• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Kondisi Habitat Danau Siombak

Pengambilan sampel air dilakukan sebelum pengambilan sample nekton, untuk melihat seberapa besar pengaruh perubahan kondisi perairan terhadap struktur komunitas sumberdaya hayati nekton di sungai tersebut. Hasil pengukuran rata-rata parameter fisik-kimia perairan selama pengamatan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kondisi Fisika dan Kimia Perairan Danau Siombak PARAMETER

FISIKA KIMIA

Suhu Salinitas Kecerahan Kedalaman Kekeruhan pH DO BOD

BAKU MUTU Deviasi 3 33-34 - - 50 6-9 6 2

SATUAN oC cm M mg/l - mg/l mg/l

STASIUN 1

P 29,0 10,0 70,0 2,67 10,30 7,1 2,7 3,4

N 29,3 9,6 56,6 2,00 19,70 7,1 1,9 3,3

STASIUN 2 P 29,3 10,3 76,6 4,03 11,00 7,0 2,4 3,4 N 29,0 10,0 60,0 3,50 13,00 6,7 2,7 3,4 S 29,0 8,6 70,0 2,67 10,00 6,9 2,6 3,5 STASIUN 3 P 29,6 11,0 80,0 5,67 8,70 7,1 2,6 3,2 N 31,0 10,3 56,6 4,17 22,30 7,2 1,4 3,3 S 30,0 9,6 66,6 3,53 15,30 7,2 2,7 3,4 STASIUN 4 P 29,6 10,0 70,0 5,50 11,70 6,9 2,8 3,4 N 29,0 9,3 60,0 4,17 12,30 6,8 2,2 3,3 S 29,0 9,6 60,0 3,67 11,70 6,9 3,3 3,4 STASIUN 5 P 28,6 11,0 83,3 3,30 9,30 6,7 2,4 3,4 N 29,3 10,6 56,6 2,67 15,30 6,9 3,6 3,4 S 29,0 10,3 56,6 2,10 11,30 7,0 1,5 3,3

Baku mutu kualitas air untuk kegiatan perikanan

Keterangan : Tanda (-) Berarti parameter tersebut tidak di persyaratkan

(*) : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup tahun 2004

Data merupakan rata-rata juga dikali pengulangan

Data pengukuran faktor fisika dan kimia air diperairan Danau Siombak dapat dilihat pada lampiran 4.

Sumberdaya Hayati Nekton di Danau Siombak

Data keseluruhan hasil tangkapan nekton selama penelitian di Danau Siombak dapat dilihat pada lampiran 5. Jenis- jenis Nekton dan udang yang diperoleh selama penelitian adalah:

1. Mystus gulio

Lundu alias keting adalah nama umum bagi sekelompok ikan air tawar yang tergolong kedalam marga Mystus (suku Bagridae, bangsa Siluriformes). Kelompok ikan dalam marga Mystus sangat beragam, terdiri dari jenis-jenis ikan yang berukuran kecil sampai sedang. Sistematika kelompok ini masih

memerlukan kajian lebih lanjut. Marga Mystus diyakini memiliki asal usul dari wilayah Asia Selatan dan Tenggara, sebelumnya marga ini juga dikenal dengan nama lain Macrones, nama yang kini tidak dikenal lagi. Jumlah individu ikan ini selama penelitian diperoleh sebanyak 18 ekor yang tertangkap pada stasiun 4 dan 5 memiliki panjang tubuh rata-rata 7,9 cm sampai 11,3 cm dan berat rata-rata 5,9 g sampai 13 g.

Gambar 9. Mystus gulio

2. Dermogenys weberi

Bentuk tubuh berbentuk pipih memanjang seperti silindris atau pipa. Kepala bersisik, rahang bawah lebih panjang dari rahang atas dan bagian ujungnya, bibir tipis. Gurat sisi sempurna, memanjang mulai dari bawah tutup insang dan berakhir dipertengahan pangkal sirip ekor, tidak membentuk rigi pada batang ekor. Ikan ini pada umumnya berkumpul dekat permukaaan air dan melompat ke luar air. Terdapat dua anak suku, yang pertama adalah Hemiramphinae, khusus menghuni lautan, dan Zenarchopterinae, yang menghuni perairan penting:

yang tertangkap pada stasiun 3 memiliki panjang tubuh rata-rata 17,2 cm sampai 18 cm berat rata-rata 13,8 g sampai 14 g.

Gambar 10. Dermogenys weberi

3. Terapon jarbua

Randall (1994), menyatakan bahwa ikan ini memiliki ukuran yang kecil, adanya garis melengkung, berwarna coklat sepanjang tubuhnya. Memliki warna perak abu-abu pada bagian bawah tubuh dan perak-putih di bagian bawah, terapon jarbua memiliki tubuh agak pipih, lonjong serta memiliki tulang belakang yang kuat, mulut sedikit ke bawah dengan gigi tajam yang kecil dan memiliki panjang maksimum hingga 36 cm. Jumlah individu ikan ini selama penelitian diperoleh sebanyak 1 ekor yang tertangkap pada stasiun 2 memiliki panjang tubuh rata-rata 5,2 cm dan berat rata-rata 2,4 g.

4. Scatophagus argus

Bentuk ikan Ketang mirip dengan ikan Discus sehingga ikan ini juga digunakan sebagai ikan hias bagi sebagian orang. Ikan ini mempunyai bercak totol-totol hitam pada tubuhnya dan ketika dewasa bercak totol hitam ini akan sedikit memudar. Tubuhnya pipih agak berbentuk persegi empat. Mata cukup besar diameternya sedikit lebih kecil dari pada panjang mulut. Ikan ketang memiliki panjang umumnya 20 cm dan maksimum 38 cm. Ikan ini merupakan ikan yang hidup pada perairan payau, muara sungai dan diantara mangrove. Ikan ini termasuk ikan pelagis eurihaline yaitu dapat hidup pada kisaran kadar garam yang besar.Jumlah individu ikan ini selama penelitian diperoleh sebanyak 18 ekor yang tertangkap pada stasiun 1, 2, 4 dan 5 memiliki panjang tubuh rata-rata 3,1 cm sampai 4,7 cm dengan berat rata-rata 0,8 g sampai 3 g.

Gambar 12. Scatophagus argus 5. Oreochromis niloticus

Ikan Nila pada umumya mempunya bentuk tubuh yang panjangdan ramping, perbandingan antar panjang dan tinggi badan rata-rata 3:1 sisik ikan Nila

mulut subterminal dan berbentuk meruncing. Selain itu, tanda lainnya yang dapat dilihat dari ikan Nila adalah warna tubuhnya yang hitam dan agak keputihan. Bagian bawah tutup insang berwarna putih, sedangkan pada Nila lokal putih agak kehitaman bahkan ada yang kuning. Ikan Nila memiliki karakteristik sebagai ikan yang merawat anaknya dengan menggunakan mulutnya. Ikan Nila adalah ikan omnivor yang memakan fitoplankton, perifiton, tanaman air, avertebrata kecil, fauna bentik, detritus dan bakteri yang berasosiasi dengan detritus. Ikan Nila hidup pada lingkungan air payau, air tawar, dan air asin. Kadar garam air yang disukai antara 0-35 ppt. Jumlah individu ikan ini selama penelitian diperoleh sebanyak 31 ekor yang tertangkap pada stasiun 1, 2, 4 dan 5 memiliki panjang tubuh rata-rata 10,3 cm sampai 12,4 cm dan berat rata-rata 19,3 g sampai 22,7 g.

Gambar 13. Oreochromis niloticus 6. Aplocheilus panchax

Ikan kepala timah adalah sejenis ikan kecil penghuni perairan tawar, anggota suku Aplocheilidae. Ditemukan menyebar luas di Asia bagian selatan mulai dari Pakistan hingga Indonesia, ikan ini dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Blue panchax atau Whitespot, merujuk pada bintik putih yang ada di atas kepalanya yang serupa tetesan timah. Ikan yang bertubuh kecil, panjang tumbuh

hingga 55 mm atau lebih. Kepala memipih datar dibagian depan tegak dan datar dibagian belakangnya. Ikan ini mempunya adaptasi yang tinggi, kepala timah ditemukan hidup diberbagai air tawar ingga payau. Ikan ini biasanya menghuni air yang mengenang dan ternaungi. Jumlah individu ikan ini selama penelitian diperoleh sebanyak 2 ekor yang tertangkap pada stasiun 3 memiliki panjang tubuh rata-rata 3. cm sampai 5 cm dengan berat rata-rata 0,3 g sampai 1,8 g.

Gambar 14. Aplocheilus panchax 7. Valamugil seheli

Belanak adalah jenis ikan laut tropis dan subtropis yang bentuknya hampir menyerupai bandeng.Belanak tersebar di perairan tropis dan subtropis juga ditemukan di air payau dan terkadang juga ditemukan di air tawar di. Di kawasan Pasifik belanak ditemukan di Fiji, Samoa, New Caladonia dan Australia sedangkan di Asia, banyak ditemukan di Indonesia, India, Filipina, Malaysia dan Srilangka. Ikan belanak secara umum bentuknya memanjangagak lansing dan gepeng. Sirip punggung terdiri dari satu jari-jari keras dan delapan jari-jari lemah. Bibir bagian atas lebih tebal dari bibir bagian bawahnya ini berguna untuk mencari makan di dasar atau organisme yang terbenam dalam lumpur.

Mempunyai gigi yang amat kecil tapi terkadang pada spesies lain tidak ditemukan gigi sama sekali. Jumlah individu ikan ini selama penelitian diperoleh sebanyak 34 ekor yang tertangkap pada stasiun 2 dan 4 memiliki panjang tubuh rata-rata 9,2 cm sampai 10,6 cm dengan berat rata-rata 12,3 g sampai 13 g.

Gambar 15. Valamugil seheli

8. Ambassis cuvier

Seriding termasuk family Ambassidae. Umumnya berukuran kecil berwarna keperakan, terang agak tembus pandang. Hidup di perairan payau di dataran rendah, jarang ditemukan di air tawar, hidup di perairan yang banyak vegetasi, di perairan dangkal. Ikan ini merupakan ikan demersal, dan termasuk ikan omnivora cenderung ke carnivore. Pakan alaminya ganggang, serangga air, crustacea. Telur dan larva umumnya berada di estuaria.Ambassis atau Slinding adalah genus glassfishes Asia dalam keluarga Ambassidae. Mereka ditemukan secara luas di wilayah Indo-Pasifik, dengan spesies di perairan laut segar, payau dan pantai, Biasa tertangkap menggunakan alat tangkap jala, jaring (pukat) dan bagan. Jika tertangkap di jaring nelayan, ikan ini susah untuk di lepaskan dan sering merusak jaring karena durinya yang tajam (Suryati, 2009). Jumlah individu

semua stasiun memiliki panjang tubuh rata-rata 5,1cm sampai 6,3 cm dengan berat rata-rata 1,5 g sampai 2,4 g.

Gambar 16. Ambassis uroatenia 9. Rasbora sumatrana

Ikan puraga memiliki tulang sejati merupakan ikan air tawar dan hidup pada suhu berkisar 23°C - 25°C dengan panjang 13 cm dan mempunyai duri punggung lunak berjumlah 9 dan Sirip dubur lunak berjumlah 8. Ikan ini memiliki nama lokal yakni ikan Puraga. Ikan ini berasal dari famili Cyprinidae dan genus Rasbora.Jumlah individu ikan ini selama penelitian diperoleh sebanyak 1 ekor yang tertangkap pada stasiun 3 memiliki panjang tubuh 13,2 dengan berat 15,7 g.

Gambar 17. Rasbora sumatrana

10. Channa striata

Ikan Gabus adalah jenis ikan predator yang hidup di air tawar. Ikan ini dikenal dengan banyak nama di berbagai daerah. Ikan darat yang cukup besar, dapat tumbuh hinga mencapai panjang 1 m. berkepala besar agak gepeng mirip kepala ular, dengan sisik besar di atas kepala.Tubuh bulat memanjang, seperti peluru kendali.Sirip punggung memanjang dan sirip ekor membulat diujungnya. Jumlah individu ikan ini selama penelitian diperoleh sebanyak 3 ekor yang tertangkap pada stasiun 1 memiliki panjang tubuh rata-rata 4,3 cm sampai 4,5 cm dengan berat rata-rata 0,7 g sampai 0,8 g.

Gambar 18. Channa striata

11. Fenneropenaeus indicus

Udang putih kecil merupakan spesies udang yang memiliki bentuk yang sama dengan udang putih besar yang hanya berbeda dengan ukurannya. Udang ini merupakan jenis krustacea yang berkulit keras dan dipasarkan sebagai makanan dan banyak dijual dipasar-pasar.Jumlah individu ikan ini selama penelitian diperoleh sebanyak 19 ekor yang tertangkap pada stasiun 4 dan 5 memiliki panjang tubuh rata-rata 5,2 cm sampai 9,3 cm dengan berat rata-rata 1,9 g sampai 12,3 g.

Klasifikasi jenis-jenis nekton yang tertangkap selama penelitian di Danau Siombak dapat dilihat pada lampiran 6. Jumlah keseluruhan individu nekton yang diperoleh terdiri dari 371 ekor dan lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Klasifikasi jenis nekton yang terdapat di Danau Siombak serta data jumlah jenis nekton berdasarkan stasiun pengamatan dan waktu pengambilan sampel.

Ordo Famili Spesies St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 Total

Siluriformes Bagridae Mystus gulio - - 1 6 11 18

Beloniformes Zenarchopterida

e Dermogenys weberi 2 - - - -

2

Perciformes

Terapontidae Terapon jarbua - - 1 1 - 2

Scatophagidae Scatophagus argus - 9 1 - - 10

Ambassidae Ambassis vroatenia 45 52 51 35 54 237

Channidae Channa stariata - 1 2 - - 3

Cichlidae Oreochromis niloticus 1 4 7 5 14 31

Cyprinodontiformes Aplocheilidae Aplocheilus panchax - - - - 1 1

Mugiliformes Muilidae Valamugil seheli - 46 - - 1 47

Cypriniformes Cyprinidae Rasbora sumatrana - - - - 1 1

Decapoda Penaeidae Fenneropenaeus indicus - - - 3 16 19

Total 48 112 63 50 98 371

Kelimpahan Relatif dan Frekuensi Keterpadatan Nekton

Persentase nekton tertinggi pada lokasi pengamatan adalah Ambassius uroatenia yakni dari famil Ambassidae (ikan Slinding) sebesar 64% dan yang paling rendah yakni ikan Rasbora sumatrana dari famil Cyprinidae (ikan Puraga) sebesar 0% dan ikan Aplocheilus panchax dari famili Aplocheilidae (ikan Kepala Timah). Kelimpahan relatif berdasarkan waktu pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5.

Nama Spesies

Persentase nekton yang tertangkap (%)

Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3

Mystus gulio 7,1 1,81 7,34 Dermogenys weberi 1,02 - 0,92 Terapon jarbua 1,02 - 0,92 Scatophagus argus 1,02 6,06 2,75 Oreochromis niloticus 4,08 9,09 11,01 Aplocheilus panchax 2,04 - - Valamugil seheli 12,24 13,3 - Ambassis uroatenia 71,43 67,87 62,38 Rasbora sumatrana - - 0,92 Channa stariata - - 0,92 Fenneropenaeus indicus - 1,81 14,68 Jumlah (%) 100 100 100 Jumlah (ekor) 98 165 109

Dari hasil penangkapan nekton selama tiga bulan terdapat perbedaan pada kelimpahan nekton tiap bulan pengamatan, dimana kelimpahan nekton tertinggi pada bulan Juni sebanyak 165 ekor dan terendah pada bulan Mei sebanyak 98 ekor. Frekuensi keterpadatan berdasarkan waktu pengamatan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Data frekuensi keterdapatan nekton

Nama Spesies

Persentase nekton yang tertangkap (%)

Rata-rata

Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3

Mystus gulio

40 20 27

29

Dermogenys weberi 20 - 7 9

Scatophagus argus 20 27 20 22,3 Oreochromis niloticus 100 53 27 60 Aplocheilus panchax 20 - - 6,7 Valamugil seheli 20 13 - 11 Ambassis uroatenia 100 87 53 80 Rasbora sumatrana - - 7 2,3 Channa stariata - - 7 2,3 Fenneropenaeus indicus - 7 40 15,7

Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi nekton

. Secara umum, tingkat keanekaragaman, keseragaman, dominansi di Danau Siombak dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Data keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi sumberdaya hayati nekton.

Indeks Keanekaragaman (H’) Keseragaman (E) Dominasi (C)

Stasiun Stasiun 1 0.46 0.2858 0.8128 Stasiun 2 1.107 0.6878 0.3878 Stasiun 3 0.845 0.4342 0.6546 Stasiun 4 0.89 0.642 0.5325 Stasiun 5 1.19 0.7394 0.3772 Sampling Sampling 1 1.04 0.5001 0.5257 Sampling 2 1.07 0.5972 0.4918 Sampling 3 1.095 0.5266 0.4252 Pasang, normal dan surut Pasang 1.439 0.692 0.3391 Normal 1.1 0.529 0.4934 Surut 1.625 0.8351 0.2419

Analisis korelasi pearson antara faktor fisika dan kimia perairan dengan indeks keanekaragaman nekton

Berdasarkan pengukuran faktor fisika dan kimia perairan yang telah dilakukan pada setiap stasiun penelitian dikorelasikan dengan indeks keanekaragaman nekton maka diperoleh nilai indeks korelasi. Parameter fisika-kimia perairan yang diperhitungkan dalam analisis ini adalah suhu, kedalaman, kecerahan, kekeruhan, pH, DO dan BOD, yang dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Nilai analisis korelasi pearson antara keanekaragaman nekton dengan sifat fisika dan kimia perairan Danau Siombak

Keanekaragaman nekton (H’) Analisis korelasi pearson kriteria/tingkat hubungan korelasi

Suhu (oC) -0,314 Rendah

Salinitas (‰) 0,402 Sedang

Kecerahan (cm) 0,498 Sedang

Kedalaman (m) 0,245 Sedang

Kekeruhan (cm) -0,794 Sangat rendah

pH -0,631 Sangat rendah

DO 0,103 Sedang

BOD5 -0,444 Rendah

Pembahasan

Berdasarkan Tabel 3. Hasil analisis perairan yang diperoleh dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni fisika perairan dan kimia perairan

28 28,5 29 29,5 30 30,5 1 2 3 4 5 S uhu ( oC) Stasiun Fisika perairan a. Suhu

Suhu perairan pada kelima stasiun pengambilan contoh berkisar antara 27- 310C dengan suhu terendah terdapat di stasiun 1, stasiun 2, dan stasiun 4. Suhu tertinggi pada stasiun 3.Variasi suhu tersebut disebabkan oleh adanyaperbedaan waktu dan pengaruh lebatnya vegetasi tumbuh-tumbuhan di sekitarperairan tersebut diduga menghalangi penetrasi sinar matahari yang masukkedalam perairan.Dari hasil pengamatan, nilai kisaran suhu kelima stasiun tersebut masih tergolong dalam kisaran suhu normal dan masih layak bagi organisme perairan. Berdasarkan Effendi (2003), kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan nekton di perairan adalah 20-30 oC.

Gambar 20. Suhu rata-rata pada setiap stasiun pengamatan

b. Salinitas

terjadinya fluktuasi yang menyebabkan kondisi danau bersifat limnis. Hal ini sesuai dengan studi Barus (2004) yang menyebutkan bahwa ekosistem air di daratan umumnya bersifat limnis dengan kadar salinitas < 0,5 ‰ seperti sungai dan danau, meskipun terdapat juga danau yang mempunyai kadar salinitas yang tinggi dan biasanya bersifat payau dengan kadar salinitas 0.5–30 ‰. Danau seperti ini terutama terdapat di perairan tropis yang diakibatkan oleh tingginya penguapan. Terdapat perbedaan antara kandungan garam terlarut pada perairan tawar dengan kandungan garam terlarut pada ekosistem laut. Salinitas di Danau Siombak sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan air hujan.

Gambar 21. Salinitas rata-rata pada setiap stasiun pengamatan

c. Kecerahan

Nilai kecerahan pada kelima stasiun diperoleh kisaran antara 56.6−83.3%.

Nilai terendah pada stasiun 4 dan tertinggi pada stasiun 2. Nilai kecerahan yang rendah disebabkan oleh kondisi perairan stasiun 4 yang keruh dari akibat banyaknya limbah rumah tangga, aktivitas MCK dan limpasan dari pertambakan, sehingga cahaya tidak menembus hingga ke dasar perairan. Hal ini diperjelas dengan besarnya nilai kekeruhan pada stasiun 4 yaitu sebasar 60-70 m (Tabel 3). Nilai kecerahan tertinggi pada stasiun 2. disebabkan kondisi air yang tidak terlalu keruh dan

60 62 64 66 68 70 1 2 3 4 5 K ecer ah an ( cm ) Stasiun 3,5 4 4,5 m )

kurangnya aktivitas pada kedalaman tersebut (267-403 cm) sehingga dasar perairannya tidak terlalu keruh. Hal ini diperjelas dengan besarnya nilai kekeruhan pada stasiun 2 yaitu 60-76.6 m (Tabel 3).

Gambar 22. Kecerahan rata-rata pada setiap stasiun pengamatan

d. Kedalaman

Kedalaman danau dapat berubah-ubah sesuai keadaan lingkungan sekitarnya yang biasanya sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan arus serta pasang surut. Nilai kedalaman terendah pada stasiun 1 dan tertinggi di stasiun 3 dengan kisaran antara 150 cm dan 567 cm. Hal sesuai dengan pernyataan Agustini (2013), yang menyatakan bahwa Danau Siombak adalah danau buatan dengan luas sekitar 40 hektar, diameter sekitar 1000 meter dan kedalaman kurang lebih 12 meter. Ketika pasang danau Siombak memiliki kedalaman kisaran antara 424 cm, normal berkisar antara 330 cm dan ketika surut berkisar antara 210 cm

0 2 4 6 8 10 12 14 16 1 2 3 4 5 K eke ruha n ( m g/ l) Stasiun

Gambar 23. Kedalaman rata-rata pada setiap stasiun pengamatan

e. Kekeruhan

Kekeruhan air di Danau Siombak dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang di hasilkan oleh buangan industri. Kekeruhan tertinggi terdapat pada stasiun 1 berkisar antara 15.9 mg/l, hal ini disebabkan pada stasiun 1 karena pada stasiun ini masih terdapatnya vegetasi mangrove yang lebat dan kekeruhan terendah terdapat pada stasiun 2 berkisar antara 11.3 mg/l. Hal ini disebabkan karena adanya kegiatan antropogenik dan limpasan buangan limbah dari kegiatan industri.

Gambar 24. kekeruhan rata-rata pada setiap stasiun pengamatan

Kimia perairan

6,7 6,8 6,9 7 7,1 7,2 1 2 3 4 5 pH Stasiun

Nilai pH perairan dipengaruhi oleh aktifitas biologi, suhu, kandungan oksigen dan keberadaan ion-ion perairan. Perubahan nilai pH pada suatu perairan menunjukan terjadinya perubahan proses biologi dan penyediaan unsur-unsur hara dalam perairan tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan, nilai pH di Danau Siombak masih cenderung netral dengan nilai sekitar 7. Dengan demikian, dapat dikatakan nilai derajat keasaman di Danau Siombak masih cukup baik untuk perikanan. Hal ini sesuai dengan Barus, (2004) yang menyatakan bahwa organisme akuatik dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basah lemah. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara 7 – 8.5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi.

Gambar 25. pH rata-rata pada setiap stasiun pengamatan

b. DO (Dissolved Oxygen)

Oksigen terlarut adalah konsentarasi oksigen yang larut dalam air, oksigen sangat penting bagi pernafasan dan merupakan salah satu komponen utama bagi metabolisme ikan dan organisme lainnya yang berasal dari proses fotosintesis fitoplankton dan tanaman air serta difusi udara (APHA, 1976). Berdasarkan hasil

3,24 3,26 3,28 3,3 3,32 3,34 3,36 3,38 3,4 1 2 3 4 5 D O Stasiun

pengamatan, kandungan oksigen terlarut di Danau Siombak pada seluruh stasiun pengamatan berkisar antara 1.4 dan 3.6 mg/l dengan nilai rata-rata sebesar 2.5 mg/l. Menurut Boyd (1990), kadar DO yang baik bagi pertumbuhan ikan adalah diatas 5 mg/l. Nilai DO terendah terdapat pada stasiun 3 yang diduga oleh banyaknya limpahan limbah tambak dan limbah rumah tangga yang memasuki kawasan peraian. Berdasarkan baku mutu yang telah ditetapkan pada kepmen LH tahun 2004, nilai DO di Danau Siombak tergolong kurang baik untuk kegiatan perikanan.

Gambar 26. DO rata-rata pada setiap stasiun pengamatan.

c. BOD5 (Biochemical Oxygen Demand)

BOD5 merupakan gambaran kadar bahan organik, yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbon dioksida dan air (Effendi, 2003). Hasil pengamatan diperoleh nilai BOD5 di Danau Siombak berkisar antara 3.2 mg/l dan 3.5 mg/l dengan rata-rata sebesar 3.36 mg/l. Berdasarkan baku mutu yang telah di tetapkan pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup tahun 2004. Namun nilai konsentrasi BOD tersebut termasuk dalam kondisi perairan yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan organisme air termasuk makrozoobentos. Hal ini sesuai dengan Brower, dkk. (1990) yang menyatakan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 BO D ( m g /l ) Stasiun

bahwa perairan tergolong baik jika konsumsi O2 selama periode 5 hari berkisar sampai 5 mg/l dan apabila konsumsi O2 berkisar antara 10 – 20 mg/l akan menunjukkan tingkat pencemaran oleh materi organik yang tinggi dan untuk air limbah nilai BOD umumnya lebih besar dari 100 mg/l. Kadar BOD5 tertinggi terdapat di stasiun 2 yaitu sebesar 3.43 mg/l. Hal ini disebabkan adanya pengaruh masukan bahan organik maupun anorganik dari limbah rumah tangga, pertambakan, dan banyaknya serasah dedaunan dan batang pohon yang terbawa arus ketika pasang. Sedangkan nilai BOD5 yang kecil terdapat pada stasiun 1 dan 3 berkisar antara 3.3 mg/l.

Gambar 27. BOD rata-rata pada setiap stasiun pengamatan.

Sumberdaya Hayati Nekton di Danau Siombak

Penangkapan nekton dilakukan pada 5 titik stasiun di daerah Danau Siombak selama bulan Juni hingga Juli 2014.Jenis nekton yang tertangkap adalah ikan dan udang, dari jenis ikan meliputi meliputi 5 ordo yaitu Perciformes (6 famili), Beloniformes (1 famili), Siluriformes (1 famili), Cyprinodontiformes (1 famili), dan Cyproniformes (1 famili) dan Mugiliformes (1 famili) sedangkan dari jenis udang ditemukan hanya 1 ordo yaitu Decopoda (1 famili). Ordo Perciformes

Cichlidae; Ordo Beloniformes terdiri dari Zenarchopteridae; Ordo Siluriformes terdiri dari Bagridae; Ordo Cyprinodontiformes terdiri dari Aplocheilidae; Ordo Cypriniformes yakni Cyprinidae; Ordo Mugiliformes yakni Mugilidae, satu ordo dari kelompok udang adalah Decapoda terdiri dari famili panaeidae yang hanya terdiri dari spesies Fenneropenaeus indicus.

Komposisi dan Kelimpahan Relatif Nekton

Jenis nekton yang paling banyak ditemukan adalah dari famili Ambassidae yakni ikan Slinding (Ambassis vroatenia), dan famili Muilidae yakni ikan Belanak (Valamugil seheli); famili Cichlidae meliputi jenis ikan Nila (Oreochromis niloticus); famili Bagridae meliputi jenis ikan Lundu (Mystus gulio); famili Scatophagidae meliputi jenis ikan Ketang (Scatophagus argus); famili Channidae meliputi jenis ikan Gabus (Channa stariata.); famili Terapontidae meliputi jenis ikan terapon (Terapon jarbua); famili Zenarchopteridae meliputi jenis ikan Cucut (Dermogenys weberi); dan famili Aplocheilidae dari jenis ikan Kepala timah (Aplocheilus panchax); dan famili Cyprinidae meliputi jenis ikan Puraga (Rasbora sumatrana). Jenis udang yang diperoleh berasal dari famili Panaeidae yakni jenis udang Putih kecil (Fenneropenaeus indicus).

Berdasarkan stasiun pengamatan, nekton yang ditemukan di tiap stasiun adalah dari famili Ambassidae meliputi jenis ikan Slinding dan famili Cichlidae meliputi jenis ikan Nila. Hal ini mengindikasikan habitat Danau Siombak cocok untuk kedua famili tersebut sehingga dapat bertahan dan berkembang biak dengan baik.

Secara keseluruhan, nekton yang tertangkap paling banyak terdapat pada stasiun 2 yaitu sebanyak 112 ekor yang didominasi oleh famili Ambassidae dari jenis ikan Slinding (A. uroatenia) sebanyak 51 ekor. Perolehan tertinggi pada stasiun 2 di

Mystus gulio Dermogenys weberi Terapon jarbua Scatophagus argus Oreochromis niloticus Aplocheilus panchax Valamugil seheli Ambassis uroatenia Rasbora sumatrana Channa stariata Fenneropenaeus indicus Ambassius uroatenia (64%) Rasbora sumatrana (0%) Fenneropenaeus indicus (5%) Mystus gulio (5%) Dermogenys weberi (1%) Terapon jarbua (1%) Scatophagu argus (3%) Oreochromis niloticus (8%) Aplocheilus panchaxs (0%) Valamugil seheli (13%)

karenakan pada stasiun tersebut masih memiliki vegetasi mangrove yang masih bagus dan lebat dan antropogenik masih kurang di stasiun 2 tersebut. Perolehan nekton yang

Dokumen terkait