ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH
(Arachis hipogaea L.) DI KABUPATEN TAPANULI UTARA
(Studi Kasus: Desa Banuaji IV, Kec. Adiankoting, Kab. Tapanuli Utara)
SKRIPSI LISKA SIMAMORA
080304036 AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH
(Arachis hipogaea L.) DI KABUPATEN TAPANULI UTARA
(Studi Kasus: Desa Banuaji IV, Kec. Adiankoting, Kab. Tapanuli Utara)
SKRIPSI
OLEH
LISKA SIMAMORA 080304036 AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing
(Ir. Thomson Sebayang, MT) (
Ketua Anggota
Ir. Asmi Tiurland Hutajulu, MS)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RINGKASAN
Liska Simamora (080304036/Agribisnis), dengan judul skripsi “ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH” , studi kasus Desa Banuaji IV, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara, yang dilakukan pada tahun 2012. Penelitian ini di bawah bimbingan bapak Ir. Thomson Sebayang, MT selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir. A.T. Hutajulu,MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan sistem usahatani kacang tanah di daerah penelitian; untuk menjelaskan tingkat produksi kacang tanah di daerah penelitian; untuk menganalisis pengaruh luas lahan, jumlah penggunaan bibit, pupuk urea, pupuk NPK, pupuk SS, pupuk Phonska, pupuk TSP, pupuk ZA dan tenaga kerja terhadap tingkat produksi usahatani kacang tanah di daerah penelitian; untuk menganalisis pengaruh biaya bibit, biaya pupuk, biaya penyusutan, dan biaya tenaga kerja terhadap pendapatan usahatani kacang tanah di daerah penelitian serta untuk menganalisis kelayakan pelaksanaan kegiatan usahatani kacang tanah di daerah penelitian.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive dengan metode penentuan sampel secara simple random sampling dengan sampel 30 KK dari populasi 225 KK. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan untuk menjelaskan sistem usahatani kacang tanah di daerah penelitian adalah membandingkan sistem usahatani kacang tanah di lokasi penelitian dengan sistem usahatani anjuran sesuai dengan literatur; metode analisis untuk menjelaskan tingkat produksi kacang tanah di lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan data deskriptif; metode analisis untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi tingkat produksi kacang tanah di lokasi penelitian adalah model regresi linier berganda metode OLS dan fungsi produksi Cobb-Douglass, dan untuk menganalisis faktor biaya produksi yang mempengaruhi pendapatan usahatani kacang tanah adalah model regresi linier berganda metode OLS; metode analisis untuk menganalisis kelayakan pengembangan kegiatan usahatani kacang tanah di daerah penelitian dilakukan dengan menggunakan rasio R/C.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas berkat dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang
memampukan penulis menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul skripsi ini adalah “ Analisis Produksi dan Pendapatan Usahatani Kacang Tanah (Arachis hipogeal L) di kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus: Desa Banuaji IV Kecamatan Adiankoting)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT selaku ketua komisi pembimbing yang telah membimbing memberikan motivasi dan arahan untuk melakukan penelitian serta menulis skripsi ini. Ucapan terimakasih
juga saya sampaikan kepada Ibu Ir. A.T. Hutajulu MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ibu DR. Ir. Salmiah, MS Selaku Ketua Jurusan Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara
2. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis khususnya dan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara umumnya
3. Bapak kepala desa Banuaji IV dan bapak sekretaris desa Banuaji IV yang telah
membantu dalam pengambilan data serta wawancara dengan responden
4. Seluruh responden yang telah memberikan waktu dan bersedia untuk wawancara
Medan, Januari 2013
DAFTAR ISI RINGKASAN
KATA PENGANTAR ...i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ...vi
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Rumusan masalah ... 4
Tujuan Penelitian ... 5
Kegunaan Penelitian ... 5
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka ... 6
Landasan Teori ... 11
Fungsi Produksi ... 11
Usahatani ... 13
Kerangka Pemikiran ... 17
Hipotesis Penelitian ... 19
METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 20
Metode Penentuan Sampel ... 21
Metode Pengumpulan Data ... 22
Metode Analisis Data ... 22
Definisi dan Batasan Operasional ... 27
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian ... 29
Luas dan Letak Geografis ... 29
Luas dan Jenis Penggunaan Lahan ... 29
Pemerintahan Desa ... 30
Keadaan Penduduk ... 30
Karakteristik Petani Sampel ... 32
HASIL DAN PEMBAHASAN Usahatani Kacang Tanah di Daerah Penelitian ... 34
Tingkat Produksi Kacang Tanah ... 37
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi dan Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di Lokasi Penelitian ... 38
Uji Asumsi Klasik ... 39
Multikolinearitas ... 39
Heterokesdastisitas ... 40
Uji Kesesuaian (Test Goodness Of Fit) ... 42
Analisis Kesesuaian Determinasi (R-Square) ... 42
Uji Serempak (Uji-F) ... 42
Uji Parsial (Uji-t) ... 43
Penerimaan Usahatani Kacang Tanah ... 48
Pendapatan Bersih Usahatani Petani Kacang Tanah ... 49
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 52
Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Hal
1 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kacang Tanah di Indonesia Tahun 2006-2010
3
2 Varietas Unggul Kacang Tanah 9
3 Luas Panen, Produksi, Produktivitas Kacang Tanah Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2010
20
4 Luas Panen, Produksi, Produktivitas Kacang Tanah Kecamatan Adiankoting tahun 2010
21
5 Luas dan Jenis Penggunaan Lahan 29
6 Distribusi Penduduk Desa Banuaji IV Berdasarkan Jenis Kelamin
30
7 Distribusi Penduduk Desa Banuaji IV Berdasarkan Mata Pencaharian
31
8 Sarana dan Prasarana Desa Banuaji IV 31
9 Karakteristik Petani Sampel 32
10 Sistem Usahatani Kacang Tanah di Lokasi Penelitian 37
11 Tingkat Produksi Kacang Tanah di Lokasi Penelitian 40
12 Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kacang Tanah di Lokasi Penelitian
41
13
14
Tabel Estimasi Model Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di Lokasi Penelitian
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kacang Tanah di Lokasi Penelitian
42
15 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di Lokasi Penelitian
45
16 Produksi dan Penerimaan Usahatani Kacang Tanah di Desa Banuaji IV Kec. Adiankoting Tahun 2011
49
17
18
19
Komponen Biaya Produksi Usahatani Kacang Tanah (Satu Kali Musim Tanam)
Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di Desa Banuaji IV
Rasio R/C Usahatani Kacang Tanah di Desa Banuaji IV Kec. Adiankoting Tahun 2011 (Satu Kali Musim Tanam)
50
51
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Hal
1 Fungsi Produksi 12
2 Titik Impas (BEP) 16
3 Kerangka Pemikiran 18
4a Hubungan Antara Prediksi dan Residu Pada Variabel Faktor Produksi
41
4b Hubungan Antara Prediksi dan Residu Pada Variabel Faktor Pendapatan
RINGKASAN
Liska Simamora (080304036/Agribisnis), dengan judul skripsi “ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH” , studi kasus Desa Banuaji IV, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara, yang dilakukan pada tahun 2012. Penelitian ini di bawah bimbingan bapak Ir. Thomson Sebayang, MT selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir. A.T. Hutajulu,MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan sistem usahatani kacang tanah di daerah penelitian; untuk menjelaskan tingkat produksi kacang tanah di daerah penelitian; untuk menganalisis pengaruh luas lahan, jumlah penggunaan bibit, pupuk urea, pupuk NPK, pupuk SS, pupuk Phonska, pupuk TSP, pupuk ZA dan tenaga kerja terhadap tingkat produksi usahatani kacang tanah di daerah penelitian; untuk menganalisis pengaruh biaya bibit, biaya pupuk, biaya penyusutan, dan biaya tenaga kerja terhadap pendapatan usahatani kacang tanah di daerah penelitian serta untuk menganalisis kelayakan pelaksanaan kegiatan usahatani kacang tanah di daerah penelitian.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive dengan metode penentuan sampel secara simple random sampling dengan sampel 30 KK dari populasi 225 KK. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan untuk menjelaskan sistem usahatani kacang tanah di daerah penelitian adalah membandingkan sistem usahatani kacang tanah di lokasi penelitian dengan sistem usahatani anjuran sesuai dengan literatur; metode analisis untuk menjelaskan tingkat produksi kacang tanah di lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan data deskriptif; metode analisis untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi tingkat produksi kacang tanah di lokasi penelitian adalah model regresi linier berganda metode OLS dan fungsi produksi Cobb-Douglass, dan untuk menganalisis faktor biaya produksi yang mempengaruhi pendapatan usahatani kacang tanah adalah model regresi linier berganda metode OLS; metode analisis untuk menganalisis kelayakan pengembangan kegiatan usahatani kacang tanah di daerah penelitian dilakukan dengan menggunakan rasio R/C.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Negara Indonesia sebagai negara agraris sedang mengalami kesulitan dalam
mempertahankan ketahanan pangan dimana pangan pokok yang dikenal masyarakat Indonesia
adalah bersumber dari produk pertanian. Berdasarkan rumusan musyawarah perencanaan
pembangunan pertanian tahun 2006, arah kebijakan pembangunan pertanian tahun 2005 –
2009 dilaksanakan melalui tiga program, yaitu (1) Program peningkatan ketahanan pangan,
(2) Program pengembangan agribisnis, dan (3) Program peningkatan kesejahteraan petani.
Operasionalisasi program peningkatan ketahanan pangan dilakukan melalui peningkatan
produksi pangan, menjaga ketersediaan pangan yang cukup, aman dan halal di setiap daerah
setiap saat dan antisipasi agar tidak terjadi kerawanan pangan. Pembangunan sub sektor
tanaman pangan akan difokuskan pada akselerasi peningkatan produktivitas di daerah yang
tingkat produktivitasnya masih rendah (Warsana, 2007).
Seperti diketahui bersama bahwa penelitian mengenai peningkatan ketahanan pangan
telah banyak dilakukan peneliti terutama diversifikasi pangan tetapi tetap saja masalah
kerawanan pangan terjadi di Indonesia. Bahkan masalah semakin rumit lagi dimana semakin
banyaknya jumlah impor yang mengakibatkan masalah baru di bidang pertanian salah satunya
terjadi penurunan pendapatan petani. Menurut BPS jumlah komoditas tanaman pangan di
Indonesia ada 7 jenis yakni padi, jagung, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, ubi jalar dan ubi
kayu.
Di Indonesia angka produksi kacang tanah, diantara jenis kacang-kacangan lainnya,
menempati urutan kedua setelah kedelai. Meskipun demikian tanaman ini memiliki kendala
optimal sehingga drainasenya buruk dan struktur tanah padat, pemeliharaan tanaman yang
kurang optimal, serangan hama dan penyakit (bercak daun, karat, virus, dan layu bakteri),
penanaman varietas yang berproduksi rendah, mutu benih yang rendah dan kekeringan
(Suprapto, 2000).
Komoditas tanaman pangan kacang tanah telah dimanfaatkan sebagai salah satu
substitusi bahan baku minyak goreng. Menurut AAK (2000) setiap 100 Kg kacang tanah,
dapat menghasilkan minyak antara 40-60 liter.
Kacang tanah dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk, antara lain sebagai bahan
sayuran, saus, dan digoreng atau direbus. Sebagai bahan industri dapat dibuat keju, mentega,
sabun, dan minyak. Daun kacang tanah dapat digunakan untuk pakan ternak dan pupuk. Hasil
sampingan dari pembuatan minyak berupa bungkil dapat dijadikan oncom dengan bantuan
fermentasi jamur (Suprapto, 2000).
Sebagai bahan pangan dan pakan ternak yang bergizi tinggi, kacang tanah
mengandung lemak (40-50%), protein (20%), karbohidrat serta vitamin (A,B,C,D,E dan K).
Disamping itu, juga mengandung bahan-bahan mineral antaralain Ca, Cl, Fe, Mg, P, K dan S
(Suprapto, 2000).
Pemanfaatan kacang tanah yang beraneka ragam tersebut diakibatkan semakin
meningkatnya pengolahan terhadap produk kacang tanah. Akan tetapi bila diperhatikan
penurunan luas lahan untuk kacang tanah terus terjadi mulai tahun 2006-2010. Seperti yang
terlihat pada tabel 1 berikut bahwa setiap tahun terjadi penurunan pada luas panen dan
Tabel 1: Luas panen (Ha), Produksi (Ton) dan Produktivitas (Ku/Ha) Kacang Tanah di Indonesia Tahun 2006-2010
Tahun Luas Panen(Ha) Produksi(Ton) Produktivitas(Ku/Ha)
2006 706.753 838.096 11,86
2007 660.480 789.089 11,95
2008 633.922 770.054 12,15
2009 622.616 777.888 12,49
2010 620.563 779.228 12,56
Sumber: www.bps.go.id
Pengurangan luas lahan yang setiap tahun terjadi menimbulkan besar kemungkinan
pengaruhnya terhadap pengurangan produksi ke tahun-tahun berikutnya dan tidak menutup
kemungkinan untuk jumlah kacang tanah impor pun terus meningkat dan hingga kini sudah
menguasai 60% pasar kacang tanah di dalam negeri (Anonimous1, 2011).
Dilihat dari selera konsumen, di Sumatera Utara konsumen lebih suka produk lokal
daripada produk impor karena rasanya yang gurih dan manis walaupun ukuran butir kacang
lokal tergolong kecil dibandingkan kacang tanah impor, akan tetapi konsumen lebih memilih
untuk membeli kacang tanah produk impor karena harganya lebih murah.
Peningkatan impor kacang tanah secara khusus di Sumatera Utara terjadi juga akibat
penurunan produksi kacang tanah mulai tahun 2009- 2011 yaitu 16.771 ton tahun 2009 16.449
ton tahun 2010, menjadi 10.550 ton tahun 2011. Penurunan produksi tersebut terjadi akibat
berkurangnya areal budidaya kacang tanah dari tahun 2009 seluas 14.294 hektar menjadi
10.375 hektar pada tahun 2011 (Anonimous2, 2011).
Hal yang mengakibatkan penurunan produksi di dalam negeri dipengaruhi oleh
faktor-faktor produksi (luas lahan, benih, pupuk, tenaga kerja, dan obat-obatan) yang
menggunakan sumber daya yang dimilikinya (lahan, tenaga kerja, alat pertanian, dan modal)
seefisien mungkin.
Salah satu daerah di wilayah provinsi Sumatera Utara yang potensial dikembangkan
untuk menjadi sentra produksi kacang tanah lokal adalah Kabupaten Tapanuli utara. Karena di
daerah ini ada ditemukan makanan khas yang terbuat dari kacang tanah antara lain kacang
sihobuk. Luas panen kacang tanah pada tahun 2007 di kabupaten Tapanuli utara 2.711 Ha
sementara pada tahun 2009 berkurang menjadi 2.198 Ha, demikian juga hal nya dengan
produksi tahun 2007 sebanyak 4.801 ton dan tahun 2009 menjadi 3.891 ton (BPS, 2009).
Angka-angka di atas menunjukkan penurunan luas lahan dan produksi di Kabupaten Tapanuli
Utara dengan demikian penulis menetapkan judul yakni untuk menganalisis produksi dan
pendapatan usahatani petani kacang tanah dan Kabupaten Tapanuli Utara menjadi daerah
penelitian.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah sistem usahatani kacang tanah di daerah penelitian?.
2. Bagaimana tingkat produksi kacang tanah di daerah penelitian?.
3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat produksi dan pendapatan usahatani
kacang tanah kacang tanah di. daerah penelitian?.
4. Apakah usahatani kacang tanah adalah usahatani yang menguntungkan dan layak
untuk dikembangkan secara finansial?.
Tujuan Penelitian
1. Untuk menjelaskan sistem usahatani kacang tanah di daerah penelitian.
2. Untuk menjelaskan tingkat produksi kacang tanah di daerah penelitian.
3. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi dan
pendapatan usahatani kacang tanah di daerah penelitian.
4. Untuk menganalisis pendapatan usahatani dan kelayakan usahatani kacang tanah.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam
mengambil kebijaksanaan bidang analisis ekonomi usahatani kacang tanah
2. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi para petani mengenai kelayakan
usahatani kacang tanah di daerah penelitian.
TINJAUAN PUSTAKA , LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka
Kacang tanah adalah tanaman palawija, yang tergolong dalam famili leguminoceae
sub-famili papilionoideae, genus Arachis dan Hypogeae. Tanaman kacang tanah membentuk
polong (buah) dalam tanah. Kacang tanah sebagai salah satu komoditas tanaman pangan yang
memiliki nilai gizi yang tinggi dan lezat rasanya, termasuk jenis tanaman pangan yang telah
memasyarakat dan disukai oleh banyak orang sehingga perlu dikembangkan dan ditingkatkan
produksinya. Usaha untuk meningkatkan produksi kacang tanah ini akan bisa tercapai, apabila
para petani menggunakan teknologi pertanian modern dan sekaligus menguasai ketrampilan
(AAK, 2000).
Kacang tanah kaya dengan lemak, mengandung protein yang tinggi, zat besi, vitamin E
dan kalsium, vitamin B kompleks dan Fosforus, vitamin A dan K, lesitin, kolin dan kalsium.
Kandungan protein dalam kacang tanah jauh lebih tinggi dari daging, telur dan kacang soya.
Mempunyai rasa yang manis dan banyak digunakan untuk membuat beraneka jenis kue.
Kacang tanah juga dikatakan mengandung bahan yang dapat membina ketahanan tubuh dalam
mencegah beberapa penyakit. Mengkonsumsi satu ons kacang tanah lima kali seminggu
dinyatakan dapat mencegah penyakit jantung. Kacang tanah bekerja meningkatkan
Sistem pertanaman kacang tanah menurut anjuran Suprapto (2000) adalah sebagai
berikut
a. Pengolahan Lahan
Pengolahan tanah biasanya dilakukan dengan cangkul, bajak, atau traktor sampai kedalaman 20-30 cm
dari permukaan tanah. Pengolahan lahan dengan bajak sebaiknya diulang dua kali, kemudian
diteruskan dengan penggaruan agar bongkahan tanah menjadi remah.
b. Cara Penanaman
Pada tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dalam larikan dengan jarak tanam (40 x
15) cm atau (30 x 20) cm. Pada tanah yang kurang subur dapat ditanam lebih rapat (40 x 10)
cm atau (20 x 20 ) cm. Lubang tanamnya dibuat sedalam 3 cm dengan cara ditugal. Ke dalam
setiap lubang tanam dimasukkan satu biji kacang tanah lalu ditutup dengan tanah halus.
c. Pemupukan
Untuk kacang tanah, pupuk yang banyak dipakai adalah pupuk nitrogen (N), fosfat (P), dan
kalium (K). Pemberian pupuk nitrogen dilakukan sehari sebelum tanam atau bersamaan
dengan saat tanam. Dosis pupuk nitrogen yang diberikan 15-20 Kg N/ha dan dipendam sejauh
5 cm dari tanah. Pemberian pupuk fosfat (P) dilakukan beberapa waktu sebelum tanam,
sebagai pupuk dasar dan bersamaan dengan waktu tanam. Dosis pupuk fosfat 45 kg/ha.
Pemberian pupuk kalium yang cukup akan membuat polong tumbuh baik dan berisi penuh.
Pupuk kalium (K2O) dapat diberikan pada waktu tanam sebagai pupuk dasar sebanyak 50-60
d. Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada waktu tanaman berbunga dengan cara mengored tanah di antara
barisan-barisan tanaman. Pada saat bunga berumur 4-6 minggu sebaiknya tidak dilakukan
penyiangan karena akan merusak bunga dan mengganggu pertumbuhan polong.
e. Pemberantasan Hama dan Penyakit
Dilakukan dengan penanaman varietas unggul, pengadaan rotasi tanaman, pemberantasan
serangga vektor, penyemprotan dengan pestisida.
f. Panen
Kacang tanah dapat dipanen apabila sebagian besar daun pada pertanaman mulai mengering
dan luruh. Penentuan waktu panen dapat juga didasarkan pada umur varietas yang ditanam.
g. Pencucian polong kacang tanah dilakukan setelah polong tersebut dicabut kemudian dijemur
di bawah terik matahari sampai polongnya kering.
Kacang tanah berkembang sejalan dengan meningkatnya industri makanan berbahan
baku kacang tanah. Varietas yang paling lama dikenal adalah Gajah dan Banteng. Beberapa
varietas yang saat ini banyak ditanam antara lain kelinci, jerapah, Anoa, Tapir, Panter, Kacang
Garuda Tiga, Kacang Garuda Dua. Menurut Purwono dan Purnawati, (2009) berikut
Tabel: 2 Varietas Unggul Kacang Tanah
Varietas Keunggulan
Banteng Umur panen 100-110 hari, Produksi 1,2-1,8 ton/ha
Gajah
Umur panen 100-110 hari, produksi 1,2-1,8 ton/ha,
tahan layu
Kijang
Umur panen 100-110 hari, produksi 1,2-1,8 ton/ha,
tahan layu
Macan
Umur panen 100-110 hari, produksi 1,2-1,8 ton/ha,
tahan layu
Anoa Umur panen 100-110 hari, produksi 1,8 ton/ha, tahan layu, tahan karat daun, dan tahan bercak cokelat daun
Tapir
Umur Panen 95-100 hari, produksi 1,8-2 ton, tahan
layu
Kacang garuda
Tiga
Umur panen 85-90 hari, produksi 2,25 ton/ha, tahan
layu
Kacang Garuda
Dua
Umur panen 85-90 hari, produksi 2,3 ton/ha, tahan
layu
Bison
Umur panen 90-95 hari, potensi hasil 3,6 ton/ha, agak tahan A.Flafus, agak tahan karat, agak tahan bercak daun, toleranpenaungan intensitas 25%, toleran kahat Fe, dan adaptif di alfisol alkalis
Sarana produksi pertanian (saprotan) merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mendukung perkembangan atau kemajuan pertanian terutama untuk mencapai tujuan
terciptanya ketahanan pangan. Pupuk dan pestisida (obat-obatan pertanian) adalah sarana produksi pertanian utama yang paling banyak diperlukan petani dalam kegiatan pertanian.
Pupuk dalam hal ini terdiri dari pupuk organik (kompos, kotoran hewan, kasting, dan pupuk hijau) dan pupuk anorganik (urea, ZA, TSP, SP36 dan KCL). Sedangkan pestisida meliputi,
herbisida, insektisida, fungisida, dan lainnya (Purwono dan Purnawati, 2009).
Tenaga kerja (manpower) adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun
atau lebih) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa. Sebelum tahun 2000,
Indonesia menggunakan patokan seluruh penduduk berusia 10 tahun ke atas (lihat hasil
Sensus Penduduk 1971, 1980 dan 1990). Namun sejak Sensus Penduduk 2000 dan sesuai
dengan ketentuan internasional, tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun atau
lebih (Anonimous, 2009).
Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani yang terdiri
atas ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak-anak petani. Anak-anak berumur 12 tahun
sudah merupakan tenaga kerja yang produktif bagi usahatani. Tenaga kerja yang berasal dari
keluarga petani ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara
keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam uang. Dengan cara begini tidak ada upah uang
yang harus dibayar dan ini dapat menekan biaya tenaga kerja (Mubyarto, 1987).
Pada usahatani kacang tanah, pemakaian tenaga kerja terdiri dari beberapa
kegiatan yaitu: pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, penyiangan, pemberantasan HPT,
tanah yang paling banyak diperlukan adalah saat kegiatan penyiangan dan panen (Safrina,
2010).
Soekartawi mengelompokan modal dalam dua jenis yakni barang yang tidak habis
dalam sekali produksi misalnya lahan pertanian, bangunan dan peralatan pertanian dimana
penyusutannya dihitung setahun sekali. Satu lagi modal menurut Soekartawi adalah barang
yang langsung habis dalam proses produksi seperti benih, pupuk, obat-obatan dan sarana
produksi lainnya (Soekartawi, 1995).
Landasan Teori Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil
produksi (output) maksimum yang dapat dihasilkan dari suatu ramuan faktor-faktor produksi
(input) tertentu dengan teknologi tertentu. Fungsi produksi dinyatakan sebagai P=f(Q) dimana
P adalah total produksi dan Q jumlah input atau faktor-faktor produksi (Wibisono, 1999).
Istilah fungsi produksi ditemukan dalam ilmu ekonomi. Yang dimaksud dengan
fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik
(output) dengan faktor-faktor produksi (input). Dalam bentuk matematika sederhana fungsi
produksi ini dituliskan sebagai berikut:
Y= f(x1, x2,....xn)
Dimana:
Y = Hasil produksi fisik (output)
x1 , x2...xn = faktor-faktor produksi (input)
Untuk dapat menggambarkan fungsi produksi ini secara jelas dan menganalisa
y
x
satu faktor produksi dianggap variabel (berubah-ubah) sedangkan faktor-faktor produksi
lainnya dianggap konstan. Berikut ini gambar fungsi produksi .
output
Gambar 1: Fungsi Produksi Input
Hubungan fungsional seperti digambarkan di atas berlaku untuk semua faktor produksi
misalnya tenaga kerja, luas lahan, sarana produksi dan input lainnya (Mubyarto, 1987).
Perkembangan atau pertambahan produksi dalam kegiatan ekonomi tidak lepas dari
peranan faktor-faktor produksi atau input untuk menaikkan jumlah output yang diproduksi
dalam perekonomian. Fungsi produksi adalah hubungan teknis yang menghubungkan antara
faktor produksi (input) dan hasil produksi (output). Disebut faktor produksi karena bersifat
mutlak, supaya produksi dapat dijalankan untuk menghasilkan produk.
Fungsi produksi yang dipakai dalam penelitian ini adalah fungsi produksi
cobb-douglass. Kelebihan model ini dibandingkan dengan fungsi lain yaitu pertama
perubah-perubah yang diamati adalah perubah-perubah harga output dan input, sehingga lebih sesuai dengan
kerangka pengambilan keputusan produsen yang memperhitungkan harga sebagai faktor
ketiga fungsi penawaran Output dan permintaan input dapat diduga bersama-sama tanpa harus
membuat fungsi produksi yang eksplisit. Pada ketiga kelebihan tersebut juga terdapat
keterbatasan
dalam menginterpretasikan hasil elastisitas yang diperoleh Keterbatasanya antara lain: (1)
dugaan, elastisitas permintaan harga sendiri akan selalu elastis, (2) dugaan elastisitas
permintaan silang akan selalu negatif, yang berarti hubungan antara input akan selalu
komplementer (Anonimous4, 2007).
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam menggunakan fungsi produksi
cobb-douglass sebagai berikut:
1. Pengamatan variabel penjelas (X) tidak ada yang sama dengan nol, karena logaritma
dari nol adalah bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).
2. Diasumsikan tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan dalam fungsi
produksi. Apabila fungsi produksi Cobb-Douglas dipakai sebagai model suatu
pengamatan dan jika diperlukan analisis yang membutuhkan lebih dari 1 model, maka
perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan bukan terletak pada kemiringan
garis (slope) model tersebut.
3. Setiap variabel X adalah perfect competation.
4. Hanya terdapat satu variabel yang dijelaskan yaitu (Y).
5. Perbedaan lokasi sudah tercakup dalam faktor kesalahan.
Usahatani
Usahatani adalah usaha yang tidak terlepas dari biaya-biaya. Biaya dalam usahatani
dibedakan menjadi dua yakni biaya tetap (Fixed cost) dan biaya variabel (Variable cost).
TC= TFC + TVC.
Penerimaan petani pada dasarnya juga terdiri atas dua bagian yakni penerimaan kotor
yaitu penerimaan yang berasal dari penjualan hasil pertanian. Penerimaan ini diperoleh
dengan perhitungan jumlah hasil produksi dikalikan dengan harga atau:
TR= Q.P
Dimana:
TR= Total penerimaan kotor
Q= Jumlah Hasil Produksi
P= Harga produksi
Selain penerimaan kotor dikenal istilah penerimaan bersih yaitu penerimaan yang
diperoleh dari hasil perhitungan penjualan hasil produksi pertanian setelah dikurangi dengan
biaya produksi yang digunakan. Atau: Π= TR – TC
Dimana:
Π= Penerimaan Bersih
TR= Penerimaan kotor
TC= Total Biaya produksi yang dikeluarkan
Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana
seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif apabila petani
atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai)
sebaik-baiknya; dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran
Pada analisis ekonomi usaha, data penerimaan biaya dan pendapatan usaha sangat
perlu diketahui. Penerimaan usaha adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan
harga jual yang berlaku saat ini. Sedangkan biaya usaha adalah semua pengeluaran yang
dipergunakan baik mempengaruhi ataupun tidak mempengaruhi jumlah produksi yang
dihasilkan dan pendapatan usaha merupakan selisih antara penerimaan usaha dan pengeluaran.
Analisis R/C singkatan dari Return Cost Ratio atau dikenal sebagai perbandingan
(nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara matematik, hal ini dapat dituliskan sebagi
berikut:
a = R/ C
dimana: R (Revenue)=Py.y
: C (Cost) = FC +VC
Sehingga a = {(Py.y)/(FC+VC)}
Keterangan:
R= Penerimaan
C= Biaya
Py= Harga output
Y= Output
FC= Biaya Tetap (Fixed Cost)
VC= Biaya Variabel (Variabel Cost)
FC biasanya diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam usahatani yang
besar-kecilnya tidak tergantung dari besar-besar-kecilnya output yang diperoleh. Misalnya iuran irigasi,
R
biaya yang dikeluarkan untuk usahatani yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh perolehan
output misalnya sarana produksi dan tenaga kerja.
Secara teoritis dengan rasio R/C= 1 artinya tidak untung dan tidak rugi (Break even
Point). Namun karena adanya biaya usahatani yang kadang-kadang
tidak dihitung, maka kriterianya dapat diubah menurut keyakinan peneliti (Soekartawi, 1995).
BEP (Break Even Point) usahatani atau sering disebut dengan titik impas, yaitu dimana
suatu keadaan ketika total biaya yang dikeluarkan sama dengan jumlah penerimaan; TC = TR
0 y A
Gambar 2: Titik Impas (BEP)
Pada gambar 2 dapat dilihat pada tingkat produksi berapa suatu usahatani mencapai
titik impas atau break Even point (BEP). Bila produksi mencapai titik di sekitar OY1, maka usahatani tersebut rugi karena R<TC; sebaliknya bila produksi berada di OY maka usahatani
itu untung karena R> TC (Soekartawi, 2000).
Kerangka Pemikiran
Usahatani kacang tanah di Kabupaten Tapanuli Utara merupakan suatu usaha di
bidang pertanian tanaman pangan yang menjadi pilihan bagi petani karena dianggap sebagai
komoditas yang berpotensi dan cocok dengan kondisi alam yang ada. Untuk meningkatkan
usahatani kacang tanah yang diperlukan adalah bagaimana mengalokasikan faktor-faktor
produksi usahatani pada lahan agar lebih efisien. Tingkat efisien penggunaan faktor-faktor
produksi kacang tanah berpengaruh pada output dan pendapatan petani kacang tanah di
Kabupaten Tapanuli Utara. Kerangka pemikiran penelitian ini digambarkan sebagai berikut :
FC
Keterangan: Ada pengaruh Ada hubungan Gambar 3: Kerangka pemikiran
Usahatani Kacang Tanah
Input Variabel:
- Sarana produksi pertanian - Tenaga kerja
Input tetap: -Luas lahan -Sewa lahan/ PBB -Penyusutan alat
Produksi
Penerimaan
Pendapatan usaha tani
R= Q x P
R= Penerimaan Q=Jumlah hasil
Produksi P= Harga Produksi
Biaya Produksi
Kelayakan usahatani Sistem usahatani kacang tanah mulai dari pengolahan lahan sampai panen
Dari gambar 3 di atas bahwa keuntungan ditentukan oleh besarnya produksi sementara
produksi sangat dipengaruhi oleh kedua input yakni input variabel yang terdiri dari input
tetap.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu pendapat atau teori yang masih kurang
sempurna, dengan kata lain hipotesis adalah kesimpulan yang belum final dalam arti luas
masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya. Dalam penelitian ini digunakan hipotesis
sebagai berikut:
1. Sistem usahatani kacang tanah dilakukan petani sesuai dengan aturan budidaya
tanaman kacang tanah yang dianjurkan
2. Tingkat produksi kacang tanah di daerah penelitian tergolong rendah
3. Faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi kacang tanah adalah sarana
produksi, luas lahan, modal, penggunaan alat mesin pertanian dan jumlah tenaga kerja
4. Usahatani kacang tanah adalah usaha tani yang menguntungkan dan layak
METODE PENELITIAN Metode Penentuan daerah penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu di Desa Banuaji IV, Kecamatan
Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Peneliti menentukan daerah
penelitian tersebut secara sengaja karena daerah ini merupakan sentra produksi kacang tanah
di kabupaten Tapanuli Utara ditinjau dari luas panen dan produksi yang paling tinggi diantara
[image:31.612.88.533.312.597.2]kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 3: Luas Panen, Produksi, Produktivitas kacang tanah kabupaten Tapanuli Utara tahun 2010
No Kecamatan Luas Panen
(Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Kw/Ha))
1 PARMONANGAN 120 214.40 17.70
2 ADIANKOTING 421 745.17 17.70
3 SIPOHOLON 335 589.60 17.60
4 TARUTUNG 113 199.45 17.65
5 SIATAS BARITA 65 114.40 17.60
6 PAHAE JULU 15 26.18 17.45
7 PAHAE JAE 66 115.17 17.45
8 PURBATUA 26 45.63 17.55
9 SIMANGUMBAN 18 31.59 17.55
10 PANGARIBUAN 111 195. 92 17.65
11 GAROGA 61 109.50 17.95
12 SIPAHUTAR 54 96.39 17.85
13 SIBORONG-BORONG 409 730.07 17.85
14 PAGARAN 235 415.95 17.70
15 MUARA 202 358.55 17.75
JUMLAH 2.143 3.891,28 17,71
Sumber: Tapanuli Utara Dalam Angka, BPS Sumatera Utara, 2011
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Kecamatan Adiankoting merupakan
kecamatan yang memiliki luas lahan dan produksi kacang tanah yang lebih tinggi
dibandingkan kecamatan yang lainnya. Tabel berikut ini menunjukkan produksi dan luas
Tabel 4: Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Kacang Tanah di kecamatan AdiankotingTahun 2010
No
Desa
Luas Lahan (Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Kw/Ha)
1 Dolok nauli 45 80.10 17.70
2 Banuaji I 75 141.75 18.90
3 Banuaji II 40 68.00 17.00
4 Banuaji IV 95 161.50 17.00
5 Pansurbatu 80 142.40 17.80
6 Pagaran Lambung I 35 59.50 17.00
7 Pagaran Lambung II 20 35.60 17.80
8 Pagaran Lambung III 21 37.38 17.80
9 Pagaran Lambung IV 10 17.78 17.78
Sumber: PPL kecamatan Adiankoting Tahun 2011
Tabel di atas menunjukkan bahwa desa Banuaji IV sebagai daerah sentra produksi dari
seluruh desa yang terdapat di Kecamatan Adiankoting.
Metode Penentuan Sampel
Menurut BPS kecamatan Adiankoting dalam angka tahun 2011 desa Banuaji IV dihuni
oleh 225 KK dimana semua penduduknya menanam kacang tanah. Dari sejumlah kepala
keluarga ini, ditarik sampel penelitian. Penarikan sampel dilakukan secara simple random
sampling.
Beberapa ahli percaya bahwa 30 subjek per kelompok dapat dipertimbangkan sebagai
ukuran minimum (Sevilla, dkk, 1993).
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dalam hal ini jumlah sampel ditetapkan
sebesar 30 KK.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu data primer dan data
daerah penelitian sementara data sekunder diperoleh dari berbagai lembaga seperti BPS, PPL
Kecamatan Adiankoting, dan kantor camat Kecamatan Adiankoting.
Metode Analisis Data
Untuk menguji hipotesis 1 yaitu sistem usahatani kacang tanah, dilakukan dengan cara
mengetahui terlebih dahulu bagaimana proses usahatani kacang tanah yang dilakukan petani
di daerah penelitian. Dengan demikian bisa diketahui apakah kegiatan yang dilakukan sesuai
atau tidak sesuai dengan yang dianjurkan menurut Suprapto (2000). Dalam analisisnya, untuk
kegiatan yang dilakukan sesuai teknis budidaya yang dianjurkan diberikan skor tertinggi = 1
sementara untuk teknis budidaya yang tidak sesuai diberikan skor =0.
Untuk menguji hipotesis 2 diperlukan data deskriptif. Jumlah produksi
panen yang normal dalam satuan luas, misalnya untuk lahan seluas satu hektar
produksi normal berkisar antara 1,5-2,5 ton polong kering (Anonimous4, 2007).
Model analisis yang digunakan menguji hipotesis 3 adalah fungsi produksi Cobb-
Douglas metode OLS. Fungsi produksi Cobb-Douglas ini adalah suatu fungsi yang melibatkan
dua dan atau lebih variabel, dimana variabel satu disebut variabel dependen (Y) dan yang
lainnya disebut variabel independen (X), penyelesaian hubungan antara X dan Y adalah
dengan cara regresi, dimana variasi dari Y akan dipengaruhi variasi dari X (Soekartawi,
1995).
Fungsi produksi Cobb-Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least Square)
dipergunakan untuk mengetahui hubungan antara input dan output serta mengukur pengaruh
dari berbagai perubahan harga dari input terhadap produksi. Dalam menggunakan fungsi
Cobb-Douglas ini dengan memasukkan input variabel dan input tetap. Adapun bentuk fungsi
Y= A �1�1�2�2�3�3�4�4�5�5�6�6�7�7�8�8�9�9
Untuk memperoleh persamaan dalam bentuk linear, maka perlu dilakukan pengambilan
logaritma dari persamaan di atas sehingga menjadi sebagai berikut:
Log Y= A+a1 log�1 +�2����2 +�3����3 +�4����4 +�5����5 +�6����6 +�7����7 +
�8����8 +�9����9 dimana :
Y = produksi kacang tanah
X1= Luas Lahan (Ha)
X2 = Jumlah Benih (Kg) X3=Pupuk Urea (Kg)
X4=Pupuk NPK (Kg)
X5= Pupuk PHONSKA (Kg)
X6=Pupuk SS (Kg)
X7= Pupuk TSP (Kg)
X8= Pupuk ZA (Kg)
X9= Tenaga Kerja (HKP)
a1...a9= koefisien input
Model yang sudah terbentuk adalah model persamaan regresi linear majemuk. Dalam
regresi linear dikenal uji kesesuaian secara serempak maupun parsial dan juga uji asumsi
klasik yang akan dibahas sebagai berikut.
Uji Kesesuaian (Test Goodness of Fit)
Untuk menguji pengaruh input terhadap output digunakan uji F dengan rumus sebagai
�ℎ����� = �
2/�
(1− �)(� − � −1)
Dengan keterangan:
r2= Koefisien determinasi n= Jumlah sampel
k= Derajat bebas pembilang; Jumlah parameter yang diamati
n-k-1= Derajat bebas penyebut
Uji F ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi koefisien secara serempak
dengan kriteria uji hipotesis adalah:
Jika �ℎ����� > ������ maka terima Ho atau tolak H1
Jika �ℎ����� < ������ maka tolak Ho atau terima H1 (Sudjana, 2002)
Sementara untuk mengetahui apakah variabel berpengaruh secara parsial dilakukan
dengan menggunakan uji t dengan kriteria uji hipotesisnya adalah:
t-hitung>t-tabel maka terima Ho atau tolak H1
t-hitung<t-tabel maka tolak Ho atau terima H1
Uji Asumsi Klasik
Dalam regresi linier majemuk ditemukan berbagai permasalahan. Digunakannya
beberapa variabel bebas mengakibatkan berpeluangnya variabel bebas tersebut saling
berkorelasi, atau yang dikenal dengan multikolinearitas diantara variabel bebas dan dikenal
juga istilah heteroskedatisitasyaitu bila varian tidak konstan atau beruba-ubah. Bila kedua hal
itu terjadi, maka akan mengganggu ketepatan model yang dibuat.
Multikolinearitas
Dalam membuat regresi berganda, variabel bebas yang baik adalah variabel bebas
variabel bebas lainnya sebab apabila ada variabel bebas yang memiliki hubungan dengan
variabel bebas lainnya akan mengakibatan multikolinearitas. Adapun dampak dari
multikolinearitas adalah sebagai berikut
1. Variasi dugaan OLS besar
2. Interval kepercayaan membesar (variasi yang besar menyebabkan standard eror
besar, selanjutnya menyebabkan interval kepercayaan membesar)
3. Uji-t tidak signifikan
4. R2 tinggi, secara serempak pengaruh variabel bebas melalui uji F nyata, tetapi secara parsial tidak banyak variabel yang nyata dari uji-t.
5. Hasil dugaan parameter tidak sesuai dengan substansi, sehingga dapat menyesatkan
interpretasi.
6. Hal lain yang terkadang terjadi adalah angka estimasi koefisien regresi yang
didapat akan mempunyai nilai yang tidak sesuai dengan substansi, atau kondisi
yang dapat diduga atau dirasakan dengan akal sehat, sehingga dapa menyesatkan
interpretasi.
(Supriana, 2009)
Heteroskedastisitas
Dalam praktiknya heterokesdastis banyak ditemui pada data cross-section karena
pengamatan dilakukan pada individu-individu yang berbeda-beda pada saat yang sama akan
tetapi bukan berarti tidak ada dalam data time series. Beberapa alasan mengapa
heteroskesdastis menjadi begitu penting diperhatikan ketika mengestimasi koefisien regresi
dengan OLS adalah karena ditemukan akibat dari varian koefisien regresi yang lebih besar,
Uji hipotesis 4 yang menyatakan usahatani kacang tanah di lokasi penelitian adalah
usaha yang layak dan menguntungkan diketahui dengan menggunakan metode analisis
usahatani sebagai berikut: Π= TR – TC
Dimana Π= pendapatan
TR= Penerimaan total
TC= Biaya total
Menurut (Soekartawi, 1995) bila R< TC maka usahatani tersebut rugi; sebalikya bila
R>TC maka usahatani tersebut untung.
Defenisi dan Batasan Operasional
Supaya tidak terjadi perbedaan pengertian atau kekurangjelasan makna maka berikut
dituliskan semua defenisi dari variabel dan batasan operasional.
Defenisi
1. Petani adalah yang mengusahakan kacang tanah mulai dari penanaman hingga
panen
2. Usahatani adalah usaha untuk membudidayakan tanaman kacang tanah
3. Produksi adalah hasil yang diperoleh dari penanaman kacang tanah dan siap untuk
dijual
4. Sarana produksi adalah komponen utama yang mutlak harus diperlukan dalam
melakukan proses produksi pada usahatani kacang tanah yang terdiri dari bibit,
5. Tenaga kerja adalah orang yang ikut melakukan usahatani kacang tanah mulai dari
proses penanaman sehingga penjemuran dan pencucian.
6. Biaya adalah sejumlah rupiah yang dikorbankan oleh petani untuk usahatani
kacang tanah.
7. Pendapatan bersih adalah pendapatan total setelah dikurangi dengan biaya.
8. Pendapatan usahatani adalah pendapatan bersih usahatani ditambah dengan nilai
tenaga kerja dalam keluarga dan nilai input yang diusahakan sendiri oleh petani.
9. Penerimaan adalah harga jual komoditas kacang tanah dikali dengan jumlah
produksi.
Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah desa Banuaji IV Kecamatan Adiankoting kabupaten
Tapanuli Utara
2. Sampel penelitian adalah petani yang membudidayakan kacang tanah
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian
Luas dan Letak Geografis
Penelitian dilakukan di Desa Banuaji IV, yaitu salah satu desa yang menjadi bagian
dari Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara dengan luas wilayah 1787 Ha . Desa
ini berada pada ketinggian 1200 M dari permukaan laut (dpl). Jarak desa ke ibukota
Kecamatan Adiankoting kurang lebih 10 KM, jarak ke Ibukota Kabupaten Tapanuli Utara
yaitu Kota Tarutung kurang lebih 33 KM, dan jarak ke ibukota provinsi sekitar 300 KM.
[image:39.612.117.510.365.523.2]Luas dan Jenis Penggunaan Lahan
Tabel berikut menunjukkan luas dan jenis penggunaan lahan di Desa Banuaji IV
Tabel 5 : Luas dan Jenis Penggunaan Lahan Desa Banuaji IV
No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1 Tanah Sawah 139 7,78
2 Tanah Kering 1595 89,26
3 Bangunan Pekarangan 51 2,85
4 Lainnya 2 0,11
Jumlah 1787 100
Sumber: Kecamatan Adiankoting dalam Angka Tahun 2011
Dari tabel 6 di atas luas lahan yang paling luas adalah untuk tanah kering yaitu seluas
1.595 Ha (89,26%) menurut keterangan aparat desa, adapun bagian dari tanah kering ini
adalah berupa perladangan dan hutan. Luas untuk tanah sawah seluas 139 Ha (7,78%).
Masyarakat petani di Desa Banuaji IV melakukan kegiatan usahatani kacang tanah di tanah
Bangunan pekarangan yang dimaksud adalah luas tanah yang digunakan untuk
pemukiman, kandang ternak, bangunan sarana-sarana kesehatan, pendidikan dan
lembaga-lembaga lain.
Pemerintahan Desa
Aparat pemerintahan desa yang ada di desa Banuaji IV hanya ada satu orang kepala
desa dan satu orang sekretaris desa yang mengkoordinir setiap hal yang terdapat di Desa
Banuaji IV antara lain administrasi kependudukan, memikirkan keamanan desa, penghubung
masyarakat desa dengan lembaga-lembaga pemerintahan seperti penyuluh pertanian maupun
dari lembaga kedinasan lain dan kegiatan-kegiatan lain yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Keadaan Penduduk
Desa Banuaji IV terdiri dari 225 KK dengan jumlah penduduk 932 jiwa. Distribusi
[image:40.612.86.485.451.562.2]penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat seperti pada tabel di bawah ini
Tabel 6 : Distribusi Penduduk Desa Banuaji IV berdasarkan Jenis Kelamin No Distribusi Penduduk Jumlah Persentase (%)
1 Laki-Laki 453 48,60515
2 Perempuan 479 51,39485
Jumlah 932 100
Sumber: Kecamatan Adiankoting dalam Angka Tahun 2011
Tabel di atas menunjukkan bahwa di Desa Banuaji IV jumlah penduduk perempuan
lebih banyak daripada jumlah laki-laki.
Mata pencaharian masyarakat Desa Banuaji IV adalah PNS dan petani berikut adalah
Tabel 7 : Distribusi Penduduk Desa Banuaji IV Berdasarkan Mata Pencaharian No Distribusi Penduduk Jumlah (KK) Persentase (%)
1 PNS 11 4,88
2 Petani 214 95,11
Jumlah 225 100
Sumber: Wawancara dengan Aparat Pemerintahan Desa Banuaji IV, Tahun 2012
Sarana dan Prasarana Desa
Pada umumnya hal yang mendorong meningkatnya kesejahteraan suatu desa
dipengaruhi oleh tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Desa Banuaji IV memiliki berbagai sarana dan prasarana seperti yang
[image:41.612.84.487.378.536.2]ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 8 : Sarana dan Prasarana di Desa Banuaji IV
No Sarana Prasarana Jumlah
1 Pendidkan SD 10
2 Kesehatan Posyandu, Pos Kesdes 2
3 Pasar Kedai 10
4 Peribadatan Gereja 4
6 Penerangan PLN 184
Sumber: Kecamatan Adiankoting dalam Angka 2011
Sarana pendidikan yang terdapat di lokasi penelitian masih sangat sedikit dimana
sekolah yang ada hanya SD sehingga apabila penduduk akan melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi seperti SMP dan SMA harus ke desa lain ataupun ke ibukota
kecamatan. Fasilitas kesehatan hanya terdapat POSYANDU dan POSKESDES. Menurut
desa penelitian pada umumnya melakukan transaksi perdagangan hasil pertanian ataupun
pembelian keperluan ke pasar kecamatan ataupun pasar kabupaten. Walaupun terdapat 10
kedai di desa namun belum bisa untuk membantu masyarakat untuk membeli keperluan yang
diinginkan karena jenis-jenis barang yang dijual di warung tersebut masih dalam jenis dan
jumlah yang sangat terbatas. Dari tabel di atas juga bisa disimpulkan bahwa masih banyak
kepala keluarga yang belum mempergunakan listrik untuk penerangan di dalam rumah dimana
jumlah kepala keluarga yang telah menggunakan listrik sebanyak 184 KK.
Karakteristik Petani Sampel
Petani yang menjadi sampel untuk penelitian ini adalah petani yang melakukan
kegiatan usahatani kacang tanah. Adapun karakteristik dari ke 30 sampel tersebut adalah
[image:42.612.89.467.392.534.2]sebagai berikut:
Tabel 9 : Karakteristik Petani Sampel
No Uraian Range Rataan
1 Luas Lahan (Ha) 0,04 -1 0,52
2 Usia (Tahun) 25-79 52
3 Tingkat Pendidikan (Tahun) 6-12 9
4 Lama Bertani (Tahun) 2-50 26
Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran 1)
Dari tabel 10 rata-rata luas lahan petani 0,52 dengan range 0,04 Ha sampai degan 1
Ha. Usia rata-rata petani adalah 52 tahun dengan range 25-79 tahun hal ini menunjukkan
bahwa petani di lokasi penelitian masih tergolong usia produktif karena dari segi umur masih
tergolong potensial untuk melakukan semua proses dalam usahatani kacang tanah. Sedangkan
dengan range 6-12 tahun hal tersebut akan mempengaruhi petani untuk mengadopsi teknologi
pertanian termasuk dalam hal penggunaan pupuk dan pestisida. Sementara lama bertani setiap
petani di lokasi penelitian tergolong sudah lama (26 tahun) dengan range 2 – 50 tahun hal
tersebut mempengaruhi keahlian petani dalam mengatasi berbagai masalah dalam usahatani
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem Usahatani Kacang Tanah di Daerah Penelitian
Kegiatan usahatani kacang tanah di lokasi penelitian terdiri dari pengolahan lahan,
penanaman, pemberian pupuk, penyiangan, panen dan kegiatan pasca panen yaitu pencucian
dan penjemuran.
a. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan dilakukan dengan menggunakan cangkul. Pengolaha lahan meliputi
kegiatan membersihkan gulma serta sisa-sisa tanaman seperti sisa-sisa jerami padi,
menggemburkan tanah sehingga sesuai dengan kondisi yang diperlukan oleh perakaran
kacang tanah yaitu tanah yang gembur. Adapun tahap kegiatan pengolahan lahan untuk
penanaman kacang tanah di lokasi penelitian adalah mencangkul, kemudian pembabatan,
penggemburan tanah atau penggaruan lahan dan sebagian melakukan pembentukan bedengan.
b. Penanaman
Petani di lokasi penelitian melakukan penanaman dengan cara memasukkan 1 biji
kacang tanah ke dalam tanah. Jarak tanam kacang tanah tidak terlalu diperhatikan, karena
petani bisa memperkirakan jarak yang terbaik untuk jarak tanam kacang tanah. Pada
umumnya jarak tanam kacang tanah di lokasi penelitian sekitar 10 – 15 cm.
c. Pemupukan
Budidaya tanaman kacang tanah di lokasi penelitian masih tergolong sangat sederhana,
dilihat dari kebiasaan petani yang pada umumnya tidak melakukan pemupukan dasar. Hal
tersebut karena lahan tergolong subur dan jumlah modal petani terbatas. Kegiatan pemupukan
dilakukan setelah tanaman kacang tanah berumur 3 minggu atau 1 bulan, dan kegiatan
umum dipakai oleh petani di lokasi penelitian adalah urea, NPK, SS, Phonska, TSP dan ZA.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa ukuran dosis pupuk urea sebesar 13,10 kg/Ha,
pupuk NPK sebesar 3,27 kg/Ha, pupuk SS 1,67 Kg/Ha, pupuk phonska sebesar 5,03 kg/Ha,
pupuk TSP sebesar 4,06/Ha, dan pupuk ZA sebesar 0,13 kg/Ha. Uraian tersebut menunjukkan
bahwa petani di lokasi penelitian belum memperhatikan ukuran dosis setiap pupuk.
d. Penyiangan
Kegiatan penyiangan dilakukan petani sebelum bunga kacang tanah mekar, hal ini
bertujuan untuk menghindari rusaknya bunga kacang tanah. Kegiatan ini dilakuakan dengan
cara melonggarkan tanah sekitar gulma dengan mennggunakan cangkul, lalu mencabut dengan
tangan. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi banyak tidaknya gulma di areal usahatani
kacang tanah. Umumnya penyiangan hanya sekali dalam satu kali musim tanam.
e. Pemberantasan Hama dan Penyakit
Petani di lokasi penelitian tidak ada yang menggunakan zat-zat kimia untuk
memberantas hama dan penyakit kacang tanah, karena yang menjadi musuh utama dalam
membudidayakan kacang tanah di lokasi penelitian adalah hama tikus dan juga kera sehingga
untuk mengatasi tikus petani cukup dengan membersihkan gulma di sekitar kacang tanah
sementara untuk mengatasi kera, petani menghidupkan obor di sekitar lahan.
f. Panen
Pemanenan kacang tanah dilakukan setelah kacang tanah berusia 3 sampai 4 bulan.
Adapun ciri-ciri kacang tanah yang siap dipanen adalah daun tanaman kacang tanah sudah
hampir kering dan luruh, dan usia kacang tanah juga menjadi petunjuk utama bagi petani
untuk memanen kacang tanah. Bibit yang dipakai petani di lokasi penelitian adalah bibit
g. Pencucian dan Penjemuran
Kegiatan pasca panen yang dilakukan oleh petani adalah pencucian polong kacang
tanah yaitu setelah kacang tanah dipanen, dilepaskan dari batangnya, kemudian dicuci dengan
menggunakan keranjang bakul, kemudian dijemur. Kegiatan penjemuran pertama sekali
dilakukan langsung dibawah terik matahari, kemudian di jemur di atas (langit-langit) rumah
petani hingga kering, kemudian setelah sekitar 3 hari kacang tanah dimasukkan ke dalam goni
lalu kacang tanah siap dijual. Kacang tanah yang siap dijual diangkut oleh pedagang
pengumpul dimana jumlah pedagang pengumpul di daerah ini hanya terdapat 2 orang
sehingga tingkat harga per kaleng sama.
Dikatakan sesuai anjuran apabila jumlah persentase skor sebesar 100 % dengan kata
lain seluruh sampel melakukan sistem usahatani kacang tanah sesuai dengan sistem yang
dianjurkan. Dari lampiran 9 total skor dari semua sistem usahatani kacang tanah yang
dilakukan oleh 30 sampel penelitian sebanyak 246. Apabila sistem usahatani sesuai dengan
yang dianjurkan maka skor semua kegiatan sebesar 570 dengan demikian persentase skor
yang dimiliki oleh petani di lokasi penelitian adalah sebesar 43, 15 % sehingga hipotesis 1
yang menyatakan sistem usahatani kacang tanah dilakukan petani sesuai dengan aturan
budidaya tanaman kacang tanah yang dianjurkan tidak berlaku di lokasi penelitian
Tingkat Produksi Kacang Tanah
Tingkat produksi kacang tanah adalah produksi kacang tanah yang dihasilkan pada
setiap 1 Ha luas tanam kacang tanah. Tingkat produksi kacang tanah di lokasi penelitian dapat
Tabel 11 : Tingkat Produksi Kacang Tanah di Lokasi Penelitian
No Produksi Tingkat Produksi (Kaleng)
1 Per Petani 23,53
2 Per Ha 52,57
Keterangan: 1 Kaleng = 13 Kg Kacang tanah polong kering
Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran 7a, 7b)
Dari tabel tersebut dilihat bahwa tingkat produksi kacang tanah di lokasi penelitian
adalah 52,57 Kaleng/Ha yaitu sekitar 683,02 Kg/Ha. Sementara menurut Rukmana (2000)
jumlah produksi panen yang normal dalam satuan luas, misalnya untuk lahan seluas satu
hektar produksi normal berkisar antara 1,5 – 2,5 ton polong kering.
Dari uraian di atas maka hipotesis 2 yang menyatakan tingkat produksi kacang tanah di
lokasi penelitian tergolong rendah dapat diterima.
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi dan Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di Lokasi Penelitian
Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi dan pendapatan usahatani kacang tanah dilakukan dengan uji regresi linier berganda yang memenuhi ketentuan uji asumsi klasik. Tabel berikut ini akan menunjukkan variabel-variabel yang diduga mempengaruhi produksi dan pendapatan.
Tabel 12 : Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kacang Tanah di Lokasi Penelitian
No Variabel Koefisien regresi
Standard Error
T
Hitung Signifikan Keterangan
1
Luas
Lahan 0,252 0,133 1,890 0,073 Tidak Nyata
2
Jumlah
Bibit 0,032 0,096 0,328 0,746 Tidak Nyata
3
Pupuk
Urea -0,065 0,044 -1,478 0,155 Tidak Nyata
4
Pupuk
NPK -0,031 0,052 -0,610 0,549
Tidak Nyata
5 Pupuk SS 0,039 0,066 0,591 0,561 Tidak Nyata
6
Pupuk
Phonska 0,149 0,050 2,943 0,008 Nyata
7 Pupuk TSP 0,153 0,061 2,499 0,021 Nyata
8 Pupuk ZA -0,147 0,291 -0,506 0,618 Tidak Nyata
9
Tenaga
Kerja 0,708 0,151 4,678 0,000 Nyata
Konstanta = 0,777 R2 = 0,926
F Hitung =27,823
Sumber: Data Hasil Output SPSS
Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa ada 9 faktor produksi yang dimasukkan sebagai
variabel yang mempengaruhi tingkat produksi kacang tanah di lokasi penelitian.
Variabel yang dimasukkan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
[image:48.612.90.489.113.521.2]Tabel 14: Estimasi Model Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di Lokasi Penelitian
No Variabel Koefisien Regresi
Standard Error
T Hitung
Signifikansi Keter angan 1
Biaya Bibit (Rp) -7827,086 4274,793 -1,831
0,084 Tidak Nyata 2 Biaya Pupuk (Rp) -5022,697 2077,981 -2,417 0,026 Nyata 3 Biaya Penyusutan
(Rp) -0,994 0,397 -2,620 0,017 Nyata
4 Tenaga kerja (Rp) -43.361,27 1989,343 -21,79 0,00 Nyata Konstanta = 24906,985
R2 = 0,993 ; F Hitung = 512,124; Sig = 0,000
Sumber: Data Hasil Output SPSS (Lampiran 10)
Untuk menghindari adanya kesalahan pendugaan model yang dilakukan di atas maka
dalam proses selanjutnya dilakukan uji asumsi klasik yang mencakup uji multikolinearitas,
heterokedastisitas, yang seterusnya dilanjutkan dengan uji kesesuaian model.
Multikolinearitas
Multikolinearitas terjadi apabila ada korelasi linear antar variabel bebas. Dalam data
yang diolah pada penelitian ini, korelasi linier antar variabel bebas dapat dilihat pada lampiran
10a. Data tersebut diolah dengan menggunakan bantuan program SPSS 16. Adapun variabel
bebas yang mengakibatkan multikolinearitas adalah variabel luas lahan (X1), pupuk urea (X3)
dan variabel tenaga kerja (X9). Dengan demikian ke tiga variabel tersebut dikeluarkan dari
model, sehingga diperoleh model yang tidak mengalami multikolinearitas seperti pada
lampiran 10b dimana variabel yang diduga akan mempengaruhi produksi kacang tanah adalah
jumlah bibit (X2), NPK (X4), SS (X5), Phonska (X6), TSP (X7), ZA (X8).
Multikolinearitas juga terjadi pada variabel bebas yang mempengaruhi pendapatan.
seperti yang ditunjukkan pada lampiran 11a. Dengan demikian variabel bebas yang diduga
mempengaruhi pendapatan usahatani kacang tanah adalah biaya bibit (X1), biaya pupuk (X2),
penyusutan (X3). Ketiga variabel bebas tersebut tidak saling berkorelasi linear sehingga tidak
terjadi multikolinearitas.
Heterokesdastisitas
Pada persamaan ini tidak terjadi heterokesdisitas karena varians daripada koefisien
bersifat konstan. Untuk mengetahui ada tidaknya heterokesdasitas dilakukan dengan uji
grafik, dimana apabila terjadi heterokesdisitas, maka titik akan tersebar merata tanpa
membentuk pola tertentu. Kedua gambar berikut ini adalah gambar grafik yang menunjukkan
sebaran titik untuk faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan pendapatan usahatani di
daerah penelitian.
[image:50.612.94.484.419.592.2]Gambar 4b: Hubungan Antara Prediksi dan residu Pada Variabel Faktor Pendapatan
[image:51.612.99.484.113.277.2]Dari gambar 4a dan 4b di atas titik-titik tersebar tanpa membentuk pola tertentu. Dari
gambar juga bisa dilihat bahwa apabila nilai regression standardized residual semakin besar
bukan berarti nilai regression standardized predicted value semakin besar atau semakin kecil
dan sebaliknya. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa titik-titik tersebut tidak
membentuk pola tertentu sehingga dalam persamaan ini tidak ada heterokedastisitas.
Setelah dilakukan uji asumsi klasik dan membuang variabel tertentu pada persamaan
Tabel 14: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kacang Tanah di Daerah Penelitian
Variabel B Std. Error t-hitung Sig
Jumlah Bibit (Kg) .579 .147 3.936 .001
Pupuk NPK (Kg) .077 .101 .767 .451
Pupuk SS (Kg) .038 .140 .272 .788
Pupuk Phonska (Kg) .181 .092 1.965 .062
Pupuk TSP (Kg) .072 .128 .561 .580
Pupuk ZA (Kg) .211 .637 .331 .744
Constanta = 1,640 F-Hit = 5, 08 t-hit= 2,62
R2 =0,570 Sig = 0,02
Sumber: Output SPSS (Lampiran 10c)
Tabel 14 di atas adalah tabel hasil regresi faktor produksi yang mempengaruhi
tingkat produksi tanpa multikolinearitas dan heterokedastisitas. Tabel 15 berikut ini tabel yang
menunjukkan hasil regresi faktor biaya produksi yang mempengaruhi pendapatan usahatani
kacang tanah tanpa multikolinearitas dan heterokedastisitas.
Tabel 15: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di daerah Penelitian
Variabel B Std. Error Beta t-Hitung Sig
Biaya Bibit (Rp) 11.540 3.965 .459 2.911 .007
Biaya Pupuk (Rp) .275 2.323 .019 .118 .907
Penyusutan (Rp) 4.933 2.113 .370 2.335 .028
Uji Kesesuaian (Test Goodneess of Fit)
Analisis Koefisien Determinasi (R-Square)
Model fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi cobb-douglas. Dari
tabel 14 diketahui nilai R2 = 0,57 faktor produksi jumlah bibit, pupuk NPK, pupuk SS, pupuk phonska, pupuk TSP, pupuk ZA mampu menjelaskan tingkat produksi kacang tanah sebesar
57% dan selebihnya sebesar 43% dijelaskan oleh faktor produksi lain yang tidak dimasukkan
ke dalam model.
Model fungsi yang digunakan untuk mengetahui faktor produksi yang berpengaruh
nyata terhadap pendapatan usahatani adalah model regresi linier berganda. Dari tabel 14
diketahui nilai R2 = 0,411 artinya bahwa faktor biaya bibit, biaya pupuk dan biaya penyusutan peralatan pertanian mampu menjelaskan pendapatan usahatani kacang tanah sebesar 41,1 %
dan sebesar 58,1 % dijelaskan oleh faktor biaya lain yang tidak dimasukkan dalam model.
Uji Serempak (Uji-F)
Nilai F-hitung fungsi produksi = 5,28 dengan nilai signifikansi=0,02. Nilai F-tabel
(9,20) pada tingkat kepercayaan 0,05 = 2,3928. Dari uraian tersebut maka secara serempak
jumlah bibit, pupuk NPK, pupuk SS, pupuk phonska, pupuk TSP dan pupuk ZA berpengaruh
nyata terhadap tingkat produksi kacang tanah di daerah penelitian karena nilai hitung >
F-tabel dan nilai signifikan< 0,05. (terima Ho, tolak H1).
Nilai F-hitung pendapatan usahatani kacang tanah = 6,03 dengan nilai signifikansi=
0,03. Nilai F-tabel (5,18) pada tingkat kepercayaan 0,05 = 2,7729. Maka dari uraian tersebut
diketahui bahwa biaya bibit, biaya pupuk dan biaya penyusutan peralatan berpengaruh nyata
terhadap pendapatan usahatani kacang tanah karena nilai F-hitung > F-tabel dan nilai
Uji Parsial (Uji-t)
a. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kacang Tanah
Pengaruh antara produksi kacang tanah dengan variabel independennya dapat dilihat
secara parsial yaitu dengan menggunakan uji t. Dari hasil output SPSS 16 seperti yang
ditunjukkan pada tabel 14 maka model persamaan fungsi produksi Cobb-Douglass adalah
sebagai berikut:
Ln Y = Ln 1,640 + 0,0579LnX2 +0,077 LnX4 + 0,038 LnX5 + 0,181 LnX6 + 0,072
LnX7 + 0,211LnX8
Maka model fungsi produksi Cobb-Douglass dari fumgsi persamaan penelitian ini
adalah:
Y= 5,155�20,0579�40,077�50,038�60,181�70,072�80,0211
Interpretasi setiap variabel yang mempengaruhi faktor produksi secara parsial seperti
berikut:
Nilai t-hitung variabel jumlah bibit (X2) sebesar 3,936 > t-tabel dan nilai signifikansi
sebesar 0, 01 <0,05 dengan demikian maka variabel jumlah bibit secara parsial berpengaruh
nyata terhadap produksi kacang tanah di daerah penelitian. (Terima Ho, tolak H1). Koefisien
regresi variabel jumlah bibit sebesar 0,579 artinya, apabila dilakukan penambahan terhadap
penggunaan bibit sebesar 1 % maka akan meningkatkan produksi sebesar 0,579%. Sesuai
hasil wawancara dengan petani bahwa sebelum biji kacang tanah dijadikan bibit, maka petani
terlebih dahulu melakukan penyortiran terhadap bibit yang baik untuk ditanam.
Variabel bebas (pupuk NPK, pupuk SS, pupuk phonska, pupuk TSP dan pupuk ZA)
t-hitung <t-tabel dan nilai signifikansi >0,05. Hasil wawancara dengan petani menjelaskan
bahwa kacang tanah di daerah penelitian tidak harus dipupuk akan tetapi, petani memiliki
kebiasaan menghabiskan pupuk sisa usahatani padi untuk tanaman kacang tanah.
Kondisi tanah di daerah penelitian tergolong subur, sehingga dalam aplikasi pupuk,
petani kurang memperhatikan dosis yang sesuai dengan kebutuhan kacang tanah.
b. Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Kacang Tanah
Model persamaan untuk faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani
kacang tanah adalah sebagai berikut:
Y= -468141,059 +11.540X1 + 0,275 X2 + 4.933X3
Variabel bebas biaya bibit (X1) memiliki nilai t-hitung sebesar 2,911> t-tabel dan
nilai signifikansi sebesar 0,07 dengan demikian bahwa biaya bibit barpengaruh nyata terhadap
pendapatan usahatani kacang tanah (Terima Ho. Tolak H1). Koefisien regresi jumlah bibit
(X1) sebesar 11.540 artinya apabila terjadi peningkatan pada harga bibit sebesar Rp.1 maka
akan mengurangi pendapatan usahatani kacang tanah sebesar Rp.11.540.
Variabel jumlah pupuk (X2) memiliki t-hitung sebesar 0,118< t-tabel dan nilai
signifikansi sebesar 0,907>0,05 dengan demikian jumlah pupuk tidak berpengaruh nyata
terhadap pendapatan usahatani kacang tanah. (Tolak Ho, terimaH1).
Variabel penyusutan (X3) memiliki nilai t-hitung 2,335 > t-tabel dan nilai
signifikansi 0,028 <0,05 dengan demikian bahwa biaya penyusutan memiliki pengaruh nyata
terhadap pendapatan usahatani kacang tanah. (Terima o, tolak h1). Koefisien regresi variabel
penyusutan sebesar 4.993 artinya apabila terjadi penigkatan pada penyusutan sebanyak Rp.1
alat pertanian yang ditambahkan dalam usahatani, maka akan bertambah pula biaya
pemeliharaan dan penyusutan dengan demikian pendapatan petani berkurang.
Penerimaan Usahatani Kacang Tanah
Penerimaan usahatani kacang tanah adalah nilai yang diperoleh dari perkalian antara
banyaknya produksi kacang tanah dalam bentuk polong kering dengan harga jual per Kg di
tingkat petani. Petani di Desa Banuaji IV menjual kacang tanah dalam bentuk polong kering
dengan ukuran kaleng. Harga 1 kaleng kacang tanah dalam bentuk polong kering sekitar
Rp.80.000 – Rp.85.000 Adapun berat 1 kaleng kacang tanah polong kering menurut petani
seberat 13 kg. Maka harga polong kering per Kg pada tingkat petani adalah sebesar Rp. 6500.