikultura, Politeknik negeri lampung. Lampung.

Siregar, D. S. Respons pertumbuhan dan produksi bawang sabrang (Eleutherine americana Merr) terhadap pembelahan umbi dan perbandingan media tanam. J. Agroekoteknologi 3(2):954-962

Sudirja. 2007. Bawang Merah. Diakses dari http//.www.lablink.or.id/Agro/bawang merah/alternatif partrait.html.

(51)

Tim Kompas. 2010. Rehabilitasi Lingkungan Merapi. http://regional.kompas.com/read/2010/. [14 November 2010].

(52)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH(Allium ascalonicumL.) TERHADAP PEMBERIAN ABU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

DAN ARANG SEKAM PADI

SKRIPSI

OLEH :

ESTHER TARIGAN/100301257 AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(53)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH(Allium ascalonicumL.) TERHADAP PEMBERIAN ABU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

DAN ARANG SEKAM PADI

SKRIPSI OLEH :

ESTHER TARIGAN/100301257 AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(54)

Judul :…Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah …... (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Abu ………VulkanikGunung Sinabung dan Arang Sekam Padi

Nama : Esther Tarigan

Nim : 100301257

Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Program Studi :.. Agroekoteknologi

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Yaya Hasanah, M. Si Ir. Mariati, M. Sc

Ketua Anggota

Mengetahui,

(55)

ABSTRAK

ESTHER TARIGAN: Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah

(Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Abu Vulkanik Gunung Sinabung dan Arang Sekam Padi, dibimbing oleh YAYA HASANAH dan MARIATI.

Abu vulkanik mengandung hara penyubur tanah untuk pertanian sebenarnya baru bisa dimanfaatkan sekitar 10 tahun setelah peristiwa meletusnya gunung, namun teknologi percepatan pelapukan abu vulkanik dapat dilakukan dengan mencampur bahan organik. Salah satu bahan organik yang mampu untuk melepaskan hara yang terikat dari abu vulkanik yaitu arang sekam padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) terhadap pemberian abu vulkanik gunung sinabung dan arang sekam padi. Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU mulai bulan Mei ˗ Agustus 2014, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu pemberian abu vulkanik (0, 5, 10, 15 ton/ha) dan arang sekam padi (0, 10, 20 ton/ha). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan relatif, laju pertumbuhan tanaman, bobot basah per sampel, bobot basah per plot, bobot kering per sampel, dan bobot kering per plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian abu vulkanik dan arang sekam padi berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah amatan, tetapi interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan pada 3 MST dan laju pertumbuhan tanaman. Perlakuan terbaik pada pemerian abu vulkanik 0 ton/ha dan arang sekam padi 10 ton/ha pada jumlah anakan dan 15 ton/ha abu vulkanik dan 20 ton/ha pada laju pertumbuhan tanaman.

(56)

ABSTRACT

ESTHER TARIGAN: The Growth and Yield of shallot (Allium ascalonicum L.)

the aplications Sinabung Volcanic Ash and Rice Husk Ash, guided by YAYA HASANAH and MARIATI.

Volcanic ash contains nutrients for the soil to farm new fact can be used about 10 years after the eruption of the mountain, but the technology accelerated weathering of volcanic ash can be made by mixing organic matter. One of the organic material that is able to release the bound nutrients from volcanic ash is rice shell ash. The aim of research was to identify the growth and yield of shallot (Allium ascalonicum L.) the aplications Sinabung Volcanic Ash and Rice Husk Ash. Research was conducted at the experimental field of the Agricultural Faculty USU from May up to August 2014, using a factorial randomized block design with two factors and replicated 3 times. The first factor was volcanic ash with for level i.e: volcanic ash 0, 5, 10, 15 ton/ha and rice husk ash 0, 10, 20 ton/ha. Parameters observed were plant height, number of leaves, number of tillers, fresh weight per sample, per plot wet weight, dry weight per sample, dry weight per plot, net assimilation rate, relative growth rate, the rate of plant growth. The results showed that all parameters observed were not both treatment on the significantly affected by both treatment, however there was interaction between the number of tillers at 3 MST and plant growth rate. The best treatment on defining a volcanic ash 0 ton/ha and rice husk ash 10 ton/ha in the number of tillers and 15 ton/ha volcanic ash and 20 ton/ha rice husk ash on the growth rate of plants.

(57)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Muara Bungo, pada tanggal 24 Januari 1992 dari

ayah S. Tarigan dan ibu JN. Sihombing. Penulis merupakan putri pertama dari dua

bersaudara.

Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri I Muara Bungo, Jambi dan

pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih minat

Budidaya Pertanian dan Perkebunan, Program Studi Agroekoteknologi.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan

Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek), Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) dan

Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Perkebunan

(58)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Respons

Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Pemberian Abu Vulkanik Gunung Sinabung dan Arang Sekam Padi”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu

Ir. Yaya Hasanah, M. Si dan Ibu Ir. Mariati, M. Sc., selaku ketua dan anggota

komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama

penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua

yang telah memberikan dukungan finansial dan spiritual. Ucapan terimakasih juga

ditujukan kepada seluruh staf pengajar, pegawai serta kerabat di lingkungan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah berkontribusi dalam

kelancaran studi dan penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pembaca terutama bagi petani bawang merah sebagai bahan

informasi.

Medan, Januari 2015

(59)

DAFTAR ISI

(60)

Persiapan Lahan ... 14 Pengolahan Tanah ... 15 Persiapan Abu Vulkanik ... 15 Persiapan Arang Sekam Padi ... 15 Persiapan Bibit ... 15

(61)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Rataan panjang tanaman (cm) 2-7 MST pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

18

2. Rataan jumlah daun per rumpun (helai) 2-7 MST pada

perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

20

3. Rataan jumlah anakan per rumpun (anakan) 2-7 MST pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

21

4. Rataan laju asimilasi bersih (g.cm2.hari-1) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

22

5

6.

7.

Rataan laju pertumbuhan relatif (g.g-1.hari-1) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

Rataan laju pertumbuhan tanaman (g.g-1.hari-1) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

Rataan bobot basah umbi per sampel (g) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

23

24

25

8. Rataan bobot basah umbi per plot (g) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

26

9. Bobot kering umbi per sampel (g ) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

26

10. Rataan bobot kering umbi per plot (g) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi

27

(62)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Grafik interaksi abu vulkanik dan pemberian arang sekam padi pada jumlah anakan

22

2. Grafik interaksi abu vulkanik dan pemberian arang sekam padi pada laju pertumbuhan tanaman

(63)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Deskripsi Tanaman Bawang Merah Varietas Bima 36

2. Bagan Penelitian 37

3. Bagan Letak Tanaman Per Plot 38

4. Hasil Analisis Abu Vulkanik dan Analisi Tanah 39

5. Hasil Analisis Arang Sekam Padi 40

7. Dosis Abu Vulkanik dan Arang Sekam Padi yang digunakan 40

8.

9.

Data Pengamatan Panjang Tanaman 2 MST (cm)

Sidik ragam panjang tanaman 2 MST

41

41

10. Data Pengamatan Panjang Tanaman 3 MST (cm) 42

11. Sidik ragam panjang tanaman 3 MST 42

12. Data Pengamatan Panjang Tanaman 4 MST (cm) 43

13. Sidik ragam panjang tanaman 4 MST 43

14. Data Pengamatan Panjang Tanaman 5 MST (cm) 44

15. Sidik ragam panjang tanaman 5 MST 44

16. Data Pengamatan Panjang Tanaman 6 MST (cm) 45

17. Sidik ragam panjang tanaman 6 MST 45

18. Data Pengamatan Panjang Tanaman 7 MST (cm) 46

19. Sidik ragam panjang tanaman 7 MST 46

20. Data Pengamatan Jumlah Daun 2 MST (helai) 47

21. Sidik ragam jumlah daun 2 MST 47

22. Data Pengamatan Jumlah Daun 3 MST (helai) 48

(64)

24. Data Pengamatan Jumlah Daun 4 MST (helai) 49

25. Sidik ragam jumlah daun 4 MST 49

26. Data Pengamatan Jumlah Daun 5 MST (helai) 50

27. Sidik ragam jumlah daun 5 MST 50

28. Data Pengamatan Jumlah Daun 6 MST (helai) 51

29. Sidik ragam jumlah daun 6 MST 51

30. Data Pengamatan Jumlah Daun 7 MST (helai) 52

31. Sidik ragam jumlah daun 7 MST 52

32. Data Pengamatan Jumlah Anakan 2 MST (anakan) 53

33. Sidik ragam jumlah anakan 2 MST 53

34. Data Pengamatan Jumlah Anakan 3 MST (anakan) 54

35. Sidik ragam jumlah anakan 3 MST 54

36. Data Pengamatan Jumlah Anakan 4 MST (anakan) 55

37. Sidik ragam jumlah anakan 4 MST 55

38. Data Pengamatan Jumlah Anakan 5 MST (anakan) 56

39. Sidik ragam jumlah anakan 5 MST 56

40. Data Pengamatan Jumlah Anakan 6 MST (anakan) 57

41. Sidik ragam jumlah anakan 6 MST 57

42. Data Pengamatan Jumlah Anakan 7 MST (anakan) 58

43.

44.

Sidik ragam jumlah anakan 7 MST

Data Pengamatan Laju Asimilasi Bersih (g.cm2.hari-1)

58

Sidik ragam laju asimilasi bersih

Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Relatif (g.g-1.hari-1)

Sidik ragam laju pertumbuhan relatif

Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Tanaman (g.g-1.hari-1)

Sidik ragam laju pertumbuhan tanaman

60

61

62

63

Gambar

Tabel 1. Rataan panjang tanaman 2 ˗ 7 MST (cm) p ada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi
Tabel 2. Rataan jumlah daun 2 ˗ 7 MST (helai) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi
Tabel 3. Rataan jumlah anakan 2 ˗ 7 MS T (anakan) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi
Tabel 4. Rataan laju asimilasi bersih (g.cm2.hari-1) pada perlakuan abu vulkanik dan arang sekam padi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian debu vulkanik Gunung Sinabung dan dosis pupuk kompos serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap tebal

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Respons Pertumbuhan dan Produksi

pengolahan tanah dengan traktor, penambahan bahan organik 5-10 ton/ha, sedangkan untuk tutupan abu yang tebal penanganannya dalam mengolah tanah.. dengan traktor dan penambahan

Mendapatkan data pengujian kadar air, kadar abu, fixed carbon, volatile matter dan nilai kalori briket arang sekam padi dan arang kulit bawang putih dengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi arang aktif tempurung kelapa, nano silika sekam padi dan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap

Berdasarkan hasil analisis ragam peubah data yang diamati, perlakuan pemberian takaran abu sekam padi berpengaruh sangat nyata pada pengamatan umur tanaman saat

HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Rata-rata tinggi tanaman bawang merah pada umur 2 dan 4 MST berbeda tidak nyata antara yang diberi perlakuan abu sekam dengan perlakuan tanpa abu

Secara interaksi perlakuan arang sekam padi dan gandasil B memberikan pengaruh nyata terhadap umur berbunga tanaman cabai rawit, dimana perlakuan terbaik dosis arang sekam padi 75