• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pemikiran Modern Tokoh Utama Novel Di Kaki Bukit Cibalak Karya Ahmad Tohari: Analisis Psikologi Sastra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Pemikiran Modern Tokoh Utama Novel Di Kaki Bukit Cibalak Karya Ahmad Tohari: Analisis Psikologi Sastra"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Sinopsis Novel Di Kaki Bukit Cibalak

Pambudi adalah seorang pemuda berusia 24 tahun pada awalnya bekerja di

koperasi desa, tetapi Pambudi paham betul bagaimana teman kerjanya Poyo bisa

hidup lebih makmur daripada dia, karena Poyo bekerja sama dengan Pak lurah

yang baru. Pak Dirga adalah nama lurah itu sama dengan lurah-lurah sebelumnya,

seorang lurah yang curang demi keuntungan diri sendiri. Pambudi sangat berbeda

prinsip dengan Pak Dirga yang menyebabkan akhirnya Pambudi mundur dari

koperasi. Walau sekarang menjadi pengangguran hati Pambudi jauh lebih tentram.

Pambudi dengan ketulusannya menolong seorang tetangga yang sakit. Dengan

uang tabungannya Pambudi bertekad menolong mbok Ralem berobat ke

Yogyakarta. Pambudi yang khawatir menduga bahwa mbok Ralem mengidap

kanker sudah memperkirakan untuk mencari dana bantuan.

Karena kecakapannya Pambudi pergi ke sebuah harian lokal, Kalawarta.

Dan bersyukurlah bahwa Pak Barkah bersedia membantu niat baik Pambudi.

Lewat meminta bantuan di koran itu pada akhirnya mbok Ralem dapat berobat

sampai sembuh dan mendapat sisa uang untuk memperbaiki hidupnya dengan 2

orang anak yang kekurangan gizi.

Nama Pambudi menjadi pembicaraan di masyarakat desa Tanggir. Hal ini

membuat Pak Dirga marah karena mendapat teguran dari Pak Bupati, Pak Dirga

merasa perbuatan Pambudi dapat memperburuk citranya di mata masyarakat. Pak

Dirga berencana ingin menyingkirkan Pambudi dari Desa Tanggir. Cara pertama

yang di tempuh Pak Dirga adalah mendatangi seorang dukun unuk

mengguna-gunai Pambudi. Celakanya rencana jahat Pak Dirga gagal dilaksanakan oleh orang

suruhannya.

Orang tua Pambudi yang tahu bahwa ternyata lurah desa memusuhi

anaknya meminta Pambudi untuk meninggalkan desa Tanggir. Akhirnya Pambudi

memilih untuk mencoba menetap di Yogyakarta, di sinilah Pambudi menumpang

(2)

Topo memilih kembali untuk bersekolah sambil bekerja. Atas bantuan Topo maka

Pambudi bekerja di sebuah toko arloji milik nyonya Wibawa.

Pambudi mengenal seorang gadis bernama Mulyani, anak perempuan

nyonya Wibawa. Pambudi sendiri saat itu sudah mencintai seorang gadis bernama

Sanis. Tetapi Sanis malah mencintai seorang camat bernama Bambang Sumbodo,

tetapi Bambang malah sangat menghormati Pambudi yang di matanya memiliki

pribadi yang utuh dan berani bertindak menurut hati nuraninya. Bambang tidak

percaya bahwa Pambudi adalah seorang yang mengorupsi uang koperasi sebesar

125.000 seperti fitnah yang tersebar di desa Tanggir seiring dengan perginya

Pambudi ke Yogyakarta. Pambudi yang sangat giat belajar dan bekerja akhirnya

memutuskan berhenti bekerja di toko nyonya Wibawa. Mulyani sangat kehilangan

Pambudi yang sudah sangat dekat dengannya. Pambudi akhirnya bekerja di koran

Kalawarta menggantikan seorang pegawai yang sedang bertugas. Pambudi

melalui persuratkabaran meneruskan perlawanan terhadap kelicikan Pak Dirga.

Sebelum itu ternyata Pak Dirga telah berbuat sesuatu yang sangat

membuat hati Pambudi hancur. Pak Dirga telah memperistri gadis yang sangat

dicintai oleh Pambudi, Pak Dirga yang hobi bergonta-ganti istri menikahi Sanis

yang berusia 15 tahun. Pambudi menulis artikel-artikel yang memuat fakta

tentang keadaan desa Tanggir. Bagaimanakah kelicikan-kelicikan yang dilakukan

oleh lurah desa Tanggir. Berita yang di tulis oleh Pambudi membuat posisi Pak

Camat berbahaya, dia bakal mendapat teguran dari Bupati bahkan Gubernur.

Akhirnya demi menyelamatkan dirinya dan para atasannya, dibuatlah suatu arena

perjudian untuk menjebak Pak Dirga yang hobi bermain judi. Akhirnya Pak Dirga

tertangkap, dengan begini masyarakat hanya mengetahui bahwa Pak Dirga dipecat

karena tertangkap bermain judi.

Akhirnya Pambudi dapat menyelamatkan desa Tanggir dari kelicikan Pak

Dirga. Pambudi kembali ke desanya saat sudah lulus sabagai sarjana muda,

sayang ayah Pambudi tidak sempat melihat ijazah Pambudi, ayah meninggal

terjatuh di dekat sumur. Pambudi menerima dengan ikhlas kematian ayahnya.

(3)

Pambudi akhirnya tidak bisa terus menerus munafik bahwa dia ternyata telah lama

tertarik pada Mulyani. Perasaan mereka berdua sama dan akhirnya Pambudi

(4)

Biografi Pengarang

Ahmad Tohari, (lahir di Tinggarjaya, Jatilawa

berkebangsaan

monumentalnya, Ronggeng Dukuh Paruk, sudah diterbitkan dalam berbagai

bahasa dan diangkat dalam film layar lebar berjudul Sang Penari. Ia pernah

mengenyam bangku kuliah, yakni Fakultas Ilmu Kedokteran Ibnu Khaldun,

dimuat di berbagai media massa. Ia juga menjadi pembicara di berbagai

diskusi/seminar kebudayaan.

Dalam dunia jurnalistik, Ahmad Tohari pernah menjadi staf redaktur

harian Merdeka, majalah Keluarga dan majalah Amanah, semuanya di

Dalam karier kepengarangannya, penulis yang berlatar kehidupa

telah melahirka

antara lain trilogi Ronggeng Dukuh Paruk telah terbit dalam edisi

mengikuti International Writing Programme di Iowa City,

(5)

Ronggeng Dukuh Paruk, novel yang diterbitkan tahun 1982 berkisah

tentang pergulatan penari tayub di dusun kecil, Dukuh Paruk pada masa

pergolakan komunis. Karyanya ini dianggap kekiri-kirian oleh pemerintah Orde

Baru, sehingga Tohari diinterogasi selama berminggu-minggu. Hingga akhirnya

Tohari menghubungi sahabatnya Gus Dur, dan akhirnya terbebas dari intimidasi

dan jerat hukum.

Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris

dengan judul The Dancer oleh Rene T.A. Lysloff. Trilogi ini juga difilmkan oleh

sutradara Ifa Irfansyah dengan judul Sang Penari

apresiasi yang tinggi terhadap para pembuat film Sang Penari, dan berujar ini

akan jadi dokumentasi visual yang menarik versi rakyat, bukan versi kota

sebagaimana dalam film-film sebelumnya. Pada bulan Desember 2011, Ahmad

Tohari mengungkapkan bahwa dirinya berencana untuk melanjutkan Triloginya

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rozak Zaidan,dkk. 2007. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.

Adi, Astoto. 2010. ”Masyarakat Miskin Dalam Novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari: Sebuah Kajian Sosiologi Sastra” (Skripsi) Online. Yogyakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Aglesindo.

Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra: Teori, Langkah, dan Penerapannya. Yokyakarta: Med Press.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. 2008.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sarjidu. 2004. Dasar dan Teknik Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers.

Schoorl, J. 1980. Modernisasi (Diterjemahkan oleh R.G Soekadijo). Jakarta: Gramedia.

Siagian, Sondang. 1994. Modernisasi Pembangunan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sumadi, Suryabrata. 1982. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sutopo, Bakti. 2008. ”Beberapa Jejak Kelisanan Dalam Novel Di Kaki Bukit

Cibalak Karya Ahmad Tohari: Perspektif Walter J.

Ong”

Tantawi, Isma.2014. Bahasa Indonesia Akademik. Bandung: Citapustaka Media.

Tantawi, Isma. 2015. Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia. Medan: Yayasan Al-Hayat.

(7)

Utami, Ayuatma Nirmala dkk. 2014. ”Novel Di Kaki Bukit Cibalak Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra”. BASASTRA Jurnal

Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya

(Online

(8)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kualitatif. Metode ini berfungsi mendeskripsikan watak tokoh dalam novel secara

sistematis dan akurat dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra, yakni

pendekatandalam menganalisis karya sastra dengan mempertimbangkan

segi-segikejiwaan karya sastra.

3.2 Bahan Analisis

Sumber data yang dianalisis diambil dari novelkarya Ahmad Tohari,

yaitu:

Judul : Di Kaki Bukit Cibalak

Tahun terbit : 2014 (cetakan keempat)

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Jenis : Novel

Ukuran : 20 cm

Tebal : 176 halaman

(9)

Gambar Sampul : Bagian depan mobil yang diduduki oleh sepasang kekasih

dengan gambar sampul di posisi vertikal.

Sumber data yang dipaparkan merupakan data sebenarnya yang dianalisis

sebagai data utama. Dalam penelitian ini juga diperlukan data sekunder, yaitu

buku-buku sastra, artikel internet, dan sebagainya.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi

perpustakaan. Studi perpustakaan merupakan teknik pengumpulan data yang

menggunakan buku sebagai objek penelitian sekaligus menghimpun dan

menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis maupun elektronik.

Studi perpustakaan memliki dua metode untuk memperoleh data, yaitu

metode heuristik dan metode hermeneutik. Metode heuristikmerupakan metode

dengan membaca karya sastra berdasarkan struktur bahasanya. Hal-hal yang perlu

dipahami dalam novel adalah konvensi-konvensi bahasanya yang digunakan

pengarang dalam menyampaikan pesan. Kemudian dilanjutkan dengan metode

hermeneutik. Metode hermeneutikmerupakan metode yang digunakan dalam

meneliti novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari yaitu dengan membaca

novel tersebut kemudian memahami konvensi-konvensi yang berlaku, terutama

(10)

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif.Analisis deskriptif merupakan metode yang dilakukan dengan cara

mendeskripsikan fakta-fakta yang ada terlebih dahulu kemudian disusun secara

sistematis lewat pembacaan berulang-ulang.Dalam analisis deskriptif ini, data

yang diperoleh dicatat dan dipilih berdasarkan masalah yang dibahas. Analisis

tersebut didasari oleh teori-teori pendukung yang berhubungan dengan topik

penelitian yaitu teori psikologi sastra dan teori modernisasi. Penelitian difokuskan

pada data yang berupa kalimat dari pernyataan-pernyataan tokoh, peristiwa, dan

gambaran latar yang terdapat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad

(11)

BAB IV

GAMBARAN PEMIKIRAN MODERN DAN HASIL PEMIKIRAN MODERN TOKOH UTAMA

4.1 Gambaran Pemikiran Modern pada Tokoh Utama

Pemikiran modern adalah proses berpikir dan bertindak dengan cara-cara

tertentu mengikuti arus perkembangan zaman. Gambaran pemikiran modern yang

akan dibahas dalam skripsi ini adalah gambaran pemikiran modern tokoh utama

dalam novel Di Kaki Bukit Cibalakkarya Ahmad Tohari dengan menggunakan

teori psikoanalisa Sigmund Freud. Tokoh utama yang terdapat dalam novel ini

adalah Pambudi. Tokoh Pambudi yang mendominasi keseluruhan isi cerita dan

diutamakan penceritaannya oleh pengarang. Isi dalam novel ini menceritakan

permasalahan kehidupan Pambudidimulai dari prinsip Pambudi untuk memajukan

desanya dengan cara mengabdikan diri kepada masyarakat melalui bekerja di

badan usaha koperasi dengan tujuan memberikan kemudahan pada masyarakat

kurang mampu agar kehidupan masyarakat di desanya sejahtera. Tetapi, keinginan

Pambudi tersebut selalu mendapat hambatan, terutama dari lurahnya sendiri.

Karena niatnya tidak tercapai dan selalu bertentangan dengan lurahnya, maka

Pambudi memilih jalan sendiri dengan pergi dari desanya dan pergi ke kota untuk

mengungkap segala kecurangan yang dilakukan lurah di desanya.

Berpikir modern melahirkan suatu sikap-sikap tertentu yang menandai

manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat yang mengalami proses ini

(12)

diartikan sebagai suatu kecenderungan individu dalam bertindak dengan cara-cara

tertentu. Menurut Alex Inkeles, setidaknya ada sembilan tema yang mendasari

definisi-definisi bagi manusia modern yaitu:

1. Penerimaan hal-hal Baru

2. Dunia Opini

3. Konsepsi Waktu

4. Perencanaan

5. Keyakinan akan Kemampuan Manusia

6. Kemampuan Memperhitungkan Sesuatu

7. Harga Diri

8. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

9. Keadilan

Dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak, terdapat lima ciri-ciri manusia

modern di dalam tokoh Pambudi, yaitu:

1. Pemikiran tentang perencanaan

2. Pemikiran tentang keyakinan akan kemampuan manusia

3. Pemikiran tentang kemampuan memperhitungkan segala sesuatu

4. Pemikiran tentang harga diri

5. Pemikiran tentang ilmu pengetahuan dan teknologi

Berpikir modern pasti akan selalu diikuti oleh tingkah laku atau perbuatan

dalam diri manusia. Tingkah laku manusia merupakan interaksi antara id, ego,

(13)

telah dibawa sejak dilahirkan. Ego berfungsi mengendalikan dan mengatur

tindakan yang dilakukan dengan berlandaskan asas kenyataan. Super ego

merupakan unsur moral dan hukum kepribadian manusia. Berdasarkan penjelasan

ketiga sistem tersebut, pembahasan mengenai perilaku Pambudi dalam berpikir

modern lebih mendetail akan dijelaskan dalam pembahasan berikut ini.

4.1.1 Pemikiran TentangKemampuan Manusia

Sikap yakin dan percaya merupakan sikap yang secara sadar dimiliki oleh

orang modern. Kesadaran (ego) adalah merupakan jiwa sadar yang terdiri dari

persepsi, ingatan, pikiran dan perasaan-perasaan sadaryang umumnya dimiliki dan

ditampilkan secara sadar oleh orang-orang dalam suatu masyarakat. Ego

merupakan bagian manusia yang membuat ia sadar pada dirinyadan tidak akan

berubah walaupun berada di lingkungan yang berbeda-beda.

Seperti halnya Pambudi, dia sebenarnya yakin dan sadar akan kemampuan

Pak Badi jika Pak Badi yang memimpin desanya. Alasan kenapa Pambudi lebih

memilih Pak Badi menjadi lurah desa yang baru karena Pambudi yakin bahwa Pak

Badi orang yang sangat jujur dan mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi

dalam memajukan desanya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Maka ketika terjadi pergantian lurah, Pambudi menjagoi Pak Badi. Ia yakin, orang sejujur Pak Badi mempunyai rasa tanggung jawab dan ingin memajukan desanya, oleh karena itu tidak akan seenaknya menjual padi milik rakyat Tanggir.” (Tohari, 2014:17-18).

(14)

perbuatan curang dan juga sifat dermawan yang sangat menonjol itulah jadi

alasan kuat Pambudi mempercayai Pak Badi jika terpilih menjadi lurah Desa

Tanggir.

Pambudi juga yakin akan kemampuannya sendiri ketika dia melihat orang

yang mencurigakan di dekat rumahnya. Karena mencurigakan dan penasaran,

Pambudi yakin akan dapat menangkap orang yang mencurigakan itu. Hal ini

dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Melalui pintu samping, Pambudi segera keluar rumah. Diawasinya pendatang yang mncurigakan itu dari balik rumpun kacapiring. Sinar bintang-bintang membantunya mengikuti gerak-gerik si durjana. Ia sedang menanam sesuatu di tengah regol. Hampir saja Pambudi menyorotkan lampu senternya, tetapi urung. Pambudi ingin menangkap orang itu karena yakin mampu melakukannya. Calon lawannya kecil, tingginya hanya sampai pundak Pambudi.”(Tohari, 2014:74).

Kutipan di atas menggambarkan Superego Pambudi yang optimis, yang

mana Pambudi yakin dan percaya bahwa dia mampu untuk menangkap orang

yang mencurigakan itu dikarenakan perawakan atau ciri fisiknya bertubuh kecil,

tidak sampai pundak Pambudi menjadi alasan kuat bagi Pambudi untuk yakin

akan kemampuannya dalam menangkap orang yang mencurigakan.

4.1.2 Pemikiran TentangKemampuan Memperhitungkan Sesuatu

Manusia modern mampu dalam memperhitungkan situasi ketika

dihadapkan pada suatu masalah. Maksudnya adalah ketika seseorang melihat dan

merasakan adanya suatu keganjilan terhadap situasi yang sedang dihadapinya, dia

mampu untuk mengambil kesimpulan atas situasi yang telah dilihat atau

(15)

kecurangan yang akan dilakukan oleh lurah yang baru, yaitu Pak Dirga. Pambudi

sudah memprediksi bahwa kecurangan yang akan dilakukan Pak Dirga sama

seperti lurah sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Hati Pambudi makin lama makin resah. Pak Dirga, lurah yang baru, berbuat curang tepat seperti yang diramalkan Pambudi. Misalnya memperbesar angka susut guna memperoleh keuntungan berton-ton padi atau bersekongkol dengan para tengkulak beras dalam menentukan harga jual padi lumbung koperasi.”(Tohari, 2014:18).

Kutipan di atas menggambarkan perkiraan Pambudi terhadap Pak Dirga

selaku lurah yang baru ketika memimpin desanya terbukti benar. Pak Dirga

melakukan kecurangan sama seperti yang dilakukan lurah-lurah sebelumnya yaitu

dengan cara memperbesar angka susut untuk memperoleh keuntungan dan

bersekongkol dengan para tengkulak beras dalam menentukan harga jual padi.

Sikap Pambudi yang dapat memperhitungkan segala sesuatu juga dapat

dilihat ketika seorang perempuan tua bernama Mbok Ralem yang datang ke badan

koperasi desa dengan mengajukan permohonan peminjaman padi. Pambudi

mendengarkan keluhan dari perempuan tua itu mengenai penyakit yang

dideritanya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Sambil menunggu kedatangan kepala Desa Tanggir itu, Pambudi dan Mbok Ralem duduk di sebuah bangku panjang. Perempuan itu bercerita bahwa ia sudah tiga kali berobat kepada dukun dan sekali kepada seorang mantri kesehatan. ”Aku ingin segera sembuh, Nak. Leherku makin lama makin tercekik rasanya.” ”Ya, aku mengerti. Kukira kau memerlukan biaya yang agak banyak, sebab untuk ongkos perjalanan ke Yogya saja tidak akan cukup dengan uang dua-tiga ribu rupiah.” (Tohari, 2014: 20).

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Pambudi mengusulkan agar Mbok

(16)

penyakit apa yang dideritanya dan juga memperkirakan bahwa biaya ongkos biaya

untuk perjalanan ke sana akan menghabiskan biaya yang agak banyak.

Sikap Pambudi yang dapat memperhitungkan segala sesuatu juga dapat

dilihat ketika Pambudi mengajak Mbok Ralem pergi ke Yogya untuk

memeriksakan penyakit yang diderita Mbok Ralem, lalu mereka tidur di sebuah

losmen yang sangat murah tarifnya. Pambudi memprediksi bahwa penyakit yang

diderita Mbok Ralem kemungkinan besar adalah kanker dan juga mengetahui

bahwa biaya penyembuhan penyakit tersebut jika memang benar kanker akan

memerlukan biaya yang sangat besar. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Mereka menginap di losmen yang amat murah tarifnya. Hampir semalaman Pambudi tidak dapat tidur. Ia tak henti-hentinya membayangkan kemungkinan yang baru dapat diketahuinya besok. Ketika melihat proses pengambilan secuil jaringan dari benjolan di leher Mbok Ralem tadi, ia membayangkan kalau itu adalah kanker. Ia pernah mendengar bahwa tidak gampang menyembuhkan kanker, dan biayanya amat besar.”(Tohari, 2014: 34).

Sikap Pambudi dalam memperkirakan segala sesuatu dapat dilihat ketika

Pambudi kembali ke rumah sakit tempat Mbok Ralem dirawat. Lalu apa yang

diperkirakan Pambudi semalam ternyata benar bahwa penyakit yang diderita

Mbok Ralem memang penyakit kanker dan juga perkiraan Pambudi mengenai

biaya pengobatan Mbok Ralem juga benar bahwa biaya yang harus disediakan

sekitar lima ratus ribu rupiah. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

(17)

Kutipan di atas menggambarkan id Pambudi yang berkemauan kuat untuk

menolong Mbok Ralem dalam membiayai pengobatannya. Dengan mendengar

biaya yang telah disebutkan oleh pihak rumah sakit, Pambudi tetap berkemauan

keras untuk menolong Mbok Ralem karena Pambudi pun juga telah memprediksi

bahwa biaya yang diperlukan untuk pengobatan kanker memang besar.

Sikap Pambudi dalam memperhitungkan segala sesuatu dapat dilihat

ketika Pambudi melihat Sanis, walaupun Sanis masih kelas 2 SMP, Pambudi

memprediksi kalau semua gadis pada umumnya pasti akan menjadi dewasa begitu

mendapatkan haid pertama. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Hanya Pambudi yang masih tinggal. Ia sedang terpesona. Apalagi pandangan Pambudi dibalas dengan senyuman oleh Sanis. Yang tersenyum malu-malu itu seorang gadis kecil, tidak lebih. Boleh jadi Sanis tidak memberi arti apa-apa pada senyumannya itu, tapi oleh Pambudi telah diterima selain dengan matanya, juga dengan hatinya, bahkan dengan denyut jantungnya. Pemuda itu hampir saja mengumpat dirinya, tapi tidak. Bukankah semua gadis di Tanggir ini menjadi dewasa begitu haidnya yang pertama hadir? Pikir Pambudi membela pikirannya yang mulai munafik.” (Tohari, 2014:48).

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Pambudi memprediksi dengan

melihat tingkah laku yang ditunjukkan Sanis, maka setiap gadis akan menjadi

dewasa ketika mereka telah mendapat haid pertama. Ego Pambudi

menggambarkan seorang yang munafik karena ia tidak dapat mempercayai apa

yang telah dilihatnya dalam diri Sanis, seorang gadis yang masih lugu dengan

penampilan dan bentuk fisik yang sudah sangat matang diusianya yang masih

belia.

(18)

Setiap individu pasti memiliki tujuan dalam menjalani kehidupannya.

Ketika individu tersebut telah menetapkan tujuan yang akan dicapai, maka

dibutuhkan suatu rencana dalam prosesnya untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Sondang P. Siagian (1994:108) mendefinisikan perencanaan adalah

sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dari hal-hal

yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan

yang telah ditentukan. Maka rencana perlu dirancang agar segala proses tindakan

sesuai dengan yang diharapkan.

Seperti halnya Pambudi, selama bekerja di badan koperasi desa,

sebenarnya Pambudi telah berencana untuk mengembangkan koperasi desa

menjadi badan usaha yang dapat dipercaya sehingga masyarakat Desa Tanggir

dapat hidup sejahtera. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Aneh, pikir Pambudi, aku hanya ingin bekerja menurut ukuran yang wajar. Mengembangkan lumbung koperasi untuk kebaikan bersama. Memang aku akan memperoleh keuntungan pribadi bila tujuanku berhasil. Mungkin pendapatan pribadiku akan naik. Dan siapa yang akan mengutukku bila aku dibayar karena tenaga yang telah kuberikan kepada koperasi? Bukan hanya aku yang akan beruntung bila lumbung koperasi Desa Tanggir menjadi badan usaha yang bonafide. Tidak, aku tidak berlebih-lebihan dalam bercita-cita ini.” (Tohari, 2014:19).

Keinginan kuat Pambudi yang masih didominasi oleh id dikarenakan

tujuan dari mengembangkan koperasi desa akan memperoleh keuntungan pribadi.

Tetapi Pambudi berpikir bukan hanya dia saja yang akan beruntung, tetapi

masyarakat Desa Tanggir juga akan beruntung apabila proses mengembangkan

(19)

Sikap Pambudi dalam membuat rencana dapat dilihat ketika Pambudi telah

siap mencari dana untuk menambah biaya pengobatan Mbok Ralem dengan

bermodalkan pasfoto dan fotokopi surat keterangan miskin dari desa, mengingat

biaya yang dibutuhkan dalam pengobatan penyakit kanker yang diderita Mbok

Ralem sangat besar. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Namun sesungguhnya Pambudi telah siap mencari dana dengan cara lain. Uangnya sendiri akan diserahkan dengan ikhlas apabila usahanya yang lain benar-benar gagal. Pasfoto dan fotokopi surat keterangan miskin dari desa yang akan dibuatnya menjadi modal dalam mengumpulkan dana.” (Tohari, 2014: 36).

Kutipan di atas menggambarkan perencanaan Pambudi dalam mencari

dana tambahan untuk biaya pengobatan Mbok Ralem dengan menggunakan

pasfoto dan fotokopi surat miskin dari desa. Karena Pambudi berpikir hanya

itulah satu-satunya cara yang bisa digunakan untuk menghimpun dana tambahan

untuk biaya operasi Mbok Ralem.

Sikap Pambudi dalam membuat rencana juga terlihat ketika Pambudi

merencanakan untuk menutup ”Dompet Mbok Ralem”. Pambudi merasa bahwa

mengumpulkan sumbangan melebihi keperluan. Usul itu sangat dihargai oleh Pak

Barkah. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

(20)

Kutipan di atas menggambarkan Superego Pambudi yang sangat optimis,

yang mana Pambudi dan Pak Barkah merasa yakin akan usaha mereka dalam

mengumpulkan dana untuk biaya pengobatan Mbok Ralem. Pambudi juga merasa

harus menutup ”Dompet Mbok Ralem”. Alasan Pambudi untuk menutupnya

adalah sama dengan apa yang dipikirkan dan diucapkan oleh Pak Barkah. Hal ini

semakin dipertegas oleh pernyataan Pambudi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan

berikut:

”Ya, kita hanya memerlukan suatu jumlah tertentu. Kurang sedikit akan lebih baik daripada terlalu banyak lebihnya,” sambung Pambudi pula.” (Tohari, 2014:45).

Sikap Pambudi dalam membuat rencana juga terlihat ketika Pambudi ingin

sembahyang Jumat di surau ayah Sanis. Tetapi, Pambudi telah merencanakan hal

yang lain selain sembahyang Jumat, yaitu untuk melihat Sanis yang kebetulan

rumahnya dekat dengan surau tempat Pambudi akan bersembahyang. Hal ini

dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Hari Jumat, Pambudi masih berada di Tanggir. Siang itu ia mengenakan kain sarung baru. Kopiahnya disikat licin hingga tak sebutir debu pun melekat padanya. Ia hendak bersembahyang Jumat di surau ayah Sanis. Andaikata pahalanya nanti dikurangi, Pambudi rela. Sebab ia bukan hanya hendak beribadat semata, tetapi ia juga sengaja hendak melihat Sanis.” (Tohari, 2014:47).

Kutipan di atas menggambarkan Superego Pambudi yang sangat antusias

untuk melihat Sanis setelah selesai bersembahyang Jumat. Keinginan kuat dari

Superego membuat Pambudi sampai tidak peduli dengan pahalanya yang

(21)

Sikap Pambudi dalam membuat rencana dapat dilihat ketika Pambudi dan

ayahnya menginterogasi seorang pencuri bernama Bagol. Ketika ayah Pambudi

menginterogasi Bagol, Bagol tidak mau menjawabnya atau bungkam. Tetapi,

Pambudi penasaran karena Bagol terlihat menyembunyikan sesuatu, maka

Pambudi merencanakan untuk menanyai Bagol secara halus demi mendapatkan

informasi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Siapa yang menyuruhmu?” tanya ayah Pambudi kepada Bagol. Maling ayam itu diam saja, bahkan ketika pertanyaan itu diulang sampai tiga kali, ayah Pambudi marah. Bagol ditamparnya keras sekali. Pambudi ternyata lebih sabar daripada ayahnya, menemukan cara untuk mendapatkan pengakuan Bagol. ”Begini, kita kerja sama. Katakan terus terang siapa yang menyuruhmu dan aku berjanji akan merahasiakan segalanya. Kau aman, sebab majikanmu tidak tahu bahwa kau telah gagal. Bila kau menolak, akan kusebarkan berita bahwa kau telah mencoba mengguna-gunai kami. Pasti orang yang menyuruhmu akan segera mendengar kegagalanmu dan tak pelak lagi kau pasti akan dihukumnya”. Bagol termenung sejenak, lalu mengangkat muka ke arah Pambudi. Dari sinar matanya, Pambudi tahu bahwa maling itu akhirnya setuju atas usulnya.” (Tohari, 2014:75-76).

Kutipan di atas menggambarkan sikap Pambudi yang berencana menanyai

Bagol secara halus untuk mendapatkan informasi mengenai siapa yang menyuruh

Bagol melakukan hal itu, yaitu mengguna-gunai rumah keluarga Pambudi. Dari

proses interogasi secara baik-baik, dapat dilihat bahwa Bagol akhirnya mau

mengakui siapa yang menyuruhnya atas dasar pertimbangan hukuman yang akan

(22)

4.1.4 Pemikiran Tentang Harga Diri

Menghargai diri sendiri merupakan suatu sikap menghormati dan menjaga

diri sendiri, tidak membiarkannya terlantar dan menjadi beban orang lain, serta

tidak membiarkannya diperalat atau dimanipulasi oleh orang lain. Menghargai diri

adalah ketika kita memiliki perasaan untuk bisa menerima apa yang kita miliki.

Dengan menghargai apa yang dimiliki maka kita bisa memaksimalkan semua

potensi yang ada pada diri kita untuk mencapai tujuan dan cita-cita yang kita

rencanakan sebelumnya. Pada dasarnya orang bisa menjadi lebih baik dari

sebelumnya jika mereka mampu untuk menerima dan menghargai dirinya saat ini.

Namun, menghargai diri sendiri bukan sekedar mementingkan diri sendiri,

melainkan bentuk penghargaan kita kepada lingkungan dimana kita berada.

Menghormati diri bukanlah tentang apa yang kita lakukan, tapi siapa kita.

Ini adalah tentang perasaan dihargai. Ini adalah tentang mampu untuk berdiri

tegak dan merasa bangga pada diri kita sendiri hanya karena kita ada. Ini adalah

tentang mencintai diri sendiri untuk diri kita sendiri.Sikap menghargai diri dapat

terlihat dari tindakan Pambudi yang menjadikan dirinya sebagai subjek, pelaku

aktif dalam setiap tindakan dan tidak menjadikan dirinya objek yang tertindas,

yang hanya menerima nasib begitu saja. Pak Dirga menawarkan kerjasama kepada

Pambudi dengan menggunakan uang milik koperasi sebagai ganti rugi

penggusuran batang pohon kelapa kepada pemilik pohon kelapa dengan

membayar lebih murah untuk dijadikan pembuatan jalan yang akan dilakukan

(23)

”Bagaimana, Pambudi?” Yang ditanya kaget, ”Oh, Maaf, hendaknya Bapak jangan mengikutsertakan saya dalam urusan seperti itu.” ”Lho, kenapa? Kau akan mendapat banyak keuntungan tanpa banyak mengeluarkan tenaga. Semua orang menyenangi hal semacam itu, mengapa kau tidak? Lihat, Poyo telah lumayan hidupnya. Sekarang tiba giliranmu, ayolah!” ”Tidak, Pak.” ”Mengapa?” ”Saya tidak bisa menerangkannya mengapa.” (Tohari, 2014: 26).

Kutipan di atas menggambarkan bahwa ego Pambudi yang menghargai

dirinya sendiri dengan menolak ajakan dari lurahnya yang merupakan orang

paling tinggi kedudukannya di Desa Tanggir untuk berbuat curang.

Setelah Pambudi menolak ajakan Pak Dirga untuk berbuat curang, hati

Pambudi seakan lapang dan tidak ada kegundahan hati atas apa yang telah dia

katakan tadi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Dipandangnya Pambudi lama-lama, tetapi pemuda itu tenang saja. Bahkan di dalam hatinya Pambudi merasa lega. Ia telah menuruti suara hati nuraninya untuk tidak turut melakukan kecurangan bersama Pak Dirga. Memang hanya satu yang terasa olehnya pada saat itu: Lega. Lega!” (Tohari, 2014: 26).

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Pambudi secara sadar dia

mengikuti kata hatinya untuk tidak ikut melakukan kecurangan tersebut. Superego

Pambudi digambarkan dalam perasaan lega telah menolak sekaligus mampu

menahan diri untuk ikut serta dalam kecurangan yang telah direncanakan oleh Pak

Dirga.

Pambudi juga menghargai usaha Pak Barkah dalam usahanya menolong

menghimpun biaya pengobatan untuk Mbok Ralem dan hendak pamit pulang ke

(24)

”Ya, anda benar, Pak Barkah. Kemanusiaan masih ada. Sekarang kami mohon diri. Sungguh, rasanya sulit bagi saya melupakan Bapak dan Kalawarta. Saya percaya, Kalawarta akan menjadi bacaan semua orang. Selamat tinggal.” (Tohari, 2014:55).

Sikap Pambudi mendapat apresiasi dari Pak Barkah. Bahkan Pak Barkah

sampai terharu dengan apa yang telah dilakukan oleh Pambudi. Hal itu dapat

dilihat dalam kutipan berikut:

”Tidak hanya Pak Barkah yang terkesan oleh perpisahan itu. Para pegawai Kalawarta pun ikut merasa kehilangan. Anak muda dari Tanggir itu telah meninggalkan kesan yang amat berarti. Dengan jujur Pak Barkah mengakui, bahwa sudah lama ia tidak menemukan seorang pemuda dengan kepribadian seperti Pambudi. Seorang yang bersedia menolong sesamanya tanpa mengharapkan balas jasa apapun.” (Tohari, 2014:55).

Kutipan di atas menggambarkan kepribadian Pambudi telah dihargai dan

diapresiasi oleh Pak Barkah sekaligus para pegawai harian Kalawarta, karena

mereka jarang melihat orang seperti Pambudi dan sangat takjub akan

perjuangannya yang rela menolong sesamanya tanpa mengharapkan balas jasa. Ini

menunjukkan bahwa mereka saling menghargai satu sama lain.

4.1.5 Pemikiran Tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Seiring berkembangnya zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi juga

mengikuti perkembangan. Teknologi diartikan sebagai cara memproduksi dan

memakai sesuatu yang bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam

melangsungkan hidupnya (Tantawi, 2015:93). Semakin berkembangnya ilmu

pengetahuan dan teknologi, masyarakat akan semakin mengetahui dan akan lebih

(25)

dihasilkan melalui ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hasil yang nyata

dan dapat diterima oleh akal pikiran manusia dan juga sudah teruji kebenarannya.

Pambudi juga percaya kepada ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu

ketika pemimpin redaksi harian Kalawarta, yaitu Pak Barkah menunjukkan

naskah iklan yang dimohonkan oleh Pambudi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan

berikut:

”Naskah iklan itu selesai dibuat oleh Pak Barkah, kemudian diperlihatkan kepada Pambudi. ”Bagaimana, Dik Pambudi?” ”Wah, Bapak jangan meminta persetujuan saya. Tentang iklan saya tidak tahu apa-apa, meskipun setiap saat saya mendengarnya dari radio dan televisi.” (Tohari, 2014:39)

Kutipan di atas menggambarkan Pambudi percaya bahwa media iklan

dapat memberikan informasi kepada masyarakat walaupun Pambudi tidak begitu

paham mengenai iklan dan juga pernah mendengannya melalui radio dan televisi,

tetapi dia percaya media iklan itu dapat menyampaikan maksud dan tujuan dari

pemohon.

Percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi juga dirasakan Pambudi

ketika ia mendengar keluhan Mbok Ralem perihal sakitnya yang mengatakan

bahwa Mbok Ralem sudah berobat tiga kali kepada dukun dan sekali kepada

mantri kesehatan. Tetapi Pambudi lantas mengajak Mbok Ralem untuk pergi ke

rumah sakit di Yogya untuk mengetahui sakit apa yang dideritanya. Hal ini dapat

dilihat dalam kutipan berikut:

(26)

ongkos perjalanan ke Yogya saja tidak cukup dengan uang dua-tiga ribu rupiah.” (Tohari, 2014:20).

”Keesokan harinya pagi-pagi sekali, Mbok Ralem tampak berdua dengan Pambudi menaiki bus bermesin disel ke Yogya. Tengah hari mereka sampai di kota tujuan dan menuju rumah sakit dengan naik andong. (Tohari, 2014:32).

Kutipan di atas menggambarkan sikap Pambudi yang mengusulkan Mbok

Ralem harus dibawa ke rumah sakit karena setelah mendengar keluhan dari Mbok

Ralem perihal sakitnya yang tidak kunjung sembuh setelah dibawa ke dukun dan

mantri kesehatan, Pambudi merasa bahwa Mbok Ralem harus dibawa ke rumah

sakit karena di situlah semua akan tahu sakit apa yang diderita Mbok Ralem kalau

diperiksa di rumah sakit.

4.2 Hasil Pemikiran Modern Tokoh Utama

Dalam pemikiran modern, setiap sikap yang ditunjukkan akan mempunyai

maksud dan tujuan. Maka setiap proses pemikiran modern yang ditunjukkan, akan

menunjukkan hasil. Hasil dari pemikiran modern yang ditunjukkan tokoh utama

dapat dilihat sebagai berikut:

4.2.1 Hasil Pemikiran Tentang Kemampuan Manusia

Pambudi yakin akan kemampuannya sendiri ketika dia melihat orang yang

mencurigakan di dekat rumahnya. Karena mencurigakan, Pambudi yakin akan

dapat menangkap orang yang mencurigakan itu. Hal ini dapat dilihat dalam

kutipan berikut:

(27)

sedang menanam sesuatu di tengah regol. Hampir saja Pambudi menyorotkan lampu senternya, tetapi urung. Pambudi ingin menangkap orang itu karena yakin mampu melakukannya. Calon lawannya kecil, tingginya hanya sampai pundak Pambudi.” (Tohari, 2014:74).

Kutipan di atas menggambarkan keyakinan Pambudi bahwa dia mampu

untuk menangkap orang yang mencurigakan itu. Hasilnya, Pambudi mampu

menangkap orang itu tanpa ada kesulitan. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan

berikut:

”Ketika orang itu hanya berjarak sedepa dari Pambudi, pemuda itu menangkapnya. Benar, Pambudi tidak mengalami kesukaran menguasai orang itu. Tanpa ribut-ribut Pambudi membawanya ke dalam. Orangtuanya dibangunkan. Ibu Pambudi keluar membawa lampu. ”Bagol!” kata Pambudi hampir bersamaan dengan teriakan ayahnya.” (Tohari, 2014:74-75).

Kutipan di atas menunjukkan hasil atas upaya Pambudi dalam menangkap

orang yang mencurigakan itu. Tanpa adanya perlawanan berarti, Pambudi berhasil

menangkap orang yang mencurigakan itu dan hasilnya ternyata adalah Bagol,

maling kambing dan ayam yang terkenal.

4.2.2 Hasil Pemikiran Tentang Kemampuan Memperhitungkan Sesuatu

Manusia modern mampu dalam memperhitungkan situasi ketika

dihadapkan pada suatu masalah. Hal ini juga dirasakan oleh Pambudi. Pambudi

telah merasakan adanya kecurangan yang akan dilakukan oleh lurah yang baru,

yaitu Pak Dirga. Pambudi sudah memprediksi bahwa kecurangan yang akan

dilakukan Pak Dirga sama seperti lurah sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dalam

kutipan berikut:

(28)

padi atau bersekongkol dengan para tengkulak beras dalam menentukan harga jual padi lumbung koperasi.”(Tohari, 2014:18).

Mengetahui sikap Pak Dirga seperti itu, Pambudi berkesimpulan dengan

menandai Pak Dirga sama seperti lurah-lurah sebelumnya, yaitu lurah yang

curang. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Kekalahan Pak Badi menambah rasa kecil hati pada Pambudi. Dan benar juga, Pak Dirga sebagai lurah baru sama saja dengan yang digantikannya. Sering melanggar ketentuan-ketentuan perkoperasian yang ia pidatokan sendiri.” (Tohari, 2014:17-18).

Kutipan di atas menggambarkan kesimpulan Pambudi atas sikap yang

ditunjukkan Pak Dirga selaku lurah yang baru dan membandingkannya dengan

lurah yang lama bahwa Pak Dirga dan lurah yang lama itu sama-sama berbuat

curang demi kepentingan sendiri.

Sikap Pambudi yang dapat memperhitungkan segala sesuatu juga dapat

dilihat ketika Pambudi mengajak Mbok Ralem pergi ke Yogya untuk

memeriksakan penyakit yang diderita Mbok Ralem, lalu mereka tidur di sebuah

losmen yang sangat murah tarifnya. Pambudi memprediksi bahwa penyakit yang

diderita Mbok Ralem kemungkinan besar adalah kanker dan juga biaya

penyembuhan penyakit tersebut jika memang benar kanker memerlukan biaya

yang sangat besar. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

(29)

Setelah membayangkan seharian, Pambudi keesokan harinya mendatangi

rumah sakit itu guna melihat hasil pemeriksaan yang dilakukan sehari

sebelumnya. Setelah diterima surat pemeriksaannya, diketahui bahwa Mbok

Ralem mengidap penyakit kanker. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Sebelum pukul sebelas, Pambudi telah berdiri di dekat jendela laboratorium. Surat keterangan yang ditunggu segera diterimanya. Ia segera menemui Pak Mantri yang kemarin memeriksa Mbok Ralem dan menyerahkan surat yang baru diterimanya itu. Betul, ternyata Mbok Ralem mengidap kanker. Pambudi mengernyitkan dahinya. Wajahnya tampak tegang.” (Tohari, 2014:35).

Kutipan di atas menggambarkan hasil yang ditunjukkan oleh rumah sakit

menunjukkan bahwa itu benar-benar penyakit kanker. Hal ini sejalan dengan apa

yang diperkirakan oleh Pambudi bahwa penyakit yang diderita Mbok Ralem yaitu

kanker terbukti benar dan itu membuat Pambudi kelihatan tegang dalam

menerima kabar mengenai kanker yang diderita Mbok Ralem.

Sikap Pambudi dalam memperhitungkan segala sesuatu dapat dilihat

ketika Pambudi melihat Sanis, walaupun Sanis masih kelas 2 SMP, Pambudi

memprediksi kalau semua gadis pasti akan menjadi dewasa begitu mendapatkan

haid pertama. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Hanya Pambudi yang masih tinggal. Ia sedang terpesona. Apalagi pandangan Pambudi dibalas dengan senyuman oleh Sanis. Yang tersenyum malu-malu itu seorang gadis kecil, tidak lebih. Boleh jadi Sanis tidak memberi arti apa-apa pada senyumannya itu, tapi oleh Pambudi telah diterima selain dengan matanya, juga dengan hatinya, bahkan dengan denyut jantungnya. Pemuda itu hampir saja mengumpat dirinya, tapi tidak. Bukankah semua gadis di Tanggir ini menjadi dewasa begitu haidnya yang pertama hadir? Pikir Pambudi membela pikirannya yang mulai munafik.” (Tohari, 2014:48).

Apa yang telah diprediksi oleh Pambudi mengenai Sanis, seorang gadis

(30)

benar. Ini dapat dilihat ketika Pambudi naik sepeda pergi ke pasar, kemudian

bertemu dengan Sanis di tengah perjalanan dengan berjalan kaki. Pambudi hendak

menawarkan sepadanya untuk digunakan Sanis pulang ke rumah. Ketika Pambudi

hendak mengambil sepeda ke rumah Sanis setelah pulang dari pasar, ia gelisah

ketika melihat tingkah laku Sanis yang tidak seperti biasanya, seperti menyimpan

sesuatu.Ketika sampai di rumah, Pambudi menyadari akan apa yang telah

dikirakan olehnya bahwa Sanis merupakan gadis yang telah beranjak dewasa. Hal

ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Sampai di rumahnya kembali, Pambudi baru yakin bahwa Sanis tidak marah kepadanya. Pambudi menemukan sebuah bandul pada kunci sepedanya, sebuah biji kenari terukir rapi. Nama Sanis terpahat di situ. Rupanya hal itulah yang membuat Sanis bersikap malu-malu ketika kutemui tadi, pikir Pambudi. Tak lama kemudian seorang anak kecil membawa sebuah majalah remaja dan menyerahkannya kepada pemuda itu. Pambudi segera tahu, pengirimnya Sanis. Di dalam majalah itu terselip sebuah surat, singkat sekali dan diakhiri dengan ”Salam sayang”. Jadi anak gadis Pak Modin itu sama saja dengan semua gadis Tanggir. Cepat masak, matang sebelum tua, Pambudi tersenyum.” (Tohari, 2014: 72).

Kutipan di atas menggambarkan sikap Sanis yang telah dewasa baik dari

segi fisik maupun sikap. Dewasa yang dimaksudkan Pambudi dalam sikap Sanis

adalah sudah mampu jatuh cinta terhadap lawan jenis. Walaupun masih gadis

yang duduk di bangku SMP, Sanis ternyata juga memiliki daya tarik terhadap

lawan jenis dan itu ditunjukkan kepada Pambudi dari sikapnya yang malu-malu

dikarenakan perbedaan umur yang lumayan jauh.

4.2.3 Hasil Pemikiran Tentang Perencanaan

(31)

menjadi badan usaha yang dapat dipercaya sehingga masyarakat Desa Tanggir

dapat hidup sejahtera. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Aneh, pikir Pambudi, aku hanya ingin bekerja menurut ukuran yang wajar. Mengembangkan lumbung koperasi untuk kebaikan bersama. Memang aku akan memperoleh keuntungan pribadi bila tujuanku berhasil. Mungkin pendapatan pribadiku akan naik. Dan siapa yang akan mengutukku bila aku dibayar karena tenaga yang telah kuberikan kepada koperasi? Bukan hanya aku yang akan beruntung bila lumbung koperasi Desa Tanggir menjadi badan usaha yang bonafide. Tidak, aku tidak berlebih-lebihan dalam bercita-cita ini. Koperasi untuk kepentingan bersama, tetapi alangkah sulit mengusahakan kemajuannya.” (Tohari, 2014:19).

Tapi apa daya, rencana yang diinginkan Pambudi untuk menjalankan itu

terhambat. Hasilnya, Pambudi mengundurkan diri dari badan usaha koperasi. Hal

ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Karena menemui jalan buntu, Pambudi mulai berpikir untuk mencari pekerjaan lain.” (Tohari, 2014:19).

”Pada hari berikutnya Pambudi tidak berangkat kerja. Selesai sembahyang subuh ia bernyanyi kecil. Pambudi tidak dapat mengatakan mengapa di pagi hari itu ia merasa begitu tenteram. Padahal tadi malam ia telah menulis surat kepada Pak Dirga, Pambudi menyatakan pengunduran diri dari kepengurusan lumbung koperasi desa.” (Tohari, 2014:27).

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Pambudi akhirnya memutuskan

mengundurkan diri dari pekerjaannya di lumbung koperasi desa disebabkan

rencana Pambudi untuk membuat koperasi menjadi badan usaha yang dapat

dipercaya tidak berjalan.

Sikap Pambudi dalam membuat rencana dapat dilihat ketika Pambudi telah

(32)

bermodalkan pasfoto dan fotokopi surat keterangan miskin dari desa. Hal ini dapat

dilihat dalam kutipan berikut:

”Namun sesungguhnya Pambudi telah siap mencari dana dengan cara lain. Uangnya sendiri akan diserahkan dengan ikhlas apabila usahanya yang lain benar-benar gagal. Pasfoto dan fotokopi surat keterangan miskin dari desa yang akan dibuatnya menjadi modal dalam mengumpulkan dana.” (Tohari, 2014: 36).

Kutipan di atas menggambarkan perencanaan Pambudi dalam mencari

dana tambahan untuk biaya pengobatan Mbok Ralem dengan menggunakan

pasfoto dan fotokopi surat miskin dari desa. Kemudian Pambudi menemui

pemilik harian Kalawarta dengan bermodalkan pasfoto dan fotokopi surat

keterangan miskin dari desa serta biaya empat puluh ribu rupiah untuk dibuatkan

iklan untuk meminta pertolongan biaya. Hasilnya akan dicetak keesokan harinya.

Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Harian Kalawarta memasang iklan yang dipesan Pambudi pada halaman pertama. Hal itu menunjukkan minat Pak Barkah terhadap usaha yang sedang dilakukan oleh anak muda dari Tanggir itu. Ternyata iklan itu diberi ukuran yang cukup besar. Foto Mbok Ralem dengan tonjolan di sisi lehernya tampak jelas. Begitu juga kedua surat keterangan yang ikut tercetak dalam iklan itu.” (Tohari, 2014:43).

Kutipan di atas menggambarkan bahwa iklan yang dipesan oleh Pambudi

di harian Kalawarta telah dipajang. Ini merupakan hasil dari usaha Pambudi

untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa ada seseorang yang butuh

pertolongan dana untuk pembiayaan sakit kanker yang dideritanya. Hal itu juga

membuat Pak Barkah selaku pemimpin redaksi memuat iklan tersebut dengan

ukuran besar untuk menarik minat pembaca dan tergerak hatinya untuk menolong

(33)

Sikap Pambudi dalam membuat rencana juga terlihat ketika Pambudi

merencanakan untuk menutup ”Dompet Mbok Ralem”. Pambudi merasa bahwa

mengumpulkan sumbangan melebihi keperluan. Usul itu sangat dihargai oleh Pak

Barkah. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Pambudi yang sudah datang kembali dari Tanggir, kemudian berembuk dengan Pak Barkah. Keduanya merasa gembira dan yakin usahanya bakal berhasil. Bahkan Pambudi sudah mengusulkan untuk menentukan kapan ”Dompet Mbok Ralem” ditutup. Usul itu sangat dihargai oleh pemilik harian Kalawarta itu. Menurut Pak Barkah, tidaklah terpuji mengumpulkan sumbangan masyarakat melebihi keperluan.” (Tohari, 2014:44).

Alasan Pambudi untuk menutupnya adalah sama dengan apa yang

dipikirkan dan diucapkan oleh Pak Barkah. Hal ini semakin dipertegas oleh

pernyataan Pambudi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Ya, kita hanya memerlukan suatu jumlah tertentu. Kurang sedikit akan lebih baik daripada terlalu banyak lebihnya,” sambung Pambudi pula.” (Tohari, 2014:45).

Ketika rencana tersebut akan dijalankan, malah melebihi apa yang

diharapkan. Hasilnya dana yang telah terkumpul datang terus menerus. Hal ini

dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Namun keinginan kedua orang itu untuk membatasi sumbangan sampai pada jumlah yang patut, tidak terlaksana. Pada hari kesepuluh datang kiriman cek bernilai seratus ribu rupiah. Penymbangnya menyembunyikan nama dan alamatnya. Pada hari itu ”Dompet Mbok Ralem” dinyatakan ditutup. Wesel yang terlanjur diposkan oleh pengirimnya masih berdatangan sampai lima hari kemudian. Berdua Pambudi, Pak Barkah menghitung uang yang masuk, Rp2.162.350,00.” (Tohari, 2014:45).

Kutipan di atas menggambarkan rencana Pambudi untuk menutup

(34)

batas yang ditentukan, tidak terlaksana. Hasilnya sumbangan yang dari awal

hanya diperlukan sekitar Rp500.000,00, tetapi dari sumbangan yang terkumpul

sebesar Rp2.162.350,00. Walaupun berlebih, tetapi Pambudi akan tetap

memberikan sisanya untuk Mbok Ralem.

Sikap Pambudi dalam membuat rencana juga terlihat ketika Pambudi ingin

sembahyang Jumat di surau ayah Sanis. Tetapi, Pambudi telah merencanakan

untuk melihat Sanis. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Hari Jumat, Pambudi masih berada di Tanggir. Siang itu ia mengenakan kain sarung baru. Kopiahnya disikat licin hingga tak sebutir debu pun melekat padanya. Ia hendak bersembahyang Jumat di surau ayah Sanis. Andaikata pahalanya nanti dikurangi, Pambudi rela. Sebab ia bukan hanya hendak beribadat semata, tetapi ia juga sengaja hendak melihat Sanis.” (Tohari, 2014:47).

Rencana Pambudi untuk bertemu dengan Sanis akhirnya kesampaian.

Hasilnya mereka bertemu dan berbincang-bincang. Hal ini dapat dilihat dalam

kutipan berikut:

”Satu per satu jemaah surau itu bangkit dan pulang. Hanya Pambudi yang masih tinggal. Ia sedang terpesona, sampai dikejutkan oleh sapaan Sanis. ”Mampir, Kak,” kata Sanis yang terdengar bagaikan suara getaran dawai di telinga Pambudi. ”Terima kasih. Lain kali sajalah, siang ini aku harus kembali ke Yogya.” (Tohari, 2014:48).

Sikap Pambudi dalam membuat rencana dapat dilihat ketika Pambudi dan

ayahnya menginterogasi seorang pencuri bernama Bagol. Ketika ayah Pambudi

menginterogasi Bagol, Bagol tidak mau menjawabnya atau bungkam. Tetapi,

Pambudi penasaran karena Bagol terlihat menyembunyikan sesuatu, maka

Pambudi merencanakan untuk menanyai Bagol secara halus demi mendapatkan

(35)

”Siapa yang menyuruhmu?” tanya ayah Pambudi kepada Bagol. Maling ayam itu diam saja, bahkan ketika pertanyaan itu diulang sampai tiga kali, ayah Pambudi marah. Bagol ditamparnya keras sekali. Pambudi ternyata lebih sabar daripada ayahnya, menemukan cara untuk mendapatkan pengakuan Bagol. ”Begini, kita kerja sama. Katakan terus terang siapa yang menyuruhmu dan aku berjanji akan merahasiakan segalanya. Kau aman, sebab majikanmu tidak tahu bahwa kau telah gagal. Bila kau menolak, akan kusebarkan berita bahwa kau telah mencoba mengguna-gunai kami. Pasti orang yang menyuruhmu akan segera mendengar kegagalanmu dan tak pelak lagi kau pasti akan dihukumnya”. (Tohari, 2014:75-76).

Kutipan di atas menggambarkan sikap Pambudi yang berencana menanyai

Bagol secara halus untuk mendapatkan informasi mengenai siapa yang menyuruh

Bagol melakukan hal itu akhirnya kesampaian. Hasilnya Pambudi mengetahui

siapa yang menyuruh Bagol untuk melakukan hal itu. Hal ini dapat dilihat dalam

kutipan berikut:

”Bagol termenung sejenak, lalu mengangkat muka ke arah Pambudi. Dari sinar matanya, Pambudi tahu bahwa maling itu akhirnya setuju atas usulnya. ”Nah, katakan siapa orang itu,” desak Pambudi. “Pak Dirga,” jawab Bagol singkat.” (Tohari, 2014:76).

Hasil dari interogasi secara halus itu dapat diketahui bahwa yang

menyuruh Bagol untuk melakukan hal itu ternyata adalah Pak Dirga, lurah Desa

Tanggir. Ayah Pambudi terkejut dan sadar apa artinya berselisih dengan Lurah

bagi penduduk Tanggir.

4.2.4 Hasil Pemikiran Tentang Harga Diri

Sikap menghargai diri dapat terlihat dari tindakan Pambudi yang

menjadikan dirinya sebagai subjek, pelaku aktif dalam setiap tindakan dan tidak

menjadikan dirinya objek yang tertindas, yang hanya menerima nasib begitu saja.

(36)

milik koperasi sebagai ganti rugi penggusuran batang pohon kelapa kepada

pemilik pohon kelapa dengan membayar lebih murah untuk dijadikan pembuatan

jalan yang akan dilakukan oleh pemerintah. Tetapi, Pambudi langsung menolak

ajakan dari Pak Dirga. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Bagaimana, Pambudi?” Yang ditanya kaget, ”Oh, Maaf, hendaknya Bapak jangan mengikutsertakan saya dalam urusan seperti itu.” ”Lho, kenapa? Kau akan mendapat banyak keuntungan tanpa banyak mengeluarkan tenaga. Semua orang menyenangi hal semacam itu, mengapa kau tidak? Lihat, Poyo telah lumayan hidupnya. Sekarang tiba giliranmu, ayolah!” ”Tidak, Pak.” ”Mengapa?” ”Saya tidak bisa menerangkannya mengapa.” (Tohari, 2014: 26).

Kutipan di atas menggambarkan bahwa sikap Pambudi yang menghargai

dirinya sendiri dengan menolak ajakan dari lurahnya yang merupakan orang

paling tinggi kedudukannya di Desa Tanggir untuk berbuat curang. Hasilnya

adalah perasaan lega yang didapatinya dengan menuruti kata hatinya. Hal ini

dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Dipandangnya Pambudi lama-lama, tetapi pemuda itu tenang saja. Bahkan di dalam hatinya Pambudi merasa lega. Ia telah menuruti suara hati nuraninya untuk tidak turut melakukan kecurangan bersama Pak Dirga. Memang hanya satu yang terasa olehnya pada saat itu: Lega. Lega!” (Tohari, 2014: 26).

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Pambudi secara sadar dia

mengikuti kata hatinya untuk tidak ikut melakukan kecurangan tersebut. Perasaan

lega didapatkan setelah menolak sekaligus mampu menahan diri untuk ikut serta

(37)

Pambudi juga menghargai usaha Pak Barkah dalam usahanya menolong

menghimpun biaya pengobatan untuk Mbok Ralem dan hendak pamit pulang ke

Desa Tanggir. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Ya, anda benar, Pak Barkah. Kemanusiaan masih ada. Sekarang kami mohon diri. Sungguh, rasanya sulit bagi saya melupakan Bapak dan Kalawarta. Saya percaya, Kalawarta akan menjadi bacaan semua orang. Selamat tinggal.” (Tohari, 2014:55).

Sikap Pambudi yang telah menggerakkan sisi kemanusiaan di masyarakat

mendapat apresiasi dari Pak Barkah. Hasilnya Pak Barkah sampai terharu dengan

apa yang telah dilakukan oleh Pambudi. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan

berikut:

”Tidak hanya Pak Barkah yang terkesan oleh perpisahan itu. Para pegawai Kalawarta pun ikut merasa kehilangan. Anak muda dari Tanggir itu telah meninggalkan kesan yang amat berarti. Dengan jujur Pak Barkah mengakui, bahwa sudah lama ia tidak menemukan seorang pemuda dengan kepribadian seperti Pambudi. Seorang yang bersedia menolong sesamanya tanpa mengharapkan balas jasa apapun.” (Tohari, 2014:55).

Kutipan di atas menggambarkan kepribadian Pambudi telah dihargai dan

diapresiasi oleh Pak Barkah sekaligus para pegawai harian Kalawarta, karena

mereka jarang melihat orang seperti Pambudi dan sangat takjub akan

perjuangannya yang rela menolong sesamanya tanpa mengharapkan balas jasa. Ini

menunjukkan bahwa mereka saling menghargai satu sama lain.

4.2.5 Hasil Pemikiran Tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Seiring berkembangnya zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi juga

(38)

teknologi, masyarakat akan semakin mengetahui dan akan lebih percaya pada

ilmu pengetahuan dan teknologi dikarenakan sesuatu yang dihasilkan melalui

ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hasil yang nyata dan dapat diterima

oleh akal pikiran manusia dan juga sudah teruji kebenarannya.

Pambudi juga percaya kepada ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu

ketika pemimpin redaksi harian Kalawarta, yaitu Pak Barkah menunjukkan

naskah iklan yang dimohonkan oleh Pambudi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan

berikut:

”Naskah iklan itu selesai dibuat oleh Pak Barkah, kemudian diperlihatkan kepada Pambudi. ”Bagaimana, Dik Pambudi?” ”Wah, Bapak jangan meminta persetujuan saya. Tentang iklan saya tidak tahu apa-apa, meskipun setiap saat saya mendengarnya dari radio dan televisi.” (Tohari, 2014:39).

Kutipan di atas menggambarkan Pambudi percaya bahwa media iklan

dapat memberikan informasi kepada masyarakat walaupun Pambudi tidak begitu

paham mengenai iklan dan juga pernah mendengannya melalui radio dan televisi,

tetapi dia percaya media iklan itu dapat menyampaikan maksud dan tujuan dari

pemohon.

Setelah permohonan pembuatan iklan telah dibuat, hasilnya harian

Kalawarta makin banyak dicari dan dibaca oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat

dalam kutipan berikut:

(39)

Kutipan di atas menggambarkan bahwa iklan yang dipasang Pambudi di

harian Kalawarta itu jadi makin laris dan makin sering dibaca oleh masyarakat,

(40)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka gambaran pemikiran modern

yang terdapat dalam tokoh Pambudi sebagai berikut:

1. Pemikiran tentang kemampuan manusia

2. Pemikiran tentang memperhitungkan sesuatu

3. Pemikiran tentangperencanaan

4. Pemikiran tentang harga diri

5. Pemikiran tentang ilmu pengetahuan dan teknologi

Hasil pemikiran modern yang ditunjukkan oleh tokoh Pambudi yaitu:

1. Hasil pemikiran tentang kemampuan manusia

Hasilnya adalah Pambudi yakin pada kemampuan diri sendiri, yaitu

mampu menangkap seseorang yang mencurigakan dan itu adalah Bagol, pencuri

yang terkenal di desanya.

2. Hasil pemikiran tentang memperhitungkan sesuatu

a. Pambudi menyamakan Pak Dirga dengan lurah sebelumnya, yaitu

pembohong karena selalu melanggar akan pidato yang telah

diucapkannya sendiri.

(41)

c. Perkiraan Pambudi mengenai kedewasaan dalam tingkah laku Sanis

yang masih gadis terbukti benar, yaitu sudah mampu menykai lawan

jenis.

3. Hasil pemikiran tentangperencanaan

a. Pambudi berhasil mengiklankan pas foto dan surat keterangan tidak

mampu di Harian Kalawarta untuk menghimpun bantuan dana dari

masyarakat.

b. Pambudi berhasil mengumpulkan dana dari para donatur dan

dermawan dari rencana dengan mengiklankan pas foto dan surat

keterangan tidak mampu di harian Kalawarta sebesar Rp2.162.350,00.

c. Pambudi mengundurkan diri dari pekerjaannya di lumbung koperasi

disebabkan rencananya untuk membuat koperasi menjadi badan usaha

yang dapat dipercaya tidak berjalan.

d. Pambudi mengetahui siapa yang telah menyuruh Bagol untuk

mengguna-gunai keluarga Pambudi dan hasilnya adalah Pak Dirga,

lurah desanya sendiri.

4. Hasil pemikiran tentang harga diri

a. Pambudi mampu menolak secara tegas bahwa Pambudi tidak ingin

ikut campur dalam urusan berbuat curang yang direncanakan lurahnya.

b. Pambudi mendapat apresiasi dari pimpinan dan staf harian Kalawarta

(42)

5. Hasil pemikiran tentang ilmu pengetahuan dan teknologi

iklan yang dimohonkan oleh Pambudi kepada harian Kalawarta menjadi

laris dibaca oleh kalangan masyarakat khususnya Kota Yogya yang akhirnya

membuat masyarakat tahu mengenai Mbok Ralem.

5.2 Saran

Kajian ini terbatas karena hanya membahas gambaran pemikiran modern

dan hasil yang didapatkan dari pemikiran modern yang ditunjukkan oleh tokoh

Pambudi dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Oleh karena

itu, peneliti berikutnya perlu mengembangkan agar dapat mengetahui lebih dalam

mengenai pemikiran modern dengan menggunakan teori Sigmund Freud dengan

aspek id, ego dan superego. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan

dan pengetahuan pada kalangan pelajar dan juga mahasiswa mengenai pemikiran

(43)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep digunakan sebagai dasar penelitian yang menentukan arah suatu

topik pembahasan. Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai

berikut:

2.1.1 Novel

Menurut Abdul Rozak, Zaidan,dkk. (2007:136) novel adalah jenis prosa

yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan kehidupan

manusia atas dasar sudut pandang pengarang dan; mengandung nilai hidup, diolah

dengan teknik lisahan dan ragaan yang menjadi dasar konvensi penulisan. Novel

dibuat berdasarkan hasil rekayasa imajinasi pengarang atau berdasarkan

kehidupan nyata seseorang yang diangkat untuk dapat dijadikan sebagai sebuah

cerita.

2.1.2 Tokoh

Tokoh adalah pelaku yang mengemban atau menjalankan peristiwa dalam

cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita (Aminuddin, 2000:85).

Tokoh utama merupakan pemeran dalam suatu cerita yang memegang peran

penting atau utama. Tokoh senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat

(44)

berupa novel dan cerpen. Tokoh dalam karya sastra selalu mempunyai sikap, sifat,

tingkah laku, atau watak-watak tertentu.

2.1.3 Gambaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gambaran adalah uraian,

keterangan, atau penjelasan terhadap sesuatu hal.

2.1.4 Pemikiran Modern

Menurut Alex Inkeles (dalam Weiner, 1986:88), pemikiran modern adalah

proses berpikir dan bertindak dengan cara-cara tertentu mengikuti arus

perkembangan zaman. Berpikir modern berarti menerima segala bentuk

perubahan dari mulai proses berpikir dan bertindak sesuai perkembangan zaman.

2.1.5 Psikologi

Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu psyche

yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara umum, psikologi berarti

ilmu jiwa. Gardner (dalam Sarwono, 2010:6) mengartikan psikologi sebagai ilmu

yang mempelajari respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap

lingkungannya.

2.2 Landasan Teori

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori psikologi sastra dan teori

(45)

2.2.1 Psikologi Sastra

Psikologi sastra merupakan gambaran jiwa manusia yang diperlihatkan

dalam bentuk tulisan. Pendekatan psikologi memiliki tiga pendekatan yaitu: 1.

pendekatan ekspresif yang menekankan pengekspresian ide-ide ke dalam karya

sastra, 2. pendekatan tekstual yang menekankan pada psikologi tokoh, 3.

Pendekatan reseptif yang mengkaji psikologi pembaca (Endraswara, 2008:99).

Objek dalam penelitian ini menekankan pada pendekatan tekstual yaitu melalui

jiwa atau aspek psikologis tokoh yang ditampilkan dalam karya sastra itu.

Psikologi secara sempit dapat diartikan sebagai ilmu tentang jiwa.

Menurut Sigmund Freud, ada tiga komponen kepribadian, yaitu Id yang selalu

berprinsip mau memenuhi kesenangannya sendiri (pleasure principle), ego yang

selalu berorientasi pada kenyataan (reality principle), dan super ego yang selalu

berpatokan pada norma-norma yang baku (moral standard). Ketiga komponen

tersebut menjadi dasar manusia untuk bergerak menyalurkan energi naluri ke

dalam energi gerak untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya terjadi dalam

kehidupan nyata dan pastinya juga terjadi dalam kehidupan dunia fiksi. Ketiganya

juga saling berkaitan dalam membentuk totalitas dan tingkah laku manusia.

Psikologi dan sastra keduanya berfungsi untuk memperkaya pengalaman

manusia dan keduanya juga berusaha menyadarkan manusia untuk dapat

mengenal dirinya sendiri. Fenomena sastra sebagai cermin kepribadian sastra

merupakan karya kreatif dari sebuah proses pemikiran untuk menyampaikan ide,

(46)

Maka dari itu, psikoanalisa yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dapat

diterapkan dalam kajian kesusateraan. Penganalisisan karya sastra dengan kajian

psikoanalisa Sigmund Freud dilakukan untuk mengkaji pergolakan jiwa dalam

tokoh karya sastra yang juga memiliki keinginan dan kebutuhan layaknya manusia

dalam kehidupan nyata. Analisis Psikoanalisa digunakan karena tokoh-tokoh

dalam karya sastra merupakan sebuah cerminan dari kehidupan nyata sehingga

mampu mewakili perwatakan manusia yang diaplikasikan dalam bentuk cerita.

Kegiatan mengkaji pergolakan jiwa tokoh karya sastra perlu pengamatan yang jeli

dan teliti.

2.2.2 Teori Modernisasi

Modernisasi sering ditandai dengan perubahan-perubahan, baik itu dari

segi lingkungan, masyarakat, kebutuhan hidup, dan juga tingkah laku. Proses

modernisasi ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan. Dengan

adanya proses modernisasi, maka masyarakat dapat merasakan perubahan dalam

sisi kehidupannya secara bertahap setiap waktunya. (Schoorl, 1980:2).

Tantawi (2015:129) mengatakan bahwa modernisasi adalah perubahan

nilai, yaitu dari nilai lama kepada nilai baru. Ini mengartikan bahwa nilai lama

dianggap sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman sedangkan nilai baru

dianggap lebih baik dan menguntungkan.

Modernisasi melahirkan suatu sikap-sikap tertentu yang menandai

(47)

Weiner, 1986), modern diartikan sebagai suatu kecenderungan individu dalam

bertindak dengan cara-cara tertentu. Menurut Alex Inkeles, setidaknya ada

sembilan tema yang mendasari definisi-definisi bagi manusia modern yaitu:

1. Penerimaan hal-hal Baru

Manusia modern memiliki kesediaan untuk menerima pengalaman baru

dan keterbukaannya bagi pembaharuan dan perubahan.

2. Dunia Opini

Memiliki kesanggupan untuk membentuk atau mempunyai pendapat

mengenai sejumlah persoalan-persoalan dan hal-hal yang timbul

disekitarnya maupun di dunia luar.

a. Demokratis, dalam arti sadar akan keragaman sikap dan opini

disekitarnyadan tidak menutup diri dengan menyangka bahwa semua

orang mempunyai pendapat yang sama dengan dirinya.

b. Menerima pendapat-pendapat yang berbeda tanpa perlu tegas atau keras

menolaknya karena khawatir kalau pendapat-pendapat itu akan

menghancurkan pandangan-pandangan dunianya.

c. Tidak menerima opini secara otokratis dan hierarkis. Manusia modern

mendengarkan ide-ide dari orang yang lebih tinggi kedudukannya ataupun

lebih rendah kedudukannya. Ide dari pihak manapun didengar dan dihargai

sama, serta hanya dinilai berdasarkan kualitas idenya saja.

3. Konsepsi Waktu

a. Manusia modern berorientasi waktu kekinian dan masa depan,

(48)

b. Manusia modern selalu tepat waktu.

c.Manusia modern memiliki waktu-waktu tetap (terjadwal) sehingga

hidupnyaterencana dan teratur.

4. Perencanaan

Manusia modern menginginkan terlibat dalam perencanaan akan hal-hal

yang berkaitan dengan hidupnya dan organisasi, serta menganggapnya

sebagai sesuatu yang wajar.

5. Keyakinan akan Kemampuan Manusia

Manusia modern percaya bahwa siapa saja mampu belajar

menguasailingkungan agar mendukung dirinya dalam mencapai tujuan.

6. KemampuanMemperhitungkan Sesuatu

Manusia modern mampu dalam memperhitungkan situasi ketika

dihadapkan pada suatu masalah. Dengandemikian makakeberhasilan

dalam menyelesaikan masalah bukan tergantung dari kualitas dan karakter

seseorang, tetapikarena pendekatan yang digunakan oleh manusia untuk

mengarahkan.

7. Harga Diri

Manusia modern adalah manusia yang menyadari akan martabat atau

kedudukan,baik dirinya maupun orang lain, sehingga akan memberikan

penghargaan yangsesuai dengannya.

8. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Manusia modern akan lebih percaya pada hasil-hasil ilmu pengetahuan

(49)

Keadilan

Manusia modern percaya bahwa ganjaran-ganjaran seharusnya diberikan

sesuai dengan tindakan-tindakan, bukan karena hal-hal atau sifat-sifat

yang dimiliki seseorang yang tidak ada hubungannya dengan tindakannya.

Modernisasi tercipta dikarenakan adanya dorongan oleh keinginan untuk :

a. Hidup praktis atau lebih nyaman.

b. Meningkatkan efisiensi kerja dan meningkatkan produksi.

c. Mendapatkan sesuatu lebih banyak (nilai tambah), lebih bermutu, lebih bagus, lebih hemattenaga, lebih baik.

2.3 Tinjauan Pustaka

Penelitian terhadap novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari

sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, tetapi menggunakan teori yang

berbeda, sedangkan dengan teori psikologi sastra belum pernah dikaji

sebelumnya. Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah,

karena pada dasarnya suatu penelitian berasal dari acuan yang mendasarinya.

Untuk mengetahui keaslian penelitian ini, dipaparkan beberapa tinjauan pustaka

yang telah dimuat dalam bentuk skripsi. Tinjauan pustaka tersebut sebagai

berikut.

Ayuatma Nirmala Utami, dkk. (2014) dalam jurnalnya yang berjudul

”Novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra”

membahas tentang kehidupan masyarakat di Desa Tanggir dengan segala

(50)

seiring berkembangnya zaman, masuk dan menyatunya budaya luar dengan budaya

Indonesia, Jawa, maupun Banyumas, banyak mempengaruhi perubahan sosial

masyarakat. Keterlibatan Pambudi dalam pemerintahan desa Tanggir menjadikannya

tokoh yang sangat berpengaruh dalam cerita. Sanis juga dianggap menarik karena

karakternya sebagai gadis desa yang cantik, lugu, dan kisah cintanya dengan Pambudi

yang berumur jauh diatasnya, serta nasibnya yang menjadi korban poligami Pak

Dirga. Selain itu, muncul pula beberapa perubahan sosial di Tanggir. Masyarakat

mulai berubah menjadi lebih konsumtif yang kemudian meluas menjadi permasalahan

politik. Cerita tentang politik dianggap sangat menarik, politik merupakan satu hal

yang tidak dapat terlepas dari kehidupan.

Astoto Adi (2010) mahasiswa dari Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

dalam skripsinya yang berjudul ”Masyarakat Miskin Dalam Novel Di Kaki Bukit

Cibalak karya Ahmad Tohari: Sebuah Kajian Sosiologi Sastra”. Kesimpulan

dalam penelitian ini adalah masyarakat miskin dikategorikan dalam kelompok

para petani, pemungut sampah, pengumpul gabah dan kuli bangunan.

Keterbatasan lapangan kerja menjadi faktor utama masyarakat desa Tanggir

memilih pekerjaan tersebut menjadi pekerjaan tetap mereka sehari-hari.

Bakti Sutopo (2008) dalam jurnalnya yang berjudul ”Beberapa Jejak

Kelisanan Dalam Novel Di Kaki Bukit Cibalak Karya Ahmad Tohari: Perspektif

Walter J. Ong” membahas tentang sastra tulis yang dipengaruhi oleh tradisi lisan

dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah novel

Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari merupakan salah satu bentuk karya

Referensi

Dokumen terkait

IMPLEMENTASI METODE NAÏVE BAYES DALAM ANALISIS KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Kesimpulan darai keseluruhan pertanyaan kuisnoer tersebut dengan jumlah 30 responden bahwa 24 % dengan latar belakang memiliki 1 kompetensi mengenai computer, menggukan facebook

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis berkeinginan untuk membuat sebuah aplikasi, yaitu Secure Parking, di mana aplikasi ini diharapkan dapat menekan angka pencurian

[r]

Dengan makin banyaknya pelanggan yang datang pada suatu restoran mengharuskan pengelola menyediakan layanan yang berbasiskan komputer untuk mempermudahkan bagian kasir dalam

Sibero dalam (Hidayat 2017:92), menjelaskan bahwa: Javascript adalah suatu bahasa pemrograman yang dikembangkan untuk dapat berjalan pada web browser atau bahasa

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “PROFESIONALISME AUDITOR, ETIKA PROFESI, MOTIVASI DAN PENGALAMAN AUDITOR

Lian Erlia Sari (2011), telah melakukan penelitian dengan judul: Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Jasa Restoran Terhadap Loyalitas Pelanggan Sakana