• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat dan Pola Konsumsi Beras Masyarakat Kota Medan Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Studi Kasus : Perumahan Taman Setia Budi Indah (TASBI) Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang; Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru; Kelurahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat dan Pola Konsumsi Beras Masyarakat Kota Medan Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Studi Kasus : Perumahan Taman Setia Budi Indah (TASBI) Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang; Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru; Kelurahan"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT DAN POLA KONSUMSI BERAS MASYARAKAT

KOTA MEDAN SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHINYA

(Studi Kasus : Perumahan Taman Setia Budi Indah (TASBI) Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang; Kelurahan Padang Bulan

Kecamatan Medan Baru; Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung)

SKRIPSI

OLEH:

NORA ELFRIDA SILALAHI 080309013

PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TINGKAT DAN POLA KONSUMSI BERAS MASYARAKAT

KOTA MEDAN SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHINYA

(Studi Kasus : Perumahan Taman Setia Budi Indah (TASBI) Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang; Kelurahan Padang Bulan

Kecamatan Medan Baru; Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung)

SKRIPSI

OLEH:

NORA ELFRIDA SILALAHI 080309013

PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Dra. Ir. Salmiah, M.S) (Ir.M.Jufri, M.Si)

NIP: 195702171986032001 NIP: 196011101988031003

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

NORA ELFRIDA SILALAHI (080309013/PKP) dengan judul skripsi “TINGKAT DAN POLA KONSUMSI BERAS MASYARAKAT KOTA MEDAN SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA”. Studi kasus penelitian di Kota Medan yaitu di Perumahan Taman Setia Budi Indah (TASBI) Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang; di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru; dan di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung. Penelitian ini dibimbing oleh Dr.Ir.Salmiah, M.S sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ir.M.Jufri, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat dan pola konsumsi beras masyarakat Kota Medan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dimana penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja).

Metode pengambilan sampel ditentukan dengan metode Sampling Kuota yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (jatah) yang dikehendaki. Caranya menetapkan besar jumlahsampel yang diperlukan. Dimana peneliti menetapkan jumlah sampel sebanyak 45 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang tidak melakukan pekerjaan di luar rumah. Sistem pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling (secara acak).

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa Kebutuhan beras di masyarakat Kelas Bawah lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan beras masyarakat Kelas Menengah dan Kelas Atas; pola konsumsi beras responden di kelas atas lebih kecil baik itu pada waktu sarapan, makan siang maupun makan malam jika dibandingkan dengan pola makanan di kelas menengah dan bawah; dan faktor-faktor sosial ekonomi (tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, umur, harga beras dan frekuensi konsumsi makanan pengganti beras) secara serempak tidak mempengaruhi pola konsumsi beras responden (frekuensi konsumsi nasi). Sedangkan secara parsial, faktor sosial ekonomi yang berpengaruh secara nyata adalah harga beras.

(4)

RIWAYAT HIDUP

NORA ELFRIDA SILALAHI, lahir di Desa Balimbingan pada tanggal 12

April 1990. Anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan T.Silalahi dan

M.br Sianturi. Pendidikan yang ditempuh adalah sebagai berikut.

1. Tahun 1994 masuk Taman Kanak-Kanak di TK Nusantara Balimbingan tamat

tahun 1996.

2. Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar di SD No 091525 Balimbingan dan tamat

tahun 2002.

3. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Tanah Jawa

dan tamat pada tahun 2005.

4. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Tanah Jawa dan

tamat pada tahun 2008.

5. Tahun 2008 diterima di Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB (Ujian

Masuk Bersama).

6. Bulan Juli-Agustus 2012 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa

Rawang Baru Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan.

7. Bulan Februari – April 2013 melakukan penelitian skripsi di Kota Medan yaitu

di Perumahan Taman Setia Budi Indah (TASBI) Kelurahan Tanjung Sari

Kecamatan Medan Selayang; di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan kasihNya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul

“Tingkat dan Pola Konsumsi Beras Masyarakat Kota Medan Serta

Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya” (Studi kasus penelitian di Kota Medan yaitu di

Perumahan Taman Setia Budi Indah (TASBI) Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan

Medan Selayang; di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru; dan di

Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung) yang merupakan salah satu

syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada

Dr. Ir.Salmiah, M.S selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. M.Jufri, M.Si

selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada responden yang telah

bersedia membantu memberikan informasi yang dibutuhkan Penulis, pihak

Kelurahan dan Kepala Lingkungan setempat serta seluruh instansi terkait dalam

penelitian ini yang telah membantu Penulis dalam memperoleh data selama

penulisan skripsi ini.

Segala hormat dan terima kasih secara khusus Penulis sampaikan kepada

Ayahanda T.Silalahi dan Ibunda M.br Sianturi serta saudaraku yaitu Andy

Frans Leo Silalahi dan Hilda Yunita Silalahi atas kasih sayang, nasehat,

motivasi serta dukungan baik secara moril maupun materil yang diberikan kepada

(6)

Terima kasih juga Penulis ucapkan kepada teman-teman di Program Studi

Agribisnis Stambuk 2008 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah

banyak membantu Penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk

itu Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga skripsi ini

bermanfaat. Terima Kasih.

Medan, Juli 2013

(7)

DAFTAR ISI

Identifikasi Masalah ... 4

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Tinjauan Pustaka ... 6

Landasan Teori ... 8

Tingkat dan Pola Konsumsi ... 8

Faktor-Faktor Sosial Ekonomi ... 12

Kerangka Pemikiran ... 15

Hipotesis Penelitian ... 17

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 18

Metode Penentuan Sampel ... 19

Metode Pengumpulan Data ... 20

Metode Analisis Data ... 21

Defenisi dan Batasan Operasional ... 22

Defenisi ... 22

Batasan Operasional ... 24

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Deskripsi Daerah Penelitian ... 25

Luas dan Letak Geografis ... 25

Keadaan Penduduk ... 27

Perekonomian Desa ... 29

(8)

Karakteristik Sampel / Responden ... 34

Responden Rumah Tangga Kawasan / Kelas Atas ... 35

Responden Rumah Tangga Kawasan / Kelas Menengah ... 36

Responden Rumah Tangga Kawasan / Kelas Bawah ... 37

HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Konsumsi Beras Responden ... 38

Pola Konsumsi Beras Responden ... 40

Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Beras Responden ... 45

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 50

Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

1. Tingkat Konsumsi Pangan Sumatera Utara untuk Kelompok Padi-

Padian 2008. 2009, 2010 dan Konsumsi Pangan Harapan 2015 ... 3

2. Kelurahan yang berada di Kecamatan Medan Selayang, Kecamatan

Medan Baru dan Kecamatan Medan Tembung 2011 ... 19

3. Jumlah Sampel Penelitian ... 20

4. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kelurahan

Tanjung Sari Tahun 2011 ... 27

5. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kelurahan

Padang Bulan Tahun 2011 ... 28

6. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di KelurahanTembung Tahun 2011 ... 29

7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan

Tanjung Sari Tahun 2011 ... 30

8. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan

Padang Bulan Tahun 2011 ... 31

9. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Tembung Tahun 2011 ... 32

10. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan

Tanjung Sari Tahun 2011 ... 33

11. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan

Padang Bulan Tahun 2011 ... 33

12. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan

Tembung Tahun 2011 ... 34

13. Karakteristik Responden Responden Rumah Tangga Kawasan /

Kelas Atas ... 35

14. Karakteristik Responden Responden Rumah Tangga Kawasan /

Kelas Menengah ... 36

15. Karakteristik Responden Responden Rumah Tangga Kawasan /

(10)

16. Kriteria untuk Menjelaskan Tingkat Konsumsi Beras Responden

Berdasarkan Kawasan/Kelas ... 38

16. Pola Konsumsi Responden Waktu Sarapan ... 40

17. Pola Konsumsi Responden Waktu Makan Siang ... 42

18. Pola Konsumsi Responden Waktu Makan Malam ... 43

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

1. Skema Kerangka Pemikiran Tingkat dan Pola Konsumsi Beras Masyarakat Kota Medan serta Faktor-Faktor yang

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1. Karakteristik Sosial Ekonomi Responden di Daerah Penelitian

2. Rata-Rata Konsumsi Beras Perhari di Daerah Penelitian

3. Rata-Rata Konsumsi Beras Perbulan di Daerah Penelitian

4. Data Mengenai Konsumsi Beras Responden di Derah Penelitian

5. Perbandingan Frekuensi Konsumsi Nasi dengan Total Frekuensi Makanan Lain Selain Beras Responden Perbulannya

6. a.Pola Konsumsi Responden Sehari-hari pada Kelas Atas b.Pola Konsumsi Responden Sehari-hari pada Kelas Menengah c.Pola Konsumsi Responden Sehari-hari pada Kelas Bawah

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Beras Masyarakat Kota Medan di Daerah Penelitian

8. Hasil Output Regresi Linier Berganda Pola Konsumsi Beras

9. Contoh Kuesioner

(13)

ABSTRAK

NORA ELFRIDA SILALAHI (080309013/PKP) dengan judul skripsi “TINGKAT DAN POLA KONSUMSI BERAS MASYARAKAT KOTA MEDAN SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA”. Studi kasus penelitian di Kota Medan yaitu di Perumahan Taman Setia Budi Indah (TASBI) Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang; di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru; dan di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung. Penelitian ini dibimbing oleh Dr.Ir.Salmiah, M.S sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ir.M.Jufri, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat dan pola konsumsi beras masyarakat Kota Medan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dimana penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja).

Metode pengambilan sampel ditentukan dengan metode Sampling Kuota yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (jatah) yang dikehendaki. Caranya menetapkan besar jumlahsampel yang diperlukan. Dimana peneliti menetapkan jumlah sampel sebanyak 45 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang tidak melakukan pekerjaan di luar rumah. Sistem pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling (secara acak).

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa Kebutuhan beras di masyarakat Kelas Bawah lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan beras masyarakat Kelas Menengah dan Kelas Atas; pola konsumsi beras responden di kelas atas lebih kecil baik itu pada waktu sarapan, makan siang maupun makan malam jika dibandingkan dengan pola makanan di kelas menengah dan bawah; dan faktor-faktor sosial ekonomi (tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, umur, harga beras dan frekuensi konsumsi makanan pengganti beras) secara serempak tidak mempengaruhi pola konsumsi beras responden (frekuensi konsumsi nasi). Sedangkan secara parsial, faktor sosial ekonomi yang berpengaruh secara nyata adalah harga beras.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan

yang memenuhi atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta

turunannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan. Pangan merupakan

kebutuhan manusia paling azasi, sehingga ketersediaan pangan bagi manusia

harus terjamin. Manusia dengan segala kemampuannya selalu berusaha

mencukupi kebutuhannya dengan berbagai cara. Pangan dikenal sebagai pangan

pokok jika dimakan secara teratur oleh suatu kelompok penduduk dalam jumlah

cukup besar untuk menyediakan bagian terbesar dari konsumsi energi total yang

dihasilkan oleh makanan (Suryana, 2003).

Makanan pokok penduduk di Provinsi Sumatera Utara adalah nasi. Nasi

berasal dari beras. Konsumen beras di Sumatera Utara dapat dibedakan sebagai

konsumen yang tinggal di perdesaan dan di perkotaan. Adapun penduduk

Sumatera Utara lebih banyak yang tinggal di perdesaan. Kebutuhan akan beras

oleh penduduk desa juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan penduduk yang

tinggal di daerah perkotaan. Hal ini disebabkan karena perbedaan tingkat

pendapatan juga tidak terlalu banyak atau kurang beragamnya makanan pengganti

nasi yang dijual di daerah perdesaan dibandingkan dengan di daerah perkotaan

yang sangat banyak jenis jenis dan macam makanan yang diperjualbelikan

(Lastry, 2006).

Dari aspek konsumsi, pemahaman bahwa konsumsi beras merupakan

(15)

dipaksakan dari makanan pokok non-beras ke beras menyebabkan ketergantungan

terhadap pangan beras semakin besar. Keadaan menjadi lebih sulit dengan

kebutuhan beras yang tidak didukung oleh kemampuan daerah dalam

menyediakan produksi pangannya. Hal ini menyebabkan beban swadaya beras

menjadi semakin berat (Sumodiningrat, 2001).

Beras pada akhirnya dianggap sebagai simbol keberhasilan dan kesejahteraan

begitupun di daerah-daerah yang tradisinya tidak mengenal padi sebagai bahan

pangan utama. Anggapan yang kemudian terlanjur berkembang adalah konsumsi

bahan pangan di luar beras adalah identik dengan keterbelakangan, kemiskinan,

kebodohan dan kurang gizi (Sumodiningrat, 2001).

Pola konsumsi penduduk suatu negara dapat dijadikan cerminan kondisi

sosial ekonomi negara tersebut. Data pola konsumsi dapat dijadikan acuan dalam

memprediksi indikator-indikator kesejahteraan penduduk seperti status kesehatan

penduduk, status gizi dan status kemiskinan penduduk

(Badan Pusat Statistik, 2007).

Penduduk di Sumatera Utara pada tahun 2010 adalah 13.207.954 jiwa.

Kebutuhan beras di Sumatera Utara pada tahun 2010 adalah 1.807.509 ton.

Tingkat konsumsi di Sumatera Utara adalah 136,85 kg/kap/tahun. Produksi beras

di Sumatera Utara adalah 2.038.330 ton (Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2012).

Perhitungan tingkat konsumsi beras di Sumatera Utara perkapita dapat

dihitung dengan menggunakan rumus :

Jumlah beras yang dikonsumsi Tingkat konsumsi beras perkapita =

(16)

Tingkat konsumsi beras Sumatera Utara setiap tahunnya mengalami

penurunan. Hal ini disebabkan karena Sumatera Utara telah melakukan

diversifikasi pangan (penganekaragaman pangan) yaitu mengkonsumsi bahan

pangan selain beras. Menurut Badan Ketahanan Pangan Kota Medan (2012),

tingkat konsumsi pangan Sumatera Utara untuk kelompok padi-padian tahun

2008.2009.2010 dan konsumsi pangan harapan tahun 2015 dapat dilihat pada

Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Tingkat Konsumsi Pangan Sumatera Utara untuk Kelompok Padi-Padian 2008. 2009, 2010 dan Konsumsi Pangan Harapan 2015 Kelompok Konsumsi

2008 2009 2010 2015

padian 335,2 122,37 317,47 115,9 314,53 114,8 275 100,38

Jagung 0,6 0,23 0,32 0,1 0,36 0,13 8,6 3,14

Terigu 22,1 8,07 19,5 7,1 17,41 6,35 27,5 10,04

Beras 312,5 114,07 297,69 108,7 296,78 108,33 239 87,24

Sumber: Badan Ketahanan Pangan Kota Medan, 2012

Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat diketahui tingkat konsumsi pangan

Sumatera Utara untuk kelompok pangan padi-padian pada tahun 2008 sebanyak

335,2 gr/kap/hari atau 122,37 kg/kap/tahun, tahun 2009 sebanyak 317,47

gr/kap/hari atau 115,9 kg/kap/tahun, tahun 2010 sebanyak 314,53 gr/kap/hari atau

114,8 kg/kap/tahun dan konsumsi pangan harapan tahun 2015 sebanyak 275

gr/kap/hari atau 100,38 kg/kap/tahun. Kelompok pangan padi-padian terdiri atas

jagung, terigu dan beras. Dari Tabel diatas dapat diketahui tingkat konsumsi

Sumatera Utara untuk kelompok padi-padian terbesar adalah beras yaitu pada

tahun 2008 sebanyak 312,5gr/kap/hari atau 114,07 kg/kap/tahun, tahun 2009

(17)

296,78 gr/kap/hari atau 108,33 kg/kap/tahun dan konsumsi pangan harapan tahun

2015 sebanyak 239 gr/kap/hari atau 87,24 kg/kap/tahun dan setiap tahunnya

konsumsi pangan beras mengalami penurunan.

Untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras yang cukup tinggi

yang terjadi selama ini di Sumatera Utara, maka perlu dilakukan berbagai upaya

yang salah satunya adalah dengan cara merubah pola konsumsi masyarakat

dengan mengurangi ketergantungan yang tinggi terhadap beras dan mengalihkan

ke makanan yang berasal dari non beras (Lastry, 2006).

Kota Medan merupakan kota terbesar di Sumatera Utara dengan jumlah

penduduk pada tahun 2012 mencapai 2.949.830 jiwa yang setiap tahunnya

mengalami peningkatan. Sejalan dengan meningkatnya pertambahan penduduk

Kota Medan maka terjadi pula peningkatan konsumsi beras penduduk. Sehingga

peneliti ingin meneliti mengenai tingkat konsumsi dan pola konsumsi beras

masyarakat Kota Medan.

Identifikasi Masalah

Setelah dilihat dari uraian pada latar belakang maka dapat ditarik beberapa

masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana tingkat konsumsi beras masyarakat Kota Medan di daerah

penelitian?

2. Bagaimana pola konsumsi beras masyarakat Kota Medan di daerah

(18)

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pola konsumsi beras

masyarakat Kota Medan yang dilihat dari frekuensi makan nasi di daerah

penelitian?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui tingkat konsumsi beras masyarakat Kota Medan di

daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui pola konsumsi beras masyarakat Kota Medan di daerah

penelitian.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi beras

masyarakat Kota Medan yang dilihat dari frekuensi makan nasi di daerah

penelitian.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan di kemudian hari dapat dipergunakan

1. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi pemerintah terkait dalam

membuat kebijakan yang berhubungan dengan beras.

3. Sebagai bahan informasi dalam bentuk penelitian kepada pihak-pihak yang

membutuhkan dan yang ingin meneruskan penelitian ini di masa

(19)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Menurut Saliem dkk dalam Ariani dan Tribastuti (2002), pangan

merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu

bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam

jumlah dan kualitas yang cukup, terdistribusi dengan harga terjangkau dan aman

dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang aktivitasnya sehari-hari sepanjang

waktu.

Pola pangan pokok menggambarkan salah satu ciri dari kebiasaan makan.

Di daerah dengan pola pangan pokok beras biasanya belum puas atau mengatakan

belum makan apabila belum makan nasi, meskipun perut sudah kenyang oleh

makanan lain non beras (Khumaidi, 1994).

Setiap daerah mempunyai gambaran pola konsumsi dengan menu yang

spesifik dan sudah membudaya serta tercermin didalam tatanan menu

sehari-hari. Akan tetapi menu yang tersedia biasanya kurang memenuhi norma

kecukupan gizi, sehingga pelu ditingkatkan kualitasnya dengan tidak merubah

karakteristiknya, agar tetap dapat diterima oleh masyarakat setempat

(Kardhinata, H dan Zulhery Noer, 2009).

Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi dalam Kardhinata, H dan

Zulhery Noer (2009), bahan pangan untuk konsumsi sehari-hari dapat

dikelompokkan menjadi 9 (sembilan) kelompok besar. Jenis pangan pada

(20)

pangan yang tersedia. Secara Nasional bahan pangan dikelompokkan sebagai

berikut.

1. Padi-padian : beras, jagung, sorgum dan terigu.

2. Umbi-umbian : ubi kayu, ubi jalar, kentang, talas dan sagu.

3. Pangan hewani : ikan, daging, susu dan telur.

4. Minyak dan lemak : minyak kelapa, minyak sawit.

5. Buah/biji berminyak : kelapa daging.

6. Kacang-kacangan : kedelai, kacang tanah, kacang hijau.

7. Gula : gula pasir, gula merah.

8. Sayur dan buah : semua jenis sayuran dan buah-buahan yang biasa

dikonsumsi.

9. Lain-lain : teh, kopi, coklat, sirup, bumbu-bumbuan, makanan dan minuman

jadi.

Beras merupakan bahan pangan pokok sumber karbohidrat yang masih

menjadi prioritas utama di berbagai wilayah di Indonesia, sehingga beras

merupakan komoditas pertanian yang memiliki nilai strategis, baik dari segi

ekonomi, lingkungan hidup, sosial maupun politik. Komoditas padi telah menjadi

perhatian pemerintah agar beras tetap tersedia sepanjang tahun dengan harga yang

cukup terjangkau (Dermoredjo, 2008).

Menurut Amang B. dan Husein dalam Hutagalung (2007), beras bagi

kehidupan bangsa Indonesia memiliki arti yang sangat penting. Dari jenis bahan

pangan yang dikonsumsi, beras memiliki urutan yang pertama. Hampir seluruh

(21)

merupakan nutrisi penting dalam struktur pangan, karena itu peranan beras

memiliki peranan strategis dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2011 mencatat konsumsi beras orang

Indonesia mencapai 113,48 kg per kapita per tahun. Walaupun turun dari tahun

sebelumnya, yakni 139,15 kg per kapita, konsumsi beras orang Indonesia masih

yang tertinggi di dunia. Rata-rata orang Asia mengonsumsi beras 65-70 kg per

kapita dan konsumsi beras global tahun 2007 sebanyak 64 kg per kapita

(Anonimous, 2012).

Konsumsi beras tidak hanya melibatkan kuantitas, namun di lain pihak

konsumsi beras juga meliputi perilaku konsumsi yaitu bagaimana sifat dan

kebiasaan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi beras tersebur. Sifat dan

kebiasaan konsumsi dapat diamati melalui sifat yang terbentuk dari kebiasaan

(Lastry, 2006).

Landasan Teori

Tingkat dan Pola Konsumsi

Faktor-Faktor utama yang mempengaruhi tingkat konsumsi adalah

Pendapatan, dimana korelasi keduanya bersifat positif, yaitu semakin tinggi

tingkat pendapatan (Y) maka konsumsinya (C) juga makin tinggi. Menurut teori

konsumsi Keynes, jumlah konsumsi saat ini (current disposable income)

berhubungan langsung dengan pendapatannya. Hubungan antara kedua variabel

tersebut dapat dijelaskan melalui fungsi konsumsi. Fungsi konsumsi

menggambarkan tingkat konsumsi pada berbagai tingkat pendapatan

(22)

James Dusenberry dalam Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan

Relatif mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan

terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Pendapatan

berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk

konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa

mengurangi besarnya saving. Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi

mereka juga akan betambah, tetapi bertambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan

saving akan bertambah besar dengan pesatnya (Gilarso, 2011).

Menurut Sayogyo dalam Badan Ketahanan Pangan Kota Medan (2010)

menggunakan tingkat konsumsi beras perkapita sebagai indikator kemiskinan. Dia

membedakan tingkat konsumsi beras di daerah perdesaan dan perkotaan. Untuk

daerah perdesaan, apabila seseorang hanya mengkonsumsi beras kurang dari

240 kg pertahun, maka yang bersangkutan digolongkan sangat miskin, sedangkan

untuk daerah perkotaan ditentukan sebesar 360 kg beras perorang pertahun.

Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang

dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pola konsumsi

masyarakat ini dapat menunjukkan keberagaman pangan masyarakat yang

selanjutnya dapat diamati dari parameter Pola Pangan Harapan (PPH). Pola

Pangan Harapan (PPH) adalah susunan beragam pangan yang didasarkan pada

sumbangan energi dari kelompok pangan utama dari suatu pola ketersediaan dan

atau pola konsumsi. Pola konsumsi pangan msayarakat belum beragam karena

masih didominasi olek kelompok padi-padian (56,3 %) teruatama beras (86,3 %)

(23)

Menurut Pratiwi dalam Sari (2007), pola konsumsi masyarakat ditentukan

oleh beberapa faktor, seperti kondisi geografi, agama, tingkat sosial ekonomi,

pengetahuan akan pangan dan gizi, serta ketersediaan pangan. Menurut Kamus

Istilah Ketahanan Pangan, pola konsumsi didefinisikan sebagai susunan makanan

yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan ratarata per orang per hari yang

umum dimakan/dikonsumsi penduduk dalam waktu tertentu. Secara khusus, pola

konsumsi menunjukkkan bagaimana makanan dikonsumsi, termasuk jumlah,

jenis, keragaman dan frekuensi konsumsinya.

Penelitian terdahulu mengenai perilaku konsumsi beras oleh Slamet (2003)

menunjukkan bahwa kelas sosial sangat berpengaruh terhadap perbedaan sikap

serta tindakan yang diambil oleh konsumen yang dibagi atas kelas bawah dan

kelas atas. Perbedaan kelas pada konsumen menimbulkan perbedaan dalam

perilaku konsumsi beras yang dapat dilihat dari pola konsumsi termasuk pola

pembelian. Pada penelitian ini dikaji pola konsums beras yang terbentuk pada

rumah tangga dengan mengelompokkan responden / konsumen menurut status

dan kelas sosial yang ada di masyarakat (Lastry, 2006).

Menurut Husodo dalam Asis (2007) mengemukakan pada masa ini sedang

terjadi berbagai perubahan mendasar dalam pola konsumsi pangan masyarakat

kita. Perubahan-perubahan penting tersebut antara lain:

 Meningkatnya konsumsi pangan yang berasal dari gandum seiring dengan

meningkatnya pendapatan masyarakat, terutama kelompok berpendapatan

tinggi, juga oleh modernisasi dan globalisasi. Konsumsi roti dan mie

meningkat tinggi, sementara gandum tidak bisa kita produksi,

(24)

 Menurun secara pesat tingkat konsumsi umbi-umbian (ubi kayu dan ubi

rambat) untuk konsumsi manusia langsung. Namun untuk bahan baku

industri, permintaan umbi-umbian cenderung meningkat.

 Konsumsi pangan olahan dan siap konsumsi meningkat dengan cepat dan

pangan jenis ini bahan bakunya sebagian berasal dari impor, khususnya

untuk masyarakat kota yang berpendapatan tinggi.

 Meningkatnya konsumsi jagung dan kedelai untuk pakan ternak.

Permintaan masyarakat akan bahan pangan dipengaruhi oleh beberapa

faktor utama yakni tingkat harga bahan pangan, pendapatan rata-rata masyarakat

dan cita rasa masyarakat (pola konsumsi masyarakat) terhadap bahan pangan

(Sukirno, 2003).

Menurut Aswar dalam Asis (2007) mengemukakan pola pangan lokal

seperti jagung dan ubi kayu telah ditinggalkan masyarakat, berubah ke pola beras

dan pola mie. Kualitas pangan juga masih rendah, kurang beragam dan masih

didominasi pangan sumber karbohidrat. Ketergantungan akan beras yang masih

tinggi di kalangan masyarakat dan meningkatnya tingkat konsumsi mie secara

signifikan menjadikan upaya diversifikasi konsumsi pangan belum menunjukkan

keberhasilan, bahkan salah arah. Pola pangan masyarakat sebenarnya telah

beragam, walaupun tingkatannya masih belum seperti yang diharapkan, terutama

dalam standar kualitas dan kuantitasnya. Dengan demikian tingkat

keanekaragaman pangan akan berbeda menurut kelompok masyarakat. Pola

makan yang beragam diduga lebih disebabkan karena peningkatan pendapatan dan

(25)

disebabkan tidak ditunjukkan untuk mendorong keanekaragaman pangan

masyarakat tetapi untuk mempromosikan produk yang dihasilkan.

Dibawah ini ada sejumlah contoh pola konsumsi yang seimbang yang

mencakup protein, zat tepung, zat pelindung dan air yaitu :

1. Satu protein nabati dan satu protein hewani :

 Nasi (beras) – ikan – sayur

2. Dua protein nabati dan air

 Nasi (beras) – kacang tanah – tempe – pisang makan

 Nasi (beras) – kacang merah – tahu – pisanng makan

3. Tiga protein nabati dan satu protein hewani

 Nasi (beras) – kacang tanah – tempe – ikan asin – pisang makan

 Nasi (beras) – kacang merah – tahu – telur – nenas

Faktor-Faktor Sosial Ekonomi

Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan

yang dikonsumsi (dimakan) oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu

tertentu (Baliwati dkk, 2004).

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat dan pola konsumsi

beras adalah sebagai berikut.

1. Tingkat Pendapatan

Pada umumnya jika tingkat pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan

cenderung membaik juga (Suhardjo, 2008).

Keluarga yang tergolong mampu dalam setiap masyarakat mempunyai

(26)

tahun, sedangkan pada keluarga kurang mampu pada masa-masa tertentu

sering mengalami kurang pangan. Hal ini menyangkut dalam peluang

mencari nafkah (Sajogyo dkk, 1994).

Tingkat pendapatan yang nyata dari keluarga menentukan jumlah dan

kualitas makanan yang diperoleh. Pada tingkat pendapatan yang rendah

sumber energi utama diperoleh dari padi-padian, umbi-umbian dan sayur.

(Suhardjo, 2008).

Pendapatan rumah tangga sangat besar pengaruhya terhadap tingkat

konsumsi. Biasanya makin baik (tinggi) tingkat pendapatan, tingkat

konsumsi semakin tinggi. Karena ketika tingkat pendapatan meningkat,

kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi

menjadi makin besar. Atau mungkin juga pola hidup makan konsumtif,

setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik. Contoh yang amat

sederhana adalah jika pendapatan sang ayah masih sangat rendah, biasanya

beras yang dipilih untuk konsumsi juga beras kelas rendah/menengah

(Khoirina, 2011).

2. Jumlah Anggota Keluarga

Sumber pangan keluarga terutama mereka yang miskin akan lebih mudah

memenuhi kebutuhan makanannya jika yang harus diberi makan

jumlahnya sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga yang besar

mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga

tersebut, tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga

(27)

Besar kecilnya jumlah keluarga akan mempengaruhi pola konsumsinya

(Anonimous, 2012).

3. Tingkat pendidikan

Menurut Djauhari dan Friyanto dalam Cahyaningsih (2008), dalam

memilih menu makanan yang mempunyai kandungan energi dan protein

yang memadai serta pemilihan komposisi jenis makanan yang tepat,

diperlukan tingkat pengetahuan yang relatif tinggi, terutama tingkat

pengetahuan kepala keluarga dan istri yang berperan sangat tinggi dalam

menentukan keputusan konsumsi rumah tangga.

4. Umur

Umur mempunyai pengaruh dalam mengambil suatu keputusan. Dengan

meningkatnya usia akan mempengaruhi kematangan dalam berpikr dan

bertindak, sehingga dapat mengambil keputusan secara rasional.

5. Harga Beras

Menurut Sari (2007), harga beras adalah harga tertinggi setiap kilogram

yang dibayar ibu rumah tangga atau kepala rumah tangga pada pembelian

rata-rata dan dinyatakan dalam rupiah.

6. Frekuensi Konsumsi Makanan Pengganti Beras

Banyaknya responden mengkonsumsi makanan lain selain beras misalnya

makanan cepat saji (Fast Food) maupun mie instan. Hal ini

mengakibatkan konsumsi beras responden menjadi turun terutama untuk

(28)

Kerangka Pemikiran

Masyarakat Kota Medan yang menjadi sasaran penelitian adalah

masyarakat yang bertempat tinggal atau berada di Kecamatan Medan Selayang,

Kecamatan Medan Baru dan Kecamatan Medan Tembung. Dari daerah penelitian

dapat diketahui tingkat konsumsi beras dan pola konsumsi beras masyarakat Kota

Medan.

Tingkat konsumsi beras adalah jumlah bahan makanan (beras) rata-rata

perorang pertahun yang dikonsumsi atau dimakan masyarakat di daerah penelitian

dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi beras masyarakat berebeda-beda

untuk setiap daerah. Daerah miskin akan cenderung mengkonsumsi beras dalam

jumlah yang sedikit dibandingkan dengan masyarakat yang berada di Kawasan

Atas (Elite).

Pola konsumsi setiap masyarakat berbeda-beda setiap harinya baik mereka

yang bertempat tinggal di Kawasan Atas (Elite), Menengah, maupun mereka yang

tinggal di kawasan Bawah. Tidak semua masyarakat dari berbagai lapisan tersebut

mengkonsumsi beras secara teratur yaitu 3 kali sehari. Pola konsumsi beras adalah

pola makan beras (nasi) masyarakat setiap harinya. Setiap manusia pasti

mengkonsumsi beras.

Tingkat konsumsi dan pola konsumsi beras masyarakat Kota Medan

dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi antara lain tingkat pendapatan, jumlah

anggota keluarga, tingkat pendidikan, umur, harga beras dan frekuensi konsumsi

makanan pengganti beras

Untuk mengetahui tingkat dan pola konsumsi beras masyarakat Kota

(29)

dilakukan penelitian ilmiah. Adapun skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada

gambar di bawah ini.

 

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Tingkat dan Pola Konsumsi Beras Masyarakat Kota Medan serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

1. Tingkat Pendapatan 2. Jumlah Anggota

Keluarga

(30)

Hipotesis Penelitian

1. Tingkat konsumsi beras masyarakat Kota Medan di daerah penelitian

berbeda-beda dilihat dari banyaknya beras yang dikonsumsi di setiap

kawasan.

2. Pola konsumsi beras masyarakat Kota Medan di daerah penelitian

berbeda-beda setiap harinya.

3. Terdapat beberapa faktor sosial ekonomi yaitu tingkat pendapatan,

jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, umur, harga beras yang

mempengaruhi pola konsumsi beras masyarakat Kota Medan yang

(31)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive artinya penentuan daerah

dengan sengaja. Peneliti membagi daerah penelitian menjadi 3 Kawasan yaitu

Kawasan Atas (Elite), Kawasan Menengah dan Kawasan Bawah. Adapun daerah

penelitian terletak di Kota Medan yaitu Kecamatan Medan Selayang, Kecamatan

Medan Baru dan Kecamatan Medan Tembung. Kecamatan Medan Selayang dan

Kecamatan Medan Baru dipilih karena kedua Kecamatan tersebut saling

berdekatan dan lokasinya dekat dengan tempat tinggal peneliti (strategis).

Sedangkan Kecamatan Medan Tembung dipilih karena Kecamatan tersebut

merupakan Kecamatan yang berada di pinggir Kota Medan dan di Kecamatan

tersebut masih banyak penduduk yang kurang mampu. Menurut Badan Pusat

Statistik Kota Medan (2011) penduduk di Kecamatan Medan Tembung masih

banyak yang menerima bantuan raskin (beras miskin).

Menurut Teori Konsentris (Burgess, 1925), Kawasan Tingkat Atas adalah

wilayah tempat tinggal masyarakat berpenghasilan tinggi. Ditandai dengan adanya

kawasan elit, perumahan dan halaman yang luas. Sebagian penduduk merupakan

kaum eksekutif, pengusaha besar, dan pejabat tinggi. Kawasan Menengah

merupakan kompleks perumahan para karyawan kelas menengah yang memiliki

keahlian tertentu. Rumah-rumahnya lebih baik dibandingkan Kelas Bawah.

Sedangkan Kawasan Bawah perumahannya sedikit lebih baik karena dihuni oleh

para pekerja yang berpenghasilan kecil atau buruh dan karyawan kelas bawah,

(32)

susun sederhana yang dihuni oleh keluarga besar. Burgess menamakan daerah ini

yaitu working men's homes.

Kelurahan yang berada di Kecamatan Medan Selayang, Kecamatan Medan

Baru dan Kecamatan Medan Tembung dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Kelurahan yang berada di Kecamatan Medan Selayang, Kecamatan Medan Baru dan Kecamatan Medan Tembung 2011

No Kecamatan Medan Selayang

Kecamatan Medan Baru

Kecamatan Medan Tembung

1 Kel. Sempakata Kel. Titi Rantai Kel. Indra Kasih 2 Kel. Selayang Kel. Padang Bulan Kel. Sidorejo Hilir 3 Kel. PB Selayang II Kel. Merdeka Kel. Sidorejo

4 Kel. PB Selayang I Kel. Darat Kel. Bantan Timur

5 Kel. Tanjung Sari Kel. Babura Kel. Bandar Selamat 6 Kel. Asam Kumbang Kel. Petisah Hulu Kel. Bantan

7 Kel. Tembung

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012

Pada Kecamatan Medan Selayang lokasi yang dipilih adalah Kelurahan

Tanjung Sari. Di Kelurahan tersebut rata-rata masyarakatnya berada di tingkat

atas dan menengah sehingga peneliti mengambil sampel di Perumahan Taman

Setia Budi Indah (TASBI) yang mayoritas masyarakatnya berada di tingkat atas.

Untuk daerah yang berada di tingkat menengah penelitian dilakukan di Kelurahan

Padang Bulan dan untuk daerah yang berada di tingkat bawah penelitian

dilakukan di Kelurahan Tembung. Pengambilan sampel Kelurahan dilakukan

secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan ketiga lokasi tersebut dapat

mewakili konsumen (responden) menurut kelas sosialnya di masyarakat.

Metode Penentuan Sampel

Jumlah penduduk Kota Medan sangat banyak hingga populasinya

(33)

45 orang, dimana dalam satu kawasan terdapat 15 sampel. Penentuan sampel

dilakukan dengan menggunakan metode Sampling Kuota.

Metode Sampling Kuota adalah teknik pengambilan sampel dari populasi

yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (jatah) yang dikehendaki atau

pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu

dari peneliti. Caranya menetapkan besar jumlah sampel yang diperlukan. Teknik

pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak melainkan secara kebetulan saja

(Riduwan, 2010).

Tabel 3. Jumlah Sampel Penelitian

Kawasan / Kelas Jumlah Sampel (Jiwa)

Atas 15 Menengah 15

Bawah 15 Total 45 Peneliti menetapkan sampel sebanyak 15 orang dalam satu kawasan

karena alasan waktu supaya lebih efisien. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu

rumah tangga yang tidak melakukan pekerjaan di luar rumah. Sistem pengambilan

sampel dilakukan secara simple random sampling (secara acak).

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan

responden menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait dengan penelitian

ini seperti Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, Badan Ketahanan Pangan

Kota Medan, Badan Pusat Statistik Medan, Kelurahan Tanjung Sari, Kelurahan

(34)

Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah 1, dianalisis dengan metode deskriptif dengan

menggunakan tabulasi sederhana berdasarkan tingkat pendapatan, jumlah anggota

keluarga, tingkat pendidikan, umur, harga beras dan frekuensi konsumsi makanan

pengganti beras . Dimana satu sampel dalam setiap kawasan/kelas dapat mewakili

enam klasifikasi tersebut.

Untuk identifikasi masalah 2, dianalisis dengan menggunakan analisis

deskriptif dengan mengajukan pertanyaan kepada ibu rumah tangga di daerah

penelitian.

Untuk identifikasi masalah 3, dianalisis dengan menggunakan analisis

Regresi Linier Berganda (Multiple Regression Analysis) dengan menggunakan

SPSS dengan rumus :

Ŷ = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5

Dimana :

Ŷ = Frekuensi makan nasi (Kali)

b0 = Parameter Intercept

b1, b2, b3, b4 = Parameter Koefisien Regresi

X1 = Tingkat Pendapatan (Rp)

X2 = Jumlah Anggota Keluarga (Jiwa)

X3 = Tingkat Pendidikan (Tahun)

X4 = Umur (Tahun)

X5 = Harga Beras (Rp)

(35)

Untuk melihat variabel bebas (X) berpengaruh secara serempak terhadap

variabel terikat (Y) di uji dengan uji F statistika dengan kriteria:

Jika Fhitung > Ftabel : maka tolak H0 ; terima H1 artinya ada pengaruh

Jika Fhitung ≤ Ftabel : maka terima H0 ; tolak H1 artinya tidak ada pengaruh Apabila :

Fhitung > Ftabel : maka H1 diterima, artinya variabel bebas (X) secara

serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y)

Fhitung ≤ Ftabel : maka H1 ditolak, artinya variabel bebas (X) secara serempak tidak berpengaruh nyata terhadap veriabel terikat (Y)

Untuk melihat variabel bebas (X) berpengaruh secara parsial terhadap

variabel terikat (Y) di uji dengan uji statistik dengan kriteria :

Jika thitung > ttabel : maka tolak H0 ; terima H1 artinya ada pengaruh

Jika thitung ≤ ttabel : maka terima H0 ; tolak H1artinya tidak ada pengaruh Apabila:

thitung > ttabel : maka H1 diterima, artinya variabel bebas (X) secara parsial

berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y)

thitung ≤ ttabel : maka H1ditolak, artinya variabel bebas (X) secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y)

Defenisi dan Batasan Operasional

Defenisi

1. Beras adalah salah satu kelompok padi-padian yang mengandung kalori

(36)

2. Tingkat konsumsi beras adalah jumlah kebutuhan beras rumah tangga

yang dihitung dengan satuan kg dalam satu hari.

3. Pola konsumsi beras adalah susunan makan beras atau nasi yang

dikonsumsi seseorang dalam satu hari.

4. Faktor sosial ekonomi adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pola

konsumsi dan tingkat konsumsi beras masyarakat.

5. Tingkat pendapatan (X1) adalah selisih antara total penerimaan dengan

total biaya yang dikeluarkan dihitung dalam jumlah rupiah.

6. Jumlah anggota keluarga (X2) adalah banyaknya anggota keluarga yang

terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak yang dihitung dalam jiwa.

7. Tingkat pendidikan (X3) adalahtingkat pendidikan formal yang pernah

dijalani responden yang dihitung berdasarkan tingkat pendidikan SD,

SMP, SMA, Perguruan Tinggi (Diploma atau Sarjana) dihitung dalam

tahun.

8. Umur (X4) adalah usia ibu rumah tangga yang menjadi responden (tahun).

9. Harga beras (X5) adalah harga per kilogram beras yang dibayar ibu rumah

tangga atau kepala rumah tangga pada setiap pembelian beras dan

dinyatakan dalam bentuk rupiah.

10. Frekuensi Konsumsi Makanan Pengganti Beras (X6) adalah banyaknya

responden mengkonsumsi bahan makanan lain sebagai pengganti beras

misalnya roti, mie instan maupun makanan cepat saji lainnya.

11. Kawasan Atas adalah suatu kawasan tingkat yang ditandai dengan adanya

perumahan dengan halaman yang luas dan sarana prasarana publik yang

(37)

12. Kawasan Menengah adalah suatu kawasan yang ditandai dengan

perumahan dengan halaman yang lumayan luas dan masyarakatnya pada

umumnya bermatapencaharian sebagai karyawan dan wiraswasta.

13. Kawasan Bawah adalah suatu kawasan yang ditandai dengan adanya tipe

rumah yang tidak seragam, kecil dan berdesakan. Fasilitas jalan kurang

baik seperti jalan tidak beraspal dan tidak dapat dilalui kendaraan roda

empat karena merupakan gangyang sempit.

Batasan Operasional

1. Tempat penelitian adalah Perumahan Taman Setia Budi Indah (TASBI)

Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang, Kelurahan Padang

Bulan Kecamatan Medan Baru dan Kelurahan Tembung Kecamatan

Medan Tembung.

2. Sampel dalam penelitian ini adalah Ibu rumah tangga yang bertempat

tinggal di Perumahan Taman Setia Budi Indah (TASBI) Kelurahan

Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang, di Kelurahan Padang Bulan

Kecamatan Medan Baru dan di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan

Tembung.

(38)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Deskripsi Daerah Penelitian

Luas dan Letak Geografis

Penelitian dilakukan di Kota Medan yaitu di Perumahan Taman Setia Budi

Indah (TASBI) Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang, Kelurahan

Padang Bulan Kecamatan Medan Baru dan Kelurahan Tembung Kecamatan

Medan Tembung. Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara,

Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera.

Perumahan Taman Setia Budi Indah (TASBI) Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Selayang

Kelurahan Tanjung Sari mempunyai luas wilayah 520 ha/m2 dengan

jumlah penduduk 37.420 jiwa. Kelurahan Tanjung Sari berjarak 3 Km dari Ibu

Kota Kecamatan dengan waktu tempuh 15 menit dan berjarak 8 Km ke Ibu Kota

Provinsi dengan waktu tempuh ± 50 menit.

Secara admistratif, Kelurahan Tanjung Sari memiliki batas-batas wilayah

sebagai berikut.

Sebelah utara : Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Selayang

Sebelah selatan :Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Selayang

Sebelah timur :Kelurahan Padang Bulan Selayang I - II Kecamatan Medan

Selayang

Sebelah barat : Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang

Kelurahan Tanjung Sari terdiri dari empat belas (XIV) lingkungan.

Lingkungan yang menjadi lokasi penelitian adalah lingkungan II dimana

(39)

Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

Kelurahan Padang Bulan mempunyai luas wilayah 168 ha/m2 dengan

jumlah penduduk 11.836 jiwa. Kelurahan Padang Bulan berjarak 1 Km dari Ibu

Kota Kecamatan dengan waktu tempuh 15 menit dan berjarak 8 Km ke Ibu Kota

Provinsi dengan waktu tempuh ± 50 menit.

Secara admistratif, Kelurahan Padang Bulan memiliki batas-batas wilayah

sebagai berikut.

Sebelah utara : Kelurahan Merdeka Kecamatan Medan Baru

Sebelah selatan : Kelurahan Titi Rantai Kecamatan Medan Baru

Sebelah timur : Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia

Sebelah barat : Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan

Selayang

Kelurahan Padang Bulan terdiri dari dua belas (XII) lingkungan.

Lingkungan yang menjadi lokasi penelitian adalah lingkungan XII dimana pada

lingkungan XII lebih banyak jumlah rumah tangganya dibandingkan dengan

jumlah rumah tangga di lingkungan lainnya.

Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung

Kelurahan Tembung mempunyai luas wilayah 64 ha/m2 dengan jumlah

penduduk 13.715 jiwa. Jarak Kelurahan Tembung berjarak ±2 Km dari Ibu Kota

Kecamatan dengan waktu tempuh 30 menit dan berjarak 7 Km ke Ibu Kota

Provinsi dengan waktu tempuh ± 1800 menit.

Secara admistratif, Kelurahan Tembung memiliki batas-batas wilayah

sebagai berikut.

Sebelah utara : Kelurahan Medan Estate Kecamatan Percut Sei Tuan

(40)

Sebelah timur : Kelurahan Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan

Sebelah barat : Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung

Kelurahan Tembung terdiri dari enam (VI) lingkungan. Lingkungan yang

menjadi lokasi penelitian adalah lingkungan III dimana pada lingkungan III lebih

banyak jumlah rumah tangganya dibandingkan dengan jumlah rumah tangga di

lingkungan lainnya.

Keadaan Penduduk

Perumahan Taman Setia Budi Indah (TASBI) Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Selayang

Penduduk yang ada di daerah penelitian ini terdiri dari atas etnis aceh,

batak, nias, melayu, minang, sunda, jawa dan china. Jumlah penduduk di daerah

penelitian berjumlah 32.919 jiwa dengan jumlah laki-laki 16.353 jiwa dan jumlah

perempuan 16.566 jiwa. Jumlah rumah tangga 9631 kepala rumah tangga (KK)

dan kepadatan penduduk 6.455 per km2. Jumlah dan distribusi penduduk di

Kelurahan Padang Bulan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Tanjung Sari Tfdahun 2011

No Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Sumber : Kantor Kelurahan Tanjung Sari, 2012

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk Kelurahan

Tanjung Sari berada pada usia produktif (15-60 tahun) yaitu sebanyak 65,62 %.

(41)

banyak. Selebihnya pada usia muda (0-14 tahun) sebanyak 27,79 % dan pada usia

lanjut (>60 tahun) sebanyak 6,59 %.

Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

Penduduk yang ada di daerah penelitian terdiri dari atas etnis aceh, batak,

nias, melayu, minang, sunda, jawa, asia dan china. Jumlah penduduk di daerah

penelitian berjumlah 11.836 jiwa dengan jumlah laki-laki 5012 jiwa dan jumlah

perempuan 6824 jiwa. Jumlah rumah tangga 7068 kepala rumah tangga (KK) dan

kepadatan penduduk 79 per km. Jumlah dan distribusi penduduk di Kelurahan

Padang Bulan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2011

No Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan, 2012

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk Kelurahan

Padang Bulan berada pada usia produktif (15-60 tahun) yaitu sebanyak 66,32 %.

Hal ini menggambarkan bahwa ketersediaan tenaga kerja pada daerah ini cukup

banyak. Selebihnya pada usia muda (0-14 tahun) sebanyak 11,74 % dan pada usia

lanjut (>60 tahun) sebanyak 21,94 %.

Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung

Penduduk yang ada di daerah penelitian terdiri dari atas etnis aceh, batak,

nias, melayu, minang dan jawa. Jumlah penduduk di daerah penelitian berjumlah

13.715 jiwa dengan jumlah laki-laki 6820 jiwa dan jumlah perempuan 6895 jiwa.

(42)

201 per km. Jumlah dan distribusi penduduk di Kelurahan Tembung dapat dilihat

pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Tembung Tahun 2011

No Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 0 - 14 2528 18,43

2 15 – 29 2922 21,31

3 30 – 44 2956 21,55

4 45 – 60 2748 20,04

5 > 60 2561 18,67

Jumlah 13715 100

Sumber : Kantor Kelurahan Tembung, 2012

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk Kelurahan

Tembung berada pada usia produktif (15-60 tahun) yaitu sebanyak 62,90 %. Hal

ini menggambarkan bahwa ketersediaan tenaga kerja pada daerah ini cukup

banyak. Selebihnya pada usia muda (0-14 tahun) sebanyak 18,43 % dan pada usia

lanjut (>60 tahun) sebanyak 18,67 %.

Perekonomian Desa

Perumahan Taman Setia Budi Indah (TASBI) Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Selayang

Kebanyakan penduduk Kelurahan Tanjung Sari bermatapencaharian

sebagai pegawai swasta dan pedagang. Selain itu sebagian bematapencaharian

sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pengrajin industri rumah tangga, ABRI,

Pensiunan PNS/TNI/POLRI, Dokter, Bidan, Buruh, Petani, Montir, Peternak,

Pengusaha dan Pembantu Rumah Tangga. Sebagai gambaran, keadaan penduduk

(43)

Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Tanjung Sari Tahun 2011

No Jenis Pekerjaan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Pegawai Negeri Sipil 651 16,47

2 Pegawai Swasta 2026 51,27

3 Pengrajin Industri Rumah Tangga 77 1,95

4 ABRI 79 1,99

5 Pengusaha 88 2,23

6 Pedagang 474 11,99

7 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 114 2,88

8 Dokter 8 0,21

9 Bidan 18 0,46

10 Peternak 66 1,67

11 Buruh 105 2,66

12 Petani 148 3,74

13 Montir 53 1,34

14 Pembantu Rumah Tangga 45 1,14

Jumlah 3952 100

Sumber : Kantor Kelurahan Tanjung Sari, 2012

Dari Tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa lebih banyak penduduk Kelurahan

Tanjung Sari yang bermatapencaharian sebagai Pegawai Swasta yaitu sebanyak

2026 jiwa (51,27 %). Persentase pekerjaan terkecil adalah Dokter yaitu sebanyak

8 jiwa (0,21 %).

Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

Kebanyakan penduduk Kelurahan Padang Bulan bermatapencaharian sebagai

pengusaha kecil dan menengah. Selain itu sebagian bematapencaharian sebagai

Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pengrajin industru rumah tangga, pedagang keliling,

montir, dokter swasta, perawat swasta, pembantu rumah tangga, pensiunan

PNS/TNI/POLRI, jasa pengobatan alternatif, dosen swasta, pengusaha besar,

arsitektur, karyawan perusahaan swasta dan karyawan perusahaan besar. Sebagai

gambaran, keadaan penduduk dan struktur ekonominya dapat dilihat pada Tabel 8

(44)

Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2011

No Jenis Pekerjaan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Pegawai Negeri Sipil 1500 16,69

2 Pengrajin industri rumah tangga 40 0,43

3 Pedagang keliling 142 1,57

4 Montir 5 0,05

5 Dokter swasta 4 0,04

6 Bidan swasta 45 0,48

7 Perawat swasta 60 0,64

8 Pembantu rumah tangga 30 0,31

9 POLRI 25 0,25

10 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 178 1,96

11 Pengusaha kecil dan menengah 3430 38,19

12 Jasa pengobatan alternatif 2 0,02

13 Dosen swasta 1451 16,14

14 Pengusaha besar 4 0,42

15 Arsitektur 42 0,45

16 Karyawan perusahaan swasta 1620 18,01

17 Karyawan perusahaan pemerintah 400 4,35

Jumlah 8978 100

Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan, 2012

Dari Tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa lebih banyak penduduk Kelurahan

Padang Bulan yang bermatapencaharian sebagai pengusaha kecil dan menengah

yaitu sebanyak 3430 jiwa (38,19 %). Pengusaha kecil dan menengah maksudnya

ada yang berdagang, usaha warnet, usaha warung makan, usaha kos-kosan dan

sebagainya. Persentase pekerjaan terkecil adalah jasa pengobatan alternatif yaitu

sebanyak 2 jiwa (0,02 %).

Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung

Kebanyakan penduduk Kelurahan Tembung bermatapencaharian sebagai

buruh. Selain itu sebagian bematapencaharian sebagai Pegawai Negeri Sipil

(PNS), TNI, POLRI, pegawai, pekerja swasta, petani, guru, dokter, bidan, tukang

(45)

gambaran, keadaan penduduk dan struktur ekonominya dapat dilihat pada Tabel 9

dibawah ini.

Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Tembung Tahun 2011

No Jenis Pekerjaan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Pegawai Negeri Sipil 131 10,39

2 TNI 8 0,63

3 POLRI 18 1,43

4 Pengrajin Industri Rumah Tangga 17 1,35

5 Pedagang Keliling 91 7,22

6 Buruh 622 49,33

12 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 42 3,33

13 Karyawan Perusahaan swasta 223 17,68

14 Montir 40 3,17

Jumlah 1261 100

Sumber : Kantor Kelurahan Tembung, 2012

Dari Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa lebih banyak penduduk Kelurahan

Tembung yang bermatapencaharian sebagai buruh yaitu sebanyak 622 jiwa

(49,33 %). Buruh diartikan sebagai orang yang bekerja sebagai tukang kayu,

tukang batu, pekerja pabrik dan sebagainya. Persentase pekerjaan terkecil adalah

petani yaitu sebanyak 3 jiwa (0,24 %).

Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Perumahan Taman Setia Budi Indah (TASBI) Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Selayang

Keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan formal di daerah

(46)

Tabel 10. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Tanjung Sari Tahun 2011

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Belum sekolah dan tidak tamat SD 8442 25,64

2 Tamat SD / Sederajat 4058 12,33

3 Tamat SMP 4102 12,46

4 Tamat SMA 9864 29,96

5 Tamat Akademi / D1-D3 2070 6,29

6 Tamat Perguruan Tinggi 4383 13,32

Jumlah 32919 100

Sumber: Kantor Kelurahan Tanjung Sari, 2012

Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa penduduk di daerah penelitian

dengan tingkat SMA sebanyak 9864 jiwa (29,96 %), kemudian tamatan akademi

sebanyak 2070 jiwa (6,29 % dan tamatan perguruan tinggi sebanyak 4383 jiwa

(13,32%). Dari segi pendidikan dapat dikatakan wawasan penduduk di daerah

penelitian cukup luas.

Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

Keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan formal di daerah

penelitian dapat dilihat pada Tabel 11 dibawah ini.

Tabel 11. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2011

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1

Belum dan masih sekolah serta tidak

tamat SD 1608 13,58

2 Tamat SD / Sederajat 12 0,11

3 Tamat SMP 876 7,41

4 Tamat SMA 2700 22,81

5 Tamat Akademi / D1-D3 2730 23,06

6 Tamat Perguruan Tinggi 3910 33,03

Jumlah 11836 100

Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan, 2012

Dari Tabel 11 dapat diketahui bahwa penduduk di daerah penelitian

dengan tingkat SMA sebanyak 2700 jiwa (22,81 %), kemudian tamatan akademi

(47)

(33,03%). Dari segi pendidikan dapat dikatakan wawasan penduduk di daerah

penelitian cukup luas.

Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung

Keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan formal di daerah

penelitian dapat dilihat pada Tabel 12 dibawah ini.

Tabel 12. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Tembung Tahun 2011

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1

Belum dan masih sekolah serta tidak

tamat SD 2810 20,49

2 Tamat SD / Sederajat 1902 13,87

3 Tamat SMP 2148 15,66

4 Tamat SMA 6406 46,71

5 Tamat Akademi / D1-D3 131 0,95

6 Tamat Perguruan Tinggi 318 2,32

Jumlah 13715 100

Sumber : Kantor Kelurahan Tembung, 2012

Dari Tabel 12 dapat diketahui bahwa penduduk di daerah penelitian

dengan tingkat SMA sebanyak 6406 jiwa (46,71 %), kemudian yang belum atau

masih sekolah dan tidak tamat SD sebesar 2810 jiwa (20,49%). Dari segi

pendidikan dapat dikatakan wawasan penduduk di daerah penelitian kurang luas.

6.1. Karakteristik Sampel / Responden

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja di

luar rumah. Sehingga kegiatan sehari – harinya hanya sebagai ibu rumah tangga

dengan pertimbangan bahwa ibu rumah tangga memiliki peranan besar dalam

pengambilan keputusan produk yang akan dibeli oleh sebuah rumah tangga

khususnya produk yang akan dikonsumsi oleh semua anggota rumah tangga.

Karakteristik meliputi tingkat pendapatan keluarga, jumlah tanggungan keluarga,

(48)

Responden Rumah Tangga Kawasan / Kelas Atas

Tabel 13. Karakteristik Responden Responden Rumah Tangga Kawasan / Kelas Atas

No Uraian Satuan Rataan Range

1 Tingkat Pendapatan Keluarga

Rp 5.933.333,333 5.000.000 - 8.000.000

2 Jumlah Tanggungan Keluarga

Jiwa 4,066666667 2 – 6

3 Tingkat Pendidikan Tahun 14,2 12 – 17

4 Umur Tahun 42,533 29 – 62

Sumber : Lampiran 1

Tabel 13 diatas menunjukkan bahwa tingkat pendapatan keluarga rata-rata

Rp5.933.333,333 dengan range Rp 5.000.000-Rp 8.000.000. Hal ini menujukkan

bahwa pendapatan keluarga responden di Kelas Atas tergolong tinggi.

Jumlah tanggungan keluarga responden rata-rata 4,066666667 dengan

range 2-6 jiwa. Rataan ini menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga setiap

responden di daerah penelitian masih stabil. Dimana anggota keluarga Kelas Atas

rata-rata terdiri dari keluarga inti dan pembantu yang tinggal bersama.

Tingkat pendidikan rata-rata responden adalah 14,2 tahun dengan range

12-17 tahun artinya tingkat pendidikan responden di daerah penelitian tinggi

yakni antara SMA sampai S1.

Umur rata-rata responden adalah 42,533 tahun dengan range 29-62 tahun

(49)

Responden Rumah Tangga Kawasan / Kelas Menengah

Tabel 14. Karakteristik Responden Responden Rumah Tangga Kawasan / Kelas Menengah

No Uraian Satuan Rataan Range

1 Tingkat Pendapatan Keluarga

Rp 3.246.666,667 2.000.000 – 4.500.000

2 Jumlah Tanggungan Keluarga

Jiwa 3,933333333 2 – 6

3 Tingkat Pendidikan Tahun 11,86666667 6 – 17

4 Umur Tahun 43,2 30 – 65

Sumber : Lampiran 1

Tabel 14 diatas menunjukkan bahwa tingkat pendapatan keluarga rata-rata

Rp3.246.666,667dengan range Rp 2.200.000-Rp 4.500.000. Hal ini menujukkan

bahwa pendapatan keluarga responden di Kelas Menengah tergolong cukup

tinggi.

Jumlah tanggungan keluarga responden rata-rata 3,933333333 dengan

range 2-6 jiwa. Rataan ini menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga setiap

responden di daerah penelitian masih stabil.

Tingkat pendidikan rata-rata responden adalah 11,86666667 tahun dengan

range 6-17 tahun artinya tingkat pendidikan responden di daerah penelitian cukup

tinggi yakni antara SMA sampai S1.

Umur rata-rata responden adalah 43,2 tahun dengan range 30-65 tahun

(50)

Responden Rumah Tangga Kawasan / Kelas Bawah

Tabel 15. Karakteristik Responden Responden Rumah Tangga Kawasan / Kelas Bawah

No Uraian Satuan Rataan Range

1 Tingkat Pendapatan Keluarga

Rp 1.406.666,6667 750.000 - 2.000.000

2 Jumlah Tanggungan Keluarga

Jiwa 3,466666667 2 – 6

3 Tingkat Pendidikan Tahun 9,2 6 – 12

4 Umur Tahun 43,2 22 – 60

Sumber : Lampiran 1

Tabel 15 diatas menunjukkan bahwa tingkat pendapatan keluarga rata-rata

Rp 1.406.666,6667 dengan range Rp 750.000-Rp 2.000.000. Hal ini menujukkan

bahwa pendapatan keluarga responden di Kelas Bawah tergolong rendah karena

pendapatan yang diperoleh kepala rumah tangga tidak menentu dan sebagian

besar bersifat harian dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 20.000 sampai

dengan Rp 50.000 per hari.

Jumlah tanggungan keluarga responden rata-rata 3,466666667 dengan

range 2-6 jiwa. Rataan ini menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga setiap

responden di daerah penelitian masih stabil.

Tingkat pendidikan rata-rata responden adalah 9,2 tahun dengan range

6-12 tahun artinya tingkat pendidikan responden di daerah penelitian masih rendah

yakni antara SD sampai SMA.

Umur rata-rata responden adalah 43,2 tahun dengan range 22-60 tahun

(51)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Konsumsi Beras Responden

Tingkat konsumsi beras responden dianalisis secara deskriptif dengan

menggunakan metode tabulasi. Metode ini difokuskan untuk menjelaskan tingkat

konsumsi beras berdasarkan tingkat pendapatan, jumlah anggota keluarga, tingkat

pendidikan, umur, harga beras dan frekuensi konsumsi makanan pengganti beras

dimana satu sampel dari masing-masing Kawasan/Kelas dapat mewakili sampel

yang lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 16 dibawah ini.

Tabel 16. Kriteria untuk Menjelaskan Tingkat Konsumsi Beras Responden Bedasarkan Kawasan/Kelas

Kriteria Kawasan / Kelas

Atas Menengah Bawah

Tingkat Pendapatan Keluarga (Rp) 5933333,333 3246666,667 1406666,667

Jumlah Tanggungan Keluarga (Jiwa) 4,066666667 3,933333333 3,466666667 Tingkat Pendidikan (Tahun) 14,2 11,86666667 9,2

Umur (Tahun) 42,5333333 43,2 43,2

Harga Beras (Rp/Kg) 15183,3333 10645,3333 9366,66667

Jumlah Konsumsi Beras Perbulan (Kg) 40,2 50,4 53 Jumlah Sediaan Beras Minimun (Kg) 5,666666667 4,133333333 1,333333333

Sumber: Diolah dari Lampiran 4

Dari 16 Tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah konsumsi beras rumah

tangga di Kelas Atas paling sedikit jumlahnya jika dibandingkan dengan jumlah

konsumsi beras rumah tangga di Kelas Menengah dan Kelas Bawah. Masyarakat

Kelas Atas rata-rata mengkonsumsi beras 40,2 Kg perbulannya. Hal ini

disebabkan karena masyarakat Kelas Atas lebih senang mengkonsumsi bahan

makanan lain selain beras misalnya roti, sereal ataupun makanan cepat saji

lainnya selain itu anggota keluarga lainnya pun jarang mengkonsumsi beras setiap

(52)

masyarakat Kelas Menengah rata-rata mengkonsumsi beras 50,4 Kg perbulannya.

Mereka lebih sering makan dirumah karena selain menghemat biaya juga karena

alasan makanan di rumah lebih terjamin keamanannya. Untuk masyarakat Kelas

Bawah rata-rata mengkonsumsi beras 53 Kg perbulannya. Jumlah yang

dikonsumsi masyarakat Kelas Bawah lebih banyak jika dibandingkan dengan

masyarakat Kelas Atas dan Menengah. Hal ini karena mereka memang tidak

mempunyai uang yang cukup untuk membeli makanan diluar sehingga mereka

mewajibkan setiap anggota keluarganya untuk makan dirumah.

Untuk masyarakat Kelas Atas dengan rata-rata tingkat pendapatan

keluarga Rp 5.933.333,333/bulan, mereka mengkonsumsi 40,2 Kg beras

perbulannya dengan rata-rata jumlah tanggungan keluarga 4,066666667 jiwa.

Berarti 1 orang anggota keluarga mengkonsumsi 9,885246 kg beras /bulannya.

Untuk masyarakat Kelas Menengah dengan rata-rata tingkat pendapatan keluarga

Rp 3.246.666,667/bulan, mereka mengkonsumsi 50,4 Kg beras perbulannya

dengan rata-rata jumlah tanggungan keluarga 3,933333333 jiwa. Berarti 1 orang

anggota keluarga mengkonsumsi 12,81356 kg beras /bulannya. Untuk masyarakat

Kelas Bawah dengan rata-rata tingkat pendapatan keluarga Rp

1.406.666,667/bulan, mereka mengkonsumsi 53 Kg beras perbulannya dengan

rata-rata jumlah tanggungan keluarga 3,466666667 jiwa. Berarti 1 orang anggota

keluarga mengkonsumsi 15,28846 kg beras /bulannya.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan beras di

masyarakat Kelas Bawah lebih besar jika dibandingkan dengan kebutuhan beras

(53)

Pola Konsumsi Beras Responden

Pada umumnya masyarakat mengkonsumsi beras (nasi) sebanyak satu (1)

sampai tiga (3) kali dalam sehari. Untuk lebih jelas mengenai gambaran pola

konsumsi beras responden di Kota Medan dalam sehari-hari dapat dilihat pada

Tabel-Tabel berikut ini.

Tabel 17. Pola Konsumsi Responden Waktu Sarapan

No Pola Konsumsi

Kelas Atas Kelas Menengah Kelas Bawah Jlh

Sumber : Diolah dari Lampiran 6a

Dari Tabel 17 dapat diketahui bahwa pola konsumsi responden untuk

setiap lapisan masyarakat berbeda-beda setiap harinya. Pada masyarakat Kelas

Atas, responden lebih banyak mengkonsumsi Roti + Susu / Teh Manis sebagai

Gambar

Tabel 1. Tingkat Konsumsi Pangan Sumatera Utara untuk Kelompok Padi-Padian 2008. 2009, 2010 dan Konsumsi Pangan Harapan 2015 Kelompok Konsumsi Konsumsi Konsumsi Konsumsi
gambar di bawah ini.
Tabel 2. Kelurahan yang berada di Kecamatan Medan Selayang, Kecamatan Medan Baru dan Kecamatan Medan Tembung 2011 No Kecamatan Medan Kecamatan Medan Kecamatan Medan
Tabel 3. Jumlah Sampel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Analisis sistem adalah penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem baru atau diperbarui..  Langkah – langkah dalam tahap analisis yaitu

KARAKTERISTIK PASIEN MULTI DRUG RESISTANT TUBERCULOSIS YANG MENGALAMI SIMPTOM DEPRESI DAN KECEMASAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN.. SYAHRIL RUSLI NIM

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran IPA menggunakan model inkuiri terbimbing yang layak (valid. Praktis, dan efektif) berbasis literasi sains

Pembelajaran yang terjadi masih monoton, penyampaian materi dalam pembelajaran masih menggunakan metode ceramah dengan bantuan media cetak, berupa buku pegangan guru dan

3 Pasal 49 ayat (3) UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Menyebutkan Dana Pendidikan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk satuan pendidikan

Website mengenai Bengkel ini dibuat dengan menggunakan PHP, MySQL, Dreamweaver, dan Flash Website ini dapat memberi informasi kepada masyarakat yang ingin mengetahui lebih jauh

Digunakan sebagai alat pembatas atau untuk menutupi permukaan kendaraan agar tidak terkena cat pada saat proses

Label B3 berbentuk persegi panjang dengan ukuran disesuaikan dengan kemasan yang digunakan, ukuran perbandingannya adalah panjang : lebar = 3:1, dengan warna dasar putih