• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIMTOM ANSIETAS DAN DEPRESI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM 5 DIALISIS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN T E S I S O L E H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SIMTOM ANSIETAS DAN DEPRESI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM 5 DIALISIS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN T E S I S O L E H"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

SIMTOM ANSIETAS DAN DEPRESI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM 5 DIALISIS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

T E S I S

O L E H

RITHA MARIATI SEMBIRING 107106007

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA MEDAN

2013

(2)

SIMTOM ANSIETAS DAN DEPRESI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM 5 DIALISIS DI RSUP

H. ADAM MALIK MEDAN

TESIS

OLEH :

RITHA MARIATI SEMBIRING 107106007

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2013

(3)

SIMTOM ANSIETAS DAN DEPRESI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM 5 DIALISIS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik di Bidang Ilmu Kedokteran Jiwa / M. Ked (KJ) pada Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara

RITHA MARIATI SEMBIRING 107106007

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK – SPESIALIS ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2013

(4)

Judul Penelitian : Simtom Ansietas dan Depresi pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Stadium 5 Dialisis di RSUP H. Adam Malik Medan Nama Mahasiswa : Ritha Mariati Sembiring

Nomor Induk Mahasiswa : 107106007

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Ilmu Kedokteran Jiwa

Menyetujui :

Komisi Pembimbing :

NIP. 19640102 198901 1 002 dr. Dapot P Gultom, SpKJ, M.Kes

Ketua Program Studi Magister Ketua TKP-PPDS Kedokteran Klinik

Prof.Dr.H.ChairuddinP.Lubis,DTMH&H,SpA(K) dr.H.ZainuddinAmir,M.Ked.Paru,SpP(K NIP: 95406201980111001

)

(5)

Telah diuji pada

Tanggal : 23 Desember 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : dr. Dapot P Gultom, Sp.KJ, M. Kes ...

Anggota : Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K) ...

dr. Harun T Parinduri, Sp.KJ (K) ...

dr. Elmeida Effendy, M. Ked (KJ), Sp.KJ ...

Tanggal Lulus : 23 Desember 2013

(6)

PERNYATAAN

SIMTOM ANSIETAS DAN DEPRESI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM 5 DIALISIS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis mengacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar rujukan.

Medan, Desember 2013

RITHA MARIATI SEMBIRING

(7)

UCAPAN TERIMAKASIH

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya maka penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama mengikuti Program Magister Klinik - Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara, dan Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Elmeida Effendy, M.Ked(KJ), Sp.KJ, selaku Ketua Program Studi PPDS-I Psikiatri FK USU, sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dan memberi masukan-masukan yang berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

3. Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ(K), sebagai guru penulis yang banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan dan

(8)

masukan-masukan yang berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

4. dr. Mustafa Mahmud Amin, M.Ked(KJ), M.Sc, Sp.KJ, selaku guru penulis, yang banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis selama penulis mengikuti Program magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

5. dr. H Harun Taher Parinduri, Sp.KJ(K), selaku guru penulis, yang banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

6. (Alm).Prof. dr. H. Syamsir BS, Sp.KJ(K), selaku guru penulis, yang banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis selama penulis mengikuti Program magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

7. Prof. dr. H. M. Joesoef Simbolon, Sp.KJ(K), selaku guru penulis, yang banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis selama penulis mengikuti Program magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

8. dr. Vita Camelia, M.Ked(KJ), Sp.KJ, sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan dan buku- buku bacaan yang berharga selama penulis mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

(9)

9. dr. Muhammad Surya Husada, M.Ked(KJ), Sp.KJ, selaku guru penulis, yang banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

10. Dr. Salli Roseffi Nst, Sp.PD, KGH sebagai konsultan penulis dalam penyusunan tesis ini yang penuh kesabaran dan perhatian telah, mengarahkan, memberikan dorongan dan masukan-masukan yang berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

11. dr. Dapot Parulian Gultom, Sp.KJ, M.Kes, sebagai guru dan pembimbing penulis dalam penyusunan tesis ini yang penuh kesabaran dan perhatian, membimbing, mengarahkan dan memberikan dorongan serta masukan–

masukan yang berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

12. dr. Juskitar, Sp.KJ, sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan dan buku- buku bacaan yang berharga selama penulis mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

13. dr. Herlina Ginting, Sp.KJ, sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan selama penulis mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

14. dr. Mawar Gloria Tarigan, Sp.KJ, sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan selama penulis mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

(10)

15. dr. Freddy S. Nainggolan, Sp.KJ, sebagai Pembimbing akademik dan guru yang telah banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan, serta literatur-literatur yang berharga selama penulis mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

16. dr. Donald F. Sitompul, Sp.KJ, dr. Hj. Sulastri Effendi, Sp.KJ, dr Rosminta Girsang, Sp.KJ, dr. Artina R. Ginting, Sp.KJ, dr. Mariati, Sp.KJ, dr. Evawati Siahaan, Sp.KJ, dr. Paskawani siregar, Sp.KJ, dan dr. Citra J. Tarigan, Sp.KJ, dr. Vera RB. Marpaung, Sp.KJ dan dan dr. Machnizar S, Sp.KJ sebagai senior yang telah memberikan semangat dan dorongan selama penulis mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

17. dr. Adhayani Lubis, Sp.KJ dr. Yusak P. Simanjuntak, Sp.KJ, dr. Juwita Saragih, Sp.KJ, dr. Friedrich Lupini, Sp.KJ, dr. Rudyhard E. Hutagalung, Sp.KJ, dr. Laila Sari, Sp.KJ, dr. Evalina Perangin-Angin, Sp.KJ, dr. Victor Eliezer P, Sp.KJ, dr. Siti Nurul Hidayati, Sp.KJ, dr. Lailan Sapinah, Sp.KJ, dr. Silvy Agustina Hasibuan, Sp.KJ, dr. Ira Aini Dania, M.Ked(KJ), Sp.KJ, dr. Mila Astari Harahap, M.Ked(KJ), SP.KJ, dr. Baginda Harahap, M.Ked(KJ), Sp.KJ, dr. Ricky Wijaya Tarigan, M.Ked(KJ), Sp.KJ, sebagai senior yang banyak memberikan bimbingan, dorongan dan semangat kepada penulis selama mengikuti program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

18. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Direktur BLUD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan, Direktur Rumah

(11)

Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan, Direktur Rumah Sakit Putri Hijau Medan, atas izin kesempatan dan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk belajar dan bekerja selama penulis mengikuti Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

19. Rekan-rekan sejawat peserta PPDS-I Psikiatri FK USU: dr. Herny Taruli Tambunan, M.Ked(KJ), dr. Muhammad Yusuf, M.Ked(KJ), dr. Superida Ginting Suka, M.Ked(KJ), dr. Lenni Crisnawati Sihite, M.Ked(KJ), dr.

Saulina Dumaria Simanjuntak, M.Ked(KJ), dr. Hanip Fahri, M.Ked(KJ), dr.

Ferdinan Leo Sianturi, M.Ked(KJ), dr. Andreas Xaverio Bangun, M.Ked(KJ), dr .Tiodoris Siregar, M.Ked(KJ), dr. Endang Sutry Rahayu, dr.

Dian Budianti Amalina, M.Ked(KJ), dr. Duma M. Ratnawati, M.Ked(KJ), dr.

Nauli Aulia Lubis, M.Ked(KJ), dr. Nanda Sari Nuralita, M.Ked(KJ), dr.Wijaya Taufik Tiji, M.Ked(KJ), dr. Alfi Syahri Rangkuti, M.Ked(KJ), dr.

Agussyah Putra, M.Ked(KJ), dr. Rini Gusya Liza, M.Ked(KJ), dr. Gusri Girsang, M.Ked(KJ), dr. Dessi Wahyuni, dr. Reny Fransiska Barus, dr.

Susiati, dr. Anisa Fransiska, dr. Dessy Mawar Zalia, M.Ked(KJ), dr. Nazli Mahdinasari Nasution, dr. Andi Syahputra Siregar, dr. Nining Gilang Sari, M.Ked(KJ), dr. Rosa Yunilda, dr. Arsusy Widyastuty, dr. Poltak Jeremias Sirait, dr. Novi Prasanti, dr. Deasy Hendriati, dr. Muhammad Affandi, dr.

Manahap Cerarius F Pardosi, dr. Rona Hanani Simamora, dr. Endah Tri Lestari, dr. Catherine, dr. Novita Linda Akbar, dr. Trisna Marni, yang banyak memberikan masukan berharga kepada penulis melalui diskusi- diskusi kritis dalam berbagai pertemuan formal maupun informal, serta

(12)

selalu memberikan dorongan-dorongan yang membangkitkan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

20. Para perawat dan pegawai di berbagai tempat dimana penulis pernah bertugas selama menjalani pendidikan spesialis ini, serta berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

21. Teman-teman di layanan digital perpustakaan USU : Evi Yulifimar, S.Sos, Yuli Handayani, S.Sos , Diana Hartati, S.Sos, M. Salim A.Md, Ainul, dan Zuraida yang telah membantu saya dalam menyelesaikan tugas selama mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

22. Kedua orang tua yang sangat penulis hormati dan sayangi, B. Sembiring BA dan Dra. C. br Bukit yang dengan penuh kesabaran, cinta serta kasih sayangnya telah membesarkan, memberikan dorongan, dukungan dalam segala hal kepada penulis, serta doa restu sejak lahir hingga saat ini.

23. Kedua mertua yang penulis hormati dan sayangi, P. Sitanggang dan R.br Limbong yang banyak memberikan semangat dan doa kepada penulis selama menjalani program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

24. Seluruh saudara kandung saya, Alexander Mesah Sembiring, SE, Irwan Harianto Sembiring, ST, Sri Erniwaty Rosdiana Sembiring, SE, dan Ivan

(13)

Susanta Sembiring, S.Komp, yang telah banyak memberikan semangat dan doa kepada penulis selama menjalani Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

25. Buat suami tercinta, Laksana Umanda Sitanggang ST, MT dan anakku tersayang Benedict Christian Sitanggang dan Deven Zie Manuela Sitanggang, Joy dan Yovela, terima kasih atas segala doa dan dukungan, kesabaran dan pengertian yang mendalam serta pengorbanan atas segala waktu dan kesempatan yang tidak dapat penulis habiskan bersama-sama dalam sukacita dan keriangan selama penulis menjalani Magister Kedokteran Klinik Spesialis dan menyelesaikan tesis ini. Tanpa semua itu, penulis tidak akan mampu menyelesaikan Program Magister Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa dan tesis ini dengan baik.

Akhirnya penulis hanya mampu berdoa dan memohon semoga Tuhan Yang Maha Pengasih memberikan rahmat-Nya kepada seluruh keluarga, sahabat, dan handai tolan yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, penulis ucapkan terimakasih.

Medan, Desember 2013

Ritha Mariati Sembiring

(14)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

A : Ansietas

D : Depresi

HADS : Hospital Anxiety and Depression Scale

HD : Hemodialisa

LFG : Laju Filtrasi Glomelurus

n : Jumlah sampel

PGK : Penyakit ginjal kronik PTT : Pegawai Tidak Tetap PNS : Pegawai Negeri Sipil SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama SMA : Sekolah Menengah Atas

S1 : Strata 1

S2 : Strata 2

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat Zα : Tingkat kepercayaan

Zβ : Kekuatan

< : Lebih Kecil Dari

> : Lebih Besar Dari

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

(15)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Pembimbing ... i

Ucapan Terima Kasih ... iv

Daftar Singkatan dan Lambang ... xi

Daftar Isi ... xii

Daftar Tabel ... xiv

Daftar lampiran... xv

Abstrak ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Simtom ansietas dan depresi pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 dialisis ... 8

2.2. Penyakit ginjal kronik ... 11

2.3. Hemodialisis... ... 13

2.4. Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) . 14 2.5. Kerangka konsep... 16

(16)

BAB III METODOLOGI ... 17

3.1. Desain penelitian ... 17

3.2. Tempat dan waktu penelitian ... 17

3.3. Populasi penelitian ... 18

3.4. Sampel dan cara pengambilan sampel ... 18

3.5. Perkiraan besar sampel ... 18

3.6. Etika penelitian ... 19

3.7. Cara kerja penelitian ……… ... 19

3.8. Kerangka kerja ... 21

3.9. Definisi Operasional ... 22

3.10. Cara pengumpulan Data ... 24

3.11. Rencana pengolahan dan penyajian data ... . 25

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 26

BAB V PEMBAHASAN ... 38

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

DAFTAR RUJUKAN ... 43

(17)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.2 : Kriteria dari laju filtrasi glomerular (LFG) ... 12 2. Tabel 4.1 : Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan

Karakteristik demografik ... 27 3. Tabel 4.2 : Distribusi subjek penelitian berdasarkan

lama hemodialisis ... 28 3. Tabel 4.3 : Distribusi subjek penelitian berdasarkan

skor HADS–A ... 31 4. Tabel 4.4 : Distribusi subjek penelitian berdasarkan

skor HADS-D ... 33 5. Tabel 4.5 : Distribusi subjek penelitian yang mengalami

campuran simtom ansietas dan depresi ... 35 6. Tabel 4.6 : Rekapitulasi subjek penelitian berdasarkan

skor HADS-A ... 36 7. Tabel 4.7 : Rekapitulasi subjek penelitian berdasarkan

skor HADS-D ... 37

(18)

Daftar Lampiran

1. Jadwal penelitian

2. Surat Persetujuan Komite Etik

3. Lembar Penjelasan kepada calon subjek penelitian 4. Lembar Persetujuan berpartisipasi

5. Data penelitian Pasien 6. Riwayat Hidup Peneliti

7. Lembar Kuesioner Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS)

8. Data subjek penelitian

(19)

ABSTRAK

Latar belakang: Di Indonesia, sekitar 200 pasien per satu juta populasi mengalami penyakit ginjal kronik, sebagian besar memerlukan terapi hemodialis. Hemodialisis merupakan proses penuh stres dan diikuti berbagai masalah psikologi dan sosial yang bisa menyebabkan gangguan mental pasien. Johnson dan Dwyer (2008) melaporkan bahwa lebih dari 70% pasien hemodialisis memiliki simtom ansietas atau depresi.

Metode penelitian: Penelitian penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional study, pengambilan sampel menggunakan teknik non probability sampling jenis consecutive sampling. Tempat penelitian: Instalasi Hemodialisa RSUP.H. Adam Malik Medan. Waktu penelitian: 25 Maret -6 April 2013. Setiap pasien yang memenuhi kriteria inklusi diikutsertakan dalam penelitian kemudian diminta mengisi data demografik dan lama hemodialisis. Penilaian simtom ansietas dan depresi dilakukan dengan menggunakan kuesioner Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS).

Hasil : Berdasarkan skor HADS-A dari seluruh subjek penelitian simtom ansietas sebanyak 34 orang (42%), borderline 25 orang (30,9%), lama hemodialisis 1-12 bulan sebanyak 28 orang, berdasarkan skor HADS-D simtom depresi sebanyak 31 orang (38,3%), borderline 43 orang (53,1%), normal 7 orang (8,6%), lama hemodialisis 1-12 bulan 10 orang.

Kesimpulan: Simtom ansietas dan depresi terbanyak dijumpai pada lama menjalani terapi hemodialis antara 1-12 bulan.

Kata kunci: Penyakit ginjal kronik stadium 5 dialisis, hemodialisis, simtom ansietas dan depresi, Hospital anxiety and depression scale (HADS).

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit ginjal dapat dijumpai di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, hampir 100,000 penduduk pada tahun 2001, menjalani renal replacement therapy untuk penyakit ginjal stadium akhir, pada tahun 2008 angka ini

meningkat menjadi 485,000 pasien. Lebih dari 90% menjalani terapi hemodialisis. Di Korea, jumlah pusat dialisis terus meningkat, 62,1%

pasien yang mendapat renal replacement therapy diterapi dengan hemodialisis.1 Di Indonesia, sekitar 200 pasien per satu juta populasi mengalami penyakit ginjal kronik. Sebagian besar memerlukan renal replacement therapy untuk mempertahankan hidup. Hemodialisis adalah

yang paling sering digunakan sebagai renal replacement therapy di Indonesia.2

Pasien dengan penyakit kronik, seperti penyakit ginjal kronik memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap distres psikologi. Simtom psikologi tidak hanya memiliki dampak negatif terhadap kualitas hidup, tapi juga perjalanan dan prognosis dari penyakit tersebut, termasuk mortaliti, morbiditi dan pemanfaatan pelayanan. 3

Kejadian simtom psikiatri seperti ansietas, depresi dan penurunan kognitif sangat umum diantara pasien dengan penyakit ginjal kronik.

Beberapa penelitian telah menunjukkan dampak dari simtom ini pada

(21)

kualitas hidup pasien yang mengalami hemodialisis.4 Hemodialisis merupakan proses yang penuh stres dan diikuti berbagai masalah psikologi dan sosial yang justru bisa menyebabkan gangguan mental pasien.5

Menurut World Health Organization (WHO) ansietas adalah penyebab utama disabilitas di Amerika Serikat. Namun data mengenai tingkat ansietas pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis masih jarang. Satu penelitian di Turky menemukan bahwa terdapat 30%

gangguan ansietas pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis.6

Penelitian yang dilakukan oleh Sagduyu dan kawan-kawan (2006), menemukan 41,2% pasien yang menjalani terapi hemodialisis memiliki simtom depresi dan 11,8% ansietas.7

Walaupun telah banyak perkiraan mengenai prevalensi gangguan psikiatri pada pasien hemodialisis, perkiraan ini bisa salah yaitu terlalu rendah, karena pasien sering tidak mendatangi pelayanan kesehatan mental. Johnson dan Dwyer (2008) melaporkan bahwa lebih dari 70%

pasien hemodialisis memiliki simtom ansietas atau depresi, dan tidak diterapi karena mereka tidak mengakui simtom yang mereka alami atau tidak merasa bahwa mereka membutuhkan pengobatan untuk kondisi kesehatan mental mereka. Dokter dan perawat yang menangani dialisis yang bukan psikiatris sering tidak mengenali simtom tersebut sehingga tetap tidak terdiagnosa.8

(22)

Bayat dan kawan-kawan (2010) yang membandingkan simtom ansietas dan depresi diantara pasien dengan penyakit kronik yang berbeda, mendapatkan prevalensi lebih tinggi pada pasien yang menjalani kronik hemodialisis.3 Depresi pada pasien hemodialisis berhubungan dengan peningkatan frekuensi kunjungan ke rumah sakit dan lebih sering ke bagian emergensi.7

Penelitian yang dilakukan oleh Cukor dan kawan-kawan (2008), dari 70 orang subjek penelitian yang menjalani terapi hemodialisis, 45,7%

dijumpai gangguan ansietas.6

Ansietas membuat orang merasa tidak nyaman, takut, gugup dan khawatir, efek terhadap fisik dapat berupa nadi yang cepat, lesu, mudah marah dan keringat yang berlebih, hal ini sering terjadi pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis. Pasien hemodialisis sering cemas tentang kematian, juga tentang proses hemodialisis itu sendiri, takut jarum suntik, takut melihat darah mereka di luar tubuh, perasaan sakit, cemas berada diantara pasien lainnya yang mungkin lebih parah, bertanya-tanya apakah pengobatan akan bekerja seperti yang diharapkan. Merasa cemas akan semua hal ini adalah normal, untuk waktu yang tertentu karena manusia adalah makhluk yang mudah beradaptasi. Tetapi apabila perasaan cemas menetap terus menerus, maka diperlukan penanganan akan hal tersebut.9

Simtom depresi termasuk perasaan sedih, kehilangan selera makan, insomnia, sulit konsentrasi, kehilangan minat, kecenderungan untuk menjauh dari orang lain, ketidakinginan untuk terlibat dalam aktivitas

(23)

yang menyenangkan. Pasien sering menjadi putus asa dan kecewa karena harus menjalani hemodialisis. Seperti ansietas, perasaan depresi bisa berlangsung sebentar, tetapi bila menetap lebih dari beberapa minggu, maka hal tersebut perlu diantisipasi.9

Sareen dan kawan-kawan (2006) menetapkan gangguan ansietas sebagai faktor resiko tersendiri terhadap perilaku bunuh diri dan menunjukkan hubungan antara komorbiditi dari gangguan ansietas dan komorbid kondisi fisik, kualitas hidup yang rendah, dan kecacatan.

Hubungan antara terapi dialisis dengan tingkat ansietas yang dilaporkan pada 7 pasien yang menjalani hemodialisis pada tahun 1978 oleh Bodell dan kawan-kawan, melaporkan bahwa pasien lebih cemas pada hari hemodialisis, dan intensitas ansietas mereka meningkat pada saat sesi terapi dialisis berlangsung.6

Patel dan kawan-kawan (2012), mendapatkan dari 150 orang pasien yang diteliti, 46,6% mempunyai simtom depresi dan 33,3%

mempunyai simtom ansietas.10

Pasien dialisis berada dalam situasi bergantung pada mesin, suatu prosedur dan sekelompok profesional kesehatan sebagai sandaran hidupnya. Tidak ada kondisi medis lain yang memiliki tingkat ketergantungan untuk terapi maintenance dari penyakit kronik yang lain.

Dialisis sebagai satu prosedur penuh stres pada pasien, termasuk juga pembatasan yang ketat pada makanan dan minuman.11

(24)

Pasien gagal ginjal telah dikenal paling sering menyangkal penyakit psikiatri. Mereka sering merasa bahwa mereka sudah kebanyakan dokter, masalah lain adalah ketidakpatuhan terhadap terapi dan regimen pengobatan. Seperti ketika membuat janji untuk konsultasi, tapi tidak menjumpai dokter dan juga bisa menjadi marah pada staf di unit dialisis.

Pasien sering mengungkapkan kemarahannya karena merasa banyak orang hidup normal sementara mereka menderita dan menjalani prosedur medis yang berulang. Menyangkal kematian juga merupakan problem yang umum pada pasien ini. Profesional kesehatan mental sering dibutuhkan untuk konseling dan psikoterapi.11

Data dari Instalasi Hemodialisa RSUP H Adam Malik Medan, setiap bulannya lebih dari 150 orang pasien yang menjalani terapi hemodialisis. Diperkirakan angka tersebut akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya prevalensi penyakit ginjal kronik.

Mengingat prevalensi yang tinggi dari permasalahan ini, sangatlah penting bagi klinisi untuk mampu secara cepat mengidentifikasi pasien- pasien yang membutuhkan perhatian lebih terhadap simtom ansietas maupun depresi pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 dialisis.

Maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk melihat gambaran simtom ansietas dan depresi pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 dialisis di RSUP H Adam Malik Medan.

(25)

1.2. Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Berapa proporsi simtom ansietas dan depresi pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 dialisis berdasarkan karakteristik demografik (usia, jenis kelamin, suku, tempat tinggal, status perkawinan, pekerjaan dan tingkat pendidikan)?

2. Berapa proporsi simtom ansietas dan depresi pada pasien penyakit ginjal stadium stadium 5 dialisis berdasarkan lamanya menjalani terapi hemodialisis?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui proporsi simtom ansietas dan depresi pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 dialisis di ruang instalasi hemodialisa RSUP H Adam Malik Medan dengan menggunakan kuesioner Hospital Anxiety and depression Scale (HADS).

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui proporsi simtom ansietas dan depresi pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 dialisis berdasarkan karakteristik demografik (usia, jenis kelamin, suku, tempat tinggal, status perkawinan, pekerjaan dan tingkat pendidikan)

(26)

b. Untuk mengetahui proporsi simtom ansietas dan depresi pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 dialisis berdasarkan lamanya menjalanani terapi hemodialisis.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai proporsi simtom ansietas dan depresi pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 dialisis, sehingga dapat memperoleh perawatan yang lebih baik bukan hanya bagi penyakitnya saja namun juga untuk simtom ansietas dan depresinya. Hasil studi ini juga dapat dilanjutkan untuk bahan studi lanjutan yang sejenis ataupun studi lainnya yang memakai studi ini sebagai bahan acuannya.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Simtom ansietas dan depresi pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 dialisis

Ansietas dan depresi sering bertumpang tindih, hal ini terkait dengan simtom-simtom yang dialami yaitu, masalah tidur, simtom psikomotor serta kelelahan/fatique. Sekitar 45% pasien dengan gangguan ansietas juga mempunyai gangguan depresi, dan sekitar 40% pasien dengan depresi juga dijumpai memiliki gangguan ansietas. 12

Ansietas adalah bagian dari suatu mekanisme yang dikembangkan untuk menghadapi situasi yang tidak sesuai. Respons ansietas dapat diartikan sebagai bagian dari sistem alarm otak yang menyala pada saat merasakan bahaya. Karakteristik dari respons termasuk penghindaran, kewaspadaan yang berlebih, dan peningkatan arousal yang ditujukan untuk menghindari bahaya. Tetapi pada beberapa individu, mekanisme ini terlalu aktif. Alarm menyala terlalu sering, tidak dapat dihentikan meskipun keadaan aman.13

Pengalaman ansietas memiliki dua komponen: kesadaran adanya sensasi fisiologis, (seperti palpitasi dan berkeringat) dan kesadaran sedang gugup atau ketakutan. Perasaan malu mungkin memperberat ansietas. Disamping efek motorik dan visceral, ansietas juga mempengaruhi berpikir, persepsi dan belajar. Ansietas cenderung

(28)

menghasilkan kebingungan dan distorsi dari persepsi, tidak hanya dari waktu dan ruang tetapi juga pada orang dan arti peristiwa. Distorsi tersebut dapat mengganggu belajar dengan menurunkan kemampuan memusatkan perhatian, menurunkan daya ingat, dan mengganggu kemampuan untuk menghubungkan satu hal dengan hal yang lain, untuk membuat suatu hubungan.14

Orang-orang dengan depresi tidak semua mengalami simtom yang sama. Keparahan, frekuensi dan durasi dari simtom bervariasi tergantung individunya. Simtom depresi termasuk, sedih yang persisten, perasaan hampa atau pesimis, perasaan bersalah, gelisah, kehilangan minat pada aktivitas atau hobi yang sebelumnya menyenangkan, mudah lelah, penurunan energi, sulit konsentrasi, insomnia, kehilangan selera makan, berpikir untuk bunuh diri atau mencoba bunuh diri, nyeri yang persisten, sakit kepala, kram atau masalah pencernaan yang tidak berkurang meskipun diobati.15

Covinsky dan kawan-kawan (1999), berspekulasi bahwa penurunan kognisi yang disebabkan oleh depresi mungkin menyebabkan penurunan ketrampilan beradaptasi dalam menghadapi penyakit, dan simtom afektif berhubungan dengan depresi dapat mempengaruhi hubungan dengan teman atau keluarga yang menolong. Mungkin juga mekanisme secara biologi dapat menjelaskan hubungan ini. Sebagai contoh, stres psikologi berhubungan dengan lamanya penyembuhan luka dan peningkatan cardiac ischemia.16

(29)

Pasien yang menjalani terapi hemodialisis berusaha untuk menghadapi masalahnya dengan berbagai cara. Mereka menggunakan berbagai strategi untuk mengatasi masalah yang timbul berhubungan dengan penyakit dan terapinya. Seperti menerima sebagai bagian hidup, berharap terapi ini tidak permanen. Dalam hal ini pasien juga membutuhkan dukungan dari keluarga, teman, dan orang lain.

Keterbatasan fisik dapat menjadi beban psikologis pada pasien hemodialisis. 17

Hemodialisis adalah suatu prosedur yang menyokong hidup untuk pengobatan pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5. Terapi dialisis jangka panjang, bagaimanapun membutuhkan waktu yang banyak, mahal, dan membutuhkan kepatuhan terhadap regimen terapi, seperti pembatasan cairan dan makanan. Hal ini juga berpengaruh terhadap hilangnya kebebasan, ketergantungan pada pengasuh, mengganggu hubungan perkawinan, keluarga dan kehidupan sosial, mengurangi atau kehilangan pendapatan.18

Pasien hemodialisis tidak hanya menghadapi stresor yang berhubungan dengan pengobatan, tetapi juga harus bisa mengubah konsep atas diri dan kepercayaan diri, perubahan aturan dalam keluarga dan kehilangan martabat. Ansietas adalah salah satu respons emosi terhadap kondisi yang dialami ini.17

Mesin hemodialisis adalah penting pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis. Pasien merasa bahwa mereka tidak bisa bepergian

(30)

kemana-mana untuk waktu yang lama, karena mereka harus ke rumah sakit atau pusat hemodialisis untuk pengobatan.17

2.2. Penyakit ginjal kronik 2.2.1. Definisi

Penyakit ginjal kronik didefinisikan sebagai suatu abnormalitas dari struktur atau fungsi ginjal yang terjadi selama 3 bulan atau lebih yang mempunyai implikasi terhadap kesehatan. Kriteria dari kerusakan ginjal termasuk : albuminuria > 30 mg/hari, kelainan sedimen urin (contoh, hematuria), elektrolit dan kelainan lain yang berhubungan dengan gangguan tubular, kelainan yang dijumpai melalui pemeriksaan histologi, kelainan sruktur yang dijumpai melalui pencitraan, riwayat transplantasi ginjal dengan penurunan laju Filtrasi Glomelurus (LFG), LFG < 60 mL/min/1.73 m2.18

2.2.2. Klasifikasi penyakit ginjal kronik

Klasifikasi penyakit ginjal kronik berdasarkan pada penyebab, Laju Filtrasi Glomelurus dan albuminuria. Menentukan penyebab berdasarkan ada atau tidak adanya penyakit sistemik dan bagian yang diperiksa atau perkiraan dari kelainan patologi yang dijumpai.18

(31)

Tabel 2.2 Kriteria dari laju filtrasi glomerular (LFG).18 Kategori GFR (ml/min/1.73 m) keterangan

G1 >90 Normal atau tinggi G2 60-89 sedikit menurun

G3a 45-59 penurunan ringan sampai Sedang

G3b 30-44 penurunan sedang sampai berat

G4 15-29 penurunan berat

G5 <15 gagal ginjal (tambahkan D Jika diterapi dengan dialisis)

2.2.3. Etiologi

Banyak faktor yang berperan dengan terjadinya penyakit ginjal kronik, diantaranya adalah: 19

• Kelompok yang beresiko tinggi : hubungan keluarga derajat pertama dengan pasien penyakit ginjal kronik, polycystic kidney disease.

• Penyakit yang memiliki resiko terhadap gagal ginjal: diabetes, hipertensi, potassium deficiency, glomelural diseases.

• Perilaku dan riwayat penyakit: pengguna analgetik yang kronis, orang yang menggunakan litium dalam jangka waktu yang lama, urinary tract obstruction, dll.

(32)

2.2.4. Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik

Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik sangat beragam, yaitu terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya, pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid, memperlambat perburukan fungsi ginjal, pencegahan dan terapi terhadap komplikasi, dan terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5 atau gagal ginjal.18

2.3. Hemodialisis

Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang menggunakan alat khusus dengan tujuan mengeluarkan toksin uremik dan mengatur cairan, elektrolit tubuh.17 Volume cairan yang dikeluarkan sangat tergantung pada tolerabilitas pasien, tujuannya adalah mencegah edema paru dan untuk mengontrol tekanan darah.18

Hemodialisis dilakukan apabila LFG <15mL/menit/1,73m2, dan sebelum dilakukan dialisis ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, antara lain: gejala subjektif, parameter objektif, evaluasi dan penatalaksanaan komorbid, waktu untuk memulai, status sosial ekonomi, budaya.18

Dialisis didefenisikan sebagai difusi molekul dalam larutan melalui membran semipermeabel karena perbedaan konsentrasi elektrokimia.

Tujuan utama hemodialisis adalah memulihkan kondisi cairan intraselular dan ekstraselular yang merupakan fungsi normal dari ginjal. Hal ini

(33)

terlaksana melalui transportasi zat seperti urea dari darah ke dialysate dan mentransportasikan zat seperti bikarbonat dari dialysate ke darah.

Konsentrasi zat serta berat molekulnya merupakan penentu utama laju difusi. Molekul kecil seperti urea terdifusi dengan cepat sementara molekul yang lebih besar seperti fosfat, ᵝ2-microglubulin, dan albumin dan protein seperti p-cresol, berdifusi lebih lambat. Selain proses difusi zat-zat dapat lewat melalui lobang di dalam membran yang didorong oleh perbedaan tekanan hidrostatik atau osmotik, proses ini disebut sebagai ultrafiltrasi.

Selama proses ultrafiltrasi tidak terjadi perobahan konsentrasi zat, tujuan utamanya adalah mengeluarkan kelebihan cairan total tubuh. Melalui penggantian fungsi ekskresi ginjal, dialisis dimaksudkan untuk menghilangkan simtom yang kompleks yang dikenal sebagai sindrom uremik.20

Komponen yang penting dari hemodialisis adalah waktu terapi, yang biasanya sekitar 4 jam. Beberapa pusat hemodialisis yang memiliki pasien yang lebih sedikit melakukan terapi dengan frekuensi yang lebih sering. Hemodialisis sekarang ini lebih aman, dan kematian yang berhubungan langsung dengan prosedur dialisis adalah jarang.20

2.4. Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS)

Hospital anxiety and depression scale (HADS) dikembangkan oleh Zigmond dan Snaith pada tahun 1983 untuk mengindentifikasi kasus (kemungkinan dan perkiraan) dari gangguan ansietas dan depresi

(34)

diantara pasien nonpsikiatrik di rumah sakit. Dibagi menjadi anxiety subscale (HADS-A) dan depression subscale (HADS-D), Masing-masing

terdiri dari 7 item.21

Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) biasanya

memerlukan waktu 2 hingga 5 menit untuk diselesaikan. Penting untuk mengingatkan responden untuk membaca dengan memahami kalimat demi kalimat dari kuesioner tersebut. Hal ini juga memberikan kesempatan untuk menjelaskan tujuan dari kuesioner tersebut dan menjamin semua informasi klinis tersebut adalah rahasia guna membantu dokter untuk menolong mereka.22

Partisipan diminta untuk melengkapi skala dengan menilai bagaimana perasaan mereka pada minggu yang lalu menggunakan 4 skala poin, berkisar antara 0 sampai 3 (0: tidak ada simtom, 3: simtom berat). Skor yang lebih tinggi mengindikasikan simtom ansietas dan depresi yang lebih berat.23

(35)

2.5. Kerangka konsep

Pasien penyakit ginjal kronis stadium 5 dialisis

Simtom ansietas dan depresi

Karakteristik demografik

(36)

BAB III METODOLOGI

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini memiliki disain deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui proporsi simtom ansietas dan depresi pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 dialisis di RSUP H Adam Malik Medan.

3.2. Tempat dan Waktu

3.2.1 Tempat penelitian : Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan.

3.2.2. Waktu pengambilan data penelitian adalah pada periode 25 Maret sampai 6 April 2013

3.3. Populasi Penelitian

3.3.1. Populasi target : pasien dengan penyakit ginjal kronik stadium 5 dialisis.

3.3.2. Populasi terjangkau : pasien dengan penyakit ginjal kronik stadium 5 dialisis di RSUP H. Adam Malik Medan periode 25 Maret - 6 April 2013.

(37)

3.4. Sampel dan Cara Pengambilan Sampel

Sampel penelitian diperoleh sesuai dengan periode pengambilan data penelitian (consecutive sampling).

Kriteria inklusi sampel adalah:

1. Pasien dengan penyakit ginjal kronik stadium 5 dialisis di RSUP H A. Malik Medan.

2. Bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani surat persetujuan sebagai peserta penelitian.

3. Bisa berkomunikasi dengan baik dan lancar

Sementara kriteria eksklusi sampel adalah:

1. Memiliki riwayat gangguan psikiatri

2. Tidak sedang menggunakan antidepressan dan atau anti ansietas

3.5. Perkiraan besar sampel

Besar sampel diukur dengan menggunakan rumus:24 n =

d2 Zα2PQ

=

0,12

(1.96)2 x 0,7 x 0,3

=

0,01

3,8416 x 0,7 x 0,3

= 0,806736

(38)

0,01

=80,6736

Dengan menggunakan rumus di atas didapatkan jumlah sampel 81 orang Keterangan:

Zα = nilai batas bawah dari tabel Z yang besarnya tergantung pada nilai α yang ditentukan; untuk nilai α = 0.05 Zα = 1,96.

P = proporsi simtom ansietas dan depresi pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 dialisis (70%)8

Q = 1 – P = 1 – 0,7 = 0,3

d = kesalahan (absolute) yang dapat diterima = 0,1

3.6. Etika Penelitian

Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari komite Etika penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

3.7. Cara Kerja Penelitian

• Pasien dengan penyakit ginjal kronik stadium 5 dialisis yang memenuhi kriteria inklusi mengisi persetujuan secara tertulis (informed consent) setelah mendapat penjelasan yang terperinci dan jelas untuk ikut serta dalam penelitian.

(39)

• Selanjutnya subjek penelitian akan diberikan kuesioner Hospital Anxiety and Depression Scale yang terdiri dari 14 item, dimana

dibagi atas poin A untuk ansietas (yaitu pertanyaan no 1,3,5,7,9,11 dan 13) serta poin D untuk depresi (yaitu pertanyaan no 2,4,6,8,10,12 dan 14).

• Selain itu pada saat wawancara juga ditanya mengenai karakteristik demografik (usia, jenis kelamin, status perkawinan, suku, pekerjaan, tingkat pendidikan, tempat tinggal dan status sosial ekonomi) subjek penelitian dan sudah berapa lama menjalani terapi hemodialisis.

• Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data dan disajikan dalam bentuk tabel.

(40)

3.8. Kerangka Kerja

Pasien penyakit ginjal kronis stadium 5 dialisis

Inklusi Eksklusi

Karakteristik demografik -umur -jenis kelamin -status perkawinan

-pendidikan - suku

-pekerjaan -tempat tinggal Lama

hemodialisis

HADS

(41)

3.9. Definisi Operasional

1. Simtom ansietas : dinilai berdasarkan kuesioner Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS). Pertanyaan terhadap simtom

ansietas (A) ada tujuh butir yang terdapat pada pertanyaan nomor 1,3,5,7,9,11,13.

2. Simtom depresi : dinilai berdasarkan kuesioner Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS). Pertanyaan terhadap simtom

depresi (D) terdapat pada pertanyaan nomor 2,4,6,8,10,12,14.

3. Campuran simtom ansietas dan depresi: dinilai berdasarkan kuesioner Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) apabila memiliki skor yang sama pada poin A dan D

4. Penyakit ginjal kronik (PGK) : suatu kondisi kerusakan ginjal yang terjadi selama 3 bulan atau lebih berupa Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) yang kurang dari 60mL/menit/1,73m lebih dari 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal.

5. Hemodialisis : salah satu terapi pengganti ginjal yang menggunakan alat khusus dengan tujuan mengeluarkan toksin uremik dan mengatur cairan, elektrolit tubuh.

6. Lama hemodialisis : lama pasien sudah menjalani terapi hemodialisis, sejak pertama kali hemodialisis sampai saat mengisi kuesioner. Lama hemodialisis dibagi atas:

• 1-12 bulan

• 13-24 bulan

(42)

• 25-36 bulan

• 37-48 bulan

• 49-60 bulan

• 61-72 bulan

7. Hospital Anxiety and Depression Scale : kuesioner self-rating yang dikembangkan oleh Zigmond dan Snaith pada tahun 1983, yang terdiri dari 14 pertanyaan. Pertanyaan untuk masing-masing simtom ansietas (A) dan depresi (D) berjumlah 7. Skor 0-7 adalah normal, 8-10 adalah borderline, skor 11-21 pada poin A menunjukkan suatu simtom ansietas, skor 11-21 pada poin D menunjukkan suatu simtom depresi, memiliki skor yang sama pada poin A dan D menunjukkan simtom campuran yaitu simtom ansietas dan depresi.

8. Usia : lamanya hidup sejak lahir sampai dengan ulang tahun terakhir pasien hemodialisis yang dinyatakan dalam satuan tahun.

Usia dibagi atas:

• 15–24 tahun

• 24-34 tahun

• 35-44 tahun

• 45-54 tahun

• 55-64 tahun

9. Jenis kelamin : jenis kelamin pasien hemodialisis yaitu laki-laki dan perempuan

(43)

10. Status perkawinan : status menikah dan tidak menikah atau janda/duda, dari pasien hemodialisis

11. Tingkat pendidikan : jenjang pendidikan terakhir yang ditamatkan oleh pasien hemodialisis yang dibedakan atas SD, SMP, SMA, Akademi, S1, S2

12. Status pekerjaan pasien hemodialisis: dibedakan atas IRT, mahasiswa, pensiunan, petani, PNS dan swasta

13. Suku pasien hemodialisis : dibedakan atas suku Batak dan non Batak

14. Tempat tinggal : dibedakan atas tempat asal pasien hemodialisis yaitu dari Medan dan luar Medan.

3.10. Cara Pengumpulan Data

Data mengenai ansietas dikumpulkan menggunakan Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS). Pertanyaan yang berjumlah 14

butir. Pertanyaan untuk masing-masing simtom ansietas (A) dan depresi (D) berjumlah 7. Skor 0-7 adalah normal, 8-10 adalah borderline, skor 11- 21 pada poin A menunjukkan suatu simtom ansietas, skor 11-21 pada poin D menunjukkan suatu simtom depresi, memiliki skor yang sama pada poin A dan D menunjukkan simtom campuran yaitu simtom ansietas dan depresi. Pertanyaan tersebut dijawab dengan pilihan jawaban: tidak ada, kadang-kadang, sering, sering sekali.

(44)

3.11. Rencana Pengolahan dan Penyajian Data

Pengolahan dan penyajian data dilakukan secara deskriptif. Untuk melihat gambaran distribusi simtom ansietas dan depresi pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 dialisis dengan menggunakan kuesioner HADS dan proporsi simtom ansietas dan depresi berdasarkan karakteristik demografik (umur, jenis kelamin, suku, tempat tinggal, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan) dan lama hemodialisisnya. Untuk kedua data, ditampilkan dalam bentuk tabel-tabel frekuensi berisi proporsi masing- masing variabel.

(45)

BAB IV HASIL

Sebanyak 81 pasien penyakit ginjal kronis stadium 5 dialis di instalasi hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan, mengisi kuesioner Hospital Anxiety Depression Scale (HADS) untuk melihat simtom ansietas

dan depresi. Hasil rekapitulasi kuesioner dimaksud ditabulasikan pada tabel.

Pada Tabel 4.1 memperlihatkan karakteristik demografik dimana yang terbanyak adalah jenis kelamin laki-laki sebanyak 56 orang (69,1%), umur 45-54 tahun sebanyak 27 orang (33,3%), pekerjaan sektor swasta sebanyak 34 orang (42%), pendidikan SMA sebanyak 44 orang (54,3%), kawin 70 orang (86,4%), suku Batak sebanyak 52 orang (64,2%), dan tempat tinggal di Medan sebanyak 43 orang (53,1%), yang sudah menjalani terapi hemodialisis 1-12 bulan sebanyak 45 orang (55,6%), diikuti 13-24 bulan sebanyak 14 orang (17,3%), 25-36 bulan sebanyak 7 orang (8,6%), 37-48 bulan sebanyak 3 orang (3,7%), 49-60 bulan sebanyak 7 orang (8,6%) dan 61-72 bulan 5 orang (6,2%).

(46)

Tabel 4.1 Distribusi subjek penelitian berdasarkan karakteristik demografik

Variabel Jumlah Frekuensi Persentase (%) Sampel

Umur 81

15-24 tahun 3 3,7 25-34 tahun 7 8,6 35-44 tahun 26 32,1 45-54 tahun 27 33,3 55-64 tahun 18 22,2 Suku 81

Batak 52 64,2 Non-Batak 29 35,8 Jenis kelamin 81

Laki-laki 56 69,1 Perempuan 25 30,9 Alamat 81

Dalam kota Medan 43 53,1 Luar kota Medan 38 46,9 Pekerjaan 81

IRT 11 13,6 Mahasiswa 3 3,7 Pensiunan 6 7,4 Petani 9 11,1 PNS 18 22,2 Swasta 34 42 Pendidikan 81

SD 5 6,2 SMP 8 9,9 SMA 44 54,3 Akademi 5 6,2 S1 18 22,2 S2 1 1,2 Status perkawinan 81

Kawin 70 86,4 Tidak kawin 11 13,6

(47)

Tabel 4. 2 Distribusi subjek penelitian berdasarkan lama hemodialisis

Total

N % N % N % N % N % N %

(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) Umur

Usia 15-24 1 2,2 2 14,3 0 0 0 0 0 0 0 0 3

Usia 25-34 3 6,7 2 14,3 1 14,3 0 0 0 0 1 20 7

Usia 35-44 14 31,1 4 28,6 2 28,6 1 33,3 3 42,9 2 40 26 Usia 45-54 15 33,3 4 28,6 4 57,1 1 33,3 1 14,3 2 40 27

Usia 55-64 12 26,7 2 14,3 0 0 1 33,3 3 42,9 0 0 18

Total 45 100,0 14 100,0 7 100 3 100 7 100 5 100 81

Jenis Kelamin

Laki-laki 28 62,2 13 92,9 4 57,1 3 100 4 57,1 4 80 56

Perempuan 17 37,8 1 7,1 3 42,9 0 0 3 42,9 1 20 25

Total 45 100,0 14 100,0 7 100,0 3 100,0 7 100,0 5 100,0 81 Pekerjaan

IRT 8 17,8 0 0,0 2 28,6 0 0 1 14,3 0 0 11

Mahasiswa 1 2,2 2 14,3 0 0,0 0 0 0 0,0 0 0 3

Pensiunan 2 4,4 1 7,1 0 0,0 1 33,3 2 28,6 0 0 6

Petani 7 15,6 1 7,1 1 14,3 0 0,0 0 0,0 0 0 9

PNS 11 24,4 3 21,4 1 14,3 1 33,3 1 14,3 1 20 18

Swasta 16 35,6 7 50,0 3 42,9 1 33,3 3 42,9 4 80 34

Total 45 100,0 14 100,0 7 100,0 3 100,0 7 100,0 5 100,0 81 Pendidikan

SD 4 8,9 1 7,1 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0 5

SMP 5 11,1 1 7,1 0 0,0 1 33,3 1 14,3 0 0 8

SMA 21 46,7 9 64,3 7 100,0 1 33,3 4 57,1 2 40 44

Akademi 3 6,7 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 2 40 5

S1 12 26,7 2 14,3 0 0,0 1 33,3 2 28,6 1 20 18

S2 0 0,0 1 7,1 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0 1

Total 45 100,0 14 100,0 7 100,0 3 100,0 7 100,0 5 100,0 81 Status Perkawinan

Kawin 40 88,9 11 78,6 6 85,7 3 100,0 5 71,4 5 100 70

Tidak Kawin 5 11,1 3 21,4 1 14,3 0 0,0 2 28,6 0 0 11

Total 45 100,0 14 100,0 7 100,0 3 100,0 7 100,0 5 100,0 81 Suku

Batak 30 66,7 10 71,4 4 57,1 0 0,0 4 57,1 4 80 52

Non Batak 15 33,3 4 28,6 3 42,9 3 100,0 3 42,9 1 20 29 Total 45 100,0 14 100,0 7 100,0 3 100,0 7 100,0 5 100,0 81 Domisili

Medan 23 51,1 7 50,0 3 42,9 2 66,7 5 71,4 2 40 42

Luar Medan 22 48,9 7 50,0 4 57,1 1 33,3 2 28,6 3 60 39 Total 45 100,0 14 100,0 7 100,0 3 100,0 7 100,0 5 100,0 81

(1)

Variabel 01-12 bulan 13-24 bulan 25-36 bulan Lama Hemodialisis

37-48 bulan 49-60 bulan 61-72 bulan

(48)

Pada Tabel 4.2 memperlihatkan distribusi subjek penelitian berdasarkan lama hemodialisis, dimana lama hemodialisis 01-12 bulan yang terbanyak adalah usia 45-54 tahun 15 orang (33,3%), jenis kelamin laki-laki 28 orang (62,2%), pekerjaan sektor swasta 16 orang (35,6%), pendidikan SMA 21 orang (46,7%), kawin 40 orang (88,9%), suku Batak 30 orang (66,7%), domisili di Medan 23 orang (51,1%).

Lama hemodialisis 13-24 bulan, yang terbanyak adalah usia 35-44 tahun dan 45-54 tahun 4 orang (28,6%), jenis kelamin laki-laki 13 orang (92,9%), pekerjaan sektor swasta 7 orang (50,0%), pendidikan SMA 9 orang (64,3%), kawin 11 orang (78,6%), suku Batak 10 orang (71,4%), domisili di Medan dan di luar Medan jumlah sama 7 orang (50,0%).

Lama hemodialisis 25-36 bulan yang terbanyak usia 45-54 tahun 4 orang (57,1%), jenis kelamin laki-laki 4 orang (57,1%), pekerjaan sektor swasta 3 orang (42,9%), pendidikan SMA 7 orang (100,0%), kawin 6 orang (85,7%), suku Batak 4 orang (57,1%), domisili di luar Medan 4 orang (57,1%).

Lama hemodialisis 37-48 bulan, jumlah subjek sama pada usia 35- 44, 45-54 dan 55-64 sebanyak 1 orang (33,3%), jenis kelamin laki-laki 3 orang (100.0%), pekerjaan sama jumlah subjek yang pensiunan, PNS dan sektor swasta sebanyak 1 orang (33,3%), pendidikan sama jumlah subjek yang SMP, SMA dan S1 sebanyak 1 orang (33,3%), kawin 3 orang (100,0%), suku non Batak 3 orang (100,0%), domisili di Medan 2 orang (66,7%).

(49)

Lama hemodialisis 49-60 bulan, jumlah subjek yang usia 35-44 tahun dan 55-44 tahun sama 3 orang (42,9%), jenis kelamin laki-laki 4 orang (57,15), pekerjaan sektor swasta 3 orang (42,9%), pendidikan SMA 4 orang (57,1%), kawin 5 orang (71,4%), suku Batak 4 orang (57,1%), domisili di Medan 5 orang (71,4%).

Lama hemodialisis 61-72 bulan, jumlah subjek yang terbanyak adalah usia 35-44 tahun dan 45-54 tahun 2 orang (40,0%), jenis kelamin laki-laki 4 orang (80,0%), pekerjaan sektor swasta 4 orang (80,0%), pendidikan SMA dan Akademi 2 orang (40,0%), kawin 5 orang (100,0%), suku Batak 4 orang (80,0%), domisili di luar Medan 3 orang (60,0%).

Gambar

Tabel 4. 2 Distribusi subjek penelitian berdasarkan lama hemodialisis  Total N % N % N % N % N % N % (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) Umur Usia 15-24 1 2,2 2 14,3 0 0 0 0 0 0 0 0 3 Usia 25-34 3 6,7 2 14,3 1 14,3 0 0 0 0 1 20 7 Usia
Tabel 4.3 Distribusi subjek penelitian berdasarkan skor HADS-A
Tabel 4.4 Distribusi subjek penelitian berdasarkan skor HADS-D  N % N % N % N % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Umur Usia 15-24 0              - 0              - 3          9,7 3          3,7 Usia 25-34 1       14,3 4          9,3 2          6,5 7
Tabel 4.5  Distribusi subjek penelitian yang mengalami campuran  simtom ansietas dan depresi

Referensi

Dokumen terkait

Busybook sebagai produk merchandise yang penulis buat dapat menjadi sebuah usaha dalam meningkatkan minat baca anak dan juga selaras dengan salah satu misi

Hal ini dapat terjadi karena ketiga jenis lamun tersebut merupakan jenis pionir (pelopor) yang secara alami banyak tumbuh pada daerah terbuka pasang surut dan

Kisah dalam tiga novel Ogawa Yoko yang disebut sebelumnya, para tokoh cerita yang telah tercerai-berai dari keluarga–atau bisa disebut terputus hubungan dari ie -nya– yaitu

penanganan pengeroyokan adalah sulitnya implementasi di lapangan diakibatkan oleh ketiadaan aparatur aparat penegak hukum yang mencukupi bila dibandingkan dengan jumlah

Suplementasi vitamin C dan jarak tempuh transportasi memberikan interaksi yang nyata terhadap penyusutan bobot badan, detak jantung, glukosa darah, dan mortalitas pada broiler..

Setelah dilakukan perhitungan pada kuesioner ketiga diperoleh hasil bahwa Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan (FKBL) kesiapan pada saat akan melakukan

makaian kain flanel mempunyai kelebihan bila dibandingkan dengan em- pat mamm kain lainnya khususnya kekuatan rekat pada arah membujur, tetapi sebalik untuk kulit

Jawablah semua pertanyaan dibawah ini dengan memilih salah satu jawaban skala yang menurut Anda tepat sesuai yang Anda rasakan selama bekerja menjadi pegawai KPPN