• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap

Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku manusia adalah aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang luas antara lain berjalan, bekerja, termasuk kegiatan internal seperti berpikir, persepsi dan emosi.Perilaku dalam kepentingan analisis dapat dikatakan bahwa semua aktivitas atau kegiatan yang dikerjakan oleh manusia baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak langsung diamati oleh pihak luar. Manusia memiliki akal dan aktif untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jiwa manusia bukan merupakan sesuatu yang abstrak konsisten dan statis, melainkan sesuatu yang dinamis dan sebagai keseluruhan jiwa raga yang aktif. Kebutuhan seseorang akan informasi mampu menggerakan secara aktif usaha untuk melakukan pencarian terhadap sumber informasi. Menurut Bloom (1956) mengatakan perilaku berkaitan dengan kemampuan fisik maupun non fisik dan umumnya unsur-unsur perilaku dapat dikelompokan menjadi tiga unsur yaitu pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan sikap mental (afektif).

Mengenal suatu objek yang baru kemudian menjadikan sikap terhadap obyek tersebut adalah sebuah pengetahuan (Walgito 2004). Menurut Koentjaraningrat (1990) menyatakan, pengetahuan adalah unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya, artinya, bahwa pengetahuan berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki oleh seseorang. Pengetahuan adalah kesan yang dihasilkan dari sebuah pemikiran sesorang yang didapatkan dari penggunaan panca indera (Soekanto 2001). Informasi melalui proses belajar, pengalaman atau media elektronik yang kemudian disimpan dalam memori individu tersebut merupakan hasil dari pengetahuan. Marzono (2002) berpendapat bahwa pengetahuan adalah bahan bakar yang member tenaga pada proses berfikir.

Pengetahuan mengenai suatu obyek akan menjadi sikap terhadap obyek tersebut apabila pengetahuan itu disertai dengan kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap obyek tersebut (Gerungan 1996). Selanjutnya dinyatakan bahwa sikap mempunyai motivasi, yang berarti ada segi kedinamisan untuk mencapai suatu tujuan. Terbentuknya sikap karena adanya interaksi manusia dengan obyek tertentu (komunikasi), serta interaksi sosial di dalam kelompok maupun di luar kelompoknya. Interaksi di luar kelompok dilakukan melalui media komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, buku, majalah.

Penjelasan mengenai pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah suatu bentuk daya didalam hidup manusia dan dengan pengetahuan manusia mengenali peristiwa dan permasalahan, menganalisis, mengurai, mengadakan interpretasi serta menentukan pilihan-pilihan. Melalui pengetahuan, manusia dapat mempertahankan, mengembangkan dan membentuk sikap dan nilai hidup, menentukan pilihan serta aksi yang akan dilakukan. Tanpa pengetahuan, individu ataupun masyarakat tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan terhadap masalah yang dihadapi (Zainudin 2014).

7 Mar’at (2005) menjelaskan mengenai sikap, sikap adalah kesiapan atau keadilan untuk bertindak. Selain itu Berkowizt dalam Azwar (2010) memperjelas bahwa sikap sesorang terhadap obyek adalah perasaaan mendukung atau memihak ataupun perasaan tidak mendukung terhadap obyek tersebut.

Menurut Calhoun dan Acocella (1995), suatu sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara tertentu. Sebagian besar ahli psikologi sosial berpendapat bahwa sikap terbentuk dari pengalaman, melalui proses belajar. Sarwono (1999) menyatakan pandangan ini mempunyai dampak terapan, yaitu dapat diterapkan berbagai upaya seperti pendidikan, pelatihan, komunikasi penerangan untuk mengubah sikap seseorang.

Gerungan (1991) mempertajam menganai sikap sebagai berikut: sikap (attitude) dapat diterjemahkan sebagai sikap terhadap obyek tertentu yang berupa sikap pandangan atau perasaan. Sikap ini disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap obyek tertentu.

Berdasarkan definisi tersebut, suatu sikap mengandung tiga komponen, yakni (1) komponen kognitif (keyakinan); (2) komponen afektif (emosi/perasaan); dan (3) komponen tingkah laku (aksi). Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional, sedangkan komponen perilaku atau kognitif merupakan aspek kecenderungan tingkah laku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang (Sobur 2003).

Sikap akan berarti jika diwujudkan dalam bentuk aksi, baik lisan, maupun tulisan. Aksi merupakan yang sudah nyata, berupa perbuatan terhadap situasi rangsangan dari luar. Untuk mewujudkan sikap menjadi sebuah aksi yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, seseorang akan memberikan respon atau reaksi terhadap stimulus, apabila ia mengetahui stimulus atau obyek tersebut.

Konservasi

Secara harfiah konservasi itu sendiri berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Roosevelt (1902) dalam Sheffield (2010) yang merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi.Konservasi dalam pengertian sekarang, sering diterjemahkan sebagai the wise use of nature resource (pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana).

Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.Perilaku masyarakat yang mendukung konservasi dapat dikatakan sebagai Perilaku Pro-Konservasi.

Pro-Konservasi menurut Zuhud et.al., (2007), membangun sikap pro-konservasi, sepatutnya dilakukan melalui integrasi tiga pendekatan yaitu (1) membangun sikap “tri-stimulus amar pro-konservasi; (2) menyambungkan dan mengembangkan pengetahuan tradisional masyarakat menjadi pengetahuan

8

modern, yang bersifat adaptif terhadap perkembangan terkini; dan (3) mengaktifkan nilai-nilai religius sebagai stimulus rela dan kuat untuk membangun sikap dan perilaku konservasi.

Pakis Sayur Taksonomi Pakis Sayur

Diplazium esculentum (Retz) Sw. atau dikenal dengan nama pakis sayur termasuk family Polypodiaceae yang termasuk pada kelas Pteridopsida. Menurut Tjitrosoepomo (2005), tumbuhan ini memiliki taksonomi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae Divis : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida Ordo : Polypodiales Famili : Polypodiaceae Genus : Diplazium

Spesies : Diplazium esculentum (Retz.) Sw. Deskripsi Pakis Sayur

D. esculentum dikenal dengan nama daerah paku sayur karena jenis tumbuhan paku ini dapat dikonsumsi. Tumbuhan ini mempunyai sinonim Anisogonium esculentum Presl, D. malabaricum Spreng dan Athyrium esculentum Copel. D. esculentum ditemukan di hutan primer dengan ketinggian mulai dari 1600 mdpl. Dari segi ekologi tumbuhan ini termasuk higrifit, banyak tumbuh di tempat-tempat yang teduh dan lembab, sehingga di tempat yang terbuka dapat mengalami kerusakan akibat penyinaran yang terlalu intensif (Tjitrosoepomo, 2005). Tumbuhan ini mempunyai akar berwarna hitam dan berserabut banyak. Batangnya berbentuk bulat, bagian depannya beralur dalam, semakin ke atas alur semakin dangkal. Batangnya berwarna hijau kekuningan. Tepi daun bergerigi dan berwarna hijau tua.Pina (anak daun) yang paling atas mempunyai ujung yang runcing dan tergulung pada ujungnya. Kedua permukaan daun licin.Sporangium tersusun di bagian abaksial daun. Tumbuhan ini mempunyai daun muda yang berwarna hijau tergulung pada ujungnya (Purnawati et al. 2014).

9 Bagian bawah ental daun tumbuhan pakis sayur terdapat spora. Spora adalah bintik-bintik hitam untuk memperbanyak diri. Spora ini tersebar hanya di sepanjang anak tulang daunnya dengan bentuknya yang memanjang. Kadang-kadang spora tersebut menggerombol (Satrapradja et al. 1979). Pakis sayur memiliki kelembapan yang tinggi berkisar 63%-69% dan pada struktur tajuk yang rapat dengan suhu udara berkisar 150-300C (Irwanto 2006).

Kandungan Gizi dan Manfaat Pakis Sayur

Saat ini pakis sayur banyak diteliti pada bidang farmasi, fitokimia, dan bidang kesehatan lainnya. Para ahli melihat potensi dari pakis sayur karena masyarakat sering menggunakannya sebagai tanaman obat tradisonal. Menurut Benniamin (2011) menyatakan bahwa pada masyarakat adat di sebelah utara India menggunakan tumbuhan pakis untuk mengobati berbagai penyakit seperti; diare, disentri, sakit perut, sakit kepala, dan penyakit kulit.

Lense (2011) mengemukakan daun pakis sayur berkhasiat untuk menyembuhkan sakit kepala dan luka karena mengandung alkaloid. Amit dan Singh (2012) menemukan bahwa masyarakat Garhwali memanfaatkan pakis sayur untuk tujuan medis, daun muda yang melingkar digunakan sebagai sayuran sedangkan akarnya digunakan untuk mengobati haemoptysis, asma, penyakit paru-paru, dispesia atau gangguan pencernaan, sakit perut, diare, dan anti disentri. Akar rhizome tersebut mengandung antibakterial, piperazine citrate, aqueous extract, petroleum extract, dan ethanolic extract.

DepKes RI (2004) menerangkan bahwa daun tumbuhan pakis sayur banyak mengandung vitamin C. Fungsi vitamin C banyak berkaitan dengan pembentukan kolagen.Vitamin C diperlukan untuk hidroksilasi prolin dan lisin menjadi hidroksiprolin dan hidroksilisin, yang merupakan bahan penting dalam pembentukan kolagen.

Kolagen merupakan senyawa protein yang mempengaruhi integritas struktural sel di semua jaringan ikat, seperti pada tulang rawan, membrane kapiler, dan kulit.Dengan demikian, vitamin C berperan besar dalam penyembuhan luka.

Daun pakis yang berwarna hijau gelap kaya akan betakaroten. Didalam tubuh, betakaroten akan dimetabolisme menjadi vitamin A. Kandungan betakaroten dalam daun pakis sayur setara dengan 432 RE vitamin A.

Betakaroten ini berperan dalam mengatur proses metabolisme di beberapa jaringan tubuh. Selain itu, betakaroten juga mengatur kerja gen-gen yang terlibat dalam sistem imunitas, sehingga dapat membantu meningkatkan kekebalan tubuh terhadap berbagai penyakit, khususnya penyakit infeksi.

Daun pakis sayur juga dipercaya berkhasiat mencegah penyakit rematik. Hal itu dikarenakan adanya kandungan kalsium dan fosfor yang cukup tinggi, yaitu masing-masing 42mg dan 172mg per 100g daun pakis sayur.

Kalsium dan fosfor merupakan mineral makro yang diperlukan untuk pertumbuhan, pembentukan, dan pemeliharan kesehatan tulang. Berikut kadar kandungan tumbuhan pakis sayur selengkapnya pada Tabel 1.

10

Tabel 1 Kadar kandungan pakis sayur per 100 g daun pakis

Zat Gizi Satuan Kadar/ 100g

Energi Kkal 35 Protein g 4 Lemak g 0.3 Karbohidrat g 6.4 Kalsium Mg 42 Fosfor Mg 172 Besi Mg 1.3 Vitamin A RE 432 Vitamin B Mg 0 Vitamin C Mg 30 Air g 88

Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI (2004) Penyebaran Pakis Sayur

Secara umum persebaran pakis sayur menyerupai tumbuhan paku yang lainnya, menurut Tjitrosoepomo et al. (1983) pakis sayur hidup tersebar luas dari tropika yang lembab sampai melampaui lingkaran Arktika. Jumlah yang teramat besar dijumpai di hutan hujan tropika dan juga tumbuh dengan subur di daerah beriklim sedang, di hutan-hutan, padang rumput yang lembab, sepanjang sisi jalan dan sungai. Negara asli persebaran pakis sayur meliputi Kamboja, China, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Singapura, Taiwan dan Vietnam (Irudayaraj 2011).

Daur Hidup Pakis Sayur

Daur hidup tumbuhan paku serupa dengan daur tumbuhan berbiji pada umumnya namun bukan biji yang dihasilkan melainkan spora.Spora yang dihasilkan sangat kecil dan tersimpan pada kotak spora. Kotak spora tersebut bila dindingnya di pecah maka spora yang tersimpan akan berhamburan (Sastrapradja, 1985). Ketika spora menemukan tempat tumbuh yang baik, spora tersebut akan berkecambah. Pada awal perkecambahan tersebut spora hanya menghasilkan beberapa sel saja. Sel-sel tersebut akan membentuk menjadi prothallus kemudian archegonium dan antheridium atau disebut alat kelamin betina dan alat kelamin jantan. Hasil dari pembentukan tersebut ialah sel telur dan sel jantan.Ketika telah masak sel jantan akan mendekati archegonium yang disusul oleh pembuahan. Setelah dibuahi tumbuhan paku ini akan berkecambah menjadi tumbuhan paku yang hidup pada prothallus yang dikenal dengan sporofita. Sporofita ini terdiri dari akar, batang yang pada berbentuk rhizome dan daun. Prothallus akan mati bila sporofita telah mampu hidup sendiri.Sporofita yang sudah dewasa ditandai oleh timbulnya sporangia pada bagian permukaan bawah daunnya. Begitu seterusnya dari daur hidup tumbuhan paku (Sastrapadja, et al. 1979).

11 Budidaya Pakis Sayur

Spora pakis berfungsi sebagai alat persebaran (dispersi) mirip dengan biji.Perlu media semai yang cocok agar spora menjadi tanaman baru. Salah satu ciri khas dari tumbuhan pakis ialah memiliki spora yang terdapat di dalam kotak spora (sporangium). Spora inilah yang menjadi organ untuk perbanyakan tumbuhan pakis. Berikut secara empiris hasil wawancara dengan salah satu petani di daerah Pekuncen, Banyumas, Jawa Tengah untuk menyemai spora menjadi tumbuhan pakis.

 Menyiapkan media

Untuk menyemai spora perlu digunakan media tanam berupa cacahan akar pakis, disarankan menggunakan akar pakis yang berumur tua. Akar pakis itu di rebus kira-kira sampai 10-12 jam. Tujuannya untuk mematikan bakteri maupun jamur.Selanjutnya, media yang sudah masak itu diletakkan ke dalam tempat plastik yang di lubangi. Media tersebut menggunakan pot yang terbuat dari anyaman bambu yang petani sebut besek. Sebelum diisi media, besek itu dilapisi plastik terlebih dahulu

 Taburkan spora

Setelah akar pakis dimasukkan dalam besek caranya lalu disiram air dan ditiriskan. Bila air sudah tiris spora ditaburkan ke media. Caranya, bagian yang berwarna coklat yang berada di bawah permukaan daun digosok dengan pinset atau ranting berujung runcing sehingga spora berjatuhan di media semai.

Usahakan spora jatuh merata di permukaan akar pakis. Biasanya, perlu 4-5 besek untuk menaburkan spora dari satu daun. Kemudian besek di bungkus plastik putih agar cahaya matahari dapat menembus masuk karena selama proses perkecambahan cahaya perlu, tetapi tidak langsung. Besek-besek tersebut disimpan di rak yang di bungkus oleh plastik putih lagi tujuannya agar matahari tersaring beberapa kali.  Pemisahan bibit muda

Pemisahan bibit muda butuh beberapa kali. Sebulan sesudah spora ditaburkan, biasanya akan tumbuh bibit yang berukuran sangat kecil. Ambil bibit dengan menggunakan pinset satu persatu, lalu ditata di media yang baru.

 Selanjutnya sekitar 3 bulan, bibit dipisahkan kembali. Pertumbuhan antara bibit yang satu dengan yang lain bisa tidak sama. Bibit yang tumbuh akan menutupi bibit yang lain sehingga akan menghambat pertumbuhannya. Karena, perlu dilakukan pemisahan lanjutan. Bibit yang masih kecil diambil, ditanam di media baru. Usai pemisahan, besek digantung dibawah rak tanaman. Diambil dari tempat persemaian. Tinggi tanaman sekitar 5-10 cm. Biasanya digunakan gelas bekas air mineral sebagai tempat pembesaran bibit. Caranya ambil bibit satu persatu lalu ditanam di galas berisi cacahan akar pakis, kali ini akar pakis media tanam tidak perlu di rebus. Lalu gelas digantungkan di rak bambu. Bila sudah cukup besar bibit ini bisa ditanam di media tanah.

12

Satu besek semaian spora bisa menghasilkan kira-kira 10 besek berisi bibit pakis muda, lalu bibit pakis muda itu masih bisa dipisahkan lagi beberapa kali, begitu seterusnya. Sehingga hasilnya bisa mencapai ribuan pakis baru.Agar penyemaian berhasil perlu dijaga kelembabannya.

Proses pemanenan dilakukan setelah daun berwarna hijau dan mengkilap dengan puncak melingkar erat pada hari kesepuluh sampai hari keempat belas setelah melakukan penyemaian. Daun muda pakis dipotong berkisar 20 sampai 30 cm. Daun-daun yang sudah dipanen kemudian diikat dengan jumlah perikatnya berisi 10 daun.Perarea 6x6 m2 mampu menghasilkan 100 ikat.Harga perikat berkisar Rp. 2.000 – 3.000,00. Pemasaran tersebut untuk jangkauan pasar tradisonal.Pada pemasaran tingkat retail petani melakukan pengepakan dengan mencuci bersih daun pakis menggunakan air dingin kemudian di press dengan plastic wrap untuk menghindari udara yang masuk agar tahan lama.

Gambar 4 Petani setelah memanen pakis sayur di hutan Nilai Ekonomi Pakis Sayur

Kegiatan mencari pakis sayur dilakukan secara rutin oleh beberapa warga di daerah sekitar TNGHS disela-sela kegiatannya mencari rumput untuk makanan ternak atau kegiatan lain. Rata-rata warga yang mencari pakis sayur disana menjual langsung ke pasar atau keliling ke rumah-rumah warga lainnya.Berdasarkan hasil wawancara langsung ke warga, mereka memperoleh 20 – 30 ikat pakis sayur dari hutan.Warga bisa menjual Rp 40.000,00 – Rp 50.000,00 dari hasil penjualan ke pasar atau berjualan keliling dalam satu hari.

Tidak seperti di daerah banyumas, warga di sana sudah menjadikan pakis sayur sebagai lahan usaha. Mereka menanam pakis sayur di lahan-lahan pekarangan rumah bahkan ada yang menanam di lahan pertanian sendiri dekat hutan. Sekali panen mereka sampai memperoleh 2 karung sekali masa panen. Rata-rata per orang bisa menjual pakis sayur seharga Rp 40.000,00 – Rp 60.000 kepada pengepul.

Berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa yang mengikuti summercourse di Jepang, tumbuhan pakis sayur di jual di daerah Nagoya dengan harga per ikat 150 Yen atau sekitar Rp 15.000,00. Harga tersebut sepuluh kali

13 lipat dibandingkan dengan harga pakis sayur yang dijual di Indonesia. Hal ini serupa dengan perusahaan dagang China Dalian Dongghemaoyuan Foods Co., Ltd yang dilansir oleh situs alibaba.com. Perusahaan tersebut menjual $1,500 - $4,000 per ton pakis sayur yang telah diasinkan atau sekitar Rp 20.000, per kg.

Kebijakan Pengelolaan Taman Nasional

Pengelolaan taman nasional diatur menurut undang-undang dan peraturan pemerintah dan peraturan kemanterian kehutanan yang menaungi kebijakan tersebut. Kajian kebijakan pengelolaan taman nasional disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Kebijakan pengelolaan taman nasional

Peraturan Isi Analisis Sintesis

Undang-undang No 5 Tahun 1990 Pasal 1 Ayat 14 Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman nasional dijadikan sebagai tujuan penelitian, pendidikan, pariwisata, dan rekreasi. Penunjang budidaya belum terwujud hal tersebut terlihat belum adanya kegiatan budidaya yang dilakukan di dalam kawasan taman nasional gunung halimun salak Menunjang kegiatan budidaya disempurnakan dengan pengertian budidaya secara lestari oleh masyarakat lokal yang sudah berinteraksi dengan hutan sejak lama. Undang-undang No 5 Tahun 1990 Pasal 32 Kriteria suatu wilayah dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai kawasan taman nasional meliputi wilayah yang dapat dibagi kedalam zona inti, zona

pemanfaatan, zona rimba, dan/atau zona lainnya sesuai keperluan

Pembagian zonasi pada taman nasional untuk zonasi

pemanfataan sebatas 10% dari luas area. Pemanfatan tersebut terbatas sehingga kurang efektif untuk melakukan budidaya Pembagian zonasi disarankan melihat secara spesifik kebutuhan pemanfaatan masing-masing spesies sehingga terbentuk konsep pelestarian sumberdaya alam hayati yang ada di taman nasional.

14

Peraturan Isi Analisis Sintesis

Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 2011 Pasal 35

Taman nasional dapat dimanfaatkan untuk kegiatan: Pemanfaatan tradisional. Pemanfaatan tradisional dapat berupa kegiatan pemungutan hasil hutan bukan kayu, budidaya tradisonal, serta perburuan tradisional terbatas untuk jenis yang tidak terlindungi.

Pemanfaatan tradisonal yang berlaku di taman nasional gunung halimun salak sebatas pemungutan hasil hutan bukan kayu untuk jenis pakis sayur tanpa dilakukan kegiatan budidaya. Kegiatan budidaya tradisional sebaiknya disempurnakan dengan diberikannya akses budidaya bagi masyarakat lokal yang sudah berinteraksi dengan hutan sejak lama dan tercatat sebagai pemanen lestari. Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 2011 Pasal 49 Pemberdayaan masyarakat di sekitar taman nasional dilakukan melalui: Pemberian izin untuk memungut hasil hutan bukan kayu di zona atau blok pemanfaatan, izin pemanfaatan

tradisional, serta izin pengusahaan jasa wisata alam. Pemanfaatan tradisional belum spesifik menjelaskan masyarakat seperti apa yang boleh melakukan kegiatan pemanfaatan tersebut. Penambahan pengertian masyarakat sekitar taman nasional ialah masyarakat lokal yang telah lama berinteraksi positif dengan hutan serta terdidik dan tercatat untuk melakukakan kegiatan pemanfaatan tradisional. Undang-Undang No 5 Tahun 1994 Pasal 10 Melindungi dan mendorong pemanfaatan sumberdaya alam hayati yang sesuai dengan praktek-praktek budaya, tradisional, yang cocok dengan persyaratan konservasi atau pemanfaatan secara berkelanjutan; Persyaratan pemanfaatan secara berkelanjutan belum terlihat jelas konsep apa yang

dikembangkan dan diperuntukkan untuk siapa praktek budaya dan tradisional tersebut. Menentukan konsep pemanfaatan secara lestari yakni dengan memfokuskan pada sikap masyarakat lokal yang diacu oleh Zuhud (2012).

15

Peraturan Isi Analisis Sintesis

Permenhut Nomor P.19/Menhut-II/2004 Pasal 4 Para pihak pengelolaan kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam. Yakni kelompok masyarakat setempat Kelompok masyarakat setempat belum terdefinisi secara spesifik karena pemanfaatan yang saat ini berjalan yakni hampir semua lapisan masyarakat boleh melakukan kegiatan pemanfaatan hasil hutan. Sebaiknya masyarakat setempat merupakan masyarakat yang terdiri dari masyarakat lokal yang telah lama dan turun temurun melakukan

interaksi dengan hutan dan tercatat sebagai

masyarakat pemanen.

16

3 METODE

Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif.Metode deskriptif kuantitatif, yaitu menjelaskan hubungan antar variabel dengan menganalisis data numerik (angka) menggunakan metode statistik melalui uji hipotesa. Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu terdiri dari varibel bebas (X) dan variabel terikat (Y).

1. Variabel bebas (X), yaitu variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat (Y) yaitu sikap dan perilaku masyarakat. Variabel bebas terdiri dari (a) karakteristik responden (X4), yaitu faktor yang melekat dalam diri individu yang terdiri dari: umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, jumlah pendapatan, (b) Pernyataan mengenai pengetahuan tentang konservasi tumbuhan pakis sayur (X1), (c) pernyataan afektif emosional responden (X3) dan (d) keterampilan mengenai konservasi tumbuhan pakis sayur (X2).

2. Variabel terikat (Y), terdiri dari (a) sikap terhadap konservasi tumbuhan pakis sayur (Y1), aksi konservasi (Y2), dan stimulus sikap terhadap konservasi tumbuhan pakis sayur (Y3).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Gunung Bunder II, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Bogor. Pemilihan lokasi secara sengaja didasarkan pada kesesuaian keberadaan pakis sayur dan pemanfaatan pakis sayur sebagai alternatif sayur mayur dengan identifikasi masalah. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Februari-Mei 2015.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, smartphone dan laptop.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Lembar kuisioner untuk responden.

b.Laporan dan data-data yang menggambarkan kondisi masyarakat di Desa Gunung Bunder II, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Bogor.

Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data lapangan dan pustaka. Adapun teknik pengambilan dan sumber data dari kedua jenis data

Dokumen terkait