• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gunung Bunder II, Kecamatan Pamijahan, Bogor.Desa tersebut memiliki luasan wilayah 386,450 Ha.Dengan jumlah penduduk sebanyak 8921 jiwa yang terdiri dari 4432 (49.68 persen) laki-laki dan 4489 (50.31 persen) perempuan dengan jumlah kepala keluarga 2213 KK.

Batas-batas Administratif pemerintahan Desa Gunung Bunder II Kecamatan Pamijahan sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Desa Gunung Bunder I - Sebelah Timur : Desa Tapos I

- Sebelah Selatan : Taman Nasional Gunung Halimun Salak - Sebelah Barat : Desa Gunung Picung

Topografi dan kontur tanah Desa Gunung Bunder II secara umum berupa dataran tinggi dan pegunungan yang berada pada ketinggian 700 mdpl sampai 800 mdpl dengan suhu rata-rata berkisar 23oC-28oC. Desa Gunung Bunder II dari 2 dusun, 7 RW, dan 42 RT. Orbitasi dan waktu tempuh dari ibu kota kecamatan 7 km dengan waktu tempuh >30 menit dan ibu kota kabupaten 57 km dengan waktu tempuh 120 menit.

Mata pencaharian penduduk terdiri dari petani 1500 (16.8 persen) orang, buruh tani 1450 (16.25 persen) orang, pedagang 200 (2.24 persen) orang, Pegawai Negeri Sipil (PNS) 40 (0.44 persen) orang, karyawan swasta 20 (0.22 persen) orang dan wirausaha lainnya 38 (0.42 persen) orang.

Gambar 10 Peta kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (Hartono et al. 2007)

31 Profil Biofisik Taman Nasional Gunung Halimun Salak

Taman Nasional Gunung Halimun merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah, hutan sub-motana dan hutan Montana di Jawa. Hampir seluruh hutan di taman nasional ini berada di dataran pegunungan dengan beberapa sungai dan air terjun, yang merupakan perlindungan fungsi hidrologis di Kabupaten Bogor, Lebak, dan Sukabumi.

Beberapa tumbuhan yang mendominasi hutan di Taman Nasional Gunung Halimun antara lain rasama (Altingia excelsa), jamuju (Dacrycarpus imbricartus), dan puspa (Schima wallichii). Sekitar 75 anggrek terdapat di taman nasional ini dan beberapa jenis diantaranya merupakan jenis langka seperti Bulbophyllum binnedykii, B. anguistifolium, Cymbidium ensifolium, dan Dendrobium macrophyllum.

Taman Nasional Gunung Halimun merupakan habitat dari beberapa satwa mamalia seperti owa (Hylobates moloch), kancil (Tragulus javanicus javanicus), surili (Presbytis comata comata), lutung budeng (Trachipithecus auratus auratus), kijang (Muntiatus muntjak muntjak), macan tutul (Panthera pasrdus melas), dan anjing hutan (Cuon alpines javanicus).

Terdapat kurang lebih 204 jenis burung dan 90 jenis diantaranya merupakan burung yang menetap serta 35 jenis merupakan endemik di Jawa termasuk burung elang Jawa (Spizaetus bartelsi). Selain itu terdapat dua jenis burung yang terancam punah yaitu burung cica matahari (Crocias albonatutus) dan burung poksai kuda (Garrulax ruffifons). Burung elang Jawa yang identik dengan lambing negara Indonesia (burung garuda), cukup banyak dijumpai di Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

Iklim yang basah pada taman nasional ini merupakan sumber mata air dari beberapa sungai yang alirannya tidak pernah kering sepanjang tahun, dan delapan buah air terjun yang indah serta potensial untuk kegiatan pariwisata alam. Berdasarkan pencatatan BMKG Kabupaten Sukabumi dan Kebupaten Bogor rata-rata jumlah curah hujan cukup tinggi sebesar 209 mm/tahun, curah hujan maksimum 392 mm/tahun. Suhu udara rata-rata bulanan 31.5oC dengan suhu terendah 19.7oC dan suhu tertinggi 31.8oC. Kelembaban udara rata-rata 88%.

Masyarakat di sekitar taman nasional merupakan masyarakat tradisional Kasepuhan. Masyarakat tersebut memiliki pola kehidupan sangat unik dan kearifan dalam mengelola kawasan hutan di sekelilingnya selama puluhan tahun (Hartono et al. 2007).

Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diamati meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah pendapatan, status pernikahan, dan jenis pekerjaan. Gambar 10 dibawah menunjukkan peneliti melakukan pengambilan wawancara kuesioner dengan masyarakat.

32

Gambar 11 Dokumentasi peneliti pada saat wawancara Umur Responden

Umur responden yang diambil dalam penelitian ini dibagi kedalam tujuh kategori yaitu responden 17-21 tahun, 26-35 tahun, 36-45 tahun, 46-55 tahun, 56-65 tahun dan >66 tahun seperti yang terlihat pada Gambar 12.

Gambar 12 memperlihatkan pada umumnya sebagian besar responden 36 persen berada pada usia 36-45 tahun. Kemudian 28 persen ditempati oleh umur 46-55 tahun. Pada usia 26-35 tahun terdapat 24 persen responden. Persentase dibawah 10 persen yakni pada 8 persen dan 4 persen pada umur 17-25 tahun 56-65 tahun. Hal ini menunjukkan masyarakar hampir semua lapisan umur mengkonsumsi tumbuhan pakis sayur untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Ditinjau dari umur tersebut, masyarakat disekitar hutan Taman Nasional Gunung

Gambar 12. Karakteristik umur responden 17-25 tahun 8% 26-35 tahun 24% 36-45 tahun 36% 46-55 tahun 28% 56-65 tahun 4%

33 Halimun Salak merupakan manusia yang potensial untuk dikembangkan dan ditingkatkan kemampuannya dalam upaya konservasi tumbuhan pakis sayur. Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan yang diamati dalam penelitian ini dikelomppokkan menjadi delapan kategori. Tidak Sekolah, Tidak Tamat SD, Tamat SD, Tidak Tamat SMP, Tamat SMP, Tidak Tamat SMA, Tamat SMA, Tamat Universitas. Komposisi tingkat pendidikan responden tertera pada Gambar 13.

Gambar diatas menunjukkan tingkat pendidikan responden di didominasi tamatan SD dengan persentase 48 persen. Selanjutnya urutan kedua diikuti dengan jumlah persentase 20 persen yaitu tamat SMA. Urutan ketiga dengan jumlah persentase 12 persen tamat SMP. Kemudian urutan keempat dengan jumlah persentase 8 persen tidak tamat SMP dan tidak tamat SD. Urutan kelima dengan jumlah persentase 4 persen tamat Universitas.

Tingkat pendidikan responden terbanyak di tamatan SD. Hal tersebut terjadi menurut para responden ialah, akses dari rumah ke sekolah pada masanya jauh serta kondisi infrastruktur jalan umum belum memadai dan rendahnya kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anaknya. Orang tua beranggapan bahwa tanpa sekolah yang tinggi, asalkan anak dapat bekerja dengan tekun dan giat, maka secara langsung dapat meningkatkan taraf hidupnya kelak. Tingkat pendidikan yang rendah mengindikasi perlunya sosialisasi bagi masyarakat tentang pentingnya pendidikan formal, agar tumbuh kesadaran dalam diri masyarakat terutama orang tua tentang pentingnya pendidikan, sehingga terdorong dan termotivasi untuk menyekolahkan anak-anaknya.

Jumlah Pendapatan Responden

Jumlah pendapatan per bulannya dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu > Rp. 853.500,00., Rp. 853.500,00 – Rp. 3.364.500,00., dan > Rp. 3.362.500,00 seperti pada Gambar 14.

Gambar 13 Tingkat pendidikan responden Tidak Tamat SD 8% Tamat SD 48% Tidak Tamat SMP 8% Tamat SMP 12% Tamat SMA 20% Tamat Universita s 4% Tingkat Pendidikan

34 <Rp.853.500 ,00 24% Rp.853.500, 00-3.362.500,00 48% >Rp.3.362.5 00,00 28%

Jumlah pendapatan responden

Kawin 96% Pernah Kawin 4% Status Pernikahan

Gambar 14 tersebut menunjukkan bahwa jumlah pendapatan perbulan responden terbanyak dengan jumlah persentase 48 persen yaitu Rp.853.500,00 – Rp.3.362.500,00, kemudian dengan persentase 28 persen dengan pendapatan senilai > Rp.3.362.500,00 sedangkan jumlah persentase terkecil yaitu 24 persen dengan pendapatan senilai < Rp.853.500,00 Pendapatan yang terbanyak tergolong pada kategori sedang. Sebagian besar pendapatan masyarakat tersebut berasal dari bercocok tanam dan pedagang.

Status Pernikahan Responden

Status pernikahan dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu kawin, pernah kawin, tidak kawin. Komposisi status pernikahan dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 14 Jumlah pendapatan responden

35 Perangkat Desa 12% IRT 48% Wiraswasta 12% Pedagang 4% Petani 16% Buruh Tani 4% Penjahit 4% Jenis Pekerjaan

Gambar 15 menjelaskan bahwa persentase terbanyak yaitu 96 persen responden kawin, selanjutnya dengan jumlah persentase 4 persen respondenpernah kawin. Masyarakat yang menjadi responden baik yang sudah berkelurga maupun pernah berkeluarga, mereka mengkonsumsi tumbuhan pakis sayur sebagai alternatif sayur mayur.

Jenis Pekerjaan Responden

Jenis pekerjaan dikelompokkan menjadi sembilan jenis, yaitu Ibu Rumah Tangga (IRT), wiraswasta, pedagang, buruh tani, petani, perangkat desa, pensiunan, penjahit, dan satpam. Komposisinya terdapat pada Gambar 16.

Gambar 16 menunjukkan pekerjaan yang dilakukan responden dengan jumlah persentase terbanyak yaitu Ibu rumah tangga (IRT) sebesar 48 persen.Urutan kedua dengan jumlah persentase 16 persen ditempati jenis pekerjaan petani. Urutan ketiga dengan jumlah persentase yang sama besar yaitu 12 persen pada jenis pekerjaan perangkat desa dan wiraswasta. Persentase terendah dengan jumlah persentase sama besar yaitu masing-masing 4 persen persen ditempati jenis pekerjaan pedagang, penjahit, dan buruh tani.

Responden yang terbanyak ada pada mereka yang menjadi ibu rumah tangga. Kegiatan yang dilakukan sepenuhnya dikerjakan di dalam rumah. Hal tersebut bisa menjadi satu usaha memaksimalkan ladang atau lahan yang ada disamping rumah untuk dijadikan usaha bercocok tanam pakis sayur. Sehingga masyarakat tak perlu mencari hingga ke lereng-lereng hutan maupun dipinggiran sungai untuk memasak pakis sayur.

36

Tingkat Pengetahuan dan Keterampilan Masyarakat Pengetahuan Masyarakat

Pengetahuan adalah unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya, artinya, bahwa pengetahuan berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki seseorang (Koentjaraningrat 1990). Jumlah informasi yang dimiliki masyarakat mengenai konservasi tumbuhan pakis sayur dibuat dalam bentuk pernyataan yang masing-masing pernyataan dikelompokkan menjadi 4 yaitu; pengetahuan masyarakat mengenai potensi tumbuhan pakis sayur, khasiat, pemanfaatan, dan ciri agronomi tumbuhan pakis sayur. Berdasarkan pernyataan yang telah dibuat tersebut hasil yang didapat memiliki tingkat pengetahuan yang bervariatif. Persentase tertinggi pengetahuan pada tingkat cukup yaitu manfaat pakis sayur sebagai alternatif sayur mayur dan atau tumbuhan obat senilai 88.0 persen. Distribusi persentase tingkat pengetahuan masyarakat dapat dilihat secara rinci pada Tabel 14.

Tabel 14 Distribusi persentase tingkat pengetahuan masyarakat terhadap konservasi pakis sayur

Keterangan :Responden25 orang (100 persen)

Pengetahuan masyarakat mengenai potensi pakis sayur yaitu pada pernyataan kemudahan menanam pakis sayur memiliki persentase 80.0 persen pada tingkat pengetahuan tinggi artinya sebagian besar masyarakat mengetahui bahwa tumbuhan pakis sayur memiliki potensi untuk dikembangkan dengan cara menanam kembali setelah memanennya. Pada pernyataan mengenai khasiat tumbuhan pakis sayur sebagian masyarakat 80.0 persen berada pada tingkat pengetahuan cukup artinya masyarakat belum memahami betul mengenai khasiat yang dapat diambil dari tumbuhan pakis sayur sebagai tumbuhan obat, mereka mengetahui itu hanya dapat mengenyangkan dan membuat badan terasa lebih segar.

Pengetahuan masyarakat mengenai ciri agronomi yaitu dengan melontarkan 3 pernyataan meliputi; cara memperbanyak diri, bentuk spora, dan cara menanam tumbuhan pakis sayur. Masyarakat sebagian besar yaitu 64.0 persen, 52.0 persen dan 52.0 persen memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai ciri agronomi. Informasi mengenai ciri agronomi yang mereka ketahui Jenis Pengetahuan Tingkat Persentase Pengetahuan

Buruk Cukup Baik 1. Manfaat pakis sayur sebagai alternatif

sayur mayur dan atau tumbuhan obat 0 88.0 12.0 2. Kemudahan menanam pakis sayur 4.0 16.0 80.0 3. Khasiat tumbuhan pakis sayur 8.0 80.0 12.0 4. Cara memperbanyak diri tumbuhan

pakis sayur 36.0 0 64.0

5. Bentuk dari spora 40.0 8.0 52.0

37 merupakan hasil dari pengamatan selama mereka memanen tumbuhan pakis sayur di hutan. Namun tidak sedikit juga dari mereka yang belum mengetahui informasi bentuk spora serta cara menanam pakis sayur.

Keterampilan Masyarakat

Keterampilan konservasi adalah berbagai bentuk kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi terkait cara menanam, teknologi cara memanen, teknlogi mengolah hasil panen, kemudahan mendapatkan tumbuhan pakis sayur, dan tingkat memproduksi hasil yang baik (produktivitas) dalam konservasi tumbuhan pakis sayur. Pernyataan yang diberikan kepada masyarakat sejumlah tujuh butir pernyataan. Hasil yang diperoleh berdasarkan tujuh butir pernyataan tersebut hampir semua masyarakat memiliki tingkat keterampilan yang buruk. Distribusi persentase tingkat keterampilan lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Distribusi persentase tingkat keterampilan masyarakat terhadap

konservasi pakis sayur

Keterangan :Responden 25 orang (100 persen)

Pada pernyataan terkait teknologi cara menanam dan produktivitas yakni pada butir pernyataan 1,3,4,5, dan 6, masyarakat memiliki tingkat keterampilan buruk. Terutama pada pernyataan memengenai menggunakan media tanam ketika menanam dan mengajarkan kepada masyarakat lain mereka seluruhnya menjawab tidak melakukan kegiatan tersebut yang artinya bahwa masyarakat memiliki keterampilan yang buruk. Alasan yang dikemukan masyarakat adalah bahwa mereka tidak melakukan kegiatan tersebut karena beranggapan bahwa tumbuhan pakis sayur dapat tumbuh dengan sendiri tanpa perlu media tanam dan mereka tidak menanam pakis sayur sehingga mereka tidak mengajarkan kepada masyarakat lain. Namun demikian, masyarakat tergolong terampil dalam cara memanen dan mengolah hasil panen tumbuhan pakis sayur. Mereka sangat Jenis Keterampilan Tingkat Persentase Keterampilan

Buruk Cukup Baik

1 Cara memperoleh tumbuhan pakis sayur 96.0 0 4.0 2 Cara memanen tumbuhan pakis sayur di

hutan 8.0 0 92.0

3 Masyarakat menanam atau tidak

tumbuhan pakis 96.0 0 4.0

4 Tumbuh atau tidak jika menanam

tumbuhan pakis sayur 96.0 0 4.0

5 Jika menanam menggunakan media atau

tidak 100 0 0

6 Mengajarkan kepada masyarakat lain atau tidak mengenai cara menanam tumbuhan pakis sayur

100 0 0

7 Bahan olahan makanan apa yang

38

mengetahui bahwa memanen pakis sayur tidak dipanen secara keseluruhan bagiannya tetapi hanya bagian daun mudanya saja yang dipanen.Begitu pula hasil panennya diolah sangat baik untuk dijadikan makanan yang lezat dan bergizi.

Sikap Konservasi Masyarakat terhadap Pakis Sayur

Sikap masyarakat dipengaruhi oleh proses penginderaan tentang tumbuhan pakis sayur hal ini sesuai dengan pernyataan Walgito (2004). Proses penginderaan yaitu proses diterimanya stimulus terkait dengan konservasi tumbuhan pakis sayur oleh masyarakat melalui alat indera. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses sikap. Stimulus yang diindera itu kemudian diinterpretasikan, sehingga masyarakat menyadari, mengerti tentang apa yang di indera itu. Karena sikap merupakan aktivitas yang saling terkait dalam diri masyarakat, maka apa yang ada dalam diri masyarakat akan ikut aktif dalam sikap. Masyarakat memiliki sikap mendukung terhadap pro-konservasi tumbuhan pakis sayur. Namun konsep yang berkembang untuk membentuk sikap pro-konservasi dengan menerapkan tri-stimulus amar belum disikapi baik oleh masyarakat .

Stimulus Alamiah Tumbuhan Pakis Sayur

Stimulus alamiah tumbuhan pakis sayur merupakan bentuk pengkarakterisasian kondisi bio-ekologi dari tumbuhan pakis sayur yang masyarakat ketahui dan masyarakat sikapi.Karakter spesifik yang dimaksudkan yaitu berupa pertumbuhan pakis sayur yang cepat dan tumbuh liar di hutan pegunungan, fungsi pakis sayur di hutan sebagai pencegah longsor serta reproduksi dan perkembangan tumbuhan pakis sayur. Visualisasi tumbuhan pakis sayur yang terdapat di hutan terlihat pada Gambar 17.

Gambar 17 Tumbuhan pakis sayur di bawah tegakan pohon pinus

Pernyataan pernyataan mengenai stimulus alamiah yang disampaikan kepada masyarakat menunjukkan hasil bahwa masyarakat menyepakati 12 pernyataan tersebut. Masyarakat mengetahui karakterisasi biologi dari tumbuhan pakis sayur.Sifat alami yang ada pada tumbuhan pakis sayur dipahami oleh

39 masyarakat karena mereka mengamati setiap kali mereka memanen di hutan. Keberadaan pakis sayur yang mudah dijumpai disekitar hutan dan pinggiran sungai membuat masyarakat paham karakteristik alami pakis sayur.

Gambar 18 Sikap masyarakat terhadap stimulus alamiah pakis sayur Keterangan:

No Pernyataan Stimulus Alamiah Skor

Rataan

Sikap 1 Tumbuhan pakis sayur banyak tumbuh di hutan

pegunungan

3.76 +

2 Tumbuhan pakis sayur membutuhkan pohon besar untuk bernaung

3.04 +

3 Tumbuhan pakis sayur tumbuh dengan kondisi yang lembab

3.24 +

4 Jumlah tumbuhan pakis sayur tinggi di hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak

3.64 +

5 Tumbuhan pakis sayur cepat tumbuh di hutan pegununagan

3.24 +

6 Tumbuhan pakis sayur memiliki bintik-bintik hitam (spora) yang berguna untuk memperbanyak diri

3 +

7 Membutuhkan waktu sekitar dua minggu untuk memperbanyak diri

2.96 -

8 Bintik-bintik hitam (spora) pada tumbuhan pakis sayur berada dibawah permukaan daun

3.52 +

9 Tumbuhan pakis sayur memiliki akar yang menggerombol (serabut)

3.2 +

10 Tumbuhan pakis sayur tidak membutuhkan cahaya matahari secara langsung

3.4 +

11 Tumbuhan pakis sayur tumbuh liar di hutan 3.24 + 12 Tumbuhan pakis sayur penyumbang unsur hara bagi

lingkungan hutan pegunungan

3.68 +

Gambar 18 menunjukkan realitas sinyal dari tumbuhan pakis sayur atau stimulus alamiah pakis sayur bisa dipahami dan disikapi oleh masyarakat. Terdapat satu pernyataan yang belum disikapi oleh masyarakat yaitu mengenai waktu perbanyakan diri dari tumbuhan pakis sayur. Masyarakat belum

Sikap Masyarakat Sikap Bias Masyarakat Terhadap Stimulus alamiah tumbuhan pakis sayur :butir 7

Stimulus alamiah tumbuhan pakis sayur yang menjadi sikap masyarakat :1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, dan 12 Stimulus Alamiah

40

menyikapinya karena mereka belum pernah melakukan pengamatan berapa lama tumbuhan pakis sayur melakukan regenerasi berikutnya.

Stimulus Manfaat Tumbuhan Pakis Sayur

Stimulus manfaat tumbuhan pakis sayur dapat dideskripsikan dari beberapa peran atau manfaat terhadap lingkungan sekitarnya.Selanjutnya pernyataan-pernyataan stimulus dibangun dari nilai manfaat pakis sayur dari peran-sosial ekonomi, alternatif tumbuhan obat dan nilai kandungan gizi dan khasiat. Masyarakat secara umum belum menyetujui sepenuhnya mengenai stimulus manfaat tumbuhan pakis sayur.

Gambar 19 Sikap masyarakat terhadap stimulus manfaat pakis sayur Keterangan:

No Pernyataan Stimulus Manfaat Skor

Rataan

Sikap 13 Tumbuhan pakis sayur dapat dikonsumsi karena

rasanya lezat

3.68 +

14 Daun muda pakis sayur dapat mengobati sakit diare 2.84 - 15 Akar tumbuhan pakis sayur dapat mengobati asma 2.56 - 16 Tumbuhan pakis sayur dapat dibudidayakan sebagai

alternatif sayur-mayur yang akan menghasilkan pendapatan langsung

3.44 +

17 Mengkonsumsi pakis sayur karena dapat menyegarkan badan

3.52 +

12 Tumbuhan pakis sayur penyumbang unsur hara bagi lingkungan hutan pegunungan

3.68 +

23 Menanam tumbuhan pakis sayur untuk mencegah longsor

1.84 -

Nilai manfaat pembentuk stimulus manfaat untuk sikap masyarakat teridentifikasi dengan manfaat sosial-ekonomi yakni masyarakat sudah mengkonsumsi pakis sayur karena kelezatan rasanya, hampir semua lapisan masyarakat mengakui akan hal tersebut. Kemudian pada aspek alternatif tumbuhan obat dan khasiat masyarakat belum memahami dengan baik mereka

Sikap Masyarakat

Stimulus manfaat tumbuhan pakis sayur yang menjadi sikap masyarakat: butir 13,16,17,dan 12 Stimulus

Manfaat

Sikap Bias Masyarakat terhadap Stimulus manfaat tumbuhan pakis sayur: butir 14,15, & 23 Sikap Bias Masyarakat terhadap Stimulus manfaat tumbuhan pakis sayur: butir 14,15, & 23

Sikap Masyarakat

Sikap Bias Masyarakat terhadap Stimulus manfaat tumbuhan pakis sayur: butir 14,15, & 23

Sikap Masyarakat

Sikap Bias Masyarakat terhadap Stimulus manfaat tumbuhan pakis sayur: butir 14,15, & 23

Stimulus manfaat tumbuhan pakis sayur yang menjadi sikap masyarakat: butir 13,16,17,dan 12 Stimulus

Manfaat

Sikap Masyarakat

Sikap Bias Masyarakat terhadap Stimulus manfaat tumbuhan pakis sayur: butir 14,15, & 23

41 hanya mengetahui bahwa selepas memakan pakis sayur tubuh mereka lebih segar, tidak mudah mengantuk. Namun ketika mereka ditanyakan mengenai apakah bisa pakis sayur dijadikan sebagai obat diare dan asma ada beberapa masyarakat yang tidak mengetahui hal tersebut. Pengetahuan nilai gizi dan kandungan pakis sayur belum tersampaikan oleh masyarakat. Cacioppo et al (1994) menerangkan bahwa untuk mengubah sikap masyarakat diperlukan dua proses, pertama dimana masyarakat menanggapi berbagai isyarat yang mendasar dan heuristik dalam suatu kondisi dan yang kedua dimana masyarakat menanggapi informasi terhadap sikap yang relevan yang dihasilkan dari suatu kondisi. Dalam merealisasikan hal tersebut dilakukan penyebaran informasi kepada masyarakat melalui penyuluhan tentang manfaat tumbuhan pakis sayur beserta kandungannya. Diharapkan setelah melakukan penyuluhan masyarakat tidak hanya sekedar memakan atau mengkonsumsi karena kelezatannya dan membuat tubuh menjadi lebih segar namun masyarkat menjadikan tumbuhan pakis sayur sebagai alternatif obat tertentu ketika mereka sakit.

Manfaat pakis sayur bagi masyarakat bahwa tumbuhan pakis sayur tersebut sebagai penyumbang unsur hara bagi lingkungan hutan pegunungan dapat dipahami betul oleh masyarakat karena tumbuhan pakis sayur sifatnya sama dengan tumbuhan tingkat tinggi lainnya hanya saja pertumbuhannya tidak dapat menjulang tinggi seperti pinus.

Stimulus Rela untuk Membentuk Sikap Pro-konservasi

Stimulus rela yaitu nilai nilai kebaikan dan kerelaan terutama ganjaran dari Sang Pencipta Alam, nilai spiritual, nilai agama yang universal, pahala, kebahagiaan, kearifan budaya/tradisional, kepuasan batin dan lainnya. Penelitian untuk mengkaji stimulus rela apakah telah berperan mendorong masyarakat untuk melakukan sikap pro-konservasi .

Gambar 20 Kerelaan berkorban masyarakat untuk konservasi pakis sayur Keterangan:

No Pernyataan Stimulus Rela Skor

Rataan

Sikap 18 Menanam kembali tumbuhan pakis sayur di hutan

setelah memanennya

2.84 -

Stimulus Rela

Stimulus rela tumbuhan pakis sayur yang menjadi sikap masyarakat: Butir 20 dan 21

Sikap Bias Masyarakat terhadap Stimulus rela tumbuhan pakis sayur: Butir 18, 19, 22, dan 23

42

No Pernyataan Stimulus Rela Skor

Rataan

Sikap 19 Memanen tumbuhan pakis sayur di hutan secara

selektif dan sebagian

2.56 -

20 Memanen tumbuhan pakis sayur di hutan secara terus menerus

3.44 +

21 Menanam tumbuhan pakis sayur di lahan pertanian milik pribadi

3.52 +

22 Menanam tumbuhan pakis sayur untuk dikonsumsi orang lain

1.76 -

23 Menanam tumbuhan pakis sayur untuk mencegah longsor

1.84 -

Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 20 masyarakat belum melakukan kerelaan sepenuhnya untuk konservasi tumbuhan pakis sayur hasil tersebut didapatkan dengan melakukan pengujian enam pernyataan mengenai kerelaan masyarakat. Dua dari enam pernyataan menjadi sikap masyarakat terhadap konservasi tumbuhan pakis sayur. Namun empat pernyataan lainnya belum disikapi positif oleh masyarakat, yaitu pernyataan mengenai menanam kembali tumbuhan pakis sayur setelah memanennya, memanen secara keseluruhan, menanam untuk dikonsumsi anak cucu, dan menanam untuk mencegah longsor. Alasan yang mereka kemukakan ialah mereka tidak paham bagaimana melakukan penanaman di hutan setelah dipanen, seorang dari mereka juga mengatakan tumbuhan pakis sayur masih banyak tersedia di alam sehingga kami bisa mengambil di hutan jadi tidak perlu dilakukan penanaman. Dapat dilihat di Gambar 21 salah satu masyarakat sedang memanen pakis sayur langsung di hutan.

43 Faktor yang Mempengaruhi Stimulus Rela Masyarakat untuk Mewujudkan

Aksi Konservasi

Kerelaan yang dimiliki masyarakat belum sepenuhnya terpenuhi. Hal tersebut berakibat menjadi tidak terbentuknya sikap pro-konservasi pakis sayur. Penyebab terjadinya dikarenakan ketersediaan tumbuhan pakis sayur yang melimpah di hutan pegunungan, keterampilan menanam dan membudidayakan tumbuhan pakis sayur di hutan yang tidak dimiliki oleh masyarakat, keterbatasan lahan garapan yang membuat masyarakat tidak melakukan budidaya pakis sayur, jaminan akses yang belum dirasakan dari pihak taman nasional karena selama ini mereka memanen tanpa meminta izin, ketidaksejalanan antara pihak taman

Dokumen terkait