• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan data hasil penelitian dan analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pupuk organik berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 2-7 MST dan luas daun. Perlakuan varietas berbeda nyata pada parameter tinggi tanaman 2-7 MST, luas daun, panjang tongkol dan pipilan kering/sampel. Sedangkan interaksi antara pupuk organik dan varietas berbeda nyata pada produksi pipilan kering/sampel.

Tinggi Tanaman (cm)

Data pengamatan dan sidik ragam dari parameter tinggi tanaman, dapat dilihat pada lampiran 4-15. Dari sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pupuk organik dan varietas berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman 2-7 MST sedangkan interaksi antara pupuk dengan varietas belum berbeda nyata. Perkembangan tinggi tanaman dari varietas dan pupuk dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan tinggi tanaman pada 2-7 MST dari varietas dan pemberian pupuk organik

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

2 3 4 5 6 7

Varietas

V1 (Bisma) 40,43a 62,24a 89,31a 116, 21a 162, 15a 189, 88 a V2 (Pioneer12) 35,48b 56,30a 88,53a 118,49a 164,52a 194,15 a V3 (SHS 11) 33,34b 45,61b 67,24b 91,57b 128,21b 152,08 b

Pupuk

G0 (0 g/tan) 31,16b 49,47a 74,62b 100,04b 142,91b 169,06 a G1 (75g/tan) 39,66a 56,64a 81,49ab 105,35ab 143,48b 168,90 a G2 (150g/tan) 39,53a 57,91a 85,99ab 110,29ab 156,81ab 191,20 a G3 (NPK) 32,46ab 50,07a 76,66ab 103,47b 144,96ab 168,07 a G4 (75g+NPK) 39,27a 59,50a 89,71a 124,64a 169,97a 196,31 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang

sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (Uji BNJ) pada taraf 5%

Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa varietas Pioneer 12 memiliki rataan tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata dengan varietas Bisma, namun berbeda

nyata dengan varietas SHS 11. Hal ini dapat dilihat dari tinggi tanaman pada 3-7 MST dan hanya pada 2 MST saja varietas ini berbeda nyata dengan varietas

Bisma.

Sedangkan pada pupuk organik, pemberian pupuk organik 75 g/tanaman dan penambahan NPK 8,4 g/tanaman menghasilkan rataan tinggi tanaman tertinggi bila dibandingkan dengan hanya pemberian pupuk organik saja ataupun dengan pupuk NPK saja kecuali pada umur 2 MST namun tidak berpengaruh nyata dengan hanya pemberian NPK maupun dengan pemberian pupuk organik. Luas Daun (cm2)

Data pengamatan dan sidik ragam dari parameter luas daun dapat dilihat pada lampiran 16-17. Dari sidik ragam diketahui bahwa varietas dan pemberian

pupuk organik berpengaruh nyata terhadap parameter luas daun sedangkan interaksi antara pupuk dengan varietas belum berbeda nyata.

Rataan luas daun dari varietas dan perlakuan pupuk organik serta interaksi antara pupuk dengan varietas dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan luas daun dengan varietas dan perlakuan pupuk organik serta interaksi varietas dan pupuk organik.

Varietas Pupuk organik Rataan

G0 G1 G2 G3 G4

V1 (Bisma) 0,64 0,52 0,63 0,43 0,72 0,59 b

/V2 (Pioneer 12) 0,81 0,88 0,68 0,89 1,05 0,86 a V3 (SHS 11) 0,29 0,34 0,52 0,32 0,71 0,44 c Rataan 0,58b 0,58b 0,61 b 0,54 b 0,83a 0,63 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan

baris yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (Uji BNJ) pada taraf 5%

Dari tabel 3 diketahui bahwa rataan luas daun tertinggi terdapat pada varietas Pioneer 12 yang berbeda nyata dengan varietas Bisma dan SHS 11. Sedangkan pemberian pupuk organik sebanyak 75 g/tanaman dan penambahan pupuk NPK 8,4 g/tanaman mampu menghasilkan rataan luas daun tertinggi yang berpengaruh nyata dengan hanya pemberian pupuk organik maupun dengan hanya pupuk NPK serta tanpa pemberian pupuk.

Umur Berbunga (hst)

Data pengamatan dan sidik ragam dari parameter umur berbunga dapat dilihat pada lampiran 18-19. Dari sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk organik dan varietas serta interaksi antara pupuk dengan varietas tidak berbeda nyata terhadap umur berbunga.

Rataan umur berbunga dengan perlakuan pupuk organik dan varietas serta interaksi antara pupuk dengan varietas dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan umur berbunga dengan perlakuan pupuk organik dan varietas serta interaksi pupuk organik dan varietas.

Varietas Pupuk organik Rataan

G0 G1 G2 G3 G4

V1 (Bisma) 54,0 52,7 53,0 54,5 51,0 51,0

V2 (Pioneer 12) 53,8 54,8 53,2 55,2 52,2 52,2

V3 (SHS 11) 55,8 54,8 53,7 53,2 55,8 55,8

Rataan 54,5 54,1 53,3 54,3 53,0 53,0

Dari tabel 4 diketahui bahwa rataan umur berbunga tercepat terdapat pada varietas Bisma yaitu 51,0 hari setelah tanam dan terlama pada varietas SHS 11 yaitu 55,8 hari setelah tanam.

Untuk pemberian pupuk organik, rataan umur berbunga tercepat terdapat

pada pemberian pupuk organik 75 g/tanaman dan penambahan pupuk NPK 8,4 g/tanaman dibandingkan bila dengan hanya pemberian pupuk NPK dan

terlama berbunga adalah tanpa pemberian pupuk. Panjang Tongkol (cm)

Data pengamatan dan sidik ragam dari parameter panjang tongkol dapat dilihat pada lampiran 20-21. Dari sidik ragam diketahui bahwa varietas berbeda nyata terhadap panjang tongkol sedangkan pemberian pupuk organik serta interaksi antara pupuk dengan varietas belum berbeda nyata pada panjang tongkol.

Rataan panjang tongkol dengan perlakuan pupuk organik dan varietas serta interaksi antara pupuk dengan varietas dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan panjang tongkol dengan perlakuan pupuk organik dan varietas serta interaksi pupuk organik dan varietas.

Varietas Pupuk organik Rataan

G0 G1 G2 G3 G4

V1 (Bisma) 15,4 15,3 14,9 15,4 14,4 15,1 ab V2 (Pioneer 12) 17,6 16,9 16,0 16,8 17,0 16,9 a V3 (SHS 11) 15,3 13,7 14,4 13,9 14,0 14,3 b

Rataan 16,1 15,3 15,1 15,4 15,1 15,4

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (Uji Tukey) pada taraf 5%

Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa varietas Pioneer 12 mampu menghasilkan rataan panjang tongkol yang terpanjang yang berbeda nyata dengan varietas SHS 11 namun tidak berbeda nyata dengan varietas Bisma. Sedangkan pada pemberian pupuk organik, panjang tongkol pada ketiga varietas tidak menunjukkan pengaruh yang nyata dimana rataan panjang tongkol yang tertinggi terdapat tanpa pemberian pupuk dan terendah pada pemberian pupuk organik. Diameter Tongkol (cm)

Data pengamatan dan sidik ragam dari parameter diameter tongkol dapat dilihat pada lampiran 22-23. Dari sidik ragam dapat diketahui bahwa varietas, pupuk organik dan interaksi antara pupuk dengan varietas belum berbeda nyata terhadap diameter tongkol.

Rataan diameter tongkol dengan pemberian pupuk organik dan varietas serta interaksi antara pupuk dengan varietas dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan diameter tongkol dengan perlakuan pupuk organik dan varietas serta interaksi pupuk organik dan varietas.

Varietas Pupuk organik Rataan

G0 G1 G2 G3 G4

V1 (Bisma) 5,0 4,7 4,1 4,9 4,6 4,7

V2 (Pioneer 12) 4,4 4,6 4,7 4,6 4,4 4,5

V3 (SHS 11) 4,5 4,4 4,5 4,2 4,0 4,3

Rataan 4,6 4,6 4,4 4,6 4,3 4,5

Tabel 6 menunjukkan bahwa ketiga varietas yang digunakan belum berbeda nyata terhadap diameter tongkol dimana rataan diameter tongkol tertinggi terdapat pada varietas Bisma dan terendah pada varietas SHS 11. Pemberian pupuk organik juga belum menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap diameter tongkol dimana dari taraf pupuk yang diberikan, rataan diameter tongkol tertinggi adalah pada pemberian pupuk organik 75 g/tanaman, pupuk NPK dan tanpa pemberian pupuk dan yang terendah pada pemberian pupuk organik 75 g/tanaman dan penambahan pupuk NPK 8,4 g/tanaman.

Berat Tongkol (g)

Data pengamatan dan sidik ragam dari parameter berat tongkol dapat dilihat pada lampiran 24-25. Dari sidik ragam dapat diketahui bahwa varietas, pupuk organik dan interaksi antara pupuk dengan varietas belum berbeda nyata terhadap berat tongkol.

Rataan berat tongkol dengan pemberian pupuk organik dan varietas serta interaksi antara pupuk dengan varietas dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan berat tongkol dengan perlakuan pupuk organik dan varietas serta interaksi pupuk organik dan varietas.

Varietas Pupuk organik Rataan

G0 G1 G2 G3 G4

V1 (Bisma) 223,3 205 175,8 185 153,3 188,5

V2 (Pioneer 12) 245,8 213,3 178,3 210,8 195,8 208,8 V3 (SHS 11) 171,7 190 188,3 192,1 148,3 178,1 Rataan 213,6 202,8 180,8 196,0 165,8 191,8

Tabel 7 menunjukkan bahwa varietas yang digunakan belum berbeda nyata pada berat tongkol dimana rataan berat tongkol tertinggi terdapat pada varietas Pioneer 12 dan terendah pada varietas SHS 11. Pemberian pupuk organik juga belum menunjukkan pengaruh yang nyata pada berat tongkol dengan rataan berat tongkol tertinggi adalah dengan tanpa pemberian pupuk dan yang terendah

pada pemberian pupuk organik 75 g/tanaman dan penambahan NPK 8,4 g/tanaman.

Produksi Pipilan Kering /Sampel (g)

Data pengamatan dan sidik ragam dari parameter produksi pipilan kering/sampel dapat dilihat pada lampiran 26-27. Dari sidik ragam dapat diketahui bahwa varietas, pemberian pupuk organik, dan interaksi antara varietas dengan pupuk organik berbeda nyata terhadap produksi pipilan kering/sampel.

Rataan produksi pipilan kering/sampel dengan pemberian pupuk organik dan varietas serta interaksi antara pupuk dengan varietas dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan produksi pipilan kering/sampel dari pemberian pupuk organik pada tiga varietas

Varietas Pupuk organik Rataan

G0 G1 G2 G3 G4

V1 (Bisma) 145,4a 103,6ab 79,8b 105,8ab 93,8ab 105,7 a V2 (Pioneer 12) 106,1ab 164,4a 111,4ab 62,4b 103,0b 109,5 a V3 (SHS 11) 79,9a 55,6a 64,9a 88,3a 70,4a 71,8 b

Rataan 110,5a 107,9a 85,4a 85,5a 89,1a 95,7 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan

baris yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (Uji Tukey) pada taraf 5%

Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa varietas Pioneer 12 menghasilkan rataan produksi pipilan kering/sampel tertinggi yang berbeda nyata dengan varietas SHS 11 namun tidak berbeda nyata dengan varietas Bisma. Sedangkan pupuk yang diberikan pada tanaman jagung belum menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap produksi pipilan kering/sampel pada semua taraf pupuk dengan rataan produksi pipilan kering/sampel tertinggi adalah tanpa pemberian pupuk dan terendah pada pemberian pupuk organik 150 g/tanaman. Dari interaksi antara varietas dan pupuk organik, dapat diketahui bahwa varietas Pioneer 12 lebih respon dengan pemberian pupuk organik yang menghasilkan rataan produksi pipilan kering/sampel yang tertinggi pada taraf 75 g/tanaman. Sedangkan varietas Bisma menghasilkan produksi yang lebih baik tanpa pemberian pupuk dan varietas SHS 11 menghasilkan produksi yang tinggi dengan pemberian pupuk NPK.

Bobot 100 Biji Kering/Sampel (g)

Data pengamatan dan sidik ragam dari parameter bobot 100 biji kering/sampel (g) dapat diihat pada lampiran 28-29. Dari sidik ragam dapat

diketahui bahwa varietas, pupuk organik dan interaksi antara pupuk dengan varietas belum berbeda nyata terhadap bobot 100 biji kering/sampel.

Rataan bobot 100 biji kering/sampel dengan perlakuan pupuk organik dan varietas serta interaksi antara pupuk dengan varietas dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rataan bobot 100 biji kering/sampel dengan perlakuan pupuk organik

dan varietas serta interaksi pupuk organik dan varietas.

Varietas Pupuk organik Rataan

G0 G1 G2 G3 G4

V1 (Bisma) 27,4 23,8 21,7 24,4 23,3 24,1

V2 (Pioneer 12) 23,6 25,2 21,5 23,0 21,8 23,0

V3 (SHS 11) 21,6 22,0 21,4 24,0 17,5 21,3

Rataan 24,2 23,7 21,5 23,8 20,9 22,8

Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa varietas yang digunakan belum menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap rataan bobot 100 biji kering/sampel dimana rataan bobot 100 biji kering/sampel tertinggi terdapat pada varietas Bisma dan terendah pada varietas SHS 11. Sedangkan pemberian pupuk organik belum menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap rataan bobot 100 biji kering/sampel dimana rataan bobot 100 biji kering/sampel tertinggi tanpa pemberian pupuk dan terendah pada pemberian pupuk organik 75 g/tanaman dan penambahan NPK 75 g/tanaman.

Heritabilitas

Nilai heritabilitas (h2) pada masing – masing parameter yang diamati dapat dilihat pada Tabel 10. Dari data yang dianalisis dapat diketahui bahwa nilai heritabilitas berkisar antara 0,24-0,90. Berdasarkan kriteria heritabilitas, diketahui ada tiga parameter yang memiliki nilai heritabilitas tinggi, dan lima parameter yang memiliki nilai heritabilitas sedang.

Tabel 10. Nilai duga heritabilitas (h2) masing-masing parameter.

Parameter Nilai Heritabilitas (h2) Tinggi tanaman (cm) Luas daun (cm2) Umur berbunga (hst) 0,83 t 0.90 t 0.35 s Panjang tongkol (cm) 0.50 s Diameter tongkol (cm) 0.39 s Berat tongkol (g) 0.42 s

Produksi pipilan kering/sampel (g) 0.84 t Bobot 100 biji kering/sampel (g) 0.24 s

Keterangan : r = rendah s = sedang t = tinggi Dari tabel 10 dapat diketahui bahwa bahwa ada faktor genetik lebih berperan dominan dibandingkan faktor lingkungan yang terlihat pada tinggi tanaman, luas daun dan produksi pipilan kering/sampel yang memiliki nilai heritabilitas tinggi. Sementara ada lima parameter yamg memiliki nilai heritabilitas sedang, yaitu umur berbunga, panjang tongkol, diameter tongkol, berat tongkol dan bobot 100 biji kering/sampel yang menunjukkan bahwa faktor genetik memiliki pengaruh yang sama dengan faktor lingkungan.

Pembahasan

Pengaruh pupuk organik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung

Dari data dan analisis sidik ragam, diketahui bahwa pupuk organik berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 2-7 MST, luas daun dan produksi pipilan kering/sampel .

Pemberian pupuk organik 75 g/tanaman dan penambahan NPK 8,4 g/tanaman mampu merangsang pertumbuhan tanaman sehingga menghasilkan

minggu. Pupuk organik Green Giant menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman jagung terutama unsur N, P dan K yang berimbang dalam tanah yang merangsang pertumbuhan tanaman dan penambahan pupuk NPK semakin meningkatkan kandungan unsur hara tanah yang telah tersedia. Pupuk organik ini juga mengefektifkan pemakaian pupuk kimia karena dapat meminimalisir kehilangan pupuk kimia akibat pencucian dan meningkatkan ketersediaannya di zona perakaran. Hal ini sesuai dengan Damanik, dkk (2010) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk organik dengan dosis dan waktu yang tepat meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah serta didukung (2012) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk organik Green Giant mengefektifkan pupuk kimia karena dapat meminimalisir kehilangan pupuk kimia dan meningkatkan ketersediaan pupuk kimia di zona perakaran.

Berdasarkan uji statistik untuk parameter luas daun, diketahui bahwa pupuk organik berpengaruh nyata terhadap luas daun tanaman jagung dimana

rataan luas daun tertinggi terdapat pada pemberian pupuk organik 75 g/tanaman dan penambahan NPK 8,4 g/tanaman yang berbeda nyata dengan

tanpa pemberian pupuk dan hanya pupuk NPK namun tidak berbeda nyata dengan pemberian pupuk organik 150 g/tanaman. Pemberian pupuk organik dan penambahan pupuk NPK semakin meningkatkan kandungan unsur hara dalam tanah yang dibutuhkan tanaman jagung selama masa pertumbuhannya. Unsur hara makro N, P dan K yang terdapat dalam pupuk organik dan NPK sangat berpengaruh dalam pembentukan luas daun tanaman jagung sehingga mendukung penyerapan sinar matahari yang lebih besar dibandingkan perlakuan lainnya. Unsur hara nitrogen yang terkandung dalam pupuk organik Green Giant dan

pupuk NPK menghasilkan tanaman jagung yang memiliki jumlah daun yang lebih banyak sehingga meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap cahaya matahari untuk proses fotosintesis dan karbohidrat yang dihasilkan selama pertumbuhan lebih besar. Hal ini sesuai dengan Ridwan (2009) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk yang tepat selama pertumbuhan tanaman jagung dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan pemanfaatan bahan organik dalam tanah akan menjadi sumber hara bagi tanaman terutama unsur nitrogen yang berperan dalam pembentukan klorofil daun.

Taraf pupuk yang diberikan tidak berpengaruh nyata pada rataan produksi pipilan kering/sampel yang diberikan dimana rataan produksi pipilan kering/sampel tertinggi adalah tanpa pemberian pupuk dan terendah pada pemberian pupuk organik 150 g/tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa tanah topsoil yang digunakan subur yang menghasilkan produksi pipilan kering/sampel yang tinggi, dimana dari hasil analisis tanah menunjukkan bahwa kadar C-organik cukup tinggi dan pH (H2O) cukup baik, yaitu 5,30% dan 6,19. C-organik merupakan indikator kesuburan suatu tanah yang mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman sementara pH tanah mempengaruhi ketersediaan hara dalam tanah khususnya fosfat yang dapat mengikat Al sehingga tanaman jagung yang rentan terhadap keracunan Al dapat teratasi dan unsur hara fosfor ini berperan penting dalam pembentukan biji tanaman jagung. Sementara produksi pipilan kering/sampel lebih rendah dengan pengaplikasian pupuk diduga karena kondisi curah hujan yang rendah saat penelitian dilaksanakan sehingga ketersediaan air dalam tanah untuk melarutkan pupuk yang diberikan kurang tersedia karena tanaman hanya dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terlarut di dalam larutan

tanah. Hal ini sesuai dengan Damanik dkk (2010) yang menyatakan bahwa C-organik dan pH tanah mempengaruhi kesuburan tanah dan tanaman hana dapat menyerap unusr hara dalam bentuk terlarut di dalam larutan tanah.

Pengaruh varietas terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung Dari data pengamatan dan analisis sidik ragam, diketahui bahwa varietas berbeda nyata terhadap tinggi tanaman 2-7 MST, luas daun, panjang tongkol dan pipilan kering/sampel.

Berdasarkan uji statistik, varietas berbeda nyata terhadap tinggi tanaman dan luas daun, dimana rataan tinggi tanaman dan luas daun yang tertinggi terdapat pada varietas Pioneer 12 yang dan yang terendah pada perlakuan SHS 11. Hal ini menunjukkan bahwa varietas Pioneer 12 memiliki keunggulan genetik dibandingkan varietas lainnya walaupun ditanam pada media tanam yang sama. Perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keragaman pertumbuhan tanaman. Dengan memiliki tinggi tanaman yang maksimal sehingga cahaya matahari dapat terserap dengan baik oleh permukaan daun yang luas dan digunakan untuk proses fotosintesis yang menghasilkan asimilat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan Salomonsson (2002) yang menyatakan bahwa daun jagung adalah daun sempurna yang memiliki kemampuan menyerap cahaya matahari dengan baik yang digunakan untuk proses fotosintesis untuk menghasilkan asimilat untuk pertumbuhan tanaman jagung dan didukung oleh Sitompul dan Guritno (1995) yang menyatakan bahwa perbedaan

susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman yang akan diekspresikan pada suatu fase pertumbuhan yang berbeda dan dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keragaman pertumbuhan tanaman dan keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu dan mungkin terjadi sekalipun tanaman yang digunakan berasal dari jenis yang sama.

Rataan panjang tongkol tertinggi dari hasil sidik ragam terdapat pada varietas Pioneer 12 dan terendah pada varietas SHS 11. Sementara rataan pipilan kering/sampel tertinggi terdapat pada varietas Pioneer 12 dan terendah pada varietas SHS 11. Hal ini sesuai dengan deskripsi dari varietas Pioneer 12 yang memiliki bentuk tongkol panjang dan silindris dan menghasilkan jumlah baris biji yang banyak sehingga jumlah biji yang dihasilkan juga lebih banyak. Selain itu dari hasil penelitian diketahui bahwa varietas Pioneer 12 memiliki rataan luas daun yang tertinggi dibandingkan varietas lainnya yang mendukung penyerapan sinar matahari untuk proses fotosintesis. Fotosintesis selama proses pembentukan tongkol dan pengisian biji adalah hal yang terpenting yang menghasilkan hasil akhir asimilat berupa biji jagung dan ini didukung dengan curah hujan yang cukup sehingga menghasilkan biji jagung dalam jumlah besar. Hal ini sesuai dengan literatur Sihotang (2010) yang menyatakan bahwa pada fase pengisian biji membutuhkan curah hujan dan sinar matahari yang cukup sehingga proses fotosintesis dan translokasi hasil fotosintesis berlangsung dengan baik sehingga menghasilkan biji jagung yang optimal.

Interaksi pupuk organik dan varietas terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung

Dari hasil analisis sidik ragam, diketahui bahwa interaksi antara pupuk organik dengan varietas berpengaruh nyata pada produksi pipilan kering/sampel. Dapat diketahui bahwa dari semua varietas yang digunakan, varietas Pioneer 12 menghasilkan rataan produksi pipilan kering/sampel yang tertinggi pada pemberian pupuk organik 75 g/tanaman. Sementara varietas Bisma menghasilkan produksi yang tinggi tanpa pemberian pupuk dan varietas SHS 11 adalah dengan pemberian pupuk NPK. Hal ini terjadi karena perbedaan faktor genetik dan respon tanaman yang berbeda dari masing – masing varietas terhadap berbagai taraf pupuk organik. Kemampuan menanggapi suatu perlakuan yang diberikan pada tanaman dipengaruhi oleh kondisi genotip dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan Sitompul dan Guritno (1995) yang menyatakan bahwa perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman yang merupakan akibat perbedaan susunan genetik selalu dan mungkin terjadi sekalipun tanaman yang digunakan berasal dari jenis yang sama dan didukung oleh Alnopri (2004) yang menyatakan bahwa keberhasilan suatu perlakuan yang diberikan pada tanaman didukung oleh kesesuaian faktor genetik dan lingkungan.

Heritabilitas

Dari hasil analisis dan sidik ragam diketahui bahwa ada tiga parameter yang memiliki nilai heritabilitas tinggi, yaitu tinggi tanaman, luas daun, dan produksi pipilan kering dan lima parameter yang memiliki nilai heritabilitas sedang yaitu umur berbunga, panjang tongkol, diameter tongkol, berat tongkol

dan bobot 100 biji kering/sampel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat respon yang berbeda pada masing-masing parameter akibat perbedaan porsi faktor genetik terhadap lingkungan sehingga menghasilkan suatu karakter yang berbeda. Hal ini sesuai dengan Alnopri (2004) yang menyatakan bahwa heritabilitas merupakan parameter yang digunakan untuk seleksi pada lingkungan tertentu, karena heritabilitas merupakan gambaran apakah suatu karakter lebih dipengaruhi faktor genetik atau faktor lingkungan dan nilai heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik relatif lebih berperan dibandingkan faktor lingkungan. Sifat yang mempunyai nilai heritabilitas tinggi, maka sifat tersebut akan mudah diwariskan pada keturunan berikutnya.

Dokumen terkait