• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. 1. Rearing Metisa plana

Ulat kantong merupakan salah satu hama pada tanaman kelapa sawit, sehingga keberadaannya perlu diwaspadai. Bagian yang terserang yaitu daun pada tanaman dan stadia yang merugikan yaitu pada masa ulat. Gejala tanaman yang terserang ulat kantong yaitu daun tidak utuh lagi, rusak dan berlubang-lubang. Kerusakan helaian daun dimulai dari lapisan epidermisnya. Kerusakan lebih lanjut adalah mengeringnya daun yang menyebabkan tajuk bagian bawah berwarna abu-abu dan hanya daun muda yang masih hijau.

Penyebaran hama M. plana amat cepat, karena sifatnya yang mobil, mudah berpindah dari satu daun ke daun lain atau dari satu pohon ke pohon lain. Populasi kritis untuk pengendalian 2-20 ekor ulat perpelepah tergantung pada stadia hama. Siklus hidup berlangsung 3 bulan lebih, siklus ini meliputi, telur selama 18 hari inkubasi, larva selama 50 hari untuk 4-5 instar larva, pupa selama 25 hari (Fizrul, 1997). Masing – masing tingkatan perkembangan Metisa plana dapat dilihat pada Gambar 1.

Berdasarkan hasil pengamatan rearing M. plana dilaboraorium siklus hidup M. plana adalah sebagai berikut. Fase telur M. plana berukuran ± 2-3 mm dengan lama inkubasi 18 hari. Fase larva muda berukuran ± 5mm dengan lama waktu 18 hari. Fase larva sedang berukuran antara 5-10 mm dengan lama waktu 18 hari. Fase larva

dewasa berukuran ± 10 mm dengan lama waktu 14 hari. Fase pupa beukuran ± 10 mm dengan lama waktu 25 hari. Fase dewasa berukuran 10 - 15 mm.

Gambar 1. Siklus hidup hama Metisa plana a. telur, b larva muda (5 mm), c. larva sedang (5-10 mm) d. larva dewasa (10 mm), e. pupa (10 mm), dan f. serangga dewasa (Lubis, 2010).

C D

B

E F

A

4.2. Populasi Metisa plana pada areal penelitian

Pengamatan awal dilakukan pada areal percobaan untuk mengetahui status M. plana, pada areal terserang dan yang sudah terkendali. Populasi M. plana pada setiap stadia yang dijumpai pada areal kebun sawit terserang dapat dilhat dari Tabel 1. Tabel 1. Populasi Metisa plana pada areal kebun sawit yang terserang

Stadia Kondisi Jumlah

Hidup 0 Mati 0 Mati bukan karena parasitoid 0

Telur Mati parasitoid 0 Hidup 120 Mati 1951 Mati bukan karena parasitoid 1

Larva kecil

Mati parasitoid 0

Hidup 95 Mati 2831 Mati bukan karena parasitoid 0

Larva sedang

Mati parasitoid 4

Hidup 97 Mati 1933 Mati bukan karena parasitoid 4

Larva besar

Mati parasitoid 13

Hidup 37 Mati 2683 Mati bukan karena parasitoid 2

Pupa

Mati parasitoid 19

Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa pada saat pengambilan sampel, hama M. plana berada pada fase larva dan pupa sedangkan fase telur tidak dijumpai. Pada fase pupa, jumlah hama M. plana cukup banyak yaitu 2720. Hama M. plana yang terserang oleh parasitoid ditemukan mulai pada stadia larva sedang dan larva besar. Fase pupa merupakan fase dari hama M. plana yang paling terserang parasitoid

sebanyak 19. Dari jumlah ini sebagian besar (32 ekor) ditemukan pada periode pupa dan larva dewasa yang menunjukkan bahwa predator hama ini mulai menyerang pada periode larva dewasa. Dari Tabel 1 ini diketahui tidak ada hama M. plana yang mati disebabkan oleh predator.

Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah hama M. plana yang hidup paling banyak pada stadia larva kecil, walaupun tidak berbeda dengan larva sedang dan besar. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa walaupun tidak ada perbedaan diantara stadia hama M. plana yang mati disebabkan oleh parasitoid, namun ada kecendrungan semakin besar stadia hama M. plana, semakin banyak jumlah hama M. plana yang mati disebabkan parasitoid.

Tabel 2. Jumlah hama Metisa plana pada stadia yang berbeda di areal terserang Penyebab Kematian

Stadia Hidup Mati

Bukan Parasitoid Parasitoid Telur 0 a 0 a 0 a 0 a Larva Kecil 5.7 c 92.9 b 0.05 a 0 a Larva Sedang 4.5 bc 134.8 b 0 a 0.2 a Larva Besar 4.6 bc 92 b 0.19 a 0.6 a

Pupa 1.8 ab 127.8 b 0.1 a 0.9 a

Keterangan: Notasi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada taraf 5 %.

Periode larva kecil jumlah hama Metisa plana hidup lebih banyak jika dibandingkan dengan periode pupa yaitu 1.8 ekor. Pada umumnya perkebunan kelapa sawit jika akan melakukan tindakan pengendalian kimiawi, didasarkan pada fase ini. Bila tidak ditemukan musuh alami hama M. plana pada fase larva di areal terserang, maka perlu dilakukan tindakan secara kimiawi. Pengendalian pada periode ini sangat

efektif dilakukan jika dibandingkan ketika hama telah mencapai periode pupa. Ketika periode pupa, sangat sulit dikendalikan karena hama telah memiliki pelindung dan bahan kimia tidak akan bisa mengenai sasaran. Namun pengendalian dengan bahan kimia juga harus dilakukan dengan baik karena jika tidak musuh alami hama tersebut yang juga terdapat pada areal juga akan mati.

4.3. Populasi Serangga yang Terdapat Pada Tanaman Bawah di Areal Terserang dan Terkendali

Tabel 3 menunjukkan rata-rata jumlah serangga dan jenis serangga yang terdapat pada rumpun tanaman diareal pengamatan. Dari tabel terlihat bahwa tanaman Staenochlaena pallustris dan Asistasia intrusa adalah tanaman terbanyak dijumpai kunjungan serangga. Setiap harinya ditemukan rata-rata lebih dari 9 serangga dengan jumlah jenis serangga lebih dari 4 jenis. Fenomena sebaliknya, pada tanaman Piper caducibracteum, Luffa aegyptiaca dan Cassia tora merupakan tanaman yang tidak ada satupun jenis serangga ditemukan berkunjung.

Jenis tanaman yang tidak dikunjungi satupun jenis serangga, Piper caducibracteum, Luffa aegyptiaca dan Cassia tora ternyata ketiganya tidak memiliki kelenjar trichom. Diduga kelenjar trichom merupakan tempat sintesis dan sekeresi metabolit sekunder yang berfungsi untuk menarik serangga datang ke suatu tanaman. Kelenjar trichom juga menyebabkan morfologi daun menjadi scaber (kasar) yang sangat cocok untuk peletakan telur (oviposisi) serangga. Berhubung ketiga tanaman

tersebut tidak mempunyai kelenjar trichom, maka senyawa penarik serangga untuk datang berkunjung dan meletakkan telur tidak ada.

Tabel 3. Rataan jumlah dan jenis serangga yang terdapat pada rumpun tanaman pada areal terserang dan terkendali

Rataan jumlah Serangga Rataan Jenis Serangga Jenis Gulma Pagi Siang Sore Trichoma Pagi Siang Sore

Antigonon leptopus 1.5 2.0 1.1 ada 0.5 0.7 0.3

Tetrastigma papilosum 0.3 0.4 0.1 tdk ada 0.1 0.1 0.1

Asystasia intrusa 3.0 3.3 3.4 ada 1.7 1.6 1.3

Turnera subulata 0.6 0.3 0.5 ada 0.3 0.2 0.2

Ludwigia hissopifolia 0.3 0.8 0.4 tdk ada 0.1 0.2 0.0

Piper caducibracteum 0.0 0.0 0.0 tdk ada 0.0 0.0 0.0

Luffa aegyptiaca 0.0 0.0 0.0 tdk ada 0.0 0.0 0.0

Cassia tora 0.0 0.0 0.0 tdk ada 0.0 0.0 0.0

Centrosoma pubescens 1.3 1.5 0.7 ada 0.6 0.9 0.4

Caladium bicolor 2.0 1.9 1.0 ada 1.0 0.9 0.5

Passiflora foetida 1.4 1.8 1.1 ada 0.3 0.5 0.3

Mikania micrantha 0.4 0.4 0.6 tdk ada 0.2 0.2 0.3

Mucuna bracteata 0.5 0.4 0.3 ada 0.1 0.1 0.2

Steonchlaena pallustris 3.6 3.8 2.2 tdk ada 1.5 1.9 1.2

Momordica charantia 2.2 2.5 1.2 ada 0.9 1.0 0.4

Mimosa pudica 1.3 3.3 1.4 tdk ada 0.8 1.3 0.6

Derris scandens 1.5 1.9 1.3 ada 0.9 1.0 0.7

Cynodon dactilon 1.7 1.4 1.9 tdk ada 0.6 0.8 0.6

Scleria sumatrensis 0.0 0.3 0.1 tdk ada 0.0 0.1 0.1

Paspalum conjugatum 0.5 0.6 0.2 tdk ada 0.3 0.3 0.1

Paspalum commersonii 0.6 0.5 1.1 tdk ada 0.1 0.2 0.1

Lasia spinosa 0.0 0.0 0.0 tdk ada 0.0 0.0 0.0

Melastoma malabatricum 0.6 0.5 1.0 tdk ada 0.2 0.1 0.1

Cyperus rotundus 0.0 0.5 0.0 tdk ada 0.0 0.2 0.0

Ageratum conyzoides 0.3 0.5 0.2 tdk ada 0.3 0.2 0.1

Populasi jumlah dan jenis serangga pada areal terserang dan areal terkendali dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Jika dilihat dari areal terserang dan terkendali, terlihat perbedaan yang sangat jauh. Pada areal terkendali jumlah serangga sangat banyak yaitu 119 serangga dibandingkan dengan daerah terserang yang hanya 37.6 dengan masing masing jumlah jenis serangga rata – rata 14,6 dan 6.9 pada kedua lokasi.

Berdasarkan hasil penelitian dari 10 jenis tanaman bawah yang banyak didatangi oleh serangga, 7 jenis diantaranya memiliki trichoma pada daun dan warna bunga yang cerah. Hal ini mengindikasikan serangga mendatangi tanaman tersebut selain karena tanaman memiliki bunga juga karena tanaman memiliki trichoma. Daun yang memiliki trichoma menyebabkan serangga tersebut mudah untuk meletakkan telurnya.

Selanjutnya Ramadhani (2009) menyebutkan ada beberapa faktor yang menyebabkan serangga menyukai tanaman tertentu diantaranya antraktan visual. Ramadhani menyatakan terdapat dua komponen penting pada atraktan visual, yaitu warna dan bentuk. Semakin besar bunga/perbungaan dan semakin kontras dengan lingkungan sekitar semakin efektif kerja dari atraktan ini.

Pada areal tanaman yang terkendali, dari Tabel 4 telihat bahwa lebih dari 5 jenis tanaman yang disukai oleh serangga diantaranya Antigonon leptopus, Asystasia intrusa, Passiflora foetida, Stenochlaena pallustris, Momordica charantia dan Cynodon dactilon dengan rata – rata jumlah serangga > 10 serangga perharinya dengan jumlah jenis serangga > 3 jenis serangga.

Tabel 4. Rataan jumlah dan jenis serangga yang terdapat pada rumpun tanaman pada areal terkendali

Rataan jumlah serangga Rataan jenis serangga Jenis Gulma

Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore

Antigonon leptopus 3.6 4.8 2.7 1.2 1.7 0.7 Tetrastigma papilosum 0.7 0.9 0.3 0.3 0.2 0.1 Asystasia intrusa 4.8 5.3 6.4 2.4 2.3 2.1 Turnera subulata 1.6 0.6 1.1 0.6 0.5 0.5 Ludwigia hissopifolia 0.9 2.1 1.1 0.1 0.5 0.1 Piper caducibracteum 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Luffa aegyptiaca 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Cassia tora 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Centrosoma pubescens 0.9 0.7 0.5 0.4 0.5 0.4 Caladium bicolor 2.8 2.4 2.1 1.2 1.0 1.0 Passiflora foetida 3.7 4.1 2.8 0.8 0.9 0.8 Mikania micrantha 0.9 0.9 0.9 0.5 0.6 0.4 Mucuna bracteata 1.2 1.0 0.8 0.4 0.4 0.4 Steonchlaena pallustris 6.1 5.3 3.7 2.3 2.4 1.9 Momordica charantia 4.5 3.3 2.7 1.7 1.4 0.9 Mimosa pudica 1.7 1.8 2.1 0.8 0.9 0.5 Derris scandens 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Cynodon dactilon 3.8 3.1 4.4 1.3 1.7 1.4 Scleria sumatrensis 0.0 0.7 0.3 0.0 0.1 0.3 Paspalum conjugatum 0.0 0.3 0.2 0.0 0.1 0.0 Paspalum commersonii 1.5 1.3 2.7 0.2 0.4 0.3 Lasia spinosa 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Melastoma malabatricum 1.4 1.1 2.5 0.5 0.3 0.4 Cyperus rotundus 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Ageratum conyzoides 0.4 0.6 0.4 0.4 0.3 0.3

Pada umumnya serangga lebih banyak ditemukan pada siang hari dibandingkan pagi ataupun sore hari. Pola aktivitas harian serangga tergantung pada beberapa faktor, seperti suhu, kelembaban, curah hujan, sekresi senyawa atraktan, serta keberadaan bunga mekar. Aktivitas berkunjung serangga aktif pada siang hari selama pengamatan diduga karena faktor-faktor tersebut.

Pengamatan dari Wahid dan Kamrudin (1997) untuk serangga T. hawaiinesis dan Tandon et al., (2001) untuk serangga E. kamerunicus menunjukkan terdapat hubungan antara jumlah serangga yang berkunjung ke suatu tanaman dengan kondisi dari tanaman yang dikunjungi. Pola seperti tersebut diduga ada faktor pengatur seperti ritme ”endogenous” untuk ekskresi senyawa atraktan yang berhubungan dengan aktivitas serangga, disamping juga faktor fisis lingkungan setempat.

Pada areal tanaman terserang yang ditunjukkan pada Tabel 5, dijumpai rata-rata jumlah serangga lebih sedikit dibandingkan dengan areal tanaman terkendali, dimana rata-rata jumlah serangga perharinya hanya 3 – 5 serangga dengan yang terbanyak pada tanaman Derris scandens, Mimosa pudica, Stenochlaena pallustris dan Asystasia intrusa dengan jumlah jenis serangga hanya 2 – 3 jenis serangga, sedangkan jenis tanaman yang lain kurang disukai oleh serangga tersebut.

Tanaman Derris scandens dan Stenochlaena pallustris keduanya mempunyai trichom, faktor inilah yang menyebabkan serangga berkunjung ke tanaman tersebut. Namun tanaman Mimosa pudica tidak bertrichom, maka diduga serangga datang disebabkan karena faktor lain, misal bentuk bunga yang berwarna mencolok atau yang sedang mekar sehingga banyak menghasilkan sumber makanan. Dugaan lain disebabkan karena bentuk yang rimbun dari habitus tanaman Mimosa pudica, sehingga dapat memberi perlindungan bagi serangga. Secara umum faktor-faktor keuntungan tersebut merupakan penyebab utama mengapa satu jenis serangga tertarik untuk mendatangi suatu tanaman.

Tabel 5. Rataan jumlah dan jenis serangga yang terdapat pada rumpun tanaman pada areal terserang

Rataan Jumlah Serangga Rataan Jenis Serangga Jenis Gulma

Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore

Antigonon leptopus 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Tetrastigma papilosum 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Asystasia intrusa 1.6 1.7 1.1 1.2 1.1 0.7 Turnera subulata 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Ludwigia hissopifolia 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Piper caducibracteum 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Luffa aegyptiaca 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Cassia tora 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Centrosoma pubescens 1.6 1.9 0.9 0.7 1.1 0.4 Caladium bicolor 1.4 1.5 0.2 0.9 0.9 0.1 Passiflora foetida 0.0 0.2 0.0 0.0 0.2 0.0 Mikania micrantha 0.0 0.0 0.3 0.0 0.0 0.2 Mucuna bracteata 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Steonchlaena pallustris 1.9 2.8 1.2 1.0 1.5 0.8 Momordica charantia 0.6 2.0 0.1 0.4 0.8 0.1 Mimosa pudica 1.0 4.1 0.9 0.7 1.6 0.6 Derris scandens 2.3 2.8 2.0 1.4 1.5 1.1 Cynodon dactilon 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Scleria sumatrensis 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Paspalum conjugatum 0.7 0.8 0.2 0.4 0.5 0.1 Paspalum commersonii 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Lasia spinosa 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Melastoma malabatricum 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 Cyperus rotundus 0.0 0.8 0.0 0.0 0.3 0.0 Ageratum conyzoides 0.3 0.5 0.0 0.2 0.2 0.0

Tabel 6 menunjukkan bahwa secara umum, tanaman Asystasia intrusa dan Stenochlaena pallustris tertinggi dikunjungi serangga dan sangat berbeda nyata dengan tanaman lain. Tanaman Piper aduncatum, Luffa aegyptiaca dan Cassia tora adalah tanaman yang tidak ditemukan adanya kunjungan serangga.

Tabel 6. Pengaruh jenis tanaman terhadap jumlah dan jenis serangga pada areal terserang dan terkendali

Terserang Terkendali Rataan Serangga Rataan Serangga Rataan Serangga Jenis Gulma

Jumlah Jenis Jumlah Jenis Jumlah Jenis

Antigonon leptopus 1.56 cde 0.51 bcd 0.0 a 0.0 a 3.67 de 1.20 ef Tetrastigma papilosum 0.25 a 0.08 ab 0.0 a 0.0 a 0.63 ab 0.19 ab Asystasia intrusa 3.21 f 1.53 g 1.48 de 0.99 def 5.5 f 2.27 g Turnera subulata 0.45 ab 0.23 abc 0.0 a 0.0 a 1.12 ab 0.57 abcd Ludwigia hissopifolia 0.52 ab 0.09 ab 0.0 a 0.0 a 1.36 ab 0.22 ab Piper caducibracteum 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a Luffa aegyptiaca 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a Cassia tora 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a Centrosoma pubescens 1.21 bcde 0.64 def 1.48de 0.78 cde 0.70 ab 0.44 abc Caladium bicolor 1.63 de 0.81 ef 1.08 cd 0.65 bcd 2.47 bcd 1.06 def Passiflora foetida 1.43 cde 0.37 bcd 0.08 a 0.08 a 3.52 cde 0.83 cde Mikania micrantha 0.43 ab 0.24 abc 0.11 a 0.07 a 0.90 ab 0.5 abc Mucuna bracteata 0.42 ab 0.15 ab 0.0 a 0.0 a 1.02 ab 0.37 abc Steonchlaena pallustris 3.20 f 1.52 g 1.94 ef 1.08 ef 5.04 ef 2.17 g Momordica charantia 2.00 e 0.82 ef 0.92 bcd 0.42 abc 3.52 cde 1.38 f Mimosa pudica 2.00 e 0.89 f 2.08 ef 0.99 def 1.88 abc 0.75 bcde Derris scandens 1.55 cde 0.87 f 2.41 f 1.35 f 0.0 a 0.0 a Cynodon dactilon 1.66 e 0.64 def 0.0 a 0.0 a 3.78 de 1.46 f Scleria sumatrensis 0.14 a 0.06 ab 0.0 a 0.0 a 0.34 a 0.15 a Paspalum conjugatum 0.42 ab 0.24 abc 0.58 bc 0.36 ab 0.15 a 0.05 a Paspalum commersonii 0.73 abcd 0.12 ab 0.0 a 0.0 a 1.84 abc 0.31 abc Lasia spinosa 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a 0.0 a Melastoma malabatricum 0.70 ab 0.15 ab 0.0 a 0.0 a 1.67 ab 0.37 abc Cyperus rotundus 0.15 a 0.06 ab 0.25 ab 0.10 a 0.0 a 0.0 a Ageratum conyzoides 0.33 ab 0.20 abc 0.25 ab 0.13 a 0.44 a 0.31 abc

Keterangan : Notasi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada taraf 5 %.

Jika dibandingkan antara areal terserang dan terkendali, terdapat perbedaan tanaman yang lebih suka dikunjungi oleh serangga. Pada areal terserang, serangga sangat banyak dijumpai pada tanaman Derris scandens, Mimosa pudica dan

Stenochlaena pallustris, sedangkan pada areal terkendali, serangga sangat menyukai tanaman Asystasia intrusa, Stenochlaena pallustris , Derris scandens dan Antigonon leptopus.

Bila dilihat dari waktu pengambilan serangga, secara umum lebih banyak dijumpai serangga pada siang dan pagi hari, dimana pada daerah terserang, serangga lebih banyak dijumpai pada siang hari, sedangkan pada areal terkendali, tidak ada perbedaan jumlah serangga pada pengambilan pagi, siang ataupun sore hari, hal ini terlihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Pengaruh waktu pengambilan sampel terhadap jumlah dan jenis serangga pada areal terserang dan terkendali

Terserang Terkendali

Rataan Serangga

Rataan serangga Rataan serangga Waktu

Jumlah Jenis Jumlah Jenis Jumlah Jenis Sore 0.86 a 0.34 a 0.31 a 0.18 a 1.66 a 0.56 a Pagi 1.06 ab 0.48 b 0.52 a 0.31 b 1.79 a 0.68 a Siang 1.17 b 0.52 b 0.84 b 0.44 c 1.77 a 0.72 a

Keterangan : Notasi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada taraf 5 %.

Lisanti dan Wood, 2009 menjelaskan adanya perbedaan antara daerah yang dilakukan pengendalian dengan bahan kimia dan dengan virus dimana pada daerah dengan pengendalian bahan kimia ada indikasi bahwa ketika hama kembali menyerang daerah itu, tidak ada lagi musuh alami dan populasi serangga hama cepat meningkat dari bulan-bulan sebelumnya (resurgensi). Ini juga terbukti dari jumlah kematian akibat musuh alami yang sangat rendah dijumpai di areal tersebut sejak bulan Mei – Oktober 2008 sehingga terjadi kenaikan populasi yang tinggi pada bulan berikutnya (November 2008).

4.4. Parasitoid Hama M. plana Hasil Rearing Pada Setiap Jenis Tanaman Bawah

Pengambilan hama M. plana yang dilanjutkan dengan rearing dilaboratorium, ditemukan beberapa serangga yang menjadi parasitoid hama M. plana. Perbandingan jumlah parasitoid yang terdapat pada setiap jens tanaman dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Parasitoid yang terdapat pada hama M. plana setelah dilakukan rearing di

laboratorium

Jumlah Parasitoid Tanaman

Total Trichoma Terserang Terkendali

Antigonon leptopus 2 Ada 0 2

Asistasia intrusa 3 Ada 1 2

Centrosema pubescens 2 Ada 2 0

Caladium bicolor 3 tdk ada 3 0

Passiflora foetida 1 Ada 0 1

Micania micrantha 1 tdk ada 0 1

Staenochlaena pallustris 2 tdk ada 1 1

Momordica charantia 4 tdk ada 1 3

Mimosa pudica 3 tdk ada 3 0

Cynodon dactilon 5 tdk ada 0 5

Paspalum conjugatum 1 tdk ada 1 0

Derris scandens 1 Ada 1 0

Ageratum conyzoides 3 tdk ada 0 3

Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa beberapa tanaman dijumpai kehadiran parasitoid dari Tabel 8 juga dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan jenis tanaman yang dikunjungi oleh serangga tersebut dimana pada areal terserang, serangga parasitoid lebih banyak terdapat pada tanaman Caladium sp dan Mimosa pudica, sedangkan pada areal terkendali paling banyak terdapat pada tanaman Cynodon dactilon, Ageratum conizoides dan Momordica charantia.

Pengaruh jenis tanaman terhadap jumlah parasitoid yang muncul setelah rearing M. Plana yang terdapat pada areal tersesang dan terkendali dapat dilihat pada tabel 9. Berdasarkan hasil analisis yang diperlihatkan pada Tabel 9, secara umum serangga parasitoid banyak ditemukan pada tanaman Ageratum conyzoides, tetapi hanya berbeda dengan Centrosema pubescens dan Micania micrantha tetapi tidak berbeda nyata dengan beberapa tanaman lainnya. Pada areal yang terserang, tidak ada perbedaan diantara tanaman yang disukai serangga parasitoid, namun pada areal yang terkendali, serangga parasitoid tersebut lebih menyukai tanaman Ageratum conyzoides diikuti oleh tanaman Cynodon dactilon dan Antigonon leptopus.

Tabel 9. Pengaruh Jenis tanaman terhadap jumlah parasitoid yang mucul setelah rearing M. plana yang terdapat pada areal terserang dan terkendali

Jumlah Parasitoid

Tanaman Total Terserang Terkendali

Antigonon leptopus 0.36 ab 0.00 0.36 ab Asistasia intrusa 0.37 ab 0.12 a 0.25 b Centrosema pubescens 0.24 b 0.24 a 0.00 Caladium bicolor 0.31 ab 0.31 a 0.00 Passiflora foetida 0.34 ab 0.00 0.34 ab Micania micrantha 0.24 b 0.00 0.24 b Staenochlaena pallustris 0.35 ab 0.18 a 0.18 b Momordica charantia 0.33 ab 0.08 a 0.25 b Mimosa pudica 0.36 ab 0.36 a 0.00 Cynodon dactilon 0.42 ab 0.00 0.42 ab Paspalum conjugatum 0.36 ab 0.36 a 0.00 Derris scandens 0.36 ab 0.36 a 0.00 Ageratum conyzoides 1.05 a 0.00 1.05 a

Keterangan: Notasi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada taraf 5 %.

Dari pengumpulan serangga yang terdapat pada tanaman di areal terkendali dan dibandingkan dengan serangga parasitoid yang menyerang M. plana dapat dilihat

pada tabel 10. Tabel 10 memperlihatkan bahwa pada areal terkendali terdapat 4 jenis serangga parasitoid Sp. A, Sp.B, Sp. C dan Sp. D. Serangga D yaitu Aphanteles metesae ditemukan paling banyak, sedangkan tanaman yang paling disukai pada areal terkendali adalah Cynodon dactilon, Momordica charantia dan Ageratum conizoides. Terlihat juga bahwa serangga Aphanteles metesae (D), lebih menyukai tanaman Ageratum conizoides, Cynodon dactilon, dan Asystasia intrusa.

Tabel 10. Jenis serangga parasitoid yang terdapat pada tanaman di areal terkendali Jenis Serangga

Jenis Tanaman A B C D Jumlah

Staenochlaena pallustris 0 0 1 0 1 Momordica charantia 1 1 0 1 3 Centrosema pubescens 0 0 0 0 0 Caladium bicolor 0 0 0 0 0 Derris scandens 0 0 0 0 0 Paspalum conjugatum 0 0 0 0 0 Asystasia intrusa 0 0 0 2 2 Mimosa pudica 0 0 0 0 0 Cynodon dactilon 0 2 1 2 5 Antigonon leptopus 0 0 1 1 2 Ageratum conyzoides 0 0 0 3 3 Micania micrantha 0 0 1 0 1 Passiflora foetida 0 0 0 1 1 Jumlah 1 3 4 10 18

Dari pengumpulan serangga yang terdapat pada tanaman di areal terserang dan dibandingkan dengan serangga parasitoid yang menyerang M. plana diperoleh data seperti pada tabel 11. Tabel 11 memperlihatkan bahwa pada areal terserang juga terdapat 4 jenis serangga parasitoid Sp. A, Sp. B, Sp. C dan Sp.D. Serangga D yaitu Aphanteles metesae juga ditemukan paling banyak pada tanaman Caladium sp.

Tabel 11. Jenis serangga parasitoid yang terdapat pada tanaman di areal terserang Jenis Serangga Jenis Tanaman A B C D Jumlah Staenochlaena pallustris 0 0 1 0 1 Momordica charantia 0 0 0 1 1 Centrosema pubescens 0 0 0 2 2 Caladium bicolor 0 0 0 3 3 Derris scandens 0 1 0 0 1 Paspalum conjugatum 0 0 0 1 1 Mimosa pudica 1 0 0 2 3 Jumlah 1 1 2 9 13

Jenis serangga parasitoid yang terdapat pada tanaman di areal terserang dan terkendali. Tabel 12 menunjukkan bahwa baik pada areal terkendali maupun terserang terdapat 4 jenis serangga yaitu A, B, C dan D. Serangga D (Aphantalesmetesae) ditemukan paling banyak dan diikuti oleh serangga C, sedangkan tanaman yang paling disukai adalah Cynodon dactilon dan Momordica charantia. Jika dibandingkan areal terserang dan terkendali (Tabel 10 dan 11) terlihat bahwa serangga lebih banyak ditemukan pada areal terkendali sebanyak 18 serangga dibandingkan areal terserang sebanyak 13 serangga.

Tabel 12. Jenis serangga parasitoid yang terdapat pada tanaman di areal terserang dan terkendali

Jenis Serangga

Jenis Tanaman Sp A Sp B Sp C Sp D Jumlah

Staenochlaena pallustris 0 0 2 0 2

Momordica charantia 1 1 0 2 4

Centrosema pubescens 0 0 0 2 2

Caladium bicolor 0 0 0 3 3

Paspalum conjugatum 0 0 0 1 1 Asystasia intrusa 0 0 1 2 3 Mimosa pudica 1 0 0 2 3 Cynodon dactilon 0 2 1 2 5 Antigonon leptopus 0 0 1 1 2 Lanjutan Ageratum conyzoides 0 0 0 3 3 Micania micrantha 0 0 1 0 1 Passiflora foetida 0 0 0 1 1 Jumlah 2 4 6 19 31

Dari pengumpulan hama M. plana pada areal terserang dan terkendali setengah bagian dicacah dan setengah bagian lagi dilakukan rearing untuk mengetahui serangga parasitoid yang keluar dari hama M. plana. Serangga parasitoid yang ditemukan kemudian dilakukan pengamatan dibawah mikroskop. Hasil pengamatan pada gambar 2. Dari Gambar 2 diduga ada 4 jenis serangga parasitoid yang terdapat pada lokasi percobaan yang berasal dari ordo Hymenoptera. Sampel dari serangga parasitoid telah dikirim ke LIPI untuk identifikas namun hasil identifikasi belum diterima. Salah satu serangga yaitu serangga D adalah Apantheles metesae dari family Braconidae. Berdasarkan Tabel 13 parasitoid yang paling efektif untuk mengendalikan M. plana adalah serangga Apantheles metesae.

Tabel 13. Pengujian serangga parasitoid terhadap hama Metisa plana Jenis Serangga Jumlah M. plana yang Terparasit

Spesies A 1

Spesies B 1

Species C 1

Spesies D 4

Serangga ini juga ditemukan oleh Sankaran dan Syed, 1972, dimana serangga ini menjadi parasitoid yang menyerang hama Metisa plana, dari 260 sampel Metisa

plana yang dikumpulkan, 4 % terdapat serangga ini sedangkan yang lainnya kebanyakan kosong. Selain itu juga ditemukan Eupelmidae.

Basri et al, 1993 mengatakan bahwa Metisa plana memiliki beberapa jenis serangga musuh alami, diantaranya Dolochogenidea metesae, Pediobius imbreus, Elasmus sp, Callimerus arcufer dan Sycanus dichotomus. Wood dalam Basri et al, 1993 menemukan bukti betapa pentingnya musuh alami ini dalam mengontrol populasi Metisa plana dengan melakukan penyemprotan hama ini dengan insektisida berspektrum luas, efek residu yang lama dan kontak langsung (dieldrin) yang akibatnya merusak keseimbangan musuh alami. Hal ini menyebabkan dikembangkannya pengendalian hama terpadu dengan menggunakan bahan kimia selektif (contoh triclorfon) yang aman bagi musuh alami.

A

C D

B

Borror et al., (1996) mengatakan dari sudut kepentingan manusia, ordo hymenoptera barangkali paling berguna dari seluruh kelas serangga. Ordo ini mengandung banyak sekali jenis yang berharga sebagai parasitoid-parasitoid atau pemangsa-pemangsa dari hama-hama serangga, dan ordo itu mengandung penyerbuk-penyerbuk yang paling penting dari tumbuhan-tumbuhan yaitu lebah-lebah. Hymenoptera adalah satu kelompok yang sangat menarik dalam hal biologi mereka, karena mereka menunjukkan keragaman yang besar dari kebiasaan-kebiasaan dan kompleksitas kelakuan yang meningkat dalam hal organisasi sosial dari tabuhan, lebah dan semut.

Anggota – anggota yang bersayap dari ordo ini memiliki empat sayap yang tipis. Sayap-sayap belakang lebih kecil daripada sayap-sayap depan dan mempunyai satu deret kait-kait kecil (hamuli) pada tepi anterior mereka dengan alat itu sayap belakang menempel kesatu lipatan pada tepi posterior sayap depan. Sayap-sayap secara relatif mengandung beberapa rangka sayap, dan pada beberapa bentuk kecil yang tidak terdapat rangka-rangka sayap sama sekali.

Bagian-bagian mulut mandibula, tapi kebanyakan, terutama lebah-lebah, labium dan maksilaen membentuk satu struktur seperti lidah melalui alat itu makanan cairan diambil. Sungut-sungut biasanya mengandung sepuluh atau lebih ruas-ruas dan

Dokumen terkait