Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum adalah kemampuan untuk menghabiskan sejumlah pakan yang diberikan kepada ternak. Konsumsi ransum dihitung berdasarkan selisih antara jumlah pakan yang diberikan dengan jumlah sisa ransum. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh rataan konsumsi ransum itik peking selama penelitian dapat dilihat pada Table 9.
Tabel 9. Rataan konsumsi ransum itik peking (g/ekor/minggu)
Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III IV P0 167,50 172,04 136,30 159,25 635,08 158,77tn P1 157,62 156,70 143,75 171,26 629,32 157,33tn P2 177,47 140,63 162,59 151,13 631,82 157,95tn P3 153,26 150,04 168,11 134,74 606,15 151,54tn P4 134,24 138,84 165,76 158,52 597,36 149,34tn Total 790,09 758,24 776,50 774,90 3099,73 774,93 Rataan 158,01 151,64 155,30 154,98 619,94 154,98
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa rataan konsumsi ransum itik peking selama penelitian adalah 154,98 g/ekor/minggu. Konsumsi ransum tertinggi terdapat pada perlakuan P0 (ransum dengan perlakuan pakan komersil) yaitu sebesar 158,77 g/ekor/hari, sedangkan konsumsi ransum terendah terdapat pada perlakuan P4 (ransum dengan perlakuan 10% tepung limbah udang 0% tepung ikan).
Berdasarkan hasil analisis ragam (lampiran) menunjukkan bahwa ransum perlakuan dengan pemberian tepung limbah udang dengan pengolahan dan fermentasi dalam level yang berbeda memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap tingkat konsumsi ransum itik peking. Konsumsi ransum yang tidak
berbeda nyata mengidentifikasi bahwa laju pakan yang dikonsumsi semua ternak adalah sama. Pakan ransum yang dikonsumsi itik peking baik menggunakan tepung ikan komersil maupun dengan tepung udang dengan pengolahan dan fermentasi diduga dipengaruhi oleh kebutuhan nutrisi dari ternak tersebut dan juga dapat dipengaruhi oleh tingkat palatabilitas dari pakan tersebut.
Kebutuhan nutrisi yang terpenuhi untuk itik peking berupa protein yang belum mencukupi untuk ternak itik peking tersebut. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis Laboratorium Nutisi dan Pakan Ternak (2014), menunjukkan protein tepung ikan komersil berjumlah 45,75% dan hasil analisis Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong menunjukkan protein tepung limbah udang berjumlah 39,2%. Hal inilah yang mengakibatkan konsumsi pakan itik peking P0 lebih tinggi dari P1, P2, P3 dan P4. Sehingga konsumsi pakan itik peking tertinggi ada pada P0. Sedangkan kebutuhan protein dari P1, P2, P3 dan P4 belum mencukupi, sehingga konsumsi pakan itik peking rendah pada P4. Hal ini didukung oleh pernyataan Wahkid (2013), menyatakan kebutuhan gizi itik pada masing-masing periode pemeliharaan itik membutuhkan pakan dengan kandungan air, protein, vitamin, mineral, lemak dan serat kasar yang mencukupi. Begitu juga dengan jumlah pakan yang diperlukan itik tergaantung tingkat umur itik.
Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan bobot badan dihitung setiap minggu berdasarkan bobot badan akhir dikurangi bobot badan awal dalam satuan g/ekor/hari. Rataan pertambahan bobot badan itik peking yang diperoleh selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rataan pertambahan bobot badan itik peking (g/ekor/minggu)
Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III IV P0 225,73 194,84 187,48 204,63 811,65 202,91tn P1 210,78 210,10 191,13 183,18 795,18 198,79tn P2 195,43 195,20 196,83 199,69 787,14 196,78tn P3 199,20 183,88 225,00 183,60 791,68 197,92tn P4 189,85 199,30 213,53 200,83 803,50 200,88tn Total 1019,98 983,30 1013,95 971,91 3989,14 199,46 Rataan 203,99 196,66 202,79 194,38 797,82 39,89
Berdasarkan Tabel 10 memperlihatkan bahwa rataan pertambahan bobot badan itik peking selama penelitian sebesar 39,89 g/ekor/minggu. Untuk mengetahui pengaruh pertambahan bobot badan selama penelitian, maka dilakukan analisis sidik ragam seperti yang tertera pada lampiran 9.
Hasil analisis sidik ragam pada lampiran 9 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf 0,05 yang berarti perlakuan P0, P1, P2, P3 dan P4
pada itik peking memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap pertambahan bobot badan itik peking, walau rataan pertambahan bobot badan itik peking yang diperoleh antar perlakuan sedikit berbeda yaitu pada P0 = 202,91 g/ekor/minggu, P1 = 198,79 g/ekor/minggu, P2 = 196,78 g/ekor/minggu, P3 = 197,92 g/ekor/minggu dan P4 = 200,88 g/ekor/minggu.
Pada pertambahan bobot badan dapat dilihat bahwa pertambahan bobot badan itik peking tertinggi pada perlakuan P0, hasil pertambahan bobot badan itik peking sesuai dengan tingkat konsumsi ransumnya. Tingkat konsumsi tertinggi terdapat pada P0 (158,77 g/ekor/minggu), pertambahan bobot badan tertinggi terdapat pada P0 (202,91 g/ekor/minggu).
Tidak adanya pengaruh yang nyata terhadap pertambahan bobot badan itik peking antar perlakuan dipengaruhi oleh kandungan nutrisi ransum yang hampir
sama pada tiap perlakuan dan tingkat konsumsi ransum yang tidak berbeda nyata pada perlakuan tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rafian (2003), menyatakan bahwa ternak yang mengkonsumsi ransum dengan kandungan zat-zat makan yang sama akan memperlihatkan pertamahan bobot badan yang hampir sama pula.
Pertambahan bobot badan yang tidak berbeda nyata mengidentifikasikan bahwa laju fisiologis dari ternak itik peking pada semua perlakuan adalah sama. Ransum yang dikonsumsi dengan menggunakan tepung ikan komersil maupun dengan tepung limbah udang diduga berpengaruh terhadap kondisi fisiologis saluran pencernaan yaitu meningkatkan kekentalan digesta. Laju digesta pakan dalam saluran pencernaan berjalan dengan lambat karna kandungan serat kasarnya rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Mangisah et al., (2009), bahwa laju digesta yang lambat menyebabkan banyak nutrient yang dapat dicerna dan diserap oleh tubuh, sehingga ketersediaan nutrisi untuk sintesis jaringan tubuh meningkat.
Konversi Ransum
Konversi ransum dihitung dengan membandingkan jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan yang diperoleh setiap minggunya. Rataan konversi ransum itik peking yang diperoleh selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Rataan konversi ransum itik peking
Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III IV P0 1,99 2,29 1,85 2,00 8,13 2,03tn P1 1,88 1,95 1,92 2,21 7,97 1,99tn P2 2,15 1,81 1,98 1,82 7,77 1,94tn P3 1,95 1,96 1,99 1,87 7,77 1,94tn P4 1,77 1,92 1,98 1,93 7,60 1,90tn Total 9,75 9,93 9,73 9,83 39,24 9,80 Rataan 1,95 1,98 1,94 1,96 7,84 1,96
Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa rataan konversi ransum itik peking selama penelitian adalah 1,96. Untuk mengetahui pengaruh konversi ransum selama penelitian, maka dilakukan analisis sidik ragam seperti yang tertera pada lampiran 10.
Pemberian tepung limbah udang terolah (FAAS) fermentasi EM4 dalam ransum tidak berpengaruh nyata (F hit < 0,05) terhadap konversi ransum itik peking. Hal ini dikarenakan komposisi nutrisi ransum pada masing-masing perlakuan hampir sama. Hal ini didukung oleh pernyataan Chard dan Nasheim (1972) yang disitasi harahap (2004), bahwa konversi ransum tergantung pada beberapa faktor antara lain kadar protein, energi metabolisme dalam ransum, besar tubuh, bangsa ternak, umur, ketersediaanya nutrisi dalam jumlah yang cukup, suhu dan kesehatan ternak.
Konversi ransum yang rendah berarti banyaknya ransum yang digunakan menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit. Hal ini didukung oleh pernyataan Kartasudjana dan Suprijadna (2006), menyatakan bahwa angka konversi ransum yang kecil berarti banyaknya ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit.
Rekapitulasi Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama 8 minggu terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum iting peking maka dilakukan rekapitulasi yang dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Rekapitulasi hasil penelitian
Perlakuan Konsumsi Ransum Pertambahan bobot badan Konversi Ransum (g/ekor/minggu) (g/ekor/minggu) P0 158,77tn 202,91 tn 2,03 tn P1 157,33tn 198,79 tn 1,99 tn P2 157,95 tn 196,78 tn 1,94 tn P3 151,54 tn 197,92 tn 1,94 tn P4 149,34 tn 200,88 tn 1,90 tn
Pada Tabel 12 menunjukkan masing-masing peubah penelitian setiap perlakuan. Dari hasil rekapitulasi hasil penelitian pada perlakuan P0, P1, P2, P3 dan P4 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum itik peking. Konsumsi ransum yang baik diperoleh pada P0 (158,77 g/ekor/minggu), pertambahan bobot badan yang baik diperoleh pada P0 (202,91 g/ekor/minggu) dan konversi ransum yang baik diperoleh pada P2 dan P3 (1,94 dan 1,94 g/ekor/minggu). Dari hasil data rekapitulasi hasil penelitian diatas, perlakuan P0 (pengguanaan tepung limbah udang pada level 0%), perlakuan P2 (pengguanaan tepung limbah udang pada level 5%) dan perlakuan P3 (pengguanaan tepung limbah udang pada level 7,5%) menghasilkan konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum yang tidak berbeda nyata.