• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN PEMIKIRAN MODERN DAN HASIL PEMIKIRAN

4.2 Hasil Pemikiran Modern Tokoh Utama

4.2.3 Hasil Pemikiran Tentang Perencanaan

menjadi badan usaha yang dapat dipercaya sehingga masyarakat Desa Tanggir dapat hidup sejahtera. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Aneh, pikir Pambudi, aku hanya ingin bekerja menurut ukuran yang wajar. Mengembangkan lumbung koperasi untuk kebaikan bersama. Memang aku akan memperoleh keuntungan pribadi bila tujuanku berhasil. Mungkin pendapatan pribadiku akan naik. Dan siapa yang akan mengutukku bila aku dibayar karena tenaga yang telah kuberikan kepada koperasi? Bukan hanya aku yang akan beruntung bila lumbung koperasi Desa Tanggir menjadi badan usaha yang bonafide. Tidak, aku tidak berlebih-lebihan dalam bercita-cita ini. Koperasi untuk kepentingan bersama, tetapi alangkah sulit mengusahakan kemajuannya.” (Tohari, 2014:19).

Tapi apa daya, rencana yang diinginkan Pambudi untuk menjalankan itu terhambat. Hasilnya, Pambudi mengundurkan diri dari badan usaha koperasi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Karena menemui jalan buntu, Pambudi mulai berpikir untuk mencari pekerjaan lain.” (Tohari, 2014:19).

”Pada hari berikutnya Pambudi tidak berangkat kerja. Selesai sembahyang subuh ia bernyanyi kecil. Pambudi tidak dapat mengatakan mengapa di pagi hari itu ia merasa begitu tenteram. Padahal tadi malam ia telah menulis surat kepada Pak Dirga, Pambudi menyatakan pengunduran diri dari kepengurusan lumbung koperasi desa.” (Tohari, 2014:27).

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Pambudi akhirnya memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaannya di lumbung koperasi desa disebabkan rencana Pambudi untuk membuat koperasi menjadi badan usaha yang dapat dipercaya tidak berjalan.

Sikap Pambudi dalam membuat rencana dapat dilihat ketika Pambudi telah siap mencari dana untuk menambah biaya pengobatan Mbok Ralem dengan

bermodalkan pasfoto dan fotokopi surat keterangan miskin dari desa. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Namun sesungguhnya Pambudi telah siap mencari dana dengan cara lain. Uangnya sendiri akan diserahkan dengan ikhlas apabila usahanya yang lain benar-benar gagal. Pasfoto dan fotokopi surat keterangan miskin dari desa yang akan dibuatnya menjadi modal dalam mengumpulkan dana.” (Tohari, 2014: 36).

Kutipan di atas menggambarkan perencanaan Pambudi dalam mencari dana tambahan untuk biaya pengobatan Mbok Ralem dengan menggunakan pasfoto dan fotokopi surat miskin dari desa. Kemudian Pambudi menemui pemilik harian Kalawarta dengan bermodalkan pasfoto dan fotokopi surat keterangan miskin dari desa serta biaya empat puluh ribu rupiah untuk dibuatkan iklan untuk meminta pertolongan biaya. Hasilnya akan dicetak keesokan harinya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Harian Kalawarta memasang iklan yang dipesan Pambudi pada halaman pertama. Hal itu menunjukkan minat Pak Barkah terhadap usaha yang sedang dilakukan oleh anak muda dari Tanggir itu. Ternyata iklan itu diberi ukuran yang cukup besar. Foto Mbok Ralem dengan tonjolan di sisi lehernya tampak jelas. Begitu juga kedua surat keterangan yang ikut tercetak dalam iklan itu.” (Tohari, 2014:43).

Kutipan di atas menggambarkan bahwa iklan yang dipesan oleh Pambudi di harian Kalawarta telah dipajang. Ini merupakan hasil dari usaha Pambudi untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa ada seseorang yang butuh pertolongan dana untuk pembiayaan sakit kanker yang dideritanya. Hal itu juga membuat Pak Barkah selaku pemimpin redaksi memuat iklan tersebut dengan ukuran besar untuk menarik minat pembaca dan tergerak hatinya untuk menolong sesamanya secara ikhlas.

Sikap Pambudi dalam membuat rencana juga terlihat ketika Pambudi merencanakan untuk menutup ”Dompet Mbok Ralem”. Pambudi merasa bahwa mengumpulkan sumbangan melebihi keperluan. Usul itu sangat dihargai oleh Pak Barkah. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Pambudi yang sudah datang kembali dari Tanggir, kemudian berembuk dengan Pak Barkah. Keduanya merasa gembira dan yakin usahanya bakal berhasil. Bahkan Pambudi sudah mengusulkan untuk menentukan kapan ”Dompet Mbok Ralem” ditutup. Usul itu sangat dihargai oleh pemilik harian Kalawarta itu. Menurut Pak Barkah, tidaklah terpuji mengumpulkan sumbangan masyarakat melebihi keperluan.” (Tohari, 2014:44).

Alasan Pambudi untuk menutupnya adalah sama dengan apa yang dipikirkan dan diucapkan oleh Pak Barkah. Hal ini semakin dipertegas oleh pernyataan Pambudi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Ya, kita hanya memerlukan suatu jumlah tertentu. Kurang sedikit akan lebih baik daripada terlalu banyak lebihnya,” sambung Pambudi pula.” (Tohari, 2014:45).

Ketika rencana tersebut akan dijalankan, malah melebihi apa yang diharapkan. Hasilnya dana yang telah terkumpul datang terus menerus. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Namun keinginan kedua orang itu untuk membatasi sumbangan sampai pada jumlah yang patut, tidak terlaksana. Pada hari kesepuluh datang kiriman cek bernilai seratus ribu rupiah. Penymbangnya menyembunyikan nama dan alamatnya. Pada hari itu ”Dompet Mbok Ralem” dinyatakan ditutup. Wesel yang terlanjur diposkan oleh pengirimnya masih berdatangan sampai lima hari kemudian. Berdua Pambudi, Pak Barkah menghitung uang yang masuk, Rp2.162.350,00.” (Tohari, 2014:45).

Kutipan di atas menggambarkan rencana Pambudi untuk menutup penggalangan dana itu dengan tujuan jumlah yang diperlukan hanya sampai pada

batas yang ditentukan, tidak terlaksana. Hasilnya sumbangan yang dari awal hanya diperlukan sekitar Rp500.000,00, tetapi dari sumbangan yang terkumpul sebesar Rp2.162.350,00. Walaupun berlebih, tetapi Pambudi akan tetap memberikan sisanya untuk Mbok Ralem.

Sikap Pambudi dalam membuat rencana juga terlihat ketika Pambudi ingin sembahyang Jumat di surau ayah Sanis. Tetapi, Pambudi telah merencanakan untuk melihat Sanis. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Hari Jumat, Pambudi masih berada di Tanggir. Siang itu ia mengenakan kain sarung baru. Kopiahnya disikat licin hingga tak sebutir debu pun melekat padanya. Ia hendak bersembahyang Jumat di surau ayah Sanis. Andaikata pahalanya nanti dikurangi, Pambudi rela. Sebab ia bukan hanya hendak beribadat semata, tetapi ia juga sengaja hendak melihat Sanis.” (Tohari, 2014:47).

Rencana Pambudi untuk bertemu dengan Sanis akhirnya kesampaian. Hasilnya mereka bertemu dan berbincang-bincang. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Satu per satu jemaah surau itu bangkit dan pulang. Hanya Pambudi yang masih tinggal. Ia sedang terpesona, sampai dikejutkan oleh sapaan Sanis. ”Mampir, Kak,” kata Sanis yang terdengar bagaikan suara getaran dawai di telinga Pambudi. ”Terima kasih. Lain kali sajalah, siang ini aku harus kembali ke Yogya.” (Tohari, 2014:48).

Sikap Pambudi dalam membuat rencana dapat dilihat ketika Pambudi dan ayahnya menginterogasi seorang pencuri bernama Bagol. Ketika ayah Pambudi menginterogasi Bagol, Bagol tidak mau menjawabnya atau bungkam. Tetapi, Pambudi penasaran karena Bagol terlihat menyembunyikan sesuatu, maka Pambudi merencanakan untuk menanyai Bagol secara halus demi mendapatkan informasi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Siapa yang menyuruhmu?” tanya ayah Pambudi kepada Bagol. Maling ayam itu diam saja, bahkan ketika pertanyaan itu diulang sampai tiga kali, ayah Pambudi marah. Bagol ditamparnya keras sekali. Pambudi ternyata lebih sabar daripada ayahnya, menemukan cara untuk mendapatkan pengakuan Bagol. ”Begini, kita kerja sama. Katakan terus terang siapa yang menyuruhmu dan aku berjanji akan merahasiakan segalanya. Kau aman, sebab majikanmu tidak tahu bahwa kau telah gagal. Bila kau menolak, akan kusebarkan berita bahwa kau telah mencoba mengguna-gunai kami. Pasti orang yang menyuruhmu akan segera mendengar kegagalanmu dan tak pelak lagi kau pasti akan dihukumnya”. (Tohari, 2014:75-76).

Kutipan di atas menggambarkan sikap Pambudi yang berencana menanyai Bagol secara halus untuk mendapatkan informasi mengenai siapa yang menyuruh Bagol melakukan hal itu akhirnya kesampaian. Hasilnya Pambudi mengetahui siapa yang menyuruh Bagol untuk melakukan hal itu. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Bagol termenung sejenak, lalu mengangkat muka ke arah Pambudi. Dari sinar matanya, Pambudi tahu bahwa maling itu akhirnya setuju atas usulnya. ”Nah, katakan siapa orang itu,” desak Pambudi. “Pak Dirga,” jawab Bagol singkat.” (Tohari, 2014:76).

Hasil dari interogasi secara halus itu dapat diketahui bahwa yang menyuruh Bagol untuk melakukan hal itu ternyata adalah Pak Dirga, lurah Desa Tanggir. Ayah Pambudi terkejut dan sadar apa artinya berselisih dengan Lurah bagi penduduk Tanggir.

Dokumen terkait