Eli Wibawati, 2013
No. Daftar: 032/PKh-FIP-UPI-S1/Juni/2013
EFEKTIVITAS MEWARNAI GAMBAR BENTUK
GEOMETRI DALAM MENGURANGI PERILAKU
MENGISAP JARI
(Penelitian Eksperimen Single Subject Research Pada Peserta Didik Cerebral Palsy Athetoid Di SLB-D YPAC Bandung)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Khusus
Oleh:
Eli Wibawati
0907118
JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Eli Wibawati, 2013
EFEKTIVITAS MEWARNAI GAMBAR BENTUK
GEOMETRI DALAM MENGURANGI PERILAKU
MENGISAP JARI
(Penelitian Eksperimen Single Subject Research Pada Peserta Didik Cerebral Palsy Athetoid Di SLB-D YPAC Bandung)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Khusus
Oleh:
Eli Wibawati
0907118
JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Eli Wibawati, 2013
Efektivitas Mewarnai Gambar Bentuk
Geometri Dalam Mengurangi Perilaku
Mengisap Jari
(Penelitian Eksperimen Single Subject Research Pada
Peserta Didik Cerebral Palsy Athetoid Di SLB-D YPAC
Bandung)
Oleh Eli Wibawati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Eli Wibawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Eli Wibawati, 2013
ELI WIBAWATI
EFEKTIVITAS MEWARNAI GAMBAR BENTUK GEOMETRI DALAM
MENGURANGI PERILAKU MENGISAP JARI
(Penelitian Eksperimen Single Subject Research Pada Peserta Didik Cerebral Palsy
Athetoid Di SLB-D YPAC Bandung)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Nia Sutisna, M.Si
NIP. 195701311986031001
Pembimbing II
Dra. Hj. Mimin Tjasmini, M.Pd
NIP. 195403101988032001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Khusus
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Drs. Sunaryo, M.Pd
Eli Wibawati, 2013
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MEWARNAI GAMBAR BENTUK GEOMETRI DALAM MENGURANGI PERILAKU MENGISAP JARI
(Penelitian Eksperimen Single Subject Research Pada Peserta Didik Cerebral Palsy Athetoid Di SLB-D YPAC Bandung)
Eli Wibawati, 2013
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MEWARNAI GAMBAR BENTUK GEOMETRI DALAM MENGURANGI PERILAKU MENGISAP JARI
(Penelitian Eksperimen Single Subject Research Pada Peserta Didik Cerebral Palsy Athetoid Di SLB-D YPAC Bandung)
vi
Eli Wibawati, 2013
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSEMBAHAN
LEMBAR PERYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR GRAFIK ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Pertanyaan Penelitian ... 5
F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 7
A. Deskripsi Teori ... 7
1. Konsep Cerebral Palsy ... 7
a Pengertian Cerebral Palsy ... 7
b Penggolongan Cerebral Palsy ... 8
c Cerebral Palsy Athetoid ... 10
2. Perilaku Mengisap Jari ... 11
vii
Eli Wibawati, 2013
a Konsep Mewarnai Gambar Bentuk Geometri ... 14
b Kaitan Mewarnai Gambar Bentuk Geometri dengan Perilaku Mengisap Jari ... 16
B. Kerangka Pemikiran ... 17
BAB III METODE PENELITIAN ... 18
A. Subyek dan Lokasi Penelitian ... 18
B. Metode dan Desain Penelitian ... 19
C. Definisi Operasional Variabel ... 21
D. Instrumen Penelitian ... 22
E. Teknik Pengumpulan Data ... 23
F. Analisis Data ... 24
1. Analisis Data dalam Kondisi ... 26
2. Analisis Data antar Kondisi ... 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29
A. Hasil Penelitian ... 29
1. Analisis Data dalam Kondisi ... 30
2. Analisis Data antar Kondisi ... 41
B. Pembahasan ... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51
A. Kesimpulan ... 51
B. Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 53
viii
Eli Wibawati, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel
4.1. Perolehan Data Baseline 1 (A1), Intervensi (B), dan Baseline
2 (A2) Frekuensi Perilaku Mengisap Jari ... 29
4.2. Panjang Kondisi ...
31 4.3. Estimasi Kecenderungan Arah ...
33 4.4. Kecenderungan Stabilitas ...
37 4.5. Jejak Data ...
38 4.6. Level Stabilitas dan Rentang ...
38 4.7. Level Perubahan ...
39 4.8. Rangkuman Hasil Analisis Visual dalam Kondisi ...
40 4.9. Jumlah Variabel yang Diubah ...
41 4.10. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya ...
42 4.11. Perubahan Stabilitas ...
43 4.12. Perubahan Level ...
43 4.13. Persentase Overlap ...
45 4.14. Rangkuman Hasil Analisis Visual Antar Kondisi ...
ix
Eli Wibawati, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar
x
Eli Wibawati, 2013
DAFTAR GRAFIK
Grafik
3.1. Disain A-B-A ... 25 4.1. Perolehan Data Baseline 1 (A1), Intervensi (B), dan Baseline
2 (A2) Frekuensi Mengisap Jari ... 30 4.2. Estimasi Kecenderungan Arah Kondisi Baseline 1 (A1) ...
31 4.3. Estimasi Kecenderungan Arah Kondisi Intervensi (B) ...
32 4.4. Estimasi Kecenderungan Arah Kondisi Baseline 2 (A2) ...
32 4.5. Kecenderungan Kondisi Baseline 1 (A1) ...
34 4.6. Kecenderungan Kondisi Intervensi (B) ...
35 4.7. Kecenderungan Kondisi Baseline 2 (A2) ...
36 4.8. Data Overlap Kondisi Baseline 1 (A1) dengan Kondisi
Intervensi (B) ... 44 4.9. Data Overlap Kondisi Intervensi (B) dengan Kondisi
xi
Eli Wibawati, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Menentukan Estimasi Kecenderungan Arah 56
Lampiran 2 Menentukan Kecenderungan Stabilitas 58
Lampiran 3 Menentukan Persentase Overlap 63
Lampiran 4 SK Pengangkatan Pembimbing 65
Lampiran 5 Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian (FIP) 66 Lampiran 6 Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian (BAAK) 67 Lampiran 7 Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian (Kesbangpol
Linmasda) 68
Lampiran 8 Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian (Dinas
Pendidikan) 69
Lampiran 9 Surat Keterangan Mengadakan Penelitian SLB D YPAC Bandung 70 Lampiran 10 Cover Expert Judgement Instrumen Penelitian 71 Lampiran 11 Surat Permohonan Kesediaan Memberikan Expert Judgement 1 72 Lampiran 12 Surat Pernyataan Kesediaan Memberikan Expert Judgement 1 73 Lampiran 13 Surat Permohonan Kesediaan Memberikan Expert Judgement 2 74 Lampiran 14 Surat Pernyataan Kesediaan Memberikan Expert Judgement 2 75 Lampiran 15 Surat Permohonan Kesediaan Memberikan Expert Judgement 3 76 Lampiran 16 Surat Pernyataan Kesediaan Memberikan Expert Judgement 3 77 Lampiran 17 Surat Permohonan Kesediaan Memberikan Expert Judgement 4 78 Lampiran 18 Surat Pernyataan Kesediaan Memberikan Expert Judgement 4 79
Lampiran 19 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 80
Lampiran 20 Fomat A1 Wawancara Guru 81
Lampiran 21 Format A2 Wawancara Orang Tua 82
Lampiran 22 Kisi-Kisi Instrumen Tes 83
Lampiran 23 Format B1 Tes Subyek 84
Lampiran 24 Format C1 Pengamatan Subyek 85
Lampiran 25 Format C2 Pengamatan Subyek 87
Lampiran 26 Jadwal Kegiatan Penelitian 88
Lampiran 27 Program Intervensi Perilaku Mengisap Jari 90
Lampiran 28 Hasil Wawancara Guru 97
Lampiran 29 Hasil Wawancara Orang Tua 98
Lampiran 30 Hasil Pengamatan Perilaku Mengisap Jari Kondisi Baseline 1 99 Lampiran 31 Hasil Pengamatan Perilaku Mengisap Jari Kondisi Intervensi 100 Lampiran 32 Hasil Pengamatan Perilaku Mengisap Jari Kondisi Baseline 2 101
Lampiran 33 Tabel Rangkuman Hasil Mewarnai Subyek 102
xii
Eli Wibawati, 2013
Lampiran 43 Hasil Pengamatan Kemampuan Mewarnai Subyek Intervensi 7 122 Lampiran 44 Hasil Pengamatan Kemampuan Mewarnai Subyek Intervensi 8 124 Lampiran 45 Hasil Pengamatan Kemampuan Mewarnai Subyek Post Test 1 126 Lampiran 46 Hasil Pengamatan Kemampuan Mewarnai Subyek Post Test 2 128 Lampiran 47 Hasil Pengamatan Kemampuan Mewarnai Subyek Post Test 3 130
Lampiran 48 Hasil Karya Subyek Pre Test 1 132
Lampiran 49 Hasil Karya Subyek Pre Test 2 133
Lampiran 50 Hasil Karya Subyek Pre Test 3 134
Lampiran 51 Hasil Karya Subyek Intervensi 1 135
Lampiran 52 Hasil Karya Subyek Intervensi 2 136
Lampiran 53 Hasil Karya Subyek Intervensi 3 137
Lampiran 54 Hasil Karya Subyek Intervensi 4 138
Lampiran 55 Hasil Karya Subyek Intervensi 5 139
Lampiran 56 Hasil Karya Subyek Intervensi 6 140
Lampiran 57 Hasil Karya Subyek Intervensi 7 141
Lampiran 58 Hasil Karya Subyek Intervensi 8 142
Lampiran 59 Hasil Karya Subyek Post Test 1 143
Lampiran 60 Hasil Karya Subyek Post Test 2 144
Lampiran 61 Hasil Karya Subyek Post Test 3 145
1
Eli Wibawati, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan saat ini berorientasi pada peningkatan mutu lulusan yang
berkreativitas baik secara kognitif, afektif maupun psikomotor. Hal ini termasuk
pada sekolah luar biasa yang didalamnya terdapat peserta didik berkebutuhan
khusus. Pendidikan adalah hak bagi semua anak tidak terkecuali bagi anak yang
mengalami hambatan. Pernyataan ini sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa “warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan.”
Istilah tunadaksa merupakan istilah lain dari cacat tubuh yaitu berbagai
kelainan bentuk tubuh yang mengakibatkan kelainan fungsi dari tubuh untuk
melakukan gerakan-gerakan yang dibutuhkan. Anak tunadaksa berdasarkan
kelompok kelainan fungsi dan jenis serta sebab yang melatarbelakanginya
dikelompokkan menjadi dua yaitu anak tunadaksa yang berhubungan dengan
kerusakan pada alat gerak tubuh dan sistem persarafan. Kerusakan pada alat
gerak tubuh terdiri dari kerusakan tulang dan sendi serta kerusakan otot.
Sedangkan, kerusakan pada sistem persarafan terdiri dari kerusakan otak
(cerebral palsy) dan kerusakan sumsum tulang belakang (medulla spinalis).
Cerebral palsy berasal dari kata cerebrum yang berarti „otak besar‟ dan palsy
yang berarti „kelumpuhan‟ atau dengan kata lain berarti kelumpuhan otak. Cerebral palsy adalah gangguan fungsi motor yang diakibatkan kerusakan otak
sebelum, selama, atau setelah kelahiran. Dr. Winthrop Phelp (Sugiarmin dan Muslim, 1996:68) mengatakan bahwa „cerebral palsy adalah suatu kelainan pada gerak tubuh yang ada hubungannya dengan kerusakan otak yang menetap.‟ Penggolongan cerebral palsy menurut fisiologinya dibagi menjadi enam jenis
yaitu spastik, athetoid, ataxia, rigid, tremor, dan mixed type.
Cerebral palsy athetoid terjadi dimana seseorang tidak bisa mengontrol gerak
2
Eli Wibawati, 2013
adalah gerakannya tidak terkoordinasi, adanya gerakan involunter, dan masalah
koordinasi gerakan otot bicara. Pada sebagian besar kasus juga terdapat gerakan
involunter pada otot muka dan lidah sehingga wajah tampak menyeringai dan
mengeluarkan air liur. Selain itu, masalah koordinasi gerakan otot bicara
mengakibatkan kesulitan dalam hal menghisap dan menelan.
MP adalah seorang anak laki-laki berusia 14 tahun yang kini duduk di kelas
lima sekolah dasar luar biasa. MP termasuk dalam kategori cerebral palsy
athetoid. MP tampak kurang mampu mengendalikan gerak tubuhnya sendiri. Hal
ini terlihat pada tangan yang terkadang bergerak tak tentu arah. Ciri lain yang
terdapat pada MP adalah adanya hambatan pendengaran, belum mampu
mengunyah makanan dengan tekstur keras, belum mampu menelan dengan baik,
dan terus mengeluarkan air liurnya. MP belum dapat berbicara. Namun, MP
sudah mampu memberikan beberapa tanda seperti menutup mulut apabila merasa
kenyang atau menunjuk warung apabila ingin jajan. Keterbatasan fungsi fisiknya
membuat MP lebih banyak duduk di kursi roda. MP membutuhkan perawatan
tetap dalam hal mengurus diri, ambulansi, dan aktivitas sehari-hari. MP
tampaknya memiliki minat bersosialisasi dengan orang lain. MP akan
memandang dengan cukup intens saat diajak berbicara dan menyambut uluran
tangan orang lain. Hal yang tampak tidak biasa pada MP adalah masih adanya
perilaku mengisap jari diusianya saat ini. MP tidak hanya mengisap ibu jari
tetapi jari telunjuk dan jari tengahnya pun ikut dihisap. Perilaku mengisap jari ini
membuat MP hanya terfokus pada perilakunya. Selama ini guru telah
mengupayakan berbagai cara untuk mengurangi perilaku mengisap jari pada MP.
Upaya yang telah dilakukan diantaranya tangan yang ditarik apabila masuk ke
dalam mulut, tangan yang dibungkus dengan kaos kaki, tangan yang diolesi biji
mahoni sehingga terasa pahit apabila termakan, dan menonton video. Namun,
berbagai upaya pengalihan tersebut hanya bersifat sementara karena apabila
lepas dari pengawasan perilaku tersebut muncul kembali.
Sabine Hack, M.D., asisten profesor psikiatri pada Departemen Psikiatri, New
York University School of Medicine (Tim Parents Guide, 2012:15) menyatakan
3
Eli Wibawati, 2013
pertamanya.‟ Mengisap jari pada anak usia bayi sangat wajar, tetapi jika ini terjadi pada anak diatas usia tiga tahun tentu sangat merisaukan orang tua dan
guru. Menurut American Academy of Pediatric (Tim Parents Guide, 2012:16)
bahwa:
Satu-satunya yang harus dikhawatirkan adalah jika kebiasaan itu berlangsung sampai anak berusia lebih dari enam atau delapan tahun atau jika sampai mempengaruhi bentuk mulut atau gigi anak. Belum lagi kemungkinan rusaknya kulit jari (lecet, korengan), infeksi kuku, serta risiko kerusakan gigi dan rahang.
Mengisap jari jelas merupakan suatu kebiasaan yang buruk. Aziz (2006: 11)
mengatakan perilaku mengisap jari dapat dikurangi melalui aktivitas yang
banyak menggunakan tangan, sebagaimana dikemukakannya bahwa “...
diperbanyak aktivitas yang menggunakan tangannya, seperti motorik halus
dalam menggunting, mewarnai, melipat, bermain puzzle, kreasi lazzy, atau lego
sehingga anak tidak akan sering melarikan jarinya ke mulut.”
Mewarnai berarti memberi warna. Mewarnai adalah kegiatan yang
menyenangkan dan mudah untuk dilakukan. Melalui mewarnai kita bisa
mengungkapkan apa yang kita bayangkan melalui goresan pensil. Selain itu juga,
mewarnai dapat meningkatkan daya kreativitas dengan mengamati suatu objek
dan menuangkannya dalam gambar. Banyak sekali objek yang bisa diwarnai.
Mulai dari objek yang sederhana dengan sedikit detail sampai pada objek yang
rumit dengan penuh detail. Objek yang sederhana dengan sedikit detail salah
satunya adalah bentuk-bentuk geometri. Bentuk geometri yaitu bentuk-bentuk
tertentu yang terukur dan dapat didefinisikan. Bentuk-bentuk geometri yang
dimaksud adalah bentuk geometri dua dimensi berupa lingkaran, segitiga,
persegi empat, persegi panjang, jajaran genjang, belah ketupat, segi lima, segi
enam, segi tujuh, dan segi delapan.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti merasa perlu untuk
melakukan penelitian terhadap salah satu aktivitas tangan yaitu mewarnai
gambar bentuk geometri untuk mengurangi perilaku mengisap jari. Objek
mewarnai berupa gambar bentuk geometri dipilih karena bentuknya sederhana
4
Eli Wibawati, 2013
kemampuan motorik tangannya, karena berdasarkan hasil pengamatan terhadap
MP serta wawancara kepada guru dan orang tua, MP dapat memegang pensil dan
menggunakannya untuk mencoret-coret.
Keuntungan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah peneliti dapat
mengetahui efektivitas mewarnai gambar bentuk geometri dalam mengurangi
perilaku mengisap jari pada peserta didik cerebral palsy athetoid di SLB-D
YPAC Bandung. Kerugian apabila penelitian ini tidak dilakukan adalah tidak
akan pernah diketahuinya kegiatan yang efektif untuk dapat mengurangi perilaku
mengisap jari pada peserta didik cerebral palsy athetoid di SLB-D YPAC
Bandung.
B. Identifikasi Masalah
Adapun yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian adalah sebagai
berikut.
1. Permainan kreatif atau melibatkan anak dalam permainan yang
mengharuskan memakai kedua tangan membuat anak tidak akan melarikan
jarinya ke dalam mulut.
2. Memperbanyak aktivitas yang menggunakan tangan, seperti motorik halus
dalam menggunting, mewarnai, melipat, bermain puzzle, kreasi lazzy, atau
lego akan mengalihkan perhatian sehingga anak tidak akan melarikan jarinya
ke dalam mulut.
3. Perasaan aman dalam diri anak yaitu merasa dicintai, dipahami, dan diterima
apa adanya sehingga anak merasa bahagia dengan keadaannya, kemungkinan
besar tidak akan membuat anak melarikan jarinya ke dalam mulut.
4. Anak yang terlihat stres harus ditelusuri apa yang menyebabkannya, keadaan
apa yang membuat anak tertekan, atau siapa yang membuat anak tertekan dan
bantulah anak dalam mengatasi konflik ini sehingga anak tidak akan
melarikan jarinya ke mulut.
5. Menjaga suasana yang menyenangkan di dalam keluarga sangat mutlak
dilakukan. Untuk menangani semua masalah, tingkatkan terus keharmonisan
5
Eli Wibawati, 2013
melibatkan semua anggota keluarga. Dari hal ini anak merasa tidak tertekan
karena pendapat-pendapatnya juga didengar oleh orang tuanya sehingga tidak
akan melarikan jarinya ke dalam mulut.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan banyak faktor yang dapat mengurangi perilaku mengisap jari,
maka penelitian ini dibatasi pada efektivitas mewarnai gambar bentuk geometri
dalam mengurangi perilaku mengisap jari pada peserta didik cerebral palsy
athetoid di SLB-D YPAC Bandung.
D. Rumusan Masalah
Perilaku mengisap jari dapat berkurang apabila diberikan aktivitas yang
banyak menggunakan tangan. Banyak sekali aktivitas yang menggunakan tangan
untuk mengurangi perilaku menghisap jari namun dalam penelitian ini akan
difokuskan pada kegiatan mewarnai. Objek yang diwarnai adalah objek
sederhana dengan sedikit detail yaitu bentuk-bentuk geometri, selain itu kegiatan
mewarnai dipilih karena saat ini MP dapat memegang pensil dan
menggunakannya untuk mencoret-coret. Adapun rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
Apakah mewarnai gambar bentuk geometri efektif dalam mengurangi
perilaku mengisap jari pada peserta didik cerebral palsy athetoid?
E. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian yang
diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah frekuensi perilaku mengisap jari peserta didik cerebral palsy
athetoid sebelum diberikan intervensi berupa mewarnai gambar bentuk
geometri?
2. Bagaimanakah frekuensi perilaku mengisap jari peserta didik cerebral palsy
athetoid setelah diberikan intervensi berupa mewarnai gambar bentuk
6
Eli Wibawati, 2013
3. Kendala-kendala apa saja yang didapat selama pelaksanaaan penelitian
berlangsung?
F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dan kegunaan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Tujuan
a. Secara Umum
Tujuan yang ingin di peroleh dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
kefektivitasan mewarnai gambar bentuk geometri dalam mengurangi perilaku
mengisap jari pada peserta didik cerebral palsy athetoid.
b. Secara Khusus
Adapun tujuan secara khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Subyek penelitian dapat mengurangi perilaku mengisap jarinya.
2) Subyek penelitian dapat meningkatkan kemampuan motorik halusnya.
2. Kegunaan
Adapun yang menjadi kegunaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan guru
dan orang tua untuk mengurangi perilaku mengisap jari pada peserta
didik cerebral palsy athetoid di SLB-D YPAC Bandung.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu cara penanganan
pada peserta didik cerebral palsy athetoid dengan perilaku mengisap jari
18
Eli Wibawati, 2013
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subyek dan Lokasi Penelitian
1. Subyek Penelitian
Nama : MP
Jenis Kelamin : Laki-Laki
TTL : Bandung, 10 Februari 1999
Usia : 14 tahun.
Alamat : Jln. H.Anwar No.34/189A Cijerah
Kecacatan Yang Tampak : Tidak Dapat Berjalan
Sekolah : SLB D YPAC Bandung
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di SLB-D YPAC Bandung. Pengamatan perilaku
mengisap jari dilakukan di dalam kelas subyek pada saat jam pelajaran
berlangsung selama dua jam pelajaran atau 60 menit.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Menurut Sugiyono
(2012: 107) “metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap
variabel yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.” Metode ini digunakan
karena peneliti ingin meneliti suatu perubahan yang muncul secermat mungkin,
sehingga dapat diketahui hubungan sebab akibat munculnya perubahan tersebut.
Metode eksperimen ini digunakan karena sesuai dengan permasalahan yang akan
diteliti yaitu untuk mengetahui efektivitas mewarnai gambar bentuk geometri
dalam mengurangi perilaku mengisap jari pada peserta didik cerebral palsy
athetoid.
Penelitian ini menggunakan disain subyek tunggal. Menurut Sunanto et al
19
Eli Wibawati, 2013
sampel penelitian.” Pada disain subyek tunggal pengukuran variabel terikat dilakukan berulang-ulang dalam periode waktu tertentu. Perbandingan dilakukan
pada subyek yang sama dengan kondisi berbeda. Kondisi yang dimaksud disini
adalah kondisi baseline dan kondisi intervensi. Kondisi baseline adalah kondisi
dimana pengukuran target behavior dilakukan pada keadaan natural sebelum
diberikan intervensi. Kondisi eksperimen adalah kondisi dimana suatu intervensi
telah diberikan dan target behavior diukur dibawah kondisi tersebut. Disain
penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah disain A-B-A.
Menurut Sunanto et al (2005: 61) “disain A-B-A menunjukkan adanya
hubungan sebab akibat antara variabel terikat dan variabel bebas”. Mula-mula target behavior diukur secara kontinu pada kondisi baseline (A) dengan periode
waktu tertentu kemudian pada kondisi intervensi (B). Pada disain A-B-A setelah
pengukuran pada kondisi intervensi, pengukuran pada kondisi baseline kedua
diberikan. Penambahan pada kondisi baseline yang kedua ini dimaksudkan
sebagai kontrol untuk fase intervensi sehingga memungkinkan untuk menarik
kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel
terikat. Menurut Sunanto et al (2005: 62) pada saat melakukan eksperimen
dengan disain A-B-A, peneliti memperhatikan hal-hal berikut.
a. Mendefinisikan target behavior sebagai perilaku yang dapat diukur secara akurat.
b. Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi baseline (A1) secara kontinu sekurang-kurangnya tiga atau lima atau sampai trend dan level menjadi stabil.
c. Memberikan trend intervensi setelah trend data baseline stabil.
d. Mengukur dan mengumpulkan data pada fase intervensi (B) dengan periode waktu tertentu sampai data menjadi stabil.
e. Setelah kecenderungan dan level data pada fase intervensi (B) stabil mengulang fase Baseline (A2).
Jenis ukuran yang digunakan untuk mengukur target behavior adalah
frekuensi. Menurut Sunanto et al (2005: 15) “frekuensi menunjukkan berapa kali
suatu peristiwa terjadi pada periode waktu tertentu.” Frekuensi perilaku subyek mengisap jari dicatat dengan sistem observasi langsung pada lembar pengamatan
20
Eli Wibawati, 2013
pengamatan dilakukan dengan cara mentally setiap perilaku mengisap jari yang
muncul. Hal ini dilakukan pada fase baseline 1 (A1), intervensi (B), dan baseline
2 (A2).
Pada fase baseline 1 (A1) frekuensi perilaku mengisap jari subyek diukur
dalam kondisi natural sebelum diberikan intervensi. Pada fase baseline 1 (A1) ini
diadakan pre test terhadap kemampuan mewarnai subyek. Hal ini dilakukan agar
peneliti mengetahui kemampuan subyek dalam mewarnai sehingga dijadikan
acuan untuk pemberian intervensi.
Pada fase intervensi (B) frekuensi perilaku mengisap jari subyek diukur dalam
pengaruh pemberian intervensi. Pada fase intervensi (B) peneliti memberikan
intervensi berupa mewarnai gambar bentuk geometri dengan bantuan papan
geometri. Papan geometri adalah sebuah papan kayu dengan lubang berbentuk
seperti bentuk-bentuk geometri untuk tempat mewarnai. Papan geometri
berfungsi sebagai bingkai agar ketika mewarnai menjadi terarah sehingga hasil
mewarnai tampak rapi. Pada saat mewarnai tangan kanan subyek akan
memegang pensil dan tangan kiri subyek menahan papan. Kegiatan mewarnai ini
akan menggunakan pensil warna karena merupakan media mewarna yang mudah
digunakan sebelum media mewarna lainnya. Kertas yang digunakan adalah
kertas cartridge karena teksturnya halus, lembut, tetapi kaku bagus untuk
menggambar dengan menggunakan pensil atau pena. Bentuk-bentuk geometri
yang diberikan adalah bentuk persegi panjang, persegi empat, lingkaran, dan
segitiga. Bentuk-bentuk geometri ini berdasarkan standar kompetensi mata
pelajaran matematika kelas satu semester dua sekolah dasar luar biasa (BSNP,
2006:4). Subyek saat ini duduk di kelas lima sekolah dasar luar biasa namun
mata pelajaran yang diberikan adalah mata pelajaran kelas satu sekolah dasar
luar biasa karena disesuaikan dengan kemampuannya.
Tabel 3.1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Matematika Kelas I Semester II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
21
Eli Wibawati, 2013
Peneliti juga membantu mengarahkan subyek untuk memperbaiki cara
memegang pensil, memperbaiki arah mewarnai, dan mewarnai keseluruhan
gambar dengan mencontohkan terlebih dahulu dan terlibat langsung saat
mewarnai. Hal ini dilakukan sebagai upaya mengalihkan perhatian subyek dari
perilaku menghisap jarinya sehingga diharapkan subyek dapat mengurangi
perilakunya tersebut.
Pada fase baseline 2 (A2) frekuensi perilaku mengisap jari subyek diukur
setelah diberikan intervensi sebagai kontrol terhadap fase intervensi. Pada fase
baseline 2 (A2) ini diadakan post test terhadap kemampuan mewarnai subyek.
Hal ini dilakukan agar peneliti mengetahui kemampuan subyek dalam mewarnai
setelah diberikan intervensi.
C. Definisi Operasional Variabel
Penelitian tidak terlepas dari variabel. Variabel adalah suatu hal yang
ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti. Menurut Hatch dan Farhady (Sugiyono,
2012: 60) „ ... variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau objek dengan objek yang lain.‟ Selanjutnya, menurut Kidder (Sugiyono, 2012: 61) „variabel
adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik
kesimpulan darinya.‟ Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel
bebas dikenal dengan istilah intervensi atau perlakuan. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah mewarnai gambar bentuk geometri. Variabel terikat adalah
variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian
kasus tunggal dikenal dengan nama target behavior (perilaku sasaran). Variabel
terikat ini mempunyai sifat yang dapat diobservasi dan dihitung. Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah perilaku mengisap jari.
Mewarnai gambar bentuk geometri ini ditujukan untuk mengurangi perilaku
mengisap jari. Mewarnai berarti memberi berwarna. Selama intervensi subyek
22
Eli Wibawati, 2013
jarinya. Mengisap jari berarti memasukan jari ke dalam mulut. Frekuensi
perilaku subyek mengisap jari dicatat dengan sistem observasi langsung pada
lembar pengamatan yang telah disediakan sebelumnya selama 60 menit. Adapun
tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam pengamatan terhadap perilaku
mengisap jari adalah:
a. Mengamati frekuensi subjek mengisap jari sebelum diberikan intervensi
selama 60 menit.
b. Mengamati frekuensi subjek mengisap jarinya selama diberikan intervensi
selama 60 menit.
c. Mengamati frekuensi subjek mengisap jari setelah diberikan intervensi
selama 60 menit.
D. Instrumen penelitian
Penelitian membutuhkan data untuk mengetahui apakah variabel bebas dan
variabel terikat terdapat hubungan yang fungsional. Data diperoleh
menggunakan teknik tes, wawancara, dan observasi. Dalam pengumpulan data
dibutuhkan alat untuk mengumpulkan data atau instrumen. Menurut Arikunto
(2010: 203):
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Peneliti membutuhkan suatu alat bantu dalam proses pengumpulan data.
Dalam penelitian alat bantu yang digunakan untuk membantu proses
pengumpulan data disebut instrumen. Tentunya sebelum membuat instrumen,
peneliti terlebih dahulu membuat „kisi-kisi‟. Menurut Arikunto (2010: 205) “kisi
-kisi adalah sebuah tabel yang menunjukkan hubungan antara hal-hal yang
disebutkan dalam baris dengan hal-hal yang disebutkan dalam kolom”. Dalam
penelitian ini kolom berisi tujuan penelitian, fokus penelitian, jenis data, sember
data, metode, instrumen, dan kode format.
Instrumen yang baik adalah instrumen yang valid. Menurut Arikunto (2010:
23
Eli Wibawati, 2013
atau kesahihan suatu instrumen”. Suatu instrumen yang dikatakan valid mempunyai validitas tinggi dan mampu mengukur apa yang diinginkan atau
mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Penelitian ini
menggunakan pendapat para ahli (expert judgement) untuk menentukan
kevalidan dari instrumen yang dibuat oleh peneliti. Sugiyono (2012: 177)
mengemukakan bahwa “para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang
telah disusun itu. Mungkin para ahli akan memberikan keputusan: instrumen
dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan dan mungkin dirombak total.”
E. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian untuk mengetahui efektivitas mewarnai gambar bentuk geometri
dalam mengurangi perilaku mengisap jari pada peserta didik cerebral palsy
athetoid ini akan menggunakan metode pengumpulan data berupa tes,
wawancara, dan observasi (pengamatan).
a Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan untuk mengetahui kemampuan seseorang.
Menurut Arikunto (2010: 193) “tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.”
Tes yang diberikan berupa latihan yaitu subyek diminta untuk mewarnai. Teknik
pengumpulan data berupa tes digunakan untuk mengetahui perkembangan
kemampuan subyek dalam mewarnai. Hasil tes ini digunakan sebagai
kelengkapan data penelitian.
b Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab antar pewawancara dan orang yang
diwawancarai. Sesuai yang dikemukakan oleh Bungin (2010: 108) bahwa:
24
Eli Wibawati, 2013
Teknik pengumpulan data berupa wawancara digunakan untuk mengetahui latar
belakang kemampuan subyek dalam mewarnai dan perilaku mengisap jarinya.
Hasil wawancara ini digunakan sebagai kelengkapan data penelitian.
c Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan
menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra
lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Bungin (2010:115)
mengemukakan bahwa “observasi adalah kemampuan seorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indra mata serta dibantu
panca indra lainnya”. Menurut Arikunto (2010: 200) observasi dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu:
1) Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.
2) Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.
Observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi sistematis karena
menggunakan instrumen pengamatan pada saat observasi. Teknik pengumpulan
data berupa observasi atau pengamatan ini digunakan untuk mengetahui
frekuensi subyek mengisap jari selama 60 menit.
F. Analisis Data
Penelitian dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari suatu
intervensi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari suatu intervensi,
maka dilakukan pengamatan dengan membandingkan hasil subjek penelitian
pada waktu sebelum, selama, dan sesudah mendapatkan intervensi. Setelah
semua data terkumpul, kemudian data diolah dan dianalisis agar diperoleh
gambaran secara jelas tentang hasil intervensi dalam jangka waktu tertentu.
Penggunaan grafik dalam penyajian data memiliki dua tujuan utama, seperti
25
Eli Wibawati, 2013
a. Untuk membantu mengorganisasikan data sepanjang proses pengumpulan data yang nantinya akan mempermudah untuk mengevaluasi.
b. Untuk memberikan rangkuman data kuantitatif serta mendeskripsikan target behavior yang akan membantu dalam proses menganalisis hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Menurut Sunanto et al (2005: 37) terdapat beberapa komponen penting dalam
penyajian data berbentuk grafik, yaitu:
a. Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang
menunjukkan satuan untuk variabel bebas (misalnya sesi, hari, tanggal). b. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan
satuan untuk variabel terikat (misalnya persen, frekuensi, durasi).
c. Titik Awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y
sebagai titik awal satuan variabel bebas dan terikat.
d. Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan
ukuran (misalnya 0%, 25%, 50%, 75%).
e. Label Kondisi yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi
eksperimen misalnya baseline atau intervensi.
f. Garis Perubahan Kondisi yaitu garis vertikal yang menunjukkan adanya
perubahan kondisi ke kondisi lainnya.
g. Judul Grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera
diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.
Grafik 3.1. Disain A-B-A
Setelah data di lapangan diperoleh, selanjutnya data tersebut divisualisasikan
ke dalam bentuk grafik yang dilanjutkan dengan menganalisis data tersebut.
26
Eli Wibawati, 2013
a. Analisis Data dalam Kondisi
Analisis data dalam kondisi adalah menganalisis perubahan data dalam suatu
kondisi misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi, sedangkan komponen
yang akan dianalisis adalah sebagai berikut.
1) Panjang Kondisi
Menurut Sunanto et al (2006: 96) “panjangnya kondisi dilihat dari
banyaknya data point atau skor setiap kondisi.” Panjang kondisi ini menggambarkan banyaknya sesi pada setiap kondisi.
2) Kecenderungan Arah
Menurut Sunanto et al (2006: 68) “kecenderungan arah digambarkan oleh
garis lurus yang melintasi semua data dalam suatu kondisi dimana banyak data
yang berada di atas dan di bawah garis tersebut sama banyak.” Menentukan
estimasi kecenderungan arah menggunakan metode middle. Metode
split-middle adalah menentukan kecenderungan arah grafik berdasarkan median data
poin nilai ordinatnya (Sunanto et al, 2005: 98). Langkah-langkah untuk
menentukan kecenderungan arah dengan menggunakan metode split-middle
adalah sebagai berikut.
a) Membagi data menjadi dua bagian yaitu bagian kanan dan bagian kiri.
b) Membagi data bagian kanan dan bagian kiri masing-masing menjadi dua
bagian.
c) Menentukan posisi median dari masing-masing belahan.
d) Menarik garis sejajar dengan absis yang menghubungkan titik temu
antara median data bagian kanan dan data bagian kiri.
3) Tingkat Stabilitas
Menurut Sunanto et al (2006: 68) “tingkat stabilitas menunjukkan tingkat
27
Eli Wibawati, 2013 4) Jejak Data
Menurut Sunanto et al (2006: 70) “jejak data merupakan perubahan dari
data satu ke data lain dalam suatu kondisi.” Terdapat tiga kemungkinan dalam
jejak data ini yaitu menaik, menurun, dan mendatar. Menentukan kecenderungan
jejak data sama dengan menentukan estimasi kecenderungan arah.
5) Rentang
Menurut Sunanto et al (2006: 70) “rentang dalam sekelompok data pada
suatu kondisi merupakan jarak antara data pertama dengan data terakhir.”
6) Tingkat Perubahan
Menurut Sunanto et al (2006: 70) “tingkat perubahan data dalam suatu
kondisi merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir.” Langkah -langkah untuk menentukan tingkat perubahan adalah sebagai berikut.
a) Menentukan data point pertama dan data point terakhir dalam suatu
kondisi.
b) Kurangi data point yang besar dengan data point yang kecil.
c) Tentukan apakah selisihnya menunjukkan arah membaik atau memburuk
sesuai dengan tujuan intervensi.
b. Analisis Data antar Kondisi
Analisis data antar kondisi adalah perubahan data antar kondisi, misalnya dari
kondisi baseline ke kondisi intervensi. Komponen-komponen analisis antar
kondisi meliputi:
1) Variabel yang diubah
Analisis data antar kondisi sebaiknya difokuskan pada satu variabel terikat
dan ditekankan pada efek intervensi terhadap perilaku sasaran.
2) Perubahan kecenderungan arah dan efeknya
Menurut Sunanto et al (2006: 72) “perubahan kecenderungan arah grafik antar
28
Eli Wibawati, 2013
(target behavior) yang disebabkan oleh intervensi.” Perubahan kecenderungan
arah dan efeknya ditentukan dengan cara mengambil data estimasi
kecenderungan arah pada analisis visual dalam kondisi.
3) Perubahan stabilitas dan efeknya
Menurut Sunanto et al (2006: 73) “sabilitas data menunjukkan tingkat
kestabilan perubahan dari serentetan data.” Perubahan stabilitas dapat ditentukan dengan cara mengambil data kecenderungan stabilitas pada analisis
visual dalam kondisi.
4) Perubahan level data
Menurut Sunanto et al (2006: 73) “perubahan level data menunjukkan
seberapa besar data berubah.” Perubahan level data ini ditunjukkan dengan selisih antara data point terakhir dalam kondisi baseline dengan data point
pertama dalam kondisi intervensi.
5) Data yang Tumpang Tindih
Menurut Sunanto et al (2006: 72) “data yang tumpang tindih antara dua kondisi
adalah terjadinya data yang sama pada kedua kondisi tersebut.” Langkah-langkah untuk menentukan persentase overlap adalah dengan cara sebagai
berikut.
a) Melihat batas atas dan batas bawah pada kondisi baseline 1 (A1).
b) Menghitung banyaknya data pada fase intervensi (B) yang berada pada
rentang fase baseline 1 (A1).
c) Banyaknya data yang diperoleh pada langkah b dibagi banyaknya data
dalam fase intervensi (B) kemudian dikalikan 100%.
Jika data pada fase baseline 1 (A1) lebih dari 90% yang tumpang tindih pada
fase intervensi (B), ini berarti bahwa pengaruh intervensi terhadap target
51
Eli Wibawati, 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Peneliti melakukan penelitian terhadap salah satu aktivitas tangan yaitu
mewarnai untuk mengurangi perilaku mengisap jari. Berdasarkan hasil penelitian
di lapangan terhadap MP siswa kelas V SLB D YPAC Bandung diperoleh hasil
bahwa terdapat penurunan frekuensi mengisap jari setelah diberikan intervensi
yang berupa kegiatan mewarnai gambar bentuk geometri. Hasil dari penelitian
mewarnai gambar bentuk geometri dalam mengurangi perilaku mengisap jari
menunjukkan kefektivitasannya. Hasil penelitian menunjukkan adanya
penurunan frekuensi mengisap jari ini dibuktikan dengan adanya penurunan
frekuensi rata-rata mengisap jari subjek pada kondisi baseline 1 (A1), intervensi
(B) dan baseline 2 (A2). Frekuensi rata-rata MP mengisap jari pada kondisi
baseline 1 (A1) sebesar 22 yang menurun pada kondisi intervensi (B) sebesar 19
dan menurun kembali pada kondisi baseline 2 (A2) sebesar 16,25. Selain itu juga,
estimasi kecenderungan arah pada kondisi intervensi (B) dan baseline 2 (A)
menunjukkan kecenderungan arah menurun. Persentase data overlap sebesar 0%
yang berarti adanya pengaruh dari kegiatan intervensi ini terhadap target
behavior.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah mewarnai gambar bentuk geometri
efektif dalam mengurangi perilaku mengisap jari pada peserta didik cerebral
palsy athetoid di SLB D YPAC Bandung. Hasil kesimpulan ini juga sekaligus
menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini setelah diketahui bahwa
mewarnai gambar bentuk geometri efektif untuk mengurangi perilaku mengisap
jari pada peserta didik cerebral palsy athetoid di SLB D YPAC Bandung. Selain
itu, konsentrasi subyek meningkat ketika frekuensi mengisap jari berkurang. Hal
ini terlihat dari hasil mewarnai yang semakin baik setiap sesinya. Grafik hasil
52
Eli Wibawati, 2013 B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian terhadap perilaku mengisap jari pada salah satu
peserta didik di SLB D YPAC Bandung, maka peneliti menyarankan kepada:
1. Sekolah
Berdasarkan hasil penelitian, khususnya yang berkaitan dengan
penurunan perilaku mengisap jari, sebaiknya sekolah menyiapkan lingkungan
yang kondusif. Lingkungan kondusif yang dimaksud adalah lingkungan yang
tidak terlalu banyak benda-benda disekitarnya karena hal ini akan membuat
konsentrasi peserta didik terpecah serta lingkungan yang memungkinkan untuk
peserta didik melakukan eksplorasi lingkungannya. Selain itu, perlunya variasi
kegiatan aktivitas tangan untuk membantu peserta didik mengurangi perilaku
mengisap jarinya misalnya dengan permainan, melipat atau meronce.
2. Orang Tua
Kepada orang tua hendaknya upaya penanggulangan perilaku mengisap
jari yang telah dilakukan di sekolah diteruskan di rumah sehingga peserta didik
terbiasa dengan kondisi demikian dan perilaku mengisap jari dapat berkurang.
3. Peneliti Selanjutnya
Apabila ingin melanjutkan penelitian maka dapat memberikan intervensi
variasi kegiatan aktivitas tangan. Pengkondisian waktu serta lokasi penelitian
perlu lebih diperhatikan agar tujuan dari intervensi menjadi lebih baik. Selain itu,
diperlukannya bentuk-bentuk pengalihan baru agar memberikan pengaruh
53
Eli Wibawati, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Akatsuki, Z. Z. (2011). Askep Klien Dengan Cerebral Palsy. [Online]. Tersedia:h- ttp://akatsuki-ners.blogspot.com/2011/02/askep-klien-dengan cerebral pal- sy.html [03 Maret 2013]
Alamsyah, Y.W. dan Wulanike, S. (2011). Ayo Mewarnai dengan Pensil Warna. Yogyakarta: ANDI.
Amrie.(2011).Cerebral Palsy. [Online]. Tersedia:http://amriemanthovanie.blogsp ot.com/2011/02/cerebral palsy.html [08 April 2012]
Arifien. Koko K. (2009). Menggambar dengan Pensil Warna. Bandung: Yrama Widya
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rin- eka Cipta.
Aziz, R. U. (2006). Jangan Biarkan Anak Kita Tumbuh dengan Kebiasaan Buruk. Solo: Tiga Serangkai.
Bungin, B. (2010). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.
BSNP. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa Sedang (SDLB-D1). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Ilma, dkk.(2009).Asuhan Keperawatan Anak Dengan Cerebral Palsy. [Online]. T ersedia:http://viasyasivaelfira.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan anak-dengan-cerebral.html [08 April 2012]
Junior, D. (2012). Little Einstein: Belajar Warna dan Bentuk. Mahameru: Erlang- ga.
Kuswanto. (2011). Menggambar Bentuk. [Online]. Tersedia:http://teknologi/men ggambarbentuk/&q=bentuk+geometri+adalah&sa=X&eiDSUaqN14vRrQ g10D4CQ&ved=OCCwQFjAH [06 Februari 2013]
Masyhuri dan Zainuddin, M. (2008). Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Bandung: Refika Aditama.
54
Eli Wibawati, 2013
Robins, D. (2007). Menggambar dan Membuat Sketsa. Solo: Tiga Serangkai.
Sugiarmin, M. dan Muslim, A.T. (1996). Ortopedi Dalam Pendidikan Anak Tuna- daksa. Jakarta: Depdikbud.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualita- tif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sunanto, J., Takeuchi, K. dan Nakata, H. (2005). Pengantar Penelitian dengan Subjek Tunggal. Japan: University Of Tsukuba.
Susetyo, B. (2012). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama.
Tim Parents Guide. (2012). Growing Up Usia 3-4 Tahun. Solo: Tiga Serangkai.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1995). Ka- mus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka,