• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksplorasi Tumbuhan Beracun Di Cagar Alam Martelu Purba Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Eksplorasi Tumbuhan Beracun Di Cagar Alam Martelu Purba Kabupaten Simalungun Sumatera Utara"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPLORASI TUMBUHAN BERACUN DI CAGAR ALAM

MARTELU PURBA KABUPATEN SIMALUNGUN

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh :

YOHANES SILITONGA 091201149/ MANAJEMEN HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan baik. Judul proposal penelitian ini adalah “Eksplorasi Tumbuhan Beracun di Cagar Alam Martelu Purba Kabupaten Simalungun Sumatera Utara”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu Yunus Afifuddin, S.Hut, M. Si dan Lamek Marpaung, M.P.hil,Ph.D yang telah membimbing serta memberi masukan kepada penulis, hingga penulisan proposal penelitian ini dapat diselesaikan.

Penulis berharap semoga proposal penelitian ini dapat disetujui dan secepatnya dapat dilakukan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, April 2015

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Eksplorasi Tumbuhan Beracun Di Cagar Alam Martelu Purba Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

Nama : Yohanes Silitonga

NIM : 091201149

Program Studi : Kehutanan

Jurusan : Manajemen Hutan

Disetujui oleh, Komisi Pembimbing :

Ketua, Anggota,

Yunus Afifuddin, S. Hut., M. Si. Lamek Marpaung, M.P.hil,Ph.D

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kehutanan

(4)

ABSTRACT

YOHANES SILITONGA. 091201149.Exploration of Poisonous Plants on Martelu Purba Nature Preserve of YUNUS AFIFUDDIN and LAMEK MARPAUNG.

This research about of poisonous plant in the Explorationof Poisonous Plants on Martelu Purba Nature Preserve doing analysis identification, secondary metabolit, and potential development of the aspect local knowledge with survey local knowledge. The second is aspect biodiversity with analysis of vegetation data collection. And the third is aspect phytochemical with detect the contain of secondary metabolit. The exploration of poisonous plant in Cagar Alam Dolok Tinggi Raja finded 16 kinds of toxic plants. The result of this research shows that five kinds of toxic plants which has a greater chance that cultivated as asource of biopesticide is Latong andosari (Alstonia scholaris L.R. Br), Birah (Alocasia arifolia Hallier. F), Langge (Homalonema propinqua Ridl), Hau palu-palu ni ogung (Canarium album Raeusch), Andor hutdali (Dioscorea sp.), Flacourtia rukam Zoll. & Mortizi, Lang-lang habungan (Coleus scutellariodes (I). Benth), Latong anduri (Litsea sp.), Baringtonia sp, Silambau (Clidemia hirta Bl), Rube (Ficus lowii King), Rube-rube (Ficus sinuata Thunb), Sitorhom (Eugenia sp.), Tomu ring-ring (Saurauia pendula Blume), Dosih (Rubus moluccanus eelkek), and Tabar-tabar (Costus speciosus Sm.).

(5)

ABSTRAK

YOHANES SILITONGA. 091201149. Eksplorasi Tumbuhan beracun di Cagar Alam Martelu Purba. Dibimbing oleh YUNUS AFIFUDDIN dan LAMEK MARPAUNG.

Penelitian tentang tumbuhan beracun di Cagar Alam Dolok Tinggi Raja yaitu analisis identifikasi, metabolit sekunder, dan potensi pengembangan jenis-jenis tumbuhan beracun. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ada 3 tahap. Pertama aspek pengetahuan lokal dengan survei pengetahuan lokal, kedua aspek keanekaragaman dengan pengumpulan data analisis vegetasi, ketiga aspek fitokimia dengan mendeteksi kandungan metabolit sekunder. Eksplorasi tumbuhan beracun telah dilakukan di Cagar Alam Martelu Purba mendapatkan enam belas jenis tumbuhan beracun yang memiliki peluang yang lebih besar di budidayakan sebagai sumber biopestisida yaitu adalah Latong andosari (Alstonia scholaris L.R. Br), Birah (Alocasia arifolia Hallier. F), Langge (Homalonema propinqua Ridl), Hau palu-palu ni ogung (Canarium album Raeusch), Andor hutdali (Dioscorea sp.), Flacourtia rukam Zoll. & Mortizi, Lang-lang habungan (Coleus scutellariodes (I). Benth), Latong anduri (Litsea sp.), Baringtonia sp, Silambau (Clidemia hirta Bl), Rube (Ficus lowii King), Rube-rube (Ficus sinuata

Thunb), Sitorhom (Eugenia sp.), Tomu ring-ring (Saurauia pendula Blume), Dosih (Rubus moluccanus eelkek), dan Tabar-tabar (Costus speciosus Sm.).

(6)

DAFTAR ISI

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Tumbuhan beracun ... 4

Komponen Senyawa Beracun dalam Tumbuhan ... 7

Cagar Alam ... 10

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 12

Alat dan Bahan Penelitian ... 12

Prosedur Penelitian... 12

Aspek Pengetahuan Lokal ... 12

Aspek Keanekaragaman ... 13

Aspek Fitokimia ... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Pengetahuan Lokal ... 21

Deskripsi Tumbuhan Beracun yang Ditemukan di Cagar Alam Martelu Purba……….. ... 22

Tingkat Keanekaragaman Tumbuhan Beracun di Cagar Alam Martelu Purba………. ... 49

Aktivitas Tanin dan Flavonoid……… .... 53

Aktivitas Terpen……….. ... 54

Aktivitas Alkaloid……….. ... 54

(7)
(8)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Hasil Analisis Vegetasi Tumbuhan Beracun (Tumbuhan Bawah) di Cagar Alam Martelu Purba ... 49 2. Hasil Analisis Vegetasi Tumbuhan Beracun (Pohon) di Cagar Alam

Martelu Purba ... 49 3. Data Hasil Uji Fitokimia Tumbuhan Beracun di Cagar Alam

(9)

DAFTAR GAMBAR

1. Desain Plot Tumbuhan Beracun Martelu Purba ... 13

2. Skema Pengujian Alkaloid ... 17

3. Skema Pengujian Triterpen-Steroid ... 18

4. Skema Pengujian Flavonoid ... 20

5. Alocasia arifolia Hallier. F.. ... 22

6. Alstonia scholaris L.R. Br. ... 23

7. Baringtonia sp ... 25

8. Canarium album (Lour.) Raeusch ... 27

9. Clidemia hirta B1 ... 28

10. Coleus scutellarioides (I). Benth ... 30

11. Costus speciosus Sm ... 32

12. Dioscorea sp. ... 33

13. Eugenia sp. ... 35

14. Ficus lowii Kin ... 37

15. Ficus sinuata Thunb ... 39

16. Flacourtia rukam Zoll. & Mortizi ... 41

17. Homalonema propinqua Ridl ... 43

18. Litsea sp ... 44

19. Rubus moluccanus (eelkek) ... 46

(10)

ABSTRACT

YOHANES SILITONGA. 091201149.Exploration of Poisonous Plants on Martelu Purba Nature Preserve of YUNUS AFIFUDDIN and LAMEK MARPAUNG.

This research about of poisonous plant in the Explorationof Poisonous Plants on Martelu Purba Nature Preserve doing analysis identification, secondary metabolit, and potential development of the aspect local knowledge with survey local knowledge. The second is aspect biodiversity with analysis of vegetation data collection. And the third is aspect phytochemical with detect the contain of secondary metabolit. The exploration of poisonous plant in Cagar Alam Dolok Tinggi Raja finded 16 kinds of toxic plants. The result of this research shows that five kinds of toxic plants which has a greater chance that cultivated as asource of biopesticide is Latong andosari (Alstonia scholaris L.R. Br), Birah (Alocasia arifolia Hallier. F), Langge (Homalonema propinqua Ridl), Hau palu-palu ni ogung (Canarium album Raeusch), Andor hutdali (Dioscorea sp.), Flacourtia rukam Zoll. & Mortizi, Lang-lang habungan (Coleus scutellariodes (I). Benth), Latong anduri (Litsea sp.), Baringtonia sp, Silambau (Clidemia hirta Bl), Rube (Ficus lowii King), Rube-rube (Ficus sinuata Thunb), Sitorhom (Eugenia sp.), Tomu ring-ring (Saurauia pendula Blume), Dosih (Rubus moluccanus eelkek), and Tabar-tabar (Costus speciosus Sm.).

(11)

ABSTRAK

YOHANES SILITONGA. 091201149. Eksplorasi Tumbuhan beracun di Cagar Alam Martelu Purba. Dibimbing oleh YUNUS AFIFUDDIN dan LAMEK MARPAUNG.

Penelitian tentang tumbuhan beracun di Cagar Alam Dolok Tinggi Raja yaitu analisis identifikasi, metabolit sekunder, dan potensi pengembangan jenis-jenis tumbuhan beracun. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ada 3 tahap. Pertama aspek pengetahuan lokal dengan survei pengetahuan lokal, kedua aspek keanekaragaman dengan pengumpulan data analisis vegetasi, ketiga aspek fitokimia dengan mendeteksi kandungan metabolit sekunder. Eksplorasi tumbuhan beracun telah dilakukan di Cagar Alam Martelu Purba mendapatkan enam belas jenis tumbuhan beracun yang memiliki peluang yang lebih besar di budidayakan sebagai sumber biopestisida yaitu adalah Latong andosari (Alstonia scholaris L.R. Br), Birah (Alocasia arifolia Hallier. F), Langge (Homalonema propinqua Ridl), Hau palu-palu ni ogung (Canarium album Raeusch), Andor hutdali (Dioscorea sp.), Flacourtia rukam Zoll. & Mortizi, Lang-lang habungan (Coleus scutellariodes (I). Benth), Latong anduri (Litsea sp.), Baringtonia sp, Silambau (Clidemia hirta Bl), Rube (Ficus lowii King), Rube-rube (Ficus sinuata

Thunb), Sitorhom (Eugenia sp.), Tomu ring-ring (Saurauia pendula Blume), Dosih (Rubus moluccanus eelkek), dan Tabar-tabar (Costus speciosus Sm.).

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kekayaan alam hayati yang dimiliki Indonesia sangat berlimpah dan beraneka ragam, sehingga disebut negara mega-biodiversity. Pulau Sumatera memiliki lebih dari 10.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi yang umumnya hidup di hutan dataran rendah. Keberadaan tumbuhan tersebut ada yang bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kepentingan hidup, seperti obat-obatan, kosmetika, bahan pestisida, bahan fungisida dan pangan/buah dengan tetap memperhatikan aspek kelestariannya (Whitten, 1997).

Berbagai manfaat keberadaan tumbuhan tersebut menjadi peluang melakukan penelitian, salah satunya terkait biopestisida. Biopestisida merupakan pestisida yang menggunakan bahan alami atau kandungan senyawa kimia dari tumbuhan yang bersifat racun terhadap suatu jenis hama. Tumbuhan mengandung sejumlah besar zat kimia yang aktif secara biologis. Beberapa zat pada tumbuhan dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit yang menimpa ternak maupun manusia (contohnya digitoksin, kolsisin dan atropin). Kehadiran zat kimia tertentu dalam tanaman dipercaya untuk memberi beberapa tingkat perlindungan dari predator tanaman seperti serangga dan ruminan.

Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan Cagar Alam Martelu Purba pada umumnya bekerja sebagai petani. Kecenderungan petani saat ini menggunakan pestisida kimia dalam pengendalian hama di lahan pertanian mereka. Keadaan ini cukup membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsi hasil pertanian tersebut dan juga mencemari lingkungan. Untuk itu perlu dicari alternatif lain

(13)

seperti penggunaan biopestisida yang lebih aman bagi kesehatan manusia. Namun sebelumnya perlu identifikasi jenis tumbuhan dari Cagar Alam Martelu Purba yang memiliki senyawa kimia yang bersifat racun terhadap suatu jenis hama.

Cagar Alam Martelu Purba merupakan Kawasan Cagar Alam yang termuda di Propinsi Sumatera Utara. Status kawasan ini sebelumnya adalah Kawasan Hutan Lindung Martelu Purba, yang pertama kali diatur dalam ZB tanggal 8 Juli 1916 dan kemudian dikukuhkan dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 9232/Kpts/Um/1982 tanggal 27 Desember 1982. Akhirnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 471/Kpts-II/1993 tanggal 2 September 1993, statusnya dialihfungsikan menjadi kawasan Cagar Alam Martelu Purba dengan Luas sekitar 195 Ha. Keanekaragaman tumbuhan di hutan Cagar Alam Martelu Purba sangat melimpah. Mulai dari tumbuhan tingkat bawah atau jenis semak hingga jenis pohon sangat beranekaragam tumbuh di kawasan hutan tersebut.

(14)

Keanekaragaman tumbuhan di hutan Cagar Alam Martelu Purba yang melimpah serta perlunya mencari tumbuhan yang dapat digunakan sebagai biopestisida menjadi dasar penulis melakukan eksplorasi tumbuhan beracun yang terdapat di hutan Cagar Alam Martelu Purba agar nantinya dapat dihindari bahaya racunnya atau mungkin dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilaksanakan di Cagar Alam Martelu Purba ini antara lain:

1.Identifikasi jenis-jenis tumbuhan beracun.

2.Analisis metabolit sekunder dari jenis-jenis tumbuhan beracun tersebut.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah observasi awal untuk memberi informasi mengenai jenis-jenis tumbuhan beracun yang terdapat di Cagar Alam ini serta menjawab kekurangan pengetahuan tentang bermacam-macam racun yang dapat dijadikan referensi bagi yang berkepentingan khususnya masyarakat serta dapat dijadikan petunjuk praktis untuk lebih berhati-hati dalam pemanfaatan tumbuhan beracun.

(15)

Tumbuhan beracun

Indonesia tercatat mempunyai lebih dari 50 famili tumbuhan penghasil racun, sedang sekitar 250 famili lainnya belum diketahui kandungan bahan racunnya. Berdasarkan hasil penelitian sebagian tumbuhan tersebut, interaksi antara tumbuhan dan serangga yang terjadi telah menyebabkan sejumlah senyawa kimia metabolit sekunder tumbuhan mempengaruhi perilaku, perkembangan dan fisiologis serangga. Dengan strategi penggunaan yang tepat, metabolit sekunder ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengendali hama tertentu. Peranan tumbuhan dalam perkembangan pengobatan tradisi telah diakui selain daripada peranannya seperti sumber makanan, perhiasan, obat dan sebagainya (Hamid dan Nuryani, 1992) .

Menurut Foray (1954) beliau mentafsirkan tumbuhan beracun sebagai tumbuhan yang menyebabkan kesehatan normal terganggu apabila bahagian-bahagian tertentu darinya digunakan oleh manusia atau hewan yang dapat menerima dampaknya. Kingsburg (1967) pernah meneliti lebih kurang 700 spesies tumbuhan yang beracun dan masih banyak lagi yang belum diketahui. Tumbuhan yang digolongkan ke dalam tumbuhan beracun terdiri daripada kumpulan rumpair, kulat, paku-pakis dan tumbuhan tinggi (Syahputra, 2001).

Tumbuhan-tumbuhan yang ada di alam sangat banyak jenisnya. Dari berbagai jenis tumbuhan tersebut ada sebagian besarnya dimanfaatkan oleh manusia. Namun ada beberapa yang jarang bahkan tidak dimanfaatkan oleh manusia karena berbahaya terutama bagi kesehatan manusia. Mungkin saja tanaman yang dibeli ataupun didapat dari teman-teman merupakan tanaman yang beracun. Keracunan yang ditimbulkan oleh tanaman-tanaman ini, umumnya

(16)

belum ada penawar. Jadi sebaiknya diusahakan jangan sampai terpapar racun tumbuhan-tumbuhan tersebut (Seran, 2011).

Beberapa ciri tumbuhan beracun sebagai berikut (Ardianto, 2013). 1. Memiliki duri tajam hampir di semua bagian.

2. Memiliki rambut atau bulu yang sangat lebat di bagian daun atau batang.

3. Memiliki getah yang pahit.

4. Memiliki bunga atau buah berwarna kuat atau gelap. 5. Beraroma tidak enak atau menyengat dan berasa pahit 6. Daun terlihat utuh, tidak ada bekas-bekas serangan serangga.

Racun atau anti nutrisi umumnya diperoleh dari hasil metabolisme sekunder tanaman. Hasil metabolisme sekunder dibagi dua berdasarkan berat molekulnya yaitu berat molekul kurang dari 100 dengan contoh pigmen pinol, antosin, alkohol, asam alifatik, sterol, terpen, lilin fosfatida, inositol, asam-asam hidroksi aromatik, glikosida, fenol, alkaloid, ester dan eter. Metabolisme sekunder lainnya adalah yang berat molekulnya tinggi yaitu selulosa, pektin, gum, resin, karet, tannin dan lignin. Tanaman yang mengandung metabolit sekunder umumnya mengeluarkannya dengan cara pencucian air hujan (daun dan kulit), penguapan dari daun (contoh kamfer), ekskresi aksudat pada akar (contoh alang-alang) dan dekomposisi pada bagian tanaman itu sendiri (Widodo, 2005).

(17)

yang berbeda dari spesies tanaman yang sama juga mempengaruhi kadar racun dan nutrient yang dikandungnya (Samsudin,2008).

Racun merupakan salah satu senjata pembunuh makhluk hidup yang sudah sangat tua, setua kehidupan manusia. Racun yang menjadi favorit untuk melenyapkan nyawa seseorang karena mempunyai beberapa kelebihan seperti hampir tidak meninggalkan jejak pembunuhan, mudah diperoleh, mudah digunakan, dan sangat efektif. Disamping berfungsi sebagai agen maut, racun apabila diberikan pada dosis yang tepat dapat berfungsi sebagai obat ataupun kegiatan yang menunjang lainnya. Disamping pengobatan, sebagian racun dapat digunakan sebagai kegiatan penunjang hidup manusia (Widodo,2005).

Tanaman mengandung sejumlah besar zat kimia yang aktif secara biologis. Zat-zat pada tanaman dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit yang menimpa ternak maupun manusia (contohnya adalah digitoksin, kolcisin dan

atropin). Widodo (2005) menyatakan bahwa zat kimia tertentu yang ada dalam tanaman dipercaya untuk memberi beberapa tingkat perlindungan dari predator

tanaman seperti serangga dan ruminan.

(18)

Konsumen I (herbivora) adalah obyek lain selain manusia yang lebih berpotensi terserang racun alami. Obyek lain ini akan menjadi perhatian dalam kehidupan bermasyarakat kalau mereka adalah ternak atau peliharaan milik manusia karena pasti akan diupayakan agar ternak itu tidak terkena racun. Tumbuhan beracun pun secara umum jadi dihindari, dikhawatirkan dan dinilai memiliki sifat tidak menyenangkan oleh masyarakat (Rejesus, 1986).

Grainge dan Ahmed (1988) menyatakan bahwa tanaman yang mengandung metabolit sekunder umumnya mengeluarkan zat-zat hasil metabolisme sekunder dengan cara pencucian air hujan (contohnya pada daun dan kulit tanaman), penguapan dari daun (contohnya kamfer), ekskresi eksudat pada akar (contohnya alang-alang) dan dekomposisi bagian tanaman itu sendiri (jatuh ke tanah dan membusuk).

Komponen Senyawa Beracun dalam Tumbuhan

(19)

1. Alkaloid

Kandungan alkaloid dalam setiap tumbuhan 5-10% dan efek yang ditimbulkan hanya dalam dosis kecil. Kadar alkaloid pada tumbuhan berbeda-beda sesuai kondisi lingkungannya dan alkaloid umunya tersebar di seluruh bagian tumbuhan. Gejala yang ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi alkaloid adalah pupil yang membesar, kulit terasa panas dan memerah, jantung berdenyut kencang, penglihatan menjadi gelap dan menyebabkan susah buang air.

2. Glikosida

Glikosida adalah salah satu komponen yang dihasilkan melalui proses hidrolisis yang biasa dikenal dengan sebutan aglikon. Glikosida merupakan senyawa yang paling banyak terdapat dalam tumbuhan bahkan lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah alkaloid yang terkandung. Gejala yang ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi glikosida adalah iritasi pada mulut dan perut serta diare.

3. Asam oksalat

(20)

4. Resin

Resin dan resinoid termasuk ke dalam kelompok asam polycyclic, fenol, alkohol dan zat-zat netral lainnya yang mempunyai karakteristik fisis tertentu. Gejala yang ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi resin adalah iritasi langsung terhadap tubuh atau otot tubuh, gejala muntah-muntah, bengkak dan kulit melepuh.

5. Phytotixin

Phytotixin adalah protein kompleks terbesar yang dihasilkan oleh bagian kecil tumbuhan dan memiliki tingkat keracunan yang tinggi. Gejala yang ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi phytotoxin adalah iritasi hingga menyebabkan luka berdarah dan pembengkakan organ tubuh setelah terkontaminasi.

6. Tanin

Tanin adalah senyawa polifenol yang bersifat terhidrolisa dan kental. Senyawa ini telah dikembangkan oleh tanaman sebagai bentuk pertahanan terhadap serangan eksternal dari predator yang memiliki rasa sangat pahit atau kelat. Jika terkonsumsi lebih dari 100 mg bisa menghasilkan masalah pada saluran pencernaan seperti diare, sakit perut, urin bercampur darah, sakit kepala, kurang nafsu makan dan lain-lain.

7. Saponin

(21)

Saponin ketika dikonsumsi dalam jumlah yang lebih besar daripada yang diizinkan, senyawa ini menjadi tergolong beracun. Gejala yang ditimbulkan bagi manusia apabila saponin dikonsumsi secara berlebihan adalah dapat menyebabkan kerusakan pada mukosa pencernaan sehingga menderita muntah-muntah, sakit perut, perdarahan, pusing, maag dan begitu terkontaminasi ke sistem peredaran darah, senyawa ini dapat merusak ginjal dan hati serta mempengaruhi sistem saraf bahkan dapat menghasilkan serangan jantung.

8. Polipeptida dan asam amino

Polipeptida dan asam amino hanya sebagian kecil yang bersifat racun. Gejala yang ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi polipeptida (hypoglycin) adalah akan menyebabkan reaksi hypoglycemic.

Cagar Alam

Cagar alam adalah suatu kawasan alamnya mempunyai kekhas secar maka kegiatan wisata atau kegiatan lain yang bersifat komersial, tidak boleh dilakukan di dalam area cagar alam. Sebagaimana kawasan konservasi lainnya, untuk memasuki cagar alam diperlukan SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi). SIMAKSI bisa diperoleh di kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat.

(22)

tanggal 8 Juli 1916 dan kemudian dikukuhkan dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 9232/Kpts/Um/1982 tanggal 27 Desember 1982. Akhirnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 471/Kpts-II/1993 tanggal 2 September 1993, statusnya dialihfungsikan menjadi kawasan Cagar Alam Martelu Purba dengan Luas sekitar 195 Ha. Kawasan ini secara administratif pemerintahan terletak di Desa Tiga Runggu Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun. Lokasi dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Waktu tempuh sekitar 4 jam dengan route perjalanan dari Medan menuju Pematang Siantar dan berakhir di Desa Tiga Runggu sejauh lebih kurang 140 Km.

Karakteristik penentuan suatu kawasan sebagai kawasan cagar alam antara lain sebagai berikut.

1. Memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan serta ekosistem. 2. Mewakili formasi biota tertentu dan atau unit – unit penyusunnya.

3. Memiliki kondisi alam yang masih alami dan belum terganggu oleh manusia.

4. Memiliki ciri khas potensi sehingga dapat menjadi contoh ekosistem yang keberadaannya memerlukan upaya konservasi.

5. Memiliki komunitas tumbuhan beserta ekosistem yang langka atau yang keberadaannya hampir punah.

(23)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2014. Pengambilan sampel di kawasan Cagar Alam Martelu Purba, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Identifikasi jenis tumbuhan beracun dilaksanakan di Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : alat tulis, beaker glass, gelas ukur, kalkulator, kamera, GPS (Global Positioning System), kompas, tali tambang, meteran, kantung plastik, kertas label, kertas saring, oven, penangas air, pipet tetes, saringan, shaker, spatula, tabung reaksi, dan timbangan analitik.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : HCl 2 N, HCl 10%, Pereaksi Lieberman-Bouchard, Pereaksi Wagner, Pereaksi Maeyer, Pereaksi Dragendorff, Pereaksi Salkowsky, Cerium Sulfat 1%, H2SO4 10%, NaOH 10%, FeCl3 1%, Mg-HCl cair, alkohol-air dan metanol.

Prosedur Penelitian

1. Aspek Pengetahuan Lokal

Survei pengetahuan lokal dilakukan untuk mengetahui informasi tumbuhan beracun di masyarakat yang diperoleh dari hasil wawancara. Informan kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah, ahli pengobatan tradisional. Data yang diperoleh dari hasil wawancara bersama informan kunci ditabulasikan dan dianalisa secara deskriptif.

(24)

2. Aspek Keanekaragaman

Pengumpulan data tumbuhan beracun dilakukan dengan menggunakan metode sampling plot dimana penentuan titik awal ditentukan dengan metode

purposive sampling atau sampling pertimbangan, yaitu berdasarkan tempat yang dianggap banyak tanaman beracunnya. (Soetarahardja,1997).

Luasan total dari kawasan Cagar Alam Martelu Purba adalah 195 ha dan luasan penelitian yang akan dilakukana adalah 3,9 ha. Intensitas samplingnya sebesar 2%. Sampling plot yang dibuat adalah berbentuk lingkaran dengan diameter 25,2 m untuk petak lingkaran dengan luasan plot lingkaran sebesar 0,05 ha. Jumlah plot sebanyak 78 plot lingkaran. Pengamatan tanaman beracun dilakukan secara eksploratif di dalam plot sepanjang jalur pengamatan.

Gambar 1. Desain Plot Tumbuhan Beracun

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus: a. Kerapatan suatu jenis (K)

D=25.2 m L=0,05ha

100 m

(25)

contoh

b. Kerapatan relatif suatu jenis (KR)

100%

c. Frekuensi suatu jenis (F)

petak

d. Frekuensi relatif suatu jenis (FR)

%

Indeks Nilai Penting (INP) pada tingkat tumbuhan bawah (under stories), semai (seedling), dan pancang (sapling) dihitung dari nilai kerapatan relatif (KR) dan frekuensi relatif (FR) (Fachrul, 2007) :

INP = KR + FR

Memperkirakan keanekaragaman spesies ada indeks keanekaragaman yang dapat digunakan dalam analisis komunitas tumbuhan adalah indeks Shanon atau

Shanon Indeks of General Diversity (H’) (Indriyanto, 2006). Rumus Indeks Keanekaragaman Shanon-Wienner atau Shanon Indeks of General Diversity (H’) :

H’ = - ∑ (ni/N) ln (ni/N) Keterangan :

H’ = indeks Shannon = indeks keanekaragaman Shannon-Wienner Ni = jumlah individu dari suatu jenis i

(26)

Besarnya indeks keanekaragaman jenis menurut Shannon-Wiener didefenisikan sebagai berikut :

a. Nilai H’ > 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah melimpah tinggi

b. Nilai H’ 2- 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek sedang melimpah

c. Nilai H’ < 2 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah sedikit atau rendah (Indriyanto, 2006)

3. Aspek Fitokimia

Aspek fitokimia mengacu kepada pendeteksian kandungan metabolit sekunder yang berpotensi sebagai biopestisida. Jenis-jenis tumbuhan beracun dideteksi kandungan senyawanya yang tergolong metabolit sekunder yaitu senyawa alkaloid, terpen, tanin dan saponin. Prosedur pengujian fitokimia yang dilakukan berdasarkan Penuntun Praktikum Kimia Bahan Alam (2010) adalah sebagai berikut:

a. Pengujian Alkaloid

Sampel diiris halus lalu dimasukkan ke dalam beaker glass sebanyak 10 gram. Selanjutnya direndam dengan HCl 2 N dan dipanaskan di atas penangas air selama 2 jam pada suhu 60oC. Hasilnya didinginkan dan disaring. Filtrat akan diujikan sebagai berikut :

(27)

• Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Dragendorff. Jika mengandung senyawa golongan alkaloid maka akan terbentuk endapan berwarna merah bata.

• Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Bouchardart. Jika mengandung senyawa golongan alkaloid maka akan terbentuk endapan berwarna cokelat kehitaman.

(28)

Gambar 2. Skema Pengujian Alkaloid

b. Pengujian Terpen

Sampel diiris halus lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC. Selanjutnya ditimbang sebanyak 2-3 gram, dimasukkan ke dalam beaker glass dan diekstraksi dengan 10 ml metanol. Ekstrak dipanaskan selama 15 menit di atas penangas air kemudian disaring. Filtrat akan diujikan sebagai berikut :

HCl 2 N Sampel (10 gr) Filtrat (3 tetes) Filtrat (3 tetes)

(29)

• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes pereaksi Lieberman-Bouchard (20 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat). Jika mengandung senyawa golongan terpen maka akan tampak perubahan warna larutan menjadi warna hijau kebiru-biruan.

• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes pereaksi Salkowsky. Jika mengandung senyawa golongan terpen maka akan tampak perubahan warna larutan menjadi warna merah pekat.

• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan CeSO4 1% dalam H2SO4 10%. Jika mengandung senyawa golongan terpen maka akan tampak perubahan warna larutan menjadi warna cokelat.

Gambar 3. Skema Pengujian Triterpen-Steroid

Sampel (2-3 gram) Ekstrak Metanol (10 mL)

Pemanasan (15 menit)

Filtrat

Pereaksi Salkowsky (3 tetes) Pereaksi Lieberman-Bouchard

(3 tetes)

Penyaringan

CeSO4 1% dalam H2SO4 10% (3 tetes) Filtrat (1 tetes) Filtrat (1 tetes) Filtrat (1 tetes)

Larutan cokelat Larutan merah pekat

(30)

c. Pengujian Flavonoid

Sampel diiris halus lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC. Selanjutnya ditimbang sebanyak 2-4 gr, dimasukkan ke dalam beaker glass dan diekstraksi dengan 20 ml metanol. Ekstrak dapat diekstraksi dalam kondisi panas maupun dingin kemudian disaring. Filtrat akan diujikan sebagai berikut:

• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan FeCl3 1%. Jika mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak perubahan warna larutan menjadi warna hitam.

• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan NaOH 10%. Jika mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak perubahan warna larutan menjadi warna ungu kemerahan.

• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes Mg-HCl encer. Jika mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak perubahan warna larutan menjadi warna merah jambu.

(31)

Gambar 4. Skema Pengujian Flavonoid d. Pengujian Saponin

Sampel diekstraksi dengan alkohol-air di atas penangas air. Ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu dibiarkan hingga suhu semula. Hasilnya dikocok selama 2-3 menit kemudian busa yang terbentuk didiamkan selama 1 menit. Selanjutnya dilakukan pengujian busa permanen dengan penambahan 1-3 tetes HCl 10%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aspek Pengetahuan Lokal

Filtrat (1 tetes)

FeCl3 1% (3 tetes)

NaOH 10% (3 tetes)

Mg-HCl cair (3 tetes)

H2SO4 (3 tetes)

Warna hitam / kehitaman

Warna ungu kemerahan

Warna merah muda

Warna jingga kekuningan

Sampel (2-4 gram) Ekstrak Metanol (20 mL)

(32)

Informan kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah penjaga kawasan Cagar Alam Martelu Purba, Desa Purba Tongah, Kab. Simalungun. Informan lainnya adalah warga setempat yang lebih banyak mengerti mengenai tumbuhan yang berada di kawasan Cagar Alam sehingga dapat mempermudah dalam pengenalan dan pengambilan sampel.

Hasil wawancara dengan Bapak Sitio dan Bapak Purba, maka diperoleh beberapa jenis tanaman yang mengandung racun. Nama lokal tumbuhan beracun yang diperoleh antara lain Sitorhom, Lang-lang Habungan, Rube-rube, Silambau, Langge, Latong Anduri, Tabar-tabar, Birah, Andor Hutdali, Dosih, Latong Andosari, Rube, Tomu Ring-ring, Hau Palu-palu ni Ogung.

Ciri-ciri tanaman beracun yang dimaksudkan oleh informan kunci dijelaskan kepada pemandu Ressort Cagar Alam Martelu Purba sehingga jenis ini dapat dikenali pada saat eksplorasi. Berdasarkan informasi ini maka tanaman tersebut dijadikan sampel pada saat pengeksplorasian di lapangan. Tanaman lain yang dicurigai mengandung racun berdasarkan aroma, warna, ciri fisik dan kandungan getahnya juga ikut dijadikan sampel untuk selanjutnya diuji di Laboratorium Kimia Bahan Alam, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara.

Deskripsi Tumbuhan Beracun yang Ditemukan di Cagar Alam Martelu Purba

(33)

Birah merupakan tumbuhan bawah. Alocasia, suatu tanaman yang memiliki banyak penggemar. Alocasia termasuk tanaman keras (rhizomatous) dan berdaun lebar (tuberous) dari keluarga Araceae. Tercatat saat ini yang sudah diketahui terdapat lebih dari 80 species yang berasal dari daerah tropis dan subtropis Amerika Selatan, Asia hingga ke Australia Timur. Karakteristik tanaman dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Alocasia arifolia Hallier. F Klasifikasi

Kingdom : Plantae Divisi : Angiosperms Kelas : Monocots Order : Alismatales Famili : Araceae Genus : Alocasia

Species : Alocasia arifolia Hallier f.

(34)

Daun : Tata daun berbentuk hati (segittate), daun besar tumbuh dengan panjang 20-90cm pada tangkai panjang. daun berbentuk panah, warna hijau tua dengan striping tipis.

Bunga : Bunga tidak ditemukan pada saat diidentifikasi. Biji : Biji tidak ditemukan pada saat diidentifikasi.

Akar : Tipe perakarannya merupakan tipe perakaran serabut.

2. Latong Andosari (Alstonia scholaris L.R. Br.)

Latong andosari merupakan pohon. Latong andosari disebut pulai, termasuk ke dalam famili tumbuhan Apocynaceae. Pulai (Alstonia sp) merupakan tumbuhan asli Indonesia dan penyebarannya cukup luas di Indonesia. Karakteristik tumbuhan ini dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Alstonia scholaris L.R. Br. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

(35)

Class : Magnoliopsida Ordo : Gentianales Famili : Apocynaceae Genus : Alstonia

Spesies : Alstonia scholaris (Chevalier, 2000)

Kandungan kimia : Tumbuhan ini kaya dengan kandungan kimia, antara lain: kulit batang: saponin, flavonoida dan polifenol. Alkaloid : ditamine (C18H19NO3), ditaine (echititamine), echi-kaoetchine. Zat pahit : echeretine, echicherine.

Daun : Daun tunggal, tersusun melingkar 4-9 helai, bertangkai dengan panjang 7,5-15 mm, bentuknya lonjong sampai lanset atau lonjong sampai bulat telur sungsang, permukaan atas licin, permukaan bawah buram, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 10-23 cm, lebar 3-7,5 cm , warna hijau. Bunga : Perbungaan majemuk tersusun malai yang bergagang

panjang, keluar dari ujung tungkai. Bunga wangi berwarna hijau terang sampai putih kekuningan.

Biji : Biji tidak ditemukan saat identifikasi.

Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe akar tunggang.

3. Baringtonia sp.

(36)

lonjong-membulat telur sungsang. Perbungaan berbentuk tandan dan letaknya diujung, jarang di ketiak, kelopak bunga hijau seperti tabung panjang, daun mahkota putih, menjorong, benang sari memerah di ujung, putik memerah di ujung. Buahnya membundar telur, menirus ke ujung, menetragonal tajam ke pangkal yang mengggubang, bila muda berwarna hijau setelah tua menjadi coklat. Karakteristik tumbuhan ini dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Baringtonia sp. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo :Lecythidales

Famili :

Genus :

Spesies : Barringtonia sp.

(37)

Daun : Daun berbentuk membulat telur sungsang atau lonjong, membulat telur sungsang.

Bunga : Bunga tidak ditemukan pada saat diidentifikasi. Biji : Biji tidak ditemukan pada saat diidentifikasi.

Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran tunggang.

4. Hau Palu-palu Ni Ogung (Canarium album (Lour.) Raeusch )

(38)

Gambar 8. Canarium album (Lour.) Raeusch Klasifikasi

Kerajaan

Divisi

Kelas

Ordo

Famili

Genus : Canarium

Spesies : Canarium album (Lour.) Raeusch

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung adalah dari golongan Flavanoid, Terpen, Alkaloid, dan Saponin.

Daun : Daun majemuk tunggal dalam kedudukan

tersebar, kedudukan anak daun berpasangan. Tangkai anak daun menebal di pangkal dan di ujung.

Bunga : Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi. Biji : Biji tidak ditemukan pada saat diidentifikasi.

Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran tunggang.

5. Silambau (Clidemia hirta Bl.)

(39)

percabangan simpodial, cokalat. Penyebaran : Terdapat di seluruh Indonesia, terutama di pinggir-pinggir hutan, semak belukar dan tepi jurang. Habitat : Tumbuh di dataran rendah hingga kurang lebih 1.500 m dpl. Karakteristik tumbuhan ini dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Clidemia hirta B1. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Myrtales

Famili : Melastomataceae Genus : Clidemia

Spesies : Clidemia hirta (L.) D. Don

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini adalah golongan Terpen dan Saponin.

(40)

Bunga : Majemuk, kelopak berlekatan, berbulu, bagian ujung pendek dari pangkal, ujung meruncing, daun pelindung bersisik, ungu kemerahan. Biji : Biji yang ditemukan berukuran kecil dan

berwarna ungu.

Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran tunggang.

6. Lang-lang Habungan (Coleus scutellarioides (I). Benth.)

Lang-lang Habungan merupakan tumbuhan bawah. Tanaman Iler, dalam bahasa latin (ilmiah) disebut dengan nama Coleus scutellarioides (L.) Benth., juga disebut Coleus atropurpureus Benth. termasuk kedalam famili tumbuhan Labiatae. Di beberapa daerah tanaman ini juga dikenal dengan nama Si gresing, Miana, Jawer kotok, Saru-saru, Ati-ati, Kentangan atau Majana. Sebenarnya naman tumbuhan ini hanya “Iler” saja, namun karena yang paling sering digunakan adalah daunnya saja maka orang lebih biasa menyebutnya dengan Daun Iler. Karakteristik tumbuhan ini dapat dilihat pada Gambar 10.

(41)

Tanaman Iler bisa tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut. Dapat tumbuh liar di sekitar sungai atau pematang sawah, ladang-ladang, atau di kebun-kebun sebagai tanaman hias. Untuk pengobatan tradisional, yang dimanfaatkan adalah bagian daunnya.

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Lamiales

Famili :

Genus :

Spesies : Coleus scutellarioides (I). Benth

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini adalah golongan Terpen dan Saponin.

Daun : Berbentuk hati dan pada setiap tepiannya dihiasi oleh jorong-jorong atau lekuk-lekuk tipis yang bersambungan dan didukung oleh tangkai daun dan memiliki warna yang beraneka ragam.

Bunga : Berbentuk untaian bunga bersusun, bunganya muncul pada pucuk tangkai batang.

Biji : Biji tidak ditemukan saat diidentifikasi.

Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah perakaran serabut.

(42)

Tumbuhan ini merupakan tumbuhan bawah. Nama umum tumbuhan ini adalah Pacing putih atau Pacing tawar. Nama daerah tumbuhan ini di lokasi penelitian Cagar Alam Martelu Purba adalah Tabar-tabar. Pacing tawar merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi 0,5m - 3m dan menyukai tempat lembap dan teduh, terdapat sampai ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut. Batangnya berwarna kuning kecoklatan, sebesar jari orang dewasa dan banyak mengandung air serta mudah dipatahkan, selaras dengan atang, Karakteristik tumbuhan ini dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Costus speciosus Sm. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Kelas : Liliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Costus

(43)

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini adalah golongan Terpen dan Alkaloid.

Daun : Berwarna hijau, tunggal, tangkainya pendek dan berhelai memanjang sampai bentuk

Bunga : Bunga tidak ditemukan saat identifikasi

Biji : Biji berwarna hitam dengan aril berdaging yang berwarna putih.

Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran serabut.

8. Andor Hundali(Dioscorea sp.)

AndorHundali merupakan tumbuhan bawah. Tanaman uwi-uwian

(44)

Gambar 12. Dioscorea sp. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Liliales

Famili :

Genus :

Spesies : Dioscorea spp

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung adalah dari golongan Flavanoid, Terpen, Alkaloid dan Saponin.

Daun : Daun majemuk, bertangkai, beranak daun tiga (trifoliolatus), warna hijau, panjang 20-25 cm, lebar 1-12 cm, helaian daun tipis melemas, bentuk lonjong, ujung meruncing (acuminatus), pangkal tumpul (obtusus), tepi rata, pertulangan melengkung, permukaan kasap.

Bunga : Bunga majemuk, bentuk bulir, dan muncul dari ketiak daun.

(45)

Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran serabut.

9. Sitorhom (Eugeniasp.)

Tumbuhan ini merupakan pohon. Eugenia adalah genus tanaman berbunga dalam keluarga murad Myrtaceae. Memiliki seluruh dunia, meskipun sangat tidak merata, distribusi di daerah tropis dan subtropis. Sebagian besar dari sekitar 1.000 spesies terjadi di daerah tropis Dunia Baru, terutama di Andes utara, Karibia, dan Hutan Atlantik (hutan pantai) dari timur laut Brazil. Pusat-pusat keanekaragaman termasuk Kaledonia Baru dan Madagaskar. Nama daerah tumbuhan ini di lokasi penelitian Cagar Alam Martelu Purba adalah Sitorhom. Karakteristik tumbuhan ini dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Eugenia sp. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

(46)

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae Genus : Eugenia Spesies : Eugenia sp.

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini adalah golongan Flavonoid, Terpen, dan Saponin.

Daun : Kuncup daunnya di ujung ranting terlindungi oleh sepasang meninggalkan bekas berupa rantingnya. Serta, tulang daun lateral yang pertama cenderung lurus dan menyudut terhadap ibu tulang daun di bagian pangkal daun; membentuk pola tiga-cabang (tri-veined) yang khas. Daun tunggal, bersilang berhadapan, tanpa daun penumpu.

Bunga : Bunga banci. Atinomorf, kelopak dan mahkota 4-5, berlekatan, benang sari banyak, satu putik.

Biji : Biji sedikit atau tanpa endosperm.

Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah perakaran tunggang.

(47)

Rube merupakan pohon. Ficus adalah secara alamiah tumbuh di daerah

zonaFicus ini dapat

berupa familia ara atau kayu arakayu aroki ara;fig trees atau figs). PCommon Fig; Ficus carica) adalah spesies yang banyak ditemukan di daerah Asia Barat Daya, Timur Tengah dan sekitar karena buahnya.

Gambar 14. Ficus lowii King Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Bangsa : Urticales

Suku : Moraceae

(48)

Jenis : Ficuss lowii King

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini adalah golongan Flavonoid, Terpen, Alkaloid, dan Saponin.

Daun : Daun berbentuk kerucut memanjang dan meninggalkan bekas serupa cincin.

Bunga : Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi. Biji : Biji tidak ditemukan pada saat diidentifikasi. Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran

tunggang.

11. Rube-rube ( Ficus sinuata Thunb)

Rube-rube merupakan pohon. Ara (Ficus) kebanyakan berupa tumbuhan tropis yang hijau sepanjang tahun dan menghuni berbaga beberapa spesies yang menggugurkan daun tumbu wilayah tropis dan di dataran tinggi. Jenis-jenis ara dikenali

dari

(49)

Gambar 15. Ficus sinuata Thunb Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Bangsa : Urticales

Suku : Moraceae

Marga : Ficus

Jenis : Ficus sinuata Thunb

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini adalah golongan Flavonoid, Terpen, dan Saponin.

(50)

Bunga : Buah ara sebetulnya adalah

peri

bentuknya menyerupai tertutup, di mana pada dinding dalamnya berjejal-jejal kuntum-kuntum bunga ara yang berukuran amat kecil. Jika bunga-bunga ini telah berkembang menjadi buah, dengan ukuran yang sama kecilnya, barulah tepat dapat disebut sebagai buah, meskipun juga hanya

Biji : Biji tidak ditemukan pada saat diidentifikasi.

Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini banyak di antaranya yang memiliki

12. Rukam (Flacourtia rukam Zoll. & Mortizi)

(51)

Gambar 16. Flacourtia rukam Zoll. & Mortizi Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Violales

Famili :

Genus :

Spesies : Flacourtia rukam Zoll.& Mortizi

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung adalah dari golongan Flavanoid, Terpen, dan Saponin.

Daun : Daun Rukam atau Rukem berbentuk bundar telur lonjong atau lonjong melanset dengan panjang antara 10 – 18 cm dan lebar antara 4 – 9 cm. Pinggiran daun bergerigi kasar. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua mengkilat. Saat masih muda daun pohon Rukan berwarna merah kecoklatan.

Bunga : Berbentuk tandan dengan sedikit bunga,

(52)

Biji : Biji tidak ditemukan pada saat diidentifikasi. Buah rukam bertipe buah buni, bentuknya bulat gepeng sampai bulat telur sungsang dengan diameter 2-2,5 cm. Buah berwarna hijau muda sampai merah jambu atau hijau-lembayung sampai merah tua.

Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran tunggang.

13. Langge (Homalonema propinqua Ridl. )

(53)

Gambar 17. Homalonema propinqua Ridl.

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Angiospermae

Kelas :

Ordo :

Famili :

Genus :

Spesies : Homalonema propinqua Ridl.

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung adalah dari golongan Flavanoid, Terpen, Alkaloid, dan Saponin.

Daun : Daun tunggal, tangkai panjangnya 50-60 cm, bulat berdaging. Helaian daun bentuknya bangun jantung, ujung runcing, pangkal rompang, tepi rata, kedua permukaan licin, pertulangan menyirip, panjang 70-90 cm, lebar 20-35 cm, dan berwarna hijau tua.

Bunga : Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi. Biji : Biji tidak ditemukan pada saat diidentifikasi. Akar : Tipe perakarannya merupakan tipe perakaran

(54)

14. Latong Anduri ( Litsea sp.)

Latong Anduri merupakan jenis pohon. Litsea adalah marga tumbuhan anggota suku Lauraceae yang kebanyakan berupa pohon atau semak. Anggotanya sekitar 200 sampai 400 Kebanyakan anggota berasal dari dari dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18. Litsea sp. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Bangsa : Laurales

Suku : Lauraceae

Marga : Litsea

Spesies : Litsea sp.

(55)

Daun : Daun tunggal, lonjong, tepi rata ujung runcing, pangkal meruncing, pertulangan menyirip, panjang 10-14 cm, Lebar 7-9 cm, hijau.

Bunga : Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi. Biji : Biji berbentuk bulat dan berwarna putih kotor. Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe

perakaran tunggang.

15. Dosih (Rubus moluccanus eelkek)

(56)

Gambar 19. Rubus moluccanus (eelkek) Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Rosales

Family

Genus : Rubus L

Species : Rubus moluccanus L.

Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini adalah golongan Flavanoid, Terpen, Alkaloid dan Saponin

Daun : Berdaun tunggal, helai daun berbentuk bulat telur, pertulangan daun menyirip, pangkal tangkai bersayap dengan ujung daun runcing, pangkal daun berbentuk jantung dan permukaan daun licin berwarna hijau, sisi bawah daun berambut.

Bunga : Bunga tunggal, titik tumbuh bunga di ujung cabang.

Biji : Biji bulat, keras, kecil berwarna putih kelabu. Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran

serabut.

(57)

Tumbuhan ini merupakan tumbuhan bawah. Saurauia pendula adalah jenis tumbuhan dikotil dijelaskan oleh Carl Ludwig von Blume . Saurauia pendula termasuk dalam genus Saurauia dan keluarga Actinidiaceae. Nama lokal Indonesia adalah kileho. Nama daerah tumbuhan ini di lokasi penelitian Cagar Alam Martelu Purba adalah Tomu ring-ring. Karakteristik tumbuhan ini dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 20. Saurauia pendula Blume Klasifikasi

Kingdom : Plantae

(58)

Kelas : Magnoliopsida tumbuhan ini adalah golongan Terpen, Alkaloid dan Saponin.

Daun : Posisi daun bersilangan dengan tepi daun yang bergerigi. Terdapat bintil-bintil khas di kuncup daun dan daunnya.

Bunga : Buah tidak ditemukan pada saat diidentifikasi Biji : Biji tidak ditemukan pada saat diidentifikasi

Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran serabut.

Tingkat Keanekaragaman Tumbuhan Beracun di Cagar Alam Martelu Purba

Tumbuhan beracun yang ditemukan di Cagar Alam Martelu Purba ada enam belas jenis tumbuhan. Data analisis tumbuhan beracun dapat ditunjukkan dalam Tabel 1.

(59)

Coleus scutellarioides 600 14,63 0,37 14,97 29,6

Tabel 2. Hasil analisis vegetasi tumbuhan beracun (pohon) di Cagar Alam Martelu Purba

(60)

yang beraneka ragam sehingga tumbuhan tersebut cenderung tersebar luas (Loveless, 1989).

Frekuensi relatif (FR) yang paling tinggi dari kelompok tumbuhan bawah terdapat pada jenis Homalonema propinqua sebesar 17,81% dan jenis Flacourtia rukam dari kelompok semai pohon sebesar 17,97 %. Hal ini menunjukkan bahwa kedua jenis ini merupakan jenis yang penyebarannya paling luas. Frekuensi jenis

Homalonema propinqua terdapat banyak pada petak contoh yaitu didapat pada 35 petak contoh. Sedangkan Flacourtia rukam ditemukan di 38 petak contoh. Frekuensi relatif yang terkecil didapat pada jenis Rubus moluccanus dari kelompok tumbuhan bawah sebesar 8,5% yang ditemukan di 17 petak contoh. Jenis yang terkecil frekuensi relatifnya dari kelompok semai pohon adalah jenis

Ficus lowii sebesar 8,61% terdapat di 18 petak contoh. Hal ini menunjukkan kedua jenis dengan FR terkecil merupakan jenis tumbuhan yang jarang dijumpai pada lokasi penelitian. Suin (2002) menyatakan bahwa konstansi atau frekuensi kehadiran organism dapat dikelompokkan atas empat kelompok yaitu jenis aksidental (frekuensi 0-25%), jenis aksesori (25-50%), jenis konstan (50-75%) dan jenis absolut (diatas 75%). Data dalam tabel 2 dan tabel 3 menunjukkan bahwa 16 jenis tumbuhan beracun yang ditemukan pada Cagar Alam Martelu Purba tergolong ke dalam kategori jenis aksidental (0-25%). Jenis tumbuhan ini hanya menyebar terbatas pada daerah tempat tumbuhnya.

Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi yang ditunjukkan pada tabel 2 dan tabel 3 masing-masing adalah jenis Clidemia hirta sebesar 35,05 dan jenis

(61)

Clidemia hirta dari kelompok tumbuhan bawah dan Flacourtia rukam dari kelompok semai pohon menunjukkan bahwa jenis ini berperan penting dalam komunitasnya.

(62)

Tabel 4. Data Hasil Uji Fitokimia Tumbuhan Beracun di Cagar Alam Martelu Purba

Jenis Tumbuhan Fenolik/

Flavoloid/Tanin

Terpen /Steroid

Alkaloid Saponin

FeCl3 CeSo4 Bouchardad Wagner Meyer Dragendrof

Alocasia arifolia Hallier. F - - - -

Alstonia scholaris L. R. Br +++ +++++ - - - ++ ++

Baringtonia sp. - ++++ - - - ++ -

Canarium album Raeush - +++ - - - ++ +

Clidemia hirta Bl. +++++ ++ - - - ++ ++

Coleus scutellarioides (I). Benth. ++++ ++++ - - - ++ ++

Costus specious Sm. - + - - - - ++++

Dioscorea sp. - ++ - - - - ++

Eugenia sp. ++++ - - - - ++ -

Ficus lowii King ++++ ++++ - - - - -

Ficus sinuata Thunb. +++++ ++ - - - - -

Flacourtia rukam Zoll. & Mortizi +++ +++ - - - ++ +++++

Homalonema propinqua Ridl. +++++ ++++ - - - ++ +

Litsea sp. ++ ++ - - - - +

Rubus moluccanus (eelkek) - +++ - - - - ++

Saurauia pendula Blume ++++ +++ - - - - +++++

Keterangan:

CeSo4 + : Cukup reaktif terhadap pereaksi

Bouchardart : KI + Aquadest + Iodium +++ : Reaktif terhadap pereaksi

Wagner : KI + Aquadest + Iodium +++++ : Sangat reaktif terhadap pereaksi

Maeyer : HgCl2 + Aquadest + KI - : Bereaksi negatif terhadap pereaksi

Dragendorf : BiNO3 + HNO3 + KI + Aquadest

(63)

Aktivitas Tanin dan Flavanoid

Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui mempunyai beberapa khasiat yaitu astringen, anti diare, anti diare, anti bakteri, dan anti oksidan. Tanin merupakan komponen zat organik yang sangat kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal, mengendapakan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut (Desmiaty et al, 2008).

Senyawa Tanin dan Flavanoid adalah senyawa turunan fenolik. Struktur senyawa fenolik salah satu gugus pembentuknya adalah senyawa Tanin atau Flavanoid. Fungsi aktivitas senyawa Tanin menurut Goldstein dan Swain (1965) adalah sebagai penghambat enzim hama. Fungsi aktivitas senyawa Flavanoid adalah sebagai antimikroba (Leo et al, 2004), antibakteri (Schutz et al, (1995) dan antifungi (Tahara et al,1994).

Pengujian Tanin dan Flavanoid menggunakan pereaksi FeCl3. Kandungan Tanin yang terkandung dalam tumbuh bereaksi dengan FeCl3 ditandai dengan perubahan warna menjadi warna hitam.Berdasarkan dari data hasil pengujian pada Tabel 4, Tumbuhan Eugenia sp , Coleus scutellarioides (I). Benth, Ficus sinuata

Thunb, Clidemia hirta Bl, Homalonema propinqua Ridl, Ficus lowii King,

Saurauia pendula Blume mengandung Tanin dan Flavanoid karena pada saat direaksikan berubah menjadi hitam. Tumbuhan yang mengandung Tanin dan Flavanoid paling tinggi adalah jenis Ficus sinuata Thunb, Clidemia hirta Bl,

Homalonema propinqua Ridl dan kandungan Tanin paling rendah adalah jenis

(64)

Aktivitas Terpen

Terpen adalah suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan terutama tergantung pada getah serta vakuola selnya. Modifikasi dari senyawa golongan Terpen, yaitu terpenoid, merupakan metabolit sekunder tumbuhan. Selain telah ditemukan kamper melalui penelitian mengenai Terpen, telah banyak juga ditemukan bahan aktif ideal sebagai pestisida alami.Fungsi aktivitas senyawa Terpen adalah sebagai antibakteri (Wang et al, 1997), antivirus

(Nakatani et al., 2002), pestisida dan insektisida (Ragasa et al., 1997; Siddiqui et al., 2002).

Pereaksi yang digunakan dalam pengujian Terpen adalah Lieberman Bouchard dan CeSO4. Kandungan Terpen pada tumbuhan ditandai dengan munculnya warna cokelat kemerahan saat sampel tanaman direaksikan dengan senyawa pereaksi CeSO4. Berdasarkan dari data hasil pengujian pada tabel tumbuhan yang mengandung terpen adalah Coleus scutellarioides (I). Benth,

Homalonema propinqua Ridl, Alstonia scholaris L. R. Br, Ficus lowii King,

Baringtonia sp. Aktivitas Akaloid

Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan banyak terdapat pada tumbuhan. Fungsi Alkaloid yang dikenal sebagian besar terkait pada sistem perlindungan, misalnya senyawa

(65)

antibakteri dan antifungi. Pereaksi dalam pengujian alkaloid adalah Bouchardart, Wagner, Maeyer dan Dragendorff. Uji skrining menunjukkan adanya kandungan alkaloid ditandai dengan munculnya endapan berwarna cokelat saat sampel tanaman direaksikan dengan senyawa pereaksi Bouchard serta Wagner, endapan berwarna putih saat sampel tanaman direaksikan dengan senyawa pereaksi Maeyer dan endapan berwarna merah bata saat sampel tanaman direaksikan dengan senyawa pereaksi Dragendorff. Berdasarkan dari data hasil pengujian pada tabel, tanaman yang direaksikan dengan Bouchardat, Wagner dan Meyer tidak bereaksi terhadap pereaksi. Dan tanaman Eugenia sp, Coleus scutellarioides (I). Benth, Clidemia hirta Bl, Homalonema propinqua Ridl, Alstonia scholaris L. R. Br, Canarium album Raeush, Flacourtia rukam Zoll. & Mortizi, Baringtonia sp. Jenis tanaman tersebut mengandung semuanya mengandung senyawa Alkaloid dengan konsentrasi yang berbeda.

Aktivitas Saponin

(66)

Pereaksi dalam pengujian saponin adalah HCI 10%. Uji skrining menunjukkan adanya kandungan saponin ditandai dengan munculnya buih permanen saat sampel tanaman dicampur dan diguncangkan bersama dengan senyawa pereaksi. Berdasarkan dari data hasil pengujian pada tabel, tumbuhan jenis Flacourtia rukam Zoll. & Mortizi, Saurauia pendula Blume, dan Costus specious Sm. Jenis tanaman ini mengandung senyawa folongan Saponin maka semua ini berpotensi sebagai pestisida.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Eksplorasi tumbuhan beracun yang telah dilakukan di Cagar Alam Martelu Purba memperoleh enam belas jenis tumbuhan beracun. Tumbuhan tersebut adalah Latong andosari (Alstonia scholaris L.R. Br), Birah (Alocasia arifolia Hallier. F), Langge (Homalonema propinqua Ridl), Hau palu-palu ni ogung (Canarium album Raeusch), Andor hutdali (Dioscorea sp.), Flacourtia rukam Zoll. & Mortizi, Lang-lang habungan (Coleus scutellariodes (I). Benth), Latong anduri (Litsea sp.),

(67)

Rube-rube (Ficus sinuata Thunb), Sitorhom (Eugenia sp.), Tomu ring-ring (Saurauia pendula Blume), Dosih (Rubus moluccanus eelkek), Tabar-tabar (Costus speciosus Sm.).

2. Kandungan metabolit sekunder yang terkandung dalam tumbuhan beracun yang diteliti antara lain adalah; Tanin/Flavanoid dengan konsentrasi tertinggi yaitu +5 terkandung pada tumbuhan jenis Rube-rube (Ficus sinuata Thunb), Silambau (Clidemia hirta Bl), Langge

(Homalonema propinqua Ridl); Alkaloid dengan konsentrasi tertinggi yaitu +2 terkandung pada tumbuhan jenis Sitorhom (Eugenia sp.), Lang-lang habungan (Coleus scutellariodes (I). Benth), Silambau (Clidemia hirta Bl), Langge (Homalonema propinqua Ridl), Latong andosari (Alstonia scholaris L.R. Br), Hau palu-palu ni ogung (Canarium album Raeusch), Flacourtia rukam Zoll. & Mortizi dan

Baringtonia sp.; Saponin dengan konsentrasi tertinggi yaitu +5 terkandung

pada jenis Tomu ring-ring (Saurauia pendula Blume) dan

Flacourtia rukam Zoll. & Mortizi; Terpen dengan konsentrasi tertinggi yaitu +5 terkandung pada Latong andosari (Alstonia scholaris L.R. Br)

Saran

1. Penelitian lebih lanjut mengenai eksplorasi tumbuhan beracun di tempat yang belum dilakukan penelitian.

2. Upaya budidaya terhadap jenis-jenis tumbuhan beracun yang ditelitipada kawasan Cagar Alam Martelu Purba perlu dilakukan sehingga jenis-jenis ini dapat dimanfaatkan dan dilestarikan.

(68)
(69)

DAFTAR PUSTAKA

Atta-ur-Rahman et al. 1997. New Sterodial Alkaloids from the Roots of Buxus sempervirens. Journal of Natural Products No. 60, pp. 770-774. American

Chemical Society and American Society of Pharmacognosy.

Asikin, S.2002.” Inventarisasi Tumbuhan sebagai Bahan Pestisida Nabati”. Laporan Hasil Penelitian Balittra. Banjarbaru.

Ardianto, R. 2013. Mengenali Tumbuhan Beracun/Berbahaya. www.ngerayap.faa.im.

Balai Konservasi Sumberdaya Alam I Medan. 1999. Informasi Kawasan Konservasi Propinsi Sumatera Utara. Bali Scan dan Percetakan. Medan. Chevalier, A. 2000. Natural Health: Encyclopedia of Herbal Medicine, A. Dorling

Book: New York

Goldstein, J. L. dan T. Swain. 1965. The Inhibition of Enzymes by Tannins. Phytochemistry Volume 4, pp. 185-192. Great Britain : Elsevier Science Ltd.

Grainge, M. dan S. Ahmed. 1988. Handbook of Plants with Pest Control properties.J Wiley Publisher. New York.

Hamid, A. Y. Nuryani. 1992. Kumpulan Abstrak Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani, Bogor. P. 1. Dalam S. Riyadi, A. Kuncoro, dan A.D.P. Utami. Tumbuhan Beracun. Balittas. Malang.

Hanenson, I. B. 1980. Clinical Toxicology. JB Lippincot Company. Toronto. Indriyanto.2006.Ekologi Hutan.PT Bumi Aksara.Jakarta.

Leo, M. D. et al. 2004. Phenolic Compounds from Baseonema acuminatum

Leaves : Isolation and Antimicrobial Activity. New York : Georg Thieme Verlag KG Stuttgart.

Loveless, A. R. 1989. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik. Edisi Kedua. PT Gramedia. Jakarta

Martawijaya, A., I. Kartasujana, K. Kadir, dan S.A. Prawira. 1981. Atlas Kayu Indonesia. Jilid I. Balai Penelitian Hasil Hutan. Bogor.

Penuntun Praktikum Kimia Bahan Alam. 2010. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.

(70)

Rejesus, B. M. 1986. Botanical Pest Control Research in the Philippines. Los Banos : University of Philippines Press.

Samsudin. 2008. “Pengendalian Hama dengan Insektisida Botani”. Lembaga Pertanian Sehat

Schütz, B. A. et al. 1995. Prenylated Flavanones from Leaves of Macaranga pleiostemona. Phytochemistry Volume 40, No. 4, pp. 1273-1277. Great Britain : Elsevier Science Ltd.

Sentra Informasi Keracunan Nasional BPOM. 2012.Racun Alami pada Tanaman

pangan

Soetarahardja, S. 1997. Inventarisasi Hutan. Bogor : IPB Press.

Soerianegara I, Lemmens RHMJ, eds., 1993. Plant Resources of South-East Asia No. 5(1). Timber trees: major commercial timbers. Wageningen, Netherlands:Pudoc Scientific Publishers. Also published by ProseaFoundation, Bogor, Indonesia.

Syahputra, E. 2001. Hutan Kalbar Sumber Pestisida Botani: Dulu, Kini dan Kelak. IPB. Bogor.

Seran, E. 2011. Tumbuhan-Tumbuhan Beracun yang Mematikan.

Tahara, S. et al. 1994. Prenylated Flavonoids in the Roots of Yellow Lupin. Phytochemistry Volume 36, No. 5, pp. 1261-1271. Great Britain : Elsevier Science Ltd.

(71)

Lampiran

Data Potensi Populasi Sampel Jenis Tumbuhan Beracun yang diteliti di Cagar Alam Martelu Purba 2 Latong Andosari

Latong Anduri 5 Latong Andosari

Latong Anduri 7 Latong Andosari

Tomu Ring-ring

5 3

47 Flacourtia rukam Rube

Rube-rube

2 3 2 8 Latong Andosari

Latong Anduri Tomu Ring-ring

3 1 1

48 Flacourtia rukam Rube

49 Flacourtia rukam Rube

13 Latong Andosari Latong Anduri Birah

4 2 2

53 Flacourtia rukam Rube

Langge

6 4 2 14 Latong Andosari

(72)

Ogung

Latong Anduri

5 Langge 1

15 Latong Andosari Latong Anduri Birah

1 1 2

55 Flacourtia rukam Rube 16 Latong Andosari

Hau Plau-palu ni

56 Flacourtia rukam Rube 17 Latong Andosari

Latong Anduri

1 2

57 Flacourtia rukam Lang-lang 18 Latong Andosari

Hau Palu-palu ni

58 Flacourtia rukam Lang-lang

59 Flacourtia rukam Lang-lang 20 Latong Andosari

Hau Plau-palu ni

60 Flacourtia rukam Lang-lang 23 Baringtonia sp

Tomu Ring-ring

(73)

Tomu Ring-ring Andor Hutdali Dosih

2 26 Baringtonia sp

Sitorhom 28 Baringtonia sp

Sitorhom 29 Baringtonia sp

Sitorhom 30 Baringtonia sp

Silambau 32 Baringtonia sp

Sitorhom 33 Baringtonia sp

Sitorhom 34 Baringtonia sp

Sitorhom 35 Baringtonia sp

Sitorhom 36 Baringtonia sp

(74)

39 Rube Rube-rube Silambau

1 1 3 40 Rube

Rube-rube Sitorhom

Gambar

Gambar 1. Desain Plot Tumbuhan Beracun
Gambar 2. Skema Pengujian Alkaloid
Gambar 3. Skema Pengujian Triterpen-Steroid
Gambar 4. Skema Pengujian Flavonoid
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui pengaruh total aktiva, net profit margin, operating profit margin dan return on asset secara simultan terhadap manajemen laba pada perusahaan automotif yang

Dari hasil analisis vegetasi yang dilakukan dalam petak contoh 3 ha di Cagar Alam Martelu Purba, Modang memiliki kerapatan individu tertinggi atau paling banyak dijumpai pada

Alkaloid merupakan golongan terbesar senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan.Telah diketahui sekitar 5.500 senyawa alkaloid yang terbesar di berbagai famili.Alkaloid

Hasil pengujian fitokimia menunjukan bahwa Tumbuhan yang mengandung senyawa terpen adalah Apus tutung, Birah, Modang lalisiak, Langge, Dong-dong, Sitanggis dan Antaladan hampir

jenis tumbuhan obat yang terdapat di Cagar Alam Dolok Tinggi Raja untuk dapat. dijadikan petunjuk praktis penggunaan obat tradisional dan

Jika dilihat dari keragaman floranya, cukup banyak jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat.Menurut Djauhariya dan Hernani (2004), di hutan tropika

Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia.Kerjasama Jurusan KSH Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dan Lembaga Alam Tropika

Untuk itu dilakukan penelitian di Cagar Alam Martelu Purba, Kabupaten Simalungun untuk mengetahui komposisi dan keanekaragaman jenis tumbuhan bawah pada tegakan meranti