• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP MASYARAKAT DAN STIMULUS KONSERVASI PAKIS SAYUR (Dyplazium esculentum (Retz) Sw.) DI DESA GUNUNG BUNDER II, TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SIKAP MASYARAKAT DAN STIMULUS KONSERVASI PAKIS SAYUR (Dyplazium esculentum (Retz) Sw.) DI DESA GUNUNG BUNDER II, TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

SIKAP MASYARAKAT DAN STIMULUS KONSERVASI

PAKIS SAYUR (

Dyplazium esculentum

(Retz) Sw.) DI DESA

GUNUNG BUNDER II, TAMAN NASIONAL GUNUNG

HALIMUN SALAK

ZAKIYYAH

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Sikap Masyarakat dan Stimulus Konservasi Pakis Sayur (Dyplazium esculentum (Retz.) Sw) di Desa Gunung Bunder II, Taman Nasional Gunung Halimun Salak adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2016 Zakiyyah P052130271

(4)

RINGKASAN

ZAKIYYAH. Sikap Masyarakat dan Stimulus Konservasi Pakis Sayur (Dyplazium esculentum (Retz.) Sw.) di Desa Gunung Bunder II, Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Dibimbing oleh ERVIZAL A.M. ZUHUD dan SUMARDJO.

Diplazium esculentum (Retz.) Sw. yang dikenal dengan pakis sayur adalah tumbuhan hutan yang banyak dimanfaatkan masyarakat sejak dahulu sebagai sayur mayur. Potensi tesebut mampu menjadikan pakis sayur sebagai alternatif budidaya untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi namun budidaya tersebut belum dilakukan oleh masyarakat. Pemanfaatan yang dilakukan masyarakat dengan mengambilnya langsung daari hutan tidak sejalan dengan Undang-Undang. Konsep yang disertakan Tri Stimulus Amar mampu menjadikan pembentuk sikap masyarakat terhadap aksi konservasi pakis sayur. Aksi konservasi dibentuk dengan memberikan isu-isu lingkungan terhadap masyarakat sehingga tujuan ideal taman nasional dengan peran serta masyarakat dapat terbantuk. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sikap konservasi masyarakat terhadap pakis sayur, untuk menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi stimulus rela untuk mewujudkan aksi konservasi terhadap pakis sayur, dan untuk mendeskripsikan aksi konservasi yang sudah dilakukan oleh masyarakat.

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif kuantitatif, yaitu menjelaskan hubungan antar variabel dengan menganalisis data numerik (angka) menggunakan metode statistik melalui uji hipotesis. Tahapan penelitian ini meliputi pembuatan kuesioner stimulus alamiah, stimulus manfaat, dan stimulus rela pakis sayur. Melakukan uji valditas dan reliabilitas dengan menggunakan korelasi Product Moment Person dan Cronbach Alpha. Wawancara kepada 25 orang responden yang dilakukan secara Snowball sampling dengan kriteria masyarakat yang memanfaatkan atau mengkonsumsi pakis sayur kurun waktu 3 bulan. Pengolahan dan analisis data dengan menentukan persentase jawaban dan menentukan ambang stimulus. Serta menjelaskan secara naratif deskriptif hasil yang telah didapat.

Sikap konservasi masyarakat terhadap pakis sayur belum terwujud karena terjadi bias pada stimulus alamiah, stimulus manfaat, dan stimulus rela. Stimulus alamiah mengenai lama pertumbuhannya berkisar dua minggu masyarakat tidak mengetahui secara pasti karena tidak setiap waktu masyarakat mengamati pertumbuhan pakis sayur secara langsung. Bias stimulus manfaat yang belum terbentuk yakni pada pengetahuan masyarakat mengenai pakis sayur sebagai alternatif tumbuhan obat yang mampu menyembuhkan diare dan asma. Bias tersebut terjadi karena masyarakat tidak memperoleh pengetahuan kandungan gizi yang terdapat pada pakis sayur. Bias stimulus rela terjadi pada kerelaan menanam kembali pakis sayur di hutan, menanam kembali untuk dikonsumsi di lahan pribadi, menanam kembali untuk mencegah longsor dan memanen pakis sayur secara selektif dan sebagian. Bias tersebut terjadi karena ketersediaan pakis sayur di hutan yang melimpah, ketidakpahaman dan keterampilan masyarakat dalam membudidayakan pakis sayur di hutan. Jaminan akses yang diberikan untuk masyarakat menanam dan memanen hasil yang telah ditanam untuk diperjualbelikan.

(5)

Faktor yang mempengaruhi kerelaan masyarakat untuk mewujudkan aksi konservasi yakni memberikan pengetahuan mengenai potensi pakis sayur sebagai alternatif budidaya dan manfaat sebagai tumbuhan obat serta memberikan keterampilan teknologi budidaya pakis sayur, kemudahan memperoleh pakis sayur dan hasil produksi pakis sayur yang baik pada masyarakat lokal. Dan memberikan jaminan akses dan pemahaman secara terperinci dan jelas mengenai kebijakan kebijakan yang berlaku untuk mewujudkan peran serta masyarakat agar terwujud tujuan yang ideal bagi taman nasional. Aksi merupakan bentuk nyata dari sikap masyarakat terhadap konservasi pakis sayur. Aksi masyarakat tersebut belum terbentuk secara nyata terkait dengan tidak melakukan penyebaran spora di areal hutan oleh masyarakat dan penanaman kembali pakis sayur di areal lahan milik pribadi.

(6)

SUMMARY

ZAKIYYAH.Attitude Communities and Conservation Stimulus of Vegetable Ferns (Dyplazium esculentum (Retz.) Sw.) in Desa Gunung Bunder II, Gunung Halimun Salak National Park . Supervised by ERVIZAL A.M. ZUHUD and SUMARDJO.

Diplazium esculentum (Retz.) Sw. known as the vegetable ferns is a forest plant widely utilized by community since long time ago as vegetables. The potential mentioned able to make vegetable ferns as an cultivation alternative to fullfil economic needs, but cultivation has not been done by the community.The Utilization that done by community to take them directly from the forest are not in line with the Law. The concept which included Tri Stimulus Amar able to make forming community attitudes towards conservation action of vegetable ferns.Conservation action is formed by providing environmental issues to the community so that the the ideal purpose of national parks with community participation can be formed. The purpose of this research to know the conservation attitude of the community towards vegetable ferns, to explain the factors that influence the willing stimulus to realize conservation action against towards vegetable ferns, and to describe the conservation action that has been done by the community.

This research was designed using descriptive quantitative method. Descriptive quantitative method, which describes the relationship between variables to analyze numerical data (numbers) using statistical methods through hypothesis testing. Stages this research include the preparation of questionnaires of natural stimulus, benefit stimulus and willing stimulus of vegetable ferns. To test the valditas and reliability by using Product Moment Person Correlation and Cronbach Alpha. Interviews with 25 respondents conducted Snowball sampling with criteria as the people who use or consume vegetable fern period of 3 months. Processing and analysis of data to determine the percentage of responses and determined the stimulus threshold and describes in a descriptive narrative on the results obtained.

Conservation attitude of community towards vegetable ferns has not be realized because it happens bias in the natural stimulus, benefit stimulus and willingl stimulus. Natural stimulus on growth of between two weeks old people do not know for sure because not every time people observing the growth of ferns vegetables directly. Bias of benefit stimulus that have not established that the community's knowledge about the vegetable ferns as an alternative medicine plant that can cure diarrhea and asthma.Bias occurs because people do not acquire knowledge of the nutrients contained in vegetables ferns.Bias of willing stimulus occurred in the willingness replant vegetable fern in the forest, replanting for consumption on private land, replant to prevent landslides and harvest vegetable fern selectively and partially. The bias occurs because of the availability of vegetables ferns in the forest are abundant, incomprehension and skills of community in the cultivation of vegetables fern in the forest. Guaranteed access given to the community in planting and harvesting the results of which have been planted for traded.

(7)

Factors that influence the community willingness to realize the conservation actions that provide knowledge about potential vegetable fern as an cultivation alternative, utilize as medicinal plants and providing skills cultivation technology of vegetable fern, the ease of obtaining vegetable fern and production of vegetable fern was good in the local community.And providing access guarantees and understanding a detailed and clear policy that applies policies to realize the role of the community in order to realize the ideal purpose for national parks. Action is a real form of community attitudes towards the conservation of vegetable fern. Community action has not yet been formed significantly associated with not doing the spread of spores in the forest area by community and replanting of vegetable fern in the area of private lands.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SIKAP MASYARAKAT DAN STIMULUS KONSERVASI

PAKIS SAYUR (

Dyplazium esculentum

(Retz.) Sw.) DI DESA

GUNUNG BUNDER II, TAMAN NASIONAL GUNUNG

HALIMUN SALAK

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(10)
(11)
(12)

Judul Tesis :Sikap Masyarakat dan Stimulus Konservasi Pakis Sayur (Dyplazium esculentum (Retz.) Sw.) di Desa Gunung Bunder II, Taman

Nasional Gunung Halimun Salak Nama : Zakiyyah

NIM : P052130271

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Ervizal A.M. Zuhud, MS. Ketua

Prof Dr Ir Sumardjo, MS. Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Prof Dr Ir Cecep Kusamana, MS.

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(13)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015ini ialah Sikap Masyarakat dan Stimulus Konservasi Pakis Sayur (Dyplazium esculentum (Retz.) Sw.) di Desa Gunung Bunder II, Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Ervizal A.M. Zuhud MS. dan Bapak Prof Dr Ir Sumardjo MS., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi pengetahuan dan saran dalam penulisan tesis ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayahanda (Muhammad Djumhur dan Hasan, S.Ag.MM.) beserta Ibunda (Jamilah S.Ag dan Dra. Nani Warsini, MM. ), Suami ku tersayang Arif Abdul Haqq S.Si M.Pd., BPPDN DIKTI, dan pihak terkait lainnya yang telah memberikan bantuan, semangat, dan doa sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Semoga tesis ini mampu memberikan informasi dan pengetahuan yang bermanfaat bagi pembacanya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2016 Zakiyyah

(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL X

DAFTAR GAMBAR Xi

DAFTAR LAMPIRAN Xii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 4

Kerangka Pikir Penelitian 4

Hipotesis 5

2 TINJAUAN PUSTAKA 6

Sikap 6

Konservasi 7

Pakis Sayur 8

Kebijakan Pengelolaan Taman Nasional 13

3 METODE 16

Rancangan Penelitian 16

Lokasi dan Waktu 16

Alat dan Bahan 16

Jenis dan Sumber Data 16

Pengambilan Responden 17

Instrumen Penelitian 18

Definisi Operasional dan Parameter Peubah Penelitian 19

Tahapan Penelitian 22

Uji Validitas 24

Uji Reliabilitas 27

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 28

Uji Hipotesis 28

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 30

Kondisi Lokasi Penelitian 30

Karakteristik Responden 31

Tingkat Pengetahuan dan Keterampilan Masyarakat 36 Sikap Konservasi Masyarakat terhadap Pakis Sayur 38 Faktor yang Mempengaruhi Stimulus Rela Masyarakat untuk

mewujudkan Aksi Konservasi 43

Aksi Konservasi Masyarakat terhadap Pakis Sayur 45

5 SIMPULAN DAN SARAN 49

Simpulan 49

Saran 49

DAFTAR PUSTAKA 51

LAMPIRAN 54

(15)

DAFTAR TABEL

1 Kadar Kandungan Pakis Sayur per 100gr Daun Pakis 10

2 Peraturan Pengelolaan Taman Nasional 13

3 Jenis dan Sumber Data 17

4 Kategori Penilaian Tingkat Pengetahuan dan Keterampilan Konservasi

Pakis Sayur 18

5 Definisi Operasional Pengetahuan Konservasi Pakis Sayur 19 6 Pola Skor Pilihan Sikap dan Aksi Masyarakat terhadap Konservasi Pakis

Sayur 19

7 Definisi Operasional Karakteristik Responden 20 8 Definisi Operasional Pengetahuan Responden 21 9 Definisi Operasional Afektif Konservasi Pakis Sayur 21 10 Definisi Operasional Keterampilan terhadap Konservasi Pakis Sayur 22 11 Defini Operasional Sikap terhadap Konservasi Pakis Sayur 22 12 Defini Operasional Aksi terhadap Konservasi Pakis Sayur 27 13 Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrument 27

14 Hasil Reliabilitas Instrument 36

15 Distribusi Persentase Tingkat Pengetahuan Masyarakat terhadap

Konservasi Pakis Sayur 37

16 Distribusi Persentase Tingkat Keterampilan Masyarakat terhadap

Konservasi Pakis Sayur 43

17 Uji Korelasi Uji Korelasi Spearman Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerelaan Masyarakat Mewujudkan Sikap Masyarakat Menjadi Aksi

Konservasi Pakis Sayur 45

18 Korelasi Sikap Masyarakat terhadap Aksi Masyarakat dalam Konservasi

Pakis Sayur 46

DAFTAR GAMBAR

1 Hubungan Sinyal Pakis Sayur, Stimulus bagi Sikap dan Informasi untuk

Aksi Konservasi 4

2 Skema Penelitian Sikap Masyarakat dan Konservasi Pakis Sayur 5

3 Morfologi Pakis Sayur 8

4 Petani setelah Memanen Pakis Sayur di Hutan 12

5 Alur Proses Tahapan Penelitian 23

6 Validitas Kuesioner Pengetahuan 25

7 Validitas Kuesioner Keterampilan 25

8 Validitas Kuesioner Sikap dan Afektif 26

9 Validitas Kuesioner Aksi 26

10 Peta Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak 30

11 Dokumentasi Peneliti saat Wawancara 32

12 Karakteristik Umur Responden 32

13 Tingkat Pendidikan Responden 33

14 Jumlah Pendapatan Responden 34

(16)

16 Jenis Pekerjaan Responden 35 17 Tumbuhan Pakis Sayur di bawah Tegakan Pohon Pinus 38 18 Sikap Masyarakat terhadap Stimulus Alamiah Pakis Sayur 39 19 Sikap Masyarakat terhadap Stimulus Manfaat Pakis Sayur 40 20 Kerelaan Berkorban Masyarakat untuk Konservasi Pakis Sayur 41

21 Masyarakat memanen Daun Muda Pakis sayur 42

22 Model Proses Pembentukan Aksi Konservasi 46

23 Aksi Konservasi Masyarakat Terhadap Tumbuhan Pakis Sayur 47

DAFTAR LAMPIRAN

1

Validitas dan Reliabilitas Pengetahuan 55

2 Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Keterampilan 56 3 Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Sikap dan Afektif 57

(17)
(18)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pakis sayur (Dyplazium esculentum (Retz.) Sw.) memiliki potensi dan peran ekonomi, budaya, ekologi dan kesehatan. Potensi ekonomi yang dihasilkan dari pakis sayur sudah terlihat dalam perdagangan internasional seperti dilansir perusahaan dagang China Dalian Dongghemaoyuan Foods Co., Ltd. dalam situs Alibaba.com perusahaan tersebut menjual $1,500-$4,000 per ton pakis sayur dalam kondisi pakis sayur yang telah diasinkan. Pemesanan tersebut akan dipenuhi minimal pembelian 1 ton. Hal tersebut menunjukkan sudah ada sistem perdagangan untuk memperjualbelikan pakis sayur secara internasional. Lain halnya di Indonesia khususnya Lombok Timur pada situs corongrakyat.co.id sistem perdagangannya masih sangat sederhana memulai dengan kegiatan mencari pakis sayur secara rutin setiap hari oleh warga disela-sela kegiatannya mencari rumput di Taman Nasional Gunung Rinjani rata-rata penjual bisa menjual seharga Rp. 40,000.00 kepada pengepul bahkan sudah ada konsumen yang secara rutin memesan 20 kg perhari untuk pemenuhan pelanggan restoran di kawasan Senggigi. Namun hal tersebut terkendala musim hujan dan kemarau yang tidak menentu. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih sangat tergantung pada alam dengan mengambil langsung dari hutan dan belum ada upaya melakukan budidaya.

Pakis sayur memiliki peran penting dalam ekosistem yakni sebagai penutup tanah sehingga berfungsi mengatur tata air dan mencegah terjadinya erosi serta menjaga ekosistem hutan (Sastrapradja 1985). Potensi yang dimiliki pakis sayur tersebut dimanfaatkan masyarakat lokal sudah sejak dahulu. Keberadaaanya di hutan membuat masyarakat memanfaatkan pakis sayur dengan mengambilnya langsung dari dalam hutan secara tradisional yakni dengan memetik daun mudanya. Pemanfaatan tersebut belum diiringi dengan kegiatan budidaya sehingga konsep pelestarian sumberdaya khususnya pakis sayur belum terwujud.

Sejak dulu pakis sayur dimanfaatkan manusia sebagai bahan makanan (sayuran). Dewasa ini pemanfaatannya berkembang sebagai material baku pupuk organik dan tumbuhan obat (Amoroso 1990). Saat ini pakis sayur banyak diteliti pada bidang farmasi, fitokimia, dan bidang kesehatan lainnya. Para ahli melihat potensi dari pakis sayur karena masyarakat sering menggunakannya sebagai tanaman obat tradisonal. Menurut Benniamin (2011) menyatakan bahwa pada masyarakat adat di sebelah utara India menggunakan tumbuhan pakis untuk mengobati berbagai penyakit seperti; diare, disentri, sakit perut, sakit kepala, dan penyakit kulit.

Pemanfaatan pakis sayur harus seiring dengan pelestariannya yaitu dengan melakukan aksi konservasi. Menurut Peraturan Undang-undang No. 5 tahun 1990, konservasi sumberdaya alam hayati, diberi batasan dengan pengelolaan sumberdaya alam yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.

(19)

2

Sejalan dengan undang-undang tersebut sikap masyarakat sepatutnya dibentuk sesuai dengan konsep “tri-stimulus amar pro-konservasi” yang merupakan hasil penelitian dari Zuhud et al. (2007). Dalam penelitiannya Tri-stimulus amar terdiri dari stimulus alamiah, stimulus manfaat, dan stimulus rela. Stimulus alamiah yaitu nilai-nilai kebenaran dari alam, kebutuhan keberlanjutan sumber daya alam hayati sesuai dengan karakter bioekologinya. Stimulus manfaat yaitu nilai nilai kepentingan untuk manusia: manfaat ekonomi, manfaat obat, manfaat biologis/ekologis, dan lainnya. Stimulus rela yaitu nilai-nilai kebaikan, terutama ganjaran dari Sang Pencipta Alam, nilai spiritual, nilai agama yang universal, pahala, kebahagiaan, kearifan budaya/tradisional, kepuasan batin dan lainnya. Ketiga stimulus yang telah diduga telah mampu diharapkan membentuk sikap konservasi pada masyarakat yang memanfaatkan pakis sayur sehingga menimbulkan perilaku pro konservasi.

Perilaku pro konservasi dapat terwujud dengan bentuk aksi, baik lisan maupun tulisan. Aksi merupakan bentuk yang sudah nyata, berupa perbuatan terhadap situasi dan rangsangan dari luar. Untuk mewujudkan sikap menjadi sebuah aksi yang nyata diperlukan stimulus (pendorong) atau suatu kondisi yang memungkinkan, seseorang akan memberikan respon atau reaksi terhadap stimulus, apabila ia mengetahui sinyal atau obyek tersebut.

Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan untuk melihat sikap konservasi masyarakat terhadap pakis sayur untuk pemanfaatan yang berkelanjutan.

Perumusan Masalah

Pemanfataan pakis sayur di hutan yang dijadikan konsumsi sebagai alternatif sayur mayur sudah sejak lama dilakukan oleh masyarakat. Pemanfaatan tersebut membuktikan adanya interaksi antara hutan dengan masyarakat.. Sebagian wilayah Asia seperti Jepang, China, dan Korea Selatan juga menjadikan pakis sayur sebagai diet sehat. Kondisi tersebut menjadikan pakis sayur komiditi yang potensial secara ekonomi namun yang terjadi saat ini masyarakat pada umumnya belum melakukan budidaya pakis sayur. Mereka masih memanfaatkan pakis sayur untuk kebutuhannya dengan langsung mengambilnya dari hutan. Hal tersebut, berdampak pada munculnya permasalahan mengenai pelestarian sumberdaya alam khususnya pakis sayur di hutan. Pelestarian sumbedaya alam yang diacu oleh Zuhud (2012) yakni dengan memanfaatkan secara lestari. Pemanfaatan secara lestari yakni dengan menerapkan konsep tri stimulus amar untuk membentuk sikap masyarakat yang sadar akan budidaya pakis sayur. Sikap yang telah dibentuk masyarakat secara nyata akan menjadi aksi masyarakat terhadap kelestarian pakis sayur di hutan. Pertanyaan berikut ini merupakan rincian permasalahan yang diharapkan dapat dijawab untuk mengetahui sikap konservasi dan aksi masyarakat terhadap pakis sayur secara berkelanjutan.

1. Bagaimana sikap konservasi masyarakat terhadap pakis sayur 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi stimulus rela masyarakat

untuk mewujudkan aksi konservasi

3. Bagaimanakah aksi konservasi terhadap pakis sayur yang sudah dilakukan oleh masyarakat.

(20)

3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut :

1. Mengetahui sikap konservasi masyarakat terhadap pakis sayur

2. Menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi stimulus rela untuk mewujudkan aksi konservasi

3. Mendeskripsikan aksi konservasi yang sudah dilakukan oleh masyarakat.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan referensi pelestarian sumberdaya tumbuhan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku bagi berbagai pihak yaitu;

1. Bagi pemerintah daerah, memberikan masukan tentang konsep pemanfaatan tumbuhan khususnya pakis sayur oleh masyarakat yang berbasis konservasi untuk dijadikan suatu kebijakan.

2. Bagi masyarakat, memberikan informasi mengenai bagaimana melakukan aksi konservasi pakis sayur.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian dan batasan pada penelitian ini meliputi:

1. Ruang lingkup wilayah penelitian yaitu daerah di Desa Gunung Bunder II, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Bogor.

2. Kajian yang diamati meliputi sikap masyarakat dan konservasi terhadap pakis sayur.

Kerangka Pikir Penelitian

Pentingnya pelestarian sumberdaya alam hayati bermanfaat langsung bagi manusia. Tumbuhan pakis sayur merupakan salah satu sumberdaya alam yang banyak tersebar di Indonesia. Tumbuhan pakis sayur kerap dimanfaatkan masyarakat untuk memunuhi kebutuhan pangan sebagai sayur mayur.

Pemanfaatan yang dilakukan harus sejalan dengan tindak konservasi agar tidak terjadi perusakan habitat dan tereksploitasinya tumbuhan pakis sayur.Sikap masyarakat terhadap konservasi tumbuhan pakis sayur dilatarbelakangi dari pengetahuan masyarakat mengenai konservasi tumbuhan pakis sayur, karakteristik sosial dan keterampilan konservasi tumbuhan pakis sayur oleh masyarakat. Sikap tersebut akan membentuk menjadi aksi nyata terhadap konservasi tumbuhan pakis sayur.

Walgito (2004), meyatakan bahwa sikap adalah suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses sikap. Stimulus yang diindera itu kemudian diinterpretasikan, sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang di indera itu. Karena sikap merupakan

(21)

4

aktivitas yang integrated dalam diri individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam sikap. Sikap dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman individu tidak sama, maka dalam menyikapi suatu stimulus, hasil sikap mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu lain. Sikap itu sifatnya individual. Diagram pada Gambar 1 menggambarkan aliran informasi dari sistem bioekologi tumbuhan pakis sayur ke sistem sosial masyarakat yang dimodifikasi dari Zuhud (2007).

Sumber : Dimodifikasi dari Zuhud (2007)

Stimulus menurut Zuhud (2007) adalah “sinyal”, “fenomena”, atau “gejala” yang diperlihatkan oleh komponen ekosistem yang dapat menjadi perangsang masyarakat untuk bersikap terhadap sesuatu. Rangkaian informasi sinyal menjadi stimulus akan mendorong sikap masyarakat untuk beraksi. Artinya belum bisa disebut stimulus bagi masyarakat apabila sinyal, informasi, issu belum menjadikan masyarakat berlaku atau bertindak positif untuk melakukan konservasi.Oleh karenanya sesuatu issu, sinyal, fenomena, atau informasi dan sebagainya barulah menjadi stimulus kalau masyarakat terdorong atau terangsang mewujudkan sikapnya terhadap issu, fenomena atau sifat tertentu dari suatu benda.

Dalam penelitian ini Tri-stimulus amar terdiri dari stimulus alamiah, stimulus manfaat, dan stimulus rela.Stimulus alamiah yaitu nilai nilai kebenaran dari alam, kebutuhan keberlanjutan sumber daya alam hayati sesuai dengan karakter bioekologinya. Stimulus manfaat yaitu nilai nilai kepentingan untuk manusia: manfaat ekonomi, manfaat obat, manfaat biologis/ekologis, dan lainnya. Stimulus rela yaitu nilai nilai kebaikan berupa “sinyal”, “fenomena”, atau “gejala” yang diperlihatkan oleh bentuk kesadaran untuk melakukan aksi konservasi, terutama untuk memperoleh ganjaran dari Sang Pencipta Alam.

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini dibuat kerangka pemikiran penelitian dapat di lihat pada Gambar 2.

(Prasyarat : Adanya kerelaan berkorban, hak kepemilikan jelas, dan peraturan perundang-undangan)

(Prasyarat : Sinyal dapat ditangkap dan dipahami oleh komponen cognitive dan

affective dari setiap individu

Informasi untuk aksi konservasi pakis sayur

Aksi konservasi Sikap

Masyarakat Pakis Sayur

Stimulus Sinyal

Informasi tentang manfaat dan harapan konservasi pakis sayur dll

Gambar 1 Hubungan sinyal pakis sayur, stimulus bagi sikap dan informasi untuk aksi konservasi

(22)

5

Hipotesis

Dengan memperhatikan kerangka pemikiran di atas, maka diturunkan hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu dengan sikap masyarakat dalam konservasi pakis sayur.

2. Terdapat hubungan nyata antara pengetahuan dengan sikap masyarakat dalam konservasi pakis sayur.

3. Terdapat hubungan nyata antara keterampilan dengan sikap masyarakat dalam konservasi pakis sayur.

4. Terdapat hubungan nyata antara sikap masyarakat dengan kerelaan masyarakat dalam melakukan aksi konservasi pakis sayur.

Gambar 2 Skema penelitian sikap masyarakat dan konservasi pakis sayur Pakis Sayur Konservasi Pakis Sayur Masyarakat Sosial-Budaya  Karakteristik Responden  Pengetahuan Responden  Keterampilan Responden Ekonomi  Harga Pasar  Suply (Ketersediaan)  Luas lahan  Peluang Pasar Bioekologi  Taksonomi  Morfologi  Ekologi  Sejarah dan Penyebaran Tr i S ti mul us A MAR P ro -Konse rv asi Stimulus Alamiah  Pengetahuan responden tentang pakis sayur  Keterampilan responden tentang budidaya pakis sayur Stimulus Manfaat  Manfaat ekonomi  Manfaat pangan  Manfaat obat  Manfaat lingkungan Stimulus Rela  Kerelaan terhadap budidaya pakis sayur di lahan pribadi  Kerelaan terhadap budidaya pakis sayur untuk konservasi  Aspek budaya S ikap K onser va si Aksi Konse rva si

(23)

6

2

TINJAUAN PUSTAKA

Sikap

Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku manusia adalah aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang luas antara lain berjalan, bekerja, termasuk kegiatan internal seperti berpikir, persepsi dan emosi.Perilaku dalam kepentingan analisis dapat dikatakan bahwa semua aktivitas atau kegiatan yang dikerjakan oleh manusia baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak langsung diamati oleh pihak luar. Manusia memiliki akal dan aktif untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jiwa manusia bukan merupakan sesuatu yang abstrak konsisten dan statis, melainkan sesuatu yang dinamis dan sebagai keseluruhan jiwa raga yang aktif. Kebutuhan seseorang akan informasi mampu menggerakan secara aktif usaha untuk melakukan pencarian terhadap sumber informasi. Menurut Bloom (1956) mengatakan perilaku berkaitan dengan kemampuan fisik maupun non fisik dan umumnya unsur-unsur perilaku dapat dikelompokan menjadi tiga unsur yaitu pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan sikap mental (afektif).

Mengenal suatu objek yang baru kemudian menjadikan sikap terhadap obyek tersebut adalah sebuah pengetahuan (Walgito 2004). Menurut Koentjaraningrat (1990) menyatakan, pengetahuan adalah unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya, artinya, bahwa pengetahuan berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki oleh seseorang. Pengetahuan adalah kesan yang dihasilkan dari sebuah pemikiran sesorang yang didapatkan dari penggunaan panca indera (Soekanto 2001). Informasi melalui proses belajar, pengalaman atau media elektronik yang kemudian disimpan dalam memori individu tersebut merupakan hasil dari pengetahuan. Marzono (2002) berpendapat bahwa pengetahuan adalah bahan bakar yang member tenaga pada proses berfikir.

Pengetahuan mengenai suatu obyek akan menjadi sikap terhadap obyek tersebut apabila pengetahuan itu disertai dengan kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap obyek tersebut (Gerungan 1996). Selanjutnya dinyatakan bahwa sikap mempunyai motivasi, yang berarti ada segi kedinamisan untuk mencapai suatu tujuan. Terbentuknya sikap karena adanya interaksi manusia dengan obyek tertentu (komunikasi), serta interaksi sosial di dalam kelompok maupun di luar kelompoknya. Interaksi di luar kelompok dilakukan melalui media komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, buku, majalah.

Penjelasan mengenai pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah suatu bentuk daya didalam hidup manusia dan dengan pengetahuan manusia mengenali peristiwa dan permasalahan, menganalisis, mengurai, mengadakan interpretasi serta menentukan pilihan-pilihan. Melalui pengetahuan, manusia dapat mempertahankan, mengembangkan dan membentuk sikap dan nilai hidup, menentukan pilihan serta aksi yang akan dilakukan. Tanpa pengetahuan, individu ataupun masyarakat tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan terhadap masalah yang dihadapi (Zainudin 2014).

(24)

7 Mar’at (2005) menjelaskan mengenai sikap, sikap adalah kesiapan atau keadilan untuk bertindak. Selain itu Berkowizt dalam Azwar (2010) memperjelas bahwa sikap sesorang terhadap obyek adalah perasaaan mendukung atau memihak ataupun perasaan tidak mendukung terhadap obyek tersebut.

Menurut Calhoun dan Acocella (1995), suatu sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara tertentu. Sebagian besar ahli psikologi sosial berpendapat bahwa sikap terbentuk dari pengalaman, melalui proses belajar. Sarwono (1999) menyatakan pandangan ini mempunyai dampak terapan, yaitu dapat diterapkan berbagai upaya seperti pendidikan, pelatihan, komunikasi penerangan untuk mengubah sikap seseorang.

Gerungan (1991) mempertajam menganai sikap sebagai berikut: sikap (attitude) dapat diterjemahkan sebagai sikap terhadap obyek tertentu yang berupa sikap pandangan atau perasaan. Sikap ini disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap obyek tertentu.

Berdasarkan definisi tersebut, suatu sikap mengandung tiga komponen, yakni (1) komponen kognitif (keyakinan); (2) komponen afektif (emosi/perasaan); dan (3) komponen tingkah laku (aksi). Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional, sedangkan komponen perilaku atau kognitif merupakan aspek kecenderungan tingkah laku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang (Sobur 2003).

Sikap akan berarti jika diwujudkan dalam bentuk aksi, baik lisan, maupun tulisan. Aksi merupakan yang sudah nyata, berupa perbuatan terhadap situasi rangsangan dari luar. Untuk mewujudkan sikap menjadi sebuah aksi yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, seseorang akan memberikan respon atau reaksi terhadap stimulus, apabila ia mengetahui stimulus atau obyek tersebut.

Konservasi

Secara harfiah konservasi itu sendiri berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Roosevelt (1902) dalam Sheffield (2010) yang merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi.Konservasi dalam pengertian sekarang, sering diterjemahkan sebagai the wise use of nature resource (pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana).

Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.Perilaku masyarakat yang mendukung konservasi dapat dikatakan sebagai Perilaku Pro-Konservasi.

Pro-Konservasi menurut Zuhud et.al., (2007), membangun sikap pro-konservasi, sepatutnya dilakukan melalui integrasi tiga pendekatan yaitu (1) membangun sikap “tri-stimulus amar pro-konservasi; (2) menyambungkan dan mengembangkan pengetahuan tradisional masyarakat menjadi pengetahuan

(25)

8

modern, yang bersifat adaptif terhadap perkembangan terkini; dan (3) mengaktifkan nilai-nilai religius sebagai stimulus rela dan kuat untuk membangun sikap dan perilaku konservasi.

Pakis Sayur Taksonomi Pakis Sayur

Diplazium esculentum (Retz) Sw. atau dikenal dengan nama pakis sayur termasuk family Polypodiaceae yang termasuk pada kelas Pteridopsida. Menurut Tjitrosoepomo (2005), tumbuhan ini memiliki taksonomi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae Divis : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida Ordo : Polypodiales Famili : Polypodiaceae Genus : Diplazium

Spesies : Diplazium esculentum (Retz.) Sw. Deskripsi Pakis Sayur

D. esculentum dikenal dengan nama daerah paku sayur karena jenis tumbuhan paku ini dapat dikonsumsi. Tumbuhan ini mempunyai sinonim Anisogonium esculentum Presl, D. malabaricum Spreng dan Athyrium esculentum Copel. D. esculentum ditemukan di hutan primer dengan ketinggian mulai dari 1600 mdpl. Dari segi ekologi tumbuhan ini termasuk higrifit, banyak tumbuh di tempat-tempat yang teduh dan lembab, sehingga di tempat yang terbuka dapat mengalami kerusakan akibat penyinaran yang terlalu intensif (Tjitrosoepomo, 2005). Tumbuhan ini mempunyai akar berwarna hitam dan berserabut banyak. Batangnya berbentuk bulat, bagian depannya beralur dalam, semakin ke atas alur semakin dangkal. Batangnya berwarna hijau kekuningan. Tepi daun bergerigi dan berwarna hijau tua.Pina (anak daun) yang paling atas mempunyai ujung yang runcing dan tergulung pada ujungnya. Kedua permukaan daun licin.Sporangium tersusun di bagian abaksial daun. Tumbuhan ini mempunyai daun muda yang berwarna hijau tergulung pada ujungnya (Purnawati et al. 2014).

(26)

9 Bagian bawah ental daun tumbuhan pakis sayur terdapat spora. Spora adalah bintik-bintik hitam untuk memperbanyak diri. Spora ini tersebar hanya di sepanjang anak tulang daunnya dengan bentuknya yang memanjang. Kadang-kadang spora tersebut menggerombol (Satrapradja et al. 1979). Pakis sayur memiliki kelembapan yang tinggi berkisar 63%-69% dan pada struktur tajuk yang rapat dengan suhu udara berkisar 150-300C (Irwanto 2006).

Kandungan Gizi dan Manfaat Pakis Sayur

Saat ini pakis sayur banyak diteliti pada bidang farmasi, fitokimia, dan bidang kesehatan lainnya. Para ahli melihat potensi dari pakis sayur karena masyarakat sering menggunakannya sebagai tanaman obat tradisonal. Menurut Benniamin (2011) menyatakan bahwa pada masyarakat adat di sebelah utara India menggunakan tumbuhan pakis untuk mengobati berbagai penyakit seperti; diare, disentri, sakit perut, sakit kepala, dan penyakit kulit.

Lense (2011) mengemukakan daun pakis sayur berkhasiat untuk menyembuhkan sakit kepala dan luka karena mengandung alkaloid. Amit dan Singh (2012) menemukan bahwa masyarakat Garhwali memanfaatkan pakis sayur untuk tujuan medis, daun muda yang melingkar digunakan sebagai sayuran sedangkan akarnya digunakan untuk mengobati haemoptysis, asma, penyakit paru-paru, dispesia atau gangguan pencernaan, sakit perut, diare, dan anti disentri. Akar rhizome tersebut mengandung antibakterial, piperazine citrate, aqueous extract, petroleum extract, dan ethanolic extract.

DepKes RI (2004) menerangkan bahwa daun tumbuhan pakis sayur banyak mengandung vitamin C. Fungsi vitamin C banyak berkaitan dengan pembentukan kolagen.Vitamin C diperlukan untuk hidroksilasi prolin dan lisin menjadi hidroksiprolin dan hidroksilisin, yang merupakan bahan penting dalam pembentukan kolagen.

Kolagen merupakan senyawa protein yang mempengaruhi integritas struktural sel di semua jaringan ikat, seperti pada tulang rawan, membrane kapiler, dan kulit.Dengan demikian, vitamin C berperan besar dalam penyembuhan luka.

Daun pakis yang berwarna hijau gelap kaya akan betakaroten. Didalam tubuh, betakaroten akan dimetabolisme menjadi vitamin A. Kandungan betakaroten dalam daun pakis sayur setara dengan 432 RE vitamin A.

Betakaroten ini berperan dalam mengatur proses metabolisme di beberapa jaringan tubuh. Selain itu, betakaroten juga mengatur kerja gen-gen yang terlibat dalam sistem imunitas, sehingga dapat membantu meningkatkan kekebalan tubuh terhadap berbagai penyakit, khususnya penyakit infeksi.

Daun pakis sayur juga dipercaya berkhasiat mencegah penyakit rematik. Hal itu dikarenakan adanya kandungan kalsium dan fosfor yang cukup tinggi, yaitu masing-masing 42mg dan 172mg per 100g daun pakis sayur.

Kalsium dan fosfor merupakan mineral makro yang diperlukan untuk pertumbuhan, pembentukan, dan pemeliharan kesehatan tulang. Berikut kadar kandungan tumbuhan pakis sayur selengkapnya pada Tabel 1.

(27)

10

Tabel 1 Kadar kandungan pakis sayur per 100 g daun pakis

Zat Gizi Satuan Kadar/ 100g

Energi Kkal 35 Protein g 4 Lemak g 0.3 Karbohidrat g 6.4 Kalsium Mg 42 Fosfor Mg 172 Besi Mg 1.3 Vitamin A RE 432 Vitamin B Mg 0 Vitamin C Mg 30 Air g 88

Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI (2004) Penyebaran Pakis Sayur

Secara umum persebaran pakis sayur menyerupai tumbuhan paku yang lainnya, menurut Tjitrosoepomo et al. (1983) pakis sayur hidup tersebar luas dari tropika yang lembab sampai melampaui lingkaran Arktika. Jumlah yang teramat besar dijumpai di hutan hujan tropika dan juga tumbuh dengan subur di daerah beriklim sedang, di hutan-hutan, padang rumput yang lembab, sepanjang sisi jalan dan sungai. Negara asli persebaran pakis sayur meliputi Kamboja, China, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Singapura, Taiwan dan Vietnam (Irudayaraj 2011).

Daur Hidup Pakis Sayur

Daur hidup tumbuhan paku serupa dengan daur tumbuhan berbiji pada umumnya namun bukan biji yang dihasilkan melainkan spora.Spora yang dihasilkan sangat kecil dan tersimpan pada kotak spora. Kotak spora tersebut bila dindingnya di pecah maka spora yang tersimpan akan berhamburan (Sastrapradja, 1985). Ketika spora menemukan tempat tumbuh yang baik, spora tersebut akan berkecambah. Pada awal perkecambahan tersebut spora hanya menghasilkan beberapa sel saja. Sel-sel tersebut akan membentuk menjadi prothallus kemudian archegonium dan antheridium atau disebut alat kelamin betina dan alat kelamin jantan. Hasil dari pembentukan tersebut ialah sel telur dan sel jantan.Ketika telah masak sel jantan akan mendekati archegonium yang disusul oleh pembuahan. Setelah dibuahi tumbuhan paku ini akan berkecambah menjadi tumbuhan paku yang hidup pada prothallus yang dikenal dengan sporofita. Sporofita ini terdiri dari akar, batang yang pada berbentuk rhizome dan daun. Prothallus akan mati bila sporofita telah mampu hidup sendiri.Sporofita yang sudah dewasa ditandai oleh timbulnya sporangia pada bagian permukaan bawah daunnya. Begitu seterusnya dari daur hidup tumbuhan paku (Sastrapadja, et al. 1979).

(28)

11 Budidaya Pakis Sayur

Spora pakis berfungsi sebagai alat persebaran (dispersi) mirip dengan biji.Perlu media semai yang cocok agar spora menjadi tanaman baru. Salah satu ciri khas dari tumbuhan pakis ialah memiliki spora yang terdapat di dalam kotak spora (sporangium). Spora inilah yang menjadi organ untuk perbanyakan tumbuhan pakis. Berikut secara empiris hasil wawancara dengan salah satu petani di daerah Pekuncen, Banyumas, Jawa Tengah untuk menyemai spora menjadi tumbuhan pakis.

 Menyiapkan media

Untuk menyemai spora perlu digunakan media tanam berupa cacahan akar pakis, disarankan menggunakan akar pakis yang berumur tua. Akar pakis itu di rebus kira-kira sampai 10-12 jam. Tujuannya untuk mematikan bakteri maupun jamur.Selanjutnya, media yang sudah masak itu diletakkan ke dalam tempat plastik yang di lubangi. Media tersebut menggunakan pot yang terbuat dari anyaman bambu yang petani sebut besek. Sebelum diisi media, besek itu dilapisi plastik terlebih dahulu

 Taburkan spora

Setelah akar pakis dimasukkan dalam besek caranya lalu disiram air dan ditiriskan. Bila air sudah tiris spora ditaburkan ke media. Caranya, bagian yang berwarna coklat yang berada di bawah permukaan daun digosok dengan pinset atau ranting berujung runcing sehingga spora berjatuhan di media semai.

Usahakan spora jatuh merata di permukaan akar pakis. Biasanya, perlu 4-5 besek untuk menaburkan spora dari satu daun. Kemudian besek di bungkus plastik putih agar cahaya matahari dapat menembus masuk karena selama proses perkecambahan cahaya perlu, tetapi tidak langsung. Besek-besek tersebut disimpan di rak yang di bungkus oleh plastik putih lagi tujuannya agar matahari tersaring beberapa kali.

 Pemisahan bibit muda

Pemisahan bibit muda butuh beberapa kali. Sebulan sesudah spora ditaburkan, biasanya akan tumbuh bibit yang berukuran sangat kecil. Ambil bibit dengan menggunakan pinset satu persatu, lalu ditata di media yang baru.

 Selanjutnya sekitar 3 bulan, bibit dipisahkan kembali. Pertumbuhan antara bibit yang satu dengan yang lain bisa tidak sama. Bibit yang tumbuh akan menutupi bibit yang lain sehingga akan menghambat pertumbuhannya. Karena, perlu dilakukan pemisahan lanjutan. Bibit yang masih kecil diambil, ditanam di media baru. Usai pemisahan, besek digantung dibawah rak tanaman. Diambil dari tempat persemaian. Tinggi tanaman sekitar 5-10 cm. Biasanya digunakan gelas bekas air mineral sebagai tempat pembesaran bibit. Caranya ambil bibit satu persatu lalu ditanam di galas berisi cacahan akar pakis, kali ini akar pakis media tanam tidak perlu di rebus. Lalu gelas digantungkan di rak bambu. Bila sudah cukup besar bibit ini bisa ditanam di media tanah.

(29)

12

Satu besek semaian spora bisa menghasilkan kira-kira 10 besek berisi bibit pakis muda, lalu bibit pakis muda itu masih bisa dipisahkan lagi beberapa kali, begitu seterusnya. Sehingga hasilnya bisa mencapai ribuan pakis baru.Agar penyemaian berhasil perlu dijaga kelembabannya.

Proses pemanenan dilakukan setelah daun berwarna hijau dan mengkilap dengan puncak melingkar erat pada hari kesepuluh sampai hari keempat belas setelah melakukan penyemaian. Daun muda pakis dipotong berkisar 20 sampai 30 cm. Daun-daun yang sudah dipanen kemudian diikat dengan jumlah perikatnya berisi 10 daun.Perarea 6x6 m2 mampu menghasilkan 100 ikat.Harga perikat berkisar Rp. 2.000 – 3.000,00. Pemasaran tersebut untuk jangkauan pasar tradisonal.Pada pemasaran tingkat retail petani melakukan pengepakan dengan mencuci bersih daun pakis menggunakan air dingin kemudian di press dengan plastic wrap untuk menghindari udara yang masuk agar tahan lama.

Gambar 4 Petani setelah memanen pakis sayur di hutan Nilai Ekonomi Pakis Sayur

Kegiatan mencari pakis sayur dilakukan secara rutin oleh beberapa warga di daerah sekitar TNGHS disela-sela kegiatannya mencari rumput untuk makanan ternak atau kegiatan lain. Rata-rata warga yang mencari pakis sayur disana menjual langsung ke pasar atau keliling ke rumah-rumah warga lainnya.Berdasarkan hasil wawancara langsung ke warga, mereka memperoleh 20 – 30 ikat pakis sayur dari hutan.Warga bisa menjual Rp 40.000,00 – Rp 50.000,00 dari hasil penjualan ke pasar atau berjualan keliling dalam satu hari.

Tidak seperti di daerah banyumas, warga di sana sudah menjadikan pakis sayur sebagai lahan usaha. Mereka menanam pakis sayur di lahan-lahan pekarangan rumah bahkan ada yang menanam di lahan pertanian sendiri dekat hutan. Sekali panen mereka sampai memperoleh 2 karung sekali masa panen. Rata-rata per orang bisa menjual pakis sayur seharga Rp 40.000,00 – Rp 60.000 kepada pengepul.

Berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa yang mengikuti summercourse di Jepang, tumbuhan pakis sayur di jual di daerah Nagoya dengan harga per ikat 150 Yen atau sekitar Rp 15.000,00. Harga tersebut sepuluh kali

(30)

13 lipat dibandingkan dengan harga pakis sayur yang dijual di Indonesia. Hal ini serupa dengan perusahaan dagang China Dalian Dongghemaoyuan Foods Co., Ltd yang dilansir oleh situs alibaba.com. Perusahaan tersebut menjual $1,500 - $4,000 per ton pakis sayur yang telah diasinkan atau sekitar Rp 20.000, per kg.

Kebijakan Pengelolaan Taman Nasional

Pengelolaan taman nasional diatur menurut undang-undang dan peraturan pemerintah dan peraturan kemanterian kehutanan yang menaungi kebijakan tersebut. Kajian kebijakan pengelolaan taman nasional disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Kebijakan pengelolaan taman nasional

Peraturan Isi Analisis Sintesis

Undang-undang No 5 Tahun 1990 Pasal 1 Ayat 14 Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman nasional dijadikan sebagai tujuan penelitian, pendidikan, pariwisata, dan rekreasi. Penunjang budidaya belum terwujud hal tersebut terlihat belum adanya kegiatan budidaya yang dilakukan di dalam kawasan taman nasional gunung halimun salak Menunjang kegiatan budidaya disempurnakan dengan pengertian budidaya secara lestari oleh masyarakat lokal yang sudah berinteraksi dengan hutan sejak lama. Undang-undang No 5 Tahun 1990 Pasal 32 Kriteria suatu wilayah dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai kawasan taman nasional meliputi wilayah yang dapat dibagi kedalam zona inti, zona

pemanfaatan, zona rimba, dan/atau zona lainnya sesuai keperluan

Pembagian zonasi pada taman nasional untuk zonasi

pemanfataan sebatas 10% dari luas area. Pemanfatan tersebut terbatas sehingga kurang efektif untuk melakukan budidaya Pembagian zonasi disarankan melihat secara spesifik kebutuhan pemanfaatan masing-masing spesies sehingga terbentuk konsep pelestarian sumberdaya alam hayati yang ada di taman nasional.

(31)

14

Peraturan Isi Analisis Sintesis

Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 2011 Pasal 35

Taman nasional dapat dimanfaatkan untuk kegiatan: Pemanfaatan tradisional. Pemanfaatan tradisional dapat berupa kegiatan pemungutan hasil hutan bukan kayu, budidaya tradisonal, serta perburuan tradisional terbatas untuk jenis yang tidak terlindungi.

Pemanfaatan tradisonal yang berlaku di taman nasional gunung halimun salak sebatas pemungutan hasil hutan bukan kayu untuk jenis pakis sayur tanpa dilakukan kegiatan budidaya. Kegiatan budidaya tradisional sebaiknya disempurnakan dengan diberikannya akses budidaya bagi masyarakat lokal yang sudah berinteraksi dengan hutan sejak lama dan tercatat sebagai pemanen lestari. Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 2011 Pasal 49 Pemberdayaan masyarakat di sekitar taman nasional dilakukan melalui: Pemberian izin untuk memungut hasil hutan bukan kayu di zona atau blok pemanfaatan, izin pemanfaatan

tradisional, serta izin pengusahaan jasa wisata alam. Pemanfaatan tradisional belum spesifik menjelaskan masyarakat seperti apa yang boleh melakukan kegiatan pemanfaatan tersebut. Penambahan pengertian masyarakat sekitar taman nasional ialah masyarakat lokal yang telah lama berinteraksi positif dengan hutan serta terdidik dan tercatat untuk melakukakan kegiatan pemanfaatan tradisional. Undang-Undang No 5 Tahun 1994 Pasal 10 Melindungi dan mendorong pemanfaatan sumberdaya alam hayati yang sesuai dengan praktek-praktek budaya, tradisional, yang cocok dengan persyaratan konservasi atau pemanfaatan secara berkelanjutan; Persyaratan pemanfaatan secara berkelanjutan belum terlihat jelas konsep apa yang

dikembangkan dan diperuntukkan untuk siapa praktek budaya dan tradisional tersebut. Menentukan konsep pemanfaatan secara lestari yakni dengan memfokuskan pada sikap masyarakat lokal yang diacu oleh Zuhud (2012).

(32)

15

Peraturan Isi Analisis Sintesis

Permenhut Nomor P.19/Menhut-II/2004 Pasal 4 Para pihak pengelolaan kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam. Yakni kelompok masyarakat setempat Kelompok masyarakat setempat belum terdefinisi secara spesifik karena pemanfaatan yang saat ini berjalan yakni hampir semua lapisan masyarakat boleh melakukan kegiatan pemanfaatan hasil hutan. Sebaiknya masyarakat setempat merupakan masyarakat yang terdiri dari masyarakat lokal yang telah lama dan turun temurun melakukan

interaksi dengan hutan dan tercatat sebagai

masyarakat pemanen.

(33)

16

3

METODE

Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif.Metode deskriptif kuantitatif, yaitu menjelaskan hubungan antar variabel dengan menganalisis data numerik (angka) menggunakan metode statistik melalui uji hipotesa. Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu terdiri dari varibel bebas (X) dan variabel terikat (Y).

1. Variabel bebas (X), yaitu variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat (Y) yaitu sikap dan perilaku masyarakat. Variabel bebas terdiri dari (a) karakteristik responden (X4), yaitu faktor yang melekat dalam diri individu

yang terdiri dari: umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, jumlah pendapatan, (b) Pernyataan mengenai pengetahuan tentang konservasi tumbuhan pakis sayur (X1), (c) pernyataan afektif emosional responden (X3)

dan (d) keterampilan mengenai konservasi tumbuhan pakis sayur (X2).

2. Variabel terikat (Y), terdiri dari (a) sikap terhadap konservasi tumbuhan pakis sayur (Y1), aksi konservasi (Y2), dan stimulus sikap terhadap konservasi

tumbuhan pakis sayur (Y3).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Gunung Bunder II, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Bogor. Pemilihan lokasi secara sengaja didasarkan pada kesesuaian keberadaan pakis sayur dan pemanfaatan pakis sayur sebagai alternatif sayur mayur dengan identifikasi masalah. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Februari-Mei 2015.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, smartphone dan laptop.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Lembar kuisioner untuk responden.

b.Laporan dan data-data yang menggambarkan kondisi masyarakat di Desa Gunung Bunder II, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Bogor.

Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data lapangan dan pustaka. Adapun teknik pengambilan dan sumber data dari kedua jenis data tersebut adalah sebagai berikut :

Data lapangan yaitu melalui pengamatan langsung, wawancara dengan masyarakat desa yang memanfaatkan tumbuhan pakis sayur. Data pustaka diperoleh secara tidak langsung dan merupakan data penunjang untuk melengkapi data lapangan. Data pustaka yangdiambil yaitu : kondisi umum desa Gunung Bunder II, Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

(34)

17 Jenis dan sumber data yang diperlukan dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3 Jenis dan Sumber Data

Jenis Data Sumber Data

Data Lapangan

 Karakteristik Responden (Umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal, pekerjaan, jumlah pendapatan, status pernikahan)

 Sikap responden mengenai tumbuhan pakis sayur

Masyarakat (Yang menggunakan tumbuhan pakis sayur, Yang pernah menggunakan tumbuhan pakis sayur dan Yang tidak pernah menggunakan pakis sayur) di desa Gunung Bunder II, Taman

Nasional Gunung Halimun Salak Data Pustaka

1. Kondisi umum masyarakat desa Gunung Bunder II, Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

2. Jumlah masyarakat yang mengkonsumsi pakis sayur.

Laporan, buletin, pustaka.

Pengambilan Responden Target Populasi Masyarakat yang Diteliti

Target populasi yang diteliti meliputi seluruh masyarakat desa Gunung Bunder II, Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Dari populasi tersebut diambil sampel dengan menggunakan teknik pengambilan sampel dan penentuan ukuran sampel sebagai berikut :

Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah “non probability sampling” dengan teknik “snowball sampling”.Teknik pengambilan sampel ini pada mulanya jumlahnya kecil tetapi makin lama makin banyak, berhenti sampai informasi yang didapatkan dinilai telah cukup.Teknik ini baik untuk diterapkan jika calon responden sulit diidentifikasi (Siregar 2013). Setiap unsur yang terdapat dalam populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel, bahkan probabilitas anggota tertentu untuk terpilih tidak diketahui. Pemilihan unit sampling didasarkan pada pertimbangan atau penilaian subjektif.

Proses pemilihan responden bermulai dari melakukan pengajuan penelitian kepada kepala Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) yang kemudian diteruskan kepada bagian divisi tumbuhan TNGHS yang berada di kawasan Gunung Bunder II. Setelah memperoleh tembusan maka dilakukan pengambilan responden dengan menemui kepala camat desa Gunung Bunder II yang kemudian diteruskan kepada kepala Gapoktan desa. Kepala Gapoktan yang menjadi sumber informasi utama peneliti memperoleh responden.

(35)

18

Instrumen Penelitian Jenis Instrumen Penelitian

Jenis intrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner. Kuesioner digunakan sebagai alat pengumpul data dan sebagai alat ukur ketercapaian tujuan penelitian yang dilakukan.

Jenis Data Instrumen

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data lapangan yaitu melalui pengamatan langsung, Data yang diamati berupa karakteristik responden (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal, pekerjaan, jumlah pendapatan, status pernikahan), Tingkat pengetahuan masyarakat (potensi dan gizi tumbuhan pakis sayur, pemanfaatan pakis sayur, dan ciri agronomi tumbuhan pakis sayur). Tingkat keterampilan masyarakat (teknologi dan kebiasaan masyarakat terhadap budidaya tumbuhan pakis sayur). Sikap, aksi dan stimulus sikap masyarakat terhadap konservasi tumbuhan pakis sayur.

Kuesioner Tingkat Pengetahuan dan Keterampilan

Kuesioner pengetahuan adalah berisi mengenai pengetahuan masyarakat tentang potensi dan gizi tumbuhan pakis sayur, pemanfataan tumbuhan pakis sayur dan ciri agronomi tumbuhan pakis sayur. Kuesioner keterampilan adalah kesanggupan masyarakat dalam menerapkan pengetahuan yang diperoleh dari teknologi dan kebiasaan masyarakat ke dalam bentuk aksi konservasi tumbuhan pakis sayur. Kuesioner pengetahuan dan keterampilan masing-masing terdiri dari 6 butir dan 7 butir. Kategori kriteria penilian tingkat pengetahuan dan keterampilan mengacu pada Tabel 4 menurut Wawan dan Dewi (2010).

Tabel 4 Kategori kriteria penilaian tingkat pengetahuan dan keterampilan konservasi pakis sayur

Skor Klasifikasi

3 Baik

2 Cukup

1 Buruk

Kuesioner Tingkat Sikap, Afektif dan Aksi

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner yang diaplikasikan dalam instrumen sikap, afektif masyarakat dan aksi masyarakat dalam pemanfaatan tumbuhan pakis sayur dengan menggunakan bentuk skala Likert. Sifat pernyataan yang terdapat dalam kuesioner berupa pernyataan butir positif dan pernyataan butir negatif. Bentuk pernyataan responden pada butir kuesioner yang memiliki substansi bersifat positif berupa pernyataan :

Sangat Setuju (SS; skor = 4); Setuju (S; skor = 3);

(36)

19 Tidak Setuju (TS; skor = 2);

Sangat Tidak Setuju (STS; skor = 1).

Sedangkan bentuk pernyataan responden pada butir Kuesioner yang memiliki substansi yang bersifat negatif berupa pernyataan

Sangat Setuju (SS; skor = 1); Setuju (S; skor = 2);

Tidak Setuju (TS; skor = 3);

dan Sangat Tidak Setuju (STS; skor = 4) (Sugiyono 2013).

Jumlah pernyataan pada masing-masing kuesioner sikap dan aksi yaitu 20 butir dan 7 butir. Setiap pilihan alternatif respon memiliki penyebaran pola skor seperti pada Tabel 5.

Tabel 5 Pola skor pilihan respon sikap dan aksi masyarakat terhadap konservasi pakis sayur

Pernyataan Skor pilihan alternatif responden

SS S TS STS

Positif 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4

Keterangan :SS = Sangat Setuju ; S = Setuju; TS = Tidak Setuju ; STS Sangat Tidak Setuju. Definisi Operasional dan Parameter Peubah Penelitian

1. Karakteristikresponden (X1) adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki dan melekat pada pribadi responden yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungannya (Tabel 6)

Peubah Definisi Operasional Parameter

X1.1Umur Jumlah tahun sejak responden

dilahirkan sampai saat menjadi responden dalam penelitian yang dibulatkan keulang

tahunterdekat.

Kriteria tingkatan jumlah tahun menurut DepKes tahun 2009

X1.2

Tingkat pendidikan

Level belajar secara formal yang pernah dicapai oleh responden

Dihitung berdasarkan jenjang pendidikan formal

X1.3

Jumlah pendapatan

Banyaknya penghasilan yang diperoleh responden dalam satubulan.

Diukur dengan jumlah uang yang diperoleh responden perbulan,berdasarkan GNI: Gross National Income per Kapita atau Pendapatan Nasional Bruto per Kapita.

(37)

20

Peubah Defini Operasional Parameter

X1.4 Status

Pernikahan

Status / keadaan responden dimana lengkap tidaknya pasangan hidup yang terikat pada perkawinan dan terdaftar di dinas kependudukan dan catatan sipil

Diukur dengan melihat bukti dari kartu keluarga responden atau buku nikah

X1.5 Jenis

Pekerjaan

Jenis Pekerjaan adalah segala sesuatu yang dilakukan responden baik menghasilkan lkan barang/ jasa sehingga menerima imbalan/ upah/ gaji selanjutnya disebut bekerja dan keadaan sebaliknya disebut tidak bekerja

Di ukur dengan melihat apa jenis kegiatan yang dilakukan responden pada setiap harinya

2. Pengetahuan konservasi (X2) adalah kemampuan kognitif dengan berbagai

bentuk informasi yang individu responden ketahui mengenai tumbuhan pakis sayur (Tabel 7).

Tabel 7 Definisi operasional pengetahuan tentang konservasi pakis sayur

Peubah Definisi Operasional Parameter

X2.1

Potensi

Potensi adalah kemampuan kognitif yang dimiliki dan mungkin untuk

dikembangkan dalam konservasi pakis sayur.

Dihitung berdasarkan skor skala likert yang didapatkan

X2.2

Khasiat

Khasiat adalah kekuatan yang istimewa dalam hal ini menitikberatkan pada gizi, gizi adalah senyawa yang terkandung dalam pakis sayur yang berguna bagi tubuh

Dihitung berdasarkan skor skala likert yang didapatkan

X2.3

Pemanfaatan

Pemanfaatan adalah hasil dari proses yang

terkandung pada pakis sayur

Diukur dengan skor skala likert yang didapatkan

(38)

21 Peubah Definisi Operasional Parameter

X2.4

Ciri Agronomi

Ciri agronomi adalah tanda yang berkaitan dengan produksi dan pemanfaatan pakis sayur

Diukur dengan skor skala likert yang didapatkan.

3. Afektif responden (X3) perasaan yang menyangkut aspek emosional yang berkaitan dengan suka tidaknya masyarakat terhadap pakis sayur (Tabel 8). Tabel 8 Definisi operasional afektif responden

Peubah Definisi Operasional Parameter

X3.1

Emosi

Emosi adalah perasaan yang menyangkut suka atau tidaknya masyarakat terhadap segala hal yang berkaitan dengan pakis sayur.

Diukur berdasarkan skor skala likert yang didapatkan

4. Keterampilan konservasi (X4) adalah berbagai bentuk kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi, kemudahan mendapatkan pakis, dan tingkat memproduksi hasil yang baik dalam konservasi pakis sayur (Tabel 9).

Tabel 9 Definisi operasional keterampilan konservasi pakis sayur

Peubah Definisi Operasional Parameter

X4.1

Teknologi

Teknologi adalah

keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan.

Dihitung berdasarkan skor skala likert yang didapatkan

X4.2 Kemudahan mendapatkan tumbuhan pakis sayur Kemudahan mendapatkan tumbuhan pakis sayur adalah proses memperoleh dengan cepat pakis sayur.

Dihitung berdasarkan skor skala likert yang didapatkan.

X4.3

Tingkat memproduksi hasil yang baik

Tingkat memproduksi hasil yang baik adalah hasil produksi pakis sayur yang baik dengan berdasarkan budidaya

Diukur berdasarkan skor skala likert yang dihasilkan

(39)

22

5. Sikap terhadap Konservasi Pakis Sayur (Y1) (Tabel 10)

Tabel 10 Definisi operasional sikap terhadap konservasi pakis sayur

Peubah Definisi Operasional Parameter

Y1 Sikap

Sikap adalah pandangan atau perasaan atau kecenderungan untuk bertindak terhadap pakis sayur dan budidayanya dalam konteks konservasi

Dihitung berdasarkan skor skala likert yang didapatkan

Y1.1

Stimulus Almiah

Stimulus Almiah adalah “sinyal”, “fenomena”, atau “gejala” yang diper-lihatkan oleh sifat bio-ekologis dari tumbuhan pakis sayur sesuatu.

Dihitung berdasarkan skor skala likert yang didapatkan

Y1.2.

Stimulus Manfaat

Stimulus Manfaat adalah “sinyal”, “fenomena”, atau “gejala” yang diperlihatkan oleh sesuatu yang memiliki nilai dari pakis sayur untuk lingkungannya; berupa manfaat sosial ekonomi, mengandung obat atau khasiat bagi tubuh

Dihitung berdasarkan skor skala likert yang didapatkan

Y1.3.

Stimulus Rela

Stimulus Rela adalah “sinyal”, “fenomena”, atau “gejala” yang diperlihatkan oleh bentuk kesadaran untuk melakukan aksi konservasi

Dihitung berdasarkan skor skala likert yang didapatkan.

6. Aksi terhadap konservasi (Y2) (Tabel 11)

Tabel 11 Definisi Operasional Aksi terhadap Konservasi Pakis Sayur

Peubah Definisi Operasional Parameter

Y2 Aksi

Aksi adalah bentuk aktivitas nyata dari sikap terhadap konservasi pakis sayur dan budidayanya.

Dihitung berdasarkan skor skala likert yang didapatkan.

Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara bertahap, yaitu mulai dari penyusunan materi instrumen tentang bioekologi, manfaat, rela dan aksi masyarakat terhadap konservasi tumbuhan pakis sayur.Tahap kedua melakukan validasi internal dan

(40)

23

Tahap 7. Kesimpulan

Tahap 4.Wawancara kepada 25 orang responden yang diperoleh dari ketua Dapoktan dengan melihat seberapa sering masyarakat mengkonsumsi pakis sayur dalam kurun waktu 3 bulan. Tahap 5.Pengolahan dan analisis data

dengan menentukan persentase dan skor rataan.

Tahap 6.Menentukan ambang stimulus Tahap 3. Menyeleksi hasil validasi internal

dan validasi eksternal

Tahap 1. Penyusunan pernyataan stimulus alamiah, manfaat, dan rela dari berbagai macam hasil penelitian-penelitian

Tahap 2.Validasi Internal dan Validasi Eksternal.

:

eksternal instrumen.validasi internal terkait isi materi kepada empat orang ahli dari kelompok keluarga tani desa Gunung Bunder II dan validasi eksternal terkait isi materi dengan melakukan uji coba instrumen kepada lima belas orang responden di desa Gunung Bunder II. Tahap ketiga menyeleksi butir instrumen yang memadai dan memperbaiki kalimat butir instrumen yang tidak memadai baik pada instumen pengetahuan, keterampilan, sikap maupun aksi. Tahap keempat melakukan pengambilan data kepada 25 orang responden dengan kuesioner yang telah disempurnakan pada tahap sebelumnya. Tahap kelima melakukan pengolahan dan analisis dengan menentukan persentase dan skor rataan. Tahap keenam menentukan ambang stimulus. Dan Tahap ketujuh kesimpulan. Selengkapnya dapat dilihat melalui Gambar 5

Tahap 3. Menyeleksi hasil validasi internal dan validasi eksternal

Tahap 4.Wawancara kepada 25 orang responden yang diperoleh dari ketua Dapoktan dengan melihat seberapa sering masyarakat mengkonsumsi pakis sayur dalam kurun waktu 3 bulan. Tahap 1. Penyusunan pernyataan stimulus

alamiah, manfaat, dan rela dari berbagai macam hasil penelitian-penelitian

Tahap 2.Validasi Internal dan Validasi Eksternal.

:

Tahap 5. Pengolahan dan analisis data dengan menentukan persentase jawaban responden

Tahap 6.Menentukan ambang stimulus Tahap 1. Penyusunan pernyataan stimulus

alamiah, manfaat, dan rela dari berbagai macam hasil penelitian-penelitian

Tahap 2.Validasi Internal dan Validasi Eksternal.

:

Tahap 3. Menyeleksi hasil validasi internal dan validasi eksternal

Tahap 1. Penyusunan pernyataan stimulus alamiah, manfaat, dan rela dari berbagai macam hasil penelitian-penelitian

Tahap 2.Validasi Internal dan Validasi Eksternal.

:

Tahap 7. Kesimpulan

Tahap 4.Wawancara kepada 25 orang responden yang diperoleh dari ketua Gapoktan dengan melihat seberapa sering masyarakat mengkonsumsi pakis sayur dalam kurun waktu 3 bulan. Tahap 5. Pengolahan dan analisis data

dengan menentukan persentase jawaban responden

Tahap 6. Menentukan ambang stimulus Tahap 3. Menyeleksi hasil validasi internal

dan validasi eksternal

Tahap 1. Penyusunan pernyataan stimulus alamiah, manfaat, dan rela dari berbagai macam hasil penelitian-penelitian

Tahap 2.Validasi Internal dan Validasi Eksternal.

:

Referensi

Dokumen terkait

Saya mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini, dimana akan dilakukan pengambilan data yang meliputi rata-rata waktu penyerahan obat, obat yang terlayani, obat

Tema peringatan HSN tahun ini adalah “ Kerja Bersama dengan Data ” yang merupakan seruan bagi seluruh elemen bangsa untuk bekerja bersama,. membangun Indonesia,

Data hasil pengujian aktivitas ekstrak etanol umbi wortel ( Daucus carota L.) terhadap diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus , Escherichia coli

Penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data melalui wawancara kuesioner kepada ibu pasien anak DBD dan ditunjang dengan data rekam medis pasien selama periode 3

TPS 2, segel tutup bagian depan rusak dan segel pada lubang kotak suara dan gembok menggunakan segel untuk Pemilukada Gubernur.. TPS 3 menggunakan gembok yang

Kesimpulan dari penelitian ini adalah mewarnai gambar bentuk geometri efektif dalam mengurangi perilaku mengisap jari pada peserta didik cerebral palsy athetoid di

Dari beberapa teori konseling eksistensial dari para tokoh, proses intervesi atau tekonik konseling yang bisa dilakukan konselor untuk mengatasi perilaku klitih pada

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa : 1 program supervisi pengawas PAI dilakukan pada awal tahun pelajaran dan disosialisasikan pada kepada guruguru PAI pada kegiatan Rapat