• Tidak ada hasil yang ditemukan

)

Rekapitulasi Data Subyektif

36

posisi handle yang terlalu rendah dari genggaman tangan pemanen. Apabila dilakukan secara terus menerus dan beban yang berat dapat mengakibatkan resiko bagi pemanen.

Maka dari desain angkong yang sudah ada masih belum cukup ergonomis untuk melakukan kegiatan tersebut dan perlu dilakukan rancang ulang untuk meminimumkan resiko yang terjadi.

Analisis gerakan mengangkat dengan RULA

Setelah melakukan analisis berdasarkan metode SAG, berikut analisis yang dilakukan dengan metode RULA. Postur tubuh saat mengangkat angkong sekarang disajikan pada Gambar 30.

Gambar 27. Postur tubuh mengangkat

Dari Gambar 30. terlihat pemanen sedang mengangkat angkong, untuk itu dilakukan analisis dengan metode RULA untuk mengetahui aktivitas tersebut dalam kondisi nyaman atau tidak.

a. Postur tubuh grup A

 Postur tubuh bagian lengan atas (upper arm)

Lengan atas membentuk sudut 45 – 90° diberi skor = 3

 Postur tubuh bagian lengan bawah (lower arm)

Lengan bawah membentuk sudut 60 – 100° diberi skor = 1

 Postur tubuh bagian pergelangan tangan (wrist) Sudut pergelangan tangan posisi netral diberi skor = 1

 Putaran pergelangan tangan (wrist twist)

37 Penilaian postur tubuh grup A dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Skor Grup A untuk posisi mengangkat

Upper Arm Lower Arm Wrist 1 2 3 4

Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist

1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 4 4 2 1 2 2 2 3 3 3 4 4 2 2 2 2 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 4 4 5 3 1 2 3 3 3 4 4 5 5 2 2 3 3 3 4 4 5 5 3 2 3 3 4 4 4 5 5 4 1 3 4 4 4 4 4 5 5 2 3 4 4 4 4 4 5 5 3 3 4 4 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 6 6 2 5 6 6 6 6 7 7 7 3 6 6 6 7 7 7 7 8 6 1 7 7 7 7 7 8 8 9 2 7 8 8 8 8 9 9 9 3 9 9 9 9 9 9 9 9 Keterangan:

-Lingkaran bergaris putus = skor sementara -Lingkaran bergaris tebal = skor hasil

Skor postur kerja grup A berdasarkan Tabel 25. yaitu 2

 Skor aktivitas

Aktivitas dengan postur statik diberi skor = 1

 Skor beban

Beban >10 kg diberi skor = 3 Total skor grup A adalah 2 + 1 + 3 = 6 b. Postur tubuh grup B

 Postur tubuh bagian leher (neck)

Leher membentuk sudut >20° diberi skor = 3

 Postur tubuh bagian punggung (trunk)

Punggung membentuk sudut >60° diberi skor = 4

 Postur tubuh bagian kaki (legs)

38

Penilaian postur tubuh grup B dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Skor grup B untuk posisi mengangkat

Trunk 1 2 3 4 5 6

Legs Legs Legs Legs Legs Legs

Neck 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7 2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7 3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7 4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8 5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

Skor postur tubuh grup B berdasarkan Tabel 26. yaitu 5

 Skor aktivitas

Aktivitas dengan postur statik diberi skor = 1

 Skor beban

Beban >10 kg diberi skor = 3 Total skor grup B adalah 5 + 1 + 3 = 9 Skor akhir dapat dilihat pada Tabel 27.

Tabel 27. Skor grup C untuk posisi mengangkat

A/B 1 2 3 4 5 6 7+ 1 1 2 3 3 4 5 5 2 2 2 3 4 4 5 5 3 3 3 3 4 4 5 6 4 3 3 3 4 5 6 6 5 4 4 4 5 6 7 7 6 4 4 5 6 6 7 7 7 5 5 6 6 7 7 7 8 5 5 6 7 7 7 7

Skor akhir aktivitas mengangkat angkong berdasarkan Tabel 27. yaitu 7. Berdasarkan skor tersebut maka level resiko dari aktivitas tersebut tinggi dan diperlukan tindakan perbaikan postur sekarang juga.

39 Analisis gerakan unloading dengan RULA

Setelah melakukan analisis berdasarkan metode SAG, berikut analisis yang dilakukan dengan metode RULA. Postur tubuh saat unloading angkong sekarang disajikan pada Gambar 31.

Gambar 31. Postur tubuh unloading

Dari Gambar 31. terlihat pemanen sedang mengeluarkan tandan dari angkong, untuk itu dilakukan analisis dengan metode RULA untuk mengetahui aktivitas tersebut dalam kondisi nyaman atau tidak.

a. Postur tubuh grup A

 Postur tubuh bagian lengan atas (upper arm)

Lengan atas membentuk sudut 20 – 45° diberi skor = 2

 Postur tubuh bagian lengan bawah (lower arm)

Lengan bawah membentuk sudut 60 – 100° diberi skor = 1

 Postur tubuh bagian pergelangan tangan (wrist) Sudut pergelangan tangan posisi netral diberi skor = 1

 Putaran pergelangan tangan (wrist twist)

40

Penilaian postur tubuh grup A dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Skor Grup A untuk posisi unloading Upper Arm Lower Arm Wrist 1 2 3 4

Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist

1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 4 4 2 1 2 2 2 3 3 3 4 4 2 2 2 2 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 4 4 5 3 1 2 3 3 3 4 4 5 5 2 2 3 3 3 4 4 5 5 3 2 3 3 4 4 4 5 5 4 1 3 4 4 4 4 4 5 5 2 3 4 4 4 4 4 5 5 3 3 4 4 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 6 6 2 5 6 6 6 6 7 7 7 3 6 6 6 7 7 7 7 8 6 1 7 7 7 7 7 8 8 9 2 7 8 8 8 8 9 9 9 3 9 9 9 9 9 9 9 9 Keterangan:

-Lingkaran bergaris putus = skor sementara -Lingkaran bergaris tebal = skor hasil

Skor postur kerja grup A berdasarkan Tabel 28. yaitu 2

 Skor aktivitas

Aktivitas dengan postur statik diberi skor = 1

 Skor beban

Beban >10 kg diberi skor = 3 Total skor grup A adalah 2 + 1 + 3 = 6 b. Postur tubuh grup B

 Postur tubuh bagian leher (neck)

Leher membentuk sudut 0 - 10° diberi skor = 1

 Postur tubuh bagian punggung (trunk)

Punggung membentuk sudut 0 - 20° diberi skor = 2

 Postur tubuh bagian kaki (legs)

41 Penilaian postur tubuh grup B dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29. Skor grup B untuk posisi unloading

Trunk 1 2 3 4 5 6

Legs Legs Legs Legs Legs Legs

Neck 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7 2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7 3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7 4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8 5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

Skor postur tubuh grup B berdasarkan Tabel yaitu 2

 Skor aktivitas

Aktivitas dengan postur statik diberi skor = 1

 Skor beban

Beban >10 kg diberi skor = 3 Total skor grup B adalah 2 + 1 + 3 = 6 Skor akhir dapat dilihat pada Tabel 30.

Tabel 30. Skor grup C untuk posisi unloading

A/B 1 2 3 4 5 6 7+ 1 1 2 3 3 4 5 5 2 2 2 3 4 4 5 5 3 3 3 3 4 4 5 6 4 3 3 3 4 5 6 6 5 4 4 4 5 6 7 7 6 4 4 5 6 6 7 7 7 5 5 6 6 7 7 7 8 5 5 6 7 7 7 7

Skor akhir aktivitas unloading tandan berdasarkan Tabel 30. yaitu 7. Berdasarkan skor tersebut maka level resiko dari aktivitas tersebut tinggi dan diperlukan tindakan perbaikan postur sekarang juga.

42

Analisis gerakan mengangkut dengan RULA

Setelah melakukan analisis berdasarkan metode SAG, berikut analisis yang dilakukan dengan metode RULA. Postur tubuh saat mengangkut angkong sekarang disajikan pada Gambar 32.

Gambar 32. Postur tubuh mengangkut

Dari Gambar 32. terlihat pemanen sedang mengangkut tandan dengan angkong, untuk itu dilakukan analisis dengan metode RULA untuk mengetahui aktivitas tersebut dalam kondisi nyaman atau tidak.

c. Postur tubuh grup A

 Postur tubuh bagian lengan atas (upper arm)

Lengan atas membentuk sudut 45 – 90° diberi skor = 3

 Postur tubuh bagian lengan bawah (lower arm)

Lengan bawah membentuk sudut 60 – 100° diberi skor = 1

 Postur tubuh bagian pergelangan tangan (wrist) Sudut pergelangan tangan posisi netral diberi skor = 1

 Putaran pergelangan tangan (wrist twist)

43 Penilaian postur tubuh grup A dapat dilihat pada Tabel 31.

Tabel 31. Skor Grup A untuk posisi mengangkut

Upper Arm Lower Arm Wrist 1 2 3 4

Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist

1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 4 4 2 1 2 2 2 3 3 3 4 4 2 2 2 2 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 4 4 5 3 1 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5 3 2 3 3 4 4 4 5 5 4 1 3 4 4 4 4 4 5 5 2 3 4 4 4 4 4 5 5 3 3 4 4 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 6 6 2 5 6 6 6 6 7 7 7 3 6 6 6 7 7 7 7 8 6 1 7 7 7 7 7 8 8 9 2 7 8 8 8 8 9 9 9 3 9 9 9 9 9 9 9 9 Keterangan:

-Lingkaran bergaris putus = skor sementara -Lingkaran bergaris tebal = skor hasil

Skor postur kerja grup A berdasarkan Tabel 31. yaitu 2

 Skor aktivitas

Aktivitas dengan postur statik diberi skor = 1

 Skor beban

Beban >10 kg diberi skor = 3 Total skor grup A adalah 2 + 1 + 3 = 6 d. Postur tubuh grup B

 Postur tubuh bagian leher (neck)

Leher membentuk sudut 0 - 10° diberi skor = 1

 Postur tubuh bagian punggung (trunk)

Punggung membentuk sudut >20° diberi skor = 3

 Postur tubuh bagian kaki (legs)

44

Penilaian postur tubuh grup B dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32. Skor grup B untuk posisi mengangkut

Trunk 1 2 3 4 5 6

Legs Legs Legs Legs Legs Legs

Neck 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7 2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7 3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7 4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8 5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

Skor postur tubuh grup B berdasarkan Tabel 32. yaitu 4

 Skor aktivitas

Aktivitas dengan postur statik diberi skor = 1

 Skor beban

Beban >10 kg diberi skor = 3 Total skor grup B adalah 4 + 1 + 3 = 8 Skor akhir dapat dilihat pada Tabel 33.

Tabel 33. Skor grup C untuk posisi mengangkut

A/B 1 2 3 4 5 6 7+ 1 1 2 3 3 4 5 5 2 2 2 3 4 4 5 5 3 3 3 3 4 4 5 6 4 3 3 3 4 5 6 6 5 4 4 4 5 6 7 7 6 4 4 5 6 6 7 7 7 5 5 6 6 7 7 7 8 5 5 6 7 7 7 7

Skor akhir aktivitas mengangkut tandan dengan angkong pada lahan menanjak berdasarkan Tabel 33. yaitu 7. Berdasarkan skor tersebut maka level resiko dari aktivitas tersebut tinggi dan diperlukan tindakan perbaikan postur sekarang juga.

45 Proses Redesain angkong

Redesain tinggi handle

Dari analisis selang gerak alami yang dilakukan, kegiatan mengangkat angkong merupakan gerakan yang tidak aman. Maka perlu dianalisis kesesuaian desain antropometri dengan alat dengan bantuan software Solidwork. Sebelum menganalisis tinggi handle angkong terlebih dahulu melihat posisi berdiri normal subjek tampak samping pada Gambar 33.

Gambar 33. Manikin antropometri berdiri normal tampak samping Posisi yang baik pada aktivitas mengangkut yaitu posisi lengan yang sejajar dengan tulang belakang. Pada kegiatan mengangkat subjek harus membungkuk untuk mencapai handle dan mengangkat beban yang besar ke posisi siap mengangkut. Maka perlu redesain tinggi handle yang baru agar subjek tidak perlu mengangkat terlalu berat. Posisi berdiri normal diasumsikan terjadi pada persentil ke-5, 50, dan 95. Sehingga pengambarannya berdasarkan parameter-parameter pada persentil tersebut.

Setelah menentukan posisi optimum mengangkut tandan dengan angkong, selanjutnya dilakukan simulasi penentuan tinggi handle dengan bantuan software Solidwork yang disajikan pada Gambar 34.

46

(a) (b) (c)

Gambar 34. Simulasi tampak depan menentukan tinggi handle untuk antropometri 5, 50, dan 95 pemanen Riau

Gambar 34. merupakan simulasi antropometri dengan SAG dan penyesuaian dimensi alat yang dianalisis pada saat subjek dalam posisi kerja yang aman yaitu posisi tegap. Punggung subjek tegak lurus sumbu vertikal dan tidak membungkuk saat mengapai handle. Lengan atas dan bawah lurus dan sejajar dengan badan. Dari simulasi yang sudah dilakukan didapatkan tinggi handle baru pada antropometri pemanen Riau. Pada persentil ke-5 tinggi handle yaitu 66.1 cm, persentil ke-50 yaitu 69.8 cm, dan persentil ke-95 yaitu 68.2 cm.

(a) (b) (c)

Gambar 35. Simulasi tampak depan menentukan tinggi handle untuk antropometri 5, 50, dan 95 pemanen Kalimantan

Gambar 35. merupakan simulasi antropometri dengan SAG dan penyesuaian dimensi alat yang dianalisis pada saat subjek dalam posisi kerja yang aman yaitu posisi tegap. Punggung subjek tegak lurus sumbu vertikal dan tidak membungkuk saat mengapai handle. Lengan atas dan bawah lurus dan sejajar dengan badan. Dari simulasi yang sudah dilakukan didapatkan tinggi handle baru pada

47 antropometri pemanen Kalimantan. Pada persentil ke-5 tinggi handle yaitu 67.1 cm, persemtil ke-50 yaitu 69.1 cm, dan persentil ke-95 yaitu 74.2 cm.

(a) (b) (c)

Gambar 36. Simulasi tampak depan menentukan tinggi handle untuk antropometri 5, 50, dan 95 pemanen Sulawesi

Gambar 36. merupakan simulasi antropometri dengan SAG dan penyesuaian dimensi alat yang dianalisis pada saat subjek dalam posisi kerja yang aman yaitu posisi tegap. Punggung subjek tegak lurus sumbu vertikal dan tidak membungkuk saat mengapai handle. Lengan atas dan bawah lurus dan sejajar dengan badan. Dari simulasi yang sudah dilakukan didapatkan tinggi handle baru pada antropometri pemanen Sulawesi. Pada persentil ke-5 tinggi handle yaitu 70.6 cm, persemtil ke-50 yaitu 74.6 cm, dan persentil ke-95 yaitu 75 cm.

Dari analisis yang dilakukan untuk menentukan tinggi handle yang sesuai antropometri pemanen, yang digunakan pada dimensi desain yang baru yaitu ketinggian handle dengan persentil ke-50. Karena desain angkong yang digunakan umum maka ketinggian handle yang digunakan yaitu rerata dari persentil ke-50 yaitu 71 cm.

Desain angkong yang sudah ada memiliki ketinggian handle yaitu 57 cm dimana setelah dianalisis SAG pada saat pengangkatan angkong termasuk kedalam zona kurang aman. Maka didapatkan ketinggian handle yang sesuai dengan antropometri pemanen persentil ke-50 yaitu 71 cm. Proses redesain ketinggian handle yaitu pada modifikasi bentuk penyangga yang baru.

Proses redesain yaitu mengubah bentuk penyangga bertujuan agar pada saat peletakkan angkong posisinya sesuai dengan ketinggian antropometri pemanen yang sudah dianalisis. Posisi perubahan ketinggian handle bertujuan agar mengurangi resiko bahaya ataupun cidera yang mungkin terjadi karena aktivitas mengangkat angkong yang sekarang pemanen harus membungkuk saat meraih handle. Sehingga resiko bahaya dapat diminimisasi.

Bentuk ukuran penyangga didesain dengan ketinggian yang sama dengan tinggi handle angkong rancangan. Penyangga ini memiliki fleksibelitas karena memiliki 2 kaki penyangga. Kaki penyangga pertama didesain dengan ketinggian handle sesuai angkong yang ada sedangkan penyangga kedua didesain dengan pertambahan tinggi pada angkong rancangan. Penyangga kedua ini bersifat

48

fleksibel sehingga sewaktu pemanen mengangkut penyangga tidak menghalangi pengoperasian. Desain rancangan penyangga disajikan pada Gambar 37.

Gambar 37. Desain rancangan penyangga Redesain handle

Handle angkong dimodifikasi agar handle dapat diatur panjangnya. Tujuannya untuk meminimumkan bahaya yang terjadi pada saat pemanen melakukan kegiatan unloading. Pada kegiatan unloading pemanen harus mengangkat angkong setinggi-tingginya agar muatan keluar dari bak yang dapat mengakibatkan bahaya pada lengan apabila dilakukan secara berulang.

Pengaturan panjang desain handle akan mengakibatkan perubahan dimensi tinggi dan lebar handle maka desain yang baru harus disesuaikan dengan antropometri pemanen. Segmen tubuh yang terkait yaitu lebar bahu (bideltoid) dan punggung. Dimensi pemendekan diusahakan pada kondisi bahu yang sejajar dengan badan dan punggung diusahakan pada kondisi zona 0 atau 1 . Apabila bahu mengalami adduksi, pemanen akan sulit mengeluarkan muatan dari angkong. Akibat dari pemendekan mengakibatkan pemanen membungkuk untuk mengangkat handle.

Untuk mendapatkan panjang pemendekan dilakukan simulasi menggunakan

CATIA dengan batasan lebar handle pemendekan sesuai dengan data antropometri segmen tubuh lebar bahu (bideltoid) dengan menggunakan rerata persentil ke-95 yaitu sebesar 46.5 cm. batasan tinggi handle yaitu menggunakan tinggi handle

pada angkong standar sebesar 57 cm. Maka didapatkan panjang pemendekan sebesar 23.5 cm illustrasi pada Gambar 38.

49

Gambar 38. Illustrasi tinggi handle modifikasi

Gambar 38. Menunjukkan illustrasi ketinggian handle saat kondisi awal (A) dan kondisi akhir (B). pada gambar (A) ketinggian handle 71 cm sesuai analisis antropometri, kemudian pada (B) ketinggian handle menjadi 57 cm setelah dipendekkan. Dengan memendekkan handle untuk meminimisasi bahaya sewaktu pemanen akan melakukan unloading.

Gambar 39. Illustrasi perubahan lebar handle

Gambar 39. Menunjukkan illustrasi lebar handle yang disesuaikan dengan data antropometri pemanen segmen bahu (bideltoid). Pada kondisi ini karena pemendekkan handle akan menyebabkan semakin kecilnya lebar handle. Maka perlunya batasan lebar handle sesuai antropometri pemanen yaitu 46.5 cm. lebar pemendekan harus lebih besar dari nilai batasan tersebut agar bahu tidak mengalami adduksi. Dari simulasi pada ketinggian 57 cm didapatkan lebar handle

yaitu 48.5 cm.

Maka dengan perubahan tinggi dan lebar tersebut dengan simulasi menggunakan CATIA didapatkan dimensi pemendekan sebesar 23.5 cm. pengukuran diukur dari panjang handle yang masuk kedalam rangka dengan batasan tinggi 57 cm dan lebar 46.5 sesuai dengan data antropometri pemanen. Berikut illustrasi penentuan dimensi pemendekkan pada Gambar 40.

50

Gambar 40. Simulasi menentukan dimensi pemendekkan

Setelah mendapatkan ukuran dimensi pemendekkan. Maka ukuran tersebut digunakan untuk membuat slot pada rangka angkong. Berikut tampilan slot pada rangka disajikan pada Gambar 41.

51

Gambar 42. Mekanisme handle

Gambar 42. Menjelaskan mekanisme handle rancangan yaitu handle

mengikuti alur pada slot sehingga pen pada handle mencapai batas slot. Pada

handle batang silinder yang digunakan merupakan batang pejal. Sedangkan pada rangka digunakan batang kosong sehingga pada batang dapat dibuat slot.

Optimasi desain handle terhadap postur tubuh

Dalam melakukan proses modifikasi desain dapat menimbulkan permasalahan baru, maka dari itu perlu dilakukannya optimasi pada rancangan untuk mengatasi masalah tersebut. Pada modifikasi desain handle yang baru, handle mengalami pemendekkan yang bertujuan untuk mengatasi masalah pada kegiatan unloading dan mengangkut di jalan menanjak. Di satu sisi modifikasi ini mengakibatkan saat mengangkat atau meraih handle akan mengalami masalah. Terdapat 2 masalah yaitu ketinggian handle berubah dan pendeknya jarak handle

dengan bak yang berpengaruh langsung terhadap segmen tubuh bagian punggung dan tungkai atas. Maka perlunya dilakukan optimasi postur tubuh saat mengangkat angkong pada rancangan modifikasi handle.

Penentuan postur tubuh menggunakan batasan yang diambil dari standar SAG. Selang gerak yang digunakan yaitu punggung, lutut, dan pinggul disajikan pada Tabel 34.

Tabel 34. Segmen gerakan

Zona 0 Zona 1 Zona 2 Zona 3 Fleksi (Flexion) 0 - 10 11 - 25 26 - 45 46+ Ekstensi (Extension) 0 - 5 6 - 10 11 - 20 21+ Berputar (Rotation) 0 - 10 11 - 25 26 - 45 46+ Membengkok ke samping (Lateral bend) 0 - 5 6 - 10 11 - 20 21+ Lutut Fleksi (Flexion) 0 - 20 21 - 52 53 - 103 104+ Pinggul Adduksi (Adduction) 0 - 5 6 - 13 14 - 25 26+

Abduksi (Abduction) 0 - 11 12 - 29 30 - 58 59+ Fleksi (Flexion) 0 - 22 23 - 55 56 - 109 110+

Gerakan Punggung

52

Diusahakan postur tubuh pada zona 0 dan zona 1 yang merupakan zona aman gerakan. Simulasi dilakukan menggunakan manikin dari data antropometri pemanen di Riau. Berikut illustrasi simulasi pada Gambar 43.

Gambar 43. Illustrasi pengangkatan angkong

Pada Gambar 43. simulasi dilakukan untuk mendapatkan postur tubuh optimum saat pengangkatan. Setelah dilakukan simulasi, dalam pengangkatan posisi punggung, tungkai bawah atau lutut, dan tungkai atas harus dalam selang gerak zona 1 untuk menghindari terjadinya benturan dengkul dengan bak angkong. Dalam postur tubuh tersebut kondisi pengangkatan masuk kategori aman. Berikut gambar hasil rancangan angkong disajikan pada Gambar 44.

53 Analisis Teknik Rancangan

Titik Jungkit Bak

Titik jungkit bak digunakan sebagai penempatan penyangga angkong. Untuk mendapatkan letak titik jungkit pada bak terlebih dahulu ditentukan centroid pada bak. Penentuan centroid dilakukan menggunakan perangkat lunak AutoCAD. Gaya-gaya yang bekerja pada bak dapat dilihat pada Gambar 45.

Gambar 45. Diagram benda bebas pada bak Centroid x = 390 mm y = 81 mm ΣM = 0 lg x Wcg = lm x F lg x (120+10) = (430 – lg)30 lg = 12900 (130 + 30) = 80.625 mm

Dari perhitungan diketahui jarak titik jungkit berada pada 349.375 mm dari belakang bak.

Perbandingan gaya angkat

Aspek ergonomis rancangan juga dapat dilihat dari perbandingan gaya angkat manusia, gaya pada roda dan gaya pada penyangga. Berikut analisis gaya pada rancangan angkong pada Gambar 46.

54

Gambar 46. Distribusi gaya angkong rancangan Centroid x = 307.228 mm

a = x – 100

= 307.228 – 100 (mm) = 207.228 mm

b = jarak pusat roda hingga handle – a = 1100 – 207.228

= 892.772 mm c = 628.77 mm d = 1100 mm beban = 60 kg

Hasil perhitungan gaya pada penyangga angkong rancangan: ΣM = 0 (-W1 x a) + (R2 x c) = 0 (-60 x 9.8) x 207.228) + (R2 x 628.77) = 0 R2 = 121850.064 628.77 = 193.791 N

Hasil perhitungan gaya pada roda angkong rancangan : ΣM = 0 (W1 x b) - (R1 x c) = 0 W1 R2 R1 a R3 b c d

55 (60 x 9.8) x 892.772) - (R1 x 628.77) = 0

R1 = 524949.936 628.77

= 834.883 N Hasil perhitungan gaya angkat angkong rancangan: ΣM = 0 (-W1 x a) + (R3 x d) = 0 (-60 x 9.8) x 207.228) + (R3 x 1100) = 0 R3 = 121.850.064 1100 = 110.772 N

Dari perhitungan didapatkan, gaya roda (R1) yaitu 834.883 N, gaya penyangga (R2) yaitu 193.791, dan gaya angkat (R3) yaitu 110.772 N. untuk lebih jelasnya perbandingan gaya pada angkong sekarang dengan angkong rancangan dapat dilihat pada Tabel 35.

Tabel 35. Perbandingan Gaya Angkong Jenis Angkong

Kondisi diam Kondisi diangkat Gaya Roda (N) Gaya penyangga (N) Gaya roda (N) Gaya Angkat (N) Angkong sekarang 739.309 1207.341 976.540 225.189 Angkong rancangan 834.883 193.791 834.883 110.772

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa gaya yang dihasilkan pada saat mengangkat angkong rancangan lebih kecil dibandingkan dengan gaya saat mengangkat angkong sekarang. Hal ini disebabkan adanya perubahan dimensi pada angkong rancangan. Sedangkan pada roda, gaya yang dihasilkan saat diangkat bernilai lebih besar karena beban bertumpu pada roda saat diangkat dengan angkong rancangan.

Pengembangan ide rancangan

Dalam melakukan proses redesain diperlukan ide rancangan baru untuk mengatasi masalah dari rancangan sebelumnya. Berikut perubahan desain yang dilakukan pada rancangan angkong yang baru.

1. Perubahan tinggi handle

Perubahan ketinggian handle ini untuk meminimisasi aktivitas saat pemanen akan mengangkat angkong dimana postur tubuh pemanen saat itu dalam keadaan membungkuk. Postur tersebut telah di analisis dengan metode SAG dan RULA bahwa postur tersebut beresiko membahayakan bagi pemanen. Dengan mengubah ketinggian handle angkong sesuai

56

dengan data antropometri pemanen, saat mengangkat dan mengangkut pemanen dapat bekerja dengan nyaman karena postur tubuh dalam kondisi yang tidak bahaya. Ketinggian handle pada angkong yang ada yaitu 58 cm, sedangkan ketinggian handle angkong rancangan yaitu 71 cm dengan persentil ke-50.

2. Perubahan bentuk penyangga

Perubahan penyangga yang ada dengan bentuk yang baru untuk menggubah ketinggian handle yang baru. Penyangga yang dibuat memiliki sifat yang fleksibel agar saat mengangkut penyangga tidak bersentuhan dengan lahan.

Bentuk penyangga yang baru memiliki 2 buah kaki penyangga, kaki pertama merupakan penyangga yang menyangga angkong dengan ketinggian handle awal dan kaki penyangga kedua merupakan penyangga yang menyangga angkong sehingga ketinggian handle sesuai dengan analisis.

Mekanisme dari desain penyangga yang baru yaitu memiliki penyangga yang fleksibel dimana penyangga kedua dapat diangkat dengan bantuan tarikan dari kabel yang disalurkan ke tangan. Mekanisme illustrasi dapat dilihat pada lampiran.

3. Perubahan desain handle

Perubahan handle dilakukan untuk meminimisasi resiko saat pemanen akan mengangkut dalam kondisi lahan menanjak dan unloading.

Handle dimodifikasi agar fleksibel dapat diatur bentuknya. kondisi ini hanya digunakan untuk aktivitas tersebut karena handle yang dapat diperpendek mengakibatkan energi yang diperlukan untuk mengangkut lebih besar. Mekanisme dapat dilihat pada lampiran.

4. Penambahan karet pada handle

Penambahan karet pada handle bertujuan agar tangan pemanen tidak mengalami sakit setelah menggunakan angkong. Hal ini dikarenakan angkong yang ada tidak memiliki bantalan pada handle dan masih banyak pemanen yang mengacuhkan aturan yang diberikan mengenai K3 (Kesehatan, keselamatan, kenyamanan kerja) di lapangan yaitu penggunaan sarung tangan.

Analisis Kesesuaian Desain (RULA Analisys)

Posisi Mengangkut

Posisi pemanen saat mengangkut tandan menggunakan angkong dapat dilihat dalam Gambar 47. Posisi tersebut merupakan posisi optimal dalam kegiatan mendorong. Pemanen dalam posisi tegak memegang handle angkong. Hasil RULA analysis menggunakan CATIA dalam posisi mengangkut menunjukkan final score 2 (dua) untuk sisi kanan dan kiri (Gambar 48.). Simulasi sudut pergerakan segmen tubuh saat mengangkut disajikan pada Gambar 49. Dari hasil analisis menunjukkan posisi kerja pemanen pada kegiatan mengangkut dengan desain handle rancangan dalam keadaan acceptable. Namun pada kedua sisi bagian forearm dan wrist mendapatkan nilai 2 ditunjukkan dengan warna kuning.

57

Gambar 47. Posisi pemanen saat mengangkut

58

Gambar 49. Sudut pergerakan operator saat simulasi pengangkutan

Gambar 49. Menunjukkan hasil dari simulasi antropometri pemanen dengan alat (desain rancangan) dengan bantuan software CATIA modul RULA Analysis. Dari gambar tersebut dapat dilihat segmen tubuh lengan atas dan lengan bawah bernilai nol (dalam °) dikarenakan posisi lengan atas dan bawah yang sejajar dengan tubuh pada saat mengangkut yang merupakan kondisi optimal saat mengangkut. Pada pergelangan tangan bernilai -14.38°, nilai tersebut termasuk skor 2 yang masih aman dalam aktivitas. Punggung bernilai nol (dalam °) dikarenakan posisi tubuh yang tegap saat mengangkut yang aman. Maka pada simulasi pada saat mengangkut mendapatkan final score 2 yaitu kondisi antara manusia dan alat yang sesuai dan desain rancangan dapat dikatakan acceptable. Posisi Siap Unloading

Posisi pemanen saat siap unloading tandan menggunakan angkong dapat dilihat dalam Gambar 50. Hasil RULA analysis menggunakan CATIA dalam posisi siap unloading menunjukkan final score 2 (dua) untuk sisi kanan dan kiri (Gambar 51.). Simulasi sudut pergerakan segmen tubuh saat siap unloading

disajikan pada Gambar 52. Dari hasil analisis menunjukkan posisi kerja pemanen pada kegiatan siap unloading dengan desain handle rancangan dalam keadaan

acceptable. Namun, pada kedua sisi bagian forearm dan wrist mendapatkan nilai 2 ditunjukkan dengan warna kuning.

0 0 -20 0 0 60 0 10 20 100 -15 20 45 -80 -14.38 -14.38 15 60 90 >100 >15 >90 100 -50 0 50 100 150 200 250

Sisi kiri Sisi

kanan

Standar Sisi kiri Sisi

kanan

Standar Sisi kiri Sisi

kanan

Standar Hasil Standar

Dokumen terkait