• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Selama Melaksanakan Dengan Pendekatan Inquiry

Dalam dokumen s pgsd 0806702 chapter4(1) (Halaman 43-51)

C. Pembahasan Hasil Penelitian Setelah Melaksanakan Pendekatan Inquiry 1. Pelaksanaan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Setelah

2. Hasil Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Selama Melaksanakan Dengan Pendekatan Inquiry

Hasil penelitian yang didapatkan pada saat penelitian tindakan kelas di kelas IV SD Negeri Darmaga IV sebanyak tiga siklus dapat memperbaiki proses dan suasana pembelajaran, adanya perbaikan pembelajaran terdapat pada hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Setiap kelemahan dan kekurangan yang ada pada setiap siklus mengalami perbaikan, baik partisipasi, aktivitas, suasana, kualitas, dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan oleh siswa. Dibawah ini pengelompokan hasil pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran pada siklus 3.

Tabel 4.18

Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran pada Siklus 3

No Nama Siswa Jenis Keaktifan 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Rudiono 2 Ahmad R √ 3 Dadi 4 Dede A √ 5 Dena Y √ 6 Entang S √ 7 Fadila N P √ Tabel 4.18 (lanjutan) 8 Fazrina R √ √ √ 9 Fuji F 10 Irma P 11 Jamil S P √ 12 M. Yusri √ √ 13 Mia R √ √ 14 Moch A I √ 15 M Rozak 16 Nisa N √ √ 17 Rahmat N R √ 18 Rifqi F √ 19 Riki W √ 20 Rio C √ √ 21 Rifki H √ 22 Sihab S √ √ 23 Siti N 24 Yoan O √ √ 25 Yosep Y 26 Zaenal A √ 27 Zaenal M √

28 Dendi F 29 Riki R √ 30 Robi R √ 31 Sela A 32 Windi S √ 33 Sibawaih A √ √ 34 Ikhsan N 35 Dimas W √ √ Jumlah (F) 5 3 4 6 7 4 4 2 Prosentase (%) 14,29 8,57 11,43 17,14 20 11,43 11,43 5,71 Keterangan :

1. Perhatian terhadap pelajaran 2. Mempelajari materi pelajaran 3. Mengemukakan pendapat

4. Bertanya pada guru/siswa lainnya 5. Memberikan jawaban

6. Berdiskusi antara peserta didik dalam menyelesaikan masalah 7. Menyimpulkan materi yang telah dipelajari

8. Berprilaku yang tidak relevan

Berdasarkan data tabel hasil observasi pada siklus ke 3 di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa telah menunjukan peningkatan aktifitas yang positif. Di mana aktifitas siswa di dalam memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan oleh guru atau siswa yang lainnya menempati prosentase tertinggi, yakni sebesar 20%. Demikian juga keberanian siswa untuk bertanya pada guru atau siswa lainnya telah

meningkat menjadi 17,14%. Antusiasme siswapun dalam mengikuti pembelajaran telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan, hal ini ditunjukkan oleh adanya peningkatan perhatian siswa terhadap pelajaran yang menempati prosentase tertinggi ke 3, yakni sebesar 14,29%. Selanjutnya, keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat, berdiskusi antara peserta didik dalam menyelesaikan masalah, dan menyimpulkan materi yang telah dipelajari masing-masing memperoleh prosentase sebesar 11,43%.

Dengan demikian, berdasarkan data di atas maka dapat dikemukakan bahwa model pembelajaran dengan pendekatan inquiry learning telah mampu meningkatkan keberanian siswa untuk lebih aktif bertanya, menjawab pertanyaan baik dari guru maupun dari temannya sendiri, memberikan sanggahan, menyampaikan ide/gagasan, perhatian dan antusias dalam belajar, bertanggung jawab, dan aktifitas-aktifitas positif lainnya sebesar 94,29%, sedangkan sisanya sebesar 5,71% masih harus dikembangkan dan diperbaiki dengan melakukan pembinaan dan pengarahan yang lebih komprehensif.

Hasil observasi sebagaimana diperlihatkan pada tabel di atas, didukung pula oleh data lain yang menunjukan peningkatan prestasi hasil belajar siswa pada mata pelajaran bersangkutan seperti dapat dilihat pada tabel Pengelompokan Hasil Nilai Pre Test dan Post Test di bawah ini :

Tabel 4.19

Pengelompokan Hasil Nilai Pre Test dan Post Test

1 Pertama 50,00 57,71

2 Kedua 59,43 70,00

3 Ketiga 67,43 81,71

Tabel diatas adalah hasil kesimpulan dari pernyataan dibawah ini yang diambil dari pelaksanaan tindakan dan observasi.

Dapat dilihat pada siklus pertama, hasil belajar siswa pada pre test dari 35 orang siswa kelas IV yang mendapat nilai tertinggi yaitu ada 2 orang siswa (5,72%), yang mendapat nilai terendah yaitu 3 orang siswa (8,57%), dan yang mendapat nilai diantara nilai tertinggi dan terendah yaitu 30 orang siswa (85,71%), sedangkan nilai rata-rata pre test adalah 50. Sedangkan hasil belajar siswa pada post test dari 35 orang siswa kelas IV yang mendapat nilai tertinggi yaitu ada 1 orang siswa (2,86%), yang mendapat nilai terendah yaitu 3 orang siswa (8,57%), dan yang mendapat nilai diantara nilai tertinggi dan terendah yaitu 31 orang siswa (88,57%), sedangkan nilai rata-rata post test

adalah 57,71.

Dapat dilihat pada siklus kedua, partisipasi keaktifan siswa pada pre test dari 35 orang siswa kelas IV yang mendapat nilai tertinggi yaitu ada 2 orang siswa (5,72%), yang mendapat nilai terendah yaitu 11 orang siswa (31,43%), dan yang mendapat nilai diantara nilai tertinggi dan terendah yaitu 22 orang siswa (62,85%), sedangkan nilai rata-rata pre test adalah 59,43. Sedangkan hasil belajar siswa pada post test dari 35 orang siswa kelas IV

yang mendapat nilai tertinggi yaitu ada 8 orang siswa (22,86%), yang mendapat nilai terendah yaitu 8 orang siswa (22,86%), dan yang mendapat nilai diantara nilai tertinggi dan terendah yaitu 19 orang siswa (54,28%), sedangkan nilai rata-rata post test adalah 70.

Dapat dilihat pada siklus ketiga, partisipasi keaktifan siswa dalam belajar mendapatkan peningkatan itu diperlihatkan dengan nilai hasil belajar mereka, dari 35 orang siswa kelas IV yang mendapat nilai tertinggi yaitu ada 1 orang siswa (2,86%), yang mendapat nilai terendah yaitu 15 orang siswa (42,86%), dan yang mendapat nilai diantara nilai tertinggi dan terendah yaitu 19 orang siswa (54,28%), sedangkan nilai rata-rata pre test adalah 67,43. Sedangkan hasil belajar siswa pada post test dari 35 orang siswa kelas IV yang mendapat nilai tertinggi yaitu ada 4 orang siswa (11,43%), yang mendapat nilai terendah yaitu 7 orang siswa (20%), dan yang mendapat nilai diantara nilai tertinggi dan terendah yaitu 24 orang siswa (68,57%), sedangkan nilai rata-rata post test adalah 81,71.

Berdasarkan data-data yang telah penulis sajikan di atas, maka penelitian ini telah membuktikan bahwa model pembelajaran dengan pendekatan inquiry learning telah mampu meningkatkan partisipasi keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS di SD. Pada sisi lain, dengan meningkatnya partisipasi keaktifan siswa ternyata telah mampu meningkatkan nilai prestasi hasil belajarnya sehingga lebih baik dibandingkan dengan sebelum

menggunakan metode pembelajaran inquiry. Dengan demikian, maka penelitian ini telah berhasil menjawab hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa model pembelajaran inquiry mampu meningkatkan partisipasi keaktifan siswa pada mata pelajaran IPS di SD.

Hasil penelitian ini telah memberikan deskripsi yang mendalam dan cukup nyata tentang kebermaknaan pengunaan pendekatan model pembelajaran inquiry pada pembelajaran IPS di sekolah dasar, di mana penggunaan pendekatan model pembelajaran inquiry secara meyakinkan telah mampu meningkatkan partisipasi keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Hal ini dimungkinkan karena siswa dirangsang dan dimotivasi untuk menyenangi pembelajaran IPS dengan memberikan stimulus dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan yang bisa membangkitkan semangat belajarnya dan siswa diberikan kebebasan untuk berekpresi, bereksperimen, dan berkreasi sesuai dengan daya nalar dan kemampuannya masing-masing, tentu saja dalam konteks dengan bimbingan dan pengarahan dari guru.

Penggunaan pendekatan model pembelajaran inquiry, apabila dibandingkan dengan model pembelajaran sebelumnya ternyata memberikan dampak yang positif bagi perkembangan partisipasi keaktifan siswa, karena dengan model ini siswa terlihat lebih senang dan nyaman dalam belajar sehingga keberaniannya timbul baik dalam menjawab pertanyaan, bertanya,

mengemukakan pendapat, mengemukakan gagasan, dan aktifitas–aktifitas positif lainnya.

Pelajaran IPS tidak lagi dipandang sebagai mata pelajaran yang menjemukan dan monoton, akan tetapi telah berubah bentuk menjadi mata pelajaran yang menyenangkan. Siswa merasa betah pada saat berlangsungnya proses pembelajaran karena secara leluasa bisa mengembangkan pemahaman dan kemampuannya sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Jadi pada dasarnya, dengan penerapan pendekatan model pembelajaran inquiry telah bisa merubah image dan pandangan siswa yang selama ini salah tentang mata pelajaran IPS. Sehingga terbangun image baru seperti telah penulis kemukakan di atas, yaitu pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang menarik, menyenangkan, dan menggairahkan. Siswa merasa betah dan merasa rindu untuk segera bertemu lagi dengan pembelajaran IPS, baik di kelas maupun di luar kelas, apalagi apabila guru berpenampilan menarik, ramah, dan menyenangkan bagi siswa.

Oleh sebab itu, penampilan dan pembawaan guru pada saat mengajar mutlak harus menjadi perhatian. Di samping menarik, ramah, dan menyenangkan bagi siswa, guru juga harus memiliki kompetensi yang memadai sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Guru dan Dosen serta PP No. 19 tahun 2005 yang menyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial.

Disinilah kemampuan dan kemapanan seorang guru diuji dan dipertaruhkan. Dengan kompetensi yang dimilikinya guru harus pandai memilih metode, model, dan pendekatan yang paling sesuai dengan karakteristik bahan ajar sehingga pembelajaran akan berlangsung cesara maksimal dan memberikan hasil yang maksimal pula. Demikian juga pemilihan model pembelajaran inquiry dalam penelitian ini ternyata telah membuat pembelajaran IPS lebih bermakna dan berhasil guna, karena mampu meningkatkan partisipasi keaktifan siswa dalam belajarnya.

Dalam dokumen s pgsd 0806702 chapter4(1) (Halaman 43-51)

Dokumen terkait