• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan usahatani kacang tanah di lokasi penelitian terdiri dari pengolahan lahan, penanaman, pemberian pupuk, penyiangan, panen dan kegiatan pasca panen yaitu pencucian dan penjemuran.

a. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan dilakukan dengan menggunakan cangkul. Pengolaha lahan meliputi kegiatan membersihkan gulma serta sisa-sisa tanaman seperti sisa-sisa jerami padi, menggemburkan tanah sehingga sesuai dengan kondisi yang diperlukan oleh perakaran kacang tanah yaitu tanah yang gembur. Adapun tahap kegiatan pengolahan lahan untuk penanaman kacang tanah di lokasi penelitian adalah mencangkul, kemudian pembabatan, penggemburan tanah atau penggaruan lahan dan sebagian melakukan pembentukan bedengan. b. Penanaman

Petani di lokasi penelitian melakukan penanaman dengan cara memasukkan 1 biji kacang tanah ke dalam tanah. Jarak tanam kacang tanah tidak terlalu diperhatikan, karena petani bisa memperkirakan jarak yang terbaik untuk jarak tanam kacang tanah. Pada umumnya jarak tanam kacang tanah di lokasi penelitian sekitar 10 – 15 cm.

c. Pemupukan

Budidaya tanaman kacang tanah di lokasi penelitian masih tergolong sangat sederhana, dilihat dari kebiasaan petani yang pada umumnya tidak melakukan pemupukan dasar. Hal tersebut karena lahan tergolong subur dan jumlah modal petani terbatas. Kegiatan pemupukan dilakukan setelah tanaman kacang tanah berumur 3 minggu atau 1 bulan, dan kegiatan pemupukan hanya dilakukan sekali saja untuk satu musim tanam. Jenis pupuk yang sangat

umum dipakai oleh petani di lokasi penelitian adalah urea, NPK, SS, Phonska, TSP dan ZA. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa ukuran dosis pupuk urea sebesar 13,10 kg/Ha, pupuk NPK sebesar 3,27 kg/Ha, pupuk SS 1,67 Kg/Ha, pupuk phonska sebesar 5,03 kg/Ha, pupuk TSP sebesar 4,06/Ha, dan pupuk ZA sebesar 0,13 kg/Ha. Uraian tersebut menunjukkan bahwa petani di lokasi penelitian belum memperhatikan ukuran dosis setiap pupuk.

d. Penyiangan

Kegiatan penyiangan dilakukan petani sebelum bunga kacang tanah mekar, hal ini bertujuan untuk menghindari rusaknya bunga kacang tanah. Kegiatan ini dilakuakan dengan cara melonggarkan tanah sekitar gulma dengan mennggunakan cangkul, lalu mencabut dengan tangan. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi banyak tidaknya gulma di areal usahatani kacang tanah. Umumnya penyiangan hanya sekali dalam satu kali musim tanam.

e. Pemberantasan Hama dan Penyakit

Petani di lokasi penelitian tidak ada yang menggunakan zat-zat kimia untuk memberantas hama dan penyakit kacang tanah, karena yang menjadi musuh utama dalam membudidayakan kacang tanah di lokasi penelitian adalah hama tikus dan juga kera sehingga untuk mengatasi tikus petani cukup dengan membersihkan gulma di sekitar kacang tanah sementara untuk mengatasi kera, petani menghidupkan obor di sekitar lahan.

f. Panen

Pemanenan kacang tanah dilakukan setelah kacang tanah berusia 3 sampai 4 bulan. Adapun ciri-ciri kacang tanah yang siap dipanen adalah daun tanaman kacang tanah sudah hampir kering dan luruh, dan usia kacang tanah juga menjadi petunjuk utama bagi petani untuk memanen kacang tanah. Bibit yang dipakai petani di lokasi penelitian adalah bibit varietas lokal yang memiliki usia panen 3,5 – 4 bulan.

g. Pencucian dan Penjemuran

Kegiatan pasca panen yang dilakukan oleh petani adalah pencucian polong kacang tanah yaitu setelah kacang tanah dipanen, dilepaskan dari batangnya, kemudian dicuci dengan menggunakan keranjang bakul, kemudian dijemur. Kegiatan penjemuran pertama sekali dilakukan langsung dibawah terik matahari, kemudian di jemur di atas (langit-langit) rumah petani hingga kering, kemudian setelah sekitar 3 hari kacang tanah dimasukkan ke dalam goni lalu kacang tanah siap dijual. Kacang tanah yang siap dijual diangkut oleh pedagang pengumpul dimana jumlah pedagang pengumpul di daerah ini hanya terdapat 2 orang sehingga tingkat harga per kaleng sama.

Dikatakan sesuai anjuran apabila jumlah persentase skor sebesar 100 % dengan kata lain seluruh sampel melakukan sistem usahatani kacang tanah sesuai dengan sistem yang dianjurkan. Dari lampiran 9 total skor dari semua sistem usahatani kacang tanah yang dilakukan oleh 30 sampel penelitian sebanyak 246. Apabila sistem usahatani sesuai dengan yang dianjurkan maka skor semua kegiatan sebesar 570 dengan demikian persentase skor yang dimiliki oleh petani di lokasi penelitian adalah sebesar 43, 15 % sehingga hipotesis 1 yang menyatakan sistem usahatani kacang tanah dilakukan petani sesuai dengan aturan budidaya tanaman kacang tanah yang dianjurkan tidak berlaku di lokasi penelitian

Tingkat Produksi Kacang Tanah

Tingkat produksi kacang tanah adalah produksi kacang tanah yang dihasilkan pada setiap 1 Ha luas tanam kacang tanah. Tingkat produksi kacang tanah di lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini:

Tabel 11 : Tingkat Produksi Kacang Tanah di Lokasi Penelitian

No Produksi Tingkat Produksi (Kaleng)

1 Per Petani 23,53

2 Per Ha 52,57

Keterangan: 1 Kaleng = 13 Kg Kacang tanah polong kering

Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran 7a, 7b)

Dari tabel tersebut dilihat bahwa tingkat produksi kacang tanah di lokasi penelitian adalah 52,57 Kaleng/Ha yaitu sekitar 683,02 Kg/Ha. Sementara menurut Rukmana (2000) jumlah produksi panen yang normal dalam satuan luas, misalnya untuk lahan seluas satu hektar produksi normal berkisar antara 1,5 – 2,5 ton polong kering.

Dari uraian di atas maka hipotesis 2 yang menyatakan tingkat produksi kacang tanah di lokasi penelitian tergolong rendah dapat diterima.

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi dan Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di Lokasi Penelitian

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi dan pendapatan usahatani kacang tanah dilakukan dengan uji regresi linier berganda yang memenuhi ketentuan uji asumsi klasik. Tabel berikut ini akan menunjukkan variabel-variabel yang diduga mempengaruhi produksi dan pendapatan.

Tabel 12 : Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kacang Tanah di Lokasi Penelitian

No Variabel Koefisien regresi

Standard Error

T

Hitung Signifikan Keterangan 1

Luas

Lahan 0,252 0,133 1,890 0,073 Tidak Nyata

2

Jumlah

Bibit 0,032 0,096 0,328 0,746 Tidak Nyata

3

Pupuk

Urea -0,065 0,044 -1,478 0,155 Tidak Nyata

4

Pupuk

NPK -0,031 0,052 -0,610 0,549

Tidak Nyata

5 Pupuk SS 0,039 0,066 0,591 0,561 Tidak Nyata

6

Pupuk

Phonska 0,149 0,050 2,943 0,008 Nyata

7 Pupuk TSP 0,153 0,061 2,499 0,021 Nyata

8 Pupuk ZA -0,147 0,291 -0,506 0,618 Tidak Nyata

9 Tenaga Kerja 0,708 0,151 4,678 0,000 Nyata Konstanta = 0,777 R2 = 0,926 F Hitung =27,823

Sumber: Data Hasil Output SPSS

Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa ada 9 faktor produksi yang dimasukkan sebagai variabel yang mempengaruhi tingkat produksi kacang tanah di lokasi penelitian.

Variabel yang dimasukkan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani kacang tanah di lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 14 di bawah ini:

Tabel 14: Estimasi Model Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di Lokasi Penelitian

No Variabel Koefisien Regresi Standard Error T Hitung Signifikansi Keter angan 1 Biaya Bibit (Rp) -7827,086 4274,793 -1,831 0,084 Tidak Nyata 2 Biaya Pupuk (Rp) -5022,697 2077,981 -2,417 0,026 Nyata 3 Biaya Penyusutan

(Rp) -0,994 0,397 -2,620 0,017 Nyata

4 Tenaga kerja (Rp) -43.361,27 1989,343 -21,79 0,00 Nyata Konstanta = 24906,985

R2 = 0,993 ; F Hitung = 512,124; Sig = 0,000

Sumber: Data Hasil Output SPSS (Lampiran 10)

Untuk menghindari adanya kesalahan pendugaan model yang dilakukan di atas maka dalam proses selanjutnya dilakukan uji asumsi klasik yang mencakup uji multikolinearitas, heterokedastisitas, yang seterusnya dilanjutkan dengan uji kesesuaian model.

Multikolinearitas

Multikolinearitas terjadi apabila ada korelasi linear antar variabel bebas. Dalam data yang diolah pada penelitian ini, korelasi linier antar variabel bebas dapat dilihat pada lampiran 10a. Data tersebut diolah dengan menggunakan bantuan program SPSS 16. Adapun variabel bebas yang mengakibatkan multikolinearitas adalah variabel luas lahan (X1), pupuk urea (X3) dan variabel tenaga kerja (X9). Dengan demikian ke tiga variabel tersebut dikeluarkan dari model, sehingga diperoleh model yang tidak mengalami multikolinearitas seperti pada lampiran 10b dimana variabel yang diduga akan mempengaruhi produksi kacang tanah adalah jumlah bibit (X2), NPK (X4), SS (X5), Phonska (X6), TSP (X7), ZA (X8).

Multikolinearitas juga terjadi pada variabel bebas yang mempengaruhi pendapatan. Adapun variabel bebas yang mengakibatkan multikolinearitas adalah biaya tenaga kerja (X4)

seperti yang ditunjukkan pada lampiran 11a. Dengan demikian variabel bebas yang diduga mempengaruhi pendapatan usahatani kacang tanah adalah biaya bibit (X1), biaya pupuk (X2), penyusutan (X3). Ketiga variabel bebas tersebut tidak saling berkorelasi linear sehingga tidak terjadi multikolinearitas.

Heterokesdastisitas

Pada persamaan ini tidak terjadi heterokesdisitas karena varians daripada koefisien bersifat konstan. Untuk mengetahui ada tidaknya heterokesdasitas dilakukan dengan uji grafik, dimana apabila terjadi heterokesdisitas, maka titik akan tersebar merata tanpa

membentuk pola tertentu. Kedua gambar berikut ini adalah gambar grafik yang menunjukkan sebaran titik untuk faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan pendapatan usahatani di daerah penelitian.

Gambar 4a: Hubungan Antara Prediksi dan Residu Pada Variabel Faktor Produksi

Gambar 4b: Hubungan Antara Prediksi dan residu Pada Variabel Faktor Pendapatan

Dari gambar 4a dan 4b di atas titik-titik tersebar tanpa membentuk pola tertentu. Dari gambar juga bisa dilihat bahwa apabila nilai regression standardized residual semakin besar bukan berarti nilai regression standardized predicted value semakin besar atau semakin kecil dan sebaliknya. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa titik-titik tersebut tidak

membentuk pola tertentu sehingga dalam persamaan ini tidak ada heterokedastisitas.

Setelah dilakukan uji asumsi klasik dan membuang variabel tertentu pada persamaan selanjutnya dianalisis ulang maka diperoleh model persamaan seperti pada tabel berikut:

Tabel 14: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kacang Tanah di Daerah Penelitian

Variabel B Std. Error t-hitung Sig

Jumlah Bibit (Kg) .579 .147 3.936 .001 Pupuk NPK (Kg) .077 .101 .767 .451 Pupuk SS (Kg) .038 .140 .272 .788 Pupuk Phonska (Kg) .181 .092 1.965 .062 Pupuk TSP (Kg) .072 .128 .561 .580 Pupuk ZA (Kg) .211 .637 .331 .744

Constanta = 1,640 F-Hit = 5, 08 t-hit= 2,62

R2 =0,570 Sig = 0,02

Sumber: Output SPSS (Lampiran 10c)

Tabel 14 di atas adalah tabel hasil regresi faktor produksi yang mempengaruhi

tingkat produksi tanpa multikolinearitas dan heterokedastisitas. Tabel 15 berikut ini tabel yang menunjukkan hasil regresi faktor biaya produksi yang mempengaruhi pendapatan usahatani kacang tanah tanpa multikolinearitas dan heterokedastisitas.

Tabel 15: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di daerah Penelitian

Variabel B Std. Error Beta t-Hitung Sig

Biaya Bibit (Rp) 11.540 3.965 .459 2.911 .007

Biaya Pupuk (Rp) .275 2.323 .019 .118 .907

Penyusutan (Rp) 4.933 2.113 .370 2.335 .028

Constanta = -468141,059 R2 = 0,411, F-Hitung = 6,03; Sig =0,03; t-hit =2,06 Sumber: Output SPSS (Lampiran 11c)

Uji Kesesuaian (Test Goodneess of Fit)

Analisis Koefisien Determinasi (R-Square)

Model fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi cobb-douglas. Dari tabel 14 diketahui nilai R2 = 0,57 faktor produksi jumlah bibit, pupuk NPK, pupuk SS, pupuk phonska, pupuk TSP, pupuk ZA mampu menjelaskan tingkat produksi kacang tanah sebesar 57% dan selebihnya sebesar 43% dijelaskan oleh faktor produksi lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.

Model fungsi yang digunakan untuk mengetahui faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani adalah model regresi linier berganda. Dari tabel 14 diketahui nilai R2 = 0,411 artinya bahwa faktor biaya bibit, biaya pupuk dan biaya penyusutan peralatan pertanian mampu menjelaskan pendapatan usahatani kacang tanah sebesar 41,1 % dan sebesar 58,1 % dijelaskan oleh faktor biaya lain yang tidak dimasukkan dalam model.

Uji Serempak (Uji-F)

Nilai F-hitung fungsi produksi = 5,28 dengan nilai signifikansi=0,02. Nilai F-tabel (9,20) pada tingkat kepercayaan 0,05 = 2,3928. Dari uraian tersebut maka secara serempak jumlah bibit, pupuk NPK, pupuk SS, pupuk phonska, pupuk TSP dan pupuk ZA berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi kacang tanah di daerah penelitian karena nilai hitung > F-tabel dan nilai signifikan< 0,05. (terima Ho, tolak H1).

Nilai F-hitung pendapatan usahatani kacang tanah = 6,03 dengan nilai signifikansi= 0,03. Nilai F-tabel (5,18) pada tingkat kepercayaan 0,05 = 2,7729. Maka dari uraian tersebut diketahui bahwa biaya bibit, biaya pupuk dan biaya penyusutan peralatan berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani kacang tanah karena nilai F-hitung > F-tabel dan nilai signifikansi<0,05. (Terima Ho, tolak H1).

Uji Parsial (Uji-t)

a. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kacang Tanah

Pengaruh antara produksi kacang tanah dengan variabel independennya dapat dilihat secara parsial yaitu dengan menggunakan uji t. Dari hasil output SPSS 16 seperti yang ditunjukkan pada tabel 14 maka model persamaan fungsi produksi Cobb-Douglass adalah sebagai berikut:

Ln Y = Ln 1,640 + 0,0579LnX2 +0,077 LnX4 + 0,038 LnX5 + 0,181 LnX6 + 0,072 LnX7 + 0,211LnX8

Maka model fungsi produksi Cobb-Douglass dari fumgsi persamaan penelitian ini adalah:

Y= 5,155�20,0579�40,077�50,038�60,181�70,072�80,0211

Interpretasi setiap variabel yang mempengaruhi faktor produksi secara parsial seperti berikut:

Nilai t-hitung variabel jumlah bibit (X2) sebesar 3,936 > t-tabel dan nilai signifikansi sebesar 0, 01 <0,05 dengan demikian maka variabel jumlah bibit secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi kacang tanah di daerah penelitian. (Terima Ho, tolak H1). Koefisien regresi variabel jumlah bibit sebesar 0,579 artinya, apabila dilakukan penambahan terhadap penggunaan bibit sebesar 1 % maka akan meningkatkan produksi sebesar 0,579%. Sesuai hasil wawancara dengan petani bahwa sebelum biji kacang tanah dijadikan bibit, maka petani terlebih dahulu melakukan penyortiran terhadap bibit yang baik untuk ditanam.

Variabel bebas (pupuk NPK, pupuk SS, pupuk phonska, pupuk TSP dan pupuk ZA) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kacang tanah di daerah penelitian karena nilai

t-hitung <t-tabel dan nilai signifikansi >0,05. Hasil wawancara dengan petani menjelaskan bahwa kacang tanah di daerah penelitian tidak harus dipupuk akan tetapi, petani memiliki kebiasaan menghabiskan pupuk sisa usahatani padi untuk tanaman kacang tanah.

Kondisi tanah di daerah penelitian tergolong subur, sehingga dalam aplikasi pupuk, petani kurang memperhatikan dosis yang sesuai dengan kebutuhan kacang tanah.

b. Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Kacang Tanah

Model persamaan untuk faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani kacang tanah adalah sebagai berikut:

Y= -468141,059 +11.540X1 + 0,275 X2 + 4.933X3

Variabel bebas biaya bibit (X1) memiliki nilai t-hitung sebesar 2,911> t-tabel dan nilai signifikansi sebesar 0,07 dengan demikian bahwa biaya bibit barpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani kacang tanah (Terima Ho. Tolak H1). Koefisien regresi jumlah bibit (X1) sebesar 11.540 artinya apabila terjadi peningkatan pada harga bibit sebesar Rp.1 maka akan mengurangi pendapatan usahatani kacang tanah sebesar Rp.11.540.

Variabel jumlah pupuk (X2) memiliki t-hitung sebesar 0,118< t-tabel dan nilai signifikansi sebesar 0,907>0,05 dengan demikian jumlah pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani kacang tanah. (Tolak Ho, terimaH1).

Variabel penyusutan (X3) memiliki nilai t-hitung 2,335 > t-tabel dan nilai signifikansi 0,028 <0,05 dengan demikian bahwa biaya penyusutan memiliki pengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani kacang tanah. (Terima o, tolak h1). Koefisien regresi variabel penyusutan sebesar 4.993 artinya apabila terjadi penigkatan pada penyusutan sebanyak Rp.1 akan mengurangi pendapatan usahatani sebesar Rp. 4.933. Apabila ada jumlah barang atau

alat pertanian yang ditambahkan dalam usahatani, maka akan bertambah pula biaya pemeliharaan dan penyusutan dengan demikian pendapatan petani berkurang.

Penerimaan Usahatani Kacang Tanah

Penerimaan usahatani kacang tanah adalah nilai yang diperoleh dari perkalian antara banyaknya produksi kacang tanah dalam bentuk polong kering dengan harga jual per Kg di tingkat petani. Petani di Desa Banuaji IV menjual kacang tanah dalam bentuk polong kering dengan ukuran kaleng. Harga 1 kaleng kacang tanah dalam bentuk polong kering sekitar Rp.80.000 – Rp.85.000 Adapun berat 1 kaleng kacang tanah polong kering menurut petani seberat 13 kg. Maka harga polong kering per Kg pada tingkat petani adalah sebesar Rp. 6500. Tabel 16:Produksi dan Penerimaan Usahatani Kacang Tanah di

Desa Banuaji IV Kec. Adiankoting Tahun 2011

Sumber : Data Primer Diolah (Lampiran 7a, 7b)

Berdasarkan tabel 16 diketahui rata-rata penerimaan dalam usahatani kacang tanah dalam satu kali musim tanam sebesar Rp. 2.000.300 per petani dan penerimaan per Ha sebesar Rp. 4.468.600

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Grace A.J, dkk tahun 2011 yang berjudul pendapatan usahatani kacang tanah di desa Kanonang II kecamatan Kawangkoan, diperoleh hasil produksi kacang tanah 776 liter/petani dengan jumlah penerimaan per petani sebanyak Rp. 6.053.800. Bila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh di daerah penelitian menunjukkan bahwa produksi dan penerimaan usahatani kacang tanah tergolong rendah.

No Uraian Produksi (Kaleng) Penerimaan (Rp)

1 Per Petani 23,53 2.000.333,3

Pendapatan Bersih Usahatani Petani Kacang Tanah

Pendapatan bersih usahatani diperoleh dengan cara mengurangi nilai total penerimaan dengan semua komponen biaya yang dikeluarkan petani. Tabel 17 di bawah ini menunjukkan komponen biaya produksi yang dikeluarkan petani untuk usahatani kacang tanah dalam satu kali musim tanam.

Tabel 17: Komponen Biaya Produksi Usahatani Kacang Tanah (Satu Kali Musim Tanam)

Jenis Biaya Rata-Rata/Petani (Rp) Rata-Rata/Ha (Rp) Persentase (%) Biaya Tetap Penyusutan Peralatan Cangkul 15,433.33 39,822.22 1.09 Garpu 1,833.33 4,669.44 0.13 Parang 7,413.33 18,680.00 0.52 Ember 2,000.00 5,388.89 0.14 Goni 25,350.00 56,383.33 1.79 Mesin Babat 15,666.67 23,333.33 1.11 Bakul 8,416.67 22,387.50 0.59 Biaya Variabel

 Biaya Tenaga Kerja 1,227,198.33 2,968,066.67 86.61

 Pupuk 56,300.00 142,833.33 3.97

 Bibit 57,265.00 135,664.03 4.04

Biaya Total 1.416.843,30 3.457.692.04 100

Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran 3a,3b dan 8a,8b)

Dari tabel 17 di atas persentase untuk biaya paling tinggi hingga biaya paling rendah adalah biaya untuk tenaga kerja 96,54%, biaya penyusutan 1,99% dan biaya pupuk 1,46 %. Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa biaya produksi yang paling tinggi adalah biaya tenaga kerja. Adapun biaya tenaga kerja yang termasuk menjadi biaya produksi adalah biaya tenaga kerja dalam dan luar keluarga.

Setelah mengetahui komponen biaya produksi dalam usahatani kacang tanah di lokasi penelitian maka diketahui pendapatan petani kacang tanah di lokasi penelitian seperti pada tabel 18 dibawah ini

Tabel 18: Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di Desa Banuaji IV

No Uraian Per Petani (Rp) Per Ha (Rp)

1 Penerimaan 2.000.333,33 4.468.638,89

2 Biaya Produksi 1.416.843,30 3.457.692,04

3 Pendapatan Bersih 583.490,03 1.010.946,85

Sumber: Data Primer diolah (Lampiran 8a,8b)

Dari tabel 18 dapat dilihat penerimaan per petani sebesar Rp. 2.000.300 dan biaya produksi per petani Rp. 1.416.800 diperoleh pendapatan bersih per petani Rp. 583.500 sedangkan rata-rata pendapatan bersih per Ha adalah sejumlah Rp. 1.011.000. pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani kacang tanah lebih kecil dari UMR saat ini (Rp.1.300.000) sehingga pendapatan usahatani kacang tanah di daerah penelitian tergolong rendah.

Untuk melihat kelayakan usahatani di lokasi penelitian dilakukan dengan analisis R/C. Analisis tersebut tujuannya untuk mengetahui apakah usahatani kacang tanah layak untuk diusahakan di Desa banuaji IV atau tidak layak.

Tabel 19:Rasio R/C Usahatani Kacang Tanah di Desa Banuaji IV Kec. Adiankoting Tahun 2011 (Sekali Musim Tanam)

Kriteria Per Petani

R/C 1,41

Niai R/C ratio usahatani kacang tanah di daerah penelitian 1,41 Apabila nilai R/C > 1 maka usahatani tersebut layak untuk diusahakan. Dari tabel 19 nilai R/C per petani > 1 menunjukkan bahwa di daerah penelitian , usahatani kacang tanah layak untu dilaksanakan. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis keempat yang menyatakan usahatani kacang tanah di daerah penelitian adalah usaha tani yang layak diusahakan di daerah penelitian dapat diterima.

Dokumen terkait