• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Suami dengan Tingkat Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Suami dengan Tingkat Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT PEMANFAATAN POSYANDU OLEH IBU BALITA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG REJO KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Oleh

PIRMAULI SILAEN 107032207/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE AND SUPPORT OF HUSBAND AND THE LEVEL OF UTILIZATION OF POSYANDU

BY THE MOTHERS OF CHILDREN UNDER FIVE YEARS OLD IN THE WORKING AREA OF PUSKESMAS TANJUNG REJO,

PERCUT SEI TUAN SUBDISTRICT, DELI SERDANG DISTRICT

THESIS

BY

PIRMAULI SILAEN 107032207/IKM

MASTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT PEMANFAATAN POSYANDU OLEH IBU BALITA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG REJO KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

KABUPATEN DELI SERDANG

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi S2 Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

PIRMAULI SILAEN 107032207/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Judul Tesis : HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT PEMANFAATAN POSYANDU OLEH IBU BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG REJO KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

Nama Mahasiswa : Pirmauli Silaen Nomor Induk Mahasiswa : 107032207

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing:

(Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes) (

Ketua Anggota

dr. Ria Masniari Lubis, M.Si)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 31 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes Anggota : dr. Ria Masniari Lubis, M.Si

(6)

PERNYATAAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT PEMANFAATAN POSYANDU OLEH IBU BALITA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG REJO KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

KABUPATEN DELI SERDANG T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2012

(7)

ABSTRAK

Posyandu merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang memudahkan masyarakat memeriksakan kesehatan terutama untuk ibu hamil dan anak balita. Keterbatasan fasilitas dan masih rendahnya cakupan penimbangan mengakibatkan banyak balita yang tidak termonitor keadaan gizinya. Posyandu harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk meningkatkan status gizi dan derajat kesehatan ibu dan anak sebagai upaya mencegah hilangnya generasi penerus. Diduga ada hubungan pengetahuan dan dukungan suami dengan tingkat pemanfaatan posyandu.

Jenis penelitian ini adalah survei dengan pendekatan cross sectional dengan tujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan dukungan suami dengan tingkat pemanfaatan posyandu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu balita yang terdaftar dalam data kesehatan ibu dan anak (KIA), sedangkan sampel adalah ibu balita yang terdaftar dalam data KIA tahun 2011, tinggal bersama suami dan berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo sebanyak 125 orang. Analisis data melalui tahapan analisis univariat, analisis bivariat dengan uji Chi-square, dan analisis multivariat dengan ordinal regresi ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan pengetahuan dengan tingkat pemanfaatan posyandu (p=0,239), ada hubungan yang bermakna antara dukungan suami (OR=0,22; 95% CI=0,07-0,66), jumlah balita (OR=0,22; 95% CI=0,06-0,83), pendidikan rendah (OR=13,83; 95% CI=2,67-71,89), pendidikan sedang (OR=29,61; 95% CI=5,10-171,76) dengan tingkat pemanfaatan posyandu.

Disarankan kepada Kepala Desa melakukan suatu pendekatan kepada masyarakat untuk peningkatan dukungan suami dalam pemanfaatan posyandu dan penyediaan sarana penimbangan di setiap posyandu, melakukan kerjasama lintas sektoral untuk penyediaan timbangan, merekrut kader baru dan bekerjasama dengan Puskesmas untuk melakukan pelatihan kader. Pihak Puskesmas perlu melakukan penyuluhan dan promosi kesehatan secara intensif agar suami memberikan dorongan kepada ibu untuk memanfaatkan posyandu.

(8)

ABSTRACT

Posyandu (Integrated Service Post) is one of the health services enabling the community members, especially pregnant mothers and children under five years old, to have their health checked. The limitation of facilities and still low coverage of weighing resulted in many children under five years old whose nutritional condition could not be monitored. Posyandu must be utilized as maximum as possible to improve the nutritional status and the health level of mother and child as an attempt to avoid from the loosing of next generation. It is estimated that there is a relationship between knowledge and husband’s support and the level of Posyandu utilization.

The purpose of this survey study with cross sectional was to analyze the relationship between knowledge and support of husband and the level of posyandu utilization. The population of this study was all of the mothers of children under five years old (1-5 years old) registered in the list of HMC (Health of Mother and Child). The samples for this study were 125 mothers who were registered in the list of KIA in 2011and lived with their husband in the working area of Puskesmas Tanjung Rejo. The data for this study were obtained through univariate analysis, bivariate analysis with Chi-square tests, and multivariate analysis with ordinal regression analysis.

The result of ordinal regression analysis showed that there was no relationship between knowledge and the level of Posyandu utilization (p = 0.239) and there was relationship between husband’s support (OR=0,22; 95% CI

=

0,07-0,66)

,

number of children under five years old (OR=0,22; 95% CI=0,06-0,83), low education (OR=13,83, 95% CI=2,67-71,89), middle education (OR=29,61; 95% CI=5,10-171,76) and the level of Posyandu utilization.

The Head of Village is suggested to approach the community members to increase the support of husband in utilizing the posyandu and to procure weighing facility at every posyandu, to establish inter-sectoral cooperation to provide scales, to recruit new cadres and to cooperate with the Puskesmas. The management of Puskesmas needs to implement extension and health promotion intensively that the husbands support the mothers to utilize the posyandu.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala KasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Suami dengan Tingkat Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang”.

Penulis menyadari penulisan ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat : Pembimbing yaitu: Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes selaku Ketua Komisi Pembimbing dan dr.Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Pembimbing Kedua yang telah banyak meluangkan waktu dan memberi arahan, yang penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian dalam memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, hingga selesainya penulisan tesis ini, kemudian penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(10)

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Dra. Jumirah, Apt. M.Kes, dan Drs. Tukiman, MKM, selaku Tim Pembanding yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan guna penyempurnaan tesis ini.

6. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

7. Seluruh keluarga tercinta, orang tua, mertua, suami, dan anak-anakku tersayang yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis selama penyusunan tesis ini.

8. Seluruh teman-teman satu angkatan Kespro A, B, C yang telah menyumbangkan pikiran, masukan, saran, serta kritikan untuk kesempurnaan tesis ini, juga teman-teman satu bimbingan.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat.

Medan, Oktober 2012 Penulis

(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Pirmauli Silaen, perempuan, berumur 37 tahun, lahir tanggal 30 Desember 1975, beragama Kristen, tinggal di Jalan Purwosari Gang Baru Blok A 13 Medan. Penulis merupakan anak pasangan dari Alm. Pardamean Silaen, dan Tianas Tambunan. Penulis telah menikah dengan Mangihut Lumban Gaol, dan dikaruniai tiga orang anak yaitu Rehobot, Kezia, dan Sadrak.

Jenjang pendidikan formal penulis mulai di SDN V Padangsidempuan pada tahun 1982 dan tamat pada tahun 1988. Pada tahun 1991, penulis menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri I Padangsidempuan. Pada tahun 1994, penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Pendidikan Keperawatan (SPK) Depkes RI Padangsidempuan, dan pada tahun 1995 menyelesaikan pendidikan Program Pendidikan Bidan (PBB) di SPK Depkes RI Padangsidimpuan. Pada tahun 2001, penulis menyelesaikan pendidikan D-III Kebidanan Akademi Kebidanan Depkes RI Medan. Pada tahun 2002, penulis menyelesaikan pendidikan D-IV Bidan Pendidik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Pada tahun 2010-2012 penulis menempuh pendidikan di Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(12)

Pembantu Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dengan status Pegawai Negeri Sipil (PNS).

(13)

DAFTAR ISI

2.3. Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Posyandu ... 20

2.4. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemanfaatan Posyandu ... 22

2.5. Landasan Teori ... 24

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 33

3.6. Metode Pengukuran ... 37

(14)

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 41

4.1 Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Rejo ... 41

4.2 Distribusi Ibu Balita ... 41

4.3 Analisis Univariat ... 42

4.4 Analisis Bivariat ... 47

4.5 Analisis Multivariat ... 53

4.6 Pemeriksaan Interaksi ... 55

4.7 Pemeriksaan Confounding ... 55

BAB 5. PEMBAHASAN ... 57

5.1 Hubungan Pengetahuan dengan Tingkat Pemanfaatan Posyandu ... 57

5.2 Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Pemanfaatan Posyandu ... 64

5.3 Hubungan Pendidikan dengan Tingkat Pemanfaatan Posyandu . 67 5.4 Hubungan Jumlah Balita dengan Tingkat Pemanfaatan Posyandu ... 70

5.5 Keterbatasan Penelitian ... 71

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

6.1. Kesimpulan ... 73

6.2. Saran ... 74

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 3.1 Distribusi Besar Sampel Berdasarkan Desa ... 30 3.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian Hubungan

Pengetahuan dan Dukungan Suami dengan Tingkat Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Rejo Kecamatan

Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang ... 32 3.3 Metode Pengukuran Variabel Independen, Variabel Dependen,

dan Variabel Confounding ... 37 4.1 Distribusi Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Rejo

Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2011 ... 42 4.2 Distribusi Frekuensi Masing-Masing Variabel Penelitian ... 43 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Pernyataan

Pengetahuan ... 44 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Pernyataan

Dukungan Suami ... 46 4.5 Hubungan Variabel Independen (Pengetahuan dan Dukungan

Suami), Variabel Confounding (Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Jumlah Balita, Sarana, dan Sikap Kader) dengan Tingkat

Pemanfaatan Posyandu ... 50 4.6 Hubungan antar Variabel dan Confounding ... 52 4.7 Analisis Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Suami dengan

Tingkat Pemanfaatan Posyandu ... 55 4.8 Analisis Pemeriksaan Interaksi Hubungan Pengetahuan dan

(16)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Kerangka Teori Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010)

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Surat Persetujuan sebagai Subjek Penelitian ... 78

2. Kuesioner Penelitian ... 80

3. Master Tabel ... 84

4. Hasil Analisis Validitas dan Reliabilitas I ... 96

5. Hasil Analisis Validitas dan Reliabilitas II ... 99

6. Analisis Univariat ... 102

7. Analisis Bivariat ... 107

8. Analisis Multivariat ... 131

9. Pemeriksaan Interaksi ... 133

10. Analisis Pemeriksaan Interaksi Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Suami dengan Tingkat Pemanfaatan Posyandu ... 134

11. Pemeriksaan Counfounding ... 135

12. Random Number Table ... 137

13. Surat Izin Penelitian ... 146

14. Surat Keterangan Penelitian ... 147

(18)

ABSTRAK

Posyandu merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang memudahkan masyarakat memeriksakan kesehatan terutama untuk ibu hamil dan anak balita. Keterbatasan fasilitas dan masih rendahnya cakupan penimbangan mengakibatkan banyak balita yang tidak termonitor keadaan gizinya. Posyandu harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk meningkatkan status gizi dan derajat kesehatan ibu dan anak sebagai upaya mencegah hilangnya generasi penerus. Diduga ada hubungan pengetahuan dan dukungan suami dengan tingkat pemanfaatan posyandu.

Jenis penelitian ini adalah survei dengan pendekatan cross sectional dengan tujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan dukungan suami dengan tingkat pemanfaatan posyandu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu balita yang terdaftar dalam data kesehatan ibu dan anak (KIA), sedangkan sampel adalah ibu balita yang terdaftar dalam data KIA tahun 2011, tinggal bersama suami dan berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo sebanyak 125 orang. Analisis data melalui tahapan analisis univariat, analisis bivariat dengan uji Chi-square, dan analisis multivariat dengan ordinal regresi ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan pengetahuan dengan tingkat pemanfaatan posyandu (p=0,239), ada hubungan yang bermakna antara dukungan suami (OR=0,22; 95% CI=0,07-0,66), jumlah balita (OR=0,22; 95% CI=0,06-0,83), pendidikan rendah (OR=13,83; 95% CI=2,67-71,89), pendidikan sedang (OR=29,61; 95% CI=5,10-171,76) dengan tingkat pemanfaatan posyandu.

Disarankan kepada Kepala Desa melakukan suatu pendekatan kepada masyarakat untuk peningkatan dukungan suami dalam pemanfaatan posyandu dan penyediaan sarana penimbangan di setiap posyandu, melakukan kerjasama lintas sektoral untuk penyediaan timbangan, merekrut kader baru dan bekerjasama dengan Puskesmas untuk melakukan pelatihan kader. Pihak Puskesmas perlu melakukan penyuluhan dan promosi kesehatan secara intensif agar suami memberikan dorongan kepada ibu untuk memanfaatkan posyandu.

(19)

ABSTRACT

Posyandu (Integrated Service Post) is one of the health services enabling the community members, especially pregnant mothers and children under five years old, to have their health checked. The limitation of facilities and still low coverage of weighing resulted in many children under five years old whose nutritional condition could not be monitored. Posyandu must be utilized as maximum as possible to improve the nutritional status and the health level of mother and child as an attempt to avoid from the loosing of next generation. It is estimated that there is a relationship between knowledge and husband’s support and the level of Posyandu utilization.

The purpose of this survey study with cross sectional was to analyze the relationship between knowledge and support of husband and the level of posyandu utilization. The population of this study was all of the mothers of children under five years old (1-5 years old) registered in the list of HMC (Health of Mother and Child). The samples for this study were 125 mothers who were registered in the list of KIA in 2011and lived with their husband in the working area of Puskesmas Tanjung Rejo. The data for this study were obtained through univariate analysis, bivariate analysis with Chi-square tests, and multivariate analysis with ordinal regression analysis.

The result of ordinal regression analysis showed that there was no relationship between knowledge and the level of Posyandu utilization (p = 0.239) and there was relationship between husband’s support (OR=0,22; 95% CI

=

0,07-0,66)

,

number of children under five years old (OR=0,22; 95% CI=0,06-0,83), low education (OR=13,83, 95% CI=2,67-71,89), middle education (OR=29,61; 95% CI=5,10-171,76) and the level of Posyandu utilization.

The Head of Village is suggested to approach the community members to increase the support of husband in utilizing the posyandu and to procure weighing facility at every posyandu, to establish inter-sectoral cooperation to provide scales, to recruit new cadres and to cooperate with the Puskesmas. The management of Puskesmas needs to implement extension and health promotion intensively that the husbands support the mothers to utilize the posyandu.

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pos pelayanan terpadu (Posyandu) adalah salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Posyandu diasumsikan sebagai salah satu pendekatan yang tepat untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan balita serta dapat meningkatkan status gizi balita (Depkes RI, 2006).

Posyandu merupakan salah satu pelayanan kesehatan di desa yang memudahkan masyarakat untuk mengetahui atau memeriksakan kesehatan terutama untuk ibu hamil dan anak balita. Keaktifan keluarga pada setiap kegiatan posyandu tentu akan berpengaruh pada keadaan status gizi anak balitanya. Salah satu tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status gizi masyarakat terutama anak balita dan ibu hamil. Posyandu merupakan salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis dalam pembangunan kesehatan dengan tujuan mewujudkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi permasalahan kesehatan (Widiastuti dan Kristiani, 2006).

(21)

dalam program kesehatan preventif. Posyandu terlaksana dengan baik dan banyak hal positif yang diberikan oleh posyandu untuk peningkatan kesehatan ibu dan anak.

Posyandu sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dan gizi mengalami banyak masalah yaitu keterbatasan fasilitas dan masih rendahnya cakupan penimbangan. Cakupan penimbangan balita yang rendah mengakibatkan banyak balita yang tidak termonitor keadaan gizinya (Depkes RI, 2006). Untuk mengoptimalkan fungsi posyandu maka dilakukanlah revitalisasi posyandu yang tertuang dalam surat edaran Departemen Dalam Negeri (Depdagri) RI Nomor 193/697/BPM. Pedoman umum revitalisasi posyandu menyebutkan bahwa dengan revitalisasi posyandu diharapkan posyandu berfungsi secara optimal untuk menyelamatkan dan meningkatkan status gizi maupun derajat kesehatan anak dan ibu sebagai upaya mencegah hilangnya generasi penerus. Fungsi dasar posyandu sebagai unit pemantau tumbuh kembang anak, menyampaikan pesan kepada ibu dan anggota keluarga yang memiliki bayi dan balita untuk mengupayakan pemeliharaan anak secara baik guna mendukung tumbuh kembang anak sesuai potensinya (Soedirdja, 2001).

(22)

Hasil Riskesdas (2010) juga menerangkan kondisi status gizi balita secara nasional bahwa prevalensi berat badan kurang pada tahun 2010 adalah 17,9% yang terdiri dari 4,9% gizi buruk dan 13,0% gizi kurang. Bila dibandingkan dengan pencapaian sasaran millenium development goal’s (MDG’s) tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi berat badan kurang secara nasional harus diturunkan minimal sebesar 2,4% dalam periode 2011 sampai 2015. Posyandu sebagai salah satu sarana deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan balita harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk meningkatkan status gizi dan derajat kesehatan ibu dan anak sebagai upaya mencegah hilangnya generasi penerus.

Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Deli Serdang tahun 2011 bahwa jumlah balita di Kabupaten Deli Serdang adalah 194.642 orang. Jumlah balita yang ditimbang per seluruh balita (D/S) adalah 71,6%. Pencapaian D/S ini masih di bawah target nasional yaitu 90%. Puskesmas Tanjung Rejo memiliki wilayah kerja sebanyak 9 desa dengan jumlah posyandu sebanyak 55 posyandu dengan kriteria pratama. Kegiatan posyandu berjalan secara rutin setiap bulan dengan jumlah kehadiran kader 2-3 orang. Jumlah balita di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo sebanyak 9354 orang dan jumlah ibu balita sebanyak 4430 orang. Jumlah ibu balita ini diperoleh dari pendataan yang dilakukan pada bulan Agustus sampai November 2011. Pendataan dilakukan petugas kesehatan dibantu kader dengan cara home visite.

(23)

rekapitulasi ini tidak sesuai dengan apa yang terjadi di posyandu bahwa hanya 6 dari 55 posyandu yang dikunjungi balita untuk ditimbang. Dari 9354 balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan hanya 124 balita yang datang ke posyandu (1,3%). Rumor yang berkembang di masyarakat bahwa posyandu adalah tempat imunisasi bayi. Kegiatan penimbangan yang rutin dilakukan adalah penimbangan bayi. Bila usia bayi sudah mencapai 9 bulan dan imunisasinya sudah lengkap maka kunjungan bayi maupun balita ke posyandu untuk penimbangan juga akan menurun. Informasi-informasi tentang manfaat posyandu oleh petugas kesehatan sudah diberikan, namun tidak memberi dampak terhadap tindakan ibu balita untuk memanfaatkan posyandu. Suami tidak melarang ibu untuk membawa balita ke posyandu, tetapi ibu-ibu balita tetap tidak memanfaatkan posyandu untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan balitanya. Kondisi ini menyebabkan rendahnya pemanfaatan posyandu oleh ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan.

(24)

suami juga memberi kontribusi terhadap perilaku ibu untuk membawa balita ke posyandu. Bentuk dukungan suami yang diterima oleh ibu balita berupa dukungan nyata, dukungan informasi, dukungan emosional, dan dukungan invisible (Taylor, 2009).

Prihardjo (2005) seperti dikutip Tarigan (2010) bahwa rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan seseorang. Tingkat pengetahuan yang dimaksud dapat bersifat dualis. Di satu sisi rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah. Disisi lain, tingkat pengetahuan yang tinggi dapat juga menyebabkan rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan. Masyarakat telah mengerti keterbatasan sarana di pelayanan kesehatan menyebabkan masyarakat tidak mau memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hal yang sama juga dapat terjadi pada pemanfaatan posyandu oleh ibu balita.

(25)

menghargai atas kemampuan dan keahlian istri, suami dapat diandalkan ketika istri membutuhkan bantuan, dan suami merupakan tempat bergantung untuk menyelesaikan masalah istri.

Yamin (2003) dan Thaha (1990) menyimpulkan bahwa umur, pendidikan, pekerjaan, sarana posyandu memberi kontribusi terhadap tindakan ibu untuk memanfaatkan posyandu balita. Kunanto (1987) dalam Yamin (2003) menemukan di Kabupaten Bogor bahwa kesinambungan ibu untuk membawa balitanya ke posyandu berhubungan dengan beberapa faktor yaitu karakteristik ibu berupa umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak; faktor predisposisi berupa tingkat pengetahuan, sikap, nilai-nilai dan keyakinan yang dimiliki oleh ibu; faktor pendukung berupa jarak ke posyandu dan fasilitas yang ada; dan faktor pendorong berupa jumlah kader yang memberikan pelayanan serta tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan. Banyak hal yang memengaruhi tindakan ibu balita dalam memanfaatkan posyandu, tetapi dalam penelitian ini yang akan diteliti hanya pengetahuan dan dukungan suami sebagai variabel independen dan umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah balita, sarana dan sikap kader sebagai variabel confounding.

(26)

yang baik tentang posyandu memengaruhi tindakan ibu balita untuk memanfaatkan posyandu, tetapi di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo kenyataannya berbeda. Pengetahuan ibu tentang posyandu dan manfaatnya dapat memengaruhi tindakan ibu untuk memanfaatkan atau tidak memanfaatkan posyandu balita. Selain ibu tahu tentang manfaat posyandu, ibu mungkin mengetahui juga keterbatasan dan kekurangan sarana di posyandu sehingga belum tentu ibu akan memanfaatkan posyandu.

Berdasarkan latar belakang di atas, perlu dilakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan dukungan suami dengan tingkat pemanfaatan posyandu oleh ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

1.2 Permasalahan

Kunjungan ibu balita ke posyandu masih rendah di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dan belum diketahui rendahnya kunjungan ini apakah ada hubungannya dengan pengetahuan dan dukungan suami.

1.3 Tujuan Penelitian

(27)

1.4 Hipotesis

Ada hubungan pengetahuan dan dukungan suami dengan tingkat pemanfaatan posyandu oleh ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Bagi Kepala Desa di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi Kepala Desa di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo sebagai bahan masukan dalam menyusun rencana kegiatan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat di posyandu.

b. Bagi petugas kesehatan

(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dalam memperolah pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu, hal ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di posyandu masyarakat dapat memperoleh pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama (Depkes RI, 2006).

Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat namun keberadaannya di masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh karena itu pemerintah mengadakan revitalisasi posyandu. Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang upaya mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan kemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu (Depdagri, 1999).

(29)

pemberdayanan masyarakat. Sedangkan tujuan khusus posyandu yaitu (a) meningkatkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar

terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB; (b) meningkatkan peran lintas sektoral dalam penyelenggaraan posyandu terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB; (c) meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB (Depkes RI, 2006).

(30)

kembang. Apabila ditemukan kelainan segera dirujuk ke Puskesmas (Depkes RI, 2006).

Dalam pembentukan posyandu sebaiknya melayani 80-100 balita atau sesuai dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat. Sedangkan lokasi tempat penyelenggaraan posyandu sebaiknya pada tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Posyandu juga dapat dibentuk bila pada suatu wilayah terdapat 120 kepala keluarga (KK) atau dengan jumlah penduduk sebanyak 700 jiwa. Penyelenggaraan posyandu dilakukan 1 kali dalam sebulan dan disebut sebagai hari buka posyandu. Hari buka posyandu disesuaikan dengan hasil kesepakatan. Tempat penyelenggaraan kegiatan posyandu sebaiknya berada pada lokasi yang mudah dijangkau masyarakat misalnya disalah satu rumah warga, halaman rumah, balai desa/kelurahan, salah satu kios dipasar, salah satu ruangan perkantoran, atau tempat khusus y ang dibangun secara swadaya oleh masyarakat (Depkes RI, 2006).

(31)

diikuti dengan pemberian makanan tambahan, oralit dan vitamin A dosis tinggi (Depkes RI, 2006).

Depkes RI (2006) memaparkan bahwa penyuluhan dilakukan oleh kader didampingi oleh tenaga kesehatan. Ibu balita diberi penyuluhan tentang :

1. Pentingnya menimbang balita setiap bulan untuk mengetahui pertumbuhan balita. Balita yang dibawah garis merah (BGM) harus dirujuk ke tenaga kesehatan. 2. Pentingnya asi saja (asi eksklusif) sampai anak berumur 6 bulan.

3. Pentingnya pemberian makanan pendamping asi bagi anak umur lebih 6 bulan. 4. Pentingnya ibu memberikan asi sampai anak berusia 2 tahun.

5. Pentingnya imunisasi lengkap untuk pencegahan penyakit pada balita.

6. Pentingnya pemberian vitamin A untuk mencegah kebutaan dan daya tahan tubuh anak. Setiap bulan Februari dan Agustus bayi berumur 6-12 bulan dan balita berumur 1-5 tahun diberi satu kapsul vitamin A.

7. Pentingnya latihan/stimulasi perkembangan anak balita di rumah.

8. Bahaya diare pada balita. Asi harus diberikan seperti biasa walaupun anak sedang mencret.

9. Bahaya infeksi saluran nafas akut (ISPA), balita batuk pilek dengan nafas sesak atau sukar bernafas harus dirujuk ke tenaga kesehatan.

(32)

Strata posyandu dikenal dengan 4 strata yaitu :

1. Posyandu pratama : yaitu posyandu yang belum mantap, kegiatan belum berjalan secara rutin dan kadernya terbatas. Keadaan ini dinilai gawat sehingga intervensinya adalah pelatihan kader ulang. Artinya kader yang ada perlu ditambah dan dilakukan pelatihan dasar lagi.

2. Posyandu madya : yaitu posyandu sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi, dan Imunisasi) masih rendah yaitu kurang dari 50%. Ini berarti kelestarian posyandu sudah baik tetapi masih rendah cakupannya. Intervensi untuk posyandu madya ada 2 yaitu : (1) pelatihan tokoh masyarakat (Toma) dengan modul eskalasi posyandu, yang sekarang sudah dilengkapi dengan metoda simulasi. (2) penggarapan dengan pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat desa (SMD=survei mawas diri dan MMD=musyawarah masyarakat desa) untuk menentukan masalah dan mencari penyelesaiannya, termasuk menentukan program tambahan yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.

(33)

pengembangan program di posyandu. (2) Pelatihan Dana Sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh Dana Sehat yang kuat dengan cakupan anggota minimal 50% KK atau lebih.

4. Posyandu mandiri yaitu posyandu yang sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK. Intervensinya adalah pembinaan dana sehat, yaitu diarahkan agar dana sehat tersebut menggunakan prinsip jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM).

2.2 Pemanfaatan Posyandu

Menurut Supriyanto (1998) dalam Azwar (2002) bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah penggunaan pelayanan yang telah diterima pada tempat atau pemberi pelayanan kesehatan. Sedangkan pelayanan kesehatan sendiri adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok, keluarga, dan ataupun masyarakat.

(34)

kesehatan adalah semua aktifitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati (observable) maupun tidak dapat diamati (unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Tindakan ibu membawa balita ke posyandu merupakan sebuah perilaku kesehatan yang dapat diamati (observable).

Notoatmodjo (2010) juga menjelaskan bahwa perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha seeorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit atau usaha untuk penyembuhan bila sakit. Perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari perilaku pencegahan penyakit, perilaku peningkatan kesehatan dan perilaku gizi (makanan dan minuman).

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.

3. Perilaku kesehatan lingkungan yaitu bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakat.

(35)

(3) faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan dan petugas lain. Perilaku kesehatan individu ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku petugas kesehatan akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Ibu balita tidak memanfaatkan posyandu dapat disebabkan tidak atau belum mengetahui manfaat posyandu bagi anaknya (predisposing factors) atau karena jarak rumah dengan posyandu yang jauh (enabling factors) atau bisa juga karena perilaku petugas kesehatan (reinforcing factors).

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Misalnya seorang ibu akan memanfaatkan posyandu untuk kesehatan anaknya setelah melihat ibu balita lain yang memanfaatkan posyandu memiliki balita yang sehat. Pengetahuan berpengaruh terhadap praktek atau tindakan seseorang. Pengetahuan ibu yang baik tentang manfaat posyandu untuk kesehatan anak berkontribusi terhadap tindakan ibu untuk membawa balita ke posyandu dan ibu balita melakukan tindakan memanfaatkan posyandu (Notoatmodjo, 2010).

(36)

memantau pertumbuhan balitanya. Perilaku yang ditampilkan oleh kelompok referensi akan ditiru oleh pengikutnya (3) sumber-sumber daya (resources), sumber daya ini mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya. Sumber daya yang ada memungkinkan ibu balita mampu memanfaatkan posyandu (4) budaya (culture), kebudayaan merupakan suatu pola hidup yang dihasilkan dari perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan pengguunaan sumber-sumber dalam masyarakat dan menghasilkan (Notoatmodjo, 2010).

Demikian halnya dengan ibu balita tidak memanfaatkan posyandu karena tidak percaya terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan di posyandu, tidak mampu untuk membayar, takut pada petugas, atau mungkin tidak tahu fungsi posyandu.

(37)

Penelitian Anderson dan Andersen (1972) dan Aday Eichhorn (1972) dalam Kresno (2008) bahwa seseorang yang mendapat pendidikan formal biasanya lebih banyak mengunjungi ahli kesehatan. Juarsa (2004) dalam penelitiannya yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan cakupan penimbangan balita di posyandu wilayah Kabupaten Pandeglang menemukan bahwa ibu dengan pendidikan rendah lebih tinggi frekuensinya menimbang balita ke posyandu dibanding ibu dengan pendidikan sedang dan tinggi. Tetapi tidak ada hubungan secara bermakna antara pendidikan ibu balita dengan cakupan penimbangan balita.

Sihotang dkk (1989), Asrijanti (1990), Susetyo (2002), dan Sambas (2002) dalam Juarsa (2004) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan cakupan penimbangan balita di posyandu. Yamin (2003) menemukan bahwa kelompok ibu dengan pendidikan rendah mempunyai tingkat pemanfaatan posyandu yang lebih tinggi dibanding kelompok ibu dengan pendidikan menengah dan tinggi, tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna tingkat pendidikan ibu dalam pemanfaatan posyandu.

(38)

Tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna diantara kedua kelompok tersebut dalam melaksanakan kunjungan rutin atau tidak rutin. Kelompok ibu dengan penilaian terhadap kader baik memiliki tingkat pemanfaatan posyandu yang lebih tinggi dibanding kelompok ibu dengan penilaian kader yang kurang, tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam pemanfaatan posyandu diantara kedua kelompok tersebut. Kelengkapan fasilitas posyandu juga memengaruhi tindakan ibu dalam memanfaatkan posyandu, terdapat perbedaan yang bermakna dalam pemanfaatan posyandu antara ibu yang menilai fasilitas posyandu yang lengkap dengan ibu yang menilai fasilitas posyandu kurang lengkap.

Yamin (2003) menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu maka tingkat pemanfaatan posyandu juga akan semakin tinggi. Namun dukungan keluarga yang kurang dalam pemanfaatan posyandu tidak berbeda dengan dukungan keluarga yang baik. Dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan posyandu oleh ibu balita akan semakin tinggi bila ibu memiliki pengetahuan yang tinggi tentang posyandu. Adanya dukungan dari keluarga dalam penelitian ini adalah suami akan memengaruhi tindakan ibu dalam memanfaatkan posyandu untuk meningkatkan kesehatan keluarga khususnya balita. Perilaku ibu dalam memanfaatkan posyandu akan langgeng bila didasari oleh pengetahuan ibu yang baik dan diperkuat oleh adanya dukungan suami dalam bentuk dukungan nyata, dukungan emosional, maupun dukungan informatif.

(39)

preventif gizi buruk. Balita merupakan kelompok yang sangat rawan terhadap gizi kurang maupun gizi buruk. Ibu-ibu yang punya balita tidak akan bertindak memanfaatkan posyandu untuk pelayanan kesehatan balita termasuk menimbang secara teratur bila ibu tidak merasa bahwa anaknya menderita penyakit gizi kurang atau gizi buruk. Salah satu upaya mencegah gizi kurang atau gizi buruk adalah melakukan deteksi dini pertambahan berat badan anak secara teratur setiap bulannya ke fasilitas kesehatan termasuk posyandu.

2.3 Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Posyandu

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan berasal dari kata tahu yang berarti: mengerti sesudah (melihat, mengalami). Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung, maupun dari pengalaman orang lain yang sampai kepadanya. Selain itu dapat juga melalui media komunikasi seperti: radio, televisi, majalah, atau surat kabar (Poerwadarminta, 1976).

(40)

(know), memahami (comprehention), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (syntesis), dan evaluasi (evaluation).

Menurut Roger dalam Notoatmodjo (2010) bahwa perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan bersifat lebih langgeng dibanding dengan yang tidak didasari pengetahuan. Hal ini diperkuat dengan penelitian Junadi (1989) bahwa secara umum pengetahuan berpengaruh positif terhadap perilaku ibu dalam memanfaatkan posyandu. Penelitian Iswati (1987) di Bandar Lampung dan Syaiful Bahri (1989) di Kabupaten Kudus seperti dikutip Yamin (2003) bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu maka makin sering ibu memanfaatkan posyandu untuk menimbang balita.

Hutagalung (1992) dalam Kresno (2008) dan Juarsa (2004) mengatakan bahwa pengetahuan ibu memengaruhi cakupan penimbangan balita di posyandu. Tetapi hasil penelitian Resmana (1991) dalam Kresno (2008) menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh tingkat pengetahuan ibu dengan kehadiran ibu memanfaatkan posyandu untuk menimbang balita di Depok.

(41)

2.4 Hubungan Dukungan Suami dengan Pemanfaatan Posyandu

Saparinah (1982) seperti dikutip Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa individu sejak lahir berada di dalam suatu kelompok terutama kelompok keluarga. Kelompok ini akan membuka kemungkinan untuk dipengaruhi atau memengaruhi anggota-anggota kelompok lain. Oleh karena pada setiap kelompok berlaku aturan-aturan atau norma-norma tertentu maka perilaku setiap individu anggota kelompok berlangsung di dalam suatu jaringan normatif. Demikian pula perilaku individu dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan termasuk posyandu dipengaruhi atau memengaruhi setiap anggota dalam keluarga. Suami sebagai kepala keluarga memberi kontribusi kepada perilaku ibu dalam memanfaatkan posyandu. Dukungan keluarga menurut Francis dan Satiadarma (2004) seperti dikutip oleh Ambari (2010) merupakan bantuan/sokongan yang diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga lainnya dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat di dalam sebuah keluarga.

(42)

Menurut Taylor (2009) bahwa komponen-komponen dukungan suami terdiri dari:

a. Dukungan Nyata

Bentuk dukungan ini melibatkan penyediaan dukungan material seperti pelayanan, bantuan keuangan, atau barang. Benda atau jasa yang diberikan akan membantu memecahkan masalah, seperti saat seseorang memberi uang, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit, menyediakan peralatan yang dibutuhkan. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh penerima dengan tepat. Pada dukungan nyata keluarga merupakan sumber untuk mencapai tujuan praktis dan konkrit.

b. Dukungan Informasi

Informasi dapat membantu individu memahami peristiwa stres yang lebih baik dan menentukan sumber daya dan strategi penanganan yang dapat dihimpun untuk menghadapinya. Dukungan informasi meliputi pemberian solusi dari masalah, pemberian nasehat, pengarahan, saran, ide-ide, dan umpan balik tentang apa yang dilakukan ibu untuk menimbang balita di posyandu.

c. Dukungan Emosional

(43)

kepercayaan, dan penghargaan. Pada dukungan emosional suami memberikan semangat dan membantu ibu untuk membawa balita ke posyandu.

Mengacu pada pendapat Kuntjoro (2002) bentuk-bentuk dukungan suami yang dapat diberikan pada istri adalah adanya kedekatan emosional, suami mengijinkan istri terlibat dalam suatu kelompok yang memungkinkannya untuk berbagi minat, perhatian, suami menghargai atas kemampuan dan keahlian istri, suami dapat diandalkan ketika istri membutuhkan bantuan, dan suami merupakan tempat bergantung untuk menyelesaikan masalah istri. Dengan adanya dukungan suami, tugas yang tadinya terasa berat menjadi lebih ringan dan membahagiakan. Sebaliknya, jika suami istri dalam sebuah perkawinan tidak mampu menjalin kerjasama, maka hal itu akan menyebabkan kesulitan dalam mengatasi permasalahan hidup yang lebih kompleks di kemudian hari.

d. Dukungan Invisible

Dukungan sosial yang paling menguntungkan adalah dukungan yang tidak kelihatan tetapi selalu ada, memberikan manfaat kesehatan fisik dan mental.

2.5 Landasan Teori

Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007) menyebutkan bahwa perilaku terbentuk dari 3 faktor yaitu :

(44)

2. Faktor pendukung (enabling factors) yaitu tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan.

3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yaitu sikap dan perilaku petugas kesehatan dan petugas lain.

Perilaku kesehatan individu ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku petugas kesehatan akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Ibu balita tidak memanfaatkan posyandu dapat disebabkan tidak atau belum mengetahui manfaat posyandu bagi anaknya (predisposing factors) atau karena jarak rumah dengan posyandu yang jauh (enabling factors) atau bisa juga karena perilaku petugas kesehatan (reinforcing factors).

Dukungan suami merupakan dukungan yang diberikan suami dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Menurut Taylor (2009) bahwa komponen-komponen dukungan suami terdiri dari:

a. Dukungan Nyata b. Dukungan Informasi c. Dukungan Emosional d. Dukungan Invisible

(45)

Mengacu pada landasan teori diatas dapat digambarkan kerangka teori sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Teori Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010) dan Taylor (2009)

2.6. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori maka kerangka konsep penelitian yang berjudul hubungan pengetahuan dan dukungan suami dengan tingkat pemanfaatan posyandu oleh ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut:

Faktor pemungkin : -Lingkungan fisik -Sarana kesehatan Faktor pendorong : - Sikap petugas

Dukungan Suami : - Nyata

- Informasi - Emosional - Invisible Pemanfaatan

posyandu Faktor predisposisi :

- Pengetahuan - Sikap

(46)

Variabel Independen Variabel Dependen

Variabel Confounding

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Keterangan :

: tidak diteliti : diteliti Dukungan suami : -Nyata

-Informasi -Emosional

Tingkat pemanfaatan posyandu :

- baik - cukup - kurang Faktor Predisposisi :

-Pengetahuan

Karakteristik ibu : Umur

Pendidikan Pekerjaan Jumlah anak

Faktor pemungkin : Sarana

Faktor pendorong : Sikap kader

(47)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan cross sectional, yang bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan dukungan

suami dengan tingkat pemanfaatan posyandu oleh ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dengan pertimbangan hanya 1,3% ibu balita yang memanfaatkan posyandu. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2012.

3.3 Populasi dan Sampel

(48)

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu balita yang terdaftar dalam data KIA tahun 2011, tinggal bersama suami dan berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Besar sampel dihitung dengan rumus uji hipotesis beda proporsi satu sampel sebagai berikut :

Dimana :

Po = Proporsi ibu balita yang memanfaatkan posyandu (0,013‰) (buku catatan kegiatan posyandu wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo) Pa = Proporsi ibu balita yang diharapkan memanfaatkan posyandu

(0,063‰) Z1- α/2

Z

= Nilai deviasi standar pada α 5% sebesar 1,96 1 - β

1-β : Power of the test (kekuatan uji)

= Nilai deviasi standar pada β 10% sebesar 1,282

dengan perhitungan :

n = 113,8 ≈ 114

(49)

minimal sehingga keseluruhan besar sampel sebanyak 125 ibu balita. Untuk mengambil sampel pada masing-masing desa dilakukan secara proporsional sebanding dengan jumlah populasi yang tersebar di 9 desa di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan. Dari hasil perhitungan besar sampel yang dilakukan maka diperoleh ditribusi sampel seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Distribusi Besar Sampel Berdasarkan Desa

No Desa Jumlah Ibu Balita Besar Sampel

1. Medan Estate 452/4430x125 13

2. Sampali 482/4430x125 14

3. Saentis 438/4430x125 12

4. Cinta Rakyat 793/4430x125 22

5. Percut 574/4430x125 16

6. Cinta Damai 341/4430x125 10

7. Tanjung Selamat 562/4430x125 16

8. Tanjung Rejo 575/4430x125 16

9. Pematang Lalang 213/4430x125 6

Total Sampel 125

Metode penarikan sampel untuk tiap desa dilakukan secara acak menggunakan komputer sampai memenuhi besar sampel yang diinginkan yaitu 125 ibu balita.

3.4 Metode Pengumpulan Data

(50)

diperoleh dari Puskesmas dan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo untuk membantu analisis terhadap data primer yang diperoleh. Kuesioner yang telah disusun diuji coba pada 30 ibu balita dengan karakteristik yang sama dengan responden di Desa Lau Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Uji validitas dilakukan secara komputerisasi yaitu mengukur korelasi antara setiap variabel atau item dengan skor total variabel (corected item total) dengan ketentuan jika r hitung > r tabel (0,361) maka dinyatakan valid.

Hasil uji validitas dan reliabilitas bahwa pernyataan pengetahuan nomor 4 dan nomor 10, pernyataan dukungan suami nomor 4 dan nomor 6 ternyata tidak valid. Kemudian dilakukan revisi terhadap pernyataan yang tidak valid tanpa merubah makna pernyataan kuesioner dan dilakukan uji validitas kembali. Hasil analisis menunjukkan bahwa ternyata seluruh item pernyataan pengetahuan, dukungan suami dan sikap kader memiliki corected item total > 0,361 sehingga dengan demikian instrumen valid untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.

(51)

sebagai alat pengumpul data. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Suami dengan Tingkat Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

Variabel Corrected

Item-Pengetahuan 0,860 0,898 Reliabel

1 0,871 0,930 Valid

Dukungan Suami 0,812 0,850 Reliabel

(52)

Pengumpulan data dimulai dengan memilih sampel secara simple random dengan bantuan komputer, dengan dibantu oleh pengumpul data (kader, bidan desa, dan mahasiswa DIII) yang sebelumnya sudah diberikan pembekalan, melakukan kunjungan kepada masing-masing responden. Sebelum wawancara dilakukan terlebih dahulu dijelaskan tujuan penelitian dan kerahasiaan dari hasil penelitian. Bila ibu bersedia, ibu diminta untuk menandatangani surat persetujuan (informed concent).

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat pemanfaatan posyandu. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan dukungan suami. Variabel confounding dalam penelitian ini adalah karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak), faktor pemungkin (sarana), dan faktor pendorong (sikap kader).

3.5.2 Definisi Operasional

1) Tingkat pemanfaatan posyandu adalah frekuensi ibu membawa balita ke posyandu setiap bulan untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Kategori tingkat pemanfaatan posyandu dibagi menjadi :

0 = baik : bila ibu memanfaatkan posyandu sebanyak 8-12 kali dalam 1 tahun terakhir.

(53)

2 = kurang : bila ibu memanfaatkan posyandu 0-3 kali dalam 1 tahun terakhir. 2) Pengetahuan adalah tingkat pengetahuan ibu balita tentang pemanfaatan posyandu meliputi sasaran, kegiatan dan jenis pelayanan yang diselenggarakan di posyandu. Pengetahuan diukur dengan 10 pernyataan. Pernyataan terdiri dari pernyataan positif (nomor 1,2,4,5,6,7,8, dan 9) dan pernyataan negatif (nomor 3 dan 10). Bila pernyataan positif dijawab ya diberi nilai 1 dan tidak diberi nilai 0, sedangkan untuk pernyataan negatif jawab ya diberi nilai 0 dan jawab tidak diberi nilai 1. Tingkat pengetahuan dibagi atas:

0 = Baik, apabila bobot nilai yang dicapai ≥ 76% total jawaban (jawab benar 8-10 pernyataan).

1 = Kurang baik, < 76% total jawaban (jawab benar < 8 pernyataan).

3) Dukungan suami adalah semua bentuk dukungan yang diberikan oleh suami kepada ibu balita berupa dukungan informasi, dukungan emosional, dan dukungan nyata.

a. Dukungan nyata adalah dukungan yang diberikan suami dapat berupa benda (uang), mengantar ke posyandu, dan menunggu ibu sampai selesai dari posyandu.

b. Dukungan informasi adalah bantuan yang diberikan berupa pemberian solusi dari masalah, pemberian nasehat, anjuran/saran tentang penimbangan balita, memberitahukan posyandu dan jadwal posyandu.

(54)

Dukungan informasi dan dukungan emosional masing-masing diukur dengan 3 pernyataan dan dukungan nyata diukur dengan 2 pernyataan sehingga total pernyataan untuk dukungan suami adalah 8 pernyataan. Dukungan nyata, dukungan informasi, dan dukungan emosional terdiri dari 4 pilihan jawaban (a,b,c, dan d). Pilihan jawaban a diberi bobot 3, pilihan jawaban b diberi bobot 2, pilihan jawaban c diberi bobot 1, dan pilihan jawaban d diberi bobot 0. Pilihan jawaban hanya boleh dipilih (1) dari ke empat pilihan jawaban. Total jawaban responden untuk setiap pernyataan dijumlahkan. Nilai maksimal untuk dukungan suami (dukungan nyata, dukungan informasi, dan dukungan emosional) yaitu jumlah pernyataan (8) x jumlah pilihan jawaban (maksimal 3) sehingga skor tertinggi adalah 24. Nilai minimal yaitu jumlah seluruh pernyataan (9) x pilihan jawaban (minimal 0) sehingga skor terendah adalah 0. Dukungan suami dibagi atas:

0 = tinggi apabila bobot nilai yang dicapai yaitu 12-24. 1 = rendah apabila bobot nilai yang dicapai yaitu < 12.

4) Umur adalah jumlah tahun hidup responden pada saat wawancara yang dihitung dari ulang tahun terakhir (dibulatkan pada yang lebih mendekati). Umur dibagi atas :

0 = ≥ 30 tahun 1 = < 30 tahun

(55)

0 = Rendah (SD, SLTP) 1 = Sedang (SMU)

2 = Tinggi (Diploma, Sarjana)

6) Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan responden untuk menambah pendapatan keluarga. Pekerjaan dibagi menjadi :

0 = tidak bekerja 1 = bekerja

7) Jumlah anak : jumlah balita yang dimiliki oleh ibu. Jumlah anak dibagi : 0 = 1

1 = > 1

8) Sarana : ketersediaan alat untuk melakukan penimbangan balita di posyandu, dengan kategori :

0 = tersedia 1 = tidak tersedia

9) Sikap kader : respon kader kepada balita saat melakukan penimbangan. Sikap diukur dengan 4 pernyataan. Pilihan jawaban ya untuk pernyataan positif diberi nilai 1 dan pilihan jawaban tidak diberi nilai 0. Pilihan jawaban ya untuk pernyataan negatif diberi nilai 0 dan pilihan jawaban tidak diberi nilai 1. Pernyataan positif berada pada nomor 1 dan 3 sedangkan pernyataan negatif berada pada nomor 2 dan 4. Sikap kader dibagi menjadi :

(56)

3.6 Metode Pengukuran

Metode pengukuran dalam penelitian ini seperti berikut :

Tabel 3.3 Metode Pengukuran Variabel Independen, Variabel Dependen dan Variabel Confounding

Variabel Definisi Operasional Kategori Skala ukur Pemanfaatan

Posyandu

Tindakan ibu membawa balita ke posyandu setiap bulan secara teratur suami berupa dukungan informasi, dukungan dari ulang tahun terakhir.

(57)

Tabel 3.3 (Lanjutan)

Variabel Definisi Operasional Kategori Skala ukur Jumlah anak

1: Tidak tersedia Nominal Sikap kader

3.7 Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan :

1). Analisis univariat merupakan analisis yang menitik beratkan kepada penggambaran atau deskripsi data yang diperoleh, menggambarkan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel dependen (pemanfaatan posyandu), variabel independen utama (pengetahuan dan dukungan suami) dan variabel confounding (umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah balita, sarana dan sikap

kader).

2). Analisis bivariat digunakan untuk melihat sejauh mana hubungan masing-masing variabel independen utama (pengetahuan dan dukungan suami), dan variabel confounding dengan variabel dependen (pemanfaatan posyandu) menggunakan

(58)
(59)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Rejo

Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo terletak di Kecamatan Percut Sei Tuan dengan luas wilayah 8.368,81 km2

1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Selat Malaka

. Batas wilayah Puskesmas Tanjung Rejo adalah sebagai berikut :

2. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kota Medan

3. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Batang Kuis 4. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Labuhan Deli

Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo terdiri dari 9 desa dengan jumlah penduduk sebanyak 99.478 jiwa dan 21.118 KK. Jumlah balita di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo sebanyak 9354 jiwa dan jumlah ibu balita sebanyak 4430 orang. Jumlah posyandu sebanyak 55 pos tersebar di 9 desa dan berada pada tingkat pratama.

4.2 Distribusi Ibu Balita

(60)

Tabel 4.1 Distribusi Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2011

No Desa Jumlah (orang)

Sumber : Profil Puskesmas Tanjung Rejo, 2011

4.3 Analisis Univariat

(61)

yang berpendapat bahwa sikap kader adalah negatif. Analisis univariat secara lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Masing-Masing Variabel Penelitian

(62)

Tabel 4.2 (Lanjutan)

Tabel 4.3 dibawah ini menjelaskan bahwa pengetahuan responden tentang posyandu tersebar dalam 10 pernyataan. Dari seluruh pernyataan yang berisi pengetahuan tentang posyandu separuh responden tidak tahu bahwa balita harus ditimbang setiap bulan ke posyandu untuk memantau pertumbuhan tanpa memandang status gizi balita. Lebih dari separuh responden juga tidak tahu bahwa di posyandu dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi balita yang sakit, dan oralit tersedia di posyandu bagi balita yang mengalami diare.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Pernyataan Pengetahuan

No Pernyataan

Jawaban

Ya Tidak

f % f %

1 Balita sehat dan kurang sehat harus ditimbang setiap bulan ke posyandu untuk memantau pertumbuhan.

42 33,6 83 66,4

2 Balita ditimbang ke posyandu untuk mengetahui adanya masalah gizi kurang atau lebih sehingga dapat segera dilakukan upaya pemulihan.

(63)

Tabel 4.3 (Lanjutan)

No Pernyataan

Jawaban

Ya Tidak

f % f %

3 Balita datang ke posyandu setiap bulan, dan saat jadwal pemberian vitamin A.

39 31,2 86 68,8

4 Selain memperoleh layanan kesehatan, balita memperoleh makanan di posyandu.

55 44,0 70 56,0

5 Ibu dapat memeriksakan kesehatan balita di posyandu.

39 31,2 86 68,8

6 Status pertumbuhan balita dapat diketahui bila balita datang ke posyandu setiap bulan untuk ditimbang.

44 35,2 81 64,8

7 Di posyandu tersedia oralit untuk mengatasi diare pada balita

43 34,4 82 65,6

8 Bila terjadi keterlambatan pertumbuhan balita maka ibu memperoleh penyuluhan tentang cara memilih, mengolah, dan mempersiapkan makanan balita untuk mengejar keterlambatan pertumbuhan.

47 37,6 78 62,4

9 Pemberian kapsul vitamin A harus 2 kali dalam setahun untuk mencegah kebutaan.

39 31,2 86 68,8

10 Balita yang mengalami batuk, pilek, demam, atau diare tidak usah dibawa ke posyandu sampai balita sehat kembali

53 42,4 72 57,6

(64)

empati dari suami untuk membawa balita ke posyandu. Tetapi lebih dari separuh responden dilarang suami membawa balita yang sehat ke posyandu.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Pernyataan Dukungan Suami

No Pernyataan Jawaban

f %

1 Saat jadwal posyandu tiba, maka reaksi suami : a. menganjurkan

b. memberi nasehat untuk ke posyandu c. mengingatkan

d. tidak memberi respon apa-apa

0 2 Ibu lupa jadwal posyandu, reaksi suami :

a. menganjurkan b. menasehati c. mengingatkan

d. tidak memberi respon apa-apa

5 3 Waktu balita kurang sehat (batuk, pilek, atau demam) saat hari

buka posyandu, reaksi suami:

a. menganjurkan tetap ke posyandu

b. menasehati supaya tetap bawa balita ke posyandu

c. mengingatkan memeriksakan kesehatan balita ke posyandu

d. tidak memberi respon apa-apa

26 4 Reaksi suami ketika ibu membawa balita ke posyandu :

a. memberi semangat b. memberi pujian c. senang

d. tidak memberi respon

0 5 Ibu membawa balita yang sehat dan gemuk ke posyandu,

reaksi suami :

a. memberi semangat dan membantu membawa balita ke posyandu

(65)

Tabel 4.4 (Lanjutan)

No Pernyataan Jawaban

f %

6 Waktu cuaca tidak mendukung (hujan atau terik matahari) dan ibu membawa balita ke posyandu, reaksi suami :

a. memberi kepercayaan b. memberi perhatian c. berempati

d. tidak memberi respon

6 7 Ketika ibu hendak membawa balita ke posyandu, tindakan

suami :

a. mengantar dan menunggu b. mengantar

c. memberi uang untuk trasportasi d. tidak bersedia mengantar

14 8 Ibu sakit saat hari buka posyandu, tindakan suami :

a. berupaya membawa balita ke posyandu

b. meminta bantuan orang lain untuk membawa balita ke posyandu dan menyediakan trasportasi

c. meminta bantuan orang lain untuk membawa balita ke posyandu

d. tidak berupaya membawa balita ke posyandu

23

4.4.1 Hubungan Variabel Independen Utama (Pengetahuan dan Dukungan Suami) dengan Tingkat Pemanfaatan Posyandu

(66)

berpengetahuan kurang baik. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,008 artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tingkat pemanfaatan posyandu.

Hubungan dukungan suami dengan tingkat pemanfaatan posyandu didapat bahwa dari 76 orang responden yang memperoleh dukungan suami tinggi hanya 10,5% yang memanfaatkan posyandu dengan baik. Terdapat 6,1% responden dengan dukungan suami rendah tetapi memanfaatkan posyandu dengan baik. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat perbedaan tingkat pemanfaatan posyandu antara responden yang memperoleh dukungan suami tinggi dan responden dengan dukungan suami rendah. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,003 artinya ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan tingkat pemanfaatan posyandu.

4.4.2 Hubungan Variabel Confounding (Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Jumlah Balita, Sarana dan Sikap Kader) dengan Tingkat Pemanfaatan Posyandu Hubungan umur dengan tingkat pemanfaatan posyandu didapat bahwa dari 56 responden berumur ≥ 30 tahun hanya 12,5% yang memanfaatkan posyandu dengan baik. Terdapat 5,8% responden berumur < 30 tahun yang memanfaatkan posyandu dengan baik. Hal ini menjelaskan bahwa ada perbedaan tingkat pemanfaatan posyandu pada responden umur ≥ 30 tahun dengan res ponden < 30 tahun. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dan tingkat pemanfaatan posyandu dengan nilai p = 0,321.

(67)

dengan baik. Dari 49 responden pendidikan sedang terdapat 4,1% yang memanfaatakan posyandu dengan baik, sedangkan responden dengan pendidikan tinggi terdapat 50% responden yang memanfaatkan posyandu dengan baik dari 8 responden. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat perbedaan tingkat pemanfaatan posyandu antara responden berpendidikan rendah, sedang, dan tinggi. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,001 artinya ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan tingkat pemanfaatan posyandu.

Hubungan pekerjaan dengan tingkat pemanfaatan posyandu didapat bahwa dari 109 responden yang tidak bekerja hanya 6,4% yang memanfaatkan posyandu dengan baik. Dari 16 responden yang bekerja terdapat 25,0% diantaranya memanfaatkan posyandu dengan baik. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat perbedaan tingkat pemanfaatan posyandu antara responden yang tidak bekerja dan responden yang bekerja. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,032 artinya ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan tingkat pemanfaatan posyandu

(68)

Hubungan sarana dengan tingkat pemanfaatan posyandu didapat bahwa dari 17 responden yang berpendapat bahwa sarana tersedia, tak satupun yang memanfaatkan posyandu dengan baik. Sementara itu dari 108 responden yang berpendapat bahwa sarana tidak tersedia tetapi tetap memanfaatkan posyandu dengan baik sebanyak 25,0%. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat perbedaan tingkat memanfaatan posyandu antara responden yang berpendeapat sarana tersedia dengan responden yang berpendapat sarana tidak tersedia. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,029 artinya ada hubungan yang signifikan antara sarana dengan tingkat pemanfaatan posyandu.

Hubungan sikap kader dengan tingkat pemanfaatan posyandu didapat bahwa dari 70 responden yang berpendapat bahwa sikap kader positif hanya 14,3% yang memanfaatkan posyandu dengan baik. Sementara itu dari 55 responden yang berpendapat bahwa sikap kader negatif tetapi tetap memanfaatkan posyandu dengan baik sebanyak 1,8%. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat perbedaan tingkat memanfaatan posyandu antara responden yang berpendeapat sikap kader positif dengan responden yang berpendapat sikap kader negatif. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,040 artinya ada hubungan yang signifikan antara sarana dengan tingkat pemanfaatan posyandu.

(69)

Tabel 4.5 Hubungan Variabel Independen (Pengetahuan dan Dukungan Suami), Variabel Confounding (Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Jumlah Balita, Sarana, dan Sikap Kader) dengan Tingkat Pemanfaatan Posyandu

Variabel Independen

Utama dan Confounding

Tingkat pemanfaatan posyandu Total

(70)

Tabel 4.5 (Lanjutan) Variabel

Independen dan Confounding

Tingkat pemanfaatan posyandu Total Nilai

p χ2

4.4.3 Hubungan Antar Variabel Independen Utama dan Confounding

(71)

Tabel 4.6 Hubungan Antar Variabel Independen Utama dan Confounding

Pengetahuan Dukungan Suami 2,695 0,101 Independen

Umur 0,026 0,871 Independen

Pendidikan 0,894 0,639 Independen

Pekerjaan 0,000 1,000 Independen

Balita 0,354 0,552 Independen

Sarana 0,000 1,000 Independen

Sikap kader 1,434 0,231 Independen

Dukungan suami

Umur 0,041 0,840 Independen

Pendidikan 0,524 0,770 Independen

Pekerjaan 0,016 0,900 Independen

Balita 2,950 0,086 Independen

Sarana 4,203 0,040 Dependen

Sikap kader 0,153 0,696 Independen

Umur Pendidikan 3,755 0,153 Independen

Pekerjaan 0,000 1,000 Independen

Balita 2,275 0,131 Independen

Sarana 0,343 0,558 Independen

Sikap kader 3,469 0,063 Independen Sikap kader Pendidikan 4,252 0,119 Independen

Pekerjaan 0,000 1,000 Independen

Balita 2,055 0,152 Independen

Sarana 0,287 0,592 Independen

Balita Pendidikan 1,179 0,554 Independen

Pekerjaan 0,008 0,929 Independen

Sarana 1,210 0,271 Independen

Pendidikan Pekerjaan 1,546 0,462 Independen

Sarana 0,509 Independen

Pekerjaan Sarana 0,000 1,000 Independen

(72)

4.5 Analisis Multivariat

Dari hasil analisis bivariat, semua variabel independen utama ternyata masuk dalam analisis multivariat. Sebagian dari confounding juga masuk dalam analisis multivariat yaitu pendidikan, pekerjaan, jumlah balita, dan sikap kader, tetapi umur dan sarana tidak masuk ke dalam analisis multivariat.

4.5.1 Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Suami dengan Tingkat Pemanfaatan Posyandu

Hasil analisis pada Tabel 4.7 didapat bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tingkat pemanfaatan posyandu pada α = 0,05. Namun karena pengetahuan merupakan variabel independen utama maka pengetahuan tetap dipertahankan dalam model. Secara bersama-sama dengan variabel confounding, variabel yang signifikan memengaruhi tingkat pemanfaatan posyandu

adalah dukungan suami (X2), pendidikan rendah dan pendidikan sedang (X4), dan jumlah balita (X6

Berdasarkan hasil perhitungan, nilai odds rasio untuk variabel pengetahuan (X

). Hasil analisis hubungan pengetahuan dan dukungan suami dengan tingkat pemanfaatan posyandu secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut.

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Teori Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010)
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1 Distribusi Besar Sampel Berdasarkan Desa
Tabel 3.2  Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Suami dengan Tingkat Pemanfaatan Posyandu  di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan   Kabupaten Deli Serdang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proses bongkar muat di Terminal Petikemas Semarang terdapat masalah yang timbul diantaranya adalah kekurangan, kerusakan dan kehilangan dalam petikemas, mitigasi untuk

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori, terutama yang berkaitan dengan manajemen laba. Dalam hal ini jika penelitian ini dapat

Badan usaha milik desa simpan-pinjam BUMDes Al-amin yang mana berfungsi memberikan pelayanan kepada masyarakat desa dengan memberikan kebutuhan keuangan, kebutuhan

Pemeriksaan bilirubin harus dilakukan di tempat yang gelap pada suhu rendah dan menggunakan tabung yang terbungkus kertas gelap agar dapat menghambat proses denaturasi protein dalam

Dari hasil penelitian, seluruh responden memiliki umur lebih dari 50 tahun dimana Diabetes Melitus tipe 2 sering menyerang orang yang berumur &gt;40 tahun, sebagian besar memiliki

Bakat merupakan kemampuan tertentu yang di miliki oleh seseorang individu yang hanya dengan rangsangan atau sedikit latihan kemampuan itu dapat berkembang.. Tiga dimensi bakat

yustisialnya. Sedangkan tugas pokok dan fungsi Dirjen Badilag yang diatur dalam Perpres Nomor 13 Tahun 2005 diimplementasikan dengan surat Sekretaris Mahkamah Agung RI

[r]