STUDI PENGEMBANGAN TAMAN MARGASATWA MEDAN SEBAGAI HUTAN KOTA DAN SARANA REKREASI
SKRIPSI
Oleh :
HIRAS ANDREW A LUMBANTORUAN 031201002/MANAJEMEN HUTAN
DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Studi Pengembangan Kebun Binatang Medan Sebagai Hutan Kota dan Sarana Rekreasi
Nama : Hiras Andrew A Lumbanoruan
Nim : 031201002
Program Studi : Manajeman Hutan Departemen : Kehutanan
Disetuju Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Agus Purwoko, S.Hut, M.Si Ir. Ma’rifatin Zahra, M.Si NIP : 19740801 200003 1 001
Diketahui Oleh :
Ketua Departemen Kehutanan
ABSTRAK
HIRAS ANDREW A LUMBANTORUAN. Studi Pengembangan Taman
Margasatwa Medan Sebagai Hutan kota Dan Sarana Rekreasi. Dibimbing oleh
AGUS PURWOKO dan MA’RIFATIN ZAHRA.
Taman Margasatwa Medan dengan lokasi yang baru perlu ditingkatkan pengembangannya. Selain satwa yang menjadi obyek utama, pengembangan yang sedang dilakukan antara lain hutan kota dan sarana rekreasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aspek tata letak, pemilihan jenis dan populasi pepohonan hutan kota Taman Margasatwa Medan dan sarana rekreasi yang ada serta mendeskripsikan hubungan karakteristik pengunjung (umur, tingkat pendidikan, pendapatan) dengan persepsi pengunjung terhadap keberadaan hutan kota di Taman Margasatwa Medan. Penelitian ini menggunakan skala Likert untuk melihat persepsi pengunjung terhadap kajian-kajian yang dilakukan dan untuk melihat hubungan karakteristik pengunjung (umur, tingkat pendidikan, pendapatan) dengan tingkat persepsi pengunjung terhadap keberadaan hutan kota di Taman Margasatwa Medan menggunakan korelasi rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek tata letak, pemilihan jenis dan populasi pepohonan hutan kota sudah baik. Persepsi pengunjung tentang sarana rekreasi yang menyatakan biasa saja. Jadi, perlu dilakukan pembenahan sarana rekreasi yang ada supaya lebih baik. Ada hubungan yang kuat antara persepsi pengunjung dengan tingkat pendidikan. Tidak terdapat hubungan yang kuat antara umur dan pendapatan dengan persepsi pengunjung.
ABSTRACT
LUMBANTORUAN, HIRAS ANDREW A. A study about Medan Zoo
Development as City Forest and Recreation Facility. Under academic supervised by AGUS PURWOKO and MA’RIFATIN ZAHRA.
Medan Zoo in the new location in need to increase the development is. Besides the animals as the main object, the development which is being done to increase the number of visitors are ccity forest and recreation facility. The objective of this research are to investigate the arrangement aspects, species choosen, and trees population of city forest Medan Zoo and recreation facility taht exist and to describe the relation between visitor characteristics (age, level of education, income) and visitor perception toward the existance of city forest in Medan Zoo. This research uses Likert scale to see the visitors perception about the investigation that was done and to see the relation between visitors characteristics (age, level of education, income) and level of visitors characteristics toward the existance city forest in Medan Zoo by using Rank Spearman Correlation. The result of the research showed that arrangement aspects, species choosen and trees population of city forest are good. The result are little different with the visitors perception about recreation facility who state that its common. So, recreation facility repairation are need in order be better. There is so strong relation between visitors perception and level education. There is no strong relation between visitors perception and level education. There is no strong relation between age and income with visitors perception.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 15
April 1986 dari Ayah K. Lumbantoruan dan (alm) Ibu E br. Sinurat. Penulis
merupakan anak pertama dari empat bersaudara.
Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Medan dan pada tahun 2003
lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi
Manajemen Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian.
Penulis mengikuti Praktik Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) pada
tahun 2005 di Taman Hutan Rakyat Tongkoh Kabupaten Karo dan Hutan
Mangrove Bandar Kalipah Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.
Penulis melakukan Praktik Kerja Lapang (PKL) pada tahun 2007 di HPHTI PT.
Musi Hutan Persada, Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Utara. Pada
tahun 2009 penulis melaksanakan penelitian dengan judul ” Studi Pengembangan
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas penyertaan dan kasihNya penulis dapat menyusun hasil penelitian ini
dengan judul Studi Pengembangan Kebun Binatang Medan sebagai Hutan Kota
dan Sarana Rekreasi.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada orangtua
dan seluruh keluarga yang terus memberikan bantuan baik materil maupun spirit
kepada penulis untuk menyelesaikan segala tanggungjawab dalam hal pendidikan
yang diemban. Penulis menyampaikan terimakasih kepada Bapak Agus Purwoko,
S.Hut, M.Si dan Ibu Ir. Ma’riftin Zahra, M.Si sebagai Komisi Pembimbing
Skripsi penulis yang terus membimbing penulis dalam menyusun hasil penelitian
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan hasil penelitian ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari seluruh pihak yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan penulisan
hasil penelitian ini di masa yang akan datang.
Semoga penelitian ini bermanfaat. Atas perhatian yang diberikan penulis
DAFTAR ISI
Manfaat Penelitian... 3
TIJNJAUAN PUSTAKA ... 4
Taman Margasatwa ... 4
Pengertian taman margasatwa ... 4
Fungsi taman satwa... 4
Pembinaan taman margasatwa ... 5
Hutan Kota ... 6
Pengertian hutan kota ... 6
Fungsi dan manfaat hutan kota... 6
Tipe dan bentuk hutan kota ... 8
Kriteria pohon ruang terbuka hijau... 8
Silvikultur ... 12
Pembangunan hutan kota ... 14
Rekreasi ... 14
Pengertian rekreasi ... 14
Permintaan rekreasi ... 14
METODOLOGI PENELITIAN ... 17
Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17
Karakteristik pengunjung ... 21
Persepsi ... 21
Hutan kota ... 22
Tata letak ... 22
Populasi ... 23
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 25
Sejarah singkat Taman Margasatwa Medan ... 25
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27
Hutan Kota ... 27
Kondisi harapan hutan kota ... 27
Penutupan tajuk ... 29
Pengaturan tanaman ... 31
Keanekaragaman tanaman dan penciri kota ... 32
Sebagai habitat burung liar ... 33
Persemaian ... 34
Keorganisasian ... 34
Komposisi Responden Berdasarkan Cara Melakukan Kunjungan ... 32
Komposisi Responden Berdasarkan Status Penikahan ... 33
Komposisi Responden Berdasarkan Alasan Kedatangan .. 34
Komposisi Responden Berdasarkan Sumber Informasi .... 34
Rekreasi ... 37
Kondisi harapan rekreasi ... 37
Kelengkapan sarana dan prasarana ... 38
Kelengkapan layanan ... 40
Obyek wisata ... 41
Tingkat Keamanan ... 39
Karakteristik Pengunjung Taman Margasatwa Medan ... 43
Kondisi saat ini ... 43
Karakteristik individu pengunjung Taman Margasatwa Medan ... 43
Kunjungan ... 45
Pelayanan ... 47
Hubungan Karakteristik Pengunjung Dengan Persepsi ... 49
Hubungan antara umur dengan persepsi pengunjung ... 49
Hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi pengunjung... 50
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rekapitulasi Data Persepsi Pengunjung tentang Keadaan Hutan
Kota di Taman Margasatwa Medan. ... 35 Tabel 2. Rekapitulasi Data Persepsi Pengunjung tentang Fasilitas
Rekreasi di Taman Margasatwa Medan... 42 Tabel 3. Karakteristik Individu Pengunjung Taman Margasatwa Medan
Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Pendidikan Terakhir dan
Pekerjaan Pokok. ... 44 Tabel 4. Pola Kunjungan ... 46 Tabel 5. Karakteristik Pengunjung berdasarkan Motif Kunjungan,
Informasi, dan Daya Tarik... 47 Tabel 6. Analisis Korelasi Rank Spearman dengan Karakteristik
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Pepohonan di Taman Margasatwa Medan... 35 Gambar 2. Jalan Taman Margasatwa Medan yang ditanami pohon hias... 42 Gambar 3. Ruang terbuka di bawah pepohonan dimanfaatkan untuk
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Lembar Kuisioner. ... 56
Lampiran 2. Data Sampel Pengunjung Taman Margasatwa Medan... 59
Lampiran 3. Korelasi Rank Spearman Antara Umur dengan Persepsi... 62
Lampiran 4. Korelasi Rank Spearman Antara Tingkat Pendidikan dengan Persepsi... 65
Lampiran 5. Korelasi Rank Spearman Antara Pendapatan dengan Persepsi.... 68
Lampiran 6. Pengolahan Data dengan Menggunakan Software SPSS... 71
Lampiran 7. Burung-burung bebas yang ada di Taman Margasatwa Medan.... 72
Lampiran 8. Nama-nama koleksi satwa di Taman Margasatwa Medan... 73
Lampiran 9. Peta Lokasi Kandang... 74
Lampiran10. Peta Lokasi Taman Margasatwa Medan... 75
ABSTRAK
HIRAS ANDREW A LUMBANTORUAN. Studi Pengembangan Taman
Margasatwa Medan Sebagai Hutan kota Dan Sarana Rekreasi. Dibimbing oleh
AGUS PURWOKO dan MA’RIFATIN ZAHRA.
Taman Margasatwa Medan dengan lokasi yang baru perlu ditingkatkan pengembangannya. Selain satwa yang menjadi obyek utama, pengembangan yang sedang dilakukan antara lain hutan kota dan sarana rekreasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aspek tata letak, pemilihan jenis dan populasi pepohonan hutan kota Taman Margasatwa Medan dan sarana rekreasi yang ada serta mendeskripsikan hubungan karakteristik pengunjung (umur, tingkat pendidikan, pendapatan) dengan persepsi pengunjung terhadap keberadaan hutan kota di Taman Margasatwa Medan. Penelitian ini menggunakan skala Likert untuk melihat persepsi pengunjung terhadap kajian-kajian yang dilakukan dan untuk melihat hubungan karakteristik pengunjung (umur, tingkat pendidikan, pendapatan) dengan tingkat persepsi pengunjung terhadap keberadaan hutan kota di Taman Margasatwa Medan menggunakan korelasi rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek tata letak, pemilihan jenis dan populasi pepohonan hutan kota sudah baik. Persepsi pengunjung tentang sarana rekreasi yang menyatakan biasa saja. Jadi, perlu dilakukan pembenahan sarana rekreasi yang ada supaya lebih baik. Ada hubungan yang kuat antara persepsi pengunjung dengan tingkat pendidikan. Tidak terdapat hubungan yang kuat antara umur dan pendapatan dengan persepsi pengunjung.
ABSTRACT
LUMBANTORUAN, HIRAS ANDREW A. A study about Medan Zoo
Development as City Forest and Recreation Facility. Under academic supervised by AGUS PURWOKO and MA’RIFATIN ZAHRA.
Medan Zoo in the new location in need to increase the development is. Besides the animals as the main object, the development which is being done to increase the number of visitors are ccity forest and recreation facility. The objective of this research are to investigate the arrangement aspects, species choosen, and trees population of city forest Medan Zoo and recreation facility taht exist and to describe the relation between visitor characteristics (age, level of education, income) and visitor perception toward the existance of city forest in Medan Zoo. This research uses Likert scale to see the visitors perception about the investigation that was done and to see the relation between visitors characteristics (age, level of education, income) and level of visitors characteristics toward the existance city forest in Medan Zoo by using Rank Spearman Correlation. The result of the research showed that arrangement aspects, species choosen and trees population of city forest are good. The result are little different with the visitors perception about recreation facility who state that its common. So, recreation facility repairation are need in order be better. There is so strong relation between visitors perception and level education. There is no strong relation between visitors perception and level education. There is no strong relation between age and income with visitors perception.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini banyak kebun binatang atau taman margasatwa di Indonesia mulai
diarahkan kepada pembangunan hutan kota. Dahlan (1992) mengatakan,
pembangunan hutan kota menyangkut masalah ketersediaan lahan yang
berhubungan dengan masalah tata ruang kota. Masalah ketersediaan lahan untuk
kota, serta bagaimana mengefektifkan pemanfaatan lahan yang tersedia
merupakan kunci dalam penbangunan hutan kota. Lahan semakin hari semakin
berharga, semakin mahal dan semakin sedikit untuk hutan kota sehingga sering
terjadi perebutan kepentingan dalam penggunaan lahan dari berbagai aktifitas
kota. Dalam situasi ini, lahan yang sudah tersedia untuk hutan kota
sewaktu-waktu dialihgunakan untuk kepentingan lainnya. Jadi, taman margasatwa bisa
dimanfaatkan sebagai tempat pembangunan hutan kota.
Di dalam usaha mengembangkan taman margasatwa harus secara utuh
dapat berfungsi sebagai paru-paru kota juga tetap berpedoman pada empat fungsi,
yaitu sarana rekreasi, konservasi, riset dan edukasi. Untuk memenuhi tuntutan
zaman, peran serta penampilan taman margasatwa perlu ditingkatkan dari waktu
ke waktu. Meskipun demikian di dalam usaha pengembangan ternyata
menghadapi banyak kendala yang bersifat teknis maupun non teknis. Kendala non
teknis yang bersumber pada masalah sosial dan psikologis ternyata cukup
berpengaruh pada usaha terwujudnya secara serasi keempat fungsi tersebut di atas
Seiring dengan perkembangan zaman, Kota Medan mulai menjadi kota
yang sibuk dan penduduknya semakin bertambah. Kesibukan kota biasanya
menimbulkan dampak stres dan rekreasi adalah salah satu cara untuk
menguranginya. Rekreasi bisa dilakukan di alam terbuka (outdoor) ataupun di
dalam ruangan (in door). Tempat rekreasi alam yang ada di Kota Medan salah
satunya adalah Taman Margasatwa Medan (TMM). Kurangnya sarana rekreasi
alam yang ada di Kota Medan dikarenakan kurangnya luasan tutupan hijau yang
ada. Untuk memenuhi kebutuhan warga Kota Medan akan sarana rekreasi alam,
maka diperlukan peningkatan kualitas dari sarana rekreasi yang sudah ada.
Perumusan Masalah
Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah Taman Margasatwa
Medan dengan lokasi yang baru belum memberikan nilai manfaat yang lebih,
karena aspek tata letak, pemilihan jenis, populasi dan fasilitas rekreasi belum
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah :
1. Mengkaji aspek tata letak, pemilihan jenis dan populasi pada hutan kota di
Taman Margasatwa Medan.
2. Mengkaji dan melakukan studi persepsi pengunjung tentang sarana rekreasi
Taman Margasatwa Medan.
3. Mendeskripsikan hubungan karakteristik pengunjung (umur, tingkat
pendidikan, pendapatan) dengan persepsi masyarakat terhadap keberadaan
hutan kota di Taman Margasatwa Medan.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dilakukan adalah :
1. Sebagai sumber informasi bagi pengelola tentang hutan kota di Taman
Margasatwa Medan.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengelola untuk pengoptimalan fasilitas
TINJAUAN PUSTAKA
Taman Margasatwa
Pengertian taman margasatwa
Taman margasatwa adalah tempat hewan dipelihara dalam lingkungan
buatan dan dipertunjukkan kepada publik. Selain sebagai tempat rekreasi, kebun
binatang atau taman margasatwa berfungsi sebagai tempat pendidikan, riset dan
tempat konservasi untuk satwa terancam punah. Binatang yang dipelihara
sebagian besar adalah hewan yang hidup di darat, sedangkan satwa yang hidup air
dipelihara di akuarium (Wikipedia, 2009).
Dalam Arief (2001), berdasarkan surat keputusan Dirjen Kehutanan No.
20/upts/DJ/1978 tentang pedoman umum kebun binatang, bahwa kebun binatang
atau taman margasatwa adalah suatu tempat dimana berbagai macam satwa
dikumpulkan, diperagakan, dipelihara untuk umum dalam rangka pengadaan
sarana rekreasi alam yang sehat untuk mendidik dan mengembangkan budaya
masyarakat dalam memelihara kelestarian lingkungan hidup.
Fungsi taman margasatwa
Berdasarkan fungsi taman satwa yang telah dijadikan oleh Perhimpunan
Kebun Binatang Se-Indonesia dirincikan sebagai berikut :
1. Sebagai sarana untuk meningkatkan kepedulian masyarakat tentang
pentingnya masalah keanekaragaman hayati fauna di dunia dan di Indonesia.
2. Sebagai sarana konservasi ex-situ jenis-jenis satwa yang langka atau terancam
3. Sebagai sarana tempat penangkaran jenis-jenis satwa koleksi yang ada.
4. Sebagai sarana tempat dan obyek penelitian aspek biologi/ekologi jenis-jenis
satwa koleksi dalam rangka melengkapi data.
5. Sebagai sarana untuk membantu penghijauan kota berupa taman karena
banyaknya jenis pepohonan yang ditanam sebagai pelindung dan habitat satwa
semi alami.
6. Sebagai paru-paru kota oleh karena banyaknya jenis tumbuhan hijau sebagai
produsen oksigen serta pencegah erosi dan kekeringan.
7. Sebagai sarana tempat obyek rekreasi yang edukatif. Dengan mengunjungi
taman satwa, masyarakat dapat memperoleh informasi tentang kehidupan dan
perilaku satwa yang menarik.
8. Sebagai sarana untuk membantu peningkatan kondisi sosial-ekonomi
masyarakat.
Tobrani (1997), menyebutkan bahwa kebun binatang atau taman
margasatwa merupakan sarana yang vital dari program pelestarian alam
disamping fungsi-fungsi yang lain, diantaranya sebagai sarana untuk memberikan
kesempatan yang luas dalam bidang pendidikan, penelitian dan rekreasi. Dengan
demikian, kebun binatang atau taman margasatwa merupakan sarana penghubung
satu-satunya antara masyarakat dan satwa liar, karena itu di tempat ini masyarakat
dapat melihat berbagai jenis satwa liar.
Pembinaan taman margasatwa
Faktor-faktor yang diperlukan dalam pembinaan taman margasatwa, yaitu
pulau-pulauan, unit kandang luar, kolam air dan gedung pameran), keamanan (pagar,
kandang pemisah dan pemeriksaan kandang), pelayanan teknis (tenaga ahli,
perawatan dan kesehatan satwa), pelayanan masyarakat, pembiayaan, laporan dan
kerja sama antara kebun binatang atau taman margasatwa (Dirjen PPA, 1997).
Hutan Kota
Pengertian hutan kota
Rapat teknis Departemen Kehutanan (1991), hutan kota adalah suatu lahan
yang bertumbuhan pohon-pohon di dalam tanah negara maupun tanah milik yang
berfungsi sebagai penyangga lingkungan dalam hal pengaturan tata air, udara,
habitat, flora dan fauna yang memiliki nilai estetika dan dengan luas yang solid
yang merupakan ruang terbuka hijau pohon-pohonan serta area tersebut ditetapkan
oleh pejabat yang berwewenang sebagai hutan kota.
Fungsi dan manfaat hutan kota
Menurut Irwan (2005), fungsi hutan kota sangat bergantung pada
komposisi dan keanekaragaman jenis dari komunitas vegetasi yang menyusunnya
dan tujuan perancangannya. Secara garis besar fungsi hutan kita dapat
dikelompokkan menjadi tiga fungsi berikut :
1. Fungsi Lansekap, meliputi fungsi fisik, dimana vegetasi sebagai unsur
struktural berfungsi untuk perlindungan terhadap kondisi alami sekitarnya
seperti angin, sinar matahari, pemandangan yang kurang bagus dan terhadap
bau. Meliputi fungsi sosial, penataan vegetasi dalam hutan kota yang baik
hutan kota orang seperti penyair atau seniman yang dapat merenung dan
mengkhayal sehingga dapat menjadi sumber inspirasi dan ilham. Hutan kota
dengan aneka vegetasinya mengandung nilai-nilai ilmiah yang dapat menjadi
laboratorium hidup untuk sarana pendidikan dan penelitian.
2. Fungsi Pelestarian Lingkungan, antara lain :
a. Menyegarkan udara atau sebagai “paru-paru” kota, dengan mengambil
CO2 dalam proses fotosintesi dan menghasilkan O2 yang sangat diperlukan
bagi makhluk hidup untuk pernapasan.
b. Menurunkan suhu kota dan meningkatkan kelembapan.
c. Sebagai ruang hidup satwa. Vegetasi atau tumbuhan selain sebagai
produsen pertama dalam ekosistem juga dapat menciptakan ruang hidup
(habitat) bagi makhluk hidup lainnya.
d. Sebagai penyanggah dan perlindungan permukaan tanah dari air hujan dan
angin untuk penyediaan air tanah dan pencegahan erosi.
e. Pengendalian dan mengurangi polusi udara dan limbah.
f. Peredam kebisingan.
g. Tempat pelestarian plasma nutfah dan bioindikator dari timbulnya masalah
seperti hujan asam, karena tumbuhan tertentu akan memberikan reaksi
tertentu terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di sekitarnya.
h. Menyuburkan tanah.
3. Fungsi Estetika, erat kaitannya dengan rekreasi. Ukuran, bentuk, warna
dan tekstur tanaman serta unsur komposisi dan hubungannya dengan
lingkungan sekitarnya merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas
seseorang merupakan reaksi dari suatu penampakan. Hutan, selain
memberikan hasil utama dan sebagai sumber air juga merupakan sarana
untuk berekreasi.
Tipe dan bentuk hutan kota
Menurut Dahlan (1992), hutan kota dibagi menjadi beberapa tipe yaitu tipe
pemukiman, tipe rekreasi dan keindahan, tipe pengamanan, tipe pelestarian
plasma nutfah dan tipe kawasan industri, sedangkan untuk bentuk, hutan kota
dapat dikelompokkan menjadi bentuk jalur hijau, taman kota, kebun raya, hutan
raya dan kebun binatang.
Kriteria pohon ruang terbuka hijau
Wibowo (1992), menyatakan bahwa tumbuhan yang dipakai untuk ruang
terbuka hijau merupakan habitat satwa, tempat hidup dan makan, bagi
burung-burung untuk menjamin kehidupan burung-burung di perkotaan. Jenis pohon untuk
lansekap kota biasanya dipilih yang tidak memerlukan perawatan intensif dan
biaya pemeliharaan yang minim. Berdasarkan Arnold (1980) dan Haeckett (1974),
beberapa syarat dalam memilih tanaman untuk lansekap hutan kota adalah :
1. Memenuhi keutuhan khusus seperti jalan, perkantoran dan hutan kota.
2. Mampu beradaptasi dengan lingkungan.
3. Tahan terhadap stress.
4. Tahan terhadap penyakit
6. Mempunyai sifat fisik yang mencakup ukuran tumbuh maksimum, umur,
kecepatan tumbuh, trkstur dan bentuk alami, serta dapat mengkoordinasi
kebutuhan desain.
Penentuan jenis pohon yang sesuai untuk hutan kota tergantung jenis atau
struktur hutan kota yang akan dikembangkan. Untuk kawasan hijau pertamanan
kota kriterianya antara lain :
1. Harus tidak bergetah/ beracun, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak
mengganggu fondasi, struktur daun setengah rapat sampai rapat.
2. Jenis ketinggian bervariasi.
3. Warna daun hijau dengan variasi seimbang.
4. Jenis tanaman tahunan.
5. Kecepatan tumbuh sedang.
Sebagai habitat burung, pohon ruang terbuka hijau berperan sebagai
tempat berlindung, bersarang dan terutama sebagai penghasil makanan. Jenis
pohon yang dipilih yaitu yang menghasilkan buah, dapat mengundang serangga,
menghasilkan bunga, baik tanaman tahunan maupun musiman, sedang untuk
burung pemakan biji-bijian, sumber biji didapat dari berbagai jenis varietas
rumput-rumputan. Pohon yang bertekstur daun halus ( seperti Peltlophorom
pteoarpum Back), berbuah (seperti Ficus benyamina L) banyak mengundang
serangga (Miller, 1998).
Menurut Rachman (1996) penggunaan tanaman yang menghasilkan bunga
akan memberikan daya tarik bagi satwa (burung dan kupu-kupu) serta dapat
memberikan suasana yang ceria. Kehadiran satwa tersebut akan menambah
kegiatan transportasi. Kehadiran burung akan menambah keasrian tapak sehingga
akan memperindah kawasan tersebut. Penggunaan vegetasi yang memiliki bunga/
buah akan menjadi daya tarik burung tersebut untuk datang dan tinggal di
kawasan tersebut.
Masyarakat modern kini cenderung kembali ke alam (back to nature).
Desiran angin, kicauan burung dan atraksi satwa lainnya di kota diharapkan dapat
menghalau kejenuhan dan stres yang banyak dialami oleh penduduk perkotaan.
Salah satu satwa liar yang dapat dikembangkan di perkotaan adalah burung.
Burung perlu dilestarikan, mengingat mempunyai manfaat yang tidak kecil artinya
bagi masyarakat, antara lain (Hernowo dan Prasetyo, 1989) :
1. Membantu mengendalikan serangga hama,
2. Membantu proses penyerbukan bunga,
3. Mempunyai nilai ekonomi yang lumayan tinggi,
4. Burung memiliki suara yang khas yang dapat menimbulkan suasana yang
menyenangkan,
5. Burung dapat dipergunakan untuk berbagai atraksi reaksi,
6. Sebagai sumber plasna nutfah,
7. Objek untuk pendidikan dan penelitian.
Beberapa jenis burung sangat membutuhkan pohon sebagai tempat
mencari makan maupun sebagai tempat bersarang dan bertelur. Pohon kaliandra di
antaranya disenangi burung penghisap madu. Pohon jenis lain disenangi oleh
burung karena berulat yang dapat dimakan oleh jenis burung lainnya.
Menurut Ballen (1989) dalam Ismayadi (2009), beberapa jenis tumbuhan
1. Kiara, caringin dan loa (Ficus spp.) F.benjamina, F.variegata, dan
F.glaberrima buahnya banyak dimakan oleh burung seperti punai (Treron sp.)
2. Dadap (Erythrina variegata). Bunganya menghasilkan nektar. Beberapa jenis
burung yang banyak dijumpai pada tanaman dadap yang tengah berbunga
antara lain : betet (Psittacula alexandri), serindit (Loriculus pusillus), jalak
(Sturnidae) dan beberapa jenis burung madu.
3. Dangdeur (Gossampinus heptaphylla). Bunganya yang berwarna merah
menarik burung ungkut-ungkut dan srigunting.
4. Aren (Arenga pinnata). Ijuk dari batangnya sering dimanfaatkan oleh burung
sebagai bahan untuk pembuatan sarangnya.
5. Bambu(Bambusa spp.) Burung blekok (Ardeola speciosa) dan manyar
(Ploceus sp.) bersarang di pucuk bambu. Sedangkan jenis burung lainnya
seperti : burung cacing (Cynoris banyumas), celepuk (Otus bakkamoena),
sikatan (Rhipidura javanica), kepala tebal bakau (Pachysephala cinerea) dan
perenjak kuning (Abroscorpus superciliaris) bertelur pada pangkal cabangnya,
diantara dedaunan dan di dalam batangnya.
Pada studi kasus mengenai persepsi masyarakat terhadap hutan kota di
Kota Pematang Siantar, Sanuddin dkk (2003) mengklasifikasikan jenis-jenis
pohon yang perlu ditanam dalam pembuatan hutan kota berdasarkan jawaban
responden sebagai berikut :
1. Pohon yang efektif mengurangi polusi (menyerap partikel zat pencemaran),
yaitu antara lain mahoni daun besar (Swietenia macrophylla), cemara
2. Pohon yang dapat meneduhkan, seperti flamboyant (Delonix regia) dan
beringin (Ficus benjamina) dan pohon yang bernila estetika, seperti bunga
tanjung (Mimusops elengii), filicium (Filicium decipiens), pinang merah dan
palem raja.
3. Pohon MPTs (Multi Purpose Trees Species). Pilihan terhadap jenis ini untuk
mengakomodir keinginan masyarakat untuk memperoleh manfaat nyata dari
hutan kota melalui pemanfaatan jenis-jenis MPTs dengan aturan tertentu.
Jenis-jenis tanaman ini antara lain : durian (Durio zibethinus), rambutan
(Nephelium lappaceum), duku (Lansium domesticum), mangga (Mangifera
indica), jambu klutuk (Psidium guajava) dan mengkudu (Morinda
brachteata).
4. Koleksi pohon yang bersifat komersial, seperti jati (Tectona grandis), meranti
(Shorea sp.), tusam (Pinus merkusii), pulai (Alstonia scholaris), eukaliptus
(Eucalyptus sp.), melina (Gmelina arborea) dan pohon-pohon jenis langka,
seperti cendana (Santalum album) dan ulin (Eusideroxylon zwagerii). Hal ini
dimaksudkan agar hutan kota dapat menambah pengetahuan masyarakat
tentang hutan dan lingkungan.
Silvikultur
Silvikultur berkenaan dengan kontrol pembentukan, pertumbuhan,
komposisi dan kualitas vegetasi hutan. Hal ini hanya dapat dilakukan pada setiap
hutan yang berlokasi tertentu, bila tersedia tujuan pengelolaan yang jelas dan
tegas, yang melukiskan apa yang akan dicapai. Kemudian setiap tujuan
paling cocok. Tujuan yang bervariasi diantara produksi kayu, air, margasatwa dan
rekreasi menghendaki struktur hutan yang berbeda (Baker,1992).
Setiap tanaman perlu pemeliharaan. Penanaman tanaman yang bersifat
produksi biasanya lebih intesif dilakukan. Untuk mendapatkan hasil yang baik,
tentunya semua aspek pemeliharaan harus dilakukan, mulai dari pembumbunan
hama, penyakit dan kebakaran (Setiawan,2000).
Perlindungan hutan merupakan bagan dari silvikultur. Penyebab kerusakan
hutan ada yang berasal dari luar hutan maupun faktor-faktor yang berhubungan
dengan perkembangan hutan itu sendiri. Penyebab kerusakan hutan yaitu
pathogen, serangan hama dan hewan hama, faktor lingkungan abiotik, tumbuhan
pengganggu, kebekaran, satwa liar dan penggembalaan ternak. Untuk menangani
hal tersebut, Evans (1982) dalam Sumardi (2004) merumuskan asas strategi
perlindungan hutan yang dapat digunakan untuk mewujudkan pengelolaan hutan
yang lestari, yaitu :
1. Memahami interaksi hutan dengan agens perusak sehingga dapat mengenali
faktor-faktor yang menyebabkan masalah dalam perlindungan hutan dan dapat
mengenali penyebab kerusakan primer.
2. Dapat menganalisis dan mengambil keputusan secara menyeluruh dan tidak
hanya terbatas pada penyebab kerusakan yang paling serius saja.
3. Selalu melihat bahwa perlindungan hutan sebagai tindakan yang tidak terpisah
dari silvikultur.
4. Sadar bahwa perlindungan hutan semakin penting dan pendekatannya tidak
Pembangunan hutan kota
Menurut Dahlan (1992) tahapan-tahapan pembangunan hutan kota yaitu
perencanaan, kelembagaan dan organisasi pelaksanaannya, pemilihan jenis,
penentuan luas serta komponen pendukung.
Rekreasi
Pengertian rekreasi
Rekreasi adalah setiap kegiatan individu manusia yang dapat
mempengaruhi sikap mentalnya, Rekreasi dapat menghidupkan spirit,
memulihkan vitalitas, inisiatif dan pandangan hidup manusia. Pendapat ini
didukung Fandeli (2001), yang menyatakan bahwa rekreasi adalah kegiatan aktif
atau pasif, yang dilakukan dengan bebas dan kreatif dalam waktu senggang
sebagai selingan pekerjaan sehari-hari sesuai dengan bakat dan kegemarannya.
Permintaan rekreasi
Douglas (1978), menyatakan bahwa permintaan rekreasi menunukkan
banyaknya kesempatan rekreasi yang diinginkan oleh masyarakat atau gambaran
total partisipasi masyarakat dalam kegiatan rekreasi secara umum yang dapat
diharapkan bila tersedia fasilitas-fasilitas yang memadai atau memenuhi selera
masyarakat.
Douglas (1978), menyatakan bahwa permintaan rekreasi menunukkan
banyaknya kesempatan rekreasi yang diinginkan oleh masyarakat atau gambaran
diharapkan bila tersedia fasilitas-fasilitas yang memadai atau memenuhi selera
masyarakat.
Yoeti (1978), mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan rekreasi yaitu pendapatan, harga produk pariwisata, struktur keluarga,
kualitas, perubahan cuaca atau faktor iklim dan faktor lain.
Clawsaon dan Knetsch (1975) menyatakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi permintaan rekreasi harian, mingguan dan musiman atau tahunan,
sebagai berikut :
1. Faktor individu, yang bepengaruh terhadap potensial rekreasi, dengan
unsur-unsurnya :
a. Sejumlah total areal yang berada di sektor.
b. Distribusi geografi areal, berapa banyak kemudahan kesulitan.
c. Karakteristik sosial ekonomi, seperti : umur, jenis kelamin, pekerjaan,
hubungan keluarga, pendidikan dan suku bangsa.
d. Rata-rata pendapatan dan pembagian waktu luang.
e. Pendidikan khusus, pengalaman dan pengetahuan masyarakat, individu
mengenai rekreasi.
2. Faktor lokasi, dengan unsurnya :
a. Keindahan yang menarik dan pembagian penggunaan bagi rekreasi.
b. Intensitas dan pengelolaan rekreasi.
c. Alternatif pemilihan tempat rekreasi.
d. Kapasitas areal untuk akomodasi pemakaian rekreasi.
3. Hubungan antara pemakai potensial dan daerah rekreasi dengan
unsur-unsurnya :
a. Lama perjalanan → tempat rekreasi → rumah.
b. Senang atau tidaknya selama perjalanan.
c. Keputusan perjalanan ke areal tertentu.
d. Banyaknya permintaan rekreasi akibat adanya promosi yang menarik.
Douglas (1970) menyatakan permintaan rekreasi dipengaruhi oleh :
1. Unsur dari masyarakat terdiri dari ukuran populasi, tempat tinggal (kota,
desa), umur dan tingkat pendidikan.
2. Uang, dengan unsur yang terdiri dari pendapatan dan kesejahteraan.
3. Waktu, dengan unsur yang terdiri dari kesempatan dan mobilitas.
4. Komunitas, dengan unsur yang terdiri dari mass media.
5. Penawaran, yang unsur yang terdiri dari ketersediaan fasilitas dari mudah
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Taman Margasatwa Medan (TMM) yang
terletak di Jalan Bunga Rampe IV Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan
Tuntungan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2009.
Aspek Kajian
Ada 3 hal yang menjadi aspek kajian utama dalam penelitian, yaitu :
1. Karakteristik pengunjung Taman Margasatwa Medan.
2. Hutan kota yang ada di Taman Margasatwa Medan.
3. Fasilitas rekreasi di Taman Margasatwa Medan.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu alat tulis, kamera, teropong (binokuler), dan
kompas, dan kuisioner. Bahan yang digunakan yaitu pengunjung TMM,
pepohonan dalam TMM, koleksi satwa di TMM, pegawai TMM, burung liar di
Pengumpulan Data
Data-data yang akan dikumpulkan dalam penelitian adalah sebagai berikut
1. Data primer, merupakan data yang diperoleh secara langsung di lokasi
penelitian, antara lain :
a. Karakteristik pengunjung TMM, data-data ini meliputi 3 bagian yaitu
karakteristik individu (meliputi;umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan pokok, pendapatan), kunjungan (meliputi: lama waktu
kunjungan, hari berkunjung, frekuensi kunjungan, motif informasi, daya
tarik TMM selain satwa, objek, dan pelayanan (meliputi: pelayanan,
kebersihan dan fatasilitas).
b. Persepsi pengunjung terhadap TMM baik dari segi sarana maupun
tumbuhan.
c. Jenis burung bebas yang ada di TMM.
d. Penutupan lahan TMM oleh pohon dan tanaman, yang dilihat adalah
penutupan tajuk oleh tanaman maupun tumbuhan.
2. Data Sekunder, merupakan data umum yang sudah ada tersedia di pengelola
TMM, seperti kondisi umum, program yang telah dilakukan oleh pengelola,
rencana pengembangan serta sarana dan prasarana yang ada di TMM.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik
pengambilan sampel ini adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan tujuan
tertentu yaitu sampel yang diambil dari pengunjung adalah pengunjung yang
memiliki kriteria yang cukup dewasa (yang berumur 17 tahun ke atas), sehat
pengunjung yang berkelompok dipilih beberapa orang sebagai wakil dari
kelompoknya (Hasan, 2002).
Dalam penentuan jumlah sampel digunakan rumus Slovin , yaitu :
n =
n = Ukuran sampel yang dibutuhkan
N = Ukuran populasinya
e = Margin error yang diperkenankan 0,1 (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000).
Jumlah populasi yang diambil dalam menentukan jumlah responden yang
akan diwawancarai adalah berdasarkan data jumlah kunjungan di TMM 2 tahun
terakhir ini (2007 dan 2008) adalah : 87.078 orang dan 86.034 orang (berdasarkan
data dari pihak pengelola TMM). Oleh karena itu, dalam 2 tahun ini akan
diperoleh rata-rata jumlah pengunjung/tahun yang datang adalah 86.556 orang dan
jika dimasukkan ke dalam rumus Slovin diatas akan diperoleh jumlah sampel
sebanyak 100 orang. Secara matematis adalah sebagai berikut :
Prosedur Penelitian
Adapun langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan antara lain :
1. Melakukan inventarisasi terhadap pohon-pohon yang ada di TMM, untuk
melihat jenis pohon yang ada dan melihat kesesuaiannya sebagai pohon hutan
kota.
2. Mengkaji aspek tata letak dari pepohonan serta sarana dan prasarana TMM,
untuk melihat kesesuaian letak yang sangat menentukan untuk kenyamanan
pengunjung.
3. Melakukan studi persepsi pengunjung terhadap Taman Margasatwa Medan
(TMM), dilaksanakan pada hari-hari dimana diperkirakan akan banyak
pengunjung yang datang, untuk lebih mendapatkan kriteria sampel dan
mengefektifkan waktu.
4. Melakukan survei burung liar yang ada di Kebun Binatang Medan, dilakukan
bersama seseorang yang sudah tahu tentang burung-burung yang ada di sekitar
lokasi, untuk melihat keragaman burung sebagai hasil dari fungsi hutan kota di
TMM.
5. Mengkaji kelengkapan sarana TMM, dilakukan untuk membandingkan
dengan persepsi dari pengunjung.
Analisis Data
Karakteristik pengunjung
Data karakteristik pengunjung TMM dianalisis secara deskriptif. Nazir
(1988) mengatakan, metode deskriptif digunakan untuk mengetahui dan
menganalisis data yang terkumpul dari hasil kuisioner, wawancara mendalam,
observasi dan studi pustaka. Data karakteristik yang diperoleh ditabulasi dan
dipersentasekan. Persamaan yang digunakan :
K = (X/Y) x 100%
dimana :
K = Karakteristik pengunjung (umur, jenis kelamin, pendidikan,dll).
X = Jumlah responden yang memiliki karakteristik tertentu.
Y = Jumlah total responden yang berkunjung.
Persepsi
Persepsi pengunjung terhadap keberadaan hutan kota di TMM dan persepsi
terhadap fasilitas rekreasi yang ada di TMM, dilakukan dengan menggunakan
skala Likert, dimana para pengunjung akan diwawancara dan diberikan
pertanyaan-pertanyaan dengan memilih satu dari lima alternatif jawaban yang ada.
Skala Likert sering digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi
Untuk melihat hubungan karakteristik pengunjung (umur, tingkat
pendidikan, pendapatan) dengan persepsi masyarakat terhadap keberadaan hutan
kota di TMM, digunakan korelasi Spearman Rank (Sugiono, 2001).
6 ∑ di2
i-1 rs = 1 - _________
n(n2-1)
dimana : di = beda antar dua pengamatan berpasangan
n = banyak pengamatan
Hutan Kota
Analisa data tentang hutan kota yang diperoleh, dibagi menjadi 3 bagian,
meliputi aspek tata letak, populasi dan pemilihan jenis pohon.
Tata letak
Dianalisa menggunakan skala Likert dengan memberikan pertanyaan
kepada pengunjung tentang aspek tata letak pepohonan hutan kota di Taman
Margasatwa Medan (TMM) dengan memilih satu dari lima alternatif jawaban
yang diberikan dan selanjutnya dipersentasekan. Pengamatan lapangan dilakukan
terhadap letak pepohonan yang ditinjau berdasarkan bentuk-bentuk hutan kota
(bergerombol, menyebar, atau jalur) dengan struktur ruang yang ada di TMM.
Hasil dari persepsi pengunjung disesuaikan dengan pengamatan di lapangan dan
Populasi
Untuk populasi juga dianalisis menggunakan skala Likert dengan
memberikan pertanyaan kepada pengunjung tentang populasi pepohonan hutan
kota di TMM dengan memilih satu dari lima alternatif jawaban yang ada dan
selanjutnya dipersentasekan. Pengamatan di lapangan berdasarkan populasi pohon
disetiap tempat dengan silvikultur yang digunakan oleh pengelola TMM. Hasil
dari persepsi pengunjung disesuaikan dengan pengamatan di lapangan dan
literatur yang mendukung untuk mendapatkan kesimpulan.
Pemilihan jenis
Dalam pemilihan jenis pohon yang diperhatikan adalah tujuan peruntukan
hutan kota tersebut dengan pemilihan jenis pohonnya. Persepsi pengunjung
menggunakan analisis skala Likert, pengunjung akan diberi pertanyaan tentang
pemilihan jenis pepohonan dengan memilih satu dari lima alternatif jawaban yang
ada dan selanjutnya dipersentasekan. Hasil dari persepsi pengunjung disesuaikan
dengan pengamatan di lapangan dan literatur yang mendukung.
Pada pengamatan burung liar dilakukan bersama dengan seorang
pemandu yang sudah mengenal burung-burung liar yang ada disekitar TMM.
Metode yang dilakukan yaitu :
1. Jalan mengendap-endap,
2. Mencari tempat yang cukup dekat dengan burung,
3. Tidak melakukan kegiatan yang dapat mengganggu burung,
4. Tidak melepas binokuler sampai deskripsi burung dapat tergambarkan, dan
5. Membuat sketsa burung dan mendeskripsikan ciri-cirinya.
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Sejarah Singkat Taman Margasatwa Medan
Taman Margasatwa Medan adalah taman margasatwa yang lokasinya
terletak di Jalan Bunga Rampe IV Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan
Tuntungan, sekitar 10 kilometer dari pusat kota ke arah Brastagi. Taman
margasatwa yang saat ini merupakan taman margasatwa dengan luasan 30 hektar
diresmikan Walikota Medan, Abdillah, pada 14 April 2005. Sebelumnya Taman
Margsatwa Medan bernan Binatang Medan di Jalan Brigjen Katamso, Kelurahan
Kampung Baru, Medan Maimun.
Taman margasatwa ini cukup diminati warga. Sekitar ± 1.000 orang
mengunjungi taman margasatwa seluas 30 hektar ini setiap akhir minggunya. Pada
hari libur, jumlah pengunjung berjumlah 150 orang
Taman Margasatwa Medan berada di bawah naungan Pemko Medan yang
dana pengelolaannya berasal dari PD Pembangunan Kota Medan. Disana terdapat
aneka hewan semisal, rusa jawa, rusa totol, harimau sumatera, beruang, kera,
siamang, ayam hutan, orangutan, tapir, buaya, aneka burung, dan banyak hewan
lainnya. Jumlah satwa kini telah mengalami penambahan. Ini berkat program
pengembangbiakan bagi hewan-hewan langka yang dilindungi seperti harimau
sumatera dan jenis primata. Taman satwa ini sebenarnya masih dalam tahap
pembenahan. Masih banyak tahapan pembangunan fasilitas lainnya yang sedang
direncanakan untuk melengkapi Taman Margasatwa Medan ini. Penataannya pun
belum begitu maksimal, masih banyak kekurangan yang harus disempurnakan lagi
Jalur pengunjung di Taman Margasatwa Medan ini dibuat mendekati
situasi alamiah. Pengunjung harus melewati jajaran jalan kecil yang sengaja
dibuat untuk bisa berkeliling meninjau setiap kandang hewan yang ada. Namun,
jika dilalui dengan berjalan kaki, cukup memakan waktu. Namun pada setiap jarak
tertentu akan disajikan pemandangan alam dan bisa sambil mengamati lokasi
satwa yang ada.
Bagi yang tidak ingin lelah dan kepanasan, bisa juga menggunakan jasa
sado Ada 4 kereta berkuda yang disediakan pegelola. Dengan membayar tiket
sado sesuai dengan Dengan membayar tiket dado sesuai tarif, pengunjung akan
diantar berkeliling taman margasatwa.
Berbagai fasilitas pendukung yang dapat dinikmati para pengunjung
Taman Margasatwa Medan, seperti lahan parker yang luas, toilet, kantin, warung,
ayunan, tempat peristirahatan, fasilitas ini terdapat di dalam areal taman
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hutan Kota
Kondisi harapan hutan kota
Untuk membuat taman margasatwa sebagai hutan kota yang baik, yang
menunjang kegiatan rekreasi, pelestarian plasma nutfah, sebagai indetitas kota dan
untuk sarana pendidikan, maka hutan kota tersebut harus memenuhi persyaratan :
a. Penutupan tajuk pohon pelindung merata, sehingga tidak ada lokasi yang
perbedaan kerapatan tajuknya terlalu besar. Hal ini dikarenakan pengunjung
tidak terfokus pada satu areal, pengunjung menyebar merata. Untuk
lokasi-lokasi yang berdekatan dengan kandang tertutup satwa, perlu pengaturan
masuknya sinar matahari. Apabila kondisi kandang telalu lembab dapat
menyebabkan satwa sakit.
b. Pengaturan tanaman yang tepat. Tujuannya agar pengunjung merasa nyaman
dan kesehatan satwa terjaga.
1. Untuk lokasi yang berbau tidak sedap, tanaman yang mendominasi adalah
tanaman yang menghasilkan bau wangi.
2. Antara kandang satwa dengan lingkungan sekitarnya ditanami tanaman
pagar. Untuk menjaga kselamatan satwa dari gangguan pengunjung.
3. Pot-pot tanaman ditanami dengan tanaman yang memiliki bunga indah,
agar terlihat lebih menarik.
4. Penanaman lantai kebun binatang ang tidak diperkeras (diaspal atau
musim hujan tanah tidak becek dan pada saat musim kemarau tidak
menghasilkan debu.
5. Pinggiran danau ditanami tanaman hias yang diletakkan pada pot-pot,
bertujuan agar danau terlihat alami.
6. Sekelililng pagar pembatas luar ditanami dengan tanaman yang dapat
mengurangi dan meredam kebisingan serta memberi kesan yang indah.
7. Tanaman-tanaman air pada kolam-kolam kebun binatang.
8. Di depan pintu masuk ditanami tanaman pelindung dan tanman hias,
bertujuan agar kebun binatang terlihat lebih asri dan indah.
c. Keanekaragaman tumbuhan yang tinggi dapat dijadikan sebagai sarana
edukatif.
d. Penanaman tanaman yang merupakan tanaman ciri khas propinsi.
e. Sebagai habitat burung-burung liar perkotaan. Simbiosis mutualisme antara
tumbuhan dan hewan dapat dimanfaatkan sebagai habitat burung liar yang ada
di perkotaan.
f. Memiliki areal persemaian tanaman.
Penutupan tajuk
Kondisi TMM saat ini hampir seluruhnya tertutup oleh tajuk pohon pelindung. Hanya ada beberapa lokasi tertentu yang masih terbuka seperti areal
parkir, depan pintu masuk, dan arena gajah. Pada beberapa tempat pepohonan
masih berupa pancang dengan rata-rata tinggi 1 meter. Selain itu ada juga tempat
yang penutupan tajuk pohon pelindung sudah memadai namun rumput tinggi dan
semak tetap banyak Oleh karena adanya tajuk pepohonan dan rerumputan serta
semak yang tinggi menyebabkan suasana lembab dan banyak nyamuk.
Disepanjang jalan yang mengelilingi area taman margasatwa sudah
ditanami dengan pepohonan sehingga memberi kesan sejuk dan asri ketika
berjalan mengelilingi TMM.
Gambar 2. Jalan TMM yang ditanami pohon hias.
Pada beberapa tempat yang tanaman tingginya rata-rata 1 meter belum memberikan suasana sejuk oleh karena belum adanya penutupan tajuk. Untuk
lokasi yang rumput dan semaknya terlalu tinggi perlu dilakukan pemangkasan
sehingga nyamuk yang mengganggu semakin berkurang demi kenyamanan
pengunjung dan luasan untuk tempat bersantai bagi pengunjung semakin
bertambah untuk berkumpul dan duduk bersantai sambil menggelar tikar,
terutama jika banyak pengunjung datang di hari libur.
Gambar 3. Ruang terbuka di bawah pepohonan dimanfaatkan untuk bersantai.
Saat ini tajuk pepohonan yang ada di dekat kandang belum terlalu lebat
dan satwa-satwa masih mendapat sinar matahari yang cukup, sehingga belum
perlu dilakukan terutama untuk yang baru ditanam supaya terhindar dari penyakit
dan dapat tumbuh dengan baik.
Pengaturan tanaman
Tanaman yang ada di TMM saat ini kurang banyak dan pengaturannya kurang tepat sehingga kondisi TMM menjadi kurang indah dan menarik. Tidak
semua kandang ditanami dengan tanaman yang menghasilkan bau wangi yang
dapat menetralisir bau tidak sedap di sekitarnya, terutama pada kandang rusa dan
kandang bangau tongtong yang makanannya berupa ikan mati.
Kurangnya tanaman pagar di setiap kandang dapat mengganggu
keselamatan satwa koleksi. Perilaku pengunjung yang suka melemparkan
makanan, plastik bungkus makanan ke dalam kandang satwa dapat mengganggu
kesehatan satwa, terutama saluran pencernaan.
Gambar 4. Perilaku pengunjung yang dapat membahayakan satwa
Beberapa tanaman hias ditanami sepanjang jalan yang mengelilingi area
kebun binatang. Jalan yang dibuat mengelililngi TMM sudah diperkeras dengan
paving blok sehingga tidak perlu diberi tanaman penutup tanah yang berfungsi
Penanaman tanaman sebaiknya disesuaikan dengan kondisi lingkungan di sekitarnya, agar pengunjung aman dan nyaman, dan satwa koleksi aman dari
gangguan negatif pengunjung. Areal yang banyak digunakan pengunjung untuk
berkumpul sekelilingnya ditanami dengan bunga berwarna indah dan berbau
wangi, misalnya bunga mawar dan flamboyan. Penanaman ini bertujuan agar
pengunjung yang beristirahat di areal tersebut akan merasa nyaman. Penanaman
tanaman berbau wangi ini juga dapat menetralisir bau tidak sedap yang berasal
dari kandang satwa.
Keanekaragaman tanaman dan penciri kota
Saat ini tanaman di areal TMM baik jumlah maupun lokasinya belum tersebar merata, sehingga ada areal yang hanya didominasi oleh tanaman tertentu.
Tanaman yang mendominasi antara lain angsana, mahoni, dan glodokan. Tidak
adanya papan interpretasi nama tanaman dapat menghambat pengunjung untuk
lebih mengenal nama tanaman.
Beranekaragamnya tanaman dalam satu areal akan dapat menambah pengetahuan pengunjung tentang tanaman. Penanaman tanaman dapat disesuaikan
dengan jumlah. Fungsi pelestarian plasma nutfah flora dapat dilakukan dengan
cara penanaman tanaman langka.
Untuk menunjang kegiatan pendidikan, perlu dilakukan pemberian
papan interpretasi di setiap tanaman yang mewakili. Papan tersebut berisi
informasi tentang nama lokal, nama ilmiah, kegunaan, penyebaran serta
keterangan yang lainnya. Selain itu sangat perlu dilakukan penanaman untuk
Sebagai habitat burung liar
Pada saat ini TMM berfungsi sebagai habitat burung liar. Aktifitas burung tersebut yang dapat terlihat adalah mencari makanan. Tidak ditemukan
sarang burung. Burung-burung ini pada umumnya berasal dari sekitar luar areal
kebun binatang dimana masih banyak terdapat ladang masyarakat dan pepohonan
serta tanaman sawit yang juga membentuk habitat bagi burung-burung tersebut.
Penanaman tanaman yang berbunga dapat mendatangkan berbagai jenis burung dan satwa liar lainnya, seperti kupu-kupu. Menurut Ballen (1989) dalam
Ismayadi (2009), dadap (Erythrina variegata), beringin (Ficus benjamina) dan
Dangdeur (Gossampinus heptaphylla) adalah contoh dari jenis tumbuhan yang
disukai burung. Beraneka ragam tanaman yang ada dapat menyebarkan
burung-burung tersebut di seluruh areal TMM. Dalam Hernowo dan Prasetyo (1989),
desiran angin, kicauan burung dan atraksi satwa lainnya di kota diharapkan dapat
menghalau kejenuhan dan stres yang banyak dialami oleh penduduk perkotaan.
Oleh karena itu, semakin banyak kicauan burung dan beragamnya kupu-kupu
akan dapat menambah keindahan dan keasrian, sehingga dapat mengurangi
kejenuhan dan stress yang dialami oleh penduduk perkotaan. Untuk pihak
pengelola, beranekaragamnya burung dapat dibuat wisata khusus khusus untuk
pengunjung berupa wisata pengamatan burung (bird watching).
Persemaian
Saat ini TMM tidak memiliki persemaian karena pepohonan dan tanaman yang ada berasal dari sumbangan-sumbangan instansi pemerintah
dapat berfungsi sebagai pemenuhan bibit bagi penggantian tanaman yang mati
atau rusak. Dalam Setiawan (2000), dikatakan bahwa setiap tanaman perlu
pemeliharaan. Penanaman tanaman yang bersifat produksi biasanya lebih intesif
dilakukan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, tentunya semua aspek
pemeliharaan harus dilakukan, mulai dari pembumbunan hama, penyakit dan
kebakaran. Selain itu, kebun persemaian juga dapat menjadi sarana edukasi bagi
pengunjung.
Keorganisasian
Pada saat ini tanaman-tanaman dan pepohonan yang ada di TMM adalah hasil dari sumbangan dari berbagai pihak yang peduli pada efek lingkungan yang
mulai marak dibicarakan. Oleh karena hal-hal yang berhubungan dengan sifat
pendanaan yang sangat terbatas, pihak pengelola masih memfokuskan
pengembangan TMM pada bagian satwa dan pembenahan sarana dan prasarana,
sehingga, belum ada satu bagian khusus untuk mengurus tanaman dan pepohonan
yang ada saat ini.
Tanaman dan pepohonan yang ada di TMM saat ini yang membentuk suasana alamiah hutan sangat perlu ditangani oleh suatu bagian kepengurusan atau
seksi yang bertanggung jawab secara penuh. Banyak kegiatan yang dapat
dilakukan dalam perawatan seluruh tanaman. Kalau tidak ditangani secara tepat,
maka tanaman-tanaman yang ada saat ini akan tumbuh kurang baik dan dapat
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap pengunjung tentang
pendapat atas keberadaan hutan kota di Taman Margasatwa Medan sesuai dengan
keadaan saat ini, diperoleh hasil yang disajikan pada tabel berikut :
Tabel 1. Rekapitulasi Data Persepsi Pengunjung tentang Keadaan Hutan
Kota di Taman Margasatwa Medan.
NO. Keterangan Skala
Penilaian
Jumlah
(Orang) Skor Penilaian
1 Sangat Tidak Bagus 1 0 0
Sumber : Data kuesioner diolah
Kriteria Skor :
Jadi, dilihat dari hasil skor yang diperoleh yaitu 357, maka hutan kota
Taman Margasatwa Medan untuk saat ini pengunjung menilai sudah baik. Hal ini
sesuai dengan rata-rata pengunjung selain untuk melihat satwa tujuan utama yang
lain adalah untuk menikmati keteduhan dan kesegaran alamiah dari pepohonan
yang ada. Hal yang perlu ditingkatkan adalah pengaturan tata letak pepohonan,
pemilihan jenis pepohonan dan jumlahnya.
Tata letak pepohonan di hutan kota TMM saat ini adalah berbentuk jalur
dan bergerombol. Hal ini sesuai dengan Irwan (1994) yang menyebutkan hutan
bentuk jalur. Namun, tata letak sebaiknya disesuaikan berdasarkan jenis dan
tujuan supaya lebih teratur sehingga pengunjung dapat lebih fokus dan
terkonsentrasi ketika menikmati obyek hutan kota. Misalnya untuk jenis pohon
MPTs ataupun jenis komersial letaknya masing-masing di kelompokkan pada satu
tempat.
Pemilihan jenis pepohonan di hutan kota TMM masih terasa kurang
banyak jenisnya. Hal ini dapat dilihat dari jenis pepohonan yang masih sedikit dan
di beberapa tempat yang tujuannya untuk ditanami masih kosong. Menurut Setiadi
dkk (2003), jenis pohon yang ditambahi sebaiknya jenis MPTs (durian,
rambutan,mangga, duku, dll) dimana pengunjung bisa merasakan manfaat jenis
tersebut dengan aturan tertentu, dan jenis yang dapat menambah pengetahuan
pengunjung untuk tujuan edukasi, seperti jenis pohon komersial (jati, tusam,
eukaliptus, dll), jenis pohon langka (cendana, ulin, namnam, dll). Akan lebih baik
jika tanaman khas Sumatera Utara juga ditanam, seperti bunga kenanga, anggrek
tien soeharto, bunga bangkai, ataupun daun sang. Dengan demikian jenis tanaman
dan pepohonan di hutan kota akan semakin beragam dan fungsi sebagai
pelestarian plasma nutfah flora dapat terwujud.
Populasi pepohonan di hutan kota TMM belum banyak berdasarkan luasan
yang sedang dikembangkan saat ini. Hal ini dapat dilihat pada beberapa tempat
yang tujuannya untuk ditanami masih kosong karena jumlah yang kurang dan
banyak tanaman yang mati. Oleh karena itu, tidak menjadi masalah jika
pepohonan ditambah jumlah dan jenisnya, agar suasana TMM lebih segar dan
Rekreasi
Kondisi harapan rekreasi
Dalam Ifana (2003), untuk mengoptimalkan taman margasatwa sebagai
sarana rekreasi, maka sarana rekreasi tersebut harus memenuhi :
1. Kelengkapan sarana dan prasarana
a. Kuantitasnya mecukupi.
b. Letaknya tersebar merata.
c. Kondisi layak pakai.
2. Kelengkapan layanan. Layanan yang diberikan setiap hari sama.
3. Obyek wisata
a. Jumlahnya beraneka ragam.
b. Pengandangan terbuka.
c. Kondisi kandang bersih.
4. Keorganisasian. Adanya kerja sama antara bagian untuk mengoptimalkan
taman margasatwa sebagai sarana rekreasi, adanya pengawasan yang
bertanggung jawab terhadap penggunaan dana-dana yang diperuntukkan untuk
pengelolaan, dan penerimaan dana operasional setiap seksi sesuai dengan
pengalokasian anggaran, agar taman margasatwa dapat berjalan sesuai dengan
tujuannya sebagai sarana konservasi, sarana rekreasi dan sarana pendidikan.
Kelengkapan sarana dan prasarana
Fasilitas yang ada di TMM saat ini adalah :
1. Fasilitas wisata
a. Naik gajah, naik kuda dan naik andong.
b. Tempat bermain anak-anak.
c. Flying fox
d. Parkir
e. Kios souvenir
f. Kandang hewan
2. Fasilitas pengunjung
a. Mushola
b. Toilet
c. Ruang terbuka di bawah pepohonan
d. Tempat duduk
e. Papan interpretasi.
f. Kafetaria
3. Faslitas manajemen.
a. Kantor sekretariat TMM
b. Kantor pusat penelitian dan pengembangan
c. Kantor satpam
d. Kantor klinik dan karantina
e. Perpustakaan
Sarana dan fasilitas yang ada di TMM sudah cukup dan dapat memenuhi
kebutuhan pengunjung. 72% pengunjung mengatakan bahwa pelayanan pengelola
TMM dinilai cukup karena masih dalam tahap pembenahan karena pemindahan
lokasi yang baru. Untuk beberapa sarana yang jumlahnya kurang banyak dan
kurang tersebar merata, maka perlu dilakukan penambahan dan penyebaran secara
merata, seperti tempat duduk, tempat sampah, kafetaria, dan kios souvenir. Untuk
sarana dan prasarana yang kondisinya rusak dan tidak menarik seperti musholla
dan toilet perlu diperbaiki lagi supaya pengunjung merasa nyaman. Hal ini untuk
mengantisipasi jika hari libur tiba, dimana jumlah pengunjung sangat banyak.
Penambahan buku-buku di perpustakaan yang berhubungan dengan kebun
binatang perlu dilakukan untuk menambah pengetahuan para pengunjung.
Gambar 5. Arena bermain anak
Kelengkapan layanan
Layanan yang ada di TMM saat ini antara lain papan informasi di
beberapa tempat, papan interpretasi di setiap kandang satwa yang berisi tentang
nama ilmiah, nama lokal, asal, penyebaran dan gambar satwa. Selain itu ada juga
untuk foto bersama gajah yang langsung ditangani oleh keeper gajah.
Kelengkapan layanan yang diberikan kepada pengunjung belum cukup
memenuhi kebutuhan pengunjung sebagai sarana rekreasi. 89% pengunjung
mengatakan kurangnya papan informasi yang ada di TMM dan petugas yang ada
sebagai sumber informasi. Sumber informasi tentang TMM memang dirasakan
perlu supaya pengunjung jangan merasa kebingungan ketika berada di TMM.
Selain itu, beberapa pengunjung menyarankan untuk penyediaan majalah dinding
yang berisi tentang berbagai macam informasi TMM. Penyediaan informasi akan
setiap tanaman yang ada di TMM juga perlu dilakukan.
Pihak pengelola sebenarnya mempunyai target dan rencana penambahan
dan pembenahan fasilitas dan layanan yang sekiranya direalisasikan sebelum
lebaran tiba, karena biasanya pengunjung akan banyak. Pembenahan yang akan
dilakukan yaitu penambahan jumlah kursi dan tempat sampah di beberapa tempat,
perbaikan fasilitas bermain anak-anak, penambahan dan perbaikan papan
informasi di berbagai tempat dan perbaikan papan interpretasi di setiap kandang,
pemutaran film dokumenter tentang satwa dan lingkngan dan penambahan satwa.
Jenis layanan yang ada sebaiknya dapat memenuhi fungsi TMM sebagai
sarana pendidikan yang sehat selain sebagai sarana rekreasi. Layanan yang ada
perlu ditingkatkan kualitasnya dengan pengintensifan layanan yang diberikan.
tidak hanya datang pada waktu-waktu tertentu, melainkan setiap hari. Boleh jadi
diadakan wisata khusus, seperti pendidikan lingkungan hidup dan wisata
pengamatan perilaku satwa. Tujuan dilakukan kegiatan ini selain dapat menambah
kualitas layanan kebun binatang, juga agar pengunjung lebih mengenal dan
mencintai lingkungannya, sehingga akan menjaga lingkungan dari kerusakan.
Kegiatan wisata ini bisa bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat yang
bergerak di bidang lingkungan yang ada di sekitar Kota Medan.
Obyek wisata
Koleksi satwa yang ada di TMM saat ini ada sebanyak 81 ekor dengan 25
jumlah spesies. Untuk daftar nama satwa dapat dilihat pada lampiran. Saat ini
satwa yang menjadi andalan wisata TMM yaitu harimau sumatera dan orang utan.
Satwa ini termasuk unik bagi para pengunjung.
Sistem pengandangan di TMM saat ini adalah sistem pengandangan
terbuka dan sistem pengandangan tertutup. Untuk satwa aves, reptil dan beberapa
mamalia menggunakan sistem pengandangan tertutup.
Koleksi satwa di TMM populasinya belum padat untuk jumlah spesies ±25
spesies dan 81 ekor satwa di lahan 30 ha. Jadi perlu dilakukan penambahan
jumlah dan jenis satwa.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap pengunjung tentang
pendapat atas keseluruhan fasilitas rekreasi di Taman Margasatwa Medan sesuai
Tabel 2. Rekapitulasi Data Persepsi Pengunjung tentang Fasilitas Rekreasi di
Taman Margasatwa Medan
NO. Keterangan Skala
Penilaian
Jumlah
(Orang) Skor Penilaian
1 Sangat Kurang Baik 1 0 0
2 Kurang Baik 2 37 74
3 Biasa Saja 3 25 75
4 Baik 4 38 152
5 Sangat Baik 5 0 0
Total - 100 301
Sumber : Data kuesioner diolah
Kriteria Skor :
a. 100-180 : Sangat Kurang Baik
b. 181-260 : Kurang Baik
c. 261-340 : Biasa saja
d. 341-420 : Baik
e. 421-500 : Sangat Baik
Jadi, dilihat dari hasil skor yang diperoleh yaitu 301, maka keadaan
fasilitas rekreasi Taman Margasatwa Medan untuk saat ini pengunjung menilai
biasa saja. Pengunjung memang belum sepenuhnya merasa nyaman dengan sarana
rekreasi yang ada. Masih banyak hal-hal yang harus dibenahi. Keterbatasan dana
pengelola, dimana dana pengelolaan TMM tidak dimasukkan lagi ke dalam
anggaran dana pemerintah. Walaupun demikian, masih tetap harus dilakukan
Karakteristik Pengunjung Taman Margasatwa Medan Kondisi saat ini
Penilaian mengenai karakteristik pengunjung TMM dan harapan yang
diinginkan oleh pengunjung didasarkan atas beberapa variabel, yaitu karakteristik
individu, kunjungan yang mencakup frekuensi kunjungan, waktu dan motif
kunjungan serta pelayanan pengelola terhadap pengunjung. Dengan mengetahui
karakteristk pengunjung, dapat memudahkan pengelolaan untuk mengambil
langkah ke depan dalam meningkatkan kualitas pelayanan, sarana dan
prasarananya.
Karakteristik individu pengunjung TMM
Karakteristik individu yang diidentifikasi dalam penelitian ini meliput i
jenis kelamin, status perkawinan, umur, pendidikan tertinggi, dan pekerjaan
pokok. Pengamatan terhadap karakteristik individu ini perlu dilakukan karena
faktor individu merupakan yang mempengaruhi permintaan rekreasi alam terbuka
seperti kebun binatang (Clawson dan Knetsch, 1975).
Pengunjung Taman Margasatwa Medan yang diwawancarai sebanyak 100
responden. Responden yang diwawancarai umumnya perempuan, yakni sebanyak
58 orang atau 58% dari total responden, pengunjung laki-laki sebanyak 42 orang
atau 42%. Hal ini disebabkan karena umumnya pengunjung datang berupa
rombongan, yang kebanyakan anggotanya adalah perempuan dan ada juga yang
hanya perempuan saja. Hal ini dikarenakan umumnya kelompok perempuan
Umumnya responden yang dominan adalah dibawah 20 tahun sebanyak 30
orang (30%). Selanjutnya kelompok umur 21-30 tahun sebanyak 21 orang (21%),
31-40 tahun sebanyak 24 orang (24%), 41-50 tahun sebanyak 17 orang (17%) dan
yang paling sedikit adalah rentang umur 51-60 tahun sebanyak 8 orang (8%).
Pendidikan terakhir pengunjung TMM berdasarkan hasil wawancara
didapatkan Sekolah Menengah Atas sebanyak 62 orang (62%) dan Perguruan
Tinggi sebanyak 38 orang (38%). Pendidikan terakhir pengunjung berpengaruh
pada jenis pekerjaan pokok pengunjung. Berdasarkan hasil wawancara,
didapatkan jenis pekerjaan tertinggi yaitu Pelajar/Mahasiswa sebanyak 46 orang
(46%), selanjutnya PNS sebanyak 22 orang (22%), pegawai swasta sebanyak 16
orang (16%), wiraswasta sebanyak 11 orang (11%) dan petani sebanyak 5 orang
(5%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Karakteristik Individu Pengunjung TMM Berdasarkan Jenis Kelamin,
Umur, Pendidikan Terakhir dan Pekerjaan Pokok.
No Variabel Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Jenis Kelamin 3 Pendidikan Terakhir
Tidak sekolah 4 Pekerjaan Pokok
Kunjungan
Dari wawancara beberapa pengunjung diperoleh lamanya waktu
pengunjung berada di dalam areal Taman Margasatwa Medan (TMM), paling
banyak selama 3-4 jam ada sebesar 48% dari total pilihan pengunjung. Lama
berkunjung 2-3 jam dan 1-2 jam masing-masing sebesar 18% dari total plihan
pengunjung. Lama berkunjung lebih dari 4 jam ada sebesar 11% dan lama
berkunjung kurang dari 1 jam ada sebesar 5% dari total pilihan pengunjung. Hal
ini menunjukkan rata-rata pengunjung berada di dalam areal TMM selama 3-4
jam dan waktu ini sudah tergolong cukup untuk mengelilingi seluruh obyek
wisata TMM. Kalaupun ada yang melebihi ataupun kurang dari waktu itu
hanyalah pengunjung yang memiliki kepentingan-kpentingan khusus selain untuk
rekreasi di dalam areal TMM dan bisa juga karena kondisi kebun binatang dirasa
sudah tidak nyaman lagi.
Pilihan hari yang masih menjadi prioritas pengunjung untuk melakukan
rekreasi adalah hari libur, hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara. Sebesar 81%
pengunjung memilih hari libur dan 19% memilih hari biasa. Umumnya
pengunjung sudah pernah berkunjung ke TMM. Pengunjung yang sudah pernah
ke kebun binatang 2-3 kali ada sebanyak 42 orang (42%), yang berkunjung baru 1
kali sebanyak 23 orang (23%), sebanyak 3-4 kali sebanyak 21 orang (21%) dan
lebih dari 4 kali sebanyak 14 orang (14%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 4. Pola Kunjungan
No Variabel Kunjungan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Waktu yang digunakan selama di TMM 2 Pilihan hari kunjungan
Hari libur 3 Jumlah kunjungan
2-3 kali
Berdasarkan hasil wawancara, motif kunjungan pengunjung TMM ada
berbagai macam, tetapi yang paling tinggi yaitu untuk berekreasi sebanyak 78
orang (78%), belajar sebanyak 15 orang (15%), penelitian sebanyak 4 orang (4%),
olah raga sebanyak 3 orang (3%).
Sebelum melakukan kegiatan rekreasi, umumnya pengunjung sudah
memperoleh informasi tentang TMM yang akan dikunjungi. Umumnya
pengunjung memperoleh informasi dari keluarga dan teman (65%), media massa
serta elektronik (20%) dan papan reklame (15%). Hal ini menunjukkan media
yang baik untuk melakukan promosi yaitu melalui penunjung sebelumnya, yang
akan menceritakan pengalamannya setelah berkunjung kepada keluarga dan
teman.
Banyak pengunjung melakukan kunjungan ke TMM selain untuk melihat
satwa, pengunjung tertarik akan keteduhan dan kesegaran suasana kebun binatang