LAMPIRAN
Sinopsis Novel Di Kaki Bukit Cibalak
Pambudi adalah seorang pemuda berusia 24 tahun pada awalnya bekerja di
koperasi desa, tetapi Pambudi paham betul bagaimana teman kerjanya Poyo bisa
hidup lebih makmur daripada dia, karena Poyo bekerja sama dengan Pak lurah
yang baru. Pak Dirga adalah nama lurah itu sama dengan lurah-lurah sebelumnya,
seorang lurah yang curang demi keuntungan diri sendiri. Pambudi sangat berbeda
prinsip dengan Pak Dirga yang menyebabkan akhirnya Pambudi mundur dari
koperasi. Walau sekarang menjadi pengangguran hati Pambudi jauh lebih tentram.
Pambudi dengan ketulusannya menolong seorang tetangga yang sakit. Dengan
uang tabungannya Pambudi bertekad menolong mbok Ralem berobat ke
Yogyakarta. Pambudi yang khawatir menduga bahwa mbok Ralem mengidap
kanker sudah memperkirakan untuk mencari dana bantuan.
Karena kecakapannya Pambudi pergi ke sebuah harian lokal, Kalawarta.
Dan bersyukurlah bahwa Pak Barkah bersedia membantu niat baik Pambudi.
Lewat meminta bantuan di koran itu pada akhirnya mbok Ralem dapat berobat
sampai sembuh dan mendapat sisa uang untuk memperbaiki hidupnya dengan 2
orang anak yang kekurangan gizi.
Nama Pambudi menjadi pembicaraan di masyarakat desa Tanggir. Hal ini
membuat Pak Dirga marah karena mendapat teguran dari Pak Bupati, Pak Dirga
merasa perbuatan Pambudi dapat memperburuk citranya di mata masyarakat. Pak
Dirga berencana ingin menyingkirkan Pambudi dari Desa Tanggir. Cara pertama
yang di tempuh Pak Dirga adalah mendatangi seorang dukun unuk
mengguna-gunai Pambudi. Celakanya rencana jahat Pak Dirga gagal dilaksanakan oleh orang
suruhannya.
Orang tua Pambudi yang tahu bahwa ternyata lurah desa memusuhi
anaknya meminta Pambudi untuk meninggalkan desa Tanggir. Akhirnya Pambudi
memilih untuk mencoba menetap di Yogyakarta, di sinilah Pambudi menumpang
Topo memilih kembali untuk bersekolah sambil bekerja. Atas bantuan Topo maka
Pambudi bekerja di sebuah toko arloji milik nyonya Wibawa.
Pambudi mengenal seorang gadis bernama Mulyani, anak perempuan
nyonya Wibawa. Pambudi sendiri saat itu sudah mencintai seorang gadis bernama
Sanis. Tetapi Sanis malah mencintai seorang camat bernama Bambang Sumbodo,
tetapi Bambang malah sangat menghormati Pambudi yang di matanya memiliki
pribadi yang utuh dan berani bertindak menurut hati nuraninya. Bambang tidak
percaya bahwa Pambudi adalah seorang yang mengorupsi uang koperasi sebesar
125.000 seperti fitnah yang tersebar di desa Tanggir seiring dengan perginya
Pambudi ke Yogyakarta. Pambudi yang sangat giat belajar dan bekerja akhirnya
memutuskan berhenti bekerja di toko nyonya Wibawa. Mulyani sangat kehilangan
Pambudi yang sudah sangat dekat dengannya. Pambudi akhirnya bekerja di koran
Kalawarta menggantikan seorang pegawai yang sedang bertugas. Pambudi
melalui persuratkabaran meneruskan perlawanan terhadap kelicikan Pak Dirga.
Sebelum itu ternyata Pak Dirga telah berbuat sesuatu yang sangat
membuat hati Pambudi hancur. Pak Dirga telah memperistri gadis yang sangat
dicintai oleh Pambudi, Pak Dirga yang hobi bergonta-ganti istri menikahi Sanis
yang berusia 15 tahun. Pambudi menulis artikel-artikel yang memuat fakta
tentang keadaan desa Tanggir. Bagaimanakah kelicikan-kelicikan yang dilakukan
oleh lurah desa Tanggir. Berita yang di tulis oleh Pambudi membuat posisi Pak
Camat berbahaya, dia bakal mendapat teguran dari Bupati bahkan Gubernur.
Akhirnya demi menyelamatkan dirinya dan para atasannya, dibuatlah suatu arena
perjudian untuk menjebak Pak Dirga yang hobi bermain judi. Akhirnya Pak Dirga
tertangkap, dengan begini masyarakat hanya mengetahui bahwa Pak Dirga dipecat
karena tertangkap bermain judi.
Akhirnya Pambudi dapat menyelamatkan desa Tanggir dari kelicikan Pak
Dirga. Pambudi kembali ke desanya saat sudah lulus sabagai sarjana muda,
sayang ayah Pambudi tidak sempat melihat ijazah Pambudi, ayah meninggal
terjatuh di dekat sumur. Pambudi menerima dengan ikhlas kematian ayahnya.
Pambudi akhirnya tidak bisa terus menerus munafik bahwa dia ternyata telah lama
tertarik pada Mulyani. Perasaan mereka berdua sama dan akhirnya Pambudi
Biografi Pengarang
Ahmad Tohari, (lahir di Tinggarjaya, Jatilawa
berkebangsaan
monumentalnya, Ronggeng Dukuh Paruk, sudah diterbitkan dalam berbagai
bahasa dan diangkat dalam film layar lebar berjudul Sang Penari. Ia pernah
mengenyam bangku kuliah, yakni Fakultas Ilmu Kedokteran Ibnu Khaldun,
dimuat di berbagai media massa. Ia juga menjadi pembicara di berbagai
diskusi/seminar kebudayaan.
Dalam dunia jurnalistik, Ahmad Tohari pernah menjadi staf redaktur
harian Merdeka, majalah Keluarga dan majalah Amanah, semuanya di
Dalam karier kepengarangannya, penulis yang berlatar kehidupa
telah melahirka
antara lain trilogi Ronggeng Dukuh Paruk telah terbit dalam edisi
mengikuti International Writing Programme di Iowa City,
Ronggeng Dukuh Paruk, novel yang diterbitkan tahun 1982 berkisah
tentang pergulatan penari tayub di dusun kecil, Dukuh Paruk pada masa
pergolakan komunis. Karyanya ini dianggap kekiri-kirian oleh pemerintah Orde
Baru, sehingga Tohari diinterogasi selama berminggu-minggu. Hingga akhirnya
Tohari menghubungi sahabatnya Gus Dur, dan akhirnya terbebas dari intimidasi
dan jerat hukum.
Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
dengan judul The Dancer oleh Rene T.A. Lysloff. Trilogi ini juga difilmkan oleh
sutradara Ifa Irfansyah dengan judul Sang Penari
apresiasi yang tinggi terhadap para pembuat film Sang Penari, dan berujar ini
akan jadi dokumentasi visual yang menarik versi rakyat, bukan versi kota
sebagaimana dalam film-film sebelumnya. Pada bulan Desember 2011, Ahmad
Tohari mengungkapkan bahwa dirinya berencana untuk melanjutkan Triloginya
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rozak Zaidan,dkk. 2007. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.
Adi, Astoto. 2010. ”Masyarakat Miskin Dalam Novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari: Sebuah Kajian Sosiologi Sastra” (Skripsi) Online. Yogyakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Aglesindo.
Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra: Teori, Langkah, dan Penerapannya. Yokyakarta: Med Press.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. 2008.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sarjidu. 2004. Dasar dan Teknik Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers.
Schoorl, J. 1980. Modernisasi (Diterjemahkan oleh R.G Soekadijo). Jakarta: Gramedia.
Siagian, Sondang. 1994. Modernisasi Pembangunan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sumadi, Suryabrata. 1982. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sutopo, Bakti. 2008. ”Beberapa Jejak Kelisanan Dalam Novel Di Kaki Bukit
Cibalak Karya Ahmad Tohari: Perspektif Walter J.
Ong”
Tantawi, Isma.2014. Bahasa Indonesia Akademik. Bandung: Citapustaka Media.
Tantawi, Isma. 2015. Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia. Medan: Yayasan Al-Hayat.
Utami, Ayuatma Nirmala dkk. 2014. ”Novel Di Kaki Bukit Cibalak Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra”. BASASTRA Jurnal
Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya
(Online
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Metode ini berfungsi mendeskripsikan watak tokoh dalam novel secara
sistematis dan akurat dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra, yakni
pendekatandalam menganalisis karya sastra dengan mempertimbangkan
segi-segikejiwaan karya sastra.
3.2 Bahan Analisis
Sumber data yang dianalisis diambil dari novelkarya Ahmad Tohari,
yaitu:
Judul : Di Kaki Bukit Cibalak
Tahun terbit : 2014 (cetakan keempat)
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Jenis : Novel
Ukuran : 20 cm
Tebal : 176 halaman
Gambar Sampul : Bagian depan mobil yang diduduki oleh sepasang kekasih
dengan gambar sampul di posisi vertikal.
Sumber data yang dipaparkan merupakan data sebenarnya yang dianalisis
sebagai data utama. Dalam penelitian ini juga diperlukan data sekunder, yaitu
buku-buku sastra, artikel internet, dan sebagainya.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
perpustakaan. Studi perpustakaan merupakan teknik pengumpulan data yang
menggunakan buku sebagai objek penelitian sekaligus menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis maupun elektronik.
Studi perpustakaan memliki dua metode untuk memperoleh data, yaitu
metode heuristik dan metode hermeneutik. Metode heuristikmerupakan metode
dengan membaca karya sastra berdasarkan struktur bahasanya. Hal-hal yang perlu
dipahami dalam novel adalah konvensi-konvensi bahasanya yang digunakan
pengarang dalam menyampaikan pesan. Kemudian dilanjutkan dengan metode
hermeneutik. Metode hermeneutikmerupakan metode yang digunakan dalam
meneliti novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari yaitu dengan membaca
novel tersebut kemudian memahami konvensi-konvensi yang berlaku, terutama
3.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif.Analisis deskriptif merupakan metode yang dilakukan dengan cara
mendeskripsikan fakta-fakta yang ada terlebih dahulu kemudian disusun secara
sistematis lewat pembacaan berulang-ulang.Dalam analisis deskriptif ini, data
yang diperoleh dicatat dan dipilih berdasarkan masalah yang dibahas. Analisis
tersebut didasari oleh teori-teori pendukung yang berhubungan dengan topik
penelitian yaitu teori psikologi sastra dan teori modernisasi. Penelitian difokuskan
pada data yang berupa kalimat dari pernyataan-pernyataan tokoh, peristiwa, dan
gambaran latar yang terdapat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad
BAB IV
GAMBARAN PEMIKIRAN MODERN DAN HASIL PEMIKIRAN MODERN TOKOH UTAMA
4.1 Gambaran Pemikiran Modern pada Tokoh Utama
Pemikiran modern adalah proses berpikir dan bertindak dengan cara-cara
tertentu mengikuti arus perkembangan zaman. Gambaran pemikiran modern yang
akan dibahas dalam skripsi ini adalah gambaran pemikiran modern tokoh utama
dalam novel Di Kaki Bukit Cibalakkarya Ahmad Tohari dengan menggunakan
teori psikoanalisa Sigmund Freud. Tokoh utama yang terdapat dalam novel ini
adalah Pambudi. Tokoh Pambudi yang mendominasi keseluruhan isi cerita dan
diutamakan penceritaannya oleh pengarang. Isi dalam novel ini menceritakan
permasalahan kehidupan Pambudidimulai dari prinsip Pambudi untuk memajukan
desanya dengan cara mengabdikan diri kepada masyarakat melalui bekerja di
badan usaha koperasi dengan tujuan memberikan kemudahan pada masyarakat
kurang mampu agar kehidupan masyarakat di desanya sejahtera. Tetapi, keinginan
Pambudi tersebut selalu mendapat hambatan, terutama dari lurahnya sendiri.
Karena niatnya tidak tercapai dan selalu bertentangan dengan lurahnya, maka
Pambudi memilih jalan sendiri dengan pergi dari desanya dan pergi ke kota untuk
mengungkap segala kecurangan yang dilakukan lurah di desanya.
Berpikir modern melahirkan suatu sikap-sikap tertentu yang menandai
manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat yang mengalami proses ini
diartikan sebagai suatu kecenderungan individu dalam bertindak dengan cara-cara
tertentu. Menurut Alex Inkeles, setidaknya ada sembilan tema yang mendasari
definisi-definisi bagi manusia modern yaitu:
1. Penerimaan hal-hal Baru
2. Dunia Opini
3. Konsepsi Waktu
4. Perencanaan
5. Keyakinan akan Kemampuan Manusia
6. Kemampuan Memperhitungkan Sesuatu
7. Harga Diri
8. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
9. Keadilan
Dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak, terdapat lima ciri-ciri manusia
modern di dalam tokoh Pambudi, yaitu:
1. Pemikiran tentang perencanaan
2. Pemikiran tentang keyakinan akan kemampuan manusia
3. Pemikiran tentang kemampuan memperhitungkan segala sesuatu
4. Pemikiran tentang harga diri
5. Pemikiran tentang ilmu pengetahuan dan teknologi
Berpikir modern pasti akan selalu diikuti oleh tingkah laku atau perbuatan
dalam diri manusia. Tingkah laku manusia merupakan interaksi antara id, ego,
telah dibawa sejak dilahirkan. Ego berfungsi mengendalikan dan mengatur
tindakan yang dilakukan dengan berlandaskan asas kenyataan. Super ego
merupakan unsur moral dan hukum kepribadian manusia. Berdasarkan penjelasan
ketiga sistem tersebut, pembahasan mengenai perilaku Pambudi dalam berpikir
modern lebih mendetail akan dijelaskan dalam pembahasan berikut ini.
4.1.1 Pemikiran TentangKemampuan Manusia
Sikap yakin dan percaya merupakan sikap yang secara sadar dimiliki oleh
orang modern. Kesadaran (ego) adalah merupakan jiwa sadar yang terdiri dari
persepsi, ingatan, pikiran dan perasaan-perasaan sadaryang umumnya dimiliki dan
ditampilkan secara sadar oleh orang-orang dalam suatu masyarakat. Ego
merupakan bagian manusia yang membuat ia sadar pada dirinyadan tidak akan
berubah walaupun berada di lingkungan yang berbeda-beda.
Seperti halnya Pambudi, dia sebenarnya yakin dan sadar akan kemampuan
Pak Badi jika Pak Badi yang memimpin desanya. Alasan kenapa Pambudi lebih
memilih Pak Badi menjadi lurah desa yang baru karena Pambudi yakin bahwa Pak
Badi orang yang sangat jujur dan mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi
dalam memajukan desanya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Maka ketika terjadi pergantian lurah, Pambudi menjagoi Pak Badi. Ia yakin, orang sejujur Pak Badi mempunyai rasa tanggung jawab dan ingin memajukan desanya, oleh karena itu tidak akan seenaknya menjual padi milik rakyat Tanggir.” (Tohari, 2014:17-18).
perbuatan curang dan juga sifat dermawan yang sangat menonjol itulah jadi
alasan kuat Pambudi mempercayai Pak Badi jika terpilih menjadi lurah Desa
Tanggir.
Pambudi juga yakin akan kemampuannya sendiri ketika dia melihat orang
yang mencurigakan di dekat rumahnya. Karena mencurigakan dan penasaran,
Pambudi yakin akan dapat menangkap orang yang mencurigakan itu. Hal ini
dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Melalui pintu samping, Pambudi segera keluar rumah. Diawasinya pendatang yang mncurigakan itu dari balik rumpun kacapiring. Sinar bintang-bintang membantunya mengikuti gerak-gerik si durjana. Ia sedang menanam sesuatu di tengah regol. Hampir saja Pambudi menyorotkan lampu senternya, tetapi urung. Pambudi ingin menangkap orang itu karena yakin mampu melakukannya. Calon lawannya kecil, tingginya hanya sampai pundak Pambudi.”(Tohari, 2014:74).
Kutipan di atas menggambarkan Superego Pambudi yang optimis, yang
mana Pambudi yakin dan percaya bahwa dia mampu untuk menangkap orang
yang mencurigakan itu dikarenakan perawakan atau ciri fisiknya bertubuh kecil,
tidak sampai pundak Pambudi menjadi alasan kuat bagi Pambudi untuk yakin
akan kemampuannya dalam menangkap orang yang mencurigakan.
4.1.2 Pemikiran TentangKemampuan Memperhitungkan Sesuatu
Manusia modern mampu dalam memperhitungkan situasi ketika
dihadapkan pada suatu masalah. Maksudnya adalah ketika seseorang melihat dan
merasakan adanya suatu keganjilan terhadap situasi yang sedang dihadapinya, dia
mampu untuk mengambil kesimpulan atas situasi yang telah dilihat atau
kecurangan yang akan dilakukan oleh lurah yang baru, yaitu Pak Dirga. Pambudi
sudah memprediksi bahwa kecurangan yang akan dilakukan Pak Dirga sama
seperti lurah sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Hati Pambudi makin lama makin resah. Pak Dirga, lurah yang baru, berbuat curang tepat seperti yang diramalkan Pambudi. Misalnya memperbesar angka susut guna memperoleh keuntungan berton-ton padi atau bersekongkol dengan para tengkulak beras dalam menentukan harga jual padi lumbung koperasi.”(Tohari, 2014:18).
Kutipan di atas menggambarkan perkiraan Pambudi terhadap Pak Dirga
selaku lurah yang baru ketika memimpin desanya terbukti benar. Pak Dirga
melakukan kecurangan sama seperti yang dilakukan lurah-lurah sebelumnya yaitu
dengan cara memperbesar angka susut untuk memperoleh keuntungan dan
bersekongkol dengan para tengkulak beras dalam menentukan harga jual padi.
Sikap Pambudi yang dapat memperhitungkan segala sesuatu juga dapat
dilihat ketika seorang perempuan tua bernama Mbok Ralem yang datang ke badan
koperasi desa dengan mengajukan permohonan peminjaman padi. Pambudi
mendengarkan keluhan dari perempuan tua itu mengenai penyakit yang
dideritanya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Sambil menunggu kedatangan kepala Desa Tanggir itu, Pambudi dan Mbok Ralem duduk di sebuah bangku panjang. Perempuan itu bercerita bahwa ia sudah tiga kali berobat kepada dukun dan sekali kepada seorang mantri kesehatan. ”Aku ingin segera sembuh, Nak. Leherku makin lama makin tercekik rasanya.” ”Ya, aku mengerti. Kukira kau memerlukan biaya yang agak banyak, sebab untuk ongkos perjalanan ke Yogya saja tidak akan cukup dengan uang dua-tiga ribu rupiah.” (Tohari, 2014: 20).
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Pambudi mengusulkan agar Mbok
penyakit apa yang dideritanya dan juga memperkirakan bahwa biaya ongkos biaya
untuk perjalanan ke sana akan menghabiskan biaya yang agak banyak.
Sikap Pambudi yang dapat memperhitungkan segala sesuatu juga dapat
dilihat ketika Pambudi mengajak Mbok Ralem pergi ke Yogya untuk
memeriksakan penyakit yang diderita Mbok Ralem, lalu mereka tidur di sebuah
losmen yang sangat murah tarifnya. Pambudi memprediksi bahwa penyakit yang
diderita Mbok Ralem kemungkinan besar adalah kanker dan juga mengetahui
bahwa biaya penyembuhan penyakit tersebut jika memang benar kanker akan
memerlukan biaya yang sangat besar. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Mereka menginap di losmen yang amat murah tarifnya. Hampir semalaman Pambudi tidak dapat tidur. Ia tak henti-hentinya membayangkan kemungkinan yang baru dapat diketahuinya besok. Ketika melihat proses pengambilan secuil jaringan dari benjolan di leher Mbok Ralem tadi, ia membayangkan kalau itu adalah kanker. Ia pernah mendengar bahwa tidak gampang menyembuhkan kanker, dan biayanya amat besar.”(Tohari, 2014: 34).
Sikap Pambudi dalam memperkirakan segala sesuatu dapat dilihat ketika
Pambudi kembali ke rumah sakit tempat Mbok Ralem dirawat. Lalu apa yang
diperkirakan Pambudi semalam ternyata benar bahwa penyakit yang diderita
Mbok Ralem memang penyakit kanker dan juga perkiraan Pambudi mengenai
biaya pengobatan Mbok Ralem juga benar bahwa biaya yang harus disediakan
sekitar lima ratus ribu rupiah. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
Kutipan di atas menggambarkan id Pambudi yang berkemauan kuat untuk
menolong Mbok Ralem dalam membiayai pengobatannya. Dengan mendengar
biaya yang telah disebutkan oleh pihak rumah sakit, Pambudi tetap berkemauan
keras untuk menolong Mbok Ralem karena Pambudi pun juga telah memprediksi
bahwa biaya yang diperlukan untuk pengobatan kanker memang besar.
Sikap Pambudi dalam memperhitungkan segala sesuatu dapat dilihat
ketika Pambudi melihat Sanis, walaupun Sanis masih kelas 2 SMP, Pambudi
memprediksi kalau semua gadis pada umumnya pasti akan menjadi dewasa begitu
mendapatkan haid pertama. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Hanya Pambudi yang masih tinggal. Ia sedang terpesona. Apalagi pandangan Pambudi dibalas dengan senyuman oleh Sanis. Yang tersenyum malu-malu itu seorang gadis kecil, tidak lebih. Boleh jadi Sanis tidak memberi arti apa-apa pada senyumannya itu, tapi oleh Pambudi telah diterima selain dengan matanya, juga dengan hatinya, bahkan dengan denyut jantungnya. Pemuda itu hampir saja mengumpat dirinya, tapi tidak. Bukankah semua gadis di Tanggir ini menjadi dewasa begitu haidnya yang pertama hadir? Pikir Pambudi membela pikirannya yang mulai munafik.” (Tohari, 2014:48).
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Pambudi memprediksi dengan
melihat tingkah laku yang ditunjukkan Sanis, maka setiap gadis akan menjadi
dewasa ketika mereka telah mendapat haid pertama. Ego Pambudi
menggambarkan seorang yang munafik karena ia tidak dapat mempercayai apa
yang telah dilihatnya dalam diri Sanis, seorang gadis yang masih lugu dengan
penampilan dan bentuk fisik yang sudah sangat matang diusianya yang masih
belia.
Setiap individu pasti memiliki tujuan dalam menjalani kehidupannya.
Ketika individu tersebut telah menetapkan tujuan yang akan dicapai, maka
dibutuhkan suatu rencana dalam prosesnya untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Sondang P. Siagian (1994:108) mendefinisikan perencanaan adalah
sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dari hal-hal
yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditentukan. Maka rencana perlu dirancang agar segala proses tindakan
sesuai dengan yang diharapkan.
Seperti halnya Pambudi, selama bekerja di badan koperasi desa,
sebenarnya Pambudi telah berencana untuk mengembangkan koperasi desa
menjadi badan usaha yang dapat dipercaya sehingga masyarakat Desa Tanggir
dapat hidup sejahtera. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Aneh, pikir Pambudi, aku hanya ingin bekerja menurut ukuran yang wajar. Mengembangkan lumbung koperasi untuk kebaikan bersama. Memang aku akan memperoleh keuntungan pribadi bila tujuanku berhasil. Mungkin pendapatan pribadiku akan naik. Dan siapa yang akan mengutukku bila aku dibayar karena tenaga yang telah kuberikan kepada koperasi? Bukan hanya aku yang akan beruntung bila lumbung koperasi Desa Tanggir menjadi badan usaha yang bonafide. Tidak, aku tidak berlebih-lebihan dalam bercita-cita ini.” (Tohari, 2014:19).
Keinginan kuat Pambudi yang masih didominasi oleh id dikarenakan
tujuan dari mengembangkan koperasi desa akan memperoleh keuntungan pribadi.
Tetapi Pambudi berpikir bukan hanya dia saja yang akan beruntung, tetapi
masyarakat Desa Tanggir juga akan beruntung apabila proses mengembangkan
Sikap Pambudi dalam membuat rencana dapat dilihat ketika Pambudi telah
siap mencari dana untuk menambah biaya pengobatan Mbok Ralem dengan
bermodalkan pasfoto dan fotokopi surat keterangan miskin dari desa, mengingat
biaya yang dibutuhkan dalam pengobatan penyakit kanker yang diderita Mbok
Ralem sangat besar. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Namun sesungguhnya Pambudi telah siap mencari dana dengan cara lain. Uangnya sendiri akan diserahkan dengan ikhlas apabila usahanya yang lain benar-benar gagal. Pasfoto dan fotokopi surat keterangan miskin dari desa yang akan dibuatnya menjadi modal dalam mengumpulkan dana.” (Tohari, 2014: 36).
Kutipan di atas menggambarkan perencanaan Pambudi dalam mencari
dana tambahan untuk biaya pengobatan Mbok Ralem dengan menggunakan
pasfoto dan fotokopi surat miskin dari desa. Karena Pambudi berpikir hanya
itulah satu-satunya cara yang bisa digunakan untuk menghimpun dana tambahan
untuk biaya operasi Mbok Ralem.
Sikap Pambudi dalam membuat rencana juga terlihat ketika Pambudi
merencanakan untuk menutup ”Dompet Mbok Ralem”. Pambudi merasa bahwa
mengumpulkan sumbangan melebihi keperluan. Usul itu sangat dihargai oleh Pak
Barkah. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
Kutipan di atas menggambarkan Superego Pambudi yang sangat optimis,
yang mana Pambudi dan Pak Barkah merasa yakin akan usaha mereka dalam
mengumpulkan dana untuk biaya pengobatan Mbok Ralem. Pambudi juga merasa
harus menutup ”Dompet Mbok Ralem”. Alasan Pambudi untuk menutupnya
adalah sama dengan apa yang dipikirkan dan diucapkan oleh Pak Barkah. Hal ini
semakin dipertegas oleh pernyataan Pambudi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan
berikut:
”Ya, kita hanya memerlukan suatu jumlah tertentu. Kurang sedikit akan lebih baik daripada terlalu banyak lebihnya,” sambung Pambudi pula.” (Tohari, 2014:45).
Sikap Pambudi dalam membuat rencana juga terlihat ketika Pambudi ingin
sembahyang Jumat di surau ayah Sanis. Tetapi, Pambudi telah merencanakan hal
yang lain selain sembahyang Jumat, yaitu untuk melihat Sanis yang kebetulan
rumahnya dekat dengan surau tempat Pambudi akan bersembahyang. Hal ini
dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Hari Jumat, Pambudi masih berada di Tanggir. Siang itu ia mengenakan kain sarung baru. Kopiahnya disikat licin hingga tak sebutir debu pun melekat padanya. Ia hendak bersembahyang Jumat di surau ayah Sanis. Andaikata pahalanya nanti dikurangi, Pambudi rela. Sebab ia bukan hanya hendak beribadat semata, tetapi ia juga sengaja hendak melihat Sanis.” (Tohari, 2014:47).
Kutipan di atas menggambarkan Superego Pambudi yang sangat antusias
untuk melihat Sanis setelah selesai bersembahyang Jumat. Keinginan kuat dari
Superego membuat Pambudi sampai tidak peduli dengan pahalanya yang
Sikap Pambudi dalam membuat rencana dapat dilihat ketika Pambudi dan
ayahnya menginterogasi seorang pencuri bernama Bagol. Ketika ayah Pambudi
menginterogasi Bagol, Bagol tidak mau menjawabnya atau bungkam. Tetapi,
Pambudi penasaran karena Bagol terlihat menyembunyikan sesuatu, maka
Pambudi merencanakan untuk menanyai Bagol secara halus demi mendapatkan
informasi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Siapa yang menyuruhmu?” tanya ayah Pambudi kepada Bagol. Maling ayam itu diam saja, bahkan ketika pertanyaan itu diulang sampai tiga kali, ayah Pambudi marah. Bagol ditamparnya keras sekali. Pambudi ternyata lebih sabar daripada ayahnya, menemukan cara untuk mendapatkan pengakuan Bagol. ”Begini, kita kerja sama. Katakan terus terang siapa yang menyuruhmu dan aku berjanji akan merahasiakan segalanya. Kau aman, sebab majikanmu tidak tahu bahwa kau telah gagal. Bila kau menolak, akan kusebarkan berita bahwa kau telah mencoba mengguna-gunai kami. Pasti orang yang menyuruhmu akan segera mendengar kegagalanmu dan tak pelak lagi kau pasti akan dihukumnya”. Bagol termenung sejenak, lalu mengangkat muka ke arah Pambudi. Dari sinar matanya, Pambudi tahu bahwa maling itu akhirnya setuju atas usulnya.” (Tohari, 2014:75-76).
Kutipan di atas menggambarkan sikap Pambudi yang berencana menanyai
Bagol secara halus untuk mendapatkan informasi mengenai siapa yang menyuruh
Bagol melakukan hal itu, yaitu mengguna-gunai rumah keluarga Pambudi. Dari
proses interogasi secara baik-baik, dapat dilihat bahwa Bagol akhirnya mau
mengakui siapa yang menyuruhnya atas dasar pertimbangan hukuman yang akan
4.1.4 Pemikiran Tentang Harga Diri
Menghargai diri sendiri merupakan suatu sikap menghormati dan menjaga
diri sendiri, tidak membiarkannya terlantar dan menjadi beban orang lain, serta
tidak membiarkannya diperalat atau dimanipulasi oleh orang lain. Menghargai diri
adalah ketika kita memiliki perasaan untuk bisa menerima apa yang kita miliki.
Dengan menghargai apa yang dimiliki maka kita bisa memaksimalkan semua
potensi yang ada pada diri kita untuk mencapai tujuan dan cita-cita yang kita
rencanakan sebelumnya. Pada dasarnya orang bisa menjadi lebih baik dari
sebelumnya jika mereka mampu untuk menerima dan menghargai dirinya saat ini.
Namun, menghargai diri sendiri bukan sekedar mementingkan diri sendiri,
melainkan bentuk penghargaan kita kepada lingkungan dimana kita berada.
Menghormati diri bukanlah tentang apa yang kita lakukan, tapi siapa kita.
Ini adalah tentang perasaan dihargai. Ini adalah tentang mampu untuk berdiri
tegak dan merasa bangga pada diri kita sendiri hanya karena kita ada. Ini adalah
tentang mencintai diri sendiri untuk diri kita sendiri.Sikap menghargai diri dapat
terlihat dari tindakan Pambudi yang menjadikan dirinya sebagai subjek, pelaku
aktif dalam setiap tindakan dan tidak menjadikan dirinya objek yang tertindas,
yang hanya menerima nasib begitu saja. Pak Dirga menawarkan kerjasama kepada
Pambudi dengan menggunakan uang milik koperasi sebagai ganti rugi
penggusuran batang pohon kelapa kepada pemilik pohon kelapa dengan
membayar lebih murah untuk dijadikan pembuatan jalan yang akan dilakukan
”Bagaimana, Pambudi?” Yang ditanya kaget, ”Oh, Maaf, hendaknya Bapak jangan mengikutsertakan saya dalam urusan seperti itu.” ”Lho, kenapa? Kau akan mendapat banyak keuntungan tanpa banyak mengeluarkan tenaga. Semua orang menyenangi hal semacam itu, mengapa kau tidak? Lihat, Poyo telah lumayan hidupnya. Sekarang tiba giliranmu, ayolah!” ”Tidak, Pak.” ”Mengapa?” ”Saya tidak bisa menerangkannya mengapa.” (Tohari, 2014: 26).
Kutipan di atas menggambarkan bahwa ego Pambudi yang menghargai
dirinya sendiri dengan menolak ajakan dari lurahnya yang merupakan orang
paling tinggi kedudukannya di Desa Tanggir untuk berbuat curang.
Setelah Pambudi menolak ajakan Pak Dirga untuk berbuat curang, hati
Pambudi seakan lapang dan tidak ada kegundahan hati atas apa yang telah dia
katakan tadi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Dipandangnya Pambudi lama-lama, tetapi pemuda itu tenang saja. Bahkan di dalam hatinya Pambudi merasa lega. Ia telah menuruti suara hati nuraninya untuk tidak turut melakukan kecurangan bersama Pak Dirga. Memang hanya satu yang terasa olehnya pada saat itu: Lega. Lega!” (Tohari, 2014: 26).
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Pambudi secara sadar dia
mengikuti kata hatinya untuk tidak ikut melakukan kecurangan tersebut. Superego
Pambudi digambarkan dalam perasaan lega telah menolak sekaligus mampu
menahan diri untuk ikut serta dalam kecurangan yang telah direncanakan oleh Pak
Dirga.
Pambudi juga menghargai usaha Pak Barkah dalam usahanya menolong
menghimpun biaya pengobatan untuk Mbok Ralem dan hendak pamit pulang ke
”Ya, anda benar, Pak Barkah. Kemanusiaan masih ada. Sekarang kami mohon diri. Sungguh, rasanya sulit bagi saya melupakan Bapak dan Kalawarta. Saya percaya, Kalawarta akan menjadi bacaan semua orang. Selamat tinggal.” (Tohari, 2014:55).
Sikap Pambudi mendapat apresiasi dari Pak Barkah. Bahkan Pak Barkah
sampai terharu dengan apa yang telah dilakukan oleh Pambudi. Hal itu dapat
dilihat dalam kutipan berikut:
”Tidak hanya Pak Barkah yang terkesan oleh perpisahan itu. Para pegawai Kalawarta pun ikut merasa kehilangan. Anak muda dari Tanggir itu telah meninggalkan kesan yang amat berarti. Dengan jujur Pak Barkah mengakui, bahwa sudah lama ia tidak menemukan seorang pemuda dengan kepribadian seperti Pambudi. Seorang yang bersedia menolong sesamanya tanpa mengharapkan balas jasa apapun.” (Tohari, 2014:55).
Kutipan di atas menggambarkan kepribadian Pambudi telah dihargai dan
diapresiasi oleh Pak Barkah sekaligus para pegawai harian Kalawarta, karena
mereka jarang melihat orang seperti Pambudi dan sangat takjub akan
perjuangannya yang rela menolong sesamanya tanpa mengharapkan balas jasa. Ini
menunjukkan bahwa mereka saling menghargai satu sama lain.
4.1.5 Pemikiran Tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Seiring berkembangnya zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi juga
mengikuti perkembangan. Teknologi diartikan sebagai cara memproduksi dan
memakai sesuatu yang bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam
melangsungkan hidupnya (Tantawi, 2015:93). Semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, masyarakat akan semakin mengetahui dan akan lebih
dihasilkan melalui ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hasil yang nyata
dan dapat diterima oleh akal pikiran manusia dan juga sudah teruji kebenarannya.
Pambudi juga percaya kepada ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu
ketika pemimpin redaksi harian Kalawarta, yaitu Pak Barkah menunjukkan
naskah iklan yang dimohonkan oleh Pambudi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan
berikut:
”Naskah iklan itu selesai dibuat oleh Pak Barkah, kemudian diperlihatkan kepada Pambudi. ”Bagaimana, Dik Pambudi?” ”Wah, Bapak jangan meminta persetujuan saya. Tentang iklan saya tidak tahu apa-apa, meskipun setiap saat saya mendengarnya dari radio dan televisi.” (Tohari, 2014:39)
Kutipan di atas menggambarkan Pambudi percaya bahwa media iklan
dapat memberikan informasi kepada masyarakat walaupun Pambudi tidak begitu
paham mengenai iklan dan juga pernah mendengannya melalui radio dan televisi,
tetapi dia percaya media iklan itu dapat menyampaikan maksud dan tujuan dari
pemohon.
Percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi juga dirasakan Pambudi
ketika ia mendengar keluhan Mbok Ralem perihal sakitnya yang mengatakan
bahwa Mbok Ralem sudah berobat tiga kali kepada dukun dan sekali kepada
mantri kesehatan. Tetapi Pambudi lantas mengajak Mbok Ralem untuk pergi ke
rumah sakit di Yogya untuk mengetahui sakit apa yang dideritanya. Hal ini dapat
dilihat dalam kutipan berikut:
ongkos perjalanan ke Yogya saja tidak cukup dengan uang dua-tiga ribu rupiah.” (Tohari, 2014:20).
”Keesokan harinya pagi-pagi sekali, Mbok Ralem tampak berdua dengan Pambudi menaiki bus bermesin disel ke Yogya. Tengah hari mereka sampai di kota tujuan dan menuju rumah sakit dengan naik andong. (Tohari, 2014:32).
Kutipan di atas menggambarkan sikap Pambudi yang mengusulkan Mbok
Ralem harus dibawa ke rumah sakit karena setelah mendengar keluhan dari Mbok
Ralem perihal sakitnya yang tidak kunjung sembuh setelah dibawa ke dukun dan
mantri kesehatan, Pambudi merasa bahwa Mbok Ralem harus dibawa ke rumah
sakit karena di situlah semua akan tahu sakit apa yang diderita Mbok Ralem kalau
diperiksa di rumah sakit.
4.2 Hasil Pemikiran Modern Tokoh Utama
Dalam pemikiran modern, setiap sikap yang ditunjukkan akan mempunyai
maksud dan tujuan. Maka setiap proses pemikiran modern yang ditunjukkan, akan
menunjukkan hasil. Hasil dari pemikiran modern yang ditunjukkan tokoh utama
dapat dilihat sebagai berikut:
4.2.1 Hasil Pemikiran Tentang Kemampuan Manusia
Pambudi yakin akan kemampuannya sendiri ketika dia melihat orang yang
mencurigakan di dekat rumahnya. Karena mencurigakan, Pambudi yakin akan
dapat menangkap orang yang mencurigakan itu. Hal ini dapat dilihat dalam
kutipan berikut:
sedang menanam sesuatu di tengah regol. Hampir saja Pambudi menyorotkan lampu senternya, tetapi urung. Pambudi ingin menangkap orang itu karena yakin mampu melakukannya. Calon lawannya kecil, tingginya hanya sampai pundak Pambudi.” (Tohari, 2014:74).
Kutipan di atas menggambarkan keyakinan Pambudi bahwa dia mampu
untuk menangkap orang yang mencurigakan itu. Hasilnya, Pambudi mampu
menangkap orang itu tanpa ada kesulitan. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan
berikut:
”Ketika orang itu hanya berjarak sedepa dari Pambudi, pemuda itu menangkapnya. Benar, Pambudi tidak mengalami kesukaran menguasai orang itu. Tanpa ribut-ribut Pambudi membawanya ke dalam. Orangtuanya dibangunkan. Ibu Pambudi keluar membawa lampu. ”Bagol!” kata Pambudi hampir bersamaan dengan teriakan ayahnya.” (Tohari, 2014:74-75).
Kutipan di atas menunjukkan hasil atas upaya Pambudi dalam menangkap
orang yang mencurigakan itu. Tanpa adanya perlawanan berarti, Pambudi berhasil
menangkap orang yang mencurigakan itu dan hasilnya ternyata adalah Bagol,
maling kambing dan ayam yang terkenal.
4.2.2 Hasil Pemikiran Tentang Kemampuan Memperhitungkan Sesuatu
Manusia modern mampu dalam memperhitungkan situasi ketika
dihadapkan pada suatu masalah. Hal ini juga dirasakan oleh Pambudi. Pambudi
telah merasakan adanya kecurangan yang akan dilakukan oleh lurah yang baru,
yaitu Pak Dirga. Pambudi sudah memprediksi bahwa kecurangan yang akan
dilakukan Pak Dirga sama seperti lurah sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dalam
kutipan berikut:
padi atau bersekongkol dengan para tengkulak beras dalam menentukan harga jual padi lumbung koperasi.”(Tohari, 2014:18).
Mengetahui sikap Pak Dirga seperti itu, Pambudi berkesimpulan dengan
menandai Pak Dirga sama seperti lurah-lurah sebelumnya, yaitu lurah yang
curang. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Kekalahan Pak Badi menambah rasa kecil hati pada Pambudi. Dan benar juga, Pak Dirga sebagai lurah baru sama saja dengan yang digantikannya. Sering melanggar ketentuan-ketentuan perkoperasian yang ia pidatokan sendiri.” (Tohari, 2014:17-18).
Kutipan di atas menggambarkan kesimpulan Pambudi atas sikap yang
ditunjukkan Pak Dirga selaku lurah yang baru dan membandingkannya dengan
lurah yang lama bahwa Pak Dirga dan lurah yang lama itu sama-sama berbuat
curang demi kepentingan sendiri.
Sikap Pambudi yang dapat memperhitungkan segala sesuatu juga dapat
dilihat ketika Pambudi mengajak Mbok Ralem pergi ke Yogya untuk
memeriksakan penyakit yang diderita Mbok Ralem, lalu mereka tidur di sebuah
losmen yang sangat murah tarifnya. Pambudi memprediksi bahwa penyakit yang
diderita Mbok Ralem kemungkinan besar adalah kanker dan juga biaya
penyembuhan penyakit tersebut jika memang benar kanker memerlukan biaya
yang sangat besar. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
Setelah membayangkan seharian, Pambudi keesokan harinya mendatangi
rumah sakit itu guna melihat hasil pemeriksaan yang dilakukan sehari
sebelumnya. Setelah diterima surat pemeriksaannya, diketahui bahwa Mbok
Ralem mengidap penyakit kanker. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Sebelum pukul sebelas, Pambudi telah berdiri di dekat jendela laboratorium. Surat keterangan yang ditunggu segera diterimanya. Ia segera menemui Pak Mantri yang kemarin memeriksa Mbok Ralem dan menyerahkan surat yang baru diterimanya itu. Betul, ternyata Mbok Ralem mengidap kanker. Pambudi mengernyitkan dahinya. Wajahnya tampak tegang.” (Tohari, 2014:35).
Kutipan di atas menggambarkan hasil yang ditunjukkan oleh rumah sakit
menunjukkan bahwa itu benar-benar penyakit kanker. Hal ini sejalan dengan apa
yang diperkirakan oleh Pambudi bahwa penyakit yang diderita Mbok Ralem yaitu
kanker terbukti benar dan itu membuat Pambudi kelihatan tegang dalam
menerima kabar mengenai kanker yang diderita Mbok Ralem.
Sikap Pambudi dalam memperhitungkan segala sesuatu dapat dilihat
ketika Pambudi melihat Sanis, walaupun Sanis masih kelas 2 SMP, Pambudi
memprediksi kalau semua gadis pasti akan menjadi dewasa begitu mendapatkan
haid pertama. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Hanya Pambudi yang masih tinggal. Ia sedang terpesona. Apalagi pandangan Pambudi dibalas dengan senyuman oleh Sanis. Yang tersenyum malu-malu itu seorang gadis kecil, tidak lebih. Boleh jadi Sanis tidak memberi arti apa-apa pada senyumannya itu, tapi oleh Pambudi telah diterima selain dengan matanya, juga dengan hatinya, bahkan dengan denyut jantungnya. Pemuda itu hampir saja mengumpat dirinya, tapi tidak. Bukankah semua gadis di Tanggir ini menjadi dewasa begitu haidnya yang pertama hadir? Pikir Pambudi membela pikirannya yang mulai munafik.” (Tohari, 2014:48).
Apa yang telah diprediksi oleh Pambudi mengenai Sanis, seorang gadis
benar. Ini dapat dilihat ketika Pambudi naik sepeda pergi ke pasar, kemudian
bertemu dengan Sanis di tengah perjalanan dengan berjalan kaki. Pambudi hendak
menawarkan sepadanya untuk digunakan Sanis pulang ke rumah. Ketika Pambudi
hendak mengambil sepeda ke rumah Sanis setelah pulang dari pasar, ia gelisah
ketika melihat tingkah laku Sanis yang tidak seperti biasanya, seperti menyimpan
sesuatu.Ketika sampai di rumah, Pambudi menyadari akan apa yang telah
dikirakan olehnya bahwa Sanis merupakan gadis yang telah beranjak dewasa. Hal
ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Sampai di rumahnya kembali, Pambudi baru yakin bahwa Sanis tidak marah kepadanya. Pambudi menemukan sebuah bandul pada kunci sepedanya, sebuah biji kenari terukir rapi. Nama Sanis terpahat di situ. Rupanya hal itulah yang membuat Sanis bersikap malu-malu ketika kutemui tadi, pikir Pambudi. Tak lama kemudian seorang anak kecil membawa sebuah majalah remaja dan menyerahkannya kepada pemuda itu. Pambudi segera tahu, pengirimnya Sanis. Di dalam majalah itu terselip sebuah surat, singkat sekali dan diakhiri dengan ”Salam sayang”. Jadi anak gadis Pak Modin itu sama saja dengan semua gadis Tanggir. Cepat masak, matang sebelum tua, Pambudi tersenyum.” (Tohari, 2014: 72).
Kutipan di atas menggambarkan sikap Sanis yang telah dewasa baik dari
segi fisik maupun sikap. Dewasa yang dimaksudkan Pambudi dalam sikap Sanis
adalah sudah mampu jatuh cinta terhadap lawan jenis. Walaupun masih gadis
yang duduk di bangku SMP, Sanis ternyata juga memiliki daya tarik terhadap
lawan jenis dan itu ditunjukkan kepada Pambudi dari sikapnya yang malu-malu
dikarenakan perbedaan umur yang lumayan jauh.
4.2.3 Hasil Pemikiran Tentang Perencanaan
menjadi badan usaha yang dapat dipercaya sehingga masyarakat Desa Tanggir
dapat hidup sejahtera. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Aneh, pikir Pambudi, aku hanya ingin bekerja menurut ukuran yang wajar. Mengembangkan lumbung koperasi untuk kebaikan bersama. Memang aku akan memperoleh keuntungan pribadi bila tujuanku berhasil. Mungkin pendapatan pribadiku akan naik. Dan siapa yang akan mengutukku bila aku dibayar karena tenaga yang telah kuberikan kepada koperasi? Bukan hanya aku yang akan beruntung bila lumbung koperasi Desa Tanggir menjadi badan usaha yang bonafide. Tidak, aku tidak berlebih-lebihan dalam bercita-cita ini. Koperasi untuk kepentingan bersama, tetapi alangkah sulit mengusahakan kemajuannya.” (Tohari, 2014:19).
Tapi apa daya, rencana yang diinginkan Pambudi untuk menjalankan itu
terhambat. Hasilnya, Pambudi mengundurkan diri dari badan usaha koperasi. Hal
ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Karena menemui jalan buntu, Pambudi mulai berpikir untuk mencari pekerjaan lain.” (Tohari, 2014:19).
”Pada hari berikutnya Pambudi tidak berangkat kerja. Selesai sembahyang subuh ia bernyanyi kecil. Pambudi tidak dapat mengatakan mengapa di pagi hari itu ia merasa begitu tenteram. Padahal tadi malam ia telah menulis surat kepada Pak Dirga, Pambudi menyatakan pengunduran diri dari kepengurusan lumbung koperasi desa.” (Tohari, 2014:27).
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Pambudi akhirnya memutuskan
mengundurkan diri dari pekerjaannya di lumbung koperasi desa disebabkan
rencana Pambudi untuk membuat koperasi menjadi badan usaha yang dapat
dipercaya tidak berjalan.
Sikap Pambudi dalam membuat rencana dapat dilihat ketika Pambudi telah
bermodalkan pasfoto dan fotokopi surat keterangan miskin dari desa. Hal ini dapat
dilihat dalam kutipan berikut:
”Namun sesungguhnya Pambudi telah siap mencari dana dengan cara lain. Uangnya sendiri akan diserahkan dengan ikhlas apabila usahanya yang lain benar-benar gagal. Pasfoto dan fotokopi surat keterangan miskin dari desa yang akan dibuatnya menjadi modal dalam mengumpulkan dana.” (Tohari, 2014: 36).
Kutipan di atas menggambarkan perencanaan Pambudi dalam mencari
dana tambahan untuk biaya pengobatan Mbok Ralem dengan menggunakan
pasfoto dan fotokopi surat miskin dari desa. Kemudian Pambudi menemui
pemilik harian Kalawarta dengan bermodalkan pasfoto dan fotokopi surat
keterangan miskin dari desa serta biaya empat puluh ribu rupiah untuk dibuatkan
iklan untuk meminta pertolongan biaya. Hasilnya akan dicetak keesokan harinya.
Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Harian Kalawarta memasang iklan yang dipesan Pambudi pada halaman pertama. Hal itu menunjukkan minat Pak Barkah terhadap usaha yang sedang dilakukan oleh anak muda dari Tanggir itu. Ternyata iklan itu diberi ukuran yang cukup besar. Foto Mbok Ralem dengan tonjolan di sisi lehernya tampak jelas. Begitu juga kedua surat keterangan yang ikut tercetak dalam iklan itu.” (Tohari, 2014:43).
Kutipan di atas menggambarkan bahwa iklan yang dipesan oleh Pambudi
di harian Kalawarta telah dipajang. Ini merupakan hasil dari usaha Pambudi
untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa ada seseorang yang butuh
pertolongan dana untuk pembiayaan sakit kanker yang dideritanya. Hal itu juga
membuat Pak Barkah selaku pemimpin redaksi memuat iklan tersebut dengan
ukuran besar untuk menarik minat pembaca dan tergerak hatinya untuk menolong
Sikap Pambudi dalam membuat rencana juga terlihat ketika Pambudi
merencanakan untuk menutup ”Dompet Mbok Ralem”. Pambudi merasa bahwa
mengumpulkan sumbangan melebihi keperluan. Usul itu sangat dihargai oleh Pak
Barkah. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Pambudi yang sudah datang kembali dari Tanggir, kemudian berembuk dengan Pak Barkah. Keduanya merasa gembira dan yakin usahanya bakal berhasil. Bahkan Pambudi sudah mengusulkan untuk menentukan kapan ”Dompet Mbok Ralem” ditutup. Usul itu sangat dihargai oleh pemilik harian Kalawarta itu. Menurut Pak Barkah, tidaklah terpuji mengumpulkan sumbangan masyarakat melebihi keperluan.” (Tohari, 2014:44).
Alasan Pambudi untuk menutupnya adalah sama dengan apa yang
dipikirkan dan diucapkan oleh Pak Barkah. Hal ini semakin dipertegas oleh
pernyataan Pambudi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Ya, kita hanya memerlukan suatu jumlah tertentu. Kurang sedikit akan lebih baik daripada terlalu banyak lebihnya,” sambung Pambudi pula.” (Tohari, 2014:45).
Ketika rencana tersebut akan dijalankan, malah melebihi apa yang
diharapkan. Hasilnya dana yang telah terkumpul datang terus menerus. Hal ini
dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Namun keinginan kedua orang itu untuk membatasi sumbangan sampai pada jumlah yang patut, tidak terlaksana. Pada hari kesepuluh datang kiriman cek bernilai seratus ribu rupiah. Penymbangnya menyembunyikan nama dan alamatnya. Pada hari itu ”Dompet Mbok Ralem” dinyatakan ditutup. Wesel yang terlanjur diposkan oleh pengirimnya masih berdatangan sampai lima hari kemudian. Berdua Pambudi, Pak Barkah menghitung uang yang masuk, Rp2.162.350,00.” (Tohari, 2014:45).
Kutipan di atas menggambarkan rencana Pambudi untuk menutup
batas yang ditentukan, tidak terlaksana. Hasilnya sumbangan yang dari awal
hanya diperlukan sekitar Rp500.000,00, tetapi dari sumbangan yang terkumpul
sebesar Rp2.162.350,00. Walaupun berlebih, tetapi Pambudi akan tetap
memberikan sisanya untuk Mbok Ralem.
Sikap Pambudi dalam membuat rencana juga terlihat ketika Pambudi ingin
sembahyang Jumat di surau ayah Sanis. Tetapi, Pambudi telah merencanakan
untuk melihat Sanis. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Hari Jumat, Pambudi masih berada di Tanggir. Siang itu ia mengenakan kain sarung baru. Kopiahnya disikat licin hingga tak sebutir debu pun melekat padanya. Ia hendak bersembahyang Jumat di surau ayah Sanis. Andaikata pahalanya nanti dikurangi, Pambudi rela. Sebab ia bukan hanya hendak beribadat semata, tetapi ia juga sengaja hendak melihat Sanis.” (Tohari, 2014:47).
Rencana Pambudi untuk bertemu dengan Sanis akhirnya kesampaian.
Hasilnya mereka bertemu dan berbincang-bincang. Hal ini dapat dilihat dalam
kutipan berikut:
”Satu per satu jemaah surau itu bangkit dan pulang. Hanya Pambudi yang masih tinggal. Ia sedang terpesona, sampai dikejutkan oleh sapaan Sanis. ”Mampir, Kak,” kata Sanis yang terdengar bagaikan suara getaran dawai di telinga Pambudi. ”Terima kasih. Lain kali sajalah, siang ini aku harus kembali ke Yogya.” (Tohari, 2014:48).
Sikap Pambudi dalam membuat rencana dapat dilihat ketika Pambudi dan
ayahnya menginterogasi seorang pencuri bernama Bagol. Ketika ayah Pambudi
menginterogasi Bagol, Bagol tidak mau menjawabnya atau bungkam. Tetapi,
Pambudi penasaran karena Bagol terlihat menyembunyikan sesuatu, maka
Pambudi merencanakan untuk menanyai Bagol secara halus demi mendapatkan
”Siapa yang menyuruhmu?” tanya ayah Pambudi kepada Bagol. Maling ayam itu diam saja, bahkan ketika pertanyaan itu diulang sampai tiga kali, ayah Pambudi marah. Bagol ditamparnya keras sekali. Pambudi ternyata lebih sabar daripada ayahnya, menemukan cara untuk mendapatkan pengakuan Bagol. ”Begini, kita kerja sama. Katakan terus terang siapa yang menyuruhmu dan aku berjanji akan merahasiakan segalanya. Kau aman, sebab majikanmu tidak tahu bahwa kau telah gagal. Bila kau menolak, akan kusebarkan berita bahwa kau telah mencoba mengguna-gunai kami. Pasti orang yang menyuruhmu akan segera mendengar kegagalanmu dan tak pelak lagi kau pasti akan dihukumnya”. (Tohari, 2014:75-76).
Kutipan di atas menggambarkan sikap Pambudi yang berencana menanyai
Bagol secara halus untuk mendapatkan informasi mengenai siapa yang menyuruh
Bagol melakukan hal itu akhirnya kesampaian. Hasilnya Pambudi mengetahui
siapa yang menyuruh Bagol untuk melakukan hal itu. Hal ini dapat dilihat dalam
kutipan berikut:
”Bagol termenung sejenak, lalu mengangkat muka ke arah Pambudi. Dari sinar matanya, Pambudi tahu bahwa maling itu akhirnya setuju atas usulnya. ”Nah, katakan siapa orang itu,” desak Pambudi. “Pak Dirga,” jawab Bagol singkat.” (Tohari, 2014:76).
Hasil dari interogasi secara halus itu dapat diketahui bahwa yang
menyuruh Bagol untuk melakukan hal itu ternyata adalah Pak Dirga, lurah Desa
Tanggir. Ayah Pambudi terkejut dan sadar apa artinya berselisih dengan Lurah
bagi penduduk Tanggir.
4.2.4 Hasil Pemikiran Tentang Harga Diri
Sikap menghargai diri dapat terlihat dari tindakan Pambudi yang
menjadikan dirinya sebagai subjek, pelaku aktif dalam setiap tindakan dan tidak
menjadikan dirinya objek yang tertindas, yang hanya menerima nasib begitu saja.
milik koperasi sebagai ganti rugi penggusuran batang pohon kelapa kepada
pemilik pohon kelapa dengan membayar lebih murah untuk dijadikan pembuatan
jalan yang akan dilakukan oleh pemerintah. Tetapi, Pambudi langsung menolak
ajakan dari Pak Dirga. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Bagaimana, Pambudi?” Yang ditanya kaget, ”Oh, Maaf, hendaknya Bapak jangan mengikutsertakan saya dalam urusan seperti itu.” ”Lho, kenapa? Kau akan mendapat banyak keuntungan tanpa banyak mengeluarkan tenaga. Semua orang menyenangi hal semacam itu, mengapa kau tidak? Lihat, Poyo telah lumayan hidupnya. Sekarang tiba giliranmu, ayolah!” ”Tidak, Pak.” ”Mengapa?” ”Saya tidak bisa menerangkannya mengapa.” (Tohari, 2014: 26).
Kutipan di atas menggambarkan bahwa sikap Pambudi yang menghargai
dirinya sendiri dengan menolak ajakan dari lurahnya yang merupakan orang
paling tinggi kedudukannya di Desa Tanggir untuk berbuat curang. Hasilnya
adalah perasaan lega yang didapatinya dengan menuruti kata hatinya. Hal ini
dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Dipandangnya Pambudi lama-lama, tetapi pemuda itu tenang saja. Bahkan di dalam hatinya Pambudi merasa lega. Ia telah menuruti suara hati nuraninya untuk tidak turut melakukan kecurangan bersama Pak Dirga. Memang hanya satu yang terasa olehnya pada saat itu: Lega. Lega!” (Tohari, 2014: 26).
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Pambudi secara sadar dia
mengikuti kata hatinya untuk tidak ikut melakukan kecurangan tersebut. Perasaan
lega didapatkan setelah menolak sekaligus mampu menahan diri untuk ikut serta
Pambudi juga menghargai usaha Pak Barkah dalam usahanya menolong
menghimpun biaya pengobatan untuk Mbok Ralem dan hendak pamit pulang ke
Desa Tanggir. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
”Ya, anda benar, Pak Barkah. Kemanusiaan masih ada. Sekarang kami mohon diri. Sungguh, rasanya sulit bagi saya melupakan Bapak dan Kalawarta. Saya percaya, Kalawarta akan menjadi bacaan semua orang. Selamat tinggal.” (Tohari, 2014:55).
Sikap Pambudi yang telah menggerakkan sisi kemanusiaan di masyarakat
mendapat apresiasi dari Pak Barkah. Hasilnya Pak Barkah sampai terharu dengan
apa yang telah dilakukan oleh Pambudi. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan
berikut:
”Tidak hanya Pak Barkah yang terkesan oleh perpisahan itu. Para pegawai Kalawarta pun ikut merasa kehilangan. Anak muda dari Tanggir itu telah meninggalkan kesan yang amat berarti. Dengan jujur Pak Barkah mengakui, bahwa sudah lama ia tidak menemukan seorang pemuda dengan kepribadian seperti Pambudi. Seorang yang bersedia menolong sesamanya tanpa mengharapkan balas jasa apapun.” (Tohari, 2014:55).
Kutipan di atas menggambarkan kepribadian Pambudi telah dihargai dan
diapresiasi oleh Pak Barkah sekaligus para pegawai harian Kalawarta, karena
mereka jarang melihat orang seperti Pambudi dan sangat takjub akan
perjuangannya yang rela menolong sesamanya tanpa mengharapkan balas jasa. Ini
menunjukkan bahwa mereka saling menghargai satu sama lain.
4.2.5 Hasil Pemikiran Tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Seiring berkembangnya zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi juga
teknologi, masyarakat akan semakin mengetahui dan akan lebih percaya pada
ilmu pengetahuan dan teknologi dikarenakan sesuatu yang dihasilkan melalui
ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hasil yang nyata dan dapat diterima
oleh akal pikiran manusia dan juga sudah teruji kebenarannya.
Pambudi juga percaya kepada ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu
ketika pemimpin redaksi harian Kalawarta, yaitu Pak Barkah menunjukkan
naskah iklan yang dimohonkan oleh Pambudi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan
berikut:
”Naskah iklan itu selesai dibuat oleh Pak Barkah, kemudian diperlihatkan kepada Pambudi. ”Bagaimana, Dik Pambudi?” ”Wah, Bapak jangan meminta persetujuan saya. Tentang iklan saya tidak tahu apa-apa, meskipun setiap saat saya mendengarnya dari radio dan televisi.” (Tohari, 2014:39).
Kutipan di atas menggambarkan Pambudi percaya bahwa media iklan
dapat memberikan informasi kepada masyarakat walaupun Pambudi tidak begitu
paham mengenai iklan dan juga pernah mendengannya melalui radio dan televisi,
tetapi dia percaya media iklan itu dapat menyampaikan maksud dan tujuan dari
pemohon.
Setelah permohonan pembuatan iklan telah dibuat, hasilnya harian
Kalawarta makin banyak dicari dan dibaca oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat
dalam kutipan berikut:
Kutipan di atas menggambarkan bahwa iklan yang dipasang Pambudi di
harian Kalawarta itu jadi makin laris dan makin sering dibaca oleh masyarakat,
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka gambaran pemikiran modern
yang terdapat dalam tokoh Pambudi sebagai berikut:
1. Pemikiran tentang kemampuan manusia
2. Pemikiran tentang memperhitungkan sesuatu
3. Pemikiran tentangperencanaan
4. Pemikiran tentang harga diri
5. Pemikiran tentang ilmu pengetahuan dan teknologi
Hasil pemikiran modern yang ditunjukkan oleh tokoh Pambudi yaitu:
1. Hasil pemikiran tentang kemampuan manusia
Hasilnya adalah Pambudi yakin pada kemampuan diri sendiri, yaitu
mampu menangkap seseorang yang mencurigakan dan itu adalah Bagol, pencuri
yang terkenal di desanya.
2. Hasil pemikiran tentang memperhitungkan sesuatu
a. Pambudi menyamakan Pak Dirga dengan lurah sebelumnya, yaitu
pembohong karena selalu melanggar akan pidato yang telah
diucapkannya sendiri.
c. Perkiraan Pambudi mengenai kedewasaan dalam tingkah laku Sanis
yang masih gadis terbukti benar, yaitu sudah mampu menykai lawan
jenis.
3. Hasil pemikiran tentangperencanaan
a. Pambudi berhasil mengiklankan pas foto dan surat keterangan tidak
mampu di Harian Kalawarta untuk menghimpun bantuan dana dari
masyarakat.
b. Pambudi berhasil mengumpulkan dana dari para donatur dan
dermawan dari rencana dengan mengiklankan pas foto dan surat
keterangan tidak mampu di harian Kalawarta sebesar Rp2.162.350,00.
c. Pambudi mengundurkan diri dari pekerjaannya di lumbung koperasi
disebabkan rencananya untuk membuat koperasi menjadi badan usaha
yang dapat dipercaya tidak berjalan.
d. Pambudi mengetahui siapa yang telah menyuruh Bagol untuk
mengguna-gunai keluarga Pambudi dan hasilnya adalah Pak Dirga,
lurah desanya sendiri.
4. Hasil pemikiran tentang harga diri
a. Pambudi mampu menolak secara tegas bahwa Pambudi tidak ingin
ikut campur dalam urusan berbuat curang yang direncanakan lurahnya.
b. Pambudi mendapat apresiasi dari pimpinan dan staf harian Kalawarta
5. Hasil pemikiran tentang ilmu pengetahuan dan teknologi
iklan yang dimohonkan oleh Pambudi kepada harian Kalawarta menjadi
laris dibaca oleh kalangan masyarakat khususnya Kota Yogya yang akhirnya
membuat masyarakat tahu mengenai Mbok Ralem.
5.2 Saran
Kajian ini terbatas karena hanya membahas gambaran pemikiran modern
dan hasil yang didapatkan dari pemikiran modern yang ditunjukkan oleh tokoh
Pambudi dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Oleh karena
itu, peneliti berikutnya perlu mengembangkan agar dapat mengetahui lebih dalam
mengenai pemikiran modern dengan menggunakan teori Sigmund Freud dengan
aspek id, ego dan superego. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
dan pengetahuan pada kalangan pelajar dan juga mahasiswa mengenai pemikiran
BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Konsep digunakan sebagai dasar penelitian yang menentukan arah suatu
topik pembahasan. Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai
berikut:
2.1.1 Novel
Menurut Abdul Rozak, Zaidan,dkk. (2007:136) novel adalah jenis prosa
yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan kehidupan
manusia atas dasar sudut pandang pengarang dan; mengandung nilai hidup, diolah
dengan teknik lisahan dan ragaan yang menjadi dasar konvensi penulisan. Novel
dibuat berdasarkan hasil rekayasa imajinasi pengarang atau berdasarkan
kehidupan nyata seseorang yang diangkat untuk dapat dijadikan sebagai sebuah
cerita.
2.1.2 Tokoh
Tokoh adalah pelaku yang mengemban atau menjalankan peristiwa dalam
cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita (Aminuddin, 2000:85).
Tokoh utama merupakan pemeran dalam suatu cerita yang memegang peran
penting atau utama. Tokoh senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat
berupa novel dan cerpen. Tokoh dalam karya sastra selalu mempunyai sikap, sifat,
tingkah laku, atau watak-watak tertentu.
2.1.3 Gambaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gambaran adalah uraian,
keterangan, atau penjelasan terhadap sesuatu hal.
2.1.4 Pemikiran Modern
Menurut Alex Inkeles (dalam Weiner, 1986:88), pemikiran modern adalah
proses berpikir dan bertindak dengan cara-cara tertentu mengikuti arus
perkembangan zaman. Berpikir modern berarti menerima segala bentuk
perubahan dari mulai proses berpikir dan bertindak sesuai perkembangan zaman.
2.1.5 Psikologi
Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu psyche
yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara umum, psikologi berarti
ilmu jiwa. Gardner (dalam Sarwono, 2010:6) mengartikan psikologi sebagai ilmu
yang mempelajari respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap
lingkungannya.
2.2 Landasan Teori
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori psikologi sastra dan teori
2.2.1 Psikologi Sastra
Psikologi sastra merupakan gambaran jiwa manusia yang diperlihatkan
dalam bentuk tulisan. Pendekatan psikologi memiliki tiga pendekatan yaitu: 1.
pendekatan ekspresif yang menekankan pengekspresian ide-ide ke dalam karya
sastra, 2. pendekatan tekstual yang menekankan pada psikologi tokoh, 3.
Pendekatan reseptif yang mengkaji psikologi pembaca (Endraswara, 2008:99).
Objek dalam penelitian ini menekankan pada pendekatan tekstual yaitu melalui
jiwa atau aspek psikologis tokoh yang ditampilkan dalam karya sastra itu.
Psikologi secara sempit dapat diartikan sebagai ilmu tentang jiwa.
Menurut Sigmund Freud, ada tiga komponen kepribadian, yaitu Id yang selalu
berprinsip mau memenuhi kesenangannya sendiri (pleasure principle), ego yang
selalu berorientasi pada kenyataan (reality principle), dan super ego yang selalu
berpatokan pada norma-norma yang baku (moral standard). Ketiga komponen
tersebut menjadi dasar manusia untuk bergerak menyalurkan energi naluri ke
dalam energi gerak untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya terjadi dalam
kehidupan nyata dan pastinya juga terjadi dalam kehidupan dunia fiksi. Ketiganya
juga saling berkaitan dalam membentuk totalitas dan tingkah laku manusia.
Psikologi dan sastra keduanya berfungsi untuk memperkaya pengalaman
manusia dan keduanya juga berusaha menyadarkan manusia untuk dapat
mengenal dirinya sendiri. Fenomena sastra sebagai cermin kepribadian sastra
merupakan karya kreatif dari sebuah proses pemikiran untuk menyampaikan ide,
Maka dari itu, psikoanalisa yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dapat
diterapkan dalam kajian kesusateraan. Penganalisisan karya sastra dengan kajian
psikoanalisa Sigmund Freud dilakukan untuk mengkaji pergolakan jiwa dalam
tokoh karya sastra yang juga memiliki keinginan dan kebutuhan layaknya manusia
dalam kehidupan nyata. Analisis Psikoanalisa digunakan karena tokoh-tokoh
dalam karya sastra merupakan sebuah cerminan dari kehidupan nyata sehingga
mampu mewakili perwatakan manusia yang diaplikasikan dalam bentuk cerita.
Kegiatan mengkaji pergolakan jiwa tokoh karya sastra perlu pengamatan yang jeli
dan teliti.
2.2.2 Teori Modernisasi
Modernisasi sering ditandai dengan perubahan-perubahan, baik itu dari
segi lingkungan, masyarakat, kebutuhan hidup, dan juga tingkah laku. Proses
modernisasi ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan. Dengan
adanya proses modernisasi, maka masyarakat dapat merasakan perubahan dalam
sisi kehidupannya secara bertahap setiap waktunya. (Schoorl, 1980:2).
Tantawi (2015:129) mengatakan bahwa modernisasi adalah perubahan
nilai, yaitu dari nilai lama kepada nilai baru. Ini mengartikan bahwa nilai lama
dianggap sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman sedangkan nilai baru
dianggap lebih baik dan menguntungkan.
Modernisasi melahirkan suatu sikap-sikap tertentu yang menandai
Weiner, 1986), modern diartikan sebagai suatu kecenderungan individu dalam
bertindak dengan cara-cara tertentu. Menurut Alex Inkeles, setidaknya ada
sembilan tema yang mendasari definisi-definisi bagi manusia modern yaitu:
1. Penerimaan hal-hal Baru
Manusia modern memiliki kesediaan untuk menerima pengalaman baru
dan keterbukaannya bagi pembaharuan dan perubahan.
2. Dunia Opini
Memiliki kesanggupan untuk membentuk atau mempunyai pendapat
mengenai sejumlah persoalan-persoalan dan hal-hal yang timbul
disekitarnya maupun di dunia luar.
a. Demokratis, dalam arti sadar akan keragaman sikap dan opini
disekitarnyadan tidak menutup diri dengan menyangka bahwa semua
orang mempunyai pendapat yang sama dengan dirinya.
b. Menerima pendapat-pendapat yang berbeda tanpa perlu tegas atau keras
menolaknya karena khawatir kalau pendapat-pendapat itu akan
menghancurkan pandangan-pandangan dunianya.
c. Tidak menerima opini secara otokratis dan hierarkis. Manusia modern
mendengarkan ide-ide dari orang yang lebih tinggi kedudukannya ataupun
lebih rendah kedudukannya. Ide dari pihak manapun didengar dan dihargai
sama, serta hanya dinilai berdasarkan kualitas idenya saja.
3. Konsepsi Waktu
a. Manusia modern berorientasi waktu kekinian dan masa depan,
b. Manusia modern selalu tepat waktu.
c.Manusia modern memiliki waktu-waktu tetap (terjadwal) sehingga
hidupnyaterencana dan teratur.
4. Perencanaan
Manusia modern menginginkan terlibat dalam perencanaan akan hal-hal
yang berkaitan dengan hidupnya dan organisasi, serta menganggapnya
sebagai sesuatu yang wajar.
5. Keyakinan akan Kemampuan Manusia
Manusia modern percaya bahwa siapa saja mampu belajar
menguasailingkungan agar mendukung dirinya dalam mencapai tujuan.
6. KemampuanMemperhitungkan Sesuatu
Manusia modern mampu dalam memperhitungkan situasi ketika
dihadapkan pada suatu masalah. Dengandemikian makakeberhasilan
dalam menyelesaikan masalah bukan tergantung dari kualitas dan karakter
seseorang, tetapikarena pendekatan yang digunakan oleh manusia untuk
mengarahkan.
7. Harga Diri
Manusia modern adalah manusia yang menyadari akan martabat atau
kedudukan,baik dirinya maupun orang lain, sehingga akan memberikan
penghargaan yangsesuai dengannya.
8. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Manusia modern akan lebih percaya pada hasil-hasil ilmu pengetahuan
Keadilan
Manusia modern percaya bahwa ganjaran-ganjaran seharusnya diberikan
sesuai dengan tindakan-tindakan, bukan karena hal-hal atau sifat-sifat
yang dimiliki seseorang yang tidak ada hubungannya dengan tindakannya.
Modernisasi tercipta dikarenakan adanya dorongan oleh keinginan untuk :
a. Hidup praktis atau lebih nyaman.
b. Meningkatkan efisiensi kerja dan meningkatkan produksi.
c. Mendapatkan sesuatu lebih banyak (nilai tambah), lebih bermutu, lebih bagus, lebih hemattenaga, lebih baik.
2.3 Tinjauan Pustaka
Penelitian terhadap novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari
sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, tetapi menggunakan teori yang
berbeda, sedangkan dengan teori psikologi sastra belum pernah dikaji
sebelumnya. Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah,
karena pada dasarnya suatu penelitian berasal dari acuan yang mendasarinya.
Untuk mengetahui keaslian penelitian ini, dipaparkan beberapa tinjauan pustaka
yang telah dimuat dalam bentuk skripsi. Tinjauan pustaka tersebut sebagai
berikut.
Ayuatma Nirmala Utami, dkk. (2014) dalam jurnalnya yang berjudul
”Novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra”
membahas tentang kehidupan masyarakat di Desa Tanggir dengan segala
seiring berkembangnya zaman, masuk dan menyatunya budaya luar dengan budaya
Indonesia, Jawa, maupun Banyumas, banyak mempengaruhi perubahan sosial
masyarakat. Keterlibatan Pambudi dalam pemerintahan desa Tanggir menjadikannya
tokoh yang sangat berpengaruh dalam cerita. Sanis juga dianggap menarik karena
karakternya sebagai gadis desa yang cantik, lugu, dan kisah cintanya dengan Pambudi
yang berumur jauh diatasnya, serta nasibnya yang menjadi korban poligami Pak
Dirga. Selain itu, muncul pula beberapa perubahan sosial di Tanggir. Masyarakat
mulai berubah menjadi lebih konsumtif yang kemudian meluas menjadi permasalahan
politik. Cerita tentang politik dianggap sangat menarik, politik merupakan satu hal
yang tidak dapat terlepas dari kehidupan.
Astoto Adi (2010) mahasiswa dari Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
dalam skripsinya yang berjudul ”Masyarakat Miskin Dalam Novel Di Kaki Bukit
Cibalak karya Ahmad Tohari: Sebuah Kajian Sosiologi Sastra”. Kesimpulan
dalam penelitian ini adalah masyarakat miskin dikategorikan dalam kelompok
para petani, pemungut sampah, pengumpul gabah dan kuli bangunan.
Keterbatasan lapangan kerja menjadi faktor utama masyarakat desa Tanggir
memilih pekerjaan tersebut menjadi pekerjaan tetap mereka sehari-hari.
Bakti Sutopo (2008) dalam jurnalnya yang berjudul ”Beberapa Jejak
Kelisanan Dalam Novel Di Kaki Bukit Cibalak Karya Ahmad Tohari: Perspektif
Walter J. Ong” membahas tentang sastra tulis yang dipengaruhi oleh tradisi lisan
dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah novel
Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari merupakan salah satu bentuk karya