• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis – Jenis Ikan yang Diperoleh Pada Setiap Stasiun

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada perairan Hulu Sungai Bah Bolon Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai didapatkan 8 jenis ikan yang termasuk kedalam 3 ordo, 3 famili, 8 genus seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis-jenis Ikan yang Diperoleh Pada Setiap Stasiun

ORDO FAMILY GENUS SPESIES

Cypriniformes Cyprinidae Hampala Hampala macrolepidota Mystacoleus Mystacoleus marginatus

Synbranchiformes Mastacemblidae Mastacembelus Mastacembelus notopthalmus

Karakteristik morfologi dari masing-masing ikan yang diperoleh di tiga stasiun penelitian dapat dilihat sebagai berikut :

Hampala macrolepidota (Ikan Sibarau)

Ikan sibarau mempunyai morfologi tubuh berbentuk memanjang dan pipih (compressed). Panjang total 3,9-12,3 cm; panjang standar 3,1-9,6 cm; panjang kepala 0,4-2,3 cm; tinggi badan 1,2-3,2 cm; panjang ekor 0,9-3,6 cm. Bentuk ekor homocercal, tipe sisik sikloid, tipe mulut terminal. Ikan ini memiliki tubuh berwarna kuning perak, pada bagian ekor berwana merah dan pada bagian pinggiran berwarna hitam, pada ikan ini terdapat bercak hitam antara dorsal dan ventral. Jenis ikan H. macrolepidota dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Hampala macrolepidota Mystacoleus marginatus (Ikan Cencen)

Ikan cencen mempunyai morfologi tubuh berbentuk memanjang dan pipih (compressed). Panjang total 3,2-7,3 cm; panjang standar 2,8-6,5 cm; panjang kepala 0,5-1,7 cm; tinggi badan 1,2-2,3 cm; panjang ekor 0,9-2,9 cm. Bibir bagian atas terpisah dari moncongnya oleh suatu lekukan yang jelas, pangkal bibir tertutup oleh lipatan kulit moncong, memiliki empat sungut. Perut pipih dan bergeligir tajam, berawal dari pangkal sirip dubur hingga sirip dada, tipe ekor homocercal, sirip punggung memanjang dan sirip ekor membulat di ujungnya, tubuh berwarna hitam kecokelatan. Jenis ikan M. marginatus dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Mystacoleus marginatus

Puntius dorsalis (Ikan Paitan)

Ikan paitan mempunyai morfologi tubuh berbentuk memanjang dan pipih (compressed). Panjang total 4,6-9,8 cm; panjang standar 3,8-8,7 cm; panjang kepala 0,4-2,1 cm; tinggi badan 1,6-3,2 cm; panjang ekor 1,3-2,1 cm. jari-jari terakhir sirip punggung tidak bergerigi, gurat sisi sempurna, sisik sikloid, bentuk ekor homocercal, warna pada bagian dorsal perpaduan hijau, hitam gelapsedangkan pada ventral berwarna silver cerah serta warna sirip dorsal dan caudal perpaduan warna silver dan merah. Jenis ikan P. dorsalis dapat dilihat pada gambar 9.

Puntius lateristriga (Ikan Wader Belang)

Ikan wader belang mempunyai morfologi tubuh berbentuk memanjang dan agak pipih (compressed). Panjang total 4,2-10,6 cm; panjang standar 3,1- 8,2 cm;

panjang kepala 0,5-1,6 cm; tinggi badan 1,5-3,2 cm; panjang ekor 0,7-2,3 cm.

warna pada dorsal cenderung silver kecoklatan dan dorsal silver cerah, terdapat bercak atau belang secara vertikal dari dorsal menuju ventral, bentuk ekor homocercal dan tipe sisik sikloid. Jenis ikan P. lateristriga dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 9. Puntius dorsalis

Gambar 6. Puntius lateristriga Tor tambroides (Ikan Jurung)

Ikan jurung mempunyai morfologi tubuh berbentuk memanjang dan pipih (compressed). Panjang total 3,7-14,2 cm; panjang standar 3,1-12,1 cm; panjang kepala 0,4-2,4 cm; tinggi badan 1,4-3,8 cm; panjang ekor 1-2,7 cm. Gurat sisi sempurna, sisik sikloid, bentuk ekor homocercal, warna pada bagian dorsal perpaduan warna silver gelap sedangkan pada ventral warna silver cerah, terdapat cuping dipertengahan bibir bawah yang mencapai ujung mulut. Jenis ikan T.

tambroides dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10. Tor tambroides

Mystus nemurus (Ikan Baung)

Ikan baung mempunyai morfologi tubuh berbentuk memanjang dan tidak memiliki sisik. Panjang total 5,3-9,7 cm; panjang standar 4,4-8,2 cm; panjang kepala 0,9-1,8 cm; tinggi badan 1,2-2 cm; panjang ekor 1-1,5 cm. Memiliki sirip dada dan sirip lemak yang besar, mulut melengkung, sungut-sungut rahang sangat panjang, duri sungut dada sangat kuat dan bergerigi. Jenis ikan M. nemurus dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Mystus nemurus Leochasis micropogon (Ikan Baung Pisang)

Ikan baung mempunyai morfologi tubuh berbentuk memanjang dan tidak memiliki sisik. Panjang total 5,8-10,1 cm; panjang standar 5,1-8,2 cm; panjang kepala 0,9-2,1 cm; tinggi badan 1,1-2,5 cm; panjang ekor 0,9-2,1 cm. Memiliki sirip dada dan sirip lemak yang besar, mulut melengkung, sungut-sungut rahang sangat panjang, duri sungut dada sangat kuat dan bergerigi, pola membentuk bercak perpaduan warna kuning dan hitam. Jenis ikan L. micropogon dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 12. Leochasis micropogon Mastacembelus notopthalmus (Ikan Silih)

Ikan silih mempunyai morfologi badannya sangat panjang dengan ekor pipih datar dan barisan duri kecil sepanjang punggung di depan jari-jari sirip punggung, tidak memiliki sirip perut, moncongnya memanjang membentuk hidung mancung dan lubang hidungnya terletak disamping, sisik relatif besar dan dapat dilihat dengan jelas dengan mata telanjang ketika sisiknya kering. Panjang total 22,5-43,8 cm; panjang standar 21,6-42,5 cm; panjang kepala 1,2-3,5 cm;

tinggi badan 2,1-5,9 cm; panjang ekor 0,9-1,3cm. Jenis ikan M. notopthalmus dapat dilihat pada gambar 13.

Gambar 13. Mastacembelus notopthalmus

Kepadatan Relatif (%) dan Frekuensi Kehadiran (%) ikan di Hulu Sungai Bah Bolon

Berdasarkan analisis data yang digunakan diperoleh nilai Kepadatan Relatif (KR) dan Frekuensi Kehadiran (FK) ikan pada setiap stasiun pengamatan dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Data Kepadatan Relatif (%) dan Frekuensi Kehadiran (%) ikan pada setiap stasiun pengamatan di Hulu Sungai Bah Bolon

No Spesies Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominasi Ikan

Nilai indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E), dan indeks dominansi ikan dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominasi Ikan di Hulu

Hasil pengukuran faktor fisika dan kimia perairan hulu Sungai Bah Bolon dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Data pengukuran Parameter Fisika dan Kimia Perairan di Hulu Sungai Bah Bolon pada setiap stasiun

Parameter Satuan Stasiun

Analisis Korelasi Pearson antara Keanekaragaman Ikan dan Faktor Fisika dan Kimia Perairan

Analisis korelasi Pearson diperoleh dengan menganalisis hubungan keanekaragaman dan faktor fisika dan kimia perairan hulu Sungai Bah Bolon dengan menggunakan metode pearson. Nilai indeks korelasi (r) dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Nilai Korelasi Pearson antara Keanekaragaman dengan Faktor Fisika dan Kimia Perairan Hulu Sungai Bah Bolon.

Parameter Nilai Korelasi

Kepadatan Relatif dan Frekuensi Kehadiran Ikan

Spesies ikan yang ditemukan pada perairan hulu Sungai Bah Bolon di peroleh 8 jenis spesies dari 3 famili berbeda yakni family Cyprinidae terdiri dari 5

jenis meliputi Puntius lateristriga, Hampala macrolepidota, Mystacoleus marginatus, Puntius dorsalis, Tor tambroides. Family Bagridae terdiri dari 2 jenis meliputi Mystus nemurus, Leochasis micropogon dan family Mastacemblidae meliputi 1 jenis yaitu Mastacembelus notopthalmus. Spesies ikan pada perairan hulu sungai dapat dijumpai dengan jumlah yang berbeda. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muhtadi et al, (2017) di DAS Wampu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara, yaitu spesies yang ditangkap sebanyak 15 jenis ikan yang termasuk kedalam Famili Cyprinidae, Bagridae, Channidae, Siluridae, Mastacembelidae, Claridae, Rhyachichthyidae, Palaemonidae, Syngnathidae, Gecarcinucidae. Fakta ini memberikan gambaran karakteristik serta topografi yang diduga memiliki ciri yang sama pada sungai Bah Bolon dengan sungai DAS Wampu.

Penelitian ini merupakan studi pertama yang menggambarkan variasi kumpulan ikan di Hulu Sungai Bah Bolon Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai. Hasil kajian ini memberikan pemahaman mengenai variasi kumpulan ikan yang bermanfaat untuk konservasi ikan-ikan di sungai. Beberapa jenis ikan telah mampu beradaptasi untuk menetap pada perairan di dataran tinggi yang dicirikan arus yang deras dengan cara memiliki modifikasi bentuk tubuh dan kepala, sirip yang berbentuk bantalan pengisap, bibir ikan yang khas yang memampukan mereka dalam mencari makan, dan pola pewarnaan yang unik Simanjuntak, (2012). Diperoleh nilai kepadatan relatif tertinggi pada spesies Tor tambroides sebesar 51.89% sedangkan terendah pada spesies Puntius dorsalis sebesar 1.90%. Ikan Tor tambroides yang ditemukan pada hulu sungai Bah Bolon merupakan salah satu contoh ikan yang dapat beradaptasi dengan baik hal ini

terlihat dalam jumlah spesies yang tertangkap pada saat melakukan penelitian. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Haryono dan Subagja (2008), habitat Ikan Tor spp. ukuran kecil sampai sedang berada perairan dengan karakteristik arus air sedang sampai deras, sebab pada sungai Bah Bolon memiliki karakteristik tersebut.

Gambar 21. Kepadatan Relatif

Tabel 4 menunjukan bahwa Frekuensi Kehadiran paling tinggi didominasi pada spesies Hampala macrolepidota, Mystacoleus marginastus, dan Tor tambroides yaitu 100%. Frekuensi kehadiran didapat dengan melihat kehadiran ikan tersebut pada saat penelitian pertama sampai ketiga apakah ikan tersebut ditemukan atau tidak. Pada saat penelitian spesies ikan tersebut ditemukan semua sehingga nilai dari frekuensi kehadiran tersebut bernilai 100%. Menurut Haryono (2006) ketiga ikan tersebut umumnya ditemukan di hulu sungai dengan dasar perairan bebatuan, berarus deras dan airnya jernih. Jenis ikan ini merupakan perenang aktif yang menyukai bagian sungai yang berarus. Akan tetapi menurut Rumapea (2016) Hampala paling menyukai lokasi di lubuk sungai yang beraliran tenang dan dalam. Biasanya lokasi demikian banyak dihuni oleh ikan-ikan kecil

sehingga memudahkan Hampala mencari makan. ikan ini lebih memilih dekat di daerah yang berpasir, bebatuan sebagai bendungan dan kerikil hal ini berkaitan juga karakter ikan dalam mencari makan. Hal ini sejalan dengan ditemukan dilapangan bahwasanya selain karakteristik berarus deras akan tetapi masih banyak terdapat lubuk sungai di sepanjang sungai Bah Bolon tersebut.

Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominasi Ikan

Dari hasil penelitian diketahui nilai indeks keanekaragaman (H’) ikan di Stasiun I, II dan III yaitu 1.26, 1.45 dan 1.47. Nilai indeks keanekaragaman di ketiga stasiun ini masih tergolong sedang (Gambar. 22) yang menunjukkan bahwa kondisi lingkungan perairan di sungai Bah Bolon cukup baik bagi kehidupan ikan.

Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan perairan yang memiliki kisaran nilai yang tidak terlalu jauh berbeda antar stasiun.

Gambar 22. Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominasi Ikan

Indeks keanekaragaman di setiap stasiun termasuk dalam kategori sedang yang diduga di sebabkan faktor kondisi lingkungan yang baik untuk keberadaan ikan yaitu diantaranya suhu dan DO yang tidak memperlihatkan kisaran yang sangat bervariasi antar stasiun dan tergolong baik. Suhu dan DO merupakan salah

1.26

satu faktor pembatas dalam penyebaran ikan−ikan didaerah perairan sungai Bah Bolon. Hal ini sesuai dengan pernyataan Odum (1993) menyebutkan bahwa tingginya keanekaragaman di suatu habitat adalah suatu petunjuk tentang beragam jenis dalam suatu komunitas dapat tumbuh berkembang bersama tanpa adanya kondisi yang saling menghambat. Simanjuntak (2012) juga menyatakan bahwa suhu dan oksigen terlarut juga merupakan dua faktor lainnya yang ikut mengambil andil dalam memengaruhi distribusi dan komposisi kumpulan ikan. Kedua parameter ini juga menjadi faktor yang memengaruhi komunitas ikan di sungai tropis.

Nilai indeks keseragaman (E) pada setiap stasiun yang ditunjukan pada Tabel 5 berkisar antara 0,61-0,71. Nilai ini adalah tergolong baik dimana nilainya berada diantara 0-1 yang menyatakan bahwa ikan tersebar merata. Indeks keseragaman (E) digunakan untuk mengetahui kemerataan proporsi masing-masing jenis ikan di suatu ekosistem. Hal ini sesuai dengan dengan pendapat Jukri et al (2013) yang menyatakan nilai indeks keseragaman berkisar antara 0-1.

Kriteria nilai indeks keseragamannya yaitu jika E mendekati 0 maka kemerataan antara spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-masing spesies sangat jauh berbeda dan jika E mendekati 1 maka kemerataan antara spesies relatif merata atau jumlah individu masing-masing spesies relatif sama.

Nilai indeks dominasi (C) pada setiap stasiun yang ditunjukan pada tabel 5 berkisar antara 0,32-0,37. Nilai ini adalah tergolong rendah karena nilainya berada diantara 0-1. Hal ini membuktikan bahwa ikan-ikan pada setiap stasiun tidak ada yang mendominasi dan masih dalam keadaan yang stabil. Hal ini sesuai dengan literartur Fachrul (2007) yang menyatakan bahwa dominasi dikatakan rendah

apabila tidak terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya atau dengan kata lain struktur komunitasnya dalam kedaan stabil. Odum (1971) juga menyatakan bahwa apabila nilai C mendekati 0 maka dominasi rendah (tidak ada satu spesies yang mendominasi) sebaliknya jika nilai C mendekati 1 maka dominasi tinggi (ada satu spesies yang mendominasi).

Menurut Michael (1994) bahwa, distribusi atau penyebaran ikan dapat dilihat dari 3 sudut, yaitu geologis, geografis dan ekologis. Distribusi geologis adalah penyebaran suatu spesies yang berhubungan dengan waktu atau jaman periode umur bumi ketika spesies itu terdapat. Distribusi geografis adalah penyebaran suatu jenis ikan berdasarkan tempat ditemukan. Sedangkan distribusi ekologis adalah penyebaran suatu jenis ikan yang erat kaitannya dengan faktor lingkungan. Distribusi atau penyebaran ikan di sungai Bah Bolon cenderung pada kategori distribusi ekologis.

Parameter Fisika dan Kimia Perairan

Suhu perairan pada ketiga stasiun berkisar antara 24 - 27 dengan suhu terendah terdapat pada stasiun 1. Suhu tertinggi terdapat pada stasiun 3. Suhu ini masih dapat dikatakan baik karena tidak melebihi batas suhu terendah maupun suhu tertinggi yang optimal bagi pertumbuhan ikan. Pengamatan secara visual pada stasiun 1 lebih banyak di tumbuhi pepohonan dan diapit tebing-tebing di sekitar sekeliling sungai sedangkan pada stasiun 2 dan 3 pepohonan hanya tampak sedikit di sekitar sungai. Akan tetapi suhu tersebut sesuai untuk mendukung kehidupan Ikan. Hal ini sesuai dengan Haryono (2006) kisaran suhu perairan yang baik bagi kehidupan ikan < 30oC.

Suhu sangat mempengaruhi keberadaan ikan. Apabila suhu terlalu tinggi maka akan menimbulkan kondisi stress pada tubuh ikan yang dapat menyebabkan kematian pada ikan dan penurunan populasi atau jumlah individu ikan pada suatu kawasan. Barus (2004) juga menyatakan bahwa laju metabolisme ikan dan hewan air lainnya secara langsung meningkat dengan naiknya suhu. Suhu yang dingin akan menyebabkan laju pertumbuhan ikan akan meningkat sebaliknya juga demikian bila suhu tinggi akan menggangu proses metabolisme pada ikan.

Nilai kecerahan air pada ketiga stasiun berkisar antara 0,63-0,90 m.

Kecerahan tertinggi terdapat pada stasiun 3 yaitu 0,90 m sedangkan kecerahan terendah terdapat pada stasiun 1 yaitu 0,63 m. Kecerahan pada perairan ini sama dengan kedalaman air tersebut. Hal itu menunjukkan air tersebut sangat jernih dimana cahaya dapat menembus sampai dasar perairan tersebut. Kecerahan tersebut sesuai untuk menunjang kehidupan Ikan. yang menyukai air yang jernih.

Hal ini sesuai dengan Haryono dan Subagja (2008), yang menyatakan bahwa habitat Ikan mulai ukuran kecil sampai sedang/remaja berada di perairan dengan kondisi air yang jernih. Pada kondisi tersebut akan memudahkan pergerakan ikan dalam mencari makan (Nugroho, 2006).

Kecepatan arus pada lokasi penelitian berkisar antara 1,2-1,53 m/s. Nilai kecepatan arus yang terendah terdapat pada stasiun 2 dan 3 sedangkan nilai kecepatan arus tertinggi terdapat pada stasiun 1. Kecepatan air tersebut tergolong sangat cepat dimana kecepatan air melebihi 1 m/detik (Sugiarto, 1998). Kecepatan arus dipengaruhi oleh jenis kemiringan topografi perairan, jenis batuan besar, debit air dan curah hujan. Menurut Suin (2002), kecepatan arus air dari suatu badan air ikut menentukan penyebaran organsime yang hidup di badan air

tersebut. Keanekaragaman dan kelimpahan ikan juga ditentukan oleh karakteristik habitat perairan yang sangat dipengaruhi oleh kecepatan aliran sungai. Kecepatan aliran tersebut ditentukan oleh perbedaan kemiringan sungai, keberadaan hutan atau tumbuhan di sepanjang daerah aliran sungai yang akan berasosiasi dengan keberadaan hewan-hewan penghuninya Jukri et al. (2013).

Ikan sungai memiliki karakteristik yang beragam, jenis ikan di sungai hulu sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus, morfologi sungai, serta temperatur. Lebih dari itu, kemampuan ikan untuk berenang di arus yang sangat deras akan menentukan spesies ikan yang mampu bertahan dan akan mendominasi sungai tersebut. Menurut Haryono dan Subagja (2008), habitat Ikan ukuran kecil sampai sedang berada perairan dengan karakteristik arus air sedang sampai deras.

Kecepatan arus tersebut sesuai untuk menunjang kehidupan Ikan yang cenderung menyukai perairan deras (Haryono, 2006).

Berdasarkan hasil pengukuran pH yang telah dilakukan di setiap lokasi penelitian diperoleh nilai pH dengan kisaran 6,86-8,40. Nilai pH tertinggi terdapat pada lokasi II sebesar 8,40 dan terendah pada lokasi I sebesar 6,86. Nilai pH tersebut dapat dikategorikan baik bagi kehidupan Ikan. Menurut Effendi (2003) yang menyatakan bahwa kehidupan dalam air masih dapat bertahan bila perairan mempunyai kisaran pH 5-9. Selanjutnya Kordi dan Ghufran (2004) menyatakan titik kematian ikan biasa terjadi pada pH 4 (asam) dan pH 11 (basa). Hal ini menunjukkan bahwa pH di perairan Hulu Sungai Bah Bolon mendukung untuk kehidupan Ikan.

Nilai oksigen terlarut (DO) pada setiap stasiun berkisar antara 6,85-7,77 mg/l. Nilai oksigen terlarut yang tertinggi terdapat pada stasiun 1 dengan nilai

7,77 dan yang terendah pada stasiun 3 dengan nilai 6,85. Oksigen terlarut tersebut berasal dari aktivitas fotosintesis dan juga arus air yang tinggi sehingga kandungan oksigen dalam air tersebut tergolong tinggi. Menurut Effendie (1997), nilai DO yang baik untuk pertumbuhan ikan adalah diatas 5 mg/l. Berdasarkan Siagian (2009) kandungan oksigen sangat berperan didalam menentukan kelangsungan hidup bagi organisme perairan. Oksigen dalam hal ini diperlukan organisme akuatik untuk mengoksidasi nutrient yang masuk kedalam tubuhnya.

Korelasi Pearson antara Indeks Keanekaragaman Jenis Ikan dan Parameter Fisika Kimia Perairan

Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa hasil uji analisis regresi antara beberapa faktor fisika dan kimia perairan berbeda tingkat korelasi dan arahnya dengan indeks keanekaragaman. Nilai (+) menunjukan hubungan yang searah antara nilai faktor fisika, kimia dan biologi maka nilai indeks keanekaragaman akan semakin besar pula. Sedangkan nilai negatif (-) menunjukan hubungan yang berbanding terbalik antara nilai faktor fisika, kimia dan biologi perairan.

Dari hasil uji korelasi antara faktor fisika dan kimia perairan dengan keanekaragaman ikan dapat dilihat bahwa suhu, kedalaman, kecerahan, dan pH berkorelasi positif terhadap keanekaragaman ikan, sedangkan arus dan DO berkorelasi negatif terhadap keanekaragaman ikan. Selanjutnya hasil korelasi diperoleh bahwa suhu dan kedalaman berkorelasi positif sangat kuat terhadap keanekaragaman ikan, arus dan DO berkorelasi negatif sangat kuat terhadap keanekaragaman ikan, sedangkan kecerahan dan pH berkorelasi positif cukup kuat terhadap indeks keanekaragaman ikan.

Nilai suhu, kecerahan, arus dan DO berpengaruh sangat erat terhadap keanekaragaman ikan karena :

a. Suhu sangat mempengaruhi keberadaan ikan, apabila nilai suhu terlalu tinggi maka akan menimbulkan kondisi stress pada tubuh ikan yang dapat menyebabkan kematian. Dalam hal ini, suhu berkorelasi positif sangat kuat sehingga apabila suhu semakin tinggi maka keanekaragaman ikan akan semakin rendah dan sebaliknya.

b. Kedalaman dan kecerahan juga berperan dalam menentukan keberadaan ikan. Apabila kecerahan cukup tinggi hingga mencapai dasar perairan maka ketersediaan oksigen hingga dasar perairan cukup baik. Sehingga ikan dapat berada pada bagian permukaan maupun dasar perairan dan menyebabkan berbagai jenis ikan dapat hidup di setiap bagian perairan.

c. Arus berkorelasi negatif sangat kuat terhadap distribusi ikan. Arus sebagai faktor pembatas mempunyai peranan sangat penting dalam perairan karena arus berpengaruh terhadap distribusi organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat dalam air.

d. DO berperan dalam menentukan keberadaan ikan. Toleransi terhadap tingginya kelarutan oksigen dalam air berpengaruh besar dalam aktifitas fisiologis ikan. Apabila kelarutan oksigen tinggi maka pertumbuhan ikan akan semakin maksimal.

Dokumen terkait