• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil pemetaan terumbu karang dan mangrove

Dalam dokumen STUDI BASELINE EKOLOGI BATAM (Halaman 52-64)

Peta sebaran terumbu karang dan mangrove di daerah studi dihasilkan dari proses digitasi citra yang merekam daerah studi. Oleh karena citra sebagai data dasar untuk menghasilkan peta, maka ketelitian peta yang dihasilkan sangat tergantung dari kualitas citra yang digunakan sebagai sumber data. Kualitas citra yang sangat berpengaruh terhadap hasil delineasi batas sebaran mangrove dan terumbu karang pada studi ini adalah besarnya tutupan awan dan bayangannya dalam citra. Pada daerah-daerah yang tertutup oleh awan atau bayangannya, delineasi batas hanya berupa perkiraan sehingga ini merupakan sumber kesalahan utama dalam

CRITC-COREMAP Jakarta 28

interpretasi. Tutupan awan pada citra yang digunakan untuk memetakan sebaran terumbu karang dan mangrove kali ini adalah sekitar 9%. Ini berarti bahwa ketelitian peta hasil delineasi dari citra adalah sekitar 91% jika sumber-sumber kesalahan lain dianggap tidak ada. Dengan demikian segala informasi yang diturunkan berdasarkan peta hasil interpretasi ini, seperti luasan mangrove, akan mempunyai deviasi sekitar 9%.

Berdasarkan hasil kerja lapang, dari sejumlah 53 titik yang dikunjungi di lapangan, 4 titik di antaranya (semuanya di P. Petong) ditemukan sebagai obyek yang salah interpretasi. Ke 4 titik tersebut diinterpretasi sebagai daratan tetapi di lapangan ternyata merupakan daerah tutupan mengrove. Setelah dicek-silang dengan citranya sebagai sumber data diketahui bahwa lokasi tersebut pada citra merupakan daerah yang tertutup awan. Oleh karenanya di P. Petong pada peta tidak didapati unit sebaran mangrove walaupun di lapangan ditemukan adanya ekosistem mangrove yang agak luas di bagian barat laut pulau. Kesalahan interpretasi ini jika dihitung berdasarkan penemuan adanya 4 titik yang salah dari 53 titik yang dikunjungi yaitu sekitar 8%. Ini sesuai dengan perkiraan semula bahwa kesalahan interpretasi dapat mencapai 9% jika didasarkan pada tingkat tutupan awan pada citra sebagai sumber data.

Dari peta hasil interpretasi diketahui bahwa dari kelima pulau yang merupakan wilkayah studi,

CRITC-COREMAP Jakarta 29

kelimanya dikelilingi oleh rataan terumbu karang. Rataan terumbu cenderung lebih lebar di bagian selatan pulau. Ini mengindikasikan bahwa di bagian selatan pulau karang relatif lebih berkembang. Luas terumbu karang di daerah penelitian di Batam yang meliputi P. Petong, P. Abang Besar, P. Abang Kecil, P. Dedap, P. Pengelap dan pulau-pulau kecil di antaranya yaitu 18,3318 km2.

Mangrove umumnya ditemukan pada wilayah yang terlindung dan umumnya tidak ditemukan di bagian timur pulau karena kondisi pantainya yang tidak memungkinkan. Sebaran mangrove yang sangat luas ditemukan di antara P. Abang Besar dan P. Abang Kecil sehingga kedua pulau tersebut hampir menyatu karenanya. Luas mangrove di daerah penelitian di Batam yaitu 4,6007 km2. Lampiran 2 menampilkan luasan mangrove dan terumbu karang yang mencakup hanya kelima pulau beserta pulau-pulau kecil di antaranya dan tidak mencakup keseluruhan Kotamadya Batam.

B. K

U A L I T A S P E R A I R A N

Penelitian mengenai kualitas perairan meliputi parameter fisika dan kimia.

1. Temperatur

Variasi temperatur permukaan yang terekam selama penelitian berlangsung mempunyai kisaran antara 29,64°C hingga 30,20°C dengan rerata

CRITC-COREMAP Jakarta 30

temperatur 29,82°C (Lampiran 3.a.). Sedangkan pada kolom air mulai dari permukaan hingga dekat dasar mempunyai kisaran antara 29,63°C hingga 30,30°C dengan rerata temperatur 29,80°C (Lampiran 3.b.).

Distribusi temperatur permukaan menunjukkan bahwa temperatur rendah dijumpai di sekeliling P. Abang Besar dan P. Petong yaitu antara 29,64°C hingga 29,83°C. Temperatur yang relatif lebih tinggi dijumpai di perairan sekitar Abang Kecil dan P. Pengelap yaitu antara 29,83°C hingga 30,02°C. Sedangkan temperatur tertinggi di perairan ini dijumpai hanya di bagian utara P. Pengelap (Gambar 7).

G a m b a r 7 . V a r i a s i t e mp e r a t u r p a d a s t a s i u n p e n e l i t i a n d i

CRITC-COREMAP Jakarta 31 2. Salinitas

Selama penelitian berlangsung, salinitas air laut pada bagian permukaan berkisar antara 31,94 PSU – 32,65 PSU dengan rerata 32,42 PSU (Lampiran 3.a.) sedangkan pada kolom air mulai dari permukaan hingga dekat dasar mempunyai kisaran antara 31,73 PSU- 32,66 PSU dengan rerata 32,47 PSU (Lampiran 3.b.).

Salinitas yang relatif tinggi dijumpai di sekitar perairan P. Petong, utara P. Abang Besar, selatan P. Abang Kecil dan selatan P. Pengelap dengan kisaran 32,41 hingga 32,65 PSU. Sedangkan salinitas terendah dijumpai di bagian selatan P. Dedap dan di stasiun 22 dengan kisaran 31,94 hingga 32,18 PSU (Gambar 8).

G a m b a r 8 . V a r i a s i s a l i n i t a s p e r mu k a a n p a d a s t a s i u n

CRITC-COREMAP Jakarta 32 3. Densitas

Densitas air laut pada bagian permukaan berkisar antara 1019,52 kg/m3 – 1020,00 kg/m3 dengan rerata 1019,86 (Lampiran 3.a.) sedangkan pada kolom air mulai dari permukaan hingga dekat dasar mempunyai kisaran antara 1019,38 kg/m3 – 1020,06 kg/m3 dengan rerata 1019,93 kg/m3 (Lampiran 3.b.).

Untuk densitas, mempunyai pola yang mirip dengan pola sebaran salinitas permukaan. Densitas permukaan yang relatif tinggi ditemukan di perairan P. Petong, utara P. Abang Besar, selatan P. Abang Kecil, dan di selatan P. Dedap. Sedangkan densitas terendah untuk perairan ini ditemukan di utara P. Pengelap, barat P. Dedap, dan di stasiun 22 (Gambar 9).

G a m b a r 9 . V a r i a s i d e n s i t a s p e r mu k a a n p a d a s t a s i u n

CRITC-COREMAP Jakarta 33 4. Arus

Kondisi arus untuk perairan disajikan dalam Gambar 10, Gambar 11, Gambar 12 dan Gambar 13. Kondisi arus di perairan ini relatif tinggi. Pasang surut yang merupakan gaya penggerak, terlihat dominan berpengaruh pada pergerakan massa air di perairan ini.

Pada Gambar 10 terlihat bahwa massa air yang mengalir di perairan P. Abang Besar, P. Abang Kecil, dan utara P. Pengelap, berasal dari timur menuju barat dimana sebagian melalui selat antara P. Pengelap dan P. Abang Kecil, dan sebagian lagi dibelokkan ke arah barat laut. Massa air yang mengalir ke barat laut ini ada yang mengisi selat antara P. Abang Kecil dan P. Abang Besar menuju ke barat dan selebihnya menyusur pantai timur P. Abang. Demikian juga untuk sisi timur P. Abang, massa air mengalir ke utara. Akan tetapi untuk perairan di sebelah timur P. Abang Kecil justru massa air mengalir ke timur hingga ke selatan, mendorong masuk kembali ke selat antara P. Abang Kecil dan P. Pengelap melalui sisi utara selat. Kecepatan arus yang terekam mencapai 1430 mm/detik.

Demikian pula untuk perairan sekeliling P. Petong, massa air mengalir dari arah timur menuju ke barat untuk perairan P. Petong bagian timur hingga utara dan menuju ke selatan untuk perairan P. Petong bagian timur hingga selatan, sedangkan untuk perairan P. Petong barat laut massa air menuju ke utara sebagai counter current akibat pola umum arus yang berkembang yang secara umum ke timur (Gambar 11).

CRITC-COREMAP Jakarta 34

Pada Gambar 12 disajikan pola arus di selat antara P. Petong dan P. Abang Besar pada dua kondisi yang berbeda yaitu pada pada saat surut (a) dan saat menuju pasang (b). Pada gambar tersebut terlihat bahwa adanya perbedaan yang menyolok antara kondisi surut dan pasang. Massa air pada kondisi surut mengalir dari utara menuju ke selatan sedangkan pada kondisi menuju pasang massa ai r di perairan ini menuju ke utara disisi sebelah timur selat dan menuju ke utara pada sisi sebelah barat selat. Kecepatan arus yang terekam di perairan ini tertinggi mencapai 1023 mm/detik pada kondisi surut dan 1032 mm/detik pada kondisi menuju pasang.

Untuk perairan sekeliling P. Pengelap yang disajikan dalam Gambar 13 menunjukkan bahwa massa air yang berasal dari timur membentur P. Pengelap bagian timur, sebagian dibelokkan ke utara sebagian lagi dibelokkan ke selatan. Sementara itu massa air yang melewati selat antara P. Pengelap dan P. Abang Kecil sebagian masuk ke selat antara P. Pengelap dan P. Dedap melalui sisi sebelah barat selat. Massa air yang masuk ke dalam selat ini sebagian diteruskan ke selatan dan sebagian lagi kembali melalui sisi sebelah timur selat akibat dari selat yang menyempit di bagian selatan. Arus yang sangat kuat ditemukan di sisi selatan P. Pengelap dan di sisi timur P. Dedap. Kecepatan arus yang terekam mencapai 1662 mm/detik.

CRITC-COREMAP Jakarta 35 G a m b a r 1 0 . P o l a a r u s d i s e k e l i l i n g P . A b a n g B e s a r , P . A b a n g

CRITC-COREMAP Jakarta 36 G a m b a r 1 1 . P o l a a r u s d i s e k e l i l i n g P . P e t o n g .

CRITC-COREMAP Jakarta 37 G a m b a r 1 2 . P o l a a r u s d i s e l a t a n t a r a A b a n g B e s a r d a n P . P e t o n g

CRITC-COREMAP Jakarta 38 G a m b a r 1 3 . P o l a a r u s d i s e k e l i l i n g p e r a i r a n P . P e n g e l a p .

CRITC-COREMAP Jakarta 39 4. Derajat keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kualitas perairan. Suatu perairan laut yang baik biasanya bersifat basa dengan pH>7 sebagaimana yang direkomendasikan KLH (Anonimous, 2004). Hasil pengukuran derajat keasaman (pH) yang dilakukan di stasiun penelitian di Batam bisa dilihat pada Lampiran 4.a.

Derajat keasaman (pH) di Batam, pada stasiun-stasiun penelitian di P. Abang yang meliputi P. Abang Besar dan P. Abang Kecil berkisar antara 8,15–8,45; di P. Petong berkisar antara 8,20–8,34; dan di P. Pengelap berkisar antara 8,16–8,37. Dengan membandingkan nilai rerata pH permukaan dengan bagian dasarnya terhadap nilai tertinggi diantara kedua kedalaman tersebut pada masing-masing lokasi, perbedaan di P. Abang Besar dan P. Abang Kecil berkisar 0,81%, di P. Petong berkisar antara 1,08% dan di P. Pengelap berkisar antara 1,19%. Perbedaan ini tidak signifikan, sehingga bisa dikatakan bahwa pH pada permukaan dan dasar di ketiga perairan ini homogen (Lampiran 4.b.). Berdasarkan hasil yang diperoleh dan mengacu pada nilai pH yang direkomendasikan KLH (Anonimous, 2004), maka perairan di Batam masih tergolong baik.

Dalam dokumen STUDI BASELINE EKOLOGI BATAM (Halaman 52-64)

Dokumen terkait