• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa rancangan angkong sekarang

Sebelum melakukan rancang ulang dilakukan analisa pada rancangan angkong yang ada. Analisa dilakukan pada jenis pekerjaannya, bentuk alat, dan pekerja atau operator. Analisa pekerjaan yaitu mengetahui kapasitas pengangkutan dengan menggunakan angkong yang ada. Dimensi angkong yang ada digunakan sebagai acuan perancangan yang akan dibuat dalam bentuk gambar teknik dan analisa pada pekerja secara objektif dan subjektif. Secara objektif dilakukan dengan menganalisa dengan antropometri dan selang alami gerak (SAG) sedangkan secara subjektif dengan menganalisa kuisioner keluhan sakit pada bagian tubuh yang dirasakan pekerja saat beraktivitas menggunakan angkong Kapasitas muat angkong

Angkong yang ada sekarang tidak boleh melebihi dari 120 kg dan akan mengakibatkan cepat rusaknya angkong (Monasari, 2006). Pemanen mengangkut TBS tergantung dari ukuran dan berat. TBS berukuran besar bekisar 15-50 kg dan dapat memuat 2 tandan dalam angkong sedangkan TBS berukuran sedang atau kecil dapat memuat 3 atau lebih tandan dalam angkong. Berikut besar berat tandan berdasarkan umur tanaman dan karakteristik tandan sawit pada Tabel

Tabel 18. Berat tandan rata-rata menurut umur tanaman

Umur Berat tandan Jumlah tandan perpohon

4 tahun 4-5 kg 15 tandan 5 tahun 6-7 kg 14 tandan 6-7 tahun 8-9 kg 12-13 tandan 8-9 tahun 10-11 kg 11 tandan 10 tahun 12-15 kg 11 tandan 11-13 tahun 17 kg 8-10 tandan 14-15 tahun 18 kg 7 tandan 16-17 tahun 20 kg 7 tandan 18-19 tahun 22 kg 7 tandan 20-21 tahun 25 kg 6 tandan 22-23 tahun 22 kg 6 tandan 24-25 tahun 20 kg 6 tandan

Sumber: Zulfahrizal (2005) diacu dari Vandamecum bidang tanaman PTP X (persero), 1993

Tabel 19. Karakteristik tandan sawit

Karakteristik Uraian

Berat tandan 3-42 kg

Keliling tandan 120-140 cm

Panjang dan lebar tandan 44-56 cm dan 43-49 cm

Panjang tanngkai tandan 35-40 cm

23 Untuk menentukan kapasitas muat angkut tandan dalam bak angkong dilakukan simulasi penyusunan TBS pada bak dengan batasan berat maksimum yang boleh diangkut yaitu 120 kg. Hasil simulasi disajikan pada Gambar 19.

Gambar 19. Penyusunan tandan pada bak

Dari simulasi dilakukan penyusunan TBS pada bak angkong dengan menggunakan ukuran TBS yang besar dan bak. Dari simulasi dapat dilihat TBS yang tertampung pada bak hanya mampu memuat tiga buah TBS. Maka dapat diketahui bak angkong yang ada memiliki kapasitas angkut sebanyak tiga buah TBS dengan berat per tandan ukuran besar yaitu 20-40 kg dan 60-120 kg yang dapat diangkut.

Dimensi angkong sekarang

Ukuran dimensi dari angkong sekarang digunakan sebagai analisis dalam perancangan dan gambar teknik. Dimensi angkong sekarang sebagai standar yang akan dianalisa dan diperbaiki apabila kurang ergonomis. Dimensi angkong sekarang dapat dilihat pada Gambar 20 dan 21.

24

Gambar 20. Dimensi angkong pada tampak samping

Gambar 21. Dimensi angkong pada tampak atas

Gambar 20. Menunjukkan dimensi dari angkong dimana diketahui ukuran angkong yang sekarang. Dimensi yang diketahui yaitu dimensi panjang handle hingga tepi bak angkong sebesar 121 cm, dimensi tangkai handle sampai permukaan tanah sebesar 57 cm, dimensi tepi depan bak sampai permukaaan tanah 55 cm, dan dimensi tepi belakang bak sampai permukaan tanah 51 cm. Gambar 21. Yaitu dimensi lebar handle sebesar 63 cm, dimensi panjang bak sebesar 82 cm, dan dimensi lebar bak sebesar 65 cm. Dimensi tersebut kemudian dianalisa dan sebagai acuan angkong rancangan untuk modifikasi. Perubahan dimensi yang terjadi sesuai dengan analisa antropometri.

25 Analisis gerakan dengan antropometri

Data antropometri yang diperoleh dengan pengukuran secara langsung di lokasi penelitian yaitu perkebunan kelapa sawit. Data yang didapatkan data antropometri pemanen kelapa sawit di daerah Riau, Kalimantan, dan Sulawesi.

Setelah data antropometri didapatkan maka dilakukan pengolahan data dan diperoleh data olah antropometri secara ringkas pada Tabel 20.

Tabel 20. Ringkasan data antropometri pemanen kelapa sawit di Riau No Parameter Pengukuran Mean Standar Persentil Persentil Persentil Deviasi ke-5 ke-50 ke-95 Berdiri

1. Berat badan 56.54 8.25 46.00 54.5 73.95 2. Tinggi badan 160.67 5.97 150.72 160.00 168.65 3. Tinggi mata 149.36 7.07 138.05 150.00 158.30 4. Tinggi bahu 134.13 5.54 123.35 134.25 141.00

5. Tinggi siku tangan 103.06 15.16 92.75 101.60 109.52 6. Tinggi pinggang 116.75 128.63 90.53 99.00 107.65 7. Tinggi pinggul 89.64 4.94 79.40 90.25 95.00 8. Tinggi gengam tangan 70.26 4.20 62.35 71.00 76.00 9. Tinggi ujung tangan 58.58 4.42 53.00 58.20 62.65 10. Jangkauan tangan keatas 201.01 8.12 189.70 201.75 212.00 Terbuka

11. Jangkauan tangan keatas 189.41 8.49 176.05 190.00 201.30 Genggam 12. Jangkauan tangan 78.07 4.42 70.07 78.00 84.00 Kedepan terbuka 13. Jangkauan tangan 65.62 4.04 58.00 66.00 70.65 Kedepangenggam 14. Jengkal 2 tangan 165.94 15.09 152.67 168.25 179.30 Kesamping terbuka 15. Jengkal 2 tangan 146.151 6.66 137.35 146.00 155.30 Kesamping genggam 16. Jengkal 2 siku 83.91 7.21 72.00 84.00 94.95 17. Panjang telapak kaki 24.78 1.20 22.50 25.00 26.52 18. Lebar telapak kaki 10.60 0.75 9.57 10.50 12.00 Duduk

19. Lebar telapak tangan 10.78 0.73 10.00 11.00 12.00 20. Diameter genggam tangan 6.16 0.62 5.00 6.00 7.00 21. Panjang telapak tangan 18.37 1.00 17.00 18.25 20.00 22. Keliling genggam tangan 25.37 1.62 23.00 25.5 27.565 23. Panjang ibu jari 6.41 0.51 6.00 6.1 7.00 24. Panjang jari telunjuk 8.97 0.48 8.14 9.00 9.565 25. Panjang jari tengah 10.10 0.65 9.175 10.00 11.395 26. Panjang jari manis 9.28 0.64 8.37 9.5 10.00 27. Panjang jari kelingking 7.51 0.57 7.00 7.5 8.5

26

No Parameter pengukuran Mean Standar Persentil Persentil Persentil Deviasi ke-5 ke-50 ke-95 Duduk

28. Panjang jengkal tangan 20.39 1.56 17.675 20.2 23.00 29. Tinggi duduk 81.26 3.64 74.175 81.00 86.00 30. Tinggi mata 70.54 3.75 64.35 70.75 76.95 31. Tinggi bahu 56.57 2.55 53.00 57.00 60.00 32. Tinggi siku tangan 21.75 3.05 17.85 21.00 27.3 33. Jangkauan tangan keatas 124.09 5.27 116.0 124.0 132.0 Terbuka

34. Jangkauan tangan keatas 112.28 4.69 105.0 112.5 119.3 Genggam

35. Tinggi lutut 50.03 2.89 45.67 50.25 54.3 36. Tinggi lipatan lutut dalam 40.99 3.64 34.85 41.25 47.65 37. Jangkauan tangan kebawah 73.82 3.24 69.00 74.00 79.00 Terbuka

38. Jangkauan tangan kebawah 60.33 3.16 56.00 61.00 64.00 Genggam

39. Panjang lengan atas 30.34 2.22 28.00 30.00 33.82 40. Panjang lengan bawah 43.66 2.60 39.00 44.00 47.82 Terbuka

41. Panjang lengan bawah 32.88 3.74 29.00 32.00 42.3 Genggam

42. Jarak pantat-lutut 54.80 3.11 50.00 55.00 58.82 43. Jarak pantat-lipatan lutut 45.86 3.11 40.00 46.00 50.00 Dalam

44. Panjang kepala 18.34 1.46 16.14 18.00 21.00 45. Lebar kepala 17.24 1.39 15.17 17.00 19.5 46. Lebar bahu (biacromial) 30.73 9.50 22.00 30.5 36.00 47. Lebar bahu (bideltoid) 45.07 4.61 42.00 45.00 50.00 48. Lebar pinggul 30.52 2.92 27.00 30.00 35.5 49. Tebal dada 20.98 2.23 17.57 21.00 25.00 50. Tinggi dudukan paha 35.14 12.15 25.00 26.5 56.00 51. Panjang lengan 74.57 5.53 66.35 74.00 82.95

Untuk mendesain angkong, harus diketahui parameter-parameter antropometri yang secara langsung terkait dengan desain angkong. Parameter-parameter tersebut disajikan pada Tabel 21.

Tabel 21. Parameter antropometri terkait dengan aktivitas penggunaan angkong

No Keterangan

1. Tinggi badan Mempengaruhi postur saat mengangkat 2. Tinggi bahu Jangkauan terhadap handle

3. Panjang lengan atas Jangkauan terhadap handle 4. Panjang lengan bawah Jangkauan terhadap handle

5. Tinggi pinggang Mempengaruhi postur saat mengangkat 6. Tinggi lutut Jangkauan terhadap penyangga

27 Analisis gerakan mengangkut dengan selang alami gerak

Kegiatan mengangkut tandan kelapa sawit merupakan salah satu dalam kegiatan pemanenan yang memerlukan energi yang besar. Dalam mengangkut tandan pemanen melakukan gerakan seperti mengangkat dan mendorong. Gerakan tersebut perlu disesuaikan dengan selang alami gerak (SAG) agar pemanen melakukan aktivitas tersebut aman. Gerakan yang dianjurkan yaitu pada zona 0 dan 1 serta diminimumkan atau dihindari pada zona 2 dan 3.

Analisis dilakukan dengan mangambil beberapa kegiatan mengangkut dan menentukan selang alami geraknya, berikut merupakan gerakan-gerakan kegiatan pemanen mengangkut tandan kelapa sawit yang disajikan pada Gambar 22, 23, dan 24.

(a) (b) (c) Gambar 22. Gerakan mengangkut subjek A

Gambar 22. menjelaskan gerakan pemanen subjek A sewaktu mengangkut tandan dengan menggunakan angkong. Pada kegiatan tersebut kondisi lahan adalah lahan flat atau datar. Dengan memplotkan gambar pada software Auto Cad, maka diperoleh sudut-sudut yang terbentuk dari posisi kerja subjek A. dari beberapa gambar tersebut umumnya kegiatan mengangkut merupakan kegiatan yang relatif stabil. Dari gambar subjek A dapat dijelaskan, subjek mengangkut dengan posisi tulang belakang tegap dan lurus. Posisi bahu agak kebelakang (ekstensi bahu) sebesar 11° terhadap badan, posisi lengan bawah sedikit membengkok (fleksi lengan) sebesar 12° terhadap lengan atas. Penentuan sudut-sudut tersebut termasuk kedalam zona 0 dan 1 yang merupakan zona aman dalam SAG.

28

(a) (b) (c) Gambar 23. Gerakan mengangkut subjek B

Gambar 23. menjelaskan gerakan pemanen subjek B sewaktu mengangkut tandan dengan menggunakan angkong. Pada kegiatan tersebut kondisi lahan adalah lahan menanjak atau miring. Dengan memplotkan gambar pada software Auto Cad, maka diperoleh sudut-sudut yang terbentuk dari posisi kerja subjek B. dari beberapa gambar tersebut umumnya kegiatan mengangkut merupakan kegiatan yang relatif stabil. Dari gambar subjek B dapat dijelaskan, subjek mengangkut dengan posisi tulang belakang membungkuk kedepan (fleksi

punggung) sebesar 30° terhadap sumbu vertikal posisi tegap. Hal ini disebabkan karena kondisi lahan yang menanjak memberikan energi yang cukup besar untuk mengangkut tandan. Posisi bahu mengalami bengkok kedepan (fleksi bahu) sebesar 20° terhadap badan, posisi lengan bawah mengalami bengkok kedepan (fleksi lengan) sebesar 83° terhadap lengan atas. Penentuan sudut-sudut tersebut termasuk kedalam zona 2 pada bagian lengan bawah dan punggung yang merupakan zona kurang nyaman dalam SAG. Namun, dalam kegiatan mengangkut pada kondisi lahan yang menanjak atau miring kondisi gerakan tersebut masih dapat dimaklumi.

(a) (b) (c) Gambar 24. Gerakan mengangkut subjek C

29 Gambar 24. menjelaskan gerakan pemanen subjek C sewaktu mengangkut tandan dengan menggunakan angkong. Pada kegiatan tersebut dilakukan pada lahan rolling. Dengan memplotkan gambar pada software Auto Cad, maka diperoleh sudut-sudut yang terbentuk dari posisi kerja subjek C. Dari beberapa gambar tersebut kegiatan mengangkut, subjek C mengangkut pada kondisi menanjak kemudian lahan flat. Dari gambar (a) subjek C dapat dijelaskan subjek mengangkut dengan posisi tulang belakang membungkuk kedepan (fleksi

punggung) sebesar 28° terhadap sumbu vertikal posisi tegap karena kondisi lahan yang menanjak. Posisi bahu bengkok kebelakang (ekstensi bahu) sebesar 45° terhadap badan. Posisi lengan bawah bengkok kedepan (fleksi lengan) sebesar 81° terhadap lengan atas. Dari Gambar (c) subjek C dapat dijelaskan subjek mengangkut dengan posisi tulang belakang membungkuk kedepan (fleksi

punggung) sebesar 21° terhadap sumbu vertikal posisi tegap. Posisi bahu agak bengkok kebelakang (ekstensi bahu) sebesar 12° terhadap badan. Posisi lengan bawah bengkok kedepan (fleksi lengan) sebesar 14° terhadap lengan atas. Penentuan sudut-sudut tersebut termasuk kedalam zona 2 dan 3 pada Gambar (a) dan zona 0 dan 1 pada Gambar (c). Pengangkutan pada kondisi menanjak lebih berat dibandingkan dengan kondisi lahan yang relatif datar.

Dari analisis yang dilakukan pada kegiatan pengangkutan, kondisi lahan yang datar mengangkut dengan posisi SAG yang aman. Maka pengangkutan yang baik yaitu posisi tubuh dalam keadaan punggung tegap dan bahu juga lengan sejajar tulang belakang. Sedangkan pada kondisi lahan yang menanjak mengangkut dengan posisi SAG yang kurang aman. Hal ini dapat dimaklumi karena pada lahan yang menanjak energi juga usaha yang diperlukan untuk mengangkut lebih berat. Maka hanya dapat diminimumkan posisi terbaik pada saat mengangkut dalam keadaan menanjak.

Berikut rekap pengolahan data selang gerak pemanen kegiatan mengangkut pada Tabel 22.

Tabel 22. Rekap data selang gerak saat mengangkut S Af Sab Se Bf Lf Kf R L R L R L R L R L Max A 102 52 37 56 65 68 74 B 98 98 30 30 22 22 42 76 97 80 83 C 97 97 56 56 36 86 81 87 103 D 125 125 51 28 74 51 71 74

¹Satuan dalam derajat (°) ²Keterangan :

S = Subyek Se = Lengan atas (bahu) ekstensi

R = Bagian kanan tubuh Bf = Punggung fleksi

L = Bagian kiri tubuh Lf = Tungkai atas (panggul) fleksi

Af = Lengan bawah (siku) fleksi Kf = Tungkai bawah (lutut) fleksi

Sab = Lengan atas (bahu) abduksi

Zona 0 / zona nyaman Zona 1 / zona aman Zona 2 / Zona peringatan Zona 3 / Zona bahaya

30

Analisis gerakan mengangkat dengan selang alami gerak

Kegiatan mengangkat angkong merupakan kegiatan mengangkat beban yang terdapat di angkong sebelum pemanen mengangkut tandan tersebut dengan mendorong angkong. Berikut analisis gerakan yang dilakukan pada saat pemanen mengangkat angkong pada Gambar 25.

(a) (b) (c) Gambar 22. Gerakan mengangkat angkong

Gambar 25. menjelaskan gerakan pemanen sewaktu mengangkat tandan dengan menggunakan angkong. Dengan memplotkan gambar pada software Auto Cad, maka diperoleh sudut-sudut yang terbentuk dari posisi kerja pemanen. Dari gambar pemanen (a), (b), dan (c) dapat dijelaskan, subjek mengangkut dengan posisi tulang belakang bengkok kedepan (fleksi punggung) sebesar 61°. Posisi lengan bawah membengkok (fleksi lengan) sebesar 28° terhadap lengan atas. Penentuan sudut-sudut tersebut termasuk kedalam zona 3 pada bagian punggung yang merupakan zona bahaya dalam SAG. Maka bentuk dimensional angkong yang sudah ada masih belum ergonomis karena dapat membahayakan pemanen sewaktu mengangkat angkong dengan beban yang besar. Kondisi ini lama kelamaan akan membuat sakit, nyeri, maupun pegal pada pemanen.

Berikut rekap pengolahan data selang gerak pemanen kegiatan mengangkut pada Tabel 23.

Tabel 23. Rekap data selang gerak saat mengangkat S Af Sab Se Bf Lf Kf R L R L R L R L R L Max A 10 54 15 15 B 38 38 26 26 53 37 37 10 10 C 28 28 41 41 61 83 83 34 34 D 36 36 53 84 84 31 31

¹Satuan dalam derajat (°) ²Keterangan :

S = Subyek Se = Lengan atas (bahu) ekstensi

R = Bagian kanan tubuh Bf = Punggung fleksi

31 Af = Lengan bawah (siku) fleksi Kf = Tungkai bawah (lutut) fleksi

Sab = Lengan atas (bahu) abduksi

Zona 0 / zona nyaman Zona 1 / zona aman Zona 2 / Zona peringatan Zona 3 / Zona bahaya

Analisis gerakan unloading dengan selang alami gerak

Kegiatan unloading tandan kelapa sawit merupakan salah satu dalam kegiatan pemanenan yang memerlukan energi yang besar. Dalam unloading

tandan pemanen melakukan gerakan seperti mengangkat hingga beban keluar. Gerakan tersebut perlu disesuaikan dengan selang alami gerak (SAG) agar pemanen melakukan aktivitas tersebut aman. Gerakan yang dianjurkan yaitu pada zona 0 dan 1 serta diminimumkan atau dihindari pada zona 2 dan 3.

Analisis dilakukan dengan mangambil beberapa kegiatan unloading dan menentukan selang alami geraknya, berikut merupakan gerakan-gerakan kegiatan pemanen mengangkut tandan kelapa sawit yang disajikan pada Gambar 26, 27, dan 28.

(a) (b) (c) Gambar 26. Gerakan unloading subjek A

Gambar 26. menjelaskan gerakan pemanen subjek A sewaktu unloading

tandan dengan menggunakan angkong. Dengan memplotkan gambar pada

software Auto Cad, maka diperoleh sudut-sudut yang terbentuk dari posisi kerja subjek A. Dari beberapa gambar tersebut umumnya kegiatan unloading

merupakan kegiatan mengangkat angkong hingga tandan yang ada di angkong dapat dikeluarkan. Dari gambar subjek A dapat dijelaskan, subjek pada gambar (a) melakukan unloading dengan posisi tulang belakang agak membengkok kedepan (fleksi punggung) sebesar 10°. Posisi bahu agak kebelakang (ekstensi bahu) sebesar 33° terhadap badan, posisi lengan bawah sedikit membengkok (fleksi

lengan) sebesar 28° terhadap lengan atas. Subjek pada gambar (b) mulai mengangkat hingga tandan dapat dikeluarkan dari angkong dengan posisi tulang

32

belakang vertikal dan tegap. Posisi bahu menjauhi badan (abduksi) sebesar 113°, posisi lengan bawah membengkok kedalam (fleksi lengan) sebesar 79° terhadap lengan atas. Subjek pada gambar (c) memposisikan angkong hingga tegak agar tandan keluar dari angkong dengan posisi tulang belakang vertikal dan tegap. Posisi bahu menjauhi badan (abduksi) sebesar 120°, posisi lengan bawah agak membengkok kedepan (fleksi lengan) sebesar 16° dari lengan atas. Penentuan sudut-sudut tersebut termasuk kedalam zona 2 dan 3 yang merupakan zona bahaya dalam SAG karena pemanen mengangkat angkong terlalu tinggi. Selain dapat menimbulkan rasa sakit, kegiatan unloading dapat mengakibatkan hilangnya keseimbangan pemanen sewaktu kegiatan tersebut hingga dapat menimbulkan cidera akibat terjatuh.

(a) (b) (c) Gambar 27. Gerakan unloading pemanen subjek B

Gambar 27. menjelaskan gerakan pemanen subjek B sewaktu unloading

tandan dengan menggunakan angkong. Dengan memplotkan gambar pada

software Auto Cad, maka diperoleh sudut-sudut yang terbentuk dari posisi kerja subjek B. dari beberapa gambar tersebut umumnya kegiatan unloading merupakan kegiatan mengangkat angkong hingga tandan yang ada di angkong dapat dikeluarkan. Dari gambar subjek B dapat dijelaskan, subjek pada gambar (a) melakukan unloading dengan posisi tulang belakang agak membengkok kedepan (fleksi punggung) sebesar 14°. Posisi lengan bawah sedikit membengkok (fleksi

lengan) sebesar 39° terhadap lengan atas. Subjek pada gambar (b) mulai mengangkat hingga tandan dapat dikeluarkan dari angkong dengan posisi tulang belakang belakang agak membengkok kedepan (fleksi punggung) sebesar 10°. Posisi lengan bawah membengkok kedalam (fleksi lengan) sebesar 50° terhadap lengan atas. Subjek pada gambar (c) memposisikan angkong hingga tegak agar tandan keluar dari angkong dengan posisi tulang belakang belakang agak membengkok kedepan (fleksi punggung) sebesar 20°. Posisi lengan bawah agak membengkok kedepan (fleksi lengan) sebesar 52° dari lengan atas. Penentuan sudut-sudut tersebut termasuk kedalam zona 2 dan 3 yang merupakan zona bahaya dalam SAG karena pemanen mengangkat angkong terlalu tinggi. Selain dapat menimbulkan rasa sakit, kegiatan unloading dapat mengakibatkan hilangnya keseimbangan pemanen sewaktu kegiatan tersebut hingga dapat menimbulkan cidera akibat terjatuh.

33

(a) (b) (c) Gambar 28. Kegiatan unloading pemanen subjek C

Gambar 28. menjelaskan gerakan pemanen subjek C sewaktu unloading

tandan dengan menggunakan angkong. Dengan memplotkan gambar pada

software Auto Cad, maka diperoleh sudut-sudut yang terbentuk dari posisi kerja subjek C. Dari beberapa gambar tersebut umumnya kegiatan unloading

merupakan kegiatan mengangkat angkong hingga tandan yang ada di angkong dapat dikeluarkan. Dari gambar subjek C dapat dijelaskan, subjek pada gambar (a) melakukan unloading dengan posisi tulang belakang agak membengkok kedepan (fleksi punggung) sebesar 12°. Posisi bahu agak kebelakang (ekstensi bahu) sebesar 25° terhadap badan, posisi lengan bawah sedikit membengkok (fleksi

lengan) sebesar 19° terhadap lengan atas. Subjek pada gambar (b) mulai mengangkat hingga tandan dapat dikeluarkan dari angkong dengan posisi tulang belakang vertikal dan tegap. Posisi lengan bawah membengkok kedalam (fleksi

lengan) sebesar 87° terhadap lengan atas. Subjek pada gambar (c) memposisikan angkong hingga tegak agar tandan keluar dari angkong dengan posisi tulang belakang vertikal dan tegap. Posisi bahu menjauhi badan (abduksi) sebesar 96°. Penentuan sudut-sudut tersebut termasuk kedalam zona 2 dan 3 yang merupakan zona bahaya dalam SAG karena pemanen mengangkat angkong terlalu tinggi. Selain dapat menimbulkan rasa sakit, kegiatan unloading dapat mengakibatkan hilangnya keseimbangan pemanen sewaktu kegiatan tersebut hingga dapat menimbulkan cidera akibat terjatuh.

Berikut rekap pengolahan data selang gerak pemanen kegiatan mengangkut pada Tabel 24.

Tabel 24. Rekap data selang gerak saat unloading

S Af Sab Se Bf Lf Kf R L R L R L R L R L Max A 137 158 120 120 51 51 33 54 56 44 64 B 100 100 90 90 20 34 27 44 27 C 120 122 35 37 41 44 61 83 83 72 46 D 146 158 90 90 60 60 27 34 50 51 72 ¹Satuan dalam derajat (°)

34

²Keterangan :

S = Subyek Se = Lengan atas (bahu) ekstensi R = Bagian kanan tubuh Bf = Punggung fleksi

L = Bagian kiri tubuh Lf = Tungkai atas (panggul) fleksi Af = Lengan bawah (siku) fleksi Kf = Tungkai bawah (lutut) fleksi Sab = Lengan atas (bahu) abduksi

Zona 0 / zona nyaman Zona 1 / zona aman Zona 2 / Zona peringatan Zona 3 / Zona bahaya

Gerakan mengangkat, mengangkut, dan unloading yang dilakukan oleh pemanen belum sesuai dengan gerakan SAG yang aman. Gerakan mengangkat termasuk kedalam zona 2 dan 3 pada segmen tubuh punggung karena pada saat mengangkat punggung subjek membengkok kedepan untuk meraih handle

angkong. Gerakan mengangkut dipengaruhi oleh kondisi lahan, di lahan yang relatif datar kegiatan mengangkut termasuk kedalam zona 0 dan 1 dapat dikatakan aman, sedangkan pada saat kondisi menanjak termasuk kedalam zona 2 dan 3 yaitu zona bahaya akan tetapi kondisi ini masih dapat dimaklumi karena saat menanjak subjek memerlukan energi yang cukup besar. Gerakan unloading

termasuk kedalam zona 2 dan 3 sewaktu mengeluarkan tandan dari angkong, subjek harus mengangkat handle hingga ketinggian tertentu untuk mengeluarkan tandan.

Analisis persepsi subjektif

Dari kuisioner yang didapatkan pada kegiatan wawancara terhadap pemanen kelapa sawit di lokasi studi diketahui bagian tubuh yang mengalami sakit setelah proses pemanenan terutama pada kegiatan mengangkut. Dari data yang didapatkan bagian tubuh yang paling sering merasakan sakit adalah bahu, punggung, dan pinggul yang termasuk dalam bagian lumbar atas. Dari persepsi subjektif ini dapat dikatakan bahwa desain angkong yang sudah ada masih kurang ergonomis maka perlu dilakukannya rancang ulang untuk memperoleh hasil rancangan yang ergonomis atatupun meminimilisasi resiko yang ditimbulkan dari rancangan yang sudah ada. Berikut hasil rekapitulasi data persepsi subjektif pemanen di lokasi studi (Riau) pada Gambar 29.

35

Gambar 29. Rekapitulasi data subyektif keluhan

Dari hasil analisis yang dilakukan dapat dikatakan bahwa rancangan desain angkong yang ada masih kurang ergonomis dikarenakan pada analisis kegiatan mengangkut, mengangkat, dan unloading didapatkan kondisi segmen tubuh yang berisiko pada bagian tubuh lumbar atas yang dapat menimbulkan sakit maupun cidera dan dari data wawancara persepsi subyektif pemanen tingginya keluhan akibat aktivitas tersebut terutama pada bagian tubuh lumbar bagian atas. Maka dari analisis tersebut diperlukannya rancang ulang angkong agar mendapatkan desain dimensional yang lebih ergonomis.

Hubungan hasil analisis gerakan dan persepsi subyektif

Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan metode selang alami gerak, diketahui beberapa kondisi postur tubuh yang dapat mengakibatkan bahaya saat melakukan kegiatan mengangkong yaitu pada saat mengangkat angkong, mengangkut, dan unloading. Pada kegiatan mengangkat bagian segmen tubuh yang memiliki resiko bahaya yaitu pada bagian bahu dan punggung. Pada kegiatan mengangkut bagian segmen tubuh yang memiliki resiko bahaya yaitu bahu, dan sebagian besar segmen tubuh yang lain berwarna kuning yang harus diwaspadai. Pada kegiatan unloading bagian segmen tubuh lengan, bahu, dan punggung.

Dari analisis tersebut setara dengan apa yang dikeluhkan dari data persepsi subyektif pemanen. Dari hasil wawancara dengan pemanen mengenai keluhan yang dirasakan dari penggunaan angkong dalam aktivitasnya diketahui segmen bagian tubuh atas yang memiliki banyak keluhan dari para pemanen yaitu bagian bahu, punggung kemudian pinggang dan segmen lainnya juga harus diperhatikan walaupun tidak sangat berisiko bahaya dibanding segmen yang telah disebutkan.

Pada segmen tubuh bagian bahu/lengan atas dari analisis mencapai skor bewarna merah berarti bahaya. Kondisi ini terjadi karena posisi bahu yang mengalami ekstensi yang melebihi batas zona aman dikarenakan jalan yang menanjak pada saat mengangkut. Pada segmen tubuh punggung juga mendapatkan skor bewarna merah pada saat mengangkat angkong dikarenakan

0 5 10 15 20 25 30 P e rs e n ta se (% )

Dokumen terkait