• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1 Analisis Aspek Kelayakan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit Petani Anggota Koperasi

Penelitian ini akan membahas aspek kelayakan usaha dari sisi Finansial dan Non Finansial. Analisis Finansial bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha melalui kriteria-kriteria aspek finansial. Analisis non finansial akan dikaji untuk mengetahui kelayakan usaha ini terhadap aspek-aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek lingkungan.

6.1.1 Aspek Pasar

Pasar merupakan aspek yang sangat penting karena menyangkut eksistensi bisnis pada masa yang akan datang. Salah satu cara menganalisis aspek pasar adalah dengan mengetahui bagaimana kondisi permintaan dan penawaran yang terjadi.

Pada perkebunan petani yang melalui koperasi, terjalin kemitraan dengan perusahaan. Pada perjanjian tersebut disebutkan bahwa petani anggota koperasi diharuskan menjual seluruh hasil kebunnya kepada pihak inti melalui koperasi. Koperasi sendiri berhak menerima fee sebesar 2% dari seluruh total keuntungan sebagai balas jasa yang nantinya akan dipergunakan juga untuk kepentingan petani yang merupakan anggota koperasi. Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh manajer KUD Berkat Anugerah Jaya, harga yang diterima oleh petani anggota koperasi ditentukan oleh pihak perusahaan inti. Artinya, hargayang ditentukan mengacu pada harga yang telah ditetapkan oleh Kantor Pemasaran Sawit Bersama Sumatera Utara . Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, harga beli bagi petani anggota koperasi juga lebih tinggi 50% dibandingkan petani rakyat non- anggota koperasi, sehingga jauh lebih menguntungkan. Saluran pemasaran seluruh petani anggota koperasi dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 2. Saluran Pemasaran TBS Kelapa Sawit Petani Anggota koperasi

Perkebunan PIRLOK Sei Lepan melalui KUD Berkat Anugerah Jaya

Pabrik Pengolahan PT Anugerah Langkat Makmur

51

Selain melalui kondisi permintaan dan penawaran, aspek pasar dapat pula dilihat dari bauran pemasaran. Bauran pemasaran sendiri terdiri dari produk, tempat, promosi, serta harga. Pada usaha perkebunan kelapa sawit plasma dapat dilihat produk yang di usahakan berupa tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Lokasi perkebunan kelapa sawit anggota koperasi tersebut memanfaatkan lokasi program PIR TRANS 1982 di kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat yang pada saat itu tidak termanfaatkan. Dalam memasarkan produknya, petani anggota koperasi tidak melakukan promosi. Hal tersebut dikarenakan telah ada perjanjian bahwa seluruh hasil kebun kelapa sawit anggota koperasi harus dijual kepada perusahaan inti yakni pabrik pengolahan kelapa sawit milik PT Anugerah Langkat Makmur. Mengenai harga yang diterima, penentuan harga di pihak perusahaan haruslah berdasarkan acuan harga kantor pemasaran bersama Sumatera Utara. Pada umumnya, harga yang diterima oleh petani anggota koperasi mengikuti harga pasar nasional yang berlaku dan pada umumnya 50 % lebih tinggi daripada petani mandiri.

6.1.2 Aspek Teknis

1. Lokasi Perkebunan

Perkebunan anggota koperasi terletak dikelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Lokasi tersebut awalnya merupakan areal proyek transmigrasi lokal pada tahun 1982. Letak areal tersebut kurang lebih 100 Km dari Kota Medan. Awalnya lahan tersebut merupakan areal proyek Pirlok Sei Lepan tahun 1982, namun karena kondisi tanah yang tidak sesuai dengan tanaman palawija sedangkan pada saat tersebut mata pencaharian anggota pirlok masih tidak menentu sehingga lahan tersebut terlantar dan sebagian warga meninggalkan daerah tersebut. Akhirnya, dilakukanlah kerja sama inti-anggota koperasi antara anggota pirlok yang bersedia dengan PT Anugerah Langkat Makmur untuk memanfaatkan lahan tersebut menjadi perkebunan kelapa sawit dimana setiap anggota berhak atas 2 ha lahan perkebunan kelapa sawit dimana usaha perkebunan mereka dinaungi oleh koperasi yakni KUD Berkat Anugerah Jaya.

52

2. Luasan Produksi

Total luas perkebunan kelapa sawit anggota koperasi adalah seluas 486 Ha dengan kepemilikan masing-masing anggota adalah 2 ha. Status lahan adalah milik petani yang sudah bersertifikat.

3. Fasilitas Produksi dan Fasilitas Pendukung Produksi

Fasilitas produksi kebun kelapa sawit mulai dari kampak,gancu, dodos, hegrek, dan saprotan disediakan oleh pihak KUD Berkat Anugerah Jaya. Namun, ada juga fasilitas produksi yang dapat dipinjam secara gratis oleh pihak petani anggota koperasi ke perusahaan dikarenakan harganya yang mahal dan jarang digunakan, yaitu fullspog (alat untuk fogging).

Untuk kelancaran proses produksi, di bangun pula sarana pendukung produksi secara kolektif bagi petani anggota koperasi. Sarana yang telah di investasikan sejak awal antara lain : jalan utama dan produksi, pembuatan drainase, pembuatan gorong- gorong, serta pemasangan titi (jembatan) kayu.

4. Ketersediaan Bahan Baku

Sesuai dengan perjanjian dalam kemitraan yang telah disepakati, seluruh bahan baku seperti bibit, pupuk, dan obat-obatan di sediakan oleh pihak KUD Berkat Anugerah Jaya.

5. Proses Produksi

Pelaksanaan proses produksi perkebunan kelapa sawit petani melalui KUD Berkat Anugerah Jaya dijalankan dengan sistem manajemen satu atap. Menurut Permentan No.33/Permentan/OT.140/7/2006 disebutkan bahwa pola manajemen satu atap adalah pengelolaan kebun anggota koperasi yang dilakukan perusahaan inti mulai dari proses penanaman, pemeliharaan, hingga pemanenan sehingga petani hanya menerima hasil pendapatan bersih dari perusahaan. Dalam kemitraan ini, petani anggota koperasi berhak menerima laporan keuangan dan hasil dari kebunnya yang akan di salurkan melalui koperasi. Berikut hasil wawancara peneliti dengan asisten lapang dan manajer koperasi mengenai budidaya perkebunan kelapa sawit anggota koperasi :

53

Bibit yang digunakan adalah bibit merk marihat. Bibit tersebut akan ditanam ke polybag pre nursery dan dipelihara selama 3 bulan. Penanaman bibit ke dalam polybag pre nursery dilakukan secara borongan dengan upah 300 polybag/HK. Selanjutnya pada umur 3 bulan, bibit tersebut akan dipindahkan ke polybag yang lebih besar yakni polybag main nursery. Pemindahan bibit tersebut juga dilakukan secara borongan dengan upah 110 polybag/HK. Bibit tersebut akan dirawat selama 9 bulan di polybag main nursery hingga berumur 12 bulan atau 1 tahun.

5.2. Pemancangan dan membuat lubang tanam

Pemancangan dilakukan secara borongan oleh buruh harian lepas dengan jarak tanam segitiga sama sisi yakni 9,40x9,40 sehingga antar barisan yang satu dengan yang lain akan berjarak 8,14. Tinggi tiang pancang minum 1 meter diatas tanah dengan menggunakan bambu. Lalu di bawah setiap tiang pancang digal lubang tanam dengan ukuran 60x60x60. Pada saat menggali pisahkan top soil dan sub soil di kanan dan kiri lubang.

5.3. Penanaman

Sayat polibag dari arah bawah ke atas lalu pindahkan bibit ke lubang. Lubang yang telah diisi bibit ditutup dengan anah top soil terlebih dahulu lalu lanjutkan dengan tanah sub soil dan dipadatkan bagian atasnya. Bagian tepi tanaman lalu dibersihkan dari gulma hingga membentuk piringan dengan ukuran jari-jari kurang lebih 50cm. Di sekitar piringan ditanam kacangan agar tidak tumbuh gulma yang mengganggu.

5.4. Penanaman kacangan

Disekitar piringan, ditanaman kacangan agar tidak tumbuh gulma yang mengganggu. Kacangan merupakan tanaman penutup tanah (land cover crop) yang berguna untuk mencegah pertumbuhan gulma yang dapat mengganggu tanaman kelapa sawit. Tanaman kacangan yang digunakan adalah jenis Pueraria Javanica. 5.5. Membuat peta tanam

Peta tanam adalah peta yang dibuat untuk mengetahui posisi tanaman serta titik tanam yang tidak dapat ditanami akibat tergenang atau kontor lahan yang tidak

54

memungkinkan. Pembuatan peta tanam akan di arahkan oleh mandor yang bertanggung jawab pada saat penanaman bibit kelapa sawit.

5.6. Penyulaman

Penyulaman dilakukan jika ada tanaman yang kondisinya tidak baik. Tanaman yang tidak baik tersebut akan diganti dengan tanaman baru dengan umur dan jenis yang sama. Hal tersebut bertujuan agar kerapatan dan keseragaman tanaman tetap terjaga.

5.7. Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual dengan alat-alat seperti cangkul dan gancu. Biaya penyiangan adalah sebesar 1 HK untuk 2 Ha dimana satu HK adalah sebesar Rp 22.000,00.

5.8. Penunasan dan Kastrasi

Penunasan dilakukan setiap 2 minggu sekali, biasanya dilakukan pada saat memanen. Sedangkan kastrasi dilakukan satu bulan sekali dari umur tanaman 1 tahun hingga 33 bulan.

5.9. Pemupukan

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari asisten lapang perusahaan inti, pupuk yang digunakan pada perkebunan sawit anggota koperasi ini terdiri atas pupuk urea, SP36, KCL, dan MGU dimana penggunaan pupuk tersebut telah dikonsultasikan sebelumnya dengan ahli yang didatangkan dari PT SUCOFINDO. Dosisnya antara lain pupuk urea sebanyak 0,5 kg per pohon, pupuk SP36 sebanyal 0,5 kg per pohon, pupuk KCL sebanyak 0,5 kg per pohon, dan Mgu sebanyak 0,25 kg per pohon. Pemebrian keempat pupuk tersebut berdasarkan analisis ahli yang terlebih dahulu di sewa oleh pihak perusahaan untuk meneliti kadar tanah perkebunan sawit sehingga pupuknya akan disesuaikan dengan kondisi tanah. Pemupukan ke empat pupuk tersebut dilakukan 3 kali dalam setahun. Waktu pemberian pupuk urea, SP36, dan KCL dapat dilakukan berdekatan, biasanya berselang 2-3 hari, sedangkan pemberian pupuk Mgu biasanya dilakukan berselang 3 minggu dengan pemberian sesudah pemberian pupuk lainnya.

55

Hama yang umumnya di alami oleh perkebunan kelapa sawit anggota koperasi adalah hama kumbang dan ulat. Untuk memberantas hama kumbang digunakan obat yaitu Marsal atau Peroman. Sedangkan untuk hama ulat digunakan obat yaitu decis, bila ulat tidak rentan terhadap decis maka selanjutnya digunakan gampi. Pada serangan ulat tingkat berat dengan indikasi terdapat 5 ulat setiap pelepah, digunakan obat yakni Arsetin. Pemberian Arsetin dicampur dengan solar, perbandingannya adalah 1 arsetin : 4 solar. Pemberantasan hama dengan Arsetin dilakukan pada malam hari dengan teknik fogging dan menggunakan alat bantu yakni

fullspog yang dapat dipinjam secara gratis ke perusahaan. 5.11. Panen

Pemanenan dilakukan dengan menggunaan dodos pada umur 3 hingga 10 tahun dan hegrek pada umur selanjutnya. Sistem panen yang digunakan adalah sistem giring yang di arahkan oleh mandor. Untuk menghindari para buruh hanya memilih tandan yang mudah untuk di panen maka sistem pembayarannya digunakan sistem premi. Melalui sistem premi, bila para buruh memanen lebih dari bobot premi, maka setiap kilogramnya akan di upah 45 rupiah.

6.1.3. Aspek Manajemen dan Hukum

Perkebunan kelapa sawit anggota koperasi jika dilihat dari luas perorangannya yakni 2 ha/orang dimana berdasarkan No.26/permentan/OT.140/2/2007 perkebunan dengan luas kurang dari 25 ha tidak membutuhkan perizinan tertentu.Namun untuk memperlancar usaha tersebut maka dibentuk hukum yang menaungi petani yakni Koperasi Unit Desa (KUD) Berkat Anugerah Jaya yang berdiri pada tanggal 30

November 1991 melalui rapat anggota. Dalam menjalankan perkebunan kelapa sawit

ini, ada beberapa investasi yang dilakukan secara bersama-sama dengan anggota lainnya seperti fasilitas berupa jalan, jembatan, dan lainnya. Investasi tersebut dibiayai melalui pinjaman dana kepada perbankan melalui koperasi atas nama seluruh anggota. Pada pengusahaan ini, petani melakukan pinjaman kepada pihak perbankan dengan memanfaatkan program Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN RP). Kredit ini ditujukan untuk mempercepat pengembangan

56

perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan, dan rehabilitasi tanaman khususnya tanaman kelapa sawit dan karet. Dimana persyaratannya adalah :

1. Syarat Koperasi :

a. Telah berbadan hukum

b. Koperasi dan pengurus tidak termasuk ke dalam daftar hitam dan kredit bermasalah.

c. Memiliki mitra perusahaan inti. 2. Syarat Petani :

a. Usia minimal 21 tahun atau telah menikah.

b. Tidak memiliki tunggakan kredit.

c. Merupakan penduduk setempat.

d. Terdaftar dalam daftar nominatif yang ditetapkan bupati /walikota.

Melalui sistem tersebut maka dapat disimpulkan pembagian hak dan kewajiban antara petani anggota koperasi dan KUD Berkat Anugerah Jaya adalah sebagai berikut :

1. Kewajiban petani anggota koperasi :

a. Menandatangi surat pengakuan hutang pada bank penyalur (Bank BRI).

b. Mematuhi dan memenuhi kewajiban pembayaran kembali hutang kepada

bank penyalur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. Menjual seluruh hasil kebun anggota koperasinya melalui koperasi unit

desa.

d. Menjadi anggota koperasi di wilayah PIR-BUN setempat.

2. Hak petani anggota koperasi :

a. Memperoleh jaminan pemasaran hasil dari kebun anggota koperasinya.

b. Memanfaatkan jaringan jalan dan fasilitas sosial/umum lainnya.

c. Mengetahui pagu hutang, jumlah angsuran hutang dan sisa hutang yang bersangkutan serta berhak menerima bukti atas pembayaran angsuran hutangnya dari bank penyalur.

d. Menerima hasil penjualannya melalui koperasi.

57

a. Membangun investasi perkebunan kelapa sawit anggota yang dilakukan secara kolektif.

b. Mengumpulkan hasil kebun petani anggota koperasi dan menyalurkannya

ke pabrik pengolahan kelapa sawit.

c. Menyediakan keperluan anggotanya (petani anggota koperasi) antara lain sarana produksi dan kebutuhan pokok.

d. Menjadi penjamin petani untuk mendapatkan kredit perbankan di luar bank pelaksana.

e. Memotong angsuran kredit kebun petani anggota koperasi.

4. Hak dari KUD :

a. Memotong simpanan wajib dan simpanan pokok anggota.

b. Membayarkan hasil penjualan kelapa sawit kepada petani anggota

koperasi.

c. Mendapatkan keuntungan (fee) sebesar 2% dari hasil bersih panen kelapa

sawit petani anggota koperasi.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha ini dijalankan secara legal dari segi hukum. Melalui pengaturan kewajiban dan hak, usaha ini dapat berjalan dengan baik sehingga aspek manajemen usaha ini dinyatakan layak.

6.1.4. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Peremajaan perkebunan kelapa sawit seluruh anggota koperasi dapat dikatakan berskala besar dari total luas arealnya yakni 486 ha dimana setiap anggota koperasi mempunyai kepemilikan masing-masing 2 ha. Karena itu, penting untuk dilihat bagaimana pengaruhnya terhadap masyarakat sekitar.

Perkebunan kelapa sawit anggota koperasi yang luas dalam pembangan dan proses produksinya akan membutuhkan banyak tenaga kerja. Tenaga kerja berupa buruh harian lepas dapat dilakukan oleh masyarakat sekitar sehingga kehadiran kebun kelapa sawit ini telah mengurangi pengangguran. Selain itu, dengan adanya pembangunan kebu, dibangun juga jalan yang akan digunakan sebagai akses untuk

58

mengangkut hasil kebun kelapa sawit berupa tandan buah segar yang juga dapat digunakan oleh masyarakat sekitar. Selain itu, kehadiran petani anggota koperasi juga ikut mensejahterakan masyarakat dimana koperasi unit desa Berkat Anugerah Jaya (KUD BAJA) melalui sumbangan-sumbangan mereka kepada sekolah dan tempat ibadah di sekitar daerah tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, usaha perkebunan kelapa sawit ini memberikan dampak positif bagi Desa Harapan Makmur sehingga aspek sosial, ekonomi, dan budaya usaha ini dinyatakan layak.

6.1.5. Aspek Lingkungan

Dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap warga Desa Harapan Makmur, terdapat dampak negatif dari kehadiran perkebunan kelapa sawit. Kehadiran perkebunan ini mengakibatkan mengeringnya sumber-sumber air bumi milik warga sekitar seperti sumur dan rawa. Hal itu disebabkan sifat tanaman kelapa sawit yang menyerap banyak air dimana tanaman tersebut membutuhkan 10-12 liter air setiap harinya untuk hidup. Pembangunan perkebunan anggota koperasi yakni seluas 486 ha dipertimbangkan pula telah mengakibatkan pencemaran kimia dari pupuk dan pestisida, serta mengurangi keanekaragamanhayati flora dan fauna yang terdapat di daerah tersebut. Walaupun perkebunan kelapa sawit merupakan komoditas yang prospektif untuk dibangun di daerah tersebut menurut hasil keputusan pemerintah daerah tingkat-II Langkat dan PT Anugerah Langkat Makmur namun peneliti tetap menyatakan tidak layak secara aspek lingkungan dikarenakan memiliki konsekuensi pengeringan sumber air, pencemaran kimia yang berasal dari pupuk dan pestisida, serta berkurangnya kenakaragaman hayati yang ada di daerah tersebut.

6.2. Analisis Aspek Finansial Petani Anggota Koperasi

Analisis aspek finansial pada usaha perkebunan kelapa sawit rakyat yang dijalankan melalui pola koperasi penting untuk di analisis karena aspek finansial merupakan salah satu aspek yang sangat membantu petani agar mengetahui pendapatan yang diterimanya selama ini. Melalui analisis finansial ini, diharapkan dapat menjadi masukan bagi kedua belah pihak, baik petani maupun koperasi, untuk

59

pengembangan usaha perkebunan kelapa sawit petani. Pada analisis ini akan menjabarkan bagaimana arus manfaat dan biaya yang terjadi serta kelayakannya melalui kriteria investasi.

Pada analisis ini dilakukan pula switching value. Analisis tersebut dilakukan dengan tujuan melihat bagaimana elistisitas kelayakannya bila terjadi perubahan harga pada komponen usaha yang paling berpengaruh dalam hal ini pupuk. Berikut asumsi yang digunakan oleh peneliti dalam perhitungan analisis aspek finansial :

1. Analisis usaha perkebunan kelapa sawit anggota koperasi dan mandiri

merupakan analisis perkebunan skala kecil yakni 2 ha.

2. Lahan perkebunan kelapa sawit diasumsikan sewa.

3. Umur proyek analisis kelayakan investasi yang dipakai berdasarkan umur investasi yang paling lama yakni bibit kelapa sawit diasumsikan 15 tahun yakni hingga produktifitas tertinggi bibit kelapa sawit sucofindo, pada usaia 16 tahun produktifitas pohon kelapa sawit sucofindo mulai mengalami penurunan.

4. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga pinjaman program Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN RP) dengan bunga 7 persen.

5. Harga jual pada analisis ini merupakan rata-rata harga jual tandan buah segar kelapa sawit produksi Sumatera Utara tahun 2012 yang dikeluarkan oleh Dinas Perkebunan Sumatera Utara dan dianggap konstan.

6. Produktivitas kelapa sawit anggota koperasi diperkirakan berdasarkan

produktivitas kelapa sawit mandiri diperkirakan berdasarkan produktivitas bibit kelapa sawit Sucofindo sesuai dengan bibit yang digunakan petani anggota koperasi.

7. Penentuan skenario switching value pada kenaikan harga pupuk adalah sebesar 5,3 persen yang ditetapkan berdasarkan perhitungan rata-rata kenaikan harga eceran pupuk (HET) yang ditetapkan kementrian pertanian dari tahun 2008 hingga 2012.

60

8. Penentuan skenario switching value pada penurunan harga jual TBS

ditetapkan berdasarkan perbandingan harga rata-rata yang diterima oleh petani anggota koperasi pada tahun 2007 hingga 2012 dengan harga terendah yang diterima petani anggota koperasi.

6.2.1. Arus Manfaat (Inflow)

Arus manfaat yang dihitung merupakan arus manfaat rata-rata yang diterima setiap petani dengan luas lahan 2 Ha. Manfaat yang diterima petani dalam usaha ini berupa hasil penjualan tandan buah segar (TBS) kepada pihak perusahaan inti yakni PT Anugerah Langkat Makmur. Dalam menjalankan usahanya, seluruh proses budidaya dijalankan oleh pihak perusahaan dan seluruh hasil panen dibagi rata untuk semua anggota anggota koperasi sehingga terjadi pembagian risiko. Total manfaat rata-rata yang diperoleh setiap petani selama masa periode usaha setiap tahunnya adalah sebesar Rp 6.821.785,49.

6.2.2. Arus Biaya (Outflow)

Arus biaya terdiri atas biaya investasi dan biaya operasional. Selanjutnya biaya operasional terbagi menjadi dua lagi yakni biaya variabel dan biaya tetap. Melalui analisis ini, maka akan dapat diketahui biaya apa saja yang perlu dikeluarkan serta gambaran umum mengenai aspek teknis. Analisis biaya yang dilakukan adalah analisis biaya rata-rata petani anggota koperasi dengan luas lahan 2 Ha.

6.2.2.1. Biaya Investasi dan Biaya Reinvestasi

Dalam pelaksanaan usaha ini, biaya investasi terbagi dua yakni biaya investasi yang dilakukan secara kolektif dan non kolektif. Biaya investasi yang dikeluarkan secara kolektif meliputi pembongkaran tunggul tanaman sebelumnya, pembibitan kelapa sawit, pembersihan pohon-pohon kecil dan semak belukar (imas), pembakaran timbunan kayu (perun), pemberantasan alang-alang, penanaman kacangan, pembuatan tapak kuda, pembuatan tapak bangket, pembuatan drainase, serta pembuatan jalan utama dan gorong-gorong. Fasilitas investasi tersebut nantinya akan digunakan

61

bersama oleh para petani anggota koperasi sehingga biaya yang harus dikeluarkan oleh setiap petani adalah sebesar Rp 18.261.260,33. Total biaya investasi kolektif yang dikeluarkan oleh 243 petani adalah sebesar Rp 4.437.486.261,00.

Tabel 12. Rincian Rata-rata Biaya Investasi Petani Koperasi (2 Ha)

No. Investasi Jumlah Satuan

Harga/Satua n (Rp) Total Biaya 243 petani (486 Ha) Total biaya Per Petani (2 Ha) 4. 1 pembibitan kelapa sawit 6.318 pokok 13,000 82,134,000 338,000 5. 2 Imas 764 Ha 22,142 16,916,488 69,615 6. 3 Perun 764 Ha 50,000 38,200,000 157,202 7. 3 Pembongkaran tunggul pohon 486 Ha 1,500,000 729,000,000 3,000,000 8. 5 penanaman kelapa sawit 6.318 batang 2,000 12,636,000 52,000 9. 6 penanaman kacangan 486 Ha 88,000 42,768,000 176,000 10. 9 pembuatan drainase 8.707 Meter 15,000 130,605,000 537,469 11. 1 0 pembuatan jalan utama dan produksi

64.113 Meter 150,000 9,616,950,000 39,575,926 12. 1 1 pemasangan gorong- gorong 7 Unit 5,000,000 35,000,000 144,033 13. 1 2

pemasangan titi kayu 65 Unit 5,000,000 325,000,000 1,337,449 14. 1 3 Pembelian kendaraan lansir (Tossa) 6 Unit 20,000,000 120,000,000 493,827 15. 1 Sewa Lahan 4.000.000 2 Ha/Tahun 15 14,040,000,000 60,000,000 16. 2 dodos 70.000 Buah 1 16,380,000 70,000 17. 3 hegrek 125.000 Buah 1 29,250,000 125,000 18. 4 Kampak 40.000 Buah 1 9,360,000 40,000 19. 5 Gancu 30.000 Buah 1 7,020,000 30,000 20. 6 Saprotan 450.000 Buah 1 105,300,000 450,000

Total Biaya Investasi Rata-rata Petani Koperasi

106.596.521

Seluruh biaya investasi kolektif dikeluarkan pada tahun pertama kecuali pembelian kendaraan lansir. Kendaraan lansir berupa Tossa dibeli pada tahun ke empat setelah kebun petani mulai menghasilkan. Kendaraan tersebut digunakan untuk mengangkut hasil seluruh perkebunan petani anggota ke koperasi yang nantinya akan dijual ke perusahaan pengolahan kelapa sawit.

62

Seluruh peralatan dan biaya sewa lahan yang merupakan biaya investasi seperti yang disajikan pada tabel diatas dilakukan pada tahun pertama kecuali dodos dan hegrek. Dodos baru di investasikan pada tahun kedua sedangkan hegrek tahun kesepuluh. Dodos merupakan besi dengan tiga mata (bagian runcing) pada bagian ujungnya untuk memanen tandan buah segar kelapa sawit dari pohonnya secara manual hingga pohon tersebut berumur 9 tahun sedangkan hegrek digunakan untuk tanaman berumur diatas 9 tahun

Peralatan tersebut juga harus direinvestasi ketika umur pemakaiannya sudah habis untuk keberlangsungan usaha dengan rincian seperti yang disajikan pada tabel 15.Total Biaya Reinvestasi yang harus dikeluarkan petani adalah sebesar Rp 16.335.000,00 dengan rincian 7 buah dodos, 6 buah hegrek, 15 buah kampak, 15 buah gancu, dan 8 buah saprotan.

Tabel 13. Biaya Reinvestasi Usaha Perkebunan Kelapa Sawit Setiap Petani Anggota Koperasi

No Komponen Harga

(Rupiah)

Jumlah Total (Rupiah)

1. dodos 70.000 7 490.000 2. hegrek 125.000 6 750.000 3. Kampak 40.000 15 600.000 4. Gancu 30.000 15 450.000 5. Saprotan 350.000 8 2.800.000 6. Tossa 120.000.000 3 987.654 7. Total 6.077.654

Selain itu, terdapat pula komponen reinvestasi yang dilakukan bersama-sama

yaitu Kendaraan Lansir berupa Tossa. Tossa merupakaan kendaran seperti motor dengan roda tiga dan bak terbuka dibagian belakangnya. Reinvestasi Tossa dilakukan setiap 5 tahun sekali. Total biaya reinvestasi yang harus dikeluarkan petani selama

Dokumen terkait