• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Pengembangan Kebun Binatang Medan Sebagai Hutan Kota dan Sarana Rekreasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Pengembangan Kebun Binatang Medan Sebagai Hutan Kota dan Sarana Rekreasi"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENGEMBANGAN TAMAN MARGASATWA MEDAN SEBAGAI HUTAN KOTA DAN SARANA REKREASI

SKRIPSI

Oleh :

HIRAS ANDREW A LUMBANTORUAN 031201002/MANAJEMEN HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Studi Pengembangan Kebun Binatang Medan Sebagai Hutan Kota dan Sarana Rekreasi

Nama : Hiras Andrew A Lumbanoruan

Nim : 031201002

Program Studi : Manajeman Hutan Departemen : Kehutanan

Disetuju Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Agus Purwoko, S.Hut, M.Si Ir. Ma’rifatin Zahra, M.Si NIP : 19740801 200003 1 001

Diketahui Oleh :

Ketua Departemen Kehutanan

(3)

ABSTRAK

HIRAS ANDREW A LUMBANTORUAN. Studi Pengembangan Taman

Margasatwa Medan Sebagai Hutan kota Dan Sarana Rekreasi. Dibimbing oleh

AGUS PURWOKO dan MA’RIFATIN ZAHRA.

Taman Margasatwa Medan dengan lokasi yang baru perlu ditingkatkan pengembangannya. Selain satwa yang menjadi obyek utama, pengembangan yang sedang dilakukan antara lain hutan kota dan sarana rekreasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aspek tata letak, pemilihan jenis dan populasi pepohonan hutan kota Taman Margasatwa Medan dan sarana rekreasi yang ada serta mendeskripsikan hubungan karakteristik pengunjung (umur, tingkat pendidikan, pendapatan) dengan persepsi pengunjung terhadap keberadaan hutan kota di Taman Margasatwa Medan. Penelitian ini menggunakan skala Likert untuk melihat persepsi pengunjung terhadap kajian-kajian yang dilakukan dan untuk melihat hubungan karakteristik pengunjung (umur, tingkat pendidikan, pendapatan) dengan tingkat persepsi pengunjung terhadap keberadaan hutan kota di Taman Margasatwa Medan menggunakan korelasi rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek tata letak, pemilihan jenis dan populasi pepohonan hutan kota sudah baik. Persepsi pengunjung tentang sarana rekreasi yang menyatakan biasa saja. Jadi, perlu dilakukan pembenahan sarana rekreasi yang ada supaya lebih baik. Ada hubungan yang kuat antara persepsi pengunjung dengan tingkat pendidikan. Tidak terdapat hubungan yang kuat antara umur dan pendapatan dengan persepsi pengunjung.

(4)

ABSTRACT

LUMBANTORUAN, HIRAS ANDREW A. A study about Medan Zoo

Development as City Forest and Recreation Facility. Under academic supervised by AGUS PURWOKO and MA’RIFATIN ZAHRA.

Medan Zoo in the new location in need to increase the development is. Besides the animals as the main object, the development which is being done to increase the number of visitors are ccity forest and recreation facility. The objective of this research are to investigate the arrangement aspects, species choosen, and trees population of city forest Medan Zoo and recreation facility taht exist and to describe the relation between visitor characteristics (age, level of education, income) and visitor perception toward the existance of city forest in Medan Zoo. This research uses Likert scale to see the visitors perception about the investigation that was done and to see the relation between visitors characteristics (age, level of education, income) and level of visitors characteristics toward the existance city forest in Medan Zoo by using Rank Spearman Correlation. The result of the research showed that arrangement aspects, species choosen and trees population of city forest are good. The result are little different with the visitors perception about recreation facility who state that its common. So, recreation facility repairation are need in order be better. There is so strong relation between visitors perception and level education. There is no strong relation between visitors perception and level education. There is no strong relation between age and income with visitors perception.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 15

April 1986 dari Ayah K. Lumbantoruan dan (alm) Ibu E br. Sinurat. Penulis

merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Medan dan pada tahun 2003

lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi

Manajemen Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian.

Penulis mengikuti Praktik Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) pada

tahun 2005 di Taman Hutan Rakyat Tongkoh Kabupaten Karo dan Hutan

Mangrove Bandar Kalipah Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.

Penulis melakukan Praktik Kerja Lapang (PKL) pada tahun 2007 di HPHTI PT.

Musi Hutan Persada, Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Utara. Pada

tahun 2009 penulis melaksanakan penelitian dengan judul ” Studi Pengembangan

(6)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas penyertaan dan kasihNya penulis dapat menyusun hasil penelitian ini

dengan judul Studi Pengembangan Kebun Binatang Medan sebagai Hutan Kota

dan Sarana Rekreasi.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada orangtua

dan seluruh keluarga yang terus memberikan bantuan baik materil maupun spirit

kepada penulis untuk menyelesaikan segala tanggungjawab dalam hal pendidikan

yang diemban. Penulis menyampaikan terimakasih kepada Bapak Agus Purwoko,

S.Hut, M.Si dan Ibu Ir. Ma’riftin Zahra, M.Si sebagai Komisi Pembimbing

Skripsi penulis yang terus membimbing penulis dalam menyusun hasil penelitian

ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan hasil penelitian ini masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan

saran dari seluruh pihak yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan penulisan

hasil penelitian ini di masa yang akan datang.

Semoga penelitian ini bermanfaat. Atas perhatian yang diberikan penulis

(7)

DAFTAR ISI

Manfaat Penelitian... 3

TIJNJAUAN PUSTAKA ... 4

Taman Margasatwa ... 4

Pengertian taman margasatwa ... 4

Fungsi taman satwa... 4

Pembinaan taman margasatwa ... 5

Hutan Kota ... 6

Pengertian hutan kota ... 6

Fungsi dan manfaat hutan kota... 6

Tipe dan bentuk hutan kota ... 8

Kriteria pohon ruang terbuka hijau... 8

Silvikultur ... 12

Pembangunan hutan kota ... 14

Rekreasi ... 14

Pengertian rekreasi ... 14

Permintaan rekreasi ... 14

METODOLOGI PENELITIAN ... 17

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

Karakteristik pengunjung ... 21

Persepsi ... 21

Hutan kota ... 22

Tata letak ... 22

Populasi ... 23

(8)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 25

Sejarah singkat Taman Margasatwa Medan ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

Hutan Kota ... 27

Kondisi harapan hutan kota ... 27

Penutupan tajuk ... 29

Pengaturan tanaman ... 31

Keanekaragaman tanaman dan penciri kota ... 32

Sebagai habitat burung liar ... 33

Persemaian ... 34

Keorganisasian ... 34

Komposisi Responden Berdasarkan Cara Melakukan Kunjungan ... 32

Komposisi Responden Berdasarkan Status Penikahan ... 33

Komposisi Responden Berdasarkan Alasan Kedatangan .. 34

Komposisi Responden Berdasarkan Sumber Informasi .... 34

Rekreasi ... 37

Kondisi harapan rekreasi ... 37

Kelengkapan sarana dan prasarana ... 38

Kelengkapan layanan ... 40

Obyek wisata ... 41

Tingkat Keamanan ... 39

Karakteristik Pengunjung Taman Margasatwa Medan ... 43

Kondisi saat ini ... 43

Karakteristik individu pengunjung Taman Margasatwa Medan ... 43

Kunjungan ... 45

Pelayanan ... 47

Hubungan Karakteristik Pengunjung Dengan Persepsi ... 49

Hubungan antara umur dengan persepsi pengunjung ... 49

Hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi pengunjung... 50

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rekapitulasi Data Persepsi Pengunjung tentang Keadaan Hutan

Kota di Taman Margasatwa Medan. ... 35 Tabel 2. Rekapitulasi Data Persepsi Pengunjung tentang Fasilitas

Rekreasi di Taman Margasatwa Medan... 42 Tabel 3. Karakteristik Individu Pengunjung Taman Margasatwa Medan

Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Pendidikan Terakhir dan

Pekerjaan Pokok. ... 44 Tabel 4. Pola Kunjungan ... 46 Tabel 5. Karakteristik Pengunjung berdasarkan Motif Kunjungan,

Informasi, dan Daya Tarik... 47 Tabel 6. Analisis Korelasi Rank Spearman dengan Karakteristik

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Pepohonan di Taman Margasatwa Medan... 35 Gambar 2. Jalan Taman Margasatwa Medan yang ditanami pohon hias... 42 Gambar 3. Ruang terbuka di bawah pepohonan dimanfaatkan untuk

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Lembar Kuisioner. ... 56

Lampiran 2. Data Sampel Pengunjung Taman Margasatwa Medan... 59

Lampiran 3. Korelasi Rank Spearman Antara Umur dengan Persepsi... 62

Lampiran 4. Korelasi Rank Spearman Antara Tingkat Pendidikan dengan Persepsi... 65

Lampiran 5. Korelasi Rank Spearman Antara Pendapatan dengan Persepsi.... 68

Lampiran 6. Pengolahan Data dengan Menggunakan Software SPSS... 71

Lampiran 7. Burung-burung bebas yang ada di Taman Margasatwa Medan.... 72

Lampiran 8. Nama-nama koleksi satwa di Taman Margasatwa Medan... 73

Lampiran 9. Peta Lokasi Kandang... 74

Lampiran10. Peta Lokasi Taman Margasatwa Medan... 75

(12)

ABSTRAK

HIRAS ANDREW A LUMBANTORUAN. Studi Pengembangan Taman

Margasatwa Medan Sebagai Hutan kota Dan Sarana Rekreasi. Dibimbing oleh

AGUS PURWOKO dan MA’RIFATIN ZAHRA.

Taman Margasatwa Medan dengan lokasi yang baru perlu ditingkatkan pengembangannya. Selain satwa yang menjadi obyek utama, pengembangan yang sedang dilakukan antara lain hutan kota dan sarana rekreasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aspek tata letak, pemilihan jenis dan populasi pepohonan hutan kota Taman Margasatwa Medan dan sarana rekreasi yang ada serta mendeskripsikan hubungan karakteristik pengunjung (umur, tingkat pendidikan, pendapatan) dengan persepsi pengunjung terhadap keberadaan hutan kota di Taman Margasatwa Medan. Penelitian ini menggunakan skala Likert untuk melihat persepsi pengunjung terhadap kajian-kajian yang dilakukan dan untuk melihat hubungan karakteristik pengunjung (umur, tingkat pendidikan, pendapatan) dengan tingkat persepsi pengunjung terhadap keberadaan hutan kota di Taman Margasatwa Medan menggunakan korelasi rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek tata letak, pemilihan jenis dan populasi pepohonan hutan kota sudah baik. Persepsi pengunjung tentang sarana rekreasi yang menyatakan biasa saja. Jadi, perlu dilakukan pembenahan sarana rekreasi yang ada supaya lebih baik. Ada hubungan yang kuat antara persepsi pengunjung dengan tingkat pendidikan. Tidak terdapat hubungan yang kuat antara umur dan pendapatan dengan persepsi pengunjung.

(13)

ABSTRACT

LUMBANTORUAN, HIRAS ANDREW A. A study about Medan Zoo

Development as City Forest and Recreation Facility. Under academic supervised by AGUS PURWOKO and MA’RIFATIN ZAHRA.

Medan Zoo in the new location in need to increase the development is. Besides the animals as the main object, the development which is being done to increase the number of visitors are ccity forest and recreation facility. The objective of this research are to investigate the arrangement aspects, species choosen, and trees population of city forest Medan Zoo and recreation facility taht exist and to describe the relation between visitor characteristics (age, level of education, income) and visitor perception toward the existance of city forest in Medan Zoo. This research uses Likert scale to see the visitors perception about the investigation that was done and to see the relation between visitors characteristics (age, level of education, income) and level of visitors characteristics toward the existance city forest in Medan Zoo by using Rank Spearman Correlation. The result of the research showed that arrangement aspects, species choosen and trees population of city forest are good. The result are little different with the visitors perception about recreation facility who state that its common. So, recreation facility repairation are need in order be better. There is so strong relation between visitors perception and level education. There is no strong relation between visitors perception and level education. There is no strong relation between age and income with visitors perception.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saat ini banyak kebun binatang atau taman margasatwa di Indonesia mulai

diarahkan kepada pembangunan hutan kota. Dahlan (1992) mengatakan,

pembangunan hutan kota menyangkut masalah ketersediaan lahan yang

berhubungan dengan masalah tata ruang kota. Masalah ketersediaan lahan untuk

kota, serta bagaimana mengefektifkan pemanfaatan lahan yang tersedia

merupakan kunci dalam penbangunan hutan kota. Lahan semakin hari semakin

berharga, semakin mahal dan semakin sedikit untuk hutan kota sehingga sering

terjadi perebutan kepentingan dalam penggunaan lahan dari berbagai aktifitas

kota. Dalam situasi ini, lahan yang sudah tersedia untuk hutan kota

sewaktu-waktu dialihgunakan untuk kepentingan lainnya. Jadi, taman margasatwa bisa

dimanfaatkan sebagai tempat pembangunan hutan kota.

Di dalam usaha mengembangkan taman margasatwa harus secara utuh

dapat berfungsi sebagai paru-paru kota juga tetap berpedoman pada empat fungsi,

yaitu sarana rekreasi, konservasi, riset dan edukasi. Untuk memenuhi tuntutan

zaman, peran serta penampilan taman margasatwa perlu ditingkatkan dari waktu

ke waktu. Meskipun demikian di dalam usaha pengembangan ternyata

menghadapi banyak kendala yang bersifat teknis maupun non teknis. Kendala non

teknis yang bersumber pada masalah sosial dan psikologis ternyata cukup

berpengaruh pada usaha terwujudnya secara serasi keempat fungsi tersebut di atas

(15)

Seiring dengan perkembangan zaman, Kota Medan mulai menjadi kota

yang sibuk dan penduduknya semakin bertambah. Kesibukan kota biasanya

menimbulkan dampak stres dan rekreasi adalah salah satu cara untuk

menguranginya. Rekreasi bisa dilakukan di alam terbuka (outdoor) ataupun di

dalam ruangan (in door). Tempat rekreasi alam yang ada di Kota Medan salah

satunya adalah Taman Margasatwa Medan (TMM). Kurangnya sarana rekreasi

alam yang ada di Kota Medan dikarenakan kurangnya luasan tutupan hijau yang

ada. Untuk memenuhi kebutuhan warga Kota Medan akan sarana rekreasi alam,

maka diperlukan peningkatan kualitas dari sarana rekreasi yang sudah ada.

Perumusan Masalah

Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah Taman Margasatwa

Medan dengan lokasi yang baru belum memberikan nilai manfaat yang lebih,

karena aspek tata letak, pemilihan jenis, populasi dan fasilitas rekreasi belum

(16)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah :

1. Mengkaji aspek tata letak, pemilihan jenis dan populasi pada hutan kota di

Taman Margasatwa Medan.

2. Mengkaji dan melakukan studi persepsi pengunjung tentang sarana rekreasi

Taman Margasatwa Medan.

3. Mendeskripsikan hubungan karakteristik pengunjung (umur, tingkat

pendidikan, pendapatan) dengan persepsi masyarakat terhadap keberadaan

hutan kota di Taman Margasatwa Medan.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dilakukan adalah :

1. Sebagai sumber informasi bagi pengelola tentang hutan kota di Taman

Margasatwa Medan.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengelola untuk pengoptimalan fasilitas

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Taman Margasatwa

Pengertian taman margasatwa

Taman margasatwa adalah tempat hewan dipelihara dalam lingkungan

buatan dan dipertunjukkan kepada publik. Selain sebagai tempat rekreasi, kebun

binatang atau taman margasatwa berfungsi sebagai tempat pendidikan, riset dan

tempat konservasi untuk satwa terancam punah. Binatang yang dipelihara

sebagian besar adalah hewan yang hidup di darat, sedangkan satwa yang hidup air

dipelihara di akuarium (Wikipedia, 2009).

Dalam Arief (2001), berdasarkan surat keputusan Dirjen Kehutanan No.

20/upts/DJ/1978 tentang pedoman umum kebun binatang, bahwa kebun binatang

atau taman margasatwa adalah suatu tempat dimana berbagai macam satwa

dikumpulkan, diperagakan, dipelihara untuk umum dalam rangka pengadaan

sarana rekreasi alam yang sehat untuk mendidik dan mengembangkan budaya

masyarakat dalam memelihara kelestarian lingkungan hidup.

Fungsi taman margasatwa

Berdasarkan fungsi taman satwa yang telah dijadikan oleh Perhimpunan

Kebun Binatang Se-Indonesia dirincikan sebagai berikut :

1. Sebagai sarana untuk meningkatkan kepedulian masyarakat tentang

pentingnya masalah keanekaragaman hayati fauna di dunia dan di Indonesia.

2. Sebagai sarana konservasi ex-situ jenis-jenis satwa yang langka atau terancam

(18)

3. Sebagai sarana tempat penangkaran jenis-jenis satwa koleksi yang ada.

4. Sebagai sarana tempat dan obyek penelitian aspek biologi/ekologi jenis-jenis

satwa koleksi dalam rangka melengkapi data.

5. Sebagai sarana untuk membantu penghijauan kota berupa taman karena

banyaknya jenis pepohonan yang ditanam sebagai pelindung dan habitat satwa

semi alami.

6. Sebagai paru-paru kota oleh karena banyaknya jenis tumbuhan hijau sebagai

produsen oksigen serta pencegah erosi dan kekeringan.

7. Sebagai sarana tempat obyek rekreasi yang edukatif. Dengan mengunjungi

taman satwa, masyarakat dapat memperoleh informasi tentang kehidupan dan

perilaku satwa yang menarik.

8. Sebagai sarana untuk membantu peningkatan kondisi sosial-ekonomi

masyarakat.

Tobrani (1997), menyebutkan bahwa kebun binatang atau taman

margasatwa merupakan sarana yang vital dari program pelestarian alam

disamping fungsi-fungsi yang lain, diantaranya sebagai sarana untuk memberikan

kesempatan yang luas dalam bidang pendidikan, penelitian dan rekreasi. Dengan

demikian, kebun binatang atau taman margasatwa merupakan sarana penghubung

satu-satunya antara masyarakat dan satwa liar, karena itu di tempat ini masyarakat

dapat melihat berbagai jenis satwa liar.

Pembinaan taman margasatwa

Faktor-faktor yang diperlukan dalam pembinaan taman margasatwa, yaitu

(19)

pulau-pulauan, unit kandang luar, kolam air dan gedung pameran), keamanan (pagar,

kandang pemisah dan pemeriksaan kandang), pelayanan teknis (tenaga ahli,

perawatan dan kesehatan satwa), pelayanan masyarakat, pembiayaan, laporan dan

kerja sama antara kebun binatang atau taman margasatwa (Dirjen PPA, 1997).

Hutan Kota

Pengertian hutan kota

Rapat teknis Departemen Kehutanan (1991), hutan kota adalah suatu lahan

yang bertumbuhan pohon-pohon di dalam tanah negara maupun tanah milik yang

berfungsi sebagai penyangga lingkungan dalam hal pengaturan tata air, udara,

habitat, flora dan fauna yang memiliki nilai estetika dan dengan luas yang solid

yang merupakan ruang terbuka hijau pohon-pohonan serta area tersebut ditetapkan

oleh pejabat yang berwewenang sebagai hutan kota.

Fungsi dan manfaat hutan kota

Menurut Irwan (2005), fungsi hutan kota sangat bergantung pada

komposisi dan keanekaragaman jenis dari komunitas vegetasi yang menyusunnya

dan tujuan perancangannya. Secara garis besar fungsi hutan kita dapat

dikelompokkan menjadi tiga fungsi berikut :

1. Fungsi Lansekap, meliputi fungsi fisik, dimana vegetasi sebagai unsur

struktural berfungsi untuk perlindungan terhadap kondisi alami sekitarnya

seperti angin, sinar matahari, pemandangan yang kurang bagus dan terhadap

bau. Meliputi fungsi sosial, penataan vegetasi dalam hutan kota yang baik

(20)

hutan kota orang seperti penyair atau seniman yang dapat merenung dan

mengkhayal sehingga dapat menjadi sumber inspirasi dan ilham. Hutan kota

dengan aneka vegetasinya mengandung nilai-nilai ilmiah yang dapat menjadi

laboratorium hidup untuk sarana pendidikan dan penelitian.

2. Fungsi Pelestarian Lingkungan, antara lain :

a. Menyegarkan udara atau sebagai “paru-paru” kota, dengan mengambil

CO2 dalam proses fotosintesi dan menghasilkan O2 yang sangat diperlukan

bagi makhluk hidup untuk pernapasan.

b. Menurunkan suhu kota dan meningkatkan kelembapan.

c. Sebagai ruang hidup satwa. Vegetasi atau tumbuhan selain sebagai

produsen pertama dalam ekosistem juga dapat menciptakan ruang hidup

(habitat) bagi makhluk hidup lainnya.

d. Sebagai penyanggah dan perlindungan permukaan tanah dari air hujan dan

angin untuk penyediaan air tanah dan pencegahan erosi.

e. Pengendalian dan mengurangi polusi udara dan limbah.

f. Peredam kebisingan.

g. Tempat pelestarian plasma nutfah dan bioindikator dari timbulnya masalah

seperti hujan asam, karena tumbuhan tertentu akan memberikan reaksi

tertentu terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di sekitarnya.

h. Menyuburkan tanah.

3. Fungsi Estetika, erat kaitannya dengan rekreasi. Ukuran, bentuk, warna

dan tekstur tanaman serta unsur komposisi dan hubungannya dengan

lingkungan sekitarnya merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas

(21)

seseorang merupakan reaksi dari suatu penampakan. Hutan, selain

memberikan hasil utama dan sebagai sumber air juga merupakan sarana

untuk berekreasi.

Tipe dan bentuk hutan kota

Menurut Dahlan (1992), hutan kota dibagi menjadi beberapa tipe yaitu tipe

pemukiman, tipe rekreasi dan keindahan, tipe pengamanan, tipe pelestarian

plasma nutfah dan tipe kawasan industri, sedangkan untuk bentuk, hutan kota

dapat dikelompokkan menjadi bentuk jalur hijau, taman kota, kebun raya, hutan

raya dan kebun binatang.

Kriteria pohon ruang terbuka hijau

Wibowo (1992), menyatakan bahwa tumbuhan yang dipakai untuk ruang

terbuka hijau merupakan habitat satwa, tempat hidup dan makan, bagi

burung-burung untuk menjamin kehidupan burung-burung di perkotaan. Jenis pohon untuk

lansekap kota biasanya dipilih yang tidak memerlukan perawatan intensif dan

biaya pemeliharaan yang minim. Berdasarkan Arnold (1980) dan Haeckett (1974),

beberapa syarat dalam memilih tanaman untuk lansekap hutan kota adalah :

1. Memenuhi keutuhan khusus seperti jalan, perkantoran dan hutan kota.

2. Mampu beradaptasi dengan lingkungan.

3. Tahan terhadap stress.

4. Tahan terhadap penyakit

(22)

6. Mempunyai sifat fisik yang mencakup ukuran tumbuh maksimum, umur,

kecepatan tumbuh, trkstur dan bentuk alami, serta dapat mengkoordinasi

kebutuhan desain.

Penentuan jenis pohon yang sesuai untuk hutan kota tergantung jenis atau

struktur hutan kota yang akan dikembangkan. Untuk kawasan hijau pertamanan

kota kriterianya antara lain :

1. Harus tidak bergetah/ beracun, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak

mengganggu fondasi, struktur daun setengah rapat sampai rapat.

2. Jenis ketinggian bervariasi.

3. Warna daun hijau dengan variasi seimbang.

4. Jenis tanaman tahunan.

5. Kecepatan tumbuh sedang.

Sebagai habitat burung, pohon ruang terbuka hijau berperan sebagai

tempat berlindung, bersarang dan terutama sebagai penghasil makanan. Jenis

pohon yang dipilih yaitu yang menghasilkan buah, dapat mengundang serangga,

menghasilkan bunga, baik tanaman tahunan maupun musiman, sedang untuk

burung pemakan biji-bijian, sumber biji didapat dari berbagai jenis varietas

rumput-rumputan. Pohon yang bertekstur daun halus ( seperti Peltlophorom

pteoarpum Back), berbuah (seperti Ficus benyamina L) banyak mengundang

serangga (Miller, 1998).

Menurut Rachman (1996) penggunaan tanaman yang menghasilkan bunga

akan memberikan daya tarik bagi satwa (burung dan kupu-kupu) serta dapat

memberikan suasana yang ceria. Kehadiran satwa tersebut akan menambah

(23)

kegiatan transportasi. Kehadiran burung akan menambah keasrian tapak sehingga

akan memperindah kawasan tersebut. Penggunaan vegetasi yang memiliki bunga/

buah akan menjadi daya tarik burung tersebut untuk datang dan tinggal di

kawasan tersebut.

Masyarakat modern kini cenderung kembali ke alam (back to nature).

Desiran angin, kicauan burung dan atraksi satwa lainnya di kota diharapkan dapat

menghalau kejenuhan dan stres yang banyak dialami oleh penduduk perkotaan.

Salah satu satwa liar yang dapat dikembangkan di perkotaan adalah burung.

Burung perlu dilestarikan, mengingat mempunyai manfaat yang tidak kecil artinya

bagi masyarakat, antara lain (Hernowo dan Prasetyo, 1989) :

1. Membantu mengendalikan serangga hama,

2. Membantu proses penyerbukan bunga,

3. Mempunyai nilai ekonomi yang lumayan tinggi,

4. Burung memiliki suara yang khas yang dapat menimbulkan suasana yang

menyenangkan,

5. Burung dapat dipergunakan untuk berbagai atraksi reaksi,

6. Sebagai sumber plasna nutfah,

7. Objek untuk pendidikan dan penelitian.

Beberapa jenis burung sangat membutuhkan pohon sebagai tempat

mencari makan maupun sebagai tempat bersarang dan bertelur. Pohon kaliandra di

antaranya disenangi burung penghisap madu. Pohon jenis lain disenangi oleh

burung karena berulat yang dapat dimakan oleh jenis burung lainnya.

Menurut Ballen (1989) dalam Ismayadi (2009), beberapa jenis tumbuhan

(24)

1. Kiara, caringin dan loa (Ficus spp.) F.benjamina, F.variegata, dan

F.glaberrima buahnya banyak dimakan oleh burung seperti punai (Treron sp.)

2. Dadap (Erythrina variegata). Bunganya menghasilkan nektar. Beberapa jenis

burung yang banyak dijumpai pada tanaman dadap yang tengah berbunga

antara lain : betet (Psittacula alexandri), serindit (Loriculus pusillus), jalak

(Sturnidae) dan beberapa jenis burung madu.

3. Dangdeur (Gossampinus heptaphylla). Bunganya yang berwarna merah

menarik burung ungkut-ungkut dan srigunting.

4. Aren (Arenga pinnata). Ijuk dari batangnya sering dimanfaatkan oleh burung

sebagai bahan untuk pembuatan sarangnya.

5. Bambu(Bambusa spp.) Burung blekok (Ardeola speciosa) dan manyar

(Ploceus sp.) bersarang di pucuk bambu. Sedangkan jenis burung lainnya

seperti : burung cacing (Cynoris banyumas), celepuk (Otus bakkamoena),

sikatan (Rhipidura javanica), kepala tebal bakau (Pachysephala cinerea) dan

perenjak kuning (Abroscorpus superciliaris) bertelur pada pangkal cabangnya,

diantara dedaunan dan di dalam batangnya.

Pada studi kasus mengenai persepsi masyarakat terhadap hutan kota di

Kota Pematang Siantar, Sanuddin dkk (2003) mengklasifikasikan jenis-jenis

pohon yang perlu ditanam dalam pembuatan hutan kota berdasarkan jawaban

responden sebagai berikut :

1. Pohon yang efektif mengurangi polusi (menyerap partikel zat pencemaran),

yaitu antara lain mahoni daun besar (Swietenia macrophylla), cemara

(25)

2. Pohon yang dapat meneduhkan, seperti flamboyant (Delonix regia) dan

beringin (Ficus benjamina) dan pohon yang bernila estetika, seperti bunga

tanjung (Mimusops elengii), filicium (Filicium decipiens), pinang merah dan

palem raja.

3. Pohon MPTs (Multi Purpose Trees Species). Pilihan terhadap jenis ini untuk

mengakomodir keinginan masyarakat untuk memperoleh manfaat nyata dari

hutan kota melalui pemanfaatan jenis-jenis MPTs dengan aturan tertentu.

Jenis-jenis tanaman ini antara lain : durian (Durio zibethinus), rambutan

(Nephelium lappaceum), duku (Lansium domesticum), mangga (Mangifera

indica), jambu klutuk (Psidium guajava) dan mengkudu (Morinda

brachteata).

4. Koleksi pohon yang bersifat komersial, seperti jati (Tectona grandis), meranti

(Shorea sp.), tusam (Pinus merkusii), pulai (Alstonia scholaris), eukaliptus

(Eucalyptus sp.), melina (Gmelina arborea) dan pohon-pohon jenis langka,

seperti cendana (Santalum album) dan ulin (Eusideroxylon zwagerii). Hal ini

dimaksudkan agar hutan kota dapat menambah pengetahuan masyarakat

tentang hutan dan lingkungan.

Silvikultur

Silvikultur berkenaan dengan kontrol pembentukan, pertumbuhan,

komposisi dan kualitas vegetasi hutan. Hal ini hanya dapat dilakukan pada setiap

hutan yang berlokasi tertentu, bila tersedia tujuan pengelolaan yang jelas dan

tegas, yang melukiskan apa yang akan dicapai. Kemudian setiap tujuan

(26)

paling cocok. Tujuan yang bervariasi diantara produksi kayu, air, margasatwa dan

rekreasi menghendaki struktur hutan yang berbeda (Baker,1992).

Setiap tanaman perlu pemeliharaan. Penanaman tanaman yang bersifat

produksi biasanya lebih intesif dilakukan. Untuk mendapatkan hasil yang baik,

tentunya semua aspek pemeliharaan harus dilakukan, mulai dari pembumbunan

hama, penyakit dan kebakaran (Setiawan,2000).

Perlindungan hutan merupakan bagan dari silvikultur. Penyebab kerusakan

hutan ada yang berasal dari luar hutan maupun faktor-faktor yang berhubungan

dengan perkembangan hutan itu sendiri. Penyebab kerusakan hutan yaitu

pathogen, serangan hama dan hewan hama, faktor lingkungan abiotik, tumbuhan

pengganggu, kebekaran, satwa liar dan penggembalaan ternak. Untuk menangani

hal tersebut, Evans (1982) dalam Sumardi (2004) merumuskan asas strategi

perlindungan hutan yang dapat digunakan untuk mewujudkan pengelolaan hutan

yang lestari, yaitu :

1. Memahami interaksi hutan dengan agens perusak sehingga dapat mengenali

faktor-faktor yang menyebabkan masalah dalam perlindungan hutan dan dapat

mengenali penyebab kerusakan primer.

2. Dapat menganalisis dan mengambil keputusan secara menyeluruh dan tidak

hanya terbatas pada penyebab kerusakan yang paling serius saja.

3. Selalu melihat bahwa perlindungan hutan sebagai tindakan yang tidak terpisah

dari silvikultur.

4. Sadar bahwa perlindungan hutan semakin penting dan pendekatannya tidak

(27)

Pembangunan hutan kota

Menurut Dahlan (1992) tahapan-tahapan pembangunan hutan kota yaitu

perencanaan, kelembagaan dan organisasi pelaksanaannya, pemilihan jenis,

penentuan luas serta komponen pendukung.

Rekreasi

Pengertian rekreasi

Rekreasi adalah setiap kegiatan individu manusia yang dapat

mempengaruhi sikap mentalnya, Rekreasi dapat menghidupkan spirit,

memulihkan vitalitas, inisiatif dan pandangan hidup manusia. Pendapat ini

didukung Fandeli (2001), yang menyatakan bahwa rekreasi adalah kegiatan aktif

atau pasif, yang dilakukan dengan bebas dan kreatif dalam waktu senggang

sebagai selingan pekerjaan sehari-hari sesuai dengan bakat dan kegemarannya.

Permintaan rekreasi

Douglas (1978), menyatakan bahwa permintaan rekreasi menunukkan

banyaknya kesempatan rekreasi yang diinginkan oleh masyarakat atau gambaran

total partisipasi masyarakat dalam kegiatan rekreasi secara umum yang dapat

diharapkan bila tersedia fasilitas-fasilitas yang memadai atau memenuhi selera

masyarakat.

Douglas (1978), menyatakan bahwa permintaan rekreasi menunukkan

banyaknya kesempatan rekreasi yang diinginkan oleh masyarakat atau gambaran

(28)

diharapkan bila tersedia fasilitas-fasilitas yang memadai atau memenuhi selera

masyarakat.

Yoeti (1978), mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan rekreasi yaitu pendapatan, harga produk pariwisata, struktur keluarga,

kualitas, perubahan cuaca atau faktor iklim dan faktor lain.

Clawsaon dan Knetsch (1975) menyatakan ada beberapa faktor yang

mempengaruhi permintaan rekreasi harian, mingguan dan musiman atau tahunan,

sebagai berikut :

1. Faktor individu, yang bepengaruh terhadap potensial rekreasi, dengan

unsur-unsurnya :

a. Sejumlah total areal yang berada di sektor.

b. Distribusi geografi areal, berapa banyak kemudahan kesulitan.

c. Karakteristik sosial ekonomi, seperti : umur, jenis kelamin, pekerjaan,

hubungan keluarga, pendidikan dan suku bangsa.

d. Rata-rata pendapatan dan pembagian waktu luang.

e. Pendidikan khusus, pengalaman dan pengetahuan masyarakat, individu

mengenai rekreasi.

2. Faktor lokasi, dengan unsurnya :

a. Keindahan yang menarik dan pembagian penggunaan bagi rekreasi.

b. Intensitas dan pengelolaan rekreasi.

c. Alternatif pemilihan tempat rekreasi.

d. Kapasitas areal untuk akomodasi pemakaian rekreasi.

(29)

3. Hubungan antara pemakai potensial dan daerah rekreasi dengan

unsur-unsurnya :

a. Lama perjalanan → tempat rekreasi → rumah.

b. Senang atau tidaknya selama perjalanan.

c. Keputusan perjalanan ke areal tertentu.

d. Banyaknya permintaan rekreasi akibat adanya promosi yang menarik.

Douglas (1970) menyatakan permintaan rekreasi dipengaruhi oleh :

1. Unsur dari masyarakat terdiri dari ukuran populasi, tempat tinggal (kota,

desa), umur dan tingkat pendidikan.

2. Uang, dengan unsur yang terdiri dari pendapatan dan kesejahteraan.

3. Waktu, dengan unsur yang terdiri dari kesempatan dan mobilitas.

4. Komunitas, dengan unsur yang terdiri dari mass media.

5. Penawaran, yang unsur yang terdiri dari ketersediaan fasilitas dari mudah

(30)

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Taman Margasatwa Medan (TMM) yang

terletak di Jalan Bunga Rampe IV Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan

Tuntungan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2009.

Aspek Kajian

Ada 3 hal yang menjadi aspek kajian utama dalam penelitian, yaitu :

1. Karakteristik pengunjung Taman Margasatwa Medan.

2. Hutan kota yang ada di Taman Margasatwa Medan.

3. Fasilitas rekreasi di Taman Margasatwa Medan.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu alat tulis, kamera, teropong (binokuler), dan

kompas, dan kuisioner. Bahan yang digunakan yaitu pengunjung TMM,

pepohonan dalam TMM, koleksi satwa di TMM, pegawai TMM, burung liar di

(31)

Pengumpulan Data

Data-data yang akan dikumpulkan dalam penelitian adalah sebagai berikut

1. Data primer, merupakan data yang diperoleh secara langsung di lokasi

penelitian, antara lain :

a. Karakteristik pengunjung TMM, data-data ini meliputi 3 bagian yaitu

karakteristik individu (meliputi;umur, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan pokok, pendapatan), kunjungan (meliputi: lama waktu

kunjungan, hari berkunjung, frekuensi kunjungan, motif informasi, daya

tarik TMM selain satwa, objek, dan pelayanan (meliputi: pelayanan,

kebersihan dan fatasilitas).

b. Persepsi pengunjung terhadap TMM baik dari segi sarana maupun

tumbuhan.

c. Jenis burung bebas yang ada di TMM.

d. Penutupan lahan TMM oleh pohon dan tanaman, yang dilihat adalah

penutupan tajuk oleh tanaman maupun tumbuhan.

2. Data Sekunder, merupakan data umum yang sudah ada tersedia di pengelola

TMM, seperti kondisi umum, program yang telah dilakukan oleh pengelola,

rencana pengembangan serta sarana dan prasarana yang ada di TMM.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik

pengambilan sampel ini adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan tujuan

tertentu yaitu sampel yang diambil dari pengunjung adalah pengunjung yang

memiliki kriteria yang cukup dewasa (yang berumur 17 tahun ke atas), sehat

(32)

pengunjung yang berkelompok dipilih beberapa orang sebagai wakil dari

kelompoknya (Hasan, 2002).

Dalam penentuan jumlah sampel digunakan rumus Slovin , yaitu :

n =

n = Ukuran sampel yang dibutuhkan

N = Ukuran populasinya

e = Margin error yang diperkenankan 0,1 (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000).

Jumlah populasi yang diambil dalam menentukan jumlah responden yang

akan diwawancarai adalah berdasarkan data jumlah kunjungan di TMM 2 tahun

terakhir ini (2007 dan 2008) adalah : 87.078 orang dan 86.034 orang (berdasarkan

data dari pihak pengelola TMM). Oleh karena itu, dalam 2 tahun ini akan

diperoleh rata-rata jumlah pengunjung/tahun yang datang adalah 86.556 orang dan

jika dimasukkan ke dalam rumus Slovin diatas akan diperoleh jumlah sampel

sebanyak 100 orang. Secara matematis adalah sebagai berikut :

(33)

Prosedur Penelitian

Adapun langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan antara lain :

1. Melakukan inventarisasi terhadap pohon-pohon yang ada di TMM, untuk

melihat jenis pohon yang ada dan melihat kesesuaiannya sebagai pohon hutan

kota.

2. Mengkaji aspek tata letak dari pepohonan serta sarana dan prasarana TMM,

untuk melihat kesesuaian letak yang sangat menentukan untuk kenyamanan

pengunjung.

3. Melakukan studi persepsi pengunjung terhadap Taman Margasatwa Medan

(TMM), dilaksanakan pada hari-hari dimana diperkirakan akan banyak

pengunjung yang datang, untuk lebih mendapatkan kriteria sampel dan

mengefektifkan waktu.

4. Melakukan survei burung liar yang ada di Kebun Binatang Medan, dilakukan

bersama seseorang yang sudah tahu tentang burung-burung yang ada di sekitar

lokasi, untuk melihat keragaman burung sebagai hasil dari fungsi hutan kota di

TMM.

5. Mengkaji kelengkapan sarana TMM, dilakukan untuk membandingkan

dengan persepsi dari pengunjung.

(34)

Analisis Data

Karakteristik pengunjung

Data karakteristik pengunjung TMM dianalisis secara deskriptif. Nazir

(1988) mengatakan, metode deskriptif digunakan untuk mengetahui dan

menganalisis data yang terkumpul dari hasil kuisioner, wawancara mendalam,

observasi dan studi pustaka. Data karakteristik yang diperoleh ditabulasi dan

dipersentasekan. Persamaan yang digunakan :

K = (X/Y) x 100%

dimana :

K = Karakteristik pengunjung (umur, jenis kelamin, pendidikan,dll).

X = Jumlah responden yang memiliki karakteristik tertentu.

Y = Jumlah total responden yang berkunjung.

Persepsi

Persepsi pengunjung terhadap keberadaan hutan kota di TMM dan persepsi

terhadap fasilitas rekreasi yang ada di TMM, dilakukan dengan menggunakan

skala Likert, dimana para pengunjung akan diwawancara dan diberikan

pertanyaan-pertanyaan dengan memilih satu dari lima alternatif jawaban yang ada.

Skala Likert sering digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi

(35)

Untuk melihat hubungan karakteristik pengunjung (umur, tingkat

pendidikan, pendapatan) dengan persepsi masyarakat terhadap keberadaan hutan

kota di TMM, digunakan korelasi Spearman Rank (Sugiono, 2001).

6 ∑ di2

i-1 rs = 1 - _________

n(n2-1)

dimana : di = beda antar dua pengamatan berpasangan

n = banyak pengamatan

Hutan Kota

Analisa data tentang hutan kota yang diperoleh, dibagi menjadi 3 bagian,

meliputi aspek tata letak, populasi dan pemilihan jenis pohon.

Tata letak

Dianalisa menggunakan skala Likert dengan memberikan pertanyaan

kepada pengunjung tentang aspek tata letak pepohonan hutan kota di Taman

Margasatwa Medan (TMM) dengan memilih satu dari lima alternatif jawaban

yang diberikan dan selanjutnya dipersentasekan. Pengamatan lapangan dilakukan

terhadap letak pepohonan yang ditinjau berdasarkan bentuk-bentuk hutan kota

(bergerombol, menyebar, atau jalur) dengan struktur ruang yang ada di TMM.

Hasil dari persepsi pengunjung disesuaikan dengan pengamatan di lapangan dan

(36)

Populasi

Untuk populasi juga dianalisis menggunakan skala Likert dengan

memberikan pertanyaan kepada pengunjung tentang populasi pepohonan hutan

kota di TMM dengan memilih satu dari lima alternatif jawaban yang ada dan

selanjutnya dipersentasekan. Pengamatan di lapangan berdasarkan populasi pohon

disetiap tempat dengan silvikultur yang digunakan oleh pengelola TMM. Hasil

dari persepsi pengunjung disesuaikan dengan pengamatan di lapangan dan

literatur yang mendukung untuk mendapatkan kesimpulan.

Pemilihan jenis

Dalam pemilihan jenis pohon yang diperhatikan adalah tujuan peruntukan

hutan kota tersebut dengan pemilihan jenis pohonnya. Persepsi pengunjung

menggunakan analisis skala Likert, pengunjung akan diberi pertanyaan tentang

pemilihan jenis pepohonan dengan memilih satu dari lima alternatif jawaban yang

ada dan selanjutnya dipersentasekan. Hasil dari persepsi pengunjung disesuaikan

dengan pengamatan di lapangan dan literatur yang mendukung.

Pada pengamatan burung liar dilakukan bersama dengan seorang

pemandu yang sudah mengenal burung-burung liar yang ada disekitar TMM.

Metode yang dilakukan yaitu :

1. Jalan mengendap-endap,

2. Mencari tempat yang cukup dekat dengan burung,

3. Tidak melakukan kegiatan yang dapat mengganggu burung,

4. Tidak melepas binokuler sampai deskripsi burung dapat tergambarkan, dan

5. Membuat sketsa burung dan mendeskripsikan ciri-cirinya.

(37)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Sejarah Singkat Taman Margasatwa Medan

Taman Margasatwa Medan adalah taman margasatwa yang lokasinya

terletak di Jalan Bunga Rampe IV Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan

Tuntungan, sekitar 10 kilometer dari pusat kota ke arah Brastagi. Taman

margasatwa yang saat ini merupakan taman margasatwa dengan luasan 30 hektar

diresmikan Walikota Medan, Abdillah, pada 14 April 2005. Sebelumnya Taman

Margsatwa Medan bernan Binatang Medan di Jalan Brigjen Katamso, Kelurahan

Kampung Baru, Medan Maimun.

Taman margasatwa ini cukup diminati warga. Sekitar ± 1.000 orang

mengunjungi taman margasatwa seluas 30 hektar ini setiap akhir minggunya. Pada

hari libur, jumlah pengunjung berjumlah 150 orang

Taman Margasatwa Medan berada di bawah naungan Pemko Medan yang

dana pengelolaannya berasal dari PD Pembangunan Kota Medan. Disana terdapat

aneka hewan semisal, rusa jawa, rusa totol, harimau sumatera, beruang, kera,

siamang, ayam hutan, orangutan, tapir, buaya, aneka burung, dan banyak hewan

lainnya. Jumlah satwa kini telah mengalami penambahan. Ini berkat program

pengembangbiakan bagi hewan-hewan langka yang dilindungi seperti harimau

sumatera dan jenis primata. Taman satwa ini sebenarnya masih dalam tahap

pembenahan. Masih banyak tahapan pembangunan fasilitas lainnya yang sedang

direncanakan untuk melengkapi Taman Margasatwa Medan ini. Penataannya pun

belum begitu maksimal, masih banyak kekurangan yang harus disempurnakan lagi

(38)

Jalur pengunjung di Taman Margasatwa Medan ini dibuat mendekati

situasi alamiah. Pengunjung harus melewati jajaran jalan kecil yang sengaja

dibuat untuk bisa berkeliling meninjau setiap kandang hewan yang ada. Namun,

jika dilalui dengan berjalan kaki, cukup memakan waktu. Namun pada setiap jarak

tertentu akan disajikan pemandangan alam dan bisa sambil mengamati lokasi

satwa yang ada.

Bagi yang tidak ingin lelah dan kepanasan, bisa juga menggunakan jasa

sado Ada 4 kereta berkuda yang disediakan pegelola. Dengan membayar tiket

sado sesuai dengan Dengan membayar tiket dado sesuai tarif, pengunjung akan

diantar berkeliling taman margasatwa.

Berbagai fasilitas pendukung yang dapat dinikmati para pengunjung

Taman Margasatwa Medan, seperti lahan parker yang luas, toilet, kantin, warung,

ayunan, tempat peristirahatan, fasilitas ini terdapat di dalam areal taman

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hutan Kota

Kondisi harapan hutan kota

Untuk membuat taman margasatwa sebagai hutan kota yang baik, yang

menunjang kegiatan rekreasi, pelestarian plasma nutfah, sebagai indetitas kota dan

untuk sarana pendidikan, maka hutan kota tersebut harus memenuhi persyaratan :

a. Penutupan tajuk pohon pelindung merata, sehingga tidak ada lokasi yang

perbedaan kerapatan tajuknya terlalu besar. Hal ini dikarenakan pengunjung

tidak terfokus pada satu areal, pengunjung menyebar merata. Untuk

lokasi-lokasi yang berdekatan dengan kandang tertutup satwa, perlu pengaturan

masuknya sinar matahari. Apabila kondisi kandang telalu lembab dapat

menyebabkan satwa sakit.

b. Pengaturan tanaman yang tepat. Tujuannya agar pengunjung merasa nyaman

dan kesehatan satwa terjaga.

1. Untuk lokasi yang berbau tidak sedap, tanaman yang mendominasi adalah

tanaman yang menghasilkan bau wangi.

2. Antara kandang satwa dengan lingkungan sekitarnya ditanami tanaman

pagar. Untuk menjaga kselamatan satwa dari gangguan pengunjung.

3. Pot-pot tanaman ditanami dengan tanaman yang memiliki bunga indah,

agar terlihat lebih menarik.

4. Penanaman lantai kebun binatang ang tidak diperkeras (diaspal atau

(40)

musim hujan tanah tidak becek dan pada saat musim kemarau tidak

menghasilkan debu.

5. Pinggiran danau ditanami tanaman hias yang diletakkan pada pot-pot,

bertujuan agar danau terlihat alami.

6. Sekelililng pagar pembatas luar ditanami dengan tanaman yang dapat

mengurangi dan meredam kebisingan serta memberi kesan yang indah.

7. Tanaman-tanaman air pada kolam-kolam kebun binatang.

8. Di depan pintu masuk ditanami tanaman pelindung dan tanman hias,

bertujuan agar kebun binatang terlihat lebih asri dan indah.

c. Keanekaragaman tumbuhan yang tinggi dapat dijadikan sebagai sarana

edukatif.

d. Penanaman tanaman yang merupakan tanaman ciri khas propinsi.

e. Sebagai habitat burung-burung liar perkotaan. Simbiosis mutualisme antara

tumbuhan dan hewan dapat dimanfaatkan sebagai habitat burung liar yang ada

di perkotaan.

f. Memiliki areal persemaian tanaman.

(41)

Penutupan tajuk

Kondisi TMM saat ini hampir seluruhnya tertutup oleh tajuk pohon pelindung. Hanya ada beberapa lokasi tertentu yang masih terbuka seperti areal

parkir, depan pintu masuk, dan arena gajah. Pada beberapa tempat pepohonan

masih berupa pancang dengan rata-rata tinggi 1 meter. Selain itu ada juga tempat

yang penutupan tajuk pohon pelindung sudah memadai namun rumput tinggi dan

semak tetap banyak Oleh karena adanya tajuk pepohonan dan rerumputan serta

semak yang tinggi menyebabkan suasana lembab dan banyak nyamuk.

Disepanjang jalan yang mengelilingi area taman margasatwa sudah

ditanami dengan pepohonan sehingga memberi kesan sejuk dan asri ketika

berjalan mengelilingi TMM.

(42)

Gambar 2. Jalan TMM yang ditanami pohon hias.

Pada beberapa tempat yang tanaman tingginya rata-rata 1 meter belum memberikan suasana sejuk oleh karena belum adanya penutupan tajuk. Untuk

lokasi yang rumput dan semaknya terlalu tinggi perlu dilakukan pemangkasan

sehingga nyamuk yang mengganggu semakin berkurang demi kenyamanan

pengunjung dan luasan untuk tempat bersantai bagi pengunjung semakin

bertambah untuk berkumpul dan duduk bersantai sambil menggelar tikar,

terutama jika banyak pengunjung datang di hari libur.

Gambar 3. Ruang terbuka di bawah pepohonan dimanfaatkan untuk bersantai.

Saat ini tajuk pepohonan yang ada di dekat kandang belum terlalu lebat

dan satwa-satwa masih mendapat sinar matahari yang cukup, sehingga belum

(43)

perlu dilakukan terutama untuk yang baru ditanam supaya terhindar dari penyakit

dan dapat tumbuh dengan baik.

Pengaturan tanaman

Tanaman yang ada di TMM saat ini kurang banyak dan pengaturannya kurang tepat sehingga kondisi TMM menjadi kurang indah dan menarik. Tidak

semua kandang ditanami dengan tanaman yang menghasilkan bau wangi yang

dapat menetralisir bau tidak sedap di sekitarnya, terutama pada kandang rusa dan

kandang bangau tongtong yang makanannya berupa ikan mati.

Kurangnya tanaman pagar di setiap kandang dapat mengganggu

keselamatan satwa koleksi. Perilaku pengunjung yang suka melemparkan

makanan, plastik bungkus makanan ke dalam kandang satwa dapat mengganggu

kesehatan satwa, terutama saluran pencernaan.

Gambar 4. Perilaku pengunjung yang dapat membahayakan satwa

Beberapa tanaman hias ditanami sepanjang jalan yang mengelilingi area

kebun binatang. Jalan yang dibuat mengelililngi TMM sudah diperkeras dengan

paving blok sehingga tidak perlu diberi tanaman penutup tanah yang berfungsi

(44)

Penanaman tanaman sebaiknya disesuaikan dengan kondisi lingkungan di sekitarnya, agar pengunjung aman dan nyaman, dan satwa koleksi aman dari

gangguan negatif pengunjung. Areal yang banyak digunakan pengunjung untuk

berkumpul sekelilingnya ditanami dengan bunga berwarna indah dan berbau

wangi, misalnya bunga mawar dan flamboyan. Penanaman ini bertujuan agar

pengunjung yang beristirahat di areal tersebut akan merasa nyaman. Penanaman

tanaman berbau wangi ini juga dapat menetralisir bau tidak sedap yang berasal

dari kandang satwa.

Keanekaragaman tanaman dan penciri kota

Saat ini tanaman di areal TMM baik jumlah maupun lokasinya belum tersebar merata, sehingga ada areal yang hanya didominasi oleh tanaman tertentu.

Tanaman yang mendominasi antara lain angsana, mahoni, dan glodokan. Tidak

adanya papan interpretasi nama tanaman dapat menghambat pengunjung untuk

lebih mengenal nama tanaman.

Beranekaragamnya tanaman dalam satu areal akan dapat menambah pengetahuan pengunjung tentang tanaman. Penanaman tanaman dapat disesuaikan

dengan jumlah. Fungsi pelestarian plasma nutfah flora dapat dilakukan dengan

cara penanaman tanaman langka.

Untuk menunjang kegiatan pendidikan, perlu dilakukan pemberian

papan interpretasi di setiap tanaman yang mewakili. Papan tersebut berisi

informasi tentang nama lokal, nama ilmiah, kegunaan, penyebaran serta

keterangan yang lainnya. Selain itu sangat perlu dilakukan penanaman untuk

(45)

Sebagai habitat burung liar

Pada saat ini TMM berfungsi sebagai habitat burung liar. Aktifitas burung tersebut yang dapat terlihat adalah mencari makanan. Tidak ditemukan

sarang burung. Burung-burung ini pada umumnya berasal dari sekitar luar areal

kebun binatang dimana masih banyak terdapat ladang masyarakat dan pepohonan

serta tanaman sawit yang juga membentuk habitat bagi burung-burung tersebut.

Penanaman tanaman yang berbunga dapat mendatangkan berbagai jenis burung dan satwa liar lainnya, seperti kupu-kupu. Menurut Ballen (1989) dalam

Ismayadi (2009), dadap (Erythrina variegata), beringin (Ficus benjamina) dan

Dangdeur (Gossampinus heptaphylla) adalah contoh dari jenis tumbuhan yang

disukai burung. Beraneka ragam tanaman yang ada dapat menyebarkan

burung-burung tersebut di seluruh areal TMM. Dalam Hernowo dan Prasetyo (1989),

desiran angin, kicauan burung dan atraksi satwa lainnya di kota diharapkan dapat

menghalau kejenuhan dan stres yang banyak dialami oleh penduduk perkotaan.

Oleh karena itu, semakin banyak kicauan burung dan beragamnya kupu-kupu

akan dapat menambah keindahan dan keasrian, sehingga dapat mengurangi

kejenuhan dan stress yang dialami oleh penduduk perkotaan. Untuk pihak

pengelola, beranekaragamnya burung dapat dibuat wisata khusus khusus untuk

pengunjung berupa wisata pengamatan burung (bird watching).

Persemaian

Saat ini TMM tidak memiliki persemaian karena pepohonan dan tanaman yang ada berasal dari sumbangan-sumbangan instansi pemerintah

(46)

dapat berfungsi sebagai pemenuhan bibit bagi penggantian tanaman yang mati

atau rusak. Dalam Setiawan (2000), dikatakan bahwa setiap tanaman perlu

pemeliharaan. Penanaman tanaman yang bersifat produksi biasanya lebih intesif

dilakukan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, tentunya semua aspek

pemeliharaan harus dilakukan, mulai dari pembumbunan hama, penyakit dan

kebakaran. Selain itu, kebun persemaian juga dapat menjadi sarana edukasi bagi

pengunjung.

Keorganisasian

Pada saat ini tanaman-tanaman dan pepohonan yang ada di TMM adalah hasil dari sumbangan dari berbagai pihak yang peduli pada efek lingkungan yang

mulai marak dibicarakan. Oleh karena hal-hal yang berhubungan dengan sifat

pendanaan yang sangat terbatas, pihak pengelola masih memfokuskan

pengembangan TMM pada bagian satwa dan pembenahan sarana dan prasarana,

sehingga, belum ada satu bagian khusus untuk mengurus tanaman dan pepohonan

yang ada saat ini.

Tanaman dan pepohonan yang ada di TMM saat ini yang membentuk suasana alamiah hutan sangat perlu ditangani oleh suatu bagian kepengurusan atau

seksi yang bertanggung jawab secara penuh. Banyak kegiatan yang dapat

dilakukan dalam perawatan seluruh tanaman. Kalau tidak ditangani secara tepat,

maka tanaman-tanaman yang ada saat ini akan tumbuh kurang baik dan dapat

(47)

Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap pengunjung tentang

pendapat atas keberadaan hutan kota di Taman Margasatwa Medan sesuai dengan

keadaan saat ini, diperoleh hasil yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 1. Rekapitulasi Data Persepsi Pengunjung tentang Keadaan Hutan

Kota di Taman Margasatwa Medan.

NO. Keterangan Skala

Penilaian

Jumlah

(Orang) Skor Penilaian

1 Sangat Tidak Bagus 1 0 0

Sumber : Data kuesioner diolah

Kriteria Skor :

Jadi, dilihat dari hasil skor yang diperoleh yaitu 357, maka hutan kota

Taman Margasatwa Medan untuk saat ini pengunjung menilai sudah baik. Hal ini

sesuai dengan rata-rata pengunjung selain untuk melihat satwa tujuan utama yang

lain adalah untuk menikmati keteduhan dan kesegaran alamiah dari pepohonan

yang ada. Hal yang perlu ditingkatkan adalah pengaturan tata letak pepohonan,

pemilihan jenis pepohonan dan jumlahnya.

Tata letak pepohonan di hutan kota TMM saat ini adalah berbentuk jalur

dan bergerombol. Hal ini sesuai dengan Irwan (1994) yang menyebutkan hutan

(48)

bentuk jalur. Namun, tata letak sebaiknya disesuaikan berdasarkan jenis dan

tujuan supaya lebih teratur sehingga pengunjung dapat lebih fokus dan

terkonsentrasi ketika menikmati obyek hutan kota. Misalnya untuk jenis pohon

MPTs ataupun jenis komersial letaknya masing-masing di kelompokkan pada satu

tempat.

Pemilihan jenis pepohonan di hutan kota TMM masih terasa kurang

banyak jenisnya. Hal ini dapat dilihat dari jenis pepohonan yang masih sedikit dan

di beberapa tempat yang tujuannya untuk ditanami masih kosong. Menurut Setiadi

dkk (2003), jenis pohon yang ditambahi sebaiknya jenis MPTs (durian,

rambutan,mangga, duku, dll) dimana pengunjung bisa merasakan manfaat jenis

tersebut dengan aturan tertentu, dan jenis yang dapat menambah pengetahuan

pengunjung untuk tujuan edukasi, seperti jenis pohon komersial (jati, tusam,

eukaliptus, dll), jenis pohon langka (cendana, ulin, namnam, dll). Akan lebih baik

jika tanaman khas Sumatera Utara juga ditanam, seperti bunga kenanga, anggrek

tien soeharto, bunga bangkai, ataupun daun sang. Dengan demikian jenis tanaman

dan pepohonan di hutan kota akan semakin beragam dan fungsi sebagai

pelestarian plasma nutfah flora dapat terwujud.

Populasi pepohonan di hutan kota TMM belum banyak berdasarkan luasan

yang sedang dikembangkan saat ini. Hal ini dapat dilihat pada beberapa tempat

yang tujuannya untuk ditanami masih kosong karena jumlah yang kurang dan

banyak tanaman yang mati. Oleh karena itu, tidak menjadi masalah jika

pepohonan ditambah jumlah dan jenisnya, agar suasana TMM lebih segar dan

(49)

Rekreasi

Kondisi harapan rekreasi

Dalam Ifana (2003), untuk mengoptimalkan taman margasatwa sebagai

sarana rekreasi, maka sarana rekreasi tersebut harus memenuhi :

1. Kelengkapan sarana dan prasarana

a. Kuantitasnya mecukupi.

b. Letaknya tersebar merata.

c. Kondisi layak pakai.

2. Kelengkapan layanan. Layanan yang diberikan setiap hari sama.

3. Obyek wisata

a. Jumlahnya beraneka ragam.

b. Pengandangan terbuka.

c. Kondisi kandang bersih.

4. Keorganisasian. Adanya kerja sama antara bagian untuk mengoptimalkan

taman margasatwa sebagai sarana rekreasi, adanya pengawasan yang

bertanggung jawab terhadap penggunaan dana-dana yang diperuntukkan untuk

pengelolaan, dan penerimaan dana operasional setiap seksi sesuai dengan

pengalokasian anggaran, agar taman margasatwa dapat berjalan sesuai dengan

tujuannya sebagai sarana konservasi, sarana rekreasi dan sarana pendidikan.

(50)

Kelengkapan sarana dan prasarana

Fasilitas yang ada di TMM saat ini adalah :

1. Fasilitas wisata

a. Naik gajah, naik kuda dan naik andong.

b. Tempat bermain anak-anak.

c. Flying fox

d. Parkir

e. Kios souvenir

f. Kandang hewan

2. Fasilitas pengunjung

a. Mushola

b. Toilet

c. Ruang terbuka di bawah pepohonan

d. Tempat duduk

e. Papan interpretasi.

f. Kafetaria

3. Faslitas manajemen.

a. Kantor sekretariat TMM

b. Kantor pusat penelitian dan pengembangan

c. Kantor satpam

d. Kantor klinik dan karantina

e. Perpustakaan

(51)

Sarana dan fasilitas yang ada di TMM sudah cukup dan dapat memenuhi

kebutuhan pengunjung. 72% pengunjung mengatakan bahwa pelayanan pengelola

TMM dinilai cukup karena masih dalam tahap pembenahan karena pemindahan

lokasi yang baru. Untuk beberapa sarana yang jumlahnya kurang banyak dan

kurang tersebar merata, maka perlu dilakukan penambahan dan penyebaran secara

merata, seperti tempat duduk, tempat sampah, kafetaria, dan kios souvenir. Untuk

sarana dan prasarana yang kondisinya rusak dan tidak menarik seperti musholla

dan toilet perlu diperbaiki lagi supaya pengunjung merasa nyaman. Hal ini untuk

mengantisipasi jika hari libur tiba, dimana jumlah pengunjung sangat banyak.

Penambahan buku-buku di perpustakaan yang berhubungan dengan kebun

binatang perlu dilakukan untuk menambah pengetahuan para pengunjung.

Gambar 5. Arena bermain anak

(52)

Kelengkapan layanan

Layanan yang ada di TMM saat ini antara lain papan informasi di

beberapa tempat, papan interpretasi di setiap kandang satwa yang berisi tentang

nama ilmiah, nama lokal, asal, penyebaran dan gambar satwa. Selain itu ada juga

untuk foto bersama gajah yang langsung ditangani oleh keeper gajah.

Kelengkapan layanan yang diberikan kepada pengunjung belum cukup

memenuhi kebutuhan pengunjung sebagai sarana rekreasi. 89% pengunjung

mengatakan kurangnya papan informasi yang ada di TMM dan petugas yang ada

sebagai sumber informasi. Sumber informasi tentang TMM memang dirasakan

perlu supaya pengunjung jangan merasa kebingungan ketika berada di TMM.

Selain itu, beberapa pengunjung menyarankan untuk penyediaan majalah dinding

yang berisi tentang berbagai macam informasi TMM. Penyediaan informasi akan

setiap tanaman yang ada di TMM juga perlu dilakukan.

Pihak pengelola sebenarnya mempunyai target dan rencana penambahan

dan pembenahan fasilitas dan layanan yang sekiranya direalisasikan sebelum

lebaran tiba, karena biasanya pengunjung akan banyak. Pembenahan yang akan

dilakukan yaitu penambahan jumlah kursi dan tempat sampah di beberapa tempat,

perbaikan fasilitas bermain anak-anak, penambahan dan perbaikan papan

informasi di berbagai tempat dan perbaikan papan interpretasi di setiap kandang,

pemutaran film dokumenter tentang satwa dan lingkngan dan penambahan satwa.

Jenis layanan yang ada sebaiknya dapat memenuhi fungsi TMM sebagai

sarana pendidikan yang sehat selain sebagai sarana rekreasi. Layanan yang ada

perlu ditingkatkan kualitasnya dengan pengintensifan layanan yang diberikan.

(53)

tidak hanya datang pada waktu-waktu tertentu, melainkan setiap hari. Boleh jadi

diadakan wisata khusus, seperti pendidikan lingkungan hidup dan wisata

pengamatan perilaku satwa. Tujuan dilakukan kegiatan ini selain dapat menambah

kualitas layanan kebun binatang, juga agar pengunjung lebih mengenal dan

mencintai lingkungannya, sehingga akan menjaga lingkungan dari kerusakan.

Kegiatan wisata ini bisa bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat yang

bergerak di bidang lingkungan yang ada di sekitar Kota Medan.

Obyek wisata

Koleksi satwa yang ada di TMM saat ini ada sebanyak 81 ekor dengan 25

jumlah spesies. Untuk daftar nama satwa dapat dilihat pada lampiran. Saat ini

satwa yang menjadi andalan wisata TMM yaitu harimau sumatera dan orang utan.

Satwa ini termasuk unik bagi para pengunjung.

Sistem pengandangan di TMM saat ini adalah sistem pengandangan

terbuka dan sistem pengandangan tertutup. Untuk satwa aves, reptil dan beberapa

mamalia menggunakan sistem pengandangan tertutup.

Koleksi satwa di TMM populasinya belum padat untuk jumlah spesies ±25

spesies dan 81 ekor satwa di lahan 30 ha. Jadi perlu dilakukan penambahan

jumlah dan jenis satwa.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap pengunjung tentang

pendapat atas keseluruhan fasilitas rekreasi di Taman Margasatwa Medan sesuai

(54)

Tabel 2. Rekapitulasi Data Persepsi Pengunjung tentang Fasilitas Rekreasi di

Taman Margasatwa Medan

NO. Keterangan Skala

Penilaian

Jumlah

(Orang) Skor Penilaian

1 Sangat Kurang Baik 1 0 0

2 Kurang Baik 2 37 74

3 Biasa Saja 3 25 75

4 Baik 4 38 152

5 Sangat Baik 5 0 0

Total - 100 301

Sumber : Data kuesioner diolah

Kriteria Skor :

a. 100-180 : Sangat Kurang Baik

b. 181-260 : Kurang Baik

c. 261-340 : Biasa saja

d. 341-420 : Baik

e. 421-500 : Sangat Baik

Jadi, dilihat dari hasil skor yang diperoleh yaitu 301, maka keadaan

fasilitas rekreasi Taman Margasatwa Medan untuk saat ini pengunjung menilai

biasa saja. Pengunjung memang belum sepenuhnya merasa nyaman dengan sarana

rekreasi yang ada. Masih banyak hal-hal yang harus dibenahi. Keterbatasan dana

pengelola, dimana dana pengelolaan TMM tidak dimasukkan lagi ke dalam

anggaran dana pemerintah. Walaupun demikian, masih tetap harus dilakukan

(55)

Karakteristik Pengunjung Taman Margasatwa Medan Kondisi saat ini

Penilaian mengenai karakteristik pengunjung TMM dan harapan yang

diinginkan oleh pengunjung didasarkan atas beberapa variabel, yaitu karakteristik

individu, kunjungan yang mencakup frekuensi kunjungan, waktu dan motif

kunjungan serta pelayanan pengelola terhadap pengunjung. Dengan mengetahui

karakteristk pengunjung, dapat memudahkan pengelolaan untuk mengambil

langkah ke depan dalam meningkatkan kualitas pelayanan, sarana dan

prasarananya.

Karakteristik individu pengunjung TMM

Karakteristik individu yang diidentifikasi dalam penelitian ini meliput i

jenis kelamin, status perkawinan, umur, pendidikan tertinggi, dan pekerjaan

pokok. Pengamatan terhadap karakteristik individu ini perlu dilakukan karena

faktor individu merupakan yang mempengaruhi permintaan rekreasi alam terbuka

seperti kebun binatang (Clawson dan Knetsch, 1975).

Pengunjung Taman Margasatwa Medan yang diwawancarai sebanyak 100

responden. Responden yang diwawancarai umumnya perempuan, yakni sebanyak

58 orang atau 58% dari total responden, pengunjung laki-laki sebanyak 42 orang

atau 42%. Hal ini disebabkan karena umumnya pengunjung datang berupa

rombongan, yang kebanyakan anggotanya adalah perempuan dan ada juga yang

hanya perempuan saja. Hal ini dikarenakan umumnya kelompok perempuan

(56)

Umumnya responden yang dominan adalah dibawah 20 tahun sebanyak 30

orang (30%). Selanjutnya kelompok umur 21-30 tahun sebanyak 21 orang (21%),

31-40 tahun sebanyak 24 orang (24%), 41-50 tahun sebanyak 17 orang (17%) dan

yang paling sedikit adalah rentang umur 51-60 tahun sebanyak 8 orang (8%).

Pendidikan terakhir pengunjung TMM berdasarkan hasil wawancara

didapatkan Sekolah Menengah Atas sebanyak 62 orang (62%) dan Perguruan

Tinggi sebanyak 38 orang (38%). Pendidikan terakhir pengunjung berpengaruh

pada jenis pekerjaan pokok pengunjung. Berdasarkan hasil wawancara,

didapatkan jenis pekerjaan tertinggi yaitu Pelajar/Mahasiswa sebanyak 46 orang

(46%), selanjutnya PNS sebanyak 22 orang (22%), pegawai swasta sebanyak 16

orang (16%), wiraswasta sebanyak 11 orang (11%) dan petani sebanyak 5 orang

(5%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik Individu Pengunjung TMM Berdasarkan Jenis Kelamin,

Umur, Pendidikan Terakhir dan Pekerjaan Pokok.

No Variabel Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Jenis Kelamin 3 Pendidikan Terakhir

Tidak sekolah 4 Pekerjaan Pokok

(57)

Kunjungan

Dari wawancara beberapa pengunjung diperoleh lamanya waktu

pengunjung berada di dalam areal Taman Margasatwa Medan (TMM), paling

banyak selama 3-4 jam ada sebesar 48% dari total pilihan pengunjung. Lama

berkunjung 2-3 jam dan 1-2 jam masing-masing sebesar 18% dari total plihan

pengunjung. Lama berkunjung lebih dari 4 jam ada sebesar 11% dan lama

berkunjung kurang dari 1 jam ada sebesar 5% dari total pilihan pengunjung. Hal

ini menunjukkan rata-rata pengunjung berada di dalam areal TMM selama 3-4

jam dan waktu ini sudah tergolong cukup untuk mengelilingi seluruh obyek

wisata TMM. Kalaupun ada yang melebihi ataupun kurang dari waktu itu

hanyalah pengunjung yang memiliki kepentingan-kpentingan khusus selain untuk

rekreasi di dalam areal TMM dan bisa juga karena kondisi kebun binatang dirasa

sudah tidak nyaman lagi.

Pilihan hari yang masih menjadi prioritas pengunjung untuk melakukan

rekreasi adalah hari libur, hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara. Sebesar 81%

pengunjung memilih hari libur dan 19% memilih hari biasa. Umumnya

pengunjung sudah pernah berkunjung ke TMM. Pengunjung yang sudah pernah

ke kebun binatang 2-3 kali ada sebanyak 42 orang (42%), yang berkunjung baru 1

kali sebanyak 23 orang (23%), sebanyak 3-4 kali sebanyak 21 orang (21%) dan

lebih dari 4 kali sebanyak 14 orang (14%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

(58)

Tabel 4. Pola Kunjungan

No Variabel Kunjungan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Waktu yang digunakan selama di TMM 2 Pilihan hari kunjungan

Hari libur 3 Jumlah kunjungan

2-3 kali

Berdasarkan hasil wawancara, motif kunjungan pengunjung TMM ada

berbagai macam, tetapi yang paling tinggi yaitu untuk berekreasi sebanyak 78

orang (78%), belajar sebanyak 15 orang (15%), penelitian sebanyak 4 orang (4%),

olah raga sebanyak 3 orang (3%).

Sebelum melakukan kegiatan rekreasi, umumnya pengunjung sudah

memperoleh informasi tentang TMM yang akan dikunjungi. Umumnya

pengunjung memperoleh informasi dari keluarga dan teman (65%), media massa

serta elektronik (20%) dan papan reklame (15%). Hal ini menunjukkan media

yang baik untuk melakukan promosi yaitu melalui penunjung sebelumnya, yang

akan menceritakan pengalamannya setelah berkunjung kepada keluarga dan

teman.

Banyak pengunjung melakukan kunjungan ke TMM selain untuk melihat

satwa, pengunjung tertarik akan keteduhan dan kesegaran suasana kebun binatang

Gambar

Gambar 3. Ruang terbuka di bawah pepohonan dimanfaatkan untuk bersantai.
Gambar 4. Perilaku pengunjung yang dapat membahayakan satwa
Gambar 6. Fasilitas wisata flying fox
Tabel 2. Rekapitulasi Data Persepsi Pengunjung tentang Fasilitas Rekreasi di                  Taman Margasatwa Medan Jumlah
+5

Referensi

Dokumen terkait

Processor adalah sebuah IC yang mengontrol keseluruhan jalannya sebuah sistem komputer dan digunakan sebagai pusat atau otak dari komputer yang berfungsi untuk

Dalam penelitian ini, yang menjadi fase (A1) atau baseline yaitu adalah kemampuan awal anak kesulitan belajar X dalam kemampuan mengenal konsep angka sebelum menggunakan

Rata-rata siswa, baik di kelas eksperimen dan kelas kontrol belajar bahasa Jepang.. tingkat dasar ( Shokyuu ) sejak

[r]

[r]

berkesinambungan di tempat-tempat yang rawan terjadi balap liar, penjagaan di pos-pos yang rawan terjadi balap liar. 2) Upaya represif (penindakan) meliputi:

Adalah pernyataan tentang distribusi beberapa karakteristik antara anggota kelas seluruh orang, tempat atau hal-hal.  Penalaran

[r]