• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Konsumsi Beras Responden

Tingkat konsumsi beras responden dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan metode tabulasi. Metode ini difokuskan untuk menjelaskan tingkat konsumsi beras berdasarkan tingkat pendapatan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, umur, harga beras dan frekuensi konsumsi makanan pengganti beras dimana satu sampel dari masing-masing Kawasan/Kelas dapat mewakili sampel yang lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 16 dibawah ini.

Tabel 16. Kriteria untuk Menjelaskan Tingkat Konsumsi Beras Responden Bedasarkan Kawasan/Kelas

Kriteria Kawasan / Kelas

Atas Menengah Bawah

Tingkat Pendapatan Keluarga (Rp) 5933333,333 3246666,667 1406666,667 Jumlah Tanggungan Keluarga (Jiwa) 4,066666667 3,933333333 3,466666667

Tingkat Pendidikan (Tahun) 14,2 11,86666667 9,2

Umur (Tahun) 42,5333333 43,2 43,2

Harga Beras (Rp/Kg) 15183,3333 10645,3333 9366,66667 Jumlah Konsumsi Beras Perbulan (Kg) 40,2 50,4 53

Jumlah Sediaan Beras Minimun (Kg) 5,666666667 4,133333333 1,333333333

Sumber: Diolah dari Lampiran 4

Dari 16 Tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah konsumsi beras rumah tangga di Kelas Atas paling sedikit jumlahnya jika dibandingkan dengan jumlah konsumsi beras rumah tangga di Kelas Menengah dan Kelas Bawah. Masyarakat Kelas Atas rata-rata mengkonsumsi beras 40,2 Kg perbulannya. Hal ini disebabkan karena masyarakat Kelas Atas lebih senang mengkonsumsi bahan makanan lain selain beras misalnya roti, sereal ataupun makanan cepat saji lainnya selain itu anggota keluarga lainnya pun jarang mengkonsumsi beras setiap harinya dirumah. Mereka cenderung lebih sering makan di luar rumah. Sedangkan

masyarakat Kelas Menengah rata-rata mengkonsumsi beras 50,4 Kg perbulannya. Mereka lebih sering makan dirumah karena selain menghemat biaya juga karena alasan makanan di rumah lebih terjamin keamanannya. Untuk masyarakat Kelas Bawah rata-rata mengkonsumsi beras 53 Kg perbulannya. Jumlah yang dikonsumsi masyarakat Kelas Bawah lebih banyak jika dibandingkan dengan masyarakat Kelas Atas dan Menengah. Hal ini karena mereka memang tidak mempunyai uang yang cukup untuk membeli makanan diluar sehingga mereka mewajibkan setiap anggota keluarganya untuk makan dirumah.

Untuk masyarakat Kelas Atas dengan rata-rata tingkat pendapatan keluarga Rp 5.933.333,333/bulan, mereka mengkonsumsi 40,2 Kg beras perbulannya dengan rata-rata jumlah tanggungan keluarga 4,066666667 jiwa. Berarti 1 orang anggota keluarga mengkonsumsi 9,885246 kg beras /bulannya. Untuk masyarakat Kelas Menengah dengan rata-rata tingkat pendapatan keluarga Rp 3.246.666,667/bulan, mereka mengkonsumsi 50,4 Kg beras perbulannya dengan rata-rata jumlah tanggungan keluarga 3,933333333 jiwa. Berarti 1 orang anggota keluarga mengkonsumsi 12,81356 kg beras /bulannya. Untuk masyarakat Kelas Bawah dengan rata-rata tingkat pendapatan keluarga Rp 1.406.666,667/bulan, mereka mengkonsumsi 53 Kg beras perbulannya dengan rata-rata jumlah tanggungan keluarga 3,466666667 jiwa. Berarti 1 orang anggota keluarga mengkonsumsi 15,28846 kg beras /bulannya.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan beras di masyarakat Kelas Bawah lebih besar jika dibandingkan dengan kebutuhan beras masyarakat Kelas Menengah dan Kelas Atas.

Pola Konsumsi Beras Responden

Pada umumnya masyarakat mengkonsumsi beras (nasi) sebanyak satu (1) sampai tiga (3) kali dalam sehari. Untuk lebih jelas mengenai gambaran pola konsumsi beras responden di Kota Medan dalam sehari-hari dapat dilihat pada Tabel-Tabel berikut ini.

Tabel 17. Pola Konsumsi Responden Waktu Sarapan No Pola Konsumsi

Kelas Atas Kelas Menengah Kelas Bawah Jlh (org) % Jlh (org) % Jlh (org) % 1

Nasi + Telur + Teh

Manis - - 3 20 4 26,66667

2 Nasi + Mie Instan - - 2 13,33333 2 13,3333

3 Nasi + Ikan + Mie 1 6,666667 - - - -

4 Nasi + Ikan + Sayur 1 6,666667 2 13,33333 1 6,66667 5

Nasi + Ikan + Sayur

+ Susu 1 6,666667 - - - -

6

Nasi + Ikan + Sayur

+ Teh Manis - - 1 6,666667 1 6,66667 7 Nasi + Ayam + Sayur 1 6,666667 - - - - 8 Mie Instant - - 1 6,666667 1 6,66667 9 Lontong Sayur - - 1 6,666667 2 13,33333 10 Jarang Sarapan 2 13,33333 - - 1 6,66667 11

Hanya Minum Susu /

Teh Manis - - - - 1 6,66667

12

Roti + Susu/ Teh

Manis 5 33,33333 2 13,33333 - -

13

Nasi Goreng + Teh

Manis / Susu 3 20 1 6,666667 1 6,66667

14 Nasi Goreng - - 2 13,33333 1 6,66667

15

Nasi Goreng + Susu

+ Buah 1 6,666667 - - ‐  ‐ 

Total 15 100 15 100 15 100

Sumber : Diolah dari Lampiran 6a

Dari Tabel 17 dapat diketahui bahwa pola konsumsi responden untuk setiap lapisan masyarakat berbeda-beda setiap harinya. Pada masyarakat Kelas Atas, responden lebih banyak mengkonsumsi Roti + Susu / Teh Manis sebagai menu sarapan mereka yaitu sebanyak 5 orang atau sebesar 33,33333 %.

Kemudian urutan kedua adalah Nasi Goreng + Teh Manis / Susu sebanyak 3 orang atau sebesar 20 % dan diurutan ketiga ada 2 orang responden yang Jarang Sarapan atau sebesar 13,33333 %. Urutan keempat, kelima dan seterusnya dapat dilihat pada Tabel 17. Dari 15 orang responden yang berada di Kelas Atas ada 8 orang yang mengkonsumsi nasi baik dalam bentuk nasi putih maupun yang sudah di olah atau sebesar 53,33333 %. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi nasi di Kelas Atas tinggi.

Pada masyarakat Kelas Menengah, responden lebih banyak mengkonsumsi Nasi + Telur + Teh Manis sebagai menu sarapan mereka yaitu sebanyak 3 orang atau sebesar 20 %. Kemudian Nasi + Mie Instan, Nasi + Ikan + Sayur, Roti + Susu / Teh Manis dan Nasi Goreng yang berada di urutan kedua masing-masing sebanyak 2 orang atau sebesar 13,33333 %. Urutan seterusnya dapat dilihat pada Tabel 17. Dari 15 orang responden yang berada di Kelas Menengah ada 11 orang yang mengkonsumsi nasi baik dalam bentuk nasi putih maupun yang sudah di olah atau sebesar 73,33333 %. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi nasi di Kelas Menengah sangat tinggi..

Pada masyarakat Kelas Bawah, responden lebih banyak mengkonsumsi Nasi + Telur + Teh Manis sebagai menu sarapan mereka yaitu sebanyak 4 orang atau sebesar 26,6667 %. Kemudian diurutan kedua Responden Membeli Makanan di luar sebanyak 2 orang atau sebesar 13,33333 %. Urutan ketiga, keempat, kelima dan seterusnya dapat dilihat pada Tabel 17. Dari 15 orang responden yang berada di Kelas Bawah ada 10 orang yang mengkonsumsi nasi baik dalam bentuk nasi putih maupun yang sudah di olah atau sebesar 66,6667 %. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi nasi di Kelas Bawah sangat tinggi.

Tabel 18. Pola Konsumsi Responden Waktu Makan Siang No Pola Konsumsi

Kelas Atas Kelas Menengah Kelas Bawah Jlh (org) % Jlh (org) % Jlh (org) % 1 Nasi + Ikan - - - - 1 6,66667

2 Nasi + Ikan + Sayur 5 33,33333 8 53,33333 10 66,6667

3

Nasi + Ikan + Sayur

+ Buah 1 6,666667 1 6,666667 - -

4 Nasi + Ikan + Buah 1 6,666667 - - -

5 Nasi + Ayam + Sayur 2 13,33333 4 26,66667 2 13,3333 6 Nasi + Ayam + Sayur + Buah 3 20 - - - -

7 Beli Makanan di luar 3 20 - - 1 6,66667

8 Jarang Makan Siang - - 2 13,33333 1 6,66667

Total 15 100 15 100 15 100

Sumber : Data diolah dari Lampiran 6b

Dari Tabel 18 dapat diketahui bahwa pola konsumsi responden untuk setiap lapisan masyarakat berbeda-beda setiap harinya. Pada masyarakat Kelas Atas, responden lebih banyak mengkonsumsi Nasi + Ikan + Sayur sebagai menu makan siang mereka yaitu sebanyak 5 orang atau sebesar 33,33333 %. Kemudian urutan kedua adalah Nasi + Ayam + Sayur + Buah dan Membeli Makanan di luar yang masing-masing sebanyak 3 orang atau sebesar 20 %. Urutan ketiga, keempat, kelima dan seterusnya dapat dilihat pada Tabel 18. Dari 15 orang responden yang berada di Kelas Atas ada 12 orang yang mengkonsumsi nasi baik dalam bentuk nasi putih maupun yang sudah di olah atau sebesar 80 %. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi nasi di Kelas Atas tinggi.

Pada masyarakat Kelas Menengah, responden lebih banyak mengkonsumsi Nasi + Ikan + Sayur sebagai menu makan siang mereka yaitu sebanyak 8 orang atau sebesar 53,33333 %. Kemudian yang berada di urutan kedua Nasi + Ayam + Sayur sebanyak 4 orang atau sebesar 126,66667 %. Urutan seterusnya dapat dilihat pada Tabel 18. Dari 15 orang responden yang berada di Kelas Menengah

ada 13 orang yang mengkonsumsi nasi baik dalam bentuk nasi putih maupun yang sudah di olah atau sebesar 86,66667 %. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi nasi di Kelas Menengah sangat tinggi.

Pada masyarakat Kelas Bawah, responden lebih banyak mengkonsumsi Nasi + Ikan + Sayur sebagai menu makan siang mereka yaitu sebanyak 10 orang atau sebesar 66,6667 %. Kemudian diurutan kedua Responden Nasi + Ayam + Sayur sebanyak 2 orang atau sebesar 13,33333 %. Urutan ketiga, keempat, kelima dan seterusnya dapat dilihat pada Tabel 18. Dari 15 orang responden yang berada di Kelas Bawah ada 13 orang yang mengkonsumsi nasi baik dalam bentuk nasi putih maupun yang sudah di olah atau sebesar 86,66667 %. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi nasi di Kelas Bawah sangat tinggi.

Tabel 19 Pola Konsumsi Responden Waktu Makan Malam

No Pola Konsumsi

Kelas Atas Kelas Menengah Kelas Bawah Jlh (org) % Jlh (org) % Jlh (org) % 1 Nasi + Telur - - - - 2 13,3333

2 Nasi + Mie Instan - - - - 2 13,3333

4 Nasi + Ikan + Sayur 2 13,33333 5 33,33333 7 46,6667 5

Nasi + Ikan + Sayur +

Susu 6 40 1 6,666667 - -

11 Nasi + Ayam + Sayur - - 2 13,33333 - -

12

Nasi + Ayam + Sayur

+ Susu - - 2 13,33333 - -

14 Beli Makanan di luar 1 6,666667 1 6,666667 1 6,66667

15 Jarang Makan Malam 4 26,66667 2 13,33333 3 20

16 Hanya Minum Susu - - 1 6,666667 - -

18

Nasi Goreng + Telur +

Susu 1 6,666667 - - - -

19 Tidak Makan Malam 1 6,666667 1 6,666667 - -

Total 15 100 15 100 15 100

Dari Tabel 19 dapat diketahui bahwa pola konsumsi responden untuk setiap lapisan masyarakat berbeda-beda setiap harinya. Pada masyarakat Kelas Atas, responden lebih banyak mengkonsumsi Nasi + Ikan + Sayur + Susu sebagai menu makan malam mereka yaitu sebanyak 6 orang atau sebesar 40 %. Kemudian urutan kedua adalah responden yang Jarang Makan Malam sebanyak 4 orang atau sebesar 26,66667 %. Urutan ketiga, keempat, kelima dan seterusnya dapat dilihat pada Tabel 19. Dari 15 orang responden yang berada di Kelas Atas, ada 9 orang yang mengkonsumsi nasi baik dalam bentuk nasi putih maupun yang sudah di olah atau sebesar 60 %. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi nasi di Kelas Atas, tinggi.

Pada masyarakat Kelas Menengah, responden lebih banyak mengkonsumsi Nasi + Ikan + Sayur sebagai menu makan malam mereka yaitu sebanyak 5 orang atau sebesar 33,33333 %. Kemudian Nasi + Ayam + Sayur, Nasi + Ayam + Sayur + Susu,dan ada juga yang Jarang Makan Malam diurutan kedua masing-masing sebanyak 2 orang atau sebesar 13,33333 %. Urutan seterusnya dapat dilihat pada Tabel 19. Dari 15 orang responden yang berada di Kelas Menengah ada 10 orang yang mengkonsumsi nasi baik dalam bentuk nasi putih maupun yang sudah di olah atau sebesar 66,66667 %. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi nasi di Kelas Menengah sangat tinggi.

Pada masyarakat Kelas Bawah, responden lebih banyak mengkonsumsi Nasi + Ikan + Sayur sebagai menu makan malam mereka yaitu sebanyak 7 orang atau sebesar 46,66667 %. Kemudian diurutan kedua Responden yang Jarang Makan Malam sebanyak 3 orang atau sebesar 29 %. Urutan ketiga, keempat, kelima dan seterusnya dapat dilihat pada Tabel 19. Dari 15 orang responden yang

berada di Kelas Bawah ada 11 orang yang mengkonsumsi nasi baik dalam bentuk nasi putih maupun yang sudah di olah atau sebesar 73,33333 %. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi nasi di Kelas Bawah sangat tinggi.

Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Beras Responden

Dalam penelitian ini faktor sosial ekonomi yang dikaji adalah tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, umur, harga beras dan frekuensi konsumsi makanan pengganti beras Untuk mengetahui adanya pengaruh faktor sosial ekonomi tersebut terhadap pola konsumsi beras yang dilihat dari frekuensi makan responden maka digunakan analisis Regresi Linier Berganda. Dimana yang menjadi variabel terikat (Y) adalah frekuensi makan nasi (beras) responden, sedangkan variabel bebasnya adalah tingkat pendapatan / bulan (X1), jumlah tanggungan keluarga (X2), tingkat pendidikan (X3), umur (X4), harga beras (X5) dan Frekuensi Konsumsi Makanan Pengganti Beras (X6).

Untuk mengetahui hasil analisis linier berganda dapat dilihat pada Tabel 20 berikut ini.

Tabel 20. Hasil Regresi Linier Berganda Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Beras Responden

Variabel Koef. Regresi t-hitung Signifikansi

Konstanta 88,658 5,105 0,000 Tingkat Pendapatan 0,000003141 1,265 0,214 Jumlah Tanggungan -3,088 -0,893 0,378 Keluarga Tingkat Pendidikan 0,176 0,147 0,884 Umur 0,456 0,968 0,339 Harga Beras -0,003 -2,265 0,029 Frekuensi Konsumsi -0,446 -0,835 0,409 Makanan Pengganti Beras R2 = 0,191 (19,1 %)       Fhitung = 1,494    Ftabel = 2,313264    ttabel = 1,685954       Sumber : Lampiran 8

Model lengkap persamaan regresi linier berganda yang diperoleh yakni.

Ŷ = 88,658 + 0,000003141X1 – 3,088X2 + 0,176X3 + 0,456X4 – 0,003X5 – 0,446X6

Keterangan :

Ŷ = Frekuensi makan nasi (Kali) X1 = Tingkat Pendapatan (Rp)

X2 = Jumlah Tanggungan Keluarga (Jiwa) X3 = Tingkat Pendidikan (Tahun)

X4 = Umur (Tahun) X5 = Harga Beras (Rp)

X6 = Frekuensi Konsumsi Makanan Pengganti Beras (Kali) Dari hasil Regresi Linier Berganda diatas menunjukkan bahwa 19,1 % variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas dan sisanya 80,9 % dijelaskan

oleh variabel lain yang berada di luar model. Hal ini menunjukan model persamaan garis regresi yang dibuat kurang baik karena ada faktor-faktor lain yang tidak diteliti dimana faktor-faktor ini mempengaruhi frekuensi makan nasi responden sebesar 80,9 %.

Faktor-faktor lain yang tidak diteliti yang mempengaruhi frekuensi makan nasi responden sebesar 80,9 % diduga adalah faktor selera, faktor kemudahan mendapatkan makanan cepat saji, faktor lingkungan, faktor etnis, faktor iklan dan faktor gengsi untuk mengkonsumsi makanan cepat saji.

Hasil uji ANOVA menghasilkan Fhitung sebesar 1,494 (lebih kecil dari Ftabel = 2,313264) dengan sig.0,000. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas (tingkat pendapatan / bulan, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, umur, harga beras dan frekuensi konsumsi makanan pengganti beras) tidak berpengaruh secara serempak terhadap variabel terikat (frekuensi makan nasi). Maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak.

Selanjutnya pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap frekuensi makan nasi responden secara parsial dapat dilihat dari thitung masing-masing faktor sosial ekonomi. Dari Tabel 19 diketahui bahwa faktor sosial ekonomi yang berpengaruh secara parsial terhadap frekuensi makan nasi adalah harga beras. Berdasarkan Tabel 19 diketahui bahwa nilai koefisien-koefisien variabel bebas X1, X2, X3, X4, X5, X6 ada yang bernilai positif dan negatif. Koefisien regresi Tingkat Pendapatan (X1) adalah 0,000003141. Hal ini menunjukkan bahwa apabila tingkat pendapatan bertambah sebesar Rp 1, maka pola konsumsi beras (frekuensi makan nasi) bertambah sebesar 0,000003141 kali.

Koefisien regresi Jumlah Tanggungan Keluarga (X2) adalah -3,088. Hal ini menunjukkan bahwa apabila jumlah tanggungan keluarga bertambah sebesar 1 orang, maka pola konsumsi beras (frekuensi makan nasi) berkurang sebesar 3,088 kali.

Koefisien regresi Tingkat Pendidikan (X3) adalah 0,176. Hal ini menunjukkan bahwa apabila tingkat pendidikan bertambah sebesar 1 tahun, maka pola konsumsi beras (frekuensi makan nasi) bertambah sebesar 0,176 kali.

Koefisien regresi Umur (X4) adalah 0,456. Hal ini menunjukkan bahwa apabila umur bertambah sebesar 1 tahun, maka pola konsumsi beras (frekuensi makan nasi) bertambah sebesar 0,456 kali.

Koefisien regresi Harga Beras (X5) adalah -0,003. Hal ini menunjukkan bahwa apabila harga beras bertambah sebesar Rp 1, maka pola konsumsi beras (frekuensi makan nasi) berkurang sebesar 0,003 kali.

Koefisien regresi Frekuensi Konsumsi Makanan Pengganti Beras (X6) adalah -0,446. Hal ini menunjukkan bahwa apabila frekuensi makanan pengganti selain beras bertambah sebesar 1 kali, maka pola konsumsi beras (frekuensi makan nasi) berkurang 0,446 kali.

Pada masyarakat di Kawasan/Kelas Atas, tingkat konsumsi beras responden yang diteliti rendah. Hal ini disebabkan karena masyarakat di Kelas ini lebih banyak mengkonsumsi bahan pangan lain selain beras. Selain itu masyarakat di Kelas ini lebih banyak menghabiskan waktu mereka di luar rumah sehingga jumlah pembelian beras setiap bulannya tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan jumlah pembelian beras masyarakat di Kelas Menengah dan Bawah.

Pada masyarakat Kelas Menengah tingkat konsumsi beras tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Hal ini disebabkan karena tingkat pendapatan masyarakat di Kelas ini bervariasi sehingga pola makan mereka pun beragam. Mereka yang mempunyai tingkat pendapatan yang cukup tinggi akan mengkonsumsi bahan pangan lain selain beras dalam jangka waktu tertentu.

Sebagaimana yang kita ketahui, masyarakat yang berada di Kawasan/Kelas Bawah banyak yang menerima bantuan raskin (beras miskin) dari Pemerintah. Hal ini sangat membantu mereka sehingga jumlah pembelian beras mereka menjadi berkurang dan uangnya dapat dipergunakan untuk hal yang lainnya. Tetapi raskin yang diterima masyarakat bermutu rendah sehingga kadang beras tersebut tidak dapat dikonsumsi dan disimpan dalam jangka waktu yang lama. Dalam hal ini perlu campur tangan Pemerintah untuk mengawasi dan menindaklanjuti masalah tersebut. Makanan utama masyarakat ini umumnya hanya nasi (beras). Karena tingkat pendapatan keluarga mereka tidak memungkinkan untuk mengkonsumsi bahan pangan lain. Sehingga tingkat konsumsi mereka menjadi tinggi.

Dokumen terkait