STUDI ANTROPOMETRI PEMANEN KELAPA SAWIT DAN
APLIKASINYA PADA RANCANG BANGUN ANGKONG
BANI SHIDEK
TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Antropometri Pemanen Kelapa Sawit dan Aplikasinya Pada Rancang Bangun Angkong adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, 2013
Bani Shidek
ABSTRAK
BANI SHIDEK. Studi Antropometri Pemanen Kelapa Sawit dan Aplikasinya pada Rancang Bangun Angkong. Dibimbing oleh SAM HERODIAN dan M. FAIZ SYUAIB.
Kegiatan pengangkutan kelapa sawit dipengaruhi oleh pekerja dan alat bantunya. Aktivitas pengangkutan memiliki beberapa tahapan yang cukup beresiko dan banyak dikeluhkan oleh pekerja. Terdapat tiga tahapan yang beresiko yaitu pengangkatan, pengangkutan, dan pengeluaran buah sawit. Tahapan tersebut dapat mempengaruhi produktivitas hasil panen, namun hingga saat ini belum dilakukan optimasi untuk mencapai hasil yang optimal. Sehingga perlu dilakukan analisis ergonomika selama kegiatan tersebut untuk mengurangi resiko kerja dan keluhan yang terjadi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis aktivitas pengangkutan serta membuat rekomendasi desain dimensional angkong yang sesuai. Perancangan ulang angkong berdasarkan data antropometri pekerja. Rekomendasi desain yang diberikan yaitu perubahan tinggi handle dengan persentil ke-50 sebesar 71 cm, perubahan bentuk penyangga dan perubahan mekanisme handle yang fleksibel dengan dimensi pemendekan sebesar 23,5 cm. Kata kunci: Kegiatan pengangkutan, buah kelapa sawit, antropometri, desain angkong,
ABSTRACT
BANI SHIDEK. Anthropometric Studies of Palm Oil Harvesting and Application in Wheelbarrow Design. Supervised by SAM HERODIAN and M. FAIZ SYUAIB.
Transportation of oil palm fruit is affected by labours and their tools. The activity has some stage which has a risk and complaints occured by the labours. There are 3 stage with a risk, namely lifting, transportation, and revoming the fruits from field. Those stages can affect crop productivity, but until now, those are not optimized yet to get optimal result. So, ergonomic analysis is needed for these activities to reduce the risks of working and complaints that occur. The aim of the research is to analyze every transportation stages and make recommendation of dimensional design for appropriate wheelbarrow. Redesign of wheelbarrow is based on labours anthropometric data. Given recommendation were changes of handle height by 50th percentile, 71 cm, changes of wheelbarrow cantilever form, and changes mechanism with a flexible handle with shortening dimension was 23,5 cm.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem
STUDI ANTROPOMETRI PEMANEN KELAPA SAWIT DAN
APLIKASINYA PADA RANCANG BANGUN ANGKONG
BANI SHIDEK
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Studi Antropometri Pemanen Kelapa Sawit dan Aplikasinya Pada Rancang Bangun Angkong
Nama : Bani Shidek NIM : F14090121
Disetujui oleh
Dr Ir Sam Herodian, MS Dr Ir M. Faiz Syuaib, M Agr
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Desrial, MEng Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penelitian dan skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan di PT Sari Lembah Subur, Kec Palalawan, Propinsi Riau serta laboratorium Ergonomika sejak bulan April 2013 sampai September 2013 ini berjudul Studi Antropometri Pemanen Kelapa Sawit dan Aplikasinya Pada Rancang Bangun Angkong.
Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr Ir Sam Herodian MS selaku dosen pembimbing pertama dan Dr Ir M. Faiz Syuaib M.Agr selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan dukungan serta arahan dan bimbingan selama penelitian dan pembuatan skripsi. Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, kakak dan adik tercinta yang telah memberikan dorongan, motivasi, dan doa serta teman-teman ORION 46 khususnya teman satu bimbingan.
Penulis berharap semoga tulisan ini beranfaat dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang teknologi pertanian.
Bogor, 2013
DAFTAR ISI
Selang Alami Gerakan (SAG) 6
Angkong 8
Software Design 9
METODOLOGI PENELITIAN 9
Waktu dan Tempat Penelitian 9
Bahan dan Alat Perlengkapan 9
Metode Penelitian 10
Observasi Proses Kerja Pemanenan 12
Analisis dan Pemilihan Data 12
Analisis Selang Alami Gerak 14
Analisis Kesesuaian Desain dan Rekomendasi Desain 15 Analisis Antropometri Yang Terkait Dengan Desain Angkong 15
HASIL DAN PEMBAHASAN 22
Analisa rancangan angkong sekarang 22
Analisis gerakan dengan antropometri 25
a. Analisis gerakan mengangkut dengan selang alami gerak 27 b. Analisis gerakan mengangkat dengan selang alami gerak 30 c. Analisis gerakan unloading dengan selang alami gerak 31
Analisis persepsi subjektif 34
Analisis gerakan mengangkat dengan RULA 36
Analisis gerakan unloading dengan RULA 39
Analisis gerakan mengangkut dengan RULA 42
Proses redesain angkong 45
a. Redesain tinggi handle 45
b. Redesain handle 48
c. Optimasi desain handle terhadap postur tubuh 51
Analisis teknik rancangan 53
a. Titik jungkit bak 53
b. Perbandingan gaya angkat 53
Pengembangan ide rancangan 55
Analisis kesesuaian desain (RULA Analisys) 56
a. Posisi mengangkut 56
b. Posisi siap unloading 58
c. Posisi unloading 60
SIMPULAN DAN SARAN 64
DAFTAR PUSTAKA 65
LAMPIRAN 67
DAFTAR GAMBAR
1. Angkong 1
2. Alur kegiatan evakuasi hasil panen 3
3. Distribusi normal dan perhitungan persentil 6
4. Selang alami gerakan (SAG) tubuh manusia 8
5. Penggunaan angkong untuk transportasi TBS 8
6. Tampilan layar kerja CATIA P3 V5R20 9
7. Alat dan perlengkapan penelitian 10
8. Diagram alir 11
9. Bagian-bagian tubuh pengukuran antropometri 14
10.Selang gerakan tubuh 14
11.Tampilan modul aplikasi “ergonomics design and analisys” pada CATIA
P3 V5R20 15
12.Pergerakan tubuh bagian lengan atas 16
13.Pergerakan tubuh bagian lengan bawah 16
14.Pergerakan tubuh bagian pergelangan tangan 17
15.Pergerakan putaran pergelangan tangan 17
16.Postur tubuh bagian leher (neck) 18
17.Postur bagian punggung (trunk) 18
18.Postur tubuh bagian kaki (legs) 19
19.Penyusunan tandan pada bak 23
20.Dimensi angkong pada tampak samping 24
21.Dimensi angkong pada tampak atas 24
22.Gerakan mengangkut subyek A 27
23.Gerakan mengangkut subyek B 28
24.Gerakan mengangkut subyek C 28
25.Gerakan mengangkat angkong 30
26.Gerakan unloading subyek A 31
27.Gerakan unloading subyek B 32
28.Gerakan unloading subyek C 33
29.Rekapitulasi data subjektif keluhan 35
30.Postur tubuh mengangkat 36
31.Postur tubuh unloading 39
32.Postur tubuh mengangkut 42
33.Manikin antropometri berdiri normal tampak samping 45 34.Simulasi tampak depan menentukan tinggi handle untuk antropometri
5, 50, dan 95 pemanen Riau 46
35.Simulasi tampak depan menentukan tinggi handle untuk antropometri
5, 50, dan 95 pemanen Kalimantan 46
36.Simulasi tampak depan menentukan tinggi handle untuk antropometri
37.Desain rancangan penyangga 48
38.Illustrasi tinggi handle modifikasi 49
39.Illustrasi perubahan lebar handle 49
40.Simulasi menentukan dimensi pemendekkan 50
41.Tampilan slot pada rangka 50
42.Mekanisme handle 51
43.Illustrasi pengangkatan angkong 52
44.Angkong rancangan 52
45.Diagram benda bebas pada bak 53
46.Distribusi gaya angkong rancangan 54
47.Posisi pemanen saat mengangkut 57
48.Hasil RULA analysys posisi mengangkut 57
49.Sudut pergerakan operator saat simulasi pengangkutan 58
50.Posisi pemanen saat siap unloading 59
51.Hasil RULA analysys posisi siap unloading 59
52.Sudut pergerakan operator saat simulasi siap melakukan unloading 60
53.Posisi pemanen saat unloading 61
54.Hasil RULA analysys posisi unloading 61
55.Sudut pergerakan operator saat unloading 62
56.Posisi pemanen melakukan unloading dengan angkong dimiringkan 63 57.Hasil RULA analysysunloading dengan angkong dimiringkan 63 58.Sudut pergerakan operator saat unloading angkong dimiringkan 64
DAFTAR TABEL
1. Selang gerakan pada beberapa segmen tubuh 7
2. Parameter pengukuran antropometri 12
3. Pemberian skor bagian lengan atas 16
4. Pemberian skor bagian lengan bawah 16
5. Pemberian skor bagian pergelangan tangan 17
6. Penambahan skor aktivitas 17
7. Penambahan skor beban 17
8. Pemberian skor bagian leher (neck) 18
9. Pemberian skor bagian punngung (trunk) 18
10.Skor bagian-bagian kaki 19
11.Tabel A RULA 19
12.Tabel B RULA 20
13.Tabel C RULA 20
14.Kategori tindakan RULA 20
16.Kombinasi penilaian grup A dan grup B 21 17.Jangkauan nialai tingkat resiko cidera pada nilai akhir (final score) 21
18.Berat tandan rata-rata menurut umur tanaman 22
19.Karakteristik tandan sawit 22
20.Ringkasan data antropometri pemanen kelapa sawit di Riau 25 21.Parameter antropometri terkait dengan aktivitas penggunaan angkong 26
22.Rekap data selang gerak saat mengangkut 29
23.Rekap data selang gerak saat mengangkat 30
24.Rekap data selang gerak saat unloading 33
25.Skor grup A untuk posisi mengangkat 37
26.Skor grup B untuk posisi mengangkat 38
27.Skor grup C untuk posisi mengangkat 38
28.Skor grup A untuk posisi unloading 40
29.Skor grup B untuk posisi unloading 41
30.Skor grup C untuk posisi unloading 41
31.Skor grup A untuk posisi mengangkut 43
32.Skor grup B untuk posisi mengangkut 44
33.Skor grup C untuk posisi mengangkut 44
34.Segmen gerakan 51
35.Perbandingan gaya angkong 55
DAFTAR LAMPIRAN
1. Drafting gambar rancangan 68
2. Tampak samping kondisi awal penyangga 69
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan salah satu produk unggulan nasional di bidang perkebunan. Indonesia menempati urutan pertama penghasil minyak kelapa sawit dunia (BPS, 2012). Namun, dalam beberapa hal seperti teknis serta mekanisasi untuk mendukung sektor perkebunan di Indonesia masih belum cukup berkembang. Sehingga, peningkatan produksi masih harus dibarengi dengan peningkatan luas lahan yang cukup besar. Salah satu faktor yang menentukan tingkat produktifitas kelapa sawit yaitu pada proses panen. Proses panen kelapa sawit erat kaitannya antara pemanen, peralatan yang digunakan, dan lingkungan kerja pada saat panen. Kesesuaian diantara tiga elemen tersebut berpengaruh terhadap tingkat produktifitas dan efisiensi pada proses pemanenan. Keamanan dan keselamatan sering kali dipandang sebelah mata dan yang lebih diutamakan hanyalah supaya proses panen dapat berlangsung cepat.
Pemindahan TBS (Tandan Buah Segar) ke TPH (Tempat Penyimpanan Hasil) merupakan salah satu aktivitas pemanenan. Untuk melakukan aktivitas tersebut masih menggunakan tenaga manusia. Pemindahan dengan menggunakan tenaga manusia dan tanpa menggunakan tenaga mesin disebut manual material handling. Alat angkut yang digunakan pemanen untuk pemindahan TBS adalah angkong. Penggunaan angkong tergolong dalam aktivitas manual material handling. Elemen pekerjaan spesifik pada penggunaan angkong terdiri dari pengangkutan TBS dan unloading. Pengangkutan merupakan pemindahan muatan menuju tempat tertentu. Sedangkan unloading merupakan proses pembongkaran muatan yang dilakukan dengan penggunaan angkongbeserta muatannya ke depan sehingga muatan tersebut dapat dikeluarkan dari angkong. Berikut bentuk angkong disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Angkong
Penggunaan angkong termasuk aktivitas yang tergolong berat akibatnya dapat mempengaruhi kondisi fisik pemanen. Pada saat pengangkutan, pemanen akan merasakan beban yang besar pada bagian lengan. Saat melakukan unloading,
2
Dalam studi (Syuaib et.all, 2012) kajian ergonomi untuk penyempurnaan sistem dan produktivitas kerja panen-muat di kebun sawit PT.Astra Agro Lestari (AAL) kegiatan pemanenan yang berat yaitu pada kegiatan mengangkut menggunakan angkong. Dalam studi waktu didapatkan bahwa pada kegiatan mengangkut hasil membutuhkan waktu yang lebih besar dari aktivitas lainnya setelah aktivitas memungut brondolan. Dalam studi energi atau tingkat kejerihan didapatkan bahwa pada kegiatan mengangkut atau evakuasi hasil memiliki tingkat kejerihan yang berat.
Permasalahan adalah karakteristik angkong yang ergonomis, dengan melakukan analisis kegiatan pemindahan TBS maka dapat diketahui angkong yang digunakan sudah ergonomis atau tidak. Dalam melakukan rancang ulang angkong perlu identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh pada penggunaan angkong. Menentukan posisi tubuh yang paling baik saat pengangkatan angkong, mengetahui bagian-bagian tubuh yang berisiko cidera, dan menentukan karakteristik angkong yang baik.
Dalam ergonomi sendiri terdapat beberapa cabang ilmu yang dapat mempengaruhi manusia dalam mencapai keberhasilan suatu pekerjaan, diantaranya yaitu antropometri. Cabang ilmu tersebut sebaiknya disesuaikan antara manusia dalam hal ini pemanen kelapa sawit, alat yang digunakan, serta lingkungan kerja pada proses panen untuk meningkatkan produktifitas, efisiensi, keamanan serta kenyamanan kerja.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengindentifikasi dan menganalisis antropometri pemanen kelapa sawit, menganalisis kesesuaian desain dimensional angkong berdasarkan antropometri dan persepsi subjektif pemanen di lokasi studi, membuat rekomendasi desain dimensional angkong yang ergonomis.
TINJAUAN PUSTAKA
Panen Kelapa Sawit
Proses pemanenan kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak dari pohon, memungut brondolan yang jatuh, memotong pelepah, dan mengangkut buah ke TPH serta ke pabrik. Dalam pelaksanaannya, pemanenan perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu agar tujuan panen untuk mendapatkan rendemen dan kualitas minyak yang baik dapat dicapai. Beberapa kriteria panen yang harus diperhatikan adalah kematangan buah, cara panen, alat panen, tenaga panen, serta sisitem dan rotasi panen (Syuaib, et all 2012).
3 potong buah telah dilakukan, selanjutnya dilakukan pengumpulan TBS ke TPH. Alat-alat yang digunakan antara lain angkong atau kereta sorong, karung goni, keranjang buah, pikulan atau tali nilon. Kegiatan terakhir adalah alat muat TBS ke dalam truk angkut. (Pahan, 2008). Alur proses evakuasi hasil panen dapat dilihat pada Gambar 2.
(a) Pemotongan tandan (b) Pengangkutan ke TPH
(c) Pengangkutan ke pabrik (d) Pengumpulan di TPH Gambar 2. Alur kegiatan evakuasi hasil panen
Menurut Pahan (2006) pengangkutan TBS dan brondolan adalah kegiatan pengangkutan dari TPH ke pabrik kelapa sawit (PKS) pada setiap hari panen. Pada prinsipnya TBS dan brondolan harus diangkut secepatnya ke PKS untuk diolah pada hari itu juga. Hal ini dilakukan supaya minyak yang dihasilkan tetap bermutu baik. Oleh karena itu, pengangkutan panen merupakan unsur yang sangat penting agar tandan dapat masuk segera ke pabrik untuk diolah pada hari panen.
Ergonomi
Istilah “ergonomi” berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos
(hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,
4
manusiannya. Ergonomi disebut juga sebagai “Human Factors” (Nurmianto,
2004).
International Ergonomics Association (IEA) mendefinisikan ergonomika sebagai suatu disiplin ilmu yang difokuskan pada hubungan antara manusia dengan elemen lain pada suatu sistem dan kontribusinya terhadap desain, pekerjaan, produk, dan lingkungan dengan tujuan untuk menyelaraskan dengan kebutuhan, kemampuan, dan keterbatasan manusia (Syuaib, 2003).
Menurut Nurmianto (2004) ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja. Misalnya : desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual (visual display unit station). Hal itu adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja. Desain suatu perkakas kerja (handtools) untuk mengurangi kelelahan kerja. Desain suatu peletakan instrument dan sistem pengendalian agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi dengan dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimumkan resiko kesalahan, serta upaya didapatkan optimasi, efisiensi kerja dan hilangnya resiko kesehatan akibat metoda kerja yang kurang tepat.
Disamping itu, suatu hal yang vital pada penerapan ilmiah untuk ergonomi adalah Antropometri (kalibrasi tubuh manusia). Dalam hal ini terjadi penggabungan dan pemakaian data antropometri dengan ilmu-ilmu statistik yang menjadi prasyarat utamanya (Nurmianto, 2004).
Antropometri
Antropometri menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah satu kumpulan data numeric yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penaganan masalah desain. Penerapaan data antropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi) nya dari suatu distribusi normal.
Untuk mendapatkan suatu perancangan yang optimum dari suatu ruang dan fasilitas akomodasi, maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor seperti panjang dari suatu dimensi tubuh baik dalam posisi statis maupun dinamis. Menurut Nurmianto (2004), manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia antara lain :
1. Usia
5 2. Jenis Kelamin
Secara distribusi statistic terdapat perbedaan yang signifikan antara dimensi tubuh pria dan wanita. Jenis kelamin pria umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar dibanding wanita. Oleh karenanya data antropometri untuk kedua jenis kelamin selalu disajikan terpisah.
3. Suku Bangsa (Ethnic Variability)
Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnik memiliki karakteristik fisik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dimensi tubuh suku bangsa Negara barat pada umumnya berukuran lebih besar daripada dimensi tubuh suku bangsa Negara timur.
4. Jenis Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan tertentu menurut adanya persyaratan dalam seleksi karyawannya. Misalnya pekerjaan buruh mengharuskan orang-orang berpostur lebih besar dibandingkan pekerjaan kantoran. Sedangkan menurut Wignjosoebroto (2003), dimensi tubuh manusia dipengaruhi juga oleh tingkat sosio ekonomi. Pada negara –Negara maju dengan tingkat sosio ekonomi tinggi, penduduknya mempunyai dimensi tubuh yang besar dibandingkan negara-negara berkembang.
5. Posisi Tubuh
Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh, oleh karena itu posisi tubuh standar yang harus diterapkan untuk survey pengukuran.
6. Cacat Tubuh secara Fisik
Data antropometri akan diperlukan untuk perancangan produk bagi orang-orang cacat. Suatu perkembangan yang menggembirakan pada dekade terakhir yaitu dengan diberikannya skala prioritas pada rancang bangun fasilitas akomodasi untuk para penderita cacat tubuh secara fisik sehingga mereka ikut serta merasakan “kesamaan” dalam penggunaan jasa dari hasil ilmu ergonomi di dalam pelayanan untuk masyarakat.
7. Pakaian
Faktor iklim yang berbeda akan memberi variasi yang berbeda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Artinya, dimensi orang pun akan berbeda dalam satu tempat dengan tempat yang lain.
8. Kehamilan pada Wanita
Faktor ini jelas member pengaruh perbedaan yang berarti kalau dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, terutama yang berkaitan dengan analisis perancangan produk (APP) dan analisis perancangan kerja (APK).
Ukuran tubuh sangat diperlukan dalam pembuatan tata letak dalam suatu ruang kerja, termasuk penyebaran posisi kerja yang baik, sehingga dapat menurunkan beban kerja. Faktor fisiologis yang perlu diperhatikan adalah tinggi tubuh, tinggi duduk tegak, tinggi duduk normal, tinggi lutut, tinggi siku, tebal paha, jarak lutut sampai paha atas, jarak paha atas sampai ke betis, lebar siku, lebar duduk, dan berat badan (Sanders, 1987).
6
2004). Besarnya nilai persentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal seperti pada Gambar 3. Berikut,
Gambar 3. Distribusi normal dan perhitungan persentil
Secara umum data antropometri yang diterapkan untuk hal-hal yang khusus, cukup diambil dari persentil ke-5, ke-50, ke-95 atau antara persentil ke-5 sampai persentil ke-95. Persentil ke-100 hanya diterapkan pada rancangan yang digunakan oleh semua orang, contoh perlengkapan di rumah-rumah sakit. Untuk alat yang dapat diatur sesuai dengan operatornya, misalnya posisi tempat duduk, posisi pegangan kendali, desain sebaiknya dirancang agar dapat memenuhi selang persentil ke-5 sampai ke-95 (Zander, 1972).
Selang Alami Gerakan (SAG)
Selang alami gerakan (SAG) didefinisikan sebagai gerakan alami manusia ketika melakukan suatu pekerjaan atau aktivitas. Studi SAG dapat digolongkan dalam studi biomekanik, dimana biomekanik mempelajari berbagai aspek dari pergerakan fisik tubuh manusia (Sanders, 1987).
7 1. Zona 0 (zona hijau / green zone), yaitu zona yang dianjurkan untuk melakukan sebagian besar gerakan. Pada zona ini terdapat tekanan minimal pada otot dan sendi.
2. Zona 1 (zona kuning / yellow zone), yaitu zona yang dianjurkan untuk melakukan sebagian besar gerakan. Pada zona ini terdapat tekanan minimal pada otot dan sendi.
3. Zona 2 (zona merah / red zone), yaitu zona dimana terdapat banyak posisi tubuh yang ekstrim. Pada zona ini terdapat lebih besar tekanan pada otot dan sendi.
4. Zona 3 (melewati zona merah / beyond red zone), yaitu zona dimana terdapat sangat banyak posisi tubuh yang ekstrim, sebaiknya dihindari jika memungkinkan, terutama ketika mengangkat beban berat atau kegiatan yang dilakukan berulang-ulang.
Ilustrasi dari zona-zona tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. dan Gambar 4. Tabel 1. Selang gerakan pada beberapa segmen gerakan tubuh
8
Gambar 4. Selang alami gerakan (SAG) tubuh manusia
Sumber : Chaffin (1999) dan Woodson (1992) diacu dalam Openshaw (2006)
Angkong
Angkong merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan hasil TBS dari kebun ke TPH. Pemanen memuat angkong dengan 2-3 TBS, tergantung ukuran dan berat TBS. umumnya berat TBS berkisar 15 – 50 kg. apabila TBS ukuran besar, maka satu angkong hanya berisi 2 TBS, tetapi untuk TBS ukuran kecil, angkong dapat diisi 3 TBS (Hendra dan Rahardjo, 2009). Berikut ilustrasi pemanen menggunakanangkong pada Gambar 5.
9
Software Design
Software design CATIA berfungsi sebagai konsultan digital untuk membantu proses desain, rekayasa, dan manufaktur. Piranti lunak yang diusung IBM ini lazim dikategorikan sebagai Computer Aided Design (CAD), Computer Aided Engineering (CAE), dan Computer Aided Manufacturing (CAM). Dengan
CATIA, proses-proses pemodelan seluruhnya dilakukan secara digital sehingga tidak diperlukan lagi gambar manual ataupun model fisik (Pinem, 2009).
Secara teknis CATIA sangat mudah digunakan dan memiliki aplikasi yang lengkap dan lebih dari 140 modul untuk berbagai kebutuhan industri. Salah satu modul aplikasinya yaitu proses simulasi benda kerja terhadap manusia sebagai pengendali kerjanya (operator). Simulasi dilakukan dengan menggunakan modul aplikasi manual dari RULA (Rappid Upper Limb Assessment) dikembangkan di
University of Nottingham pada tahu 1993, untuk mengevaluasi eksposisi pekerja untuk faktor resiko yang mungkin menyebabkan gangguan di bagian tubuh yang mengalami ketegangan (tension) (Pradanos, 2011). Berikut ini tampilan CATIA P3 V5R20 seperti pada Gambar 6.
Gambar 6. Tampilan layar kerja CATIA P3 V5R20
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Ergonomika, TMB, FATETA, IPB mulai dari bulan April hingga Agustus 2013. Kegiatan yang dilakukan meliputi, studi pustaka, analisis ergonomi dan analisis data perhitungan.
Bahan dan Alat Perlengkapan
Bahan Penelitian yaitu data yang bersumber dari rekaman video kerja pemanen di tiga perkebunan kelapa sawit yang berlokasi di Riau, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Barat (Syuaib, et.all, 2012).
10
angkong dari 12 orang subjek pekerja di tiga lokasi perkebunan milik PT.Astra Agro Lestari di Riau, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Barat (Bersumber dari Syuaib, et.all, 2012).
Alat Perlengkapan yang digunakan: 1. Aplikasi Video Player
2. Video Converter to Jpeg
3. Software Design and Analysys (CATIA)
Berikut alat dan perlengkapan penelitian pada Gambar 7.
(a) Tampilan Video Converter
(b) Tampilan CATIA V5 R20
Gambar 7. Alat dan perlengkapan penelitian
Metode Penelitian
11
Gambar 8. Diagram alir tahapan penelitian
Data Dimensi Alat Data Persepsi Subyektif
12
Observasi Proses Kerja Pemanenan
Melalui video pemanenan kelapa sawit dan sumber data lainnya (Sumber Syuaib,et.all 2012) penulis melakukan observasi pada kegiatan pemanenan. Dari observasi yang dilakukan kegiatan pemanenan masih memiliki resiko bahaya dalam aktivitasnya.
Salah satu aktivitas yang beresiko dan menjadi topik dalam penelitian ini adalah kegiatan pemanenan saat mengangkut menggunakan angkong. Maka perlu dilakukan analisis pada kegiatan tersebut untuk mengetahui resiko yang terjadi dan alat yang digunakan sudah ergonomis atau belum.
Analisis dan Pemilihan Data
Data yang diperlukan seperti data antropometri pemanen, data dimensi alat (angkong), pengambilan gambar maupun video gerakan kerja proses panen kelapa sawit serta wawancara pemanen secara langsung (sumber Syuaib,et.all 2012).
Berikut beberapa parameter pengukuran antropometri dan gambar yang dapat mengilustrasikan pengukuran yang akan dilakukan pada Tabel 2. Dan Gambar 9.
Tabel 2. Parameter pengukuran antropometri
Data yang diukur dalam posisi berdiri Data yang diukur dalam posisi duduk
No Keterangan No Keterangan
1 Berat badan 19 Lebar telapak tangan 10 Jangkauan tangan keatas terbuka 28 Panjang jengkal tangan 11 Jangkauan tangan keatas genggam 29 Tinggi duduk
12 Jangkauan tangan kedepan terbuka 30 Tinggi mata 13 Jangkauan tangan kedepan genggam 31 Tinggi bahu 14 Jangkauan 2 tangan kesamping terbuka 32 Tinggi siku tangan
13 Data yang diukur dalam posisi berdiri Data yang diukur dalam posisi duduk
No Keterangan No Keterangan
47 Lebar bahu (bideltoid) 48 Lebar pinggul
49 Tebal dada
50 Tinggi dudukan paha 51 Panjang lengan
(a). Pengukuran posisi berdiri
14
(c). Pengukuran telapak tangan dan kaki
Gambar 9. Bagian-bagian tubuh pengukuran antropometri (Sumber : Pheasant, 2003)
Analisis selang alami gerak
Selang alami gerak (SAG) yang dianalisa adalah berdasarkan pengamatan gerakan pemanen ketika membawa tandan ke TPH dengan menggunakan angkong dan pada saat pemanen melakukan kegiatan unloading tandan. Sudut-sudut yang diperoleh dari hasil pengolahan data berupa siklus gerakan ketika pemanenan akan dianalisis selang alami gerakannya. Berikut illustrasi selang gerakan tubuh pada Gambar 10.
Gambar 10. Selang gerakan tubuh
15 Analisis kesesuaian desain dan rekomendasi desain
Berdasarkan data-data yang diperoleh, kemudian dilakukan analisis kesesuaian desain angkong yang digunakan oleh pemanen di lokasi studi. Bila terdapat ketidaksesuaian desain ergonomis angkong yang sudah ada ataupun kekurangsesuaian gerakan dalam mengangkong dan unloading kelapa sawit (SAG masuk dalam zona bahaya), maka akan dilakukan rekomendasi desain dan gerakan mengangkong serta unloading kelapa sawit yang lebih ergonomis bagi pemanen di lokasi studi.
Analisa kesesuaian antara angkong dengan pemanen dengan bantuan
software CATIA P3 V5R20. Simulasi data antropometri posisi kerja untuk mengetahui kesesuaian antara angkong dengan ukuran tubuh pemanen. Analisa dilakukan dengan menggunakan modul aplikasi “Ergonomic Design and Analysis”
pada software CATIA P3 V5R20. Modul ini berfungsi untuk menganalisa perancangan suatu alat/mesin dengan cara mengkondisikan operator pada suatu posisi tertentu dengan data antropometri tertentu, terhadap sistem kerja dari alat tersebut.
Berikut tampilan salah satu modul aplikasi pada software CATIA P3 V5R20
pada Gambar 11.
Gambar 11. Tampilan modul aplikasi “Ergonomics Design and Analysis”
pada CATIA P3 V5R20
Analisis antropometri yang terkait dengan desain angkong
Pada tahap ini akan dilakukan analisis bagian anggota tubuh pada manusia yang secara langsung berinteraksi dengan alat. Pada angkong terjadi korelasi antara manusia dengan alat yakni, lengan, bahu, pinggul, lutut, punggung. Dari segmen anggota tubuh tersebut dicari nilai SAG. Nilai SAG yang berada pada zona bahaya akan dilakukan perubahan teknik pekerjaan atau meredesain alat yang ada.
Data antropometri dapat digunakan untuk optimasi dimensi benda yang sering digunakan manusia atau mendesain alat atau mesin agar operator dapat mengoperasikan dengan nyaman, efisien dan aman.
16
untuk pengambilan keputusan disain aman/ergonomis atau tidak.Dalam mempermudah penilaian dalam RULA analysis, maka tubuh dibagi atas dua segmen grup yaitu, grup A terdiri atas lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm) dan pergelangan tangan (wrist). Sedangkan grup B terdiri dari leher
(neck), punggung (trunk) dan kaki (legs) (Diza, 2012).
Pergerakan untuk lengan atas dapat dilihat pada Gambar 12. dan untuk pemberian skor untuk lengan atas disajikan dalam Tabel 3.
Gambar 12. Pergerakan tubuh bagian lengan atas Tabel 3. Pemberian skor bagian lengan atas
Pergerakan Skor Skor perubahan
20o (ke depan maupun ke
Pergerakan untuk lengan bawah dapat dilihat pada Gambar 13.Pemberian skor untuk bagian lengan bawah disajikan dalam Tabel 4.
Gambar 13. Pergerakan tubuh bagian lengan bawah Tabel 4. Pemberian skor bagian lengan bawah
Pergerakan Skor Skor perubahan
60 – 100o 1 + 1 jika lengan bawah bekerja melewati garis tengah atau keluar dari sisi tubuh < 60o atau > 100o 2
17
Gambar 14. Pergerakan tubuh bagian pergelangan tangan Tabel 5. Pemberian skor bagian pergelangan tangan
Pergerakan Skor Skor perubahan
Posisi netral 1
+ 1 jika pergelangan tangan menjauhi sisi tengah
0 – 15o 2
>15o 3
Postur putaran pergelangan tangan (wrist twist) dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Pergerakan putaran pergelangan tangan
Untuk putaran pergelangan tangan (wrist twist) pada posisi postur yang netral diberi skor :
1 = Posisi tengah dari putaran
2 = Posisi pada atau dekat dari putaran
Tabel 6. Penambahan skor aktivitas
Aktivitas Skor Keterangan
Postur Statik +1 Satu atau lebih bagian tubuh statis/diam
Pengulangan +1 Tindakan dilakukan berulang-ulang lebih dari 4 kali per menit
Tabel 7. Penambahan skor beban
Beban Skor Keterangan
<2 Kg 0 -
2 Kg – 10 Kg 1 +1 jika postur statis dan dilakukan berulang-ulang
>10 Kg 3 -
18
Gambar 16. Postur tubuh bagian leher (neck) Tabel 8. Pemberian skor bagian leher (neck)
Pergerakan Skor Skor perubahan
0 – 10 o 1
+ 1 jika leher berputar/bengkok +1 jika batang tubuh bungkuk
10 – 20o 2
>20o 3
Ekstensi 4
Pergerakan untuk punggung (trunk) dapat dilihat pada Gambar 17. Pemberian skor untuk bagian punggung disajikan dalam Tabel 9.
Gambar 17. Postur bagian punggung (trunk) Tabel 9. Pemberian skor bagian punggung (trunk)
Pergerakan Skor Skor perubahan
Posisi normal (90°) 1
+ 1 jika leher berputar/bengkok +1 jika batang tubuh bungkuk
0 – 20o 2
20 - 60o 3
>60° 4
19
Gambar 18. Postur tubuh bagian kaki (legs) Tabel 10. Skor bagian- bagian kaki
Pergerakan Skor
Posisi normal/seimbang 1
Tidak seimbang 2
Nilai yang tampil dari simulasi RULA Analysis merupakan hasil perhitungan yang sudah distandarkan dan disederhanakan disajikan dalam hubungan berupa tabel, seperti pada Tabel 11,12, dan 13.
Tabel 11.Tabel A RULA
Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist
20
Tabel 12.Tabel B RULA
Trunk 1 2 3 4 5 6
Legs Legs Legs Legs Legs Legs
Neck 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Tabel B score + Muscle + Force Score Score D
Tabel 14. Kategori tindakan RULA
Kategori tindakan Level Tindakan
1 – 2 Minimum Aman
3 – 4 Kecil Diperlukan beberapa waktu ke Depan
5 – 6 Sedang Tindakan dalam waktu dekat
7 Tinggi Tindakan sekarang juga
Pada RULA Analysis, memiliki tampilan tanda warna yang memiliki rentang nilai dengan tingkat kenyamanan dan keamanan operator dalam sistem kerja. Rentang skor setiap warna disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Rentang skor untuk setiap segmen warna Score Color associated to the score
21 Akhirnya akan didapat nilai akhir (final score) dari tanda-tanda berupa warna tersebut yang secara global dimodifikasi. Hasil nilai dari kedua grup, yaitu grup A dan B akan dikombinasikan sesuai dengan standar RULA yang disajikan dalam hubungan tabel (Tabel 16), kemudian dari score tersebut akan muncul tanda warna yang menunjukkan tingkat resiko cidera dari posisi kerja yang dilakukan oleh operator, seperti yang disajikan pada Tabel 17. Nilai akhir yang diberikan oleh metode RULA sebanding dengan resiko beban oleh kinerja operator, sehingga nilai akhir yang lebih tinggi menunjukkan resiko yang lebih besar dan kemungkinan menimbulkan cidera pada bagian anggota tubuh tertentu. Dan sebaliknya, nilai akhir yang rendah menunjukkan bahwa operator dalam keadaan baik dan tidak bermasalah terhadap kinerja sistem (Diza, 2012).
Tabel 16. Kombinasi penilaian Grup A dan Grup B
Grand Total Score
Score-C = Score from Table A + Muscle use score + Force
Sumber: Muliawan, 2010 (Diza, 2012)
Tabel 17. Jangkauan nilai tingkat resiko cidera pada nilai akhir (Final Score) Range
Nilai Warna Kemungkinan timbul cedera pada postur tubuh 1 dan 2 Hijau Acceptable
3 dan 4 Kuning
Further investigation and change maybe required
5 dan 6 Orange Investigation and changes are required soon
22
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa rancangan angkong sekarang
Sebelum melakukan rancang ulang dilakukan analisa pada rancangan angkong yang ada. Analisa dilakukan pada jenis pekerjaannya, bentuk alat, dan pekerja atau operator. Analisa pekerjaan yaitu mengetahui kapasitas pengangkutan dengan menggunakan angkong yang ada. Dimensi angkong yang ada digunakan sebagai acuan perancangan yang akan dibuat dalam bentuk gambar teknik dan analisa pada pekerja secara objektif dan subjektif. Secara objektif dilakukan dengan menganalisa dengan antropometri dan selang alami gerak (SAG) sedangkan secara subjektif dengan menganalisa kuisioner keluhan sakit pada bagian tubuh yang dirasakan pekerja saat beraktivitas menggunakan angkong Kapasitas muat angkong
Angkong yang ada sekarang tidak boleh melebihi dari 120 kg dan akan mengakibatkan cepat rusaknya angkong (Monasari, 2006). Pemanen mengangkut TBS tergantung dari ukuran dan berat. TBS berukuran besar bekisar 15-50 kg dan dapat memuat 2 tandan dalam angkong sedangkan TBS berukuran sedang atau kecil dapat memuat 3 atau lebih tandan dalam angkong. Berikut besar berat tandan berdasarkan umur tanaman dan karakteristik tandan sawit pada Tabel
Tabel 18. Berat tandan rata-rata menurut umur tanaman
Umur Berat tandan Jumlah tandan perpohon
4 tahun 4-5 kg 15 tandan
Tabel 19. Karakteristik tandan sawit
Karakteristik Uraian
Berat tandan 3-42 kg
Keliling tandan 120-140 cm
Panjang dan lebar tandan 44-56 cm dan 43-49 cm
Panjang tanngkai tandan 35-40 cm
23 Untuk menentukan kapasitas muat angkut tandan dalam bak angkong dilakukan simulasi penyusunan TBS pada bak dengan batasan berat maksimum yang boleh diangkut yaitu 120 kg. Hasil simulasi disajikan pada Gambar 19.
Gambar 19. Penyusunan tandan pada bak
Dari simulasi dilakukan penyusunan TBS pada bak angkong dengan menggunakan ukuran TBS yang besar dan bak. Dari simulasi dapat dilihat TBS yang tertampung pada bak hanya mampu memuat tiga buah TBS. Maka dapat diketahui bak angkong yang ada memiliki kapasitas angkut sebanyak tiga buah TBS dengan berat per tandan ukuran besar yaitu 20-40 kg dan 60-120 kg yang dapat diangkut.
Dimensi angkong sekarang
24
Gambar 20. Dimensi angkong pada tampak samping
Gambar 21. Dimensi angkong pada tampak atas
25 Analisis gerakan dengan antropometri
Data antropometri yang diperoleh dengan pengukuran secara langsung di lokasi penelitian yaitu perkebunan kelapa sawit. Data yang didapatkan data antropometri pemanen kelapa sawit di daerah Riau, Kalimantan, dan Sulawesi.
Setelah data antropometri didapatkan maka dilakukan pengolahan data dan diperoleh data olah antropometri secara ringkas pada Tabel 20.
26
Untuk mendesain angkong, harus diketahui parameter-parameter antropometri yang secara langsung terkait dengan desain angkong. Parameter-parameter tersebut disajikan pada Tabel 21.
Tabel 21. Parameter antropometri terkait dengan aktivitas penggunaan angkong
No Keterangan
1. Tinggi badan Mempengaruhi postur saat mengangkat 2. Tinggi bahu Jangkauan terhadap handle
3. Panjang lengan atas Jangkauan terhadap handle 4. Panjang lengan bawah Jangkauan terhadap handle
27 Analisis gerakan mengangkut dengan selang alami gerak
Kegiatan mengangkut tandan kelapa sawit merupakan salah satu dalam kegiatan pemanenan yang memerlukan energi yang besar. Dalam mengangkut tandan pemanen melakukan gerakan seperti mengangkat dan mendorong. Gerakan tersebut perlu disesuaikan dengan selang alami gerak (SAG) agar pemanen melakukan aktivitas tersebut aman. Gerakan yang dianjurkan yaitu pada zona 0 dan 1 serta diminimumkan atau dihindari pada zona 2 dan 3.
Analisis dilakukan dengan mangambil beberapa kegiatan mengangkut dan menentukan selang alami geraknya, berikut merupakan gerakan-gerakan kegiatan pemanen mengangkut tandan kelapa sawit yang disajikan pada Gambar 22, 23, dan 24.
(a) (b) (c) Gambar 22. Gerakan mengangkut subjek A
28
(a) (b) (c) Gambar 23. Gerakan mengangkut subjek B
Gambar 23. menjelaskan gerakan pemanen subjek B sewaktu mengangkut tandan dengan menggunakan angkong. Pada kegiatan tersebut kondisi lahan adalah lahan menanjak atau miring. Dengan memplotkan gambar pada software Auto Cad, maka diperoleh sudut-sudut yang terbentuk dari posisi kerja subjek B. dari beberapa gambar tersebut umumnya kegiatan mengangkut merupakan kegiatan yang relatif stabil. Dari gambar subjek B dapat dijelaskan, subjek mengangkut dengan posisi tulang belakang membungkuk kedepan (fleksi
punggung) sebesar 30° terhadap sumbu vertikal posisi tegap. Hal ini disebabkan karena kondisi lahan yang menanjak memberikan energi yang cukup besar untuk mengangkut tandan. Posisi bahu mengalami bengkok kedepan (fleksi bahu) sebesar 20° terhadap badan, posisi lengan bawah mengalami bengkok kedepan (fleksi lengan) sebesar 83° terhadap lengan atas. Penentuan sudut-sudut tersebut termasuk kedalam zona 2 pada bagian lengan bawah dan punggung yang merupakan zona kurang nyaman dalam SAG. Namun, dalam kegiatan mengangkut pada kondisi lahan yang menanjak atau miring kondisi gerakan tersebut masih dapat dimaklumi.
29 Gambar 24. menjelaskan gerakan pemanen subjek C sewaktu mengangkut tandan dengan menggunakan angkong. Pada kegiatan tersebut dilakukan pada lahan rolling. Dengan memplotkan gambar pada software Auto Cad, maka diperoleh sudut-sudut yang terbentuk dari posisi kerja subjek C. Dari beberapa gambar tersebut kegiatan mengangkut, subjek C mengangkut pada kondisi menanjak kemudian lahan flat. Dari gambar (a) subjek C dapat dijelaskan subjek mengangkut dengan posisi tulang belakang membungkuk kedepan (fleksi
punggung) sebesar 28° terhadap sumbu vertikal posisi tegap karena kondisi lahan yang menanjak. Posisi bahu bengkok kebelakang (ekstensi bahu) sebesar 45° terhadap badan. Posisi lengan bawah bengkok kedepan (fleksi lengan) sebesar 81° terhadap lengan atas. Dari Gambar (c) subjek C dapat dijelaskan subjek mengangkut dengan posisi tulang belakang membungkuk kedepan (fleksi
punggung) sebesar 21° terhadap sumbu vertikal posisi tegap. Posisi bahu agak bengkok kebelakang (ekstensi bahu) sebesar 12° terhadap badan. Posisi lengan bawah bengkok kedepan (fleksi lengan) sebesar 14° terhadap lengan atas. Penentuan sudut-sudut tersebut termasuk kedalam zona 2 dan 3 pada Gambar (a) dan zona 0 dan 1 pada Gambar (c). Pengangkutan pada kondisi menanjak lebih berat dibandingkan dengan kondisi lahan yang relatif datar.
Dari analisis yang dilakukan pada kegiatan pengangkutan, kondisi lahan yang datar mengangkut dengan posisi SAG yang aman. Maka pengangkutan yang baik yaitu posisi tubuh dalam keadaan punggung tegap dan bahu juga lengan sejajar tulang belakang. Sedangkan pada kondisi lahan yang menanjak mengangkut dengan posisi SAG yang kurang aman. Hal ini dapat dimaklumi karena pada lahan yang menanjak energi juga usaha yang diperlukan untuk mengangkut lebih berat. Maka hanya dapat diminimumkan posisi terbaik pada saat mengangkut dalam keadaan menanjak.
Berikut rekap pengolahan data selang gerak pemanen kegiatan mengangkut pada Tabel 22.
30
Analisis gerakan mengangkat dengan selang alami gerak
Kegiatan mengangkat angkong merupakan kegiatan mengangkat beban yang terdapat di angkong sebelum pemanen mengangkut tandan tersebut dengan mendorong angkong. Berikut analisis gerakan yang dilakukan pada saat pemanen mengangkat angkong pada Gambar 25.
(a) (b) (c) Gambar 22. Gerakan mengangkat angkong
Gambar 25. menjelaskan gerakan pemanen sewaktu mengangkat tandan dengan menggunakan angkong. Dengan memplotkan gambar pada software Auto Cad, maka diperoleh sudut-sudut yang terbentuk dari posisi kerja pemanen. Dari gambar pemanen (a), (b), dan (c) dapat dijelaskan, subjek mengangkut dengan posisi tulang belakang bengkok kedepan (fleksi punggung) sebesar 61°. Posisi lengan bawah membengkok (fleksi lengan) sebesar 28° terhadap lengan atas. Penentuan sudut-sudut tersebut termasuk kedalam zona 3 pada bagian punggung yang merupakan zona bahaya dalam SAG. Maka bentuk dimensional angkong yang sudah ada masih belum ergonomis karena dapat membahayakan pemanen sewaktu mengangkat angkong dengan beban yang besar. Kondisi ini lama kelamaan akan membuat sakit, nyeri, maupun pegal pada pemanen.
Berikut rekap pengolahan data selang gerak pemanen kegiatan mengangkut pada Tabel 23.
31 Af = Lengan bawah (siku) fleksi Kf = Tungkai bawah (lutut) fleksi
Sab = Lengan atas (bahu) abduksi
Zona 0 / zona nyaman Zona 1 / zona aman Zona 2 / Zona peringatan Zona 3 / Zona bahaya
Analisis gerakan unloading dengan selang alami gerak
Kegiatan unloading tandan kelapa sawit merupakan salah satu dalam kegiatan pemanenan yang memerlukan energi yang besar. Dalam unloading
tandan pemanen melakukan gerakan seperti mengangkat hingga beban keluar. Gerakan tersebut perlu disesuaikan dengan selang alami gerak (SAG) agar pemanen melakukan aktivitas tersebut aman. Gerakan yang dianjurkan yaitu pada zona 0 dan 1 serta diminimumkan atau dihindari pada zona 2 dan 3.
Analisis dilakukan dengan mangambil beberapa kegiatan unloading dan menentukan selang alami geraknya, berikut merupakan gerakan-gerakan kegiatan pemanen mengangkut tandan kelapa sawit yang disajikan pada Gambar 26, 27, dan 28.
(a) (b) (c) Gambar 26. Gerakan unloading subjek A
Gambar 26. menjelaskan gerakan pemanen subjek A sewaktu unloading
tandan dengan menggunakan angkong. Dengan memplotkan gambar pada
software Auto Cad, maka diperoleh sudut-sudut yang terbentuk dari posisi kerja subjek A. Dari beberapa gambar tersebut umumnya kegiatan unloading
merupakan kegiatan mengangkat angkong hingga tandan yang ada di angkong dapat dikeluarkan. Dari gambar subjek A dapat dijelaskan, subjek pada gambar (a) melakukan unloading dengan posisi tulang belakang agak membengkok kedepan (fleksi punggung) sebesar 10°. Posisi bahu agak kebelakang (ekstensi bahu) sebesar 33° terhadap badan, posisi lengan bawah sedikit membengkok (fleksi
32
belakang vertikal dan tegap. Posisi bahu menjauhi badan (abduksi) sebesar 113°, posisi lengan bawah membengkok kedalam (fleksi lengan) sebesar 79° terhadap bahaya dalam SAG karena pemanen mengangkat angkong terlalu tinggi. Selain dapat menimbulkan rasa sakit, kegiatan unloading dapat mengakibatkan hilangnya keseimbangan pemanen sewaktu kegiatan tersebut hingga dapat menimbulkan cidera akibat terjatuh.
(a) (b) (c) Gambar 27. Gerakan unloading pemanen subjek B
Gambar 27. menjelaskan gerakan pemanen subjek B sewaktu unloading
tandan dengan menggunakan angkong. Dengan memplotkan gambar pada
software Auto Cad, maka diperoleh sudut-sudut yang terbentuk dari posisi kerja subjek B. dari beberapa gambar tersebut umumnya kegiatan unloading merupakan kegiatan mengangkat angkong hingga tandan yang ada di angkong dapat dikeluarkan. Dari gambar subjek B dapat dijelaskan, subjek pada gambar (a) melakukan unloading dengan posisi tulang belakang agak membengkok kedepan (fleksi punggung) sebesar 14°. Posisi lengan bawah sedikit membengkok (fleksi
33
(a) (b) (c) Gambar 28. Kegiatan unloading pemanen subjek C
Gambar 28. menjelaskan gerakan pemanen subjek C sewaktu unloading
tandan dengan menggunakan angkong. Dengan memplotkan gambar pada
software Auto Cad, maka diperoleh sudut-sudut yang terbentuk dari posisi kerja subjek C. Dari beberapa gambar tersebut umumnya kegiatan unloading
merupakan kegiatan mengangkat angkong hingga tandan yang ada di angkong dapat dikeluarkan. Dari gambar subjek C dapat dijelaskan, subjek pada gambar (a) melakukan unloading dengan posisi tulang belakang agak membengkok kedepan (fleksi punggung) sebesar 12°. Posisi bahu agak kebelakang (ekstensi bahu) sebesar 25° terhadap badan, posisi lengan bawah sedikit membengkok (fleksi
lengan) sebesar 19° terhadap lengan atas. Subjek pada gambar (b) mulai mengangkat hingga tandan dapat dikeluarkan dari angkong dengan posisi tulang belakang vertikal dan tegap. Posisi lengan bawah membengkok kedalam (fleksi
lengan) sebesar 87° terhadap lengan atas. Subjek pada gambar (c) memposisikan angkong hingga tegak agar tandan keluar dari angkong dengan posisi tulang belakang vertikal dan tegap. Posisi bahu menjauhi badan (abduksi) sebesar 96°. Penentuan sudut-sudut tersebut termasuk kedalam zona 2 dan 3 yang merupakan zona bahaya dalam SAG karena pemanen mengangkat angkong terlalu tinggi. Selain dapat menimbulkan rasa sakit, kegiatan unloading dapat mengakibatkan hilangnya keseimbangan pemanen sewaktu kegiatan tersebut hingga dapat menimbulkan cidera akibat terjatuh.
Berikut rekap pengolahan data selang gerak pemanen kegiatan mengangkut pada Tabel 24.
Tabel 24. Rekap data selang gerak saat unloading
34 Sab = Lengan atas (bahu) abduksi
Zona 0 / zona nyaman Zona 1 / zona aman Zona 2 / Zona peringatan Zona 3 / Zona bahaya
Gerakan mengangkat, mengangkut, dan unloading yang dilakukan oleh pemanen belum sesuai dengan gerakan SAG yang aman. Gerakan mengangkat termasuk kedalam zona 2 dan 3 pada segmen tubuh punggung karena pada saat mengangkat punggung subjek membengkok kedepan untuk meraih handle
angkong. Gerakan mengangkut dipengaruhi oleh kondisi lahan, di lahan yang relatif datar kegiatan mengangkut termasuk kedalam zona 0 dan 1 dapat dikatakan aman, sedangkan pada saat kondisi menanjak termasuk kedalam zona 2 dan 3 yaitu zona bahaya akan tetapi kondisi ini masih dapat dimaklumi karena saat menanjak subjek memerlukan energi yang cukup besar. Gerakan unloading
termasuk kedalam zona 2 dan 3 sewaktu mengeluarkan tandan dari angkong, subjek harus mengangkat handle hingga ketinggian tertentu untuk mengeluarkan tandan.
Analisis persepsi subjektif
35
Gambar 29. Rekapitulasi data subyektif keluhan
Dari hasil analisis yang dilakukan dapat dikatakan bahwa rancangan desain angkong yang ada masih kurang ergonomis dikarenakan pada analisis kegiatan mengangkut, mengangkat, dan unloading didapatkan kondisi segmen tubuh yang berisiko pada bagian tubuh lumbar atas yang dapat menimbulkan sakit maupun cidera dan dari data wawancara persepsi subyektif pemanen tingginya keluhan akibat aktivitas tersebut terutama pada bagian tubuh lumbar bagian atas. Maka dari analisis tersebut diperlukannya rancang ulang angkong agar mendapatkan desain dimensional yang lebih ergonomis.
Hubungan hasil analisis gerakan dan persepsi subyektif
Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan metode selang alami gerak, diketahui beberapa kondisi postur tubuh yang dapat mengakibatkan bahaya saat melakukan kegiatan mengangkong yaitu pada saat mengangkat angkong, mengangkut, dan unloading. Pada kegiatan mengangkat bagian segmen tubuh yang memiliki resiko bahaya yaitu pada bagian bahu dan punggung. Pada kegiatan mengangkut bagian segmen tubuh yang memiliki resiko bahaya yaitu bahu, dan sebagian besar segmen tubuh yang lain berwarna kuning yang harus diwaspadai. Pada kegiatan unloading bagian segmen tubuh lengan, bahu, dan punggung.
Dari analisis tersebut setara dengan apa yang dikeluhkan dari data persepsi subyektif pemanen. Dari hasil wawancara dengan pemanen mengenai keluhan yang dirasakan dari penggunaan angkong dalam aktivitasnya diketahui segmen bagian tubuh atas yang memiliki banyak keluhan dari para pemanen yaitu bagian bahu, punggung kemudian pinggang dan segmen lainnya juga harus diperhatikan walaupun tidak sangat berisiko bahaya dibanding segmen yang telah disebutkan.
Pada segmen tubuh bagian bahu/lengan atas dari analisis mencapai skor bewarna merah berarti bahaya. Kondisi ini terjadi karena posisi bahu yang mengalami ekstensi yang melebihi batas zona aman dikarenakan jalan yang menanjak pada saat mengangkut. Pada segmen tubuh punggung juga mendapatkan skor bewarna merah pada saat mengangkat angkong dikarenakan
0
36
posisi handle yang terlalu rendah dari genggaman tangan pemanen. Apabila dilakukan secara terus menerus dan beban yang berat dapat mengakibatkan resiko bagi pemanen.
Maka dari desain angkong yang sudah ada masih belum cukup ergonomis untuk melakukan kegiatan tersebut dan perlu dilakukan rancang ulang untuk meminimumkan resiko yang terjadi.
Analisis gerakan mengangkat dengan RULA
Setelah melakukan analisis berdasarkan metode SAG, berikut analisis yang dilakukan dengan metode RULA. Postur tubuh saat mengangkat angkong sekarang disajikan pada Gambar 30.
Gambar 27. Postur tubuh mengangkat
Dari Gambar 30. terlihat pemanen sedang mengangkat angkong, untuk itu dilakukan analisis dengan metode RULA untuk mengetahui aktivitas tersebut dalam kondisi nyaman atau tidak.
a. Postur tubuh grup A
Postur tubuh bagian lengan atas (upper arm)
Lengan atas membentuk sudut 45 – 90° diberi skor = 3
Postur tubuh bagian lengan bawah (lower arm)
Lengan bawah membentuk sudut 60 – 100° diberi skor = 1
Postur tubuh bagian pergelangan tangan (wrist) Sudut pergelangan tangan posisi netral diberi skor = 1
Putaran pergelangan tangan (wrist twist)
37 Penilaian postur tubuh grup A dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Skor Grup A untuk posisi mengangkat
Upper
Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist
1 2 1 2 1 2 1 2
-Lingkaran bergaris putus = skor sementara -Lingkaran bergaris tebal = skor hasil
Skor postur kerja grup A berdasarkan Tabel 25. yaitu 2
Skor aktivitas
Aktivitas dengan postur statik diberi skor = 1
Skor beban
Beban >10 kg diberi skor = 3 Total skor grup A adalah 2 + 1 + 3 = 6 b. Postur tubuh grup B
Postur tubuh bagian leher (neck)
Leher membentuk sudut >20° diberi skor = 3
Postur tubuh bagian punggung (trunk)
Punggung membentuk sudut >60° diberi skor = 4
Postur tubuh bagian kaki (legs)
38
Penilaian postur tubuh grup B dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Skor grup B untuk posisi mengangkat
Trunk 1 2 3 4 5 6
Legs Legs Legs Legs Legs Legs
Neck 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Skor postur tubuh grup B berdasarkan Tabel 26. yaitu 5
Skor aktivitas
Aktivitas dengan postur statik diberi skor = 1
Skor beban
Beban >10 kg diberi skor = 3 Total skor grup B adalah 5 + 1 + 3 = 9 Skor akhir dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Skor grup C untuk posisi mengangkat
39 Analisis gerakan unloading dengan RULA
Setelah melakukan analisis berdasarkan metode SAG, berikut analisis yang dilakukan dengan metode RULA. Postur tubuh saat unloading angkong sekarang disajikan pada Gambar 31.
Gambar 31. Postur tubuh unloading
Dari Gambar 31. terlihat pemanen sedang mengeluarkan tandan dari angkong, untuk itu dilakukan analisis dengan metode RULA untuk mengetahui aktivitas tersebut dalam kondisi nyaman atau tidak.
a. Postur tubuh grup A
Postur tubuh bagian lengan atas (upper arm)
Lengan atas membentuk sudut 20 – 45° diberi skor = 2
Postur tubuh bagian lengan bawah (lower arm)
Lengan bawah membentuk sudut 60 – 100° diberi skor = 1
Postur tubuh bagian pergelangan tangan (wrist) Sudut pergelangan tangan posisi netral diberi skor = 1
Putaran pergelangan tangan (wrist twist)
40
Penilaian postur tubuh grup A dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Skor Grup A untuk posisi unloading Upper
Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist
1 2 1 2 1 2 1 2
-Lingkaran bergaris putus = skor sementara -Lingkaran bergaris tebal = skor hasil
Skor postur kerja grup A berdasarkan Tabel 28. yaitu 2
Skor aktivitas
Aktivitas dengan postur statik diberi skor = 1
Skor beban
Beban >10 kg diberi skor = 3 Total skor grup A adalah 2 + 1 + 3 = 6 b. Postur tubuh grup B
Postur tubuh bagian leher (neck)
Leher membentuk sudut 0 - 10° diberi skor = 1
Postur tubuh bagian punggung (trunk)
Punggung membentuk sudut 0 - 20° diberi skor = 2
Postur tubuh bagian kaki (legs)
41 Penilaian postur tubuh grup B dapat dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Skor grup B untuk posisi unloading
Trunk 1 2 3 4 5 6
Legs Legs Legs Legs Legs Legs
Neck 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Skor postur tubuh grup B berdasarkan Tabel yaitu 2
Skor aktivitas
Aktivitas dengan postur statik diberi skor = 1
Skor beban
Beban >10 kg diberi skor = 3 Total skor grup B adalah 2 + 1 + 3 = 6 Skor akhir dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30. Skor grup C untuk posisi unloading
42
Analisis gerakan mengangkut dengan RULA
Setelah melakukan analisis berdasarkan metode SAG, berikut analisis yang dilakukan dengan metode RULA. Postur tubuh saat mengangkut angkong sekarang disajikan pada Gambar 32.
Gambar 32. Postur tubuh mengangkut
Dari Gambar 32. terlihat pemanen sedang mengangkut tandan dengan angkong, untuk itu dilakukan analisis dengan metode RULA untuk mengetahui aktivitas tersebut dalam kondisi nyaman atau tidak.
c. Postur tubuh grup A
Postur tubuh bagian lengan atas (upper arm)
Lengan atas membentuk sudut 45 – 90° diberi skor = 3
Postur tubuh bagian lengan bawah (lower arm)
Lengan bawah membentuk sudut 60 – 100° diberi skor = 1
Postur tubuh bagian pergelangan tangan (wrist) Sudut pergelangan tangan posisi netral diberi skor = 1
Putaran pergelangan tangan (wrist twist)
43 Penilaian postur tubuh grup A dapat dilihat pada Tabel 31.
Tabel 31. Skor Grup A untuk posisi mengangkut
Upper
Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist
1 2 1 2 1 2 1 2
-Lingkaran bergaris putus = skor sementara -Lingkaran bergaris tebal = skor hasil
Skor postur kerja grup A berdasarkan Tabel 31. yaitu 2
Skor aktivitas
Aktivitas dengan postur statik diberi skor = 1
Skor beban
Beban >10 kg diberi skor = 3 Total skor grup A adalah 2 + 1 + 3 = 6 d. Postur tubuh grup B
Postur tubuh bagian leher (neck)
Leher membentuk sudut 0 - 10° diberi skor = 1
Postur tubuh bagian punggung (trunk)
Punggung membentuk sudut >20° diberi skor = 3
Postur tubuh bagian kaki (legs)
44
Penilaian postur tubuh grup B dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32. Skor grup B untuk posisi mengangkut
Trunk 1 2 3 4 5 6
Legs Legs Legs Legs Legs Legs
Neck 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Skor postur tubuh grup B berdasarkan Tabel 32. yaitu 4
Skor aktivitas
Aktivitas dengan postur statik diberi skor = 1
Skor beban
Beban >10 kg diberi skor = 3 Total skor grup B adalah 4 + 1 + 3 = 8 Skor akhir dapat dilihat pada Tabel 33.
Tabel 33. Skor grup C untuk posisi mengangkut
A/B 1 2 3 4 5 6 7+
45 Proses Redesain angkong
Redesain tinggi handle
Dari analisis selang gerak alami yang dilakukan, kegiatan mengangkat angkong merupakan gerakan yang tidak aman. Maka perlu dianalisis kesesuaian desain antropometri dengan alat dengan bantuan software Solidwork. Sebelum menganalisis tinggi handle angkong terlebih dahulu melihat posisi berdiri normal subjek tampak samping pada Gambar 33.
Gambar 33. Manikin antropometri berdiri normal tampak samping Posisi yang baik pada aktivitas mengangkut yaitu posisi lengan yang sejajar dengan tulang belakang. Pada kegiatan mengangkat subjek harus membungkuk untuk mencapai handle dan mengangkat beban yang besar ke posisi siap mengangkut. Maka perlu redesain tinggi handle yang baru agar subjek tidak perlu mengangkat terlalu berat. Posisi berdiri normal diasumsikan terjadi pada persentil ke-5, 50, dan 95. Sehingga pengambarannya berdasarkan parameter-parameter pada persentil tersebut.
46
(a) (b) (c)
Gambar 34. Simulasi tampak depan menentukan tinggi handle untuk antropometri 5, 50, dan 95 pemanen Riau
Gambar 34. merupakan simulasi antropometri dengan SAG dan penyesuaian dimensi alat yang dianalisis pada saat subjek dalam posisi kerja yang aman yaitu posisi tegap. Punggung subjek tegak lurus sumbu vertikal dan tidak membungkuk saat mengapai handle. Lengan atas dan bawah lurus dan sejajar dengan badan. Dari simulasi yang sudah dilakukan didapatkan tinggi handle baru pada antropometri pemanen Riau. Pada persentil ke-5 tinggi handle yaitu 66.1 cm, persentil ke-50 yaitu 69.8 cm, dan persentil ke-95 yaitu 68.2 cm.
(a) (b) (c)
Gambar 35. Simulasi tampak depan menentukan tinggi handle untuk antropometri 5, 50, dan 95 pemanen Kalimantan
47 antropometri pemanen Kalimantan. Pada persentil ke-5 tinggi handle yaitu 67.1 cm, persemtil ke-50 yaitu 69.1 cm, dan persentil ke-95 yaitu 74.2 cm.
(a) (b) (c)
Gambar 36. Simulasi tampak depan menentukan tinggi handle untuk antropometri 5, 50, dan 95 pemanen Sulawesi
Gambar 36. merupakan simulasi antropometri dengan SAG dan penyesuaian dimensi alat yang dianalisis pada saat subjek dalam posisi kerja yang aman yaitu posisi tegap. Punggung subjek tegak lurus sumbu vertikal dan tidak membungkuk saat mengapai handle. Lengan atas dan bawah lurus dan sejajar dengan badan. Dari simulasi yang sudah dilakukan didapatkan tinggi handle baru pada antropometri pemanen Sulawesi. Pada persentil ke-5 tinggi handle yaitu 70.6 cm, persemtil ke-50 yaitu 74.6 cm, dan persentil ke-95 yaitu 75 cm.
Dari analisis yang dilakukan untuk menentukan tinggi handle yang sesuai antropometri pemanen, yang digunakan pada dimensi desain yang baru yaitu ketinggian handle dengan persentil ke-50. Karena desain angkong yang digunakan umum maka ketinggian handle yang digunakan yaitu rerata dari persentil ke-50 yaitu 71 cm.
Desain angkong yang sudah ada memiliki ketinggian handle yaitu 57 cm dimana setelah dianalisis SAG pada saat pengangkatan angkong termasuk kedalam zona kurang aman. Maka didapatkan ketinggian handle yang sesuai dengan antropometri pemanen persentil ke-50 yaitu 71 cm. Proses redesain ketinggian handle yaitu pada modifikasi bentuk penyangga yang baru.
Proses redesain yaitu mengubah bentuk penyangga bertujuan agar pada saat peletakkan angkong posisinya sesuai dengan ketinggian antropometri pemanen yang sudah dianalisis. Posisi perubahan ketinggian handle bertujuan agar mengurangi resiko bahaya ataupun cidera yang mungkin terjadi karena aktivitas mengangkat angkong yang sekarang pemanen harus membungkuk saat meraih handle. Sehingga resiko bahaya dapat diminimisasi.
48
fleksibel sehingga sewaktu pemanen mengangkut penyangga tidak menghalangi pengoperasian. Desain rancangan penyangga disajikan pada Gambar 37.
Gambar 37. Desain rancangan penyangga Redesain handle
Handle angkong dimodifikasi agar handle dapat diatur panjangnya. Tujuannya untuk meminimumkan bahaya yang terjadi pada saat pemanen melakukan kegiatan unloading. Pada kegiatan unloading pemanen harus mengangkat angkong setinggi-tingginya agar muatan keluar dari bak yang dapat mengakibatkan bahaya pada lengan apabila dilakukan secara berulang.
Pengaturan panjang desain handle akan mengakibatkan perubahan dimensi tinggi dan lebar handle maka desain yang baru harus disesuaikan dengan antropometri pemanen. Segmen tubuh yang terkait yaitu lebar bahu (bideltoid) dan punggung. Dimensi pemendekan diusahakan pada kondisi bahu yang sejajar dengan badan dan punggung diusahakan pada kondisi zona 0 atau 1 . Apabila bahu mengalami adduksi, pemanen akan sulit mengeluarkan muatan dari angkong. Akibat dari pemendekan mengakibatkan pemanen membungkuk untuk mengangkat handle.
Untuk mendapatkan panjang pemendekan dilakukan simulasi menggunakan
CATIA dengan batasan lebar handle pemendekan sesuai dengan data antropometri segmen tubuh lebar bahu (bideltoid) dengan menggunakan rerata persentil ke-95 yaitu sebesar 46.5 cm. batasan tinggi handle yaitu menggunakan tinggi handle