• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2014 di perairan Danau Siombak Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. Stasiun pengambilan sampel nekton terdiri dari 5 stasiun pada setiap stasiun dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan dengan jarak Stasiun 1 sampai Stasiun 2 adalah 339 m, Stasiun 2 sampai Stasiun 3 adalah 569 m, Stasiun 3 sampai Stasiun 4 adalah 427 m, dan dari Stasiun 4 sampai Stasiun 5 adalah 346 m dengan titik koordinat stasiun 1 13°43’34,65”N, 98°39’37,79”E, titik koordinat stasiun II 3°43’38,44”N, 98°39’46,58”E, titik koordinat stasiun III 3°43’29,68”N, 98°39’20,48”E., titik koordinat stasiun IV 3°43’40,65”N, 98°39’38,07”E, dan titik koordinat stasiun V adalah 3°43’38,94”N, 98°39’26,86”E. Pengambilan contoh nekton mernggunakan jala. Setelah pengambilan sampel, nekton akan dianalisis di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Medan. Gambar lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ember kapasitas 5 liter,jala dengan diameter 1,5-2 mm, toples, keping secchi, tali plastik, lakban, kertas label, botol alkohol, GPS, plastik 5 kg, buku identifikasi, cool box, alat

tulis, dan peralatan analisa kualitas air seperti termometer, pH meter,erlenmeyer 125 ml, refraktometer,beaker glass, dan gelas ukur. Bahan yang digunakan diantaranya adalah, alkohol, es, formalin 10%, KOH-KI, MnSO4, H2SO4, amilum,Na2S2O3 dan akuades. Foto alat dan bahan dapat dilihat pada lampiran 3.

Metode Pengambilan Contoh

Pengumpulan nekton

Nekton diambil menggunakan alat tangkap jala. Satu stasiun terdiri 3 titik. Setiap pengambilan sampel pada setiap titik memerlukan waktu +15 menit, sehingga total waktu pengamatan adalah +1 jam perstasiun.

Sampel nekton yang didapat kemudian dimasukan ke dalam plastik 5 kg dan dilakukan perendaman dalam formalin 10% untuk menghindari proses pembusukan. Sampel nekton yang terkumpul kemudian dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi. Nekton yang telah diawetkan selanjutnya diamati di Laboratorium. Identifikasi untuk jenis ikan menggunakan buku identifikasi Kottelat et al. (1993) dan udang menggunakan buku identifikasi James G. Needham dan Paul R. Needham (1992). Contoh nekton yang telah diidentifikasi dikelompokan berdasarkan jenisnya.

Pengambilan sampling nekton dilakukan menggunakan metode purposive sampling, yang merupakan teknik pengambilan sampel dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan yang dibuat oleh peneliti dengan menentukan lima stasiun penelitian. Pengambilan sampel nekton dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan dengan jarak masing-masing stasiun adalah sebagai berikut :

Peta lokasi penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Gambar Lokasi Penelitian

Deskripsi Setiap Stasiun Pengamatan a. Stasiun 1

Stasiun ini terletak di Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan yang secara geografis terletak pada 3°43’34,65”N, 98°39’37,79”E. Daerah ini merupakan daerah yang belum dijumpai aktivitas masyarakat dan terdapat vegetasi mangrove di sekitar perairan. Kondisi stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Stasiun 1

b. Stasiun 2

Stasiun ini terletak di Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan yang secara geografis terletak pada 3°43’38,44”N, 98°39’46,58”E. Pada daerah ini dapat dijumpai berbagai aktivitas masyarakat seperti kegiatan permukiman penduduk, wisata, peternakan dan perikanan tambak. Kondisi stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Stasiun 2 c. Stasiun 3 Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 1 Titik 2 Titik 3

Stasiun ini terletak di Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan yang secara geografis terletak pada 3°43’29,68”N, 98°39’20,48”E. Pada daerah ini masih dijumpai aktivitas masyarakat, tapi tidak sebanyak pada stasiun 2. Di daerah ini juga terdapat buangan limbah dari kegiatan perikanan tambak.Kondisi stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Stasiun 3

d. Stasiun 4

Stasiun ini terletak di Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan yang secara geografis terletak pada 3°43’40,65”N, 98°39’38,07”E. Pada daerah ini merupakan bagian tengah atau pusat danau yang menjadi pembanding pada setiap stasiun lainnya. Kondisi stasiun 4 dapat dilihat pada Gambar 7.

Titik 1

Titik 2

Gambar 7. Stasiun 4

e. Stasiun 5

Stasiun ini terletak di Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan yang secara geografis terletak pada 3°43’38,94”N, 98°39’26,86”E. Pada daerah ini merupakan bagian inlet atau masuknya aliran air sungai ke danau. Kondisi stasiun 5 dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Stasiun 5

Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Perairan Titik 1

Titik 2 Titik 3

Titik 1

Titik 2

Metode dan alat ukur yang digunakan untuk menganalisa faktor fisika dan kimia perairan mencakup :

a. Suhu Air (°C)

Suhu air diukur menggunakan termometer air raksa yang dimasukkan ke dalam sampel air selama lebih kurang 10 menit.Kemudian dibaca skala pada termometer tersebut (Odum, 1994). Pengukuran suhu air dilakukan setiap pengamatan di lapangan.

b. Kecerahan

Diukur menggunakan keping secchi yang dimasukkan ke dalam badan air sampai keping secchi tidak terlihat, kemudian diukur panjang tali yang masuk ke dalam air. Pengukuran penetrasi cahaya dilakukan setiap pengamatan di lapangan.

c. pH (Derajat Keasaman)

Nilai pH diukur menggunakan pH meter dengan cara memasukkan pH meter ke dalam sampel air yang diambil dari perairan sampai pembacaan pada alat konstan dan dibaca angka yang tertera pada pH meter tersebut. Pengukuran pH dilakukan setiap pengamatan di lapangan.

d. DO (Dissolved Oxygen)

Dissolved Oxygen (DO) diukur menggunakan Metoda Winkler. Sampel air diambil dari permukaan perairan dan dimasukkan ke dalam botol BOD kemudian dilakukan pengukuran oksigen terlarut. Prosedur Metode Winkler dilampirkan pada lampiran 1.

e. BOD5 (Biochemical Oxygen Demand)

Pengukuran BOD5 dilakukan dengan menggunakan Metoda Winkler. Pengukuran BOD5 dilakukan dengan mengukur DO awal atau emisiasi dari DO pada hari ke-5. Prosedur Metode Winkler dilampirkan pada lampiran 2.

f. Salinitas

Salinitas diukur dengan menggunakan refraktometer. Refraktometer dibersihkan dulu dengan tisu kearah bawah dengan air atau tisu basah dan dibersihkan lagi dengan tisu kemudian ditetesi dengan cairan tersebut lalu dibaca skalanya.

g. Kedalaman

Kedalaman diukur dengan menggunakan tali plastik dengan cara memasukkan tali ke dalam badan air yang telah diikat dengan pemberat pada tali tersebut telah diberi tanda.

h. Kekeruhan

Pengukuran kekeruhan dilakukan dengan mengambil sampel air dari permukaan perairan dan dimasukkan ke dalam botol kemudian dilakukan analisis di laboratorium setelah diambil airnya dilokasi pengamatan.

Secara keseluruhan pengukuran faktor fisika, kimia dan biologi beserta satuan dan alat yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1. Dibawah ini.

Tabel 1. Alat dan Satuan yang Dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisika, Kimia dan Biologi Perairan.

No. Parameter Fisika, Kimia dan Biologi

Satuan Alat Tempat

Pengukuran

1 Suhu Air °C Termometer Air

Raksa

In-situ

2 Kecerahan Cm Keping Sechii In-situ

3 BOD5 mg/l Metode Winkler Laboratorium

4 Kekeruhan Mg/l - Laboratorium

5 pH Air - pH meter In-situ

6 DO mg/l Metode Winkler In-situ

7 Kedalaman M Tali plastic In-situ

8 Salinitas oo/o Refraktometer In-situ

9 Nekton Ekor Jala In-situ

Analisis Data

Rumus Menghitung Konsentrasi DO

Perhitungan DO dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut (Barus, 2003):

�� (��/�) =�����������������������������

��� (� − � )

Keterangan :

8000 = Berat molekul Oksigen dalam 1000 ml ml thiosulfat = jumlah ml Na2S2O3 yang terpakai titrasi N thiosulfat = Normalitas Na2S2O3 yang digunakan titrasi 50 = Jumlah ml sampel air yang dititrasi (50 ml) V = volume botol winkler yang digunakan (150 ml)

2 = banyaknya air yang keluar pada saat botol winkler ditutup.

Perhitungan BOD dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut (Barus, 2003):

BOD (mg/l) = DO-nol – DO-5 x tingkat pengenceran

Keterangan :

DO-nol = konsentrasi oksigen terlarut nol hari DO-5 = konsentrasi oksigen terlarut 5 hari.

Rumus Menghitung Kecerahan

Untuk rumus menghitung kecerahan adalah sebagai berikut (Barus, 2003):

Kecerahan air (cm) =

2

Jarak tidak tampak (cm) + Jarak tampak (cm)

Untuk menganalisis data dimana dilakukan pengumpulan untuk nekton danau meliputi data komposisi jenis, kelimpahan relatif, frekuensi keterdapatan, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, indeks dominansi, kemiripan habitat antar stasiun dan analisis korelasi pearson. Data-data tersebut dianalisis menurut kaidah sebagai berikut:

Komposisi Jenis

Komposisi jenis diperoleh dari data ukuran dan jumlah spesies nekton yangdiperoleh dari setiap lokasi dengan 5 stasiun yang telah ditentukan.

Perhitungan kelimpahan relatif setiap jenis nekton dilakukan dengan perhitungan persentase jumlah, dengan persamaan yang digunakan adalah (Krebs, 1972) :

Kr =��

x 100 % Keterangan :

Kr = Kelimpahan Relatif

ni = Jumlah individu spesies ke-i N = Jumlah total individu semua jenis Frekuesi Keterdapatan

Frekuensi keterdapatan digunakan untuk menunjukan luasnya penyebaranlokal jenis tertentu. Hal ini dilihat dari frekuensi (%) nekton yang tertangkap dimana dengan menggunakan persamaan (Misra, 1968) :

Fi =��

X 100 % Keterangan :

Fi = Frekuensi keterdapatan ikan spesies ke-i yang tertangkap (%) Ti = Jumlah stasiun dimana spesies ke-i tertangkap

T = Jumlah semua stasiun

Bila persentase mendekati 100% maka nekton tersebut memiliki penyebaran lokal yang luas. Sedangkan jika jenis nekton yang memiliki nila F mendekati 0 % merupakan jenis ikan yang penyebaran lokal sempit atau terbatas.

Indeks Keanekaragaman

Odum (1994) menyatakan bahwa ada dua cara pendekatan untuk menganalisis keragaman jenis dalam keadaan yang berlainan: (1) Membandingkan pembanding yang didasarkan pada bentuk, pola atau persamaan

kurva banyaknya jenis, dan (2) Pembandingan yang didasarkan pada indeks keanekaragaman, yang merupakan nisbah atau pernyataan matematika lainnya dari hubungan-hubungan jenis kepentingan. Dalam menentukan suatu keanekaragaman nekton digunakan indeks Shannon-Wiener (Brower, dkk., 1990) sebagai berikut:

H’ = -∑ �� log2 �� Keterangan :

H’ = Indeks Diversitas Shannon-Winer ni = Jumlah individu spesies ke- i N = Jumlah individu semua spesies Indeks Keseragaman

Diversitas maksimun (Hmaks) terjadi bila kelimpahan semua speies di semua

staiun merata, atau apabila H’ = Hmaks = log2 rasio keanekaragaman yang terukur

dengan keanekaragaman maksimum dapat dijadikan ukuran keseragaman (E), yaitu: (Odum, 1994). E = ����� = �′ ��� Keterangan : E = Indeks Keseragaman

H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Winner H maks = Keanekaragaman maksimum

S = Jumlah spesies

Indek Dominansi

Untuk mengetahui ada tidaknya, digunakan indeks dominan Simpson (Odum, 1994):

C = Σ �� Keterangan :

C = Indeks Dominansi Simpson Ni = Jumlah individu spesies ke-i N = Jumlah individu semua spesies

Nilai indeks dominansi berkisar antara 0-1; indeks 1 menunjukan dominansi olehsatu jenis spesies sangat tinggi (hanya terdapat satu jenis pada satu stasiun). Sedangkan indeks 0 menunjukan bahwa diantara jenis-jenis yang ditemukan tidak ada yang dominansi.

Analisis Korelasi Pearson

Analisis korelasi pearson digunakan untuk mengukur hubungan dengan data terdistribusi normal dan untuk mencari derajat keeratan hubungan dan arah hubungan antara keanekaragaman nekton yang terdapat di perairan Danau Siombak Medan dengan sifat fisika dan kimia airnya. Nilai korelasi memiliki nilai rentan antara 0 sampai 1 atau 0 sampai -1.Tanda positif menunjukkan hubungan searah. Jika satu variabel naik maka variabel yang lain naik. Tanda negatif menunjukkan hubungan berlawanan, jika satu variabel naik variabel yang lain turun (Trihendradi, 2005). Menurut (Sugiyono, 2005) interval korelasi dan tingkat hubungan antara faktor adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Interval Korelasi dan Tingkat Hubungan antar Faktor (Sugiyono, 2005).

No Interval Koefisien Tingkat Hubungan

1 0,00-0,199 Sangat rendah

2 0,20-0,399 Rendah

4 0,60-0,799 Kuat

5 0,80-1,00 Sangat kuat

Dokumen terkait