BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Simtom ansietas dan depresi pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 dialisis
Ansietas dan depresi sering bertumpang tindih, hal ini terkait
dengan simtom-simtom yang dialami yaitu, masalah tidur, simtom
psikomotor serta kelelahan/fatique. Sekitar 45% pasien dengan gangguan
ansietas juga mempunyai gangguan depresi, dan sekitar 40% pasien
dengan depresi juga dijumpai memiliki gangguan ansietas. 12
Ansietas adalah bagian dari suatu mekanisme yang dikembangkan
untuk menghadapi situasi yang tidak sesuai. Respons ansietas dapat
diartikan sebagai bagian dari sistem alarm otak yang menyala pada saat
merasakan bahaya. Karakteristik dari respons termasuk penghindaran,
kewaspadaan yang berlebih, dan peningkatan arousal yang ditujukan
untuk menghindari bahaya. Tetapi pada beberapa individu, mekanisme ini
terlalu aktif. Alarm menyala terlalu sering, tidak dapat dihentikan meskipun
keadaan aman.13
Pengalaman ansietas memiliki dua komponen: kesadaran adanya
sensasi fisiologis, (seperti palpitasi dan berkeringat) dan kesadaran
sedang gugup atau ketakutan. Perasaan malu mungkin memperberat
ansietas. Disamping efek motorik dan visceral, ansietas juga
menghasilkan kebingungan dan distorsi dari persepsi, tidak hanya dari
waktu dan ruang tetapi juga pada orang dan arti peristiwa. Distorsi
tersebut dapat mengganggu belajar dengan menurunkan kemampuan
memusatkan perhatian, menurunkan daya ingat, dan mengganggu
kemampuan untuk menghubungkan satu hal dengan hal yang lain, untuk
membuat suatu hubungan.14
Orang-orang dengan depresi tidak semua mengalami simtom yang
sama. Keparahan, frekuensi dan durasi dari simtom bervariasi tergantung
individunya. Simtom depresi termasuk, sedih yang persisten, perasaan
hampa atau pesimis, perasaan bersalah, gelisah, kehilangan minat pada
aktivitas atau hobi yang sebelumnya menyenangkan, mudah lelah,
penurunan energi, sulit konsentrasi, insomnia, kehilangan selera makan,
berpikir untuk bunuh diri atau mencoba bunuh diri, nyeri yang persisten,
sakit kepala, kram atau masalah pencernaan yang tidak berkurang
meskipun diobati.15
Covinsky dan kawan-kawan (1999), berspekulasi bahwa penurunan
kognisi yang disebabkan oleh depresi mungkin menyebabkan penurunan
ketrampilan beradaptasi dalam menghadapi penyakit, dan simtom afektif
berhubungan dengan depresi dapat mempengaruhi hubungan dengan
teman atau keluarga yang menolong. Mungkin juga mekanisme secara
biologi dapat menjelaskan hubungan ini. Sebagai contoh, stres psikologi
berhubungan dengan lamanya penyembuhan luka dan peningkatan
Pasien yang menjalani terapi hemodialisis berusaha untuk
menghadapi masalahnya dengan berbagai cara. Mereka menggunakan
berbagai strategi untuk mengatasi masalah yang timbul berhubungan
dengan penyakit dan terapinya. Seperti menerima sebagai bagian hidup,
berharap terapi ini tidak permanen. Dalam hal ini pasien juga
membutuhkan dukungan dari keluarga, teman, dan orang lain.
Keterbatasan fisik dapat menjadi beban psikologis pada pasien
hemodialisis. 17
Hemodialisis adalah suatu prosedur yang menyokong hidup untuk
pengobatan pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5. Terapi dialisis
jangka panjang, bagaimanapun membutuhkan waktu yang banyak, mahal,
dan membutuhkan kepatuhan terhadap regimen terapi, seperti
pembatasan cairan dan makanan. Hal ini juga berpengaruh terhadap
hilangnya kebebasan, ketergantungan pada pengasuh, mengganggu
hubungan perkawinan, keluarga dan kehidupan sosial, mengurangi atau
kehilangan pendapatan.18
Pasien hemodialisis tidak hanya menghadapi stresor yang
berhubungan dengan pengobatan, tetapi juga harus bisa mengubah
konsep atas diri dan kepercayaan diri, perubahan aturan dalam keluarga
dan kehilangan martabat. Ansietas adalah salah satu respons emosi
terhadap kondisi yang dialami ini.17
Mesin hemodialisis adalah penting pada pasien yang menjalani
kemana-mana untuk waktu yang lama, karena mereka harus ke rumah
sakit atau pusat hemodialisis untuk pengobatan.17
2.2. Penyakit ginjal kronik 2.2.1. Definisi
Penyakit ginjal kronik didefinisikan sebagai suatu abnormalitas dari
struktur atau fungsi ginjal yang terjadi selama 3 bulan atau lebih yang
mempunyai implikasi terhadap kesehatan. Kriteria dari kerusakan ginjal
termasuk : albuminuria > 30 mg/hari, kelainan sedimen urin (contoh,
hematuria), elektrolit dan kelainan lain yang berhubungan dengan
gangguan tubular, kelainan yang dijumpai melalui pemeriksaan histologi,
kelainan sruktur yang dijumpai melalui pencitraan, riwayat transplantasi
ginjal dengan penurunan laju Filtrasi Glomelurus (LFG), LFG < 60
mL/min/1.73 m2.18
2.2.2. Klasifikasi penyakit ginjal kronik
Klasifikasi penyakit ginjal kronik berdasarkan pada penyebab, Laju
Filtrasi Glomelurus dan albuminuria. Menentukan penyebab berdasarkan
ada atau tidak adanya penyakit sistemik dan bagian yang diperiksa atau
Tabel 2.2 Kriteria dari laju filtrasi glomerular (LFG).18
Kategori GFR (ml/min/1.73 m) keterangan
G1 >90 Normal atau tinggi
G2 60-89 sedikit menurun
G3a 45-59 penurunan ringan sampai
Sedang
G3b 30-44 penurunan sedang sampai
berat
G4 15-29 penurunan berat
G5 <15 gagal ginjal (tambahkan D
Jika diterapi dengan dialisis)
2.2.3. Etiologi
Banyak faktor yang berperan dengan terjadinya penyakit ginjal
kronik, diantaranya adalah: 19
• Kelompok yang beresiko tinggi : hubungan keluarga derajat
pertama dengan pasien penyakit ginjal kronik, polycystic kidney
disease.
• Penyakit yang memiliki resiko terhadap gagal ginjal: diabetes,
hipertensi, potassium deficiency, glomelural diseases.
• Perilaku dan riwayat penyakit: pengguna analgetik yang kronis,
orang yang menggunakan litium dalam jangka waktu yang lama,
2.2.4. Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik
Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik sangat beragam, yaitu
terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya, pencegahan dan terapi
terhadap kondisi komorbid, memperlambat perburukan fungsi ginjal,
pencegahan dan terapi terhadap komplikasi, dan terapi pengganti ginjal
berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Terapi pengganti ginjal dilakukan
pada penyakit ginjal kronik stadium 5 atau gagal ginjal.18
2.3. Hemodialisis
Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang
menggunakan alat khusus dengan tujuan mengeluarkan toksin uremik dan
mengatur cairan, elektrolit tubuh.17 Volume cairan yang dikeluarkan
sangat tergantung pada tolerabilitas pasien, tujuannya adalah mencegah
edema paru dan untuk mengontrol tekanan darah.18
Hemodialisis dilakukan apabila LFG <15mL/menit/1,73m2, dan
sebelum dilakukan dialisis ada beberapa faktor yang harus diperhatikan,
antara lain: gejala subjektif, parameter objektif, evaluasi dan
penatalaksanaan komorbid, waktu untuk memulai, status sosial ekonomi,
budaya.18
Dialisis didefenisikan sebagai difusi molekul dalam larutan melalui
membran semipermeabel karena perbedaan konsentrasi elektrokimia.
Tujuan utama hemodialisis adalah memulihkan kondisi cairan intraselular
terlaksana melalui transportasi zat seperti urea dari darah ke dialysate dan
mentransportasikan zat seperti bikarbonat dari dialysate ke darah.
Konsentrasi zat serta berat molekulnya merupakan penentu utama laju
difusi. Molekul kecil seperti urea terdifusi dengan cepat sementara molekul
yang lebih besar seperti fosfat, ᵝ2-microglubulin, dan albumin dan protein
seperti p-cresol, berdifusi lebih lambat. Selain proses difusi zat-zat dapat
lewat melalui lobang di dalam membran yang didorong oleh perbedaan
tekanan hidrostatik atau osmotik, proses ini disebut sebagai ultrafiltrasi.
Selama proses ultrafiltrasi tidak terjadi perobahan konsentrasi zat, tujuan
utamanya adalah mengeluarkan kelebihan cairan total tubuh. Melalui
penggantian fungsi ekskresi ginjal, dialisis dimaksudkan untuk
menghilangkan simtom yang kompleks yang dikenal sebagai sindrom
uremik.20
Komponen yang penting dari hemodialisis adalah waktu terapi,
yang biasanya sekitar 4 jam. Beberapa pusat hemodialisis yang memiliki
pasien yang lebih sedikit melakukan terapi dengan frekuensi yang lebih
sering. Hemodialisis sekarang ini lebih aman, dan kematian yang
berhubungan langsung dengan prosedur dialisis adalah jarang.20
2.4. Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS)
Hospital anxiety and depression scale (HADS) dikembangkan oleh
Zigmond dan Snaith pada tahun 1983 untuk mengindentifikasi kasus
diantara pasien nonpsikiatrik di rumah sakit. Dibagi menjadi anxiety
subscale (HADS-A) dan depression subscale (HADS-D), Masing-masing
terdiri dari 7 item.21
Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) biasanya
memerlukan waktu 2 hingga 5 menit untuk diselesaikan. Penting untuk
mengingatkan responden untuk membaca dengan memahami kalimat
demi kalimat dari kuesioner tersebut. Hal ini juga memberikan kesempatan
untuk menjelaskan tujuan dari kuesioner tersebut dan menjamin semua
informasi klinis tersebut adalah rahasia guna membantu dokter untuk
menolong mereka.22
Partisipan diminta untuk melengkapi skala dengan menilai
bagaimana perasaan mereka pada minggu yang lalu menggunakan 4
skala poin, berkisar antara 0 sampai 3 (0: tidak ada simtom, 3: simtom
berat). Skor yang lebih tinggi mengindikasikan simtom ansietas dan
2.5. Kerangka konsep
Pasien penyakit ginjal kronis stadium 5 dialisis
Simtom ansietas dan depresi