• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hutan Kota

Kondisi harapan hutan kota

Untuk membuat taman margasatwa sebagai hutan kota yang baik, yang

menunjang kegiatan rekreasi, pelestarian plasma nutfah, sebagai indetitas kota dan untuk sarana pendidikan, maka hutan kota tersebut harus memenuhi persyaratan : a. Penutupan tajuk pohon pelindung merata, sehingga tidak ada lokasi yang

perbedaan kerapatan tajuknya terlalu besar. Hal ini dikarenakan pengunjung tidak terfokus pada satu areal, pengunjung menyebar merata. Untuk lokasi-lokasi yang berdekatan dengan kandang tertutup satwa, perlu pengaturan masuknya sinar matahari. Apabila kondisi kandang telalu lembab dapat menyebabkan satwa sakit.

b. Pengaturan tanaman yang tepat. Tujuannya agar pengunjung merasa nyaman dan kesehatan satwa terjaga.

1. Untuk lokasi yang berbau tidak sedap, tanaman yang mendominasi adalah tanaman yang menghasilkan bau wangi.

2. Antara kandang satwa dengan lingkungan sekitarnya ditanami tanaman pagar. Untuk menjaga kselamatan satwa dari gangguan pengunjung.

3. Pot-pot tanaman ditanami dengan tanaman yang memiliki bunga indah, agar terlihat lebih menarik.

4. Penanaman lantai kebun binatang ang tidak diperkeras (diaspal atau paving blok) dengan tanaman penutup tanah bertujuan yaitu pada saat

musim hujan tanah tidak becek dan pada saat musim kemarau tidak menghasilkan debu.

5. Pinggiran danau ditanami tanaman hias yang diletakkan pada pot-pot, bertujuan agar danau terlihat alami.

6. Sekelililng pagar pembatas luar ditanami dengan tanaman yang dapat mengurangi dan meredam kebisingan serta memberi kesan yang indah.

7. Tanaman-tanaman air pada kolam-kolam kebun binatang.

8. Di depan pintu masuk ditanami tanaman pelindung dan tanman hias, bertujuan agar kebun binatang terlihat lebih asri dan indah.

c. Keanekaragaman tumbuhan yang tinggi dapat dijadikan sebagai sarana edukatif.

d. Penanaman tanaman yang merupakan tanaman ciri khas propinsi.

e. Sebagai habitat burung-burung liar perkotaan. Simbiosis mutualisme antara tumbuhan dan hewan dapat dimanfaatkan sebagai habitat burung liar yang ada di perkotaan.

f. Memiliki areal persemaian tanaman.

Penutupan tajuk

Kondisi TMM saat ini hampir seluruhnya tertutup oleh tajuk pohon pelindung. Hanya ada beberapa lokasi tertentu yang masih terbuka seperti areal parkir, depan pintu masuk, dan arena gajah. Pada beberapa tempat pepohonan masih berupa pancang dengan rata-rata tinggi 1 meter. Selain itu ada juga tempat yang penutupan tajuk pohon pelindung sudah memadai namun rumput tinggi dan semak tetap banyak Oleh karena adanya tajuk pepohonan dan rerumputan serta semak yang tinggi menyebabkan suasana lembab dan banyak nyamuk.

Disepanjang jalan yang mengelilingi area taman margasatwa sudah ditanami dengan pepohonan sehingga memberi kesan sejuk dan asri ketika berjalan mengelilingi TMM.

Gambar 2. Jalan TMM yang ditanami pohon hias.

Pada beberapa tempat yang tanaman tingginya rata-rata 1 meter belum memberikan suasana sejuk oleh karena belum adanya penutupan tajuk. Untuk lokasi yang rumput dan semaknya terlalu tinggi perlu dilakukan pemangkasan sehingga nyamuk yang mengganggu semakin berkurang demi kenyamanan pengunjung dan luasan untuk tempat bersantai bagi pengunjung semakin bertambah untuk berkumpul dan duduk bersantai sambil menggelar tikar, terutama jika banyak pengunjung datang di hari libur.

Gambar 3. Ruang terbuka di bawah pepohonan dimanfaatkan untuk bersantai.

Saat ini tajuk pepohonan yang ada di dekat kandang belum terlalu lebat dan satwa-satwa masih mendapat sinar matahari yang cukup, sehingga belum perlu dilakukan pemangkasan. Perawatan terhadap tanaman dan pepohonan sangat

perlu dilakukan terutama untuk yang baru ditanam supaya terhindar dari penyakit dan dapat tumbuh dengan baik.

Pengaturan tanaman

Tanaman yang ada di TMM saat ini kurang banyak dan pengaturannya kurang tepat sehingga kondisi TMM menjadi kurang indah dan menarik. Tidak semua kandang ditanami dengan tanaman yang menghasilkan bau wangi yang dapat menetralisir bau tidak sedap di sekitarnya, terutama pada kandang rusa dan kandang bangau tongtong yang makanannya berupa ikan mati.

Kurangnya tanaman pagar di setiap kandang dapat mengganggu keselamatan satwa koleksi. Perilaku pengunjung yang suka melemparkan makanan, plastik bungkus makanan ke dalam kandang satwa dapat mengganggu kesehatan satwa, terutama saluran pencernaan.

Gambar 4. Perilaku pengunjung yang dapat membahayakan satwa Beberapa tanaman hias ditanami sepanjang jalan yang mengelilingi area kebun binatang. Jalan yang dibuat mengelililngi TMM sudah diperkeras dengan paving blok sehingga tidak perlu diberi tanaman penutup tanah yang berfungsi untuk mencegah becek saat musim hujan dan debu saat musim kemarau.

Penanaman tanaman sebaiknya disesuaikan dengan kondisi lingkungan di sekitarnya, agar pengunjung aman dan nyaman, dan satwa koleksi aman dari gangguan negatif pengunjung. Areal yang banyak digunakan pengunjung untuk berkumpul sekelilingnya ditanami dengan bunga berwarna indah dan berbau wangi, misalnya bunga mawar dan flamboyan. Penanaman ini bertujuan agar pengunjung yang beristirahat di areal tersebut akan merasa nyaman. Penanaman tanaman berbau wangi ini juga dapat menetralisir bau tidak sedap yang berasal dari kandang satwa.

Keanekaragaman tanaman dan penciri kota

Saat ini tanaman di areal TMM baik jumlah maupun lokasinya belum tersebar merata, sehingga ada areal yang hanya didominasi oleh tanaman tertentu. Tanaman yang mendominasi antara lain angsana, mahoni, dan glodokan. Tidak adanya papan interpretasi nama tanaman dapat menghambat pengunjung untuk lebih mengenal nama tanaman.

Beranekaragamnya tanaman dalam satu areal akan dapat menambah pengetahuan pengunjung tentang tanaman. Penanaman tanaman dapat disesuaikan dengan jumlah. Fungsi pelestarian plasma nutfah flora dapat dilakukan dengan cara penanaman tanaman langka.

Untuk menunjang kegiatan pendidikan, perlu dilakukan pemberian papan interpretasi di setiap tanaman yang mewakili. Papan tersebut berisi informasi tentang nama lokal, nama ilmiah, kegunaan, penyebaran serta keterangan yang lainnya. Selain itu sangat perlu dilakukan penanaman untuk tanaman khas propinsi di areal TMM.

Sebagai habitat burung liar

Pada saat ini TMM berfungsi sebagai habitat burung liar. Aktifitas burung tersebut yang dapat terlihat adalah mencari makanan. Tidak ditemukan sarang burung. Burung-burung ini pada umumnya berasal dari sekitar luar areal kebun binatang dimana masih banyak terdapat ladang masyarakat dan pepohonan serta tanaman sawit yang juga membentuk habitat bagi burung-burung tersebut.

Penanaman tanaman yang berbunga dapat mendatangkan berbagai jenis burung dan satwa liar lainnya, seperti kupu-kupu. Menurut Ballen (1989) dalam Ismayadi (2009), dadap (Erythrina variegata), beringin (Ficus benjamina) dan Dangdeur (Gossampinus heptaphylla) adalah contoh dari jenis tumbuhan yang disukai burung. Beraneka ragam tanaman yang ada dapat menyebarkan burung-burung tersebut di seluruh areal TMM. Dalam Hernowo dan Prasetyo (1989), desiran angin, kicauan burung dan atraksi satwa lainnya di kota diharapkan dapat menghalau kejenuhan dan stres yang banyak dialami oleh penduduk perkotaan. Oleh karena itu, semakin banyak kicauan burung dan beragamnya kupu-kupu akan dapat menambah keindahan dan keasrian, sehingga dapat mengurangi kejenuhan dan stress yang dialami oleh penduduk perkotaan. Untuk pihak pengelola, beranekaragamnya burung dapat dibuat wisata khusus khusus untuk pengunjung berupa wisata pengamatan burung (bird watching).

Persemaian

Saat ini TMM tidak memiliki persemaian karena pepohonan dan tanaman yang ada berasal dari sumbangan-sumbangan instansi pemerintah ataupun perusahaan-perusahaan. Kebun persemaian perlu dibuat di TMM supaya

dapat berfungsi sebagai pemenuhan bibit bagi penggantian tanaman yang mati atau rusak. Dalam Setiawan (2000), dikatakan bahwa setiap tanaman perlu pemeliharaan. Penanaman tanaman yang bersifat produksi biasanya lebih intesif dilakukan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, tentunya semua aspek pemeliharaan harus dilakukan, mulai dari pembumbunan hama, penyakit dan kebakaran. Selain itu, kebun persemaian juga dapat menjadi sarana edukasi bagi pengunjung.

Keorganisasian

Pada saat ini tanaman-tanaman dan pepohonan yang ada di TMM adalah hasil dari sumbangan dari berbagai pihak yang peduli pada efek lingkungan yang mulai marak dibicarakan. Oleh karena hal-hal yang berhubungan dengan sifat pendanaan yang sangat terbatas, pihak pengelola masih memfokuskan pengembangan TMM pada bagian satwa dan pembenahan sarana dan prasarana, sehingga, belum ada satu bagian khusus untuk mengurus tanaman dan pepohonan yang ada saat ini.

Tanaman dan pepohonan yang ada di TMM saat ini yang membentuk suasana alamiah hutan sangat perlu ditangani oleh suatu bagian kepengurusan atau seksi yang bertanggung jawab secara penuh. Banyak kegiatan yang dapat dilakukan dalam perawatan seluruh tanaman. Kalau tidak ditangani secara tepat, maka tanaman-tanaman yang ada saat ini akan tumbuh kurang baik dan dapat mengurangi nilai keindahan yang ada sebelumnya.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap pengunjung tentang pendapat atas keberadaan hutan kota di Taman Margasatwa Medan sesuai dengan keadaan saat ini, diperoleh hasil yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 1. Rekapitulasi Data Persepsi Pengunjung tentang Keadaan Hutan

Kota di Taman Margasatwa Medan.

NO. Keterangan Skala

Penilaian

Jumlah

(Orang) Skor Penilaian

1 Sangat Tidak Bagus 1 0 0

2 Tidak Bagus 2 2 4

3 Biasa Saja 3 39 117

4 Bagus 4 59 236

5 Sangat Bagus 5 0 0

Total - 100 357

Sumber : Data kuesioner diolah

Kriteria Skor :

a. 100-180 : Sangat Kurang Baik b. 181-260 : Kurang Baik

c. 261-340 : Biasa saja d. 341-420 : Baik

e. 421-500 : Sangat Baik

Jadi, dilihat dari hasil skor yang diperoleh yaitu 357, maka hutan kota Taman Margasatwa Medan untuk saat ini pengunjung menilai sudah baik. Hal ini sesuai dengan rata-rata pengunjung selain untuk melihat satwa tujuan utama yang lain adalah untuk menikmati keteduhan dan kesegaran alamiah dari pepohonan yang ada. Hal yang perlu ditingkatkan adalah pengaturan tata letak pepohonan, pemilihan jenis pepohonan dan jumlahnya.

Tata letak pepohonan di hutan kota TMM saat ini adalah berbentuk jalur dan bergerombol. Hal ini sesuai dengan Irwan (1994) yang menyebutkan hutan kota dapat dikelompokkan menjadi bentuk letak bergerombol, menyebar dan

bentuk jalur. Namun, tata letak sebaiknya disesuaikan berdasarkan jenis dan tujuan supaya lebih teratur sehingga pengunjung dapat lebih fokus dan terkonsentrasi ketika menikmati obyek hutan kota. Misalnya untuk jenis pohon MPTs ataupun jenis komersial letaknya masing-masing di kelompokkan pada satu tempat.

Pemilihan jenis pepohonan di hutan kota TMM masih terasa kurang banyak jenisnya. Hal ini dapat dilihat dari jenis pepohonan yang masih sedikit dan di beberapa tempat yang tujuannya untuk ditanami masih kosong. Menurut Setiadi dkk (2003), jenis pohon yang ditambahi sebaiknya jenis MPTs (durian, rambutan,mangga, duku, dll) dimana pengunjung bisa merasakan manfaat jenis tersebut dengan aturan tertentu, dan jenis yang dapat menambah pengetahuan pengunjung untuk tujuan edukasi, seperti jenis pohon komersial (jati, tusam, eukaliptus, dll), jenis pohon langka (cendana, ulin, namnam, dll). Akan lebih baik jika tanaman khas Sumatera Utara juga ditanam, seperti bunga kenanga, anggrek tien soeharto, bunga bangkai, ataupun daun sang. Dengan demikian jenis tanaman dan pepohonan di hutan kota akan semakin beragam dan fungsi sebagai pelestarian plasma nutfah flora dapat terwujud.

Populasi pepohonan di hutan kota TMM belum banyak berdasarkan luasan yang sedang dikembangkan saat ini. Hal ini dapat dilihat pada beberapa tempat yang tujuannya untuk ditanami masih kosong karena jumlah yang kurang dan banyak tanaman yang mati. Oleh karena itu, tidak menjadi masalah jika pepohonan ditambah jumlah dan jenisnya, agar suasana TMM lebih segar dan asri.

Rekreasi

Kondisi harapan rekreasi

Dalam Ifana (2003), untuk mengoptimalkan taman margasatwa sebagai sarana rekreasi, maka sarana rekreasi tersebut harus memenuhi :

1. Kelengkapan sarana dan prasarana a. Kuantitasnya mecukupi. b. Letaknya tersebar merata. c. Kondisi layak pakai.

2. Kelengkapan layanan. Layanan yang diberikan setiap hari sama. 3. Obyek wisata

a. Jumlahnya beraneka ragam. b. Pengandangan terbuka. c. Kondisi kandang bersih.

4. Keorganisasian. Adanya kerja sama antara bagian untuk mengoptimalkan taman margasatwa sebagai sarana rekreasi, adanya pengawasan yang bertanggung jawab terhadap penggunaan dana-dana yang diperuntukkan untuk pengelolaan, dan penerimaan dana operasional setiap seksi sesuai dengan pengalokasian anggaran, agar taman margasatwa dapat berjalan sesuai dengan tujuannya sebagai sarana konservasi, sarana rekreasi dan sarana pendidikan.

Kelengkapan sarana dan prasarana

Fasilitas yang ada di TMM saat ini adalah : 1. Fasilitas wisata

a. Naik gajah, naik kuda dan naik andong. b. Tempat bermain anak-anak.

c. Flying fox d. Parkir e. Kios souvenir f. Kandang hewan 2. Fasilitas pengunjung a. Mushola b. Toilet

c. Ruang terbuka di bawah pepohonan d. Tempat duduk

e. Papan interpretasi. f. Kafetaria

3. Faslitas manajemen.

a. Kantor sekretariat TMM

b. Kantor pusat penelitian dan pengembangan c. Kantor satpam

d. Kantor klinik dan karantina e. Perpustakaan

Sarana dan fasilitas yang ada di TMM sudah cukup dan dapat memenuhi

kebutuhan pengunjung. 72% pengunjung mengatakan bahwa pelayanan pengelola TMM dinilai cukup karena masih dalam tahap pembenahan karena pemindahan lokasi yang baru. Untuk beberapa sarana yang jumlahnya kurang banyak dan kurang tersebar merata, maka perlu dilakukan penambahan dan penyebaran secara merata, seperti tempat duduk, tempat sampah, kafetaria, dan kios souvenir. Untuk sarana dan prasarana yang kondisinya rusak dan tidak menarik seperti musholla dan toilet perlu diperbaiki lagi supaya pengunjung merasa nyaman. Hal ini untuk mengantisipasi jika hari libur tiba, dimana jumlah pengunjung sangat banyak. Penambahan buku-buku di perpustakaan yang berhubungan dengan kebun binatang perlu dilakukan untuk menambah pengetahuan para pengunjung.

Gambar 5. Arena bermain anak

Kelengkapan layanan

Layanan yang ada di TMM saat ini antara lain papan informasi di

beberapa tempat, papan interpretasi di setiap kandang satwa yang berisi tentang nama ilmiah, nama lokal, asal, penyebaran dan gambar satwa. Selain itu ada juga untuk foto bersama gajah yang langsung ditangani oleh keeper gajah.

Kelengkapan layanan yang diberikan kepada pengunjung belum cukup

memenuhi kebutuhan pengunjung sebagai sarana rekreasi. 89% pengunjung mengatakan kurangnya papan informasi yang ada di TMM dan petugas yang ada sebagai sumber informasi. Sumber informasi tentang TMM memang dirasakan perlu supaya pengunjung jangan merasa kebingungan ketika berada di TMM. Selain itu, beberapa pengunjung menyarankan untuk penyediaan majalah dinding yang berisi tentang berbagai macam informasi TMM. Penyediaan informasi akan setiap tanaman yang ada di TMM juga perlu dilakukan.

Pihak pengelola sebenarnya mempunyai target dan rencana penambahan dan pembenahan fasilitas dan layanan yang sekiranya direalisasikan sebelum lebaran tiba, karena biasanya pengunjung akan banyak. Pembenahan yang akan dilakukan yaitu penambahan jumlah kursi dan tempat sampah di beberapa tempat, perbaikan fasilitas bermain anak-anak, penambahan dan perbaikan papan informasi di berbagai tempat dan perbaikan papan interpretasi di setiap kandang, pemutaran film dokumenter tentang satwa dan lingkngan dan penambahan satwa.

Jenis layanan yang ada sebaiknya dapat memenuhi fungsi TMM sebagai sarana pendidikan yang sehat selain sebagai sarana rekreasi. Layanan yang ada perlu ditingkatkan kualitasnya dengan pengintensifan layanan yang diberikan. Pengintensifan layanan ini perlu dilakukan karena pengunjung kebun binatang

tidak hanya datang pada waktu-waktu tertentu, melainkan setiap hari. Boleh jadi diadakan wisata khusus, seperti pendidikan lingkungan hidup dan wisata pengamatan perilaku satwa. Tujuan dilakukan kegiatan ini selain dapat menambah kualitas layanan kebun binatang, juga agar pengunjung lebih mengenal dan mencintai lingkungannya, sehingga akan menjaga lingkungan dari kerusakan. Kegiatan wisata ini bisa bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang lingkungan yang ada di sekitar Kota Medan.

Obyek wisata

Koleksi satwa yang ada di TMM saat ini ada sebanyak 81 ekor dengan 25

jumlah spesies. Untuk daftar nama satwa dapat dilihat pada lampiran. Saat ini satwa yang menjadi andalan wisata TMM yaitu harimau sumatera dan orang utan. Satwa ini termasuk unik bagi para pengunjung.

Sistem pengandangan di TMM saat ini adalah sistem pengandangan terbuka dan sistem pengandangan tertutup. Untuk satwa aves, reptil dan beberapa mamalia menggunakan sistem pengandangan tertutup.

Koleksi satwa di TMM populasinya belum padat untuk jumlah spesies ±25

spesies dan 81 ekor satwa di lahan 30 ha. Jadi perlu dilakukan penambahan jumlah dan jenis satwa.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap pengunjung tentang pendapat atas keseluruhan fasilitas rekreasi di Taman Margasatwa Medan sesuai dengan keadaan saat ini, diperoleh hasil yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 2. Rekapitulasi Data Persepsi Pengunjung tentang Fasilitas Rekreasi di

Taman Margasatwa Medan

NO. Keterangan Skala

Penilaian

Jumlah

(Orang) Skor Penilaian

1 Sangat Kurang Baik 1 0 0

2 Kurang Baik 2 37 74

3 Biasa Saja 3 25 75

4 Baik 4 38 152

5 Sangat Baik 5 0 0

Total - 100 301

Sumber : Data kuesioner diolah

Kriteria Skor :

a. 100-180 : Sangat Kurang Baik b. 181-260 : Kurang Baik

c. 261-340 : Biasa saja d. 341-420 : Baik

e. 421-500 : Sangat Baik

Jadi, dilihat dari hasil skor yang diperoleh yaitu 301, maka keadaan fasilitas rekreasi Taman Margasatwa Medan untuk saat ini pengunjung menilai biasa saja. Pengunjung memang belum sepenuhnya merasa nyaman dengan sarana rekreasi yang ada. Masih banyak hal-hal yang harus dibenahi. Keterbatasan dana pengelola, dimana dana pengelolaan TMM tidak dimasukkan lagi ke dalam anggaran dana pemerintah. Walaupun demikian, masih tetap harus dilakukan pembenahan di setiap sarana dan fasilitas.

Karakteristik Pengunjung Taman Margasatwa Medan Kondisi saat ini

Penilaian mengenai karakteristik pengunjung TMM dan harapan yang diinginkan oleh pengunjung didasarkan atas beberapa variabel, yaitu karakteristik individu, kunjungan yang mencakup frekuensi kunjungan, waktu dan motif kunjungan serta pelayanan pengelola terhadap pengunjung. Dengan mengetahui karakteristk pengunjung, dapat memudahkan pengelolaan untuk mengambil langkah ke depan dalam meningkatkan kualitas pelayanan, sarana dan prasarananya.

Karakteristik individu pengunjung TMM

Karakteristik individu yang diidentifikasi dalam penelitian ini meliput i jenis kelamin, status perkawinan, umur, pendidikan tertinggi, dan pekerjaan pokok. Pengamatan terhadap karakteristik individu ini perlu dilakukan karena faktor individu merupakan yang mempengaruhi permintaan rekreasi alam terbuka seperti kebun binatang (Clawson dan Knetsch, 1975).

Pengunjung Taman Margasatwa Medan yang diwawancarai sebanyak 100 responden. Responden yang diwawancarai umumnya perempuan, yakni sebanyak 58 orang atau 58% dari total responden, pengunjung laki-laki sebanyak 42 orang atau 42%. Hal ini disebabkan karena umumnya pengunjung datang berupa rombongan, yang kebanyakan anggotanya adalah perempuan dan ada juga yang hanya perempuan saja. Hal ini dikarenakan umumnya kelompok perempuan memiliki waktu luang lebih banyak.

Umumnya responden yang dominan adalah dibawah 20 tahun sebanyak 30 orang (30%). Selanjutnya kelompok umur 21-30 tahun sebanyak 21 orang (21%), 31-40 tahun sebanyak 24 orang (24%), 41-50 tahun sebanyak 17 orang (17%) dan yang paling sedikit adalah rentang umur 51-60 tahun sebanyak 8 orang (8%).

Pendidikan terakhir pengunjung TMM berdasarkan hasil wawancara didapatkan Sekolah Menengah Atas sebanyak 62 orang (62%) dan Perguruan Tinggi sebanyak 38 orang (38%). Pendidikan terakhir pengunjung berpengaruh pada jenis pekerjaan pokok pengunjung. Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan jenis pekerjaan tertinggi yaitu Pelajar/Mahasiswa sebanyak 46 orang (46%), selanjutnya PNS sebanyak 22 orang (22%), pegawai swasta sebanyak 16 orang (16%), wiraswasta sebanyak 11 orang (11%) dan petani sebanyak 5 orang (5%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik Individu Pengunjung TMM Berdasarkan Jenis Kelamin,

Umur, Pendidikan Terakhir dan Pekerjaan Pokok.

No Variabel Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Jenis Kelamin Laki-laki Permpuan 58 42 58 42 2 Umur <20 tahun 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun 30 21 24 17 8 30 21 24 17 8 3 Pendidikan Terakhir Tidak sekolah SD SMP SMA/ SMK Perguruan Tinggi 0 10 15 37 38 0 10 15 37 38 4 Pekerjaan Pokok Pelajar/ Mahasiswa PNS Pegawai Swasta Wiraswasta Petani 46 22 16 11 5 46 22 16 11 5

Kunjungan

Dari wawancara beberapa pengunjung diperoleh lamanya waktu pengunjung berada di dalam areal Taman Margasatwa Medan (TMM), paling banyak selama 3-4 jam ada sebesar 48% dari total pilihan pengunjung. Lama berkunjung 2-3 jam dan 1-2 jam masing-masing sebesar 18% dari total plihan pengunjung. Lama berkunjung lebih dari 4 jam ada sebesar 11% dan lama berkunjung kurang dari 1 jam ada sebesar 5% dari total pilihan pengunjung. Hal ini menunjukkan rata-rata pengunjung berada di dalam areal TMM selama 3-4 jam dan waktu ini sudah tergolong cukup untuk mengelilingi seluruh obyek wisata TMM. Kalaupun ada yang melebihi ataupun kurang dari waktu itu hanyalah pengunjung yang memiliki kepentingan-kpentingan khusus selain untuk rekreasi di dalam areal TMM dan bisa juga karena kondisi kebun binatang dirasa sudah tidak nyaman lagi.

Pilihan hari yang masih menjadi prioritas pengunjung untuk melakukan rekreasi adalah hari libur, hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara. Sebesar 81% pengunjung memilih hari libur dan 19% memilih hari biasa. Umumnya pengunjung sudah pernah berkunjung ke TMM. Pengunjung yang sudah pernah ke kebun binatang 2-3 kali ada sebanyak 42 orang (42%), yang berkunjung baru 1 kali sebanyak 23 orang (23%), sebanyak 3-4 kali sebanyak 21 orang (21%) dan lebih dari 4 kali sebanyak 14 orang (14%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut .

Tabel 4. Pola Kunjungan

No Variabel Kunjungan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Waktu yang digunakan selama di TMM 3-4 jam 2-3 jam 1-2 jam > 4 jam < 1 jam 48 18 18 11 5 48 18 18 11 5 2 Pilihan hari kunjungan

Hari libur Hari biasa 81 19 81 19 3 Jumlah kunjungan 2-3 kali 1 kali 3-4 kali > 4 kali 42 23 21 14 42 23 21 14

Berdasarkan hasil wawancara, motif kunjungan pengunjung TMM ada berbagai macam, tetapi yang paling tinggi yaitu untuk berekreasi sebanyak 78 orang (78%), belajar sebanyak 15 orang (15%), penelitian sebanyak 4 orang (4%), olah raga sebanyak 3 orang (3%).

Sebelum melakukan kegiatan rekreasi, umumnya pengunjung sudah memperoleh informasi tentang TMM yang akan dikunjungi. Umumnya pengunjung memperoleh informasi dari keluarga dan teman (65%), media massa serta elektronik (20%) dan papan reklame (15%). Hal ini menunjukkan media yang baik untuk melakukan promosi yaitu melalui penunjung sebelumnya, yang akan menceritakan pengalamannya setelah berkunjung kepada keluarga dan

Dokumen terkait