• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPLORASI JENIS TUMBUHAN BERPOTENSI HIAS DAN OBAT DI CAGAR ALAM MARTOLU PURBA KECAMATAN PURBA KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EKSPLORASI JENIS TUMBUHAN BERPOTENSI HIAS DAN OBAT DI CAGAR ALAM MARTOLU PURBA KECAMATAN PURBA KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPLORASI JENIS TUMBUHAN BERPOTENSI HIAS DAN OBAT DI CAGAR ALAM MARTOLU PURBA KECAMATAN PURBA KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

SKRIPSI

JELLY PERMANA PURBA 161201144

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

EKSPLORASI JENIS TUMBUHAN BERPOTENSI HIAS DAN OBAT DI CAGAR ALAM MARTOLU PURBA KECAMATAN PURBA

KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh:

JELLY PERMANA PURBA 161201144

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(3)

i

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Eksplorasi jenis Tumbuhan Berpotensi Hias dan Obat di Cagar Alam Martolu Purba, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara

Nama : Jelly Permana Purba

NIM : 161201144

Departemen : Konservasi Sumber Daya Hutan Fakultas : Kehutanan

Disetujui, Pembimbing

Ridahati Rambey S.Hut., M.Si Ketua

Mengetahui,

Dr. Achmad Siddik Thoha, S.Hut., M.Si Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan

Tanggal lulus : 26 Juli 2021

(4)

ii

PERNYATAAN ORISINILITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Jelly Permana Purba

NIM : 161201144

Judul : Eksplorasi jenis Tumbuhan Berpotensi Hias dan Obat di Cagar Alam Martolu Purba, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Pengutipan-pengutipan yang penulis lalukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulian skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Medan, September 2021

Jelly Permana Purba

NIM. 161201144

(5)

iii ABSTRAK

JELLY PERMANA PURBA : Eksplorasi Jenis Tumbuhan Berpotensi Hias Dan Obat Di Cagar Alam Martolu Purba, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, dibimbing oleh RIDAHATI RAMBEY

Cagar Alam Martolu Purba merupakan suatu kawasan suaka alam yang memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan yang cukup tinggi dan masih jarang tersentuh tangan manusia. Masih banyak tumbuhan yang belum teridentifikasi secara optimal di kawasan Cagar Alam Martolu Purba. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis jenis-jenis tumbuhan hias dan obat di Cagar Alam Martelu Purba Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Data diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dengan menggunakan petak pengamatan sebanyak 100 plot. Kemudian analisis vegetasi dilakukan terhadap hutan dengan metode jalur dengan garis berpetak. Hasil penelitian ditemukan 59 jenis keseluruhan vegetasi. Hasil analisis vegetasi ditemukan 17 jenis tingkat semai, 20 jenis tingkat pancang, 24 pada tingkat tiang, 29 pada tingkat pohon, dan 34 pada tumbuhan bawah. Akirsap (Acanthopanax malayanus) memiliki nilai INP tertinggi pada tingkat semai dan pancang. Pada tingkat tiang, Hanawe (Eugenia longiflora) memiliki nilai INP tertinggi. Meranti Batu (Shorea platyclados) memiliki nilai tertinggi pada tingkat pohon. Kemudian pada tumbuhan bawah nilai INP tertinggi pada tumbuhan. Paku Sarang Burung (Asplenium antiquum). Keanekaragaman Jenis (H’) tertinggi ditemukan pada tingkat tuang yaitu 2,908. Keanekaragaman akan tinggi apabila perlindungan mutlak terhadap kawasan tetap terjaga dengan mengurangi tekanan-tekanan fisik dari manusia terhadap kawasan sehingga proses ekologi tetap bertahan tanpa campur tangan manusia secara langsung.

Kata Kunci: Analisis Vegetasi, Cagar Alam Martelu Purba, Tumbuhan Hias, Tumbuhan Obat, Penyebaran Tanaman 0bat dan Tanaman Hias

(6)

iv ABSTRACT

JELLY PERMANA PURBA : Exploration of Potentially Ornamental and Medicinal Plants in the Martolu Purba Nature Reserve, Purba Sub-district, Simalungun District, North Sumatra, supervised by RIDAHATI RAMBEY

Martolu Purba Nature Reserve is a nature reserve area that has a fairly high diversity of plant species and sometimes rarely has human hands. There are still many plants that are not optimally located in the Martolu Pur Nature Reserve area. The purpose of this study was to identify and analyze the types of ornamental and medicinal plants in the Martelu Purba Nature Reserve, Purba District, Simalungun Regency, North Sumatra Province. Data were obtained from direct observations in the field using observation maps of 100 plots. Then the vegetation analysis was carried out on the forest using the checkered line method.

The results of the study found 59 types of vegetation. The results of the vegetation analysis found 17 species at the seedling level, 20 species at the sapling level, 24 at the pole level, 29 at the tree level, and 34 at the understorey. Akirsap (Acanthopanax malayanus) had the highest INP value at the seedling and sapling levels. At the pole level, Hanawe (Eugenia longiflora) has the highest INP value.

Meranti Batu (Shorea platyclados) has the highest value at the tree level. Then in lower plants the highest INP value was in plants. Bird's Nest Nail (Asplenium antiquum). The highest Species Diversity (H') was found at the old level, which was 2,908. Diversity will be high if absolute protection of the area is maintained by reducing physical pressures from humans on the area so that ecological processes can survive without direct human intervention

Keywords: Vegetation Analysis, Martelu Purba Nature Reserve, Ornamental Plants, Medicinal Plants, Distribution of Medicinal plants and Ornamental plants

(7)

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purba dolok pada tanggal 16 Februari 1998. Penulis merupakan anak Pertama dari empat bersaudara oleh pasangan Bapak Pardamean Purba dan Ibu Helvi Putri Prangin- angin. Penulis memulai pendidikan di SD Negeri Purba Dolok pada tahun 2004-2010, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Santo Xaverius 1 Kabanjahe pada tahun 2010- 2013, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Kabanjahe pada tahun 2013-2016. Pada tahun 2016, penulis diterima di Fakultas Kehutanan USU melalui jalur MANDIRI. Penulis memilih minat Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan.

Selain mengikuti perkuliahan, penulis merupakan Himpunan Mahasiswa SILVA dan HIMAKOVI. Penulis telah mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di Lubuk Kertang pada tahun 2018. Pada tahun 2019 penulis juga telah menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di UPTD KPHL BUKIT BARISAN Kota Padang. Pada awal tahun 2020 penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Explorasi Jenis Tumbuhan Berpotensi Hias Dan Obat Di Cagar Alam Martolu Purba, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara” dibawah bimbingan Ridahati Rambey S.Hut., M.Si.

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan Hasil penelitian ini.

Penelitian ini berjudul “Eksplorasi Jenis Tumbuhan Berpotensi Hias di Cagar Alam Martolu Purba, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara’’. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Ridahati Rambey, S.Hut, M.Si atas kesediaannya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Penulis juga berterimakasih kepada kepala depertemen konservasi sumberdaya hutan Bapak Dr. Achmad Siddik Thoha, S.Hut., M.Si.

Penulis juga mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Pardamean Purba dan Ibu Helvy Putri Perangin-angin selaku orang tua penulis yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, doa, dan nasehat serta yang membiayai perkuliahan penulis. Penulis juga berterimakasih kepada Gerda I N Ginting yang telah membantu dan memberikan motivasi bagi penulis dan penulis juga berterimakasih kepada Meta Winda, Reno Tanfids, Tarmil Syahputra Tarigan dan bapak pengelola cagar alam yang telah banyak membantu saat penelitian di lapangan. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada teman-teman satu kelas Konservasi Sumberdaya Hutan 2016.

Penulis juga banyak menyadari masih banyak terdapat kekurangan di dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis juga terbuka terhadap saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun untuk hasil penelitian yang lebih baik. Semoga penelitian ini akan bermanfaat kusushnya di bidang kehutanan. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, September 2021

Jelly Permana Purba

(9)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ORISINILITAS ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Tumbuhan Hias ... 4

Tumbuhan Obat ... 5

Tumbuhan Bawah ... 6

Analisis Vegetasi ... 6

Letak Umum Kawasan Cagar Alam Martolu Purba ... 7

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 9

Alat dan Bahan ... 9

Prosedur Penelitian Jenis Data ... 9

Analisis Data ... 10

Metode Penentuan Jumlah Plot ... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Tumbuhan Hias di Cagar Alam Martolu Purba ... 15

Identifikasi Tumbuhan Obat di Cagar Alam Martolu Purba ... 23

Analisis Vegetasi Tingkat Semai ... 26

Analisis Vegetasi Tingkat Pancang ... 27

Analisis Vegetasi Tingkat Tiang ... 27

Analisis Vegetasi Tingkat Pohon ... 29

Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah ... 30

Indeks Keaneka ragaman Jenis (H) ... 31

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 33

Saran ... 33

(10)

viii

DAFTAR PUSTAKA ... 34 LAMPIRAN ... 38

(11)

ix

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Jenis- Jenis Tumbuhan Hias yang Terdapat di

Cagar Alam Martolu Purba ... 15

2. Jenis-Jenis Tumbuhan Obat yang Terdapat di Cagar Alam Martolu Purba ... 23

3. Analisis Vegetasi Tingkat Semai ... 26

4. Analisis Vegetasi Tingkat Pancang ... 27

5. Analisis Vegetasi Tingkat Tiang ... 27

6. Analisis Vegetasi Tingkat Pohon ... 29

7. Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah ... 30

8. Indeks Keanekaragaman Jenis pada Seluruh tingkatan di lokasi penelitian ... 32

(12)

x

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Desain metode garis berpetak yang digunakan

untuk penelitian ... 10

(13)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Tally sheet analisis vegetasi ... 38 2. Hasil Analisis Vegetasi di Cagar Alam Martolu

Purba, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun ... 39 3. Hasil Perhitungan Indeks Shanon-Wiener di

Cagar Alam Martolu Purba ... 47 4. Inventarisasi Tumbuhan obat berdasarkan data internet ... 52 5. Dokumentasi ... 53

(14)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Hutan merupakan kumpulan pepohonan yang tumbuh rapat beserta tumbuh-tumbuhan merambat dengan bunga yang beraneka ragam warna serta simpanan sumber plasma nutfah yang berperan penting bagi kehidupan muka bumi. Potensi sumber daya tanaman hias di Indonesia termasuk banyak, kerabat anggrek di negara Indonesia diperkirakan sebanyak 5000 jenis, Aneka macam paku–pakuan di Indonesia diperkirakan 1.300 jenis dan palem-paleman asli Indonesia tercatat 99 jenis, selain anggrek dan palem–paleman asli Indonesia yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai tanaman hias juga terdapat talas-talasan (Araceae) dan pandan-pandanan (Pandanaceae), belum seluruhnya kekayaan sumber daya flora hias di Indonesia diketahui potensinya (Rukmana, 1997).

Tumbuhan hias yang di budidayakan adalah tumbuhan hias yang memiliki nilai estetika yang tinggi sehingga banyak dijadikan sebagai penghias halaman atau di dalam ruangan. Dari habitat aslinya, tumbuhan ini hidup di hutan di bawah tegakan pohon yang terlindungi dari sinar matahari langsung. Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan akan tumbuhan hias daun meningkat pesat.

Peningkatan permintaan ini secara tidak langsung berdampak terhadap peningkatan terhadap perekonomian Nasional, sehingga para pengusaha tumbuhan hias akan mencari alternatif tanaman hias lain yang berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu contoh tumbuhan hias yaitu, Begonia (Begoniaceae) yang termasuk tumbuhan liar yang tumbuh di hutan yang basah atau kadang ditanam sebagai tanaman hias, Tumbuh dengan baik di tempat lembab, tanah berhumus, dan di tempat yang sedikit ternaungi (Siregar Dkk, 2019).

Persepsi tumbuhan hias dari berbagai orang adalah tumbuhan hias yang mempunyai bunga dan mahkota yang cantik dan menarik sehingga tumbuhan yang tidak memiliki bunga tidak disebut tumbuhan hias. Pola pikir seperti ini harus diubah karena tumbuhan hias yang tidak memiliki bunga sendiri apabila dapat memberikan kesan indah dan cantik dapat juga disebut sebagai tumbuhan hias dan langka atau berbentuk aneh. Athorick Dkk (2007) menyatakan bahwa tumbuhan yang boleh dikatakan sebagai tumbuhan hias bukanlah tumbuhan hias

(15)

yang berbunga saja, melainkan tumbuhan hias yang tidak berbunga pun dapat dikatakan sebagai tumbuhan hias apabila tumbuhan tersebut dapat memberikan kesan keindahan, kesejukan, keceriaan, kenyamanan, ketenangan, dan kehangatan bagi siapapun yang melihatnya atau yang berada didekat atau di sekelilingnya.

Tumbuhan obat sudah banyak di ketahui orang dan sudah banyak di manfaatkan orang Indonesia sejak jaman dahulu hingga sampai saaat ini.

Tumbuhan obat banyak di peroleh dari alam liar contohnya tumbuhan obat yang berada di hutan. Zuhud (2009) mengatakan bahwa hutan tropis Indonesia dan budaya, informasi adat atau kearifan lingkungan dari berbagai kelompok etnis yang hidup dan telah dikelilingi oleh lingkungan hutan merupakan sumber daya publik yang penting untuk kemajuan kesejahteraan negara. Banyak informasi konvensional tentang pemanfaatan tanaman restoratif dari identitas yang berbeda telah dibuat.

Cagar alam merupakan suatu kawasan suaka alam karena keadaan alamnya memiliki ciri kusus tersendiri kekhasan suatu tumbuhan, ekosistem, satwa atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Cagar alam termasuk ke dalam bagian dari kawasan konservasi (kawasan suaka alam) maka dari itu kegiatan wisata atau kegiatan lain boleh dilakukan yang bersifat komersial. Kawasan hutan yang masih mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi adalah salah satunya berada di Cagar Alam Martolu Purba. Cagar Alam Martolu Purba termasuk cagar alam yang sangat jarang tersentuh tangan manusia sehingga Cagar Alam Martolu Purba mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan yang cukup tinggi. Masih sangat banyak tumbuhan yang belum teridentifikasi secara optimal, dikarenakan masih sedikit bahkan belum ada orang yang melakukan atau mengeksplorasi tumbuhan yang berpotensi hias di cagar alam martolu purba ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengeksplor jenis-jenis tumbuhan hias dan obat yang ada di Cagar Alam Martolu Purba.

(16)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi keanekaragaman jenis tumbuhan yang berpotensi hias dan obat baik yang di dalam plot maupun di luar plot.

2. Menganalisis struktur vegetasi di Cagar Alam Martelu Purba.

3. Mengenalisis jenis tumbuhan bawah yang terdapat di Cagar Alam Martelu Purba.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi mengenai tumbuhan yang berpotensi hias dan obat di Cagar Alam Martelu Purba, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pelestarian flora di kawasan tersebut.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan Hias

Eksplorasi adalah proses penelusuran atau penjelajahan plasma nutfah tanaman untuk menemukan, mengumpulkan, dan meneliti jenis plasma nutfah tertentu guna menyelamatkannya dari kepunahan. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman tumbuhan flora dan fauna, salah satunya termasuk tumbuhan paku. Tumbuhan paku-pakuan merupakan tumbuhan kormophyta dengan spora yang dapat bertahan hidup di mana saja (kosmopolitan).

Tumbuhan paku khususnya Cyathea Sp. merupakan tumbuhan hiasa yang melimpah dan tersebar luas terutama pada hutan hujan tropis. Cyathea Sp.

berperan penting dalam keseimbangan ekosistem hutan antara lain untuk mencegah erosi dan mengendalikan pengaturan tata guna air. Tumbuhan paku terdapat dalam berbagai ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi biologis, mulai dari yang tuingginya 2 cm pada paku-pakuan yang hidup di air hingga yang setinggi 5 cm pada tumbuhan paku yang hidup di darat, misalnya paku tiang (Elsifa dkk, 2019).

Tumbuhan paku merupakan salah satu tumbuhan hias yang biasa digunakan sebagai tumbuhan hias meskipun tidak berbunga tetapi memiliki daun yang beragam dan tidak kalah indah dengan tumbuhan berbunga. Pakis banyak dicari oleh pecinta tumbuhan hias karena keindahan daun dan sorusnya. Sukarsa dkk (2011) menyatakan spesies tumbuhan paku yang di Kebun Raya Baturraden dan species tumbuhan paku yang dapat dimanfaatkan sebagai tumbuhan hias.

Tumbuhan yang memiliki nilai estetika tinggi dikenal sebagai tumbuhan hias. Selain itu, tumbuhan ini memiliki nilai moneter untuk dekorasi dalam dan juga luar ruangan. Dalam hal ini, tumbuhan hias pun dapat dikembangkan menjadi suatu bisnis yang menguntungkan dalam hal perekonomian. Meski tumbuhan hias merupakan kebutuhan sekunder, namun tumbuhan ini mulai populer di masyarakat. Tumbuhan hias ini dibutuhkan oleh masyarakat dari kalangan kelas bawah hingga atas, namun tujuan penggunaannya berbeda-beda ada yang hanya untuk menghijaukan rumah, ada pula yang untuk menambah gengsi. Tumbuhan

(18)

hias juga diperlukan di perkantoran/ instansi, pertokoan, hotel, dan tempat umum lainnya hingga pada tempat tinggal pribadi (Lakamisi, 2010).

Tumbuhan Hias merupakan tumbuhan yang terdapat di hutan maupun terdapat di luar hutan. Tumbuhan hias biasanya banyak digunakan sebagai hiasan pekarangan rumah maupun pekarangan lainya. Banyak orang mengambil tumbuhan hias yang langka dari hutan untuk sebagai hiasan dan tidak memikirkan dampak-dampaknya. Seperti yang di utarakan Majanah dan Saputri (2019).

Tumbuhan hias merupakan tumbuhan yang dibudidayakan atau ditanam maupun tumbuh liar karena memiliki nilai keindahan baik pada bunga, daun, maupun keseluruhan dari bagian tanaman tersebut. Tumbuhan hias biasanya banyak dijumpai pada halaman/ perkarangan rumah dan Tumbuh liar di Hutan. Tumbuhan hias selain untuk memberikan keindahan juga dapat dimanfaatkan sebagai obat.

Tumbuhan Obat

Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang salah satu atau seluruh bagiannya mengandung senyawa aktif yang baik untuk kesehatan dan dapat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit. Daun, buah, bunga, akar, rimpang, batang (kulit), dan getah (resin) merupakan bagian tumbuhan yang dapat digunakan sebagai tumbuhan obat. Merebus dan menumbuk (diperas) merupakan dua metode untuk membuat ramuan terapeutik dari tanaman. Sementara itu ramuan obat dapat digunakan dengan tiga cara yaitu: diminum, ditempel, atau dibasuh dengan air pencuci. Penggunaan dengan cara meminum biasanya untuk pengobatan organ tubuh bagian dalam, sedangkan dua cara lainnya digunakan untuk merawat tubuh bagian luar dan begitu juga yang lainnya (Jane dan Rosye, 2010).

Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang berkhasiat obat yang dimanfaatkan dalam pengobatan dan pencegahan penyakit. Pengertian tumbuhan berkhasiat obat adalah tumbuhan yang mengandung senyawa aktif yang berfungsi mengobati penyakit tertentu namun bila tidak mengandung senyawa aktif tertentu tetapi mengandung efek resultan/ sinergi dari berbagai zat yang dapat berfungsi sebagai obat (Flora, 2008).

Penggunaan tumbuhan sebagai obat bisa dengan cara diminum, ditempel, untuk mencuci/ mandi, dihirup untuk memenuhi konsep kerja reseptor sel dalam menerima senyawa kimia atau rangsangan sebagai obat. Obat tradisional telah

(19)

dikenal masyarakat luas keberadaannya hingga saat ini. Hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah yang terus membina dan mengembangkannya. Salah satu pengobatan tradisional yang sedang trend saat ini adalah ramuan tumbuhan obat secara empirik, ramuan tradisional dengan tumbuhan obat paling banyak digunakan oleh masyarakat. Penggunaan ramuan tradisonal digunakan untuk menyembuhkan suatu penyakit, untuk menjaga serta memulihkan kesehatan (Stepanus, 2011).

Tumbuhan bawah

Tumbuhan bawah merupakan suatu tipe vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon. Tumbuhan bawah memiliki peran penting dalam konservasi tanah dan air. Hal ini disebakan karena tumbuhan bawah memiliki sistem perakaran yang banyak sehingga menghasilkan rumpun yang rapat dan dapat mencegah erosi tanah, sebagai pelindung tanah dari butiran hujan dan aliran permukaan. Hal ini juga berperan dalam peningkatan kandungan bahan organik dalam tanah (Indri Dkk, 2017).

Yuniawati (2013) menyatakan bahwa kecuali anakan pohon, tumbuhan bawah adalah suatu bentuk vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan.

Rumput–rumputan, herba, semak belukar dan paku–pakuan merupakan bagian dari tumbuhan bawah. Tumbuhan bawah merupakan tumbuhan dengan lingkar batang < 6,3 cm yang berperan penting dalam ekosistem hutan dan menentukan iklim mikro.

Kondisi habitat sangat berkaitan erat dengan perbedaan struktur dan komposisi pada setiap lapisan tumbuhan bawah. Ketinggian tempat di atas permukaan laut merupakan salah satu unsur lingkungan yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan. Kekayaan jenis, struktur dan komposisi vegetasi tumbuhan bawah, keadaan tanah, suhu, intensitas cahaya dan air semuanya dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Ketinggian tempat berpengaruh secara tidak langsung dalam proses fotosintesis serta akan menjadi faktor pembatas yang akan menghambat pertumbuhan tumbuhan bawah (Wijayanti, 2011).

Analisis Vegetasi

Analisis vegetasi secara terperinci dan terorganisir terhadap hutan perlu dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman hayati yang terdapat di hutan

(20)

sehingga mempermudah dalam melakukan pemeliharaan dan pemberdayaan hutan. Data jenis tumbuhan, diameter dan tinggi tumbuhan diperlukan dalam analisis vegetasi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat memberikan informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Pepohonan tinggi berperan sebagai komponen dasar dari hutan berperan penting dalam menjaga kesuburan tanah dengan menghasilkan serasah sebagai sumber hara penting bagi vegetasi hutan (Munawwaroh, 2016).

Perlu dilakukannya analisis vegetasi pada hutan untuk mengetahui keanekaragaman hayati yang terdapat di hutan tersebut sehingga mempermudah didalam melakukan pemeliharaan dan pemberdayaan hutan. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data jenis tumbuhan, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Analisis vegetasi dapat memberikan informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi komunitas tumbuhan (Heriyanto, 2007).

Analisis Vegetasi hutan bertujuan untuk mengetahui komposisi hutan.

metode petak dan metode tanpa petak merupakan dua bentuk utama dari kegiatan analisis vegetasi hutan. Metode petak digunakan dengan kombinasi antara metode jalur (untuk risalah pohon ) dengan metode garis petak (untuk risalah permudaan).

Terdapat dua jenis tindakan yang diketahui untuk mendapatkan informasi atau data yang diinginkan dalam penelitian dibidang ekologi hutan serta disiplin ilmu lain yang berhubungan dengan sumber daya alam. Kedua jenis pengukuran yang dimaksud adalah jenis pengukuran yang tidak merusak (non destructive measure) dan pengukuran yang bersifat merusak (destructive measure). Untuk keperluan penelitian agar hasil datanya dapat dianggap sah (valid) secara statistika, penggunaan kedua jenis pengukuran tersebut adalah pengukuran mutlak harus menggunakan satuan contoh (sampling unit), apabila bagi seorang peneliti yang menggambil objek hutan dengan cakupan aeal yang luas (Latifah, 2005).

Letak Umum Kawasan Cagar Alam Martolu Purba

Cagar alam Martolu Purba terletak di Kabupaten Simalungun, Sekitar 120 Kilometer dari Medan dan sekitar 60 menit dari Berastagi. Cagar Alam Martolu Purba belum banyak di kenal orang karna keberadaan atau letak wilayah cukup

(21)

jauh dari wilayah perkotaan dan apa bila ingin melakukam kunjungan dari kota harus membutuh kan waktu yang cukup lama.

Banyak masyarakat yang memanfaatkan Cagar Alam Martolu Purba untuk menambah mata pencarian. Sebagian masyarakat dapat mencari nira, sarang tawon untuk di jual dan untuk menambah penghasilan masyarakat tidak cuman itu saja pohon bambu juga banyak di cagar alam ini pohon bambu di ambil lalu di jual kepada orang-orang yang ingin membeli atau orang-orang yang membuat keranjang dari bambo, aktivitas perburuan juga masih sering dilakukan masyarakat di Cagar Alam ini.

Cagar alam Martelu Purba secara administratif terletak di Desa Purba Tongah dan Kelurahan Tiga Runggu, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, Propinsi Sumatera Utara.Berdasarkan letak geografis, Cagar Alam Martelu Purba terletak pada koordinat 20 53' – 20 54' LU dan 980 42' – 980 43' BT. Kawasan Cagar Alam Martelu Purba terletak pada ketinggian s/d 1.320 mdpl. Petani merupakan mata pencaharian utama masyarakat di sekitar Cagar Alam Martelu Purba. Kemudian ada yang bermata pencaharian dengan berdagang, bekerja dalam bidang kerajinan (seperti menenun, membuat ulos, atau mengukir kayu) dan PNS (Pegawai Negeri Sipil). Tambahan pendapatan masyarakat diperoleh dari hasil hutan seperti air nira, tanaman obat, daun sungkit, buah aren, daun aren (sapu lidi), dan kayu bakar (soban).

(22)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2020 sampai dengan Oktober 2020. Penelitian ini dilakukan di Cagar Alam Martolu Purba, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pengambilan data dan analisis data. Alat pengambilan data antara lain GPS (Global Position System), pita ukur, pisau, tali rafia parang, kamera, phiband, haga hypsometer dan alat tulis. Alat analisis data yang digunakan adalah komputer, Microsoft Excel.

Sedangkan Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah tallysheet, kantong plastic dan peta lokasi.

Prosedur Penelitian Jenis Data

Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dengan menggunakan petak pengamatan. Sedangkan data sekunder adalah data yang sifatnya mendukung data primer diperoleh melalui studi literatur, hasil-hasil penelitian terdahulu, dan instansi. Terkait data sekunder yang diambil meliputi karakteristik lokasi penelitian seperti kondisi iklim, dan kondisi umum vegetasi hutan, kawasan terbuka hijau masyarakat setempat.

Metode Penelitian

1. Mengidentifikasi jenis tumbuhan obat dan hias

Mencatat seluruh jenis tumbuhan obat dan tumbuhan hias baik didalam plot maupun di luar plot pengamatan.

2. Analasis Vegetasi

Kegiatan analisis vegetasi dilakukan dengan metode jalur dengan garis berpetak, dengan ukuran masing-masing petak 20 m x 20 m. Pada setiap jalur diletakkan beberapa petak ukur seperti Gambar 1.

(23)

Gambar 1. Desain metode garis berpetak yang digunakan untuk penelitian

Keterangan:

Petak A : petak ukur untuk pohon dengan ukuran 20 m x 20 m Pohon : pohon dewasa dengan diameter ≥ 20 cm.

Petak B : petak ukur untuk tiang dengan ukuran 10 m x 10 m

Tiang : pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.

Petak C : petak ukur untuk pancang dengan ukuran 5 m x 5 m Pancang : permudaan dengan tinggi 1,5 m berdiameter < 10 cm.

Petak D : petak ukur untuk semai dengan ukuran 2 m x 2 m Semai : sejak perkecambahan sampai tinggi 1,5 m

3. Analisis tumbuhan bawah

Adapun analisis vegetasi yang dilakukan di lapangan meliputi analisis vegetasi tumbuhan bawah yang dilakukan dengan pembuatan plot ukuran 2 m x 2 m sebanyak 100 plot.

Analisis data

Data dianalisis tetapi hanya dikelompokkan berdasarkan klasternya setelah terlebih dahulu diketahui nama latin dari jenis tumbuhan tersebut. Data vegetasi dianalisis dengan menggunakan rumus-rumus (Soerianegara dan Irawan, 1982).

sebagai berikut:

20 m

20 m

(24)

1. Mengidentifikasi Jenis Tumbuhan Obat dan Hias

Dari hasil identifikasi yang telah dilakukan di lapangan, Data tersebut akan ditabulasikan dalam bentuk tabel.

2. Analisis Vegetasi

Data vegetasi dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

a. Kerapatan suatu jenis (K) (ind/ha)

b. Kerapatan relatif suatu jenis (KR) (%)

c. Frekuensi suatu jenis (F)

∑ d. Frekuensi relatif suatu jenis (FR) (%)

e. Dominansi suatu jenis (D) (m2/ha). D hanya dihitung untuk tingkat tiang dan pohon.

Luas bidang dasar (LBDS) suatu pohon yang digunakan dalam menghitung dominansi jenis didapatkan dengan rumus:

(25)

Dimana R adalah jari-jari lingkaran dari diameter batang; D adalah DBH.

LBDS yang didapatkan kemudian dikonversi menjadi m2 f. Dominansi relatif suatu jenis (DR) (%)

g. Indeks Nilai Penting (INP)

Indeks nilai penting (importance value index) adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi (tingkat penguasaan) spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan. (INP) dihitung dengan rumus:

Tingkat tiang dan pohon:

INP = KR + FR + DR

Untuk tingkat semai dan pancang:

INP = KR + FR Keterangan:

KR = Kerapatan Relatif FR = Frekuensi Relatif DR= Dominansi Relatif h. Indeks Shannon-Wienner

Keanekaragaman jenis dapat dihitung menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wienner dengan rumus sebagai berikut.

H′ = ∑

Keterangan:

H’ = Indeks keragaman Shannon-Wienner Ni = Jumlah individu spesies

Nt = Jumlah total individu seluruh jenis

3. Analisis Jenis Tumbuhan Bawah

Data tumbuhan bawah dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(26)

a. Kerapatan suatu jenis (K) (ind/ha)

b. Kerapatan relatif suatu jenis (KR) (%)

c. Frekuensi suatu jenis (F)

d. Frekuensi relatif suatu jenis (FR) (%)

e. Indeks Nilai Penting (INP)

Indeks nilai penting (importance value index) adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi (tingkat penguasaan) spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan. Indeks nilai penting (INP) dihitung dengan rumus:

Tingkat semai:

INP = KR + FR Keterangan:

KR = Kerapatan Relatif FR = Frekuensi Relatif f. Indeks Shannon-Wienner

Keanekaragaman jenis dapat dihitung menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wienner dengan rumus sebagai berikut.

(27)

H′ = ∑

Keterangan:

H’ = Indeks keragaman Shannon-Wienner Ni = Jumlah individu satu jenis

Nt = Jumlah total individu seluruh jenis Metode Penentuan Jumlah Plot

Lokasi penelitian ini berada di Cagar Alam Martolu Purba, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Luas total ± 195 Ha. karna peraturan dari pengawas cagar alam untuk jumlah plot maksimal 100 plot karna mengingat apa bila di lakukan penelitian sebenyak 5% akan menyebabkan vegetasi hutan yang berada di plot akan bertambah rusak karna sebelumnya sudah di lakukan penghitungan pohon meranti oleh pihak kantor pusat kehutanan.

(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Jenis Tumbuhan Hias di Cagar Alam Martolu Purba

Adapun jenis tumbuhan hias yang ditemukan di Cagar Alam Martolu Purba dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis-jenis Tumbuhan Hias yang Terdapat di Cagar Alam Martolu Purba No Nama

Tumbuhan Nama Latin Familli

Manfaat Berdasarkan

wawancara

Gambar 1 Paku sarang

burung

Asplenium nidus

Aspleniaceae Memperindah lingkungan serta dapat digunakan untuk obat luka memar, pelancar buang air kecil, serta penyubur rambut.

2 Nephrolepis Nephrolepis biserrata

Lomariopsidaceae Sebagai tanaman penutup tanah, penyumbang karbon, meningkatkan cadangan air tanah dan mengurangi terjadinya defisit air tanah

3 Anggrek Pohon (Anggrek daun rumput)

Agrostophyll um sp.

Orchidaceae Digunakan sebagai hiasan rumah serta dapat

meningkatkan kualitas udara

(29)

No Nama

tumbuhan Nama ilmiah Familli

Manfaat berdasarkan

wawancara

Gambar 4 Anggrek

Permata

Anoectochill us

reinwardtii Blume

Orchidaceae Digunakan sebagai hiasan rumah serta dapat

meningkatkan kualtas udara

5 Daun Bungkus .

Smilax rotundifolia

Smilacaceae Dapat digunakan sebagai tumbuhan obat untuk

mengobati penyakit sifilis

6 Keladi Caladium Araceae Sebagai

penangkal radikal bebas

7 Anggrek Dendrobium connatum

Orchidaceae Dapat digunakan untuk

memperindah ruangan rumah

8 Pakis Dennstaedtia scandens

Dennstaedtiaceae Digunakan sebagai hiasan rumah

(30)

No Nama

tumbuhan Nama ilmiah Familli

Manfaat berdasrakan

wawancara

Gambar 9 Anggrek

tanah

Cymbidium 0rchidaceae Dapat digunakan sebagai hiasan rumah serta tanaman lili dapat memfilter karbon

monoksida serta senyawa

berbahaya lainnya.

10 Kuping gajah Anthurium Araceae Dapat

memperindah ruangan rumah, sebagai

relaksisasi serta dapat berfungsi juga sebagai antiinflamasi

11 Paku Tiang Cyathea Contaminans

Cyatheaceae Sebagai media tanaman anggrek ataupun

dijadikan ukiran.

12 Sungkit Curculigo latifolia

Hypoxidaceae digunakan untuk mengobati demam dan diuretic.

(31)

No Nama

tumbuhan Nama ilmiah Familli

Manfaat berdasarkan

wawancara

Gambar 13 Anggrek

oberonia

Oberonia complanata

Orchidaceae Sebagai tanaman hias yang

mempunyai keunikan serta daya tarik tersendiri.

14 Alocasia Alocasia arifolia

Araceae Dapat

digunakan sebagai hiasan rumah

15 Paku andam Gleichenia longissima

Gleicheniaceae Digunakan sebagai

tanaman hias di rumah-rumah

16 Pakis gajah Angiopteris avecta

Marattiaceae Sebagai penambah keaneka ragaman jenis tumbuhan di hutan

(32)

No Nama tumbuhan Nama ilmiah Familli

Mnafaat berdasarkan

wawancara

Gambar 17 Paku huperzia Huperzia

phlegmaria

lycopodiaceae Dapat digunakan sebagai hiasan rumah dan sebagai penyeimbang tumbuhan hutan

18 Bunga kelelawar Tacca chantrieeri

Diosscoreales Sebagai penambah keaneka ragaman jenis tumbuhan di hutan dan sebagai tumbuhan hias

19 Eria Eria stelata Orchidaceae Sebagai

penambah keaneka ragaman jenis tumbuhan di hutan dan tumbuhan hias

20 Anggrek - Orchidaceae Sebagai

penambah keaneka ragaman jenis tumbuhan di hutan dan tumbuhan hias

(33)

Tabel 1 menunjukkan di Cagar Alam Martelu terdapat 20 jenis spesies tumbuhan hias. Untuk tumbuhan hias yang bersifat langka atau masuk kedalam daftar yang di langkakan tidak boleh di ambil atau di bawa daric agar alam.

Walaupun tumbuhan hias tersebut masuk ke dalam hasil hutan bukan kayu yang boleh di manfaat kan oleh masyarakat sesuai dengan maanfatnya. Sedangkan tumbuhan di atas tidak masuk dalam tumbuhan yang langka, maka dari itu dapat di manfaatkan dan di kelola oleh masyrakat sekitar cagar alam untuk mendukung perekonnomian masyrakat sekitar sesuai dengan isi dari peraturan undang-undang PP RI No. 8 tahun 1999 Bab V pasal 19 ayat 2 yang di tuliskan sebagai berikut, Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), perdagangan dalam skala terbatas dapat dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar Areal Buru dan di sekitar Taman Buru sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan tentang perburuan satwa buru.

Paku Sarang Burung (Asplenium nidus)

Asplenium nidus atau yang sering di sebut orang Paku Sarang Burung merupakan Paku sayur, dan akarnya untuk media tanaman hias Asplenium nidus di kenal sebagai Paku Sarang Burung atau kedaka merupakan salah satu jenis paku- pakuan epifit dari suku aspliniceae ( Ning K dan Hartini S, 2019).

Anggrek ( faimili orchidaceae )

Anggrek merupakan Tanaman Hias termasuk dalam faimili orchidaceae, keanekaragaman jenis dan verietes anggrek di seluruh dunia sanggat tinggi tersebar pada daerah tropis dan sub tropis akan tetapi banyak ditemukan di daerah hutan tropis ( Pandey B, 2003).

Kuping Gajah ( Antharium )

Kuping Gajah ( Antharium ) merupakan salah satu jenis tanaman hias yang telah di kenal oleh hobiis tanaman hias dan dibudidayakan dalam skala luas di lingkungan industry florikultura. Di kalangan hobiis tanaman, antharium memiliki nama umum internasional, yaitu flamingo lili, taili flower, dan oil cloth flower.

Nama-nama ini sesusai dengan bentuk bunga antharium yang unik ( Lingga L, 2007).

(34)

Paku Tiang ( Cyathea Contaminans )

Tumbuhan paku banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias meskipun tidak mempunyai bunga, akan tetapi mempunyai daun-daun yang beranekaragam dan tidak kalah cantiknya dengan tumbuhan berbunga. Keindahan daun dan sorusnya telah banyak menarik perhatian pecinta tanaman hias sehingga tumbuhan paku banyak dicari. Tumbuhan paku umumnya dicirikan oleh pertumbuhan pucuknya yang melingkar. Tumbuhan paku menghasilkan spora yang terbentuk di dalam sporangium. Spora ini juga digunakan sebagai alat untuk berkembangbiak.

Spora tumbuhan paku dibagi dua, yaitu spora jantan dan spora betina ( Sukarsa dkk, 2011).

Tumbuhan hias tidak selalu harus ada bunga namun tumbuhan hias juga dapat di katakana karna bentuk daun atau bentuk batang yang unik. Untuk tumbuhas hias di cagar Alam Martolu Purba ada jenis anggrek anggrekan ada juga jenis paku-pakuan da nada juga jenis keladi dari jenis anggrek tidak semua memiliki bunga contohnya anggrek tanah, anggrek tanah tidak memiliki bunga namun memiliki corak daun yang cukup unik begitu juga dengan keladi banyak yang memiliki daun yang unik dan bunga yang unik dan pakis juga banyak jenisnya yang memiliki daun atau bentuk daun yang unik unik yang di nyatakan sebagai tumbuhan hias.

Irwati dan kinho (2012) menyatakan bahwa di Cagar Alam Gunung Ambang menemukan dalam penelitianya tumbuhan paku yang termasuk ke dalam tumbuhan hias senbanyak 41 jenis dan tumbuhan obat sebanyak 11 jenis.

Sedangkaan di Cagar Alam Martolu Purba di temukan tumbuhan hias dan paku sebanyak 20 jenis dan tumbuhan obat sebanyak 14 jenis. Dapat diketahui bahwa tumbuhan hias dan obat mampu tersebar di seluruh lokasi hutan yang berbeda kondisi alamnya.

Jenis tumbuhan hias paku-pakuan lebih banyak ditemukan di daerah pegunungan dari pada di dataran rendah. Surfiana dkk (2018) menyatakan Tumbuhan paku mampu untuk tumbuh di tempat yang lembab, dan pada umumnya banyak jenis tumbuhan paku di daerah pegunungan lebih banyak ditemukan dari pada di dataran rendah, hal ini disebabkan karena adanya kelembaban yang tinggi, adanya kabut, banyaknya aliran, bahkan banyaknya

(35)

curah hujanpun mempengaruhi jenisnya. Selain perbedaan ketinggian ada juga perbedaan jenis pohon pada ketiga lokasi tersebut, sehingga dengan adanya variasi pohon juga akan mempengaruhi faktor abiotik yang pada akhirnya mempengaruhi keberagaman tumbuhan paku.

Tumbuhan jenis anggrek yang langka juga di temukan di Cagar Martelu Purba jenis tersebut Anggrek pohon, Anggrek permata, anggrek dendrobium, dan anggrek oberonia. Jenis tumbuhan anggrek tidak begitu banyak ditemukan seperti jenis tumbuhan hias paku-pakuan mengingat jenis tumbuhan anggrek sangat sulit ditemukan dan sangat langka dan banyak juga orang pecinta tumbuhan hias yang rela mencari tumbuhan hias jenis-jenis yang langka di hutan yang tumbuh liar. Anggrek merupakan tumbuhan hias yang pertumbuhannya di ketahui sangat lambat yang membuat tumbuhan jenis anggrek sangat di lindungi.

Hadi siswanto (2005) menyakatan bahwa Anggrek Termasuk salah satu tumbuhan yang memiliki sosok atau tampilan cukup indah Tumbuhan anggrek menyajikan untaian, bentuk, dan corak bunga yang beragam. Anggrek mampu tumbuh di hutan-hutan yang gelap, di lereng-lereng terbuka, di batu-batu karang terjal di kaki gunung.

Tumbuhan hias jenis keladi keladian juga termasuk ke dalam jenis tumbuhan hias namun tidak semua jenis tergolong ke dalam jenis tumbuhan hias.

Tumbuhan keladi jenis hias yang terdapat yaitu Caladium, Anthurium, Alocasia arifolia, jenis jenis ini juga banyak ditemukan di cagar alam martelu purba mengingat cagar alam ini termasuk dalam cagar alam yang lembab dan gelap.

Sesuai dengan pernyataan Mutmainah Dkk. (2015) yang menyatakan bahwa Suatu tanaman di golongkan dalam tanaman hias bunga apabila tanaman tersebut mempunyai bunga menarik yang disebabkan oleh warna yang memikat, bentuk yang indah dan mempesona, bau yang harum, atau oleh ukurannya yang istimewa.

Tanaman hias daun mempunyai daya tarik tersendiri pada bagian daunnya yang disebabkan oleh bentuk, warna, maupun komposisi daun dengan batang yang indah. Tanaman hias batang mengandalkan keindahan batangnya dalam pajangan.

Keindahan batang yang biasa ditampilkan adalah bentuk atau warnanya.

(36)

Identifikasi Jenis Tumbuhan Obat di Cagar Alam Martelu Purba

Jenis tumbuhan obat yang ditemukan di Cagar Alam Martolu Purba dapat di lihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis-jenis Tumbuhan obat yang Terdapat di Cagar Alam Martelu Purba Tumbuhan bawah

No Nama

tumbuhan Nama ilmiah Familli

Manfat hasil wawancara dari

masyarakat sekitar CA

Bagian yang digunakan dan cara

pengolahan 1 Longa begu Clibadium

surinamense

Asrteraceae Sebagai penyembuhan luka, diare, gangguan saluran pencernaan, diabetes melitus, serta demam.

Bagian daun dengan cara pengolahan direbus dan diminum, atau dengan cara dihaluskan lalu dioleskan pada luka.

2 Hulasar Urena lobata Malvacea Sebagai obat rempah rempah untuk

mengobati luka dan untuk mengobati demam

Bagian yang

digunakan yaitu dari daun hingga ke bagian tangkai dan batang dengan merebus dan dihaluskan.

3 Sambung nyawa

Gynura procumbens

Asteraceae Dapat digunakan untuk mengobati demam dan hipertensi dan penyakit gula

Bagian yang digunkan yaitu dari daun hingga kebagian tangkai dan akar dan batang dengan pengolaan merebus dan air rebusan di minum.

4 Senduduk Melastoma candidum

Melastomataceae Sebagai tanaman obat yang mampu mengobati penyakit diare

Tidak jauh berbeda dengan tumbuhan sebelumnya tumbuhan ini jugapemanfaatnnya dengan daun dan merebusnya

5 Sitarak Macaranga tanarius

Euphorbiaceae Sebagai tanaman obat yang mampu mengobati radang tenggorokan

tumbuhan ini juga pemanfaatnnya dengan daun yang memiliki anti bakteri

(37)

No Nama

tumbuhan Nama ilmiah Familli

Manfat hasil wawancara dari

masyarakat sekitar CA

Bagian yang digunakan dan cara

pengolahan 6 Palem Cyrtostachys

lakka

Arecaceae Sebagai tanaman obat yang mampu mengobati penyakit diare, baou mulut dll

tumbuhan ini juga pemanfaatnnya dengan mengonsumsi bijinya dengan sirih atau orang simalungun menyebut demban

7 Sungkit Curculigo latifolia

hipoksidacea Sebagai tanaman obat yang mampu mengobati penyakit demam dan yang sejenisnya

pemnfaatnnya dengan batang, akar , daun dan

Semai, Pancang, Tiang, Pohon

8 Modang Litsea sp Lauraceae Sebagai obat tradisional dalam pengobatan diare, dispepsia, gastroenteritis, edema, demam, artritis, asma, nyeri,

Bagian yang

digunakan yaitu kulit batang dan daun yang telah dikeringkan dan diseduh dengan air panas

9 Sikam Bischofia javanica

Euphorbiales Dapat digunakan sebagai rempah dan mengobati luka, diare, mag dan asam lambung.

Bagian kulit kayu digunakan untuk penyedap masakan, pada pemanfaatan sebagai obat dapat diseduh dengan air panas dan juga digunakan sebagai obat kumur.

10 Jati Tectona grandis

Lamiaceae Sebagai penyembuhan asma dan mempercepat penyembuhan luka

Bagian yang

digunakan yaitu daun jati dimana daun diubah menjadi ekstrak daun jati.

(38)

No Nama

tumbuhan Nama ilmiah Familli

Manfat hasil wawancara dari

masyarakat sekitar CA

Bagian yang digunakan dan cara

pengolahan 11 Rajamatan Leen angulate Malvacea Sebagai obat

rempah rempah dan mengobati luka dan untuk mengobati demam

Bagian yang digunkan yaitu dari daun hingga ke bagian tangkai dan batang dengan pengolaan merebus dan menghaluskan.

12 Pinang hutan Pinanga Kuhlii Arecaceae Dapat digunakan untuk mengobati disentri dan penyembuhan luka

Bagian yang digunkan yaitu dari buah dan akar. Buah di makan dan air sarinya ditelan serta pada akar dengan air rebusan yang diminum.

13 Kayu manis Cinnamomum verum

Lauraceae Sebagai penyembuhan diabetes dan membunuh virus

Bagian yang

digunakan adalah kayu dengan cara

pengolahan ekstrak kayu manis

14 Nangka Artocarpus integor

Moraceae Sebagai obat untuk mengobati malaria dan dapat mengurangi terjadinya gangguan saluran pencernaan serta dapat meningkatkan daya tahan tubuh

Bagian yang digunkan yaitu buah dengan memakan buah atau olahan buah Nangka

(39)

Penelitian ini dilakukan di cagar alam martelu purba dari data yang di dapat di lapangan diperoleh temuan 59 jenis keseluruhan vegetasi. Vegetasi terdiri dari tingkat semai, tingkat pancang, tingkat tiang, tingkat pohon dan tumbuhan bawah. Terdapat 17 jenis pada tingkat semai, 20 jenis pada tingkat pancang, 24 jenis pda tingkat tiang, 30 jenis pada tingkat pohon dan 34 jenis tumbuhan bawah.

Hasil analisis vegetasi tingkat Semai yang ditemukan di Cagar Alam Martolu Purba dapat di lihat pada Tabel 3

Tabel 3. Analisis Vegetasi Tingkat Semai

No Nama Latin Nama lokal K KR F FR INP

1 Acanthopanax malayanus Akhirsap 450,00 18,56 0,12 20,00 38,56 2 Didymosperma hastate Ariman 500,00 20,62 0,10 16,67 37,29 3 Cratoxylon formosum Arang 350,00 14,43 0,03 5,00 19,43 4 Cinnamomum verum kayu manis 175,00 7,22 0,07 11,67 18,88 5 Altingia excels Hulasar 150,00 6,19 0,05 8,33 14,52 6 Shorea playclados Meranti batu 200,00 8,25 0,03 5,00 13,25 7 Cinnamomum inners Sabal 100,00 4,12 0,04 6,67 10,79 8 Eugenia sp Huandolok 75,00 3,09 0,03 5,00 8,09 9 Ficus benjamina Beringin 100,00 4,12 0,02 3,33 7,46 10 Leen angulate Rajamatan 75,00 3,09 0,02 3,33 6,43

Hasil analisis vegetasi tingkat semai pada tabel 3 terdapat 17 jenis penyususun di Cagar alam Martolu Purba. Akirsap (Acanthopanax malayanus) menempati posisi tertinggi dengan INP sebesar 38,56. Sedangkan dengan INP paling rendah ada sebanyak enam jenis yaitu, Kopi robusta (Coffea canephora), Dap-dap (Fagara rhetsa), Mayang (Madhuca cuneata), Balangkoras (Pterospermum acerifolium), Modang (Litsea sp) sebesar 2,70.

Angka tersebut menunjukan bahwa pada tingkat semai Akirsap (Acanthopanax malayanus) merupakan jenis semai yang mendominasi di lokasi penelitian.

Analisis Vegetasi pada tingkat pancang yang dilakukan di cagar alam martolu purba dapat di lihat pada tabel 4.

(40)

Tabel 4. Analisis Vegetasi Tingkat Pancang

No Nama Latin Nama lokal K KR F FR INP

1 Acanthopanax malayanus Akhirsap

188,00 40,52 0,29 34,94 75,46

2 Coffea Kopi

40,00 8,62 0,06 7,23 15,85 3 Macadamia hildebrandii Makadame

36,00 7,76 0,04 4,82 12,58 4 Altingia excels Hulasar

24,00 5,17 0,06 7,23 12,40

5 Litsea sp Modang

28,00 6,03 0,05 6,02 12,06 6 Cinnamomum inners Sabal

24,00 5,17 0,05 6,02 11,20 7 Cinnamomum verum kayu manis

20,00 4,31 0,04 4,82 9,13 8 Cinnamomum verum kayu manis

20,00 4,31 0,04 4,82 9,13 9 Quercus sp. hoting bunga

16,00 3,45 0,04 4,82 8,27 10 Coffea Arabica Kopi Arabika

12,00 2,59 0,03 3,61 6,20 Pada tingkat pancang, ditemukan 20 jenis tumbuhan. Akirsap (Acanthopanax malayanus) memiliki INP tertinggi sebesar 75,46. Sedangkan dengan INP terendah adalah Huandolok (Euginia sp), Hoting Batu (Quercus sp), Mapat (Scolopia spinosa), Balangkoras (Pterospermum acerifolium), Simartolu (Schima sp), Ariman (Didymosperma hastate) sebesar 2,07.

Hasil analisis vegetasi tingkat tiang yang ditemukan di Cagar Alam martolu Purba dapat di lihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Analisis Vegetasi Tingkat Tiang

No Nama Latin K KR F FR D DR INP

1 Eugenia longiflora 30,00 15,96 0,14 10,22 0,02 3,65 29,83 2 Altingia excels 14,00 7,45 0,10 7,30 0,02 3,88 18,63 3 Macarang tanarius 14,00 7,45 0,07 5,11 0,02 4,07 16,63 4 Litsea sp 11,00 5,85 0,08 5,84 0,02 4,52 16,21 5 Cratoxylon Formosum 12,00 6,38 0,08 5,84 0,01 3,04 15,26 6 Didymosperma hastate 13,00 6,91 0,07 5,11 0,01 3,17 15,20 7 Cinnamomum inners 11,00 5,85 0,07 5,11 0,02 3,57 14,53 8 Madhuca cuneata 10,00 5,32 0,07 5,11 0,02 3,80 14,23 9 Styrax durame 6,00 3,19 0,05 3,65 0,02 5,87 12,71 10 Acanthopanax malayanus 9,00 4,79 0,06 4,38 0,02 3,53 12,70

Tabel 5 menunjukkan 24 jenis tumbuhan tingkat tiang. Hanawe (Eugenia longiflora) memiliki INP tertinggi yaitu sebesar 29,83. Sedangkan dengan INP terendah adalah Rajamatan (Leen angulate) sebesar 4,38.

(41)

Indeks Nilai Penting (INP) spesies tumbuhan pada suatu komunitas termasuk salah satu parameter yang menunjukkan peranan spesies tumbuhan tersebut dalam komunitasnya (Hidayat, 2017). Nilai (INP) yang diperoleh dapat menyimpulkan adanya penguasaan spesies dalam suatu habitat, spesies yang paling tinggi indeks nilai pentingnya adalah spesies yang mampu beradaptasi di lingkungan. Kategori nilai INP menurut Fahrul (2007) dalam Hidayat (2017) adalah sebagai berikut: INP>42,66 termasuk kategori tinggi, INP 21,98 - 42,66 termasuk kategori sedang, serta INP<21,96 termasuk kategori rendah.

Nilai INP paling tinggi di tingkat semai dan pancang adalah Akirsap (Acanthopanax malayanus) dengan nilai INP pada tingkat semai adalah 38,56 dengan INP terendah terdapat pada tumbuhan Kopi robusta (Coffea canephora), Dap-dap (Fagara rhetsa), Mayang (Madhuca cuneata), Balangkoras (Pterospermum acerifolium), Modang (Litsea sp) sebesar 2,70. Pada tingkat pancang nilai INP Akirsap (Acanthopanax malayanus) sebesar 75,46 serta INP terendah terdapat pada tumbuhan Huandolok (Euginia sp), Hoting Batu (Quercus sp), Mapat (Scolopia spinosa), Balangkoras (Pterospermum acerifolium), Simartolu (Schima sp), Ariman (Didymosperma hastate) sebesar 2,07. Hal ini menyatakan Arkhisap merupakan tumbuhan yang paling mampu beradaptasi sehingga banyak ditemukan di Cagar Alam Martolu Purba.

Indriyanto (2006) menyatakan keberhasilan tanaman ini untuk tumbuh dan bertambah banyak karena daya mempertahankan diri pada kondisi lingkungan.

Tingginya nilai INP pada Akirsap (Acanthopanax malayanus) dikarenakan tumbuhan Akirsap mampu bersaing dengan jenis lainnya terhadap tempat tumbuh, cahaya, air tanah, oksigen, unsur hara, dan karbon dioksida sehingga berakibat pertumbuhan pucuk yang bagus. Bila pertumbuhan pucuk bagus akan menyebabkan kemampuan tumbuhan ini untuk bersaing dalam memperoleh cahaya sebagai energi utama dalam proses fotosintesisnya dan berpengaruh baik juga bagi pertumbuhan batang, daun, serta akar. Pada kawasan yang terbuka, sinar matahari lebih banyak di peroleh. Oleh karena itu, banyak spesies tumbuhan yang saling bersaing untuk memperoleh sinar matahari.

Hasil analisis vegetasi tingkat tiang di di Cagar Alam Martolu Purba memiliki INP tertinggi yang berbeda dengan tingkat semai dan tingkat pancang.

Gambar

Gambar 1. Desain metode garis berpetak yang digunakan untuk penelitian
Tabel 1. Jenis-jenis Tumbuhan Hias yang Terdapat di Cagar Alam Martolu Purba  No  Nama
Gambar  17  Paku huperzia   Huperzia
Tabel 4. Analisis Vegetasi Tingkat Pancang
+2

Referensi

Dokumen terkait

Ketua Panita selaku personel yang bertanggungjawab memastikan bengkel berada dalam keadaan sempurna dan berupaya untuk pelaksanaan PdP sewajarnya mempunyai asas

Justeru itu, berdasarkan kepada ciri-ciri kekayaan yang berbeza daripada pelbagai media, kajian ini bertujuan untuk mengenal pasti bagaimana kefahaman

Usaha-usaha pembinaan akhlak anak asuh di panti asuhan yang diterapkan adalah dalam bentuk pembinaan melalui pendidikan shalat berjamaah, wirid pengajian, membaca al

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian pendidikan stimulasi ibu terhadap kesiapan toilet training anak toddler di Desa Sukoreno Sentolo

Bakteri asam laktat adalah salah satu kelompok mikroorganisme paling penting yang digunakan dalam fermentasi makanan, dan berkontribusi pada rasa dan tekstur produk fermentasi

Berdasarkan tabel persamaan dan perbedaan penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang telah

Kabupaten Klaten yang mengalami perubahan pola tanam, sebelum tahun 1975 penanaman pada sawah irigasi berupa padi 3 kali dalam setahun, namun karena curah hujan sekarang

Iklim Kabupaten Kuningan berdasarkan Smith dan Ferguson termasuk dalam kategori tropis, yang dicirikan oleh bulan basah selama 5 bulan yaitu pada bulan Desember – April