• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab V Hasil Penelitian dan Pembahasan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Penjelasan Penelitian

Penelitian yang berjudul ͞Pemanfaatan Software Koha Sebagai Sistem Otomasi Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI͟ ini dilakukan di perpustakaan khusus Kementerian Kesehatan RI yang beralamat di Jl. H.R. Rasuna Said Blok X.5 Kav. 4-9, Blok A, Kuningan, Jakarta. Dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Juni. Data-data yang diperoleh peneliti berasal dari wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada pustakawan perpustakaan Kementerian Kesehatan. Adapun informan yang di wawancarai adalah seorang staf penanggung jawab dalam hal otomasi perpustakaan dan bagian penglolahan koleksi, seorang pustakawan bidang pelayanan publik. Serta seorang pustakawan yang menjabat sebagai pengembangan SDM dan jejaring.

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Kriteria Pemilihan Software Koha Sebagai Sistem Otomasi Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI.

Software Koha 3.0 merupakan program sistem otomasi perpustakaan yang

dipilih oleh Perpustakaan Kemenkes sebagai sistem otomasi perpustakaan. Maka hal ini mengandung pernyataan dan alasan mengapa software Koha 3.0 dipilih dan digunakan oleh Perpustakaan Kemenkes. Ada beberapa alasan yang diutarakan, mengapa software Koha 3.0 dipilih sebagai software otomasi

perpustakaan Kemenkes. Adapun alasannya adalah sebagai berikut.

a) Perpustakaan Kementerian Kesehatan sama sekali tidak mengeluarkan biaya, karena memang software Koha 3.0 yang terpasang pada Perpustakaan ini merupakan hadiah dari WHO dan softwarenya pun juga gratis.

b) Software Koha 3.0 mempunyai fitur-fitur yang lengkap yang sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Khususnya untuk sarana temu kembali informasi.

c) Mudah untuk melakukan migrasi dari software sebelumnya. Cukup dengan mengekpor data yang ada di software sebelumnya dan mengimpor data tersebut ke dalam software Koha.

d) Penggunaan Software Koha tidak begitu rumit untuk dioperasikan namun yang menjadi kendala adalah bahasa yang digunakan oleh

software Koha 3.0 adalah bahasa Inggris.

e) Untuk perawatan dan pengoprasian tidak membutuhkan SDM ahli bidang komputer cukup dengan pustakawan, karena software Koha 3.0 selama ini tidak pernah ada gangguan selama digunakan.

f) Rekomendasi dari WHO56

Alasan tersebut sesuai dengan dengan pendapat Sismanto tentang kriteria pemilihan software perpustakaan yaitu diantaranya adalah, ekomois atau tidak banyak mengeluarkan biaya baik menggunakannya maupun perawatanya, kegunaan sesuai dengan kebutuhan, sederhana dan mudah digunakan, fleksibel dapat dapat dikembangkan dan mudah melakukan migrasi dari

56

software lain dengan mudah.57

2. Penggunaan dan Pemanfaatan Modul-Modul Koha 3.0 dalam Melakukan Kegiatan Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI.

a) Modul-modul Koha 3.0 yang Digunakan dan Dimanfaatkan dalam Melakukan Kegiatan Perpustakaan Kementerian Kesehatan.

1) Katalogisasi

Software Koha 3.0 menyediakan modul katalogisasi yang dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk melakukan pengolahan bahan pustaka dengan efektif dan efisien. Didalam modul katalogisasi terdapat fungsi yang dapat dimanfaatkan untuk menglolah bahan pustaka. Diantaranya adalah:

a. Pencatatan bibliografi pada modul katalogisasi softare Koha 3.0 mendukung metadata dengan format MARC21 sesuai yang terkandung dalam ISBD.

b. Pencatatan bibliografi dilengkapi dengan Autority Control untuk memastikan bahwa data bibliografi diisi secara konsisten.

c. Fungsi Penambahan ekslmpar untuk mendapatkan nomor unik koleksi secara otomatis atau dengan menambahkan nomor unik koleksi yang sesuai dengan ketentu.

d. Import MARC dengan Z39.50 fungsi yang dapat digunakan untuk mengambil data bibliografi dengan meng-copy atau menggandakan dari sumber eksternal, seperti dari internet atau data bibliografi

57

hasil dari ekspor database lain.

e. Ekspor MARC record, dapat digunakan untuk mengambil dengan meng-copy (gandakan) data bibliografi dari database sendiri ke

database softwarelain.

f. Pustakawan dapat meggunakan Cetak label call number dan

barcode buku dan cetak barcode bahan pustaka setelah menginput bibliografi kedalam software Koha. 3.0.

Berdasarkan fungsi-fungsi modul katalogisasi yang ada dalam

software Koha 3.0 tersebut, sesuai dengan pendapat Gavali Vandana Santosh bahwa modul katalogisasi mampu untuk dapat difungsikan sebagai:58

a. Pembuatan penyimpanan, pencarian, pengolahan cantuman bibliografi dan index.

b. Fasilitas impor dan ekpor

c. Pencatatan bibliografi harus sesuai dengan aturan seperti MARC dan AACR.

Proses kegiatan pengkatalogan pada perpustakaan Kementerian Kesehatan RI yaitu terlebih dahulu pustakawan harus melakukan inventarisasi dengan memberikan no induk koleksi dan mencatat data bibliografi seperti judul, pengarang, penerbit tahun terbit, jumlah, sumber dan tanggal masuk koleksi, kedalam buku induk. Selain mencatat data bibliografi kedalam buku induk pustakawan juga mencatat data bibliografi kedalam kertas borang. Kertas borang yang

58

Gavali Vandana Sant, “Impact of Library Automation in the Development Era: A case Study”, Indian Streams Research Journal Vol - I , June 2011, h 6.

telah diisi oleh staf bagian inventarisasi akan berjalan ke staf bagian input data, untuk memasukan data bibliografi tersebut kedalam database software Koha 3.0. Kertas borang merupakan lembar kerja yang disediakan untuk mengisi data bibliografi seperti pengarang, judul, subjek, dll. Kertas borang digunakan sebagai beckup dan alat bantu untuk melakukan kegiatan input data bibliografi kedalam databes software Koha 3.0 yang terpasng di perpustakaan Kemenkes. Hal ini sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

Proses pengkatalogan yang dilakukan, pertama staf mencatat bibliografi koleksi kedalam buku induk, selain itu juga mencatat data bibliografi kedalam kertas borang, selanjutnya kertas borang tersebut diberikan kepada staf bagian input data bibliografi untuk dimasukan kedalam software Koha, setelah itu finising. Kertas borang itu kertas kerja yang berisi data bibliografi seperti judul, pengarang, penerbit, nomor induk koleksi dan data lainnya sesuai ISBD, seperti ini contohnya. kertas ini akan membantu pustakawan yang nantinya akan menginput data bibliografi kedalam software Koha, selain itu kertas ini digunakan sebagai dokumentasi berguna sebagai beckup setiap bahan pustaka59

Dari penjelasan diatas dapat diartikan bahwa modul pengkatalogan yang tersedia pada software Koha 3.0 dimanfaatkan dan digunakan oleh perpustakaan Kemenkes untuk membantu kegiatan pengkatalogan. Pengkatalogan dialakukan sesuai dengan pedoman yang ditentukan yaitu ISBD, dengan menyimpan, menyalin dan mencari cantuman bibliografi. Hal ini sependapat dengan Marshall Breeding bahwa salah satu fungsi dari cakupan mudul katalogisasi adalah pembuatan katalog sesuai dengan MARC.60

Menurut pendapat salah satu pustakawan bahwa proses

59

Wawancara Pribadi dengan Parna, Jakarta, 13 mei 2014

60Marshall Breeding, “Library Technology Reports”, Major Open Source ILS Products. November/ December 2008. h 29.

pengkatalogan yang dilakukan di perpustakaan Kemenkes akan lebih efektif apabila proses pengkatalogan seperti inventarisasi, pencatatan koleksi kedalam kertas borang, input kedalam database dilakukan oleh satu staf. Hal ini sebagaimana di jelaskan bahwa:

lebih efektif dan tidak memakan banyak memakan tenaga bila pengkatalogan dilakukan oleh satu staf61

Namun, proses pengolahan bahan pustaka akan lebih efektif dan efisien apabila setiap entri bahan pustaka yang dilakukan oleh satu pustakawan dan tanpa menulis kembali data bibliografi kedalam kertas borang. Dengan dilakukannya pencatatan cantuman bibliografi kedalam buku induk (inventarisasi). Hal tersebut dinilai fungsi dokumentasi dan beckup data sudah dilakukan. Mengingat pendapat tentang Jhon Corbin tujuan dilakukanya otomasi perpustakaan yang menjelaskan bahwa otomasi perpustakaan akan meringankan beban kerja yang bersifat rutinitas, menghemat waktu dan untuk mengelolah data lebih cepat dan akurat.62

Dalam melakukan entri bahan pustaka pustakawan kemenkes seringkali menggunakan fungsi Z39.50 pada modul katalogisasi

software Koha 3.0 karena tidak setiap data bibliografi terdapat pada database Library of Congress. Hal ini dapat diartikan bahwa Z39.50 dapat dimanfaatkan oleh perpustakaan kemenkes sebagai impor data bibliografi dari sumber eksternal, hal ini sependapat dengan Marshall Breeding tentang salah satu fungsi dari modul katalogisasi pada

61

Wawancara Pribadi dengan Parna, Jakarta, 7 Juli 2014. 62

cakupan otomasi perpustakaan yang menjelaskan bahwa modul katalogisasi memudahkan pustakawan untuk melakukan penyalinan dan pertukaran data bibliografi dari software database lain.63 Hal ini sebagaimana dijelaskan bahwa:

Z39.50 digunakan apabila data bibliografi bahan pustaka tersedia di dalam katalog Library of Congress,64

Dengan dimanfaatkannya fungsi Z39.50, salah satu pustakawan Kemenkes berpendapat bahwa fungsi Z39.50 sangat membantu untuk melakukan kegiatan pengkatalogan. Pustakawan akan mengisi cantuman bibliografi kedalam Software Koha, apabila pengolahan bahan pustaka tidak menggunakan Z39.50 meskipun tidak semua koleksi ada pada katalog Library of Congress. Hal ini sesuai dengan tujuan penyelenggaraan otomasi perpustakaan yang diutarakan oleh Jhon Corbin yaitu, mengurangi beban kerja dan menghemat waktu.65 Hal ini sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

Meskipun tidak semua buku ada pada katalog Library of Congress, namun Z39.50 sangat membantu dalam kegiatan katalogisasi, kalau kita menggunakan Z39.50 maka kita tidak perlu memasukan cantuman bibliografi hanya menambahkan item nomor barcode.66

Dalam pengolahan koleksi fungsi cetak call number dan barcode

yang terdapat pada software Koha 3.0 tidak digunakan oleh perpustakaan Kemenkes hal ini dikarenakan desain call number dan

barcode yang dihasilkan oleh software Koha tidak sesuai yang

63

Marshall Breeding, “Library Technology Reports”, Major Open Source ILS Products. November/ December 2008. h 29.

64

Wawancara Pribadi Agus Supriadi, Jakarta, 2 Juli 2014. 65

John Corbin, Managing The Library Automation Project, h 18. 66

diharapkan. Call number yang dihasilkan font-nya terlalu kecil dan tidak ada informasi perpustakaanya. Barcode yang dihasilkan terlalu kecil dan tidak dapat diberi logo Kemenkes. Untuk saat ini pembuatan

call number dilakukan secara manual. Sedangkan barcode dilakukan dengan memesan. Hal ini sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

Label call number dikerjakan manual, kalu makai software hasilnya kurang menarik, tidak ada informasi perpustakaan pemilik koleksi. Kalau barcode kita pesan kepercetakan, kalau cetak lewat software kurang bagus tidak ada logonya. Kalau gak salah harganya satu labelnya Rp.250 kalu gak salah Rp.500.67

Berdasarkan pernyataan diatas fungsi cetak call number dan

barcode yang tersedia di modul katalogisasi tidak digunakan. Hal ini disayangkan, karena pembuatan call number secara manual akan memakan banyak tenaga dan pembuatan barcode dengan memesan di percetakaan akan memakan banyak biaya. Hal ini bersebrangan dengan pendapat John Corbin tentang tujuan otomasi perpustakaan yang mengatakan otomasi perpustakaan dapat meringankan beban kerja khususnya yang bersifat rutinitas, dan tenaga sehingga dapat meningkatkan efesiensi kerja.68

2) OPAC

Software otomasi perpustakaan Koha 3.0 menyediakan halaman OPAC yang dapat digunakan sebagai alat temu kembali oleh pemustaka. Dalam halaman OPAC software Koha 3.0 terdapat berbagai tool yang dapat di fungsikan oleh pengguna, diantaranya seperti,

67

Wawancara Pribadi dengan Agus Supriadi. Jakarta 30 Mei 2014. 68

a. Pencarian dasar dan pencarian lanjut

b. tampilan cantuman bibliografi singkat, detail dan tampilan MARC

c. Login akun pemustaka

d. Pemesanan koleksi untuk dipinjam e. Pemesanan koleksi untuk diadakan f. komentar koleksi bahan putaka g. RSS (Really Simple Syndication)

Berdasarkan Fungsi-Fungsi yang ada dalam modul katalog, hal tersebut sejalan dengan teori yang di jelaskan oleh Marshall Breeding bahwa dasar dari modul katalog ialah mencakup69,

a. Dapat digunakan untuk melakukan pencarian atau menelusuri koleksi

b. Menyajikan informasi deskriptif

c. Menyajikan informasi status pada setiap item.

d. Memungkinkan pelanggan untuk masuk ke account pribadi, e. Dapat melihat daftar item yang dipinjam oleh pemustaka. Modul OPAC pada software Koha 3.0 yang terpasang pada perpustakaan Kemenkes dimanfaatkan oleh pustakawan dan pemustaka

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada salah satu pustakawan yang bertugas di Perpustakaan Kemenkes beliau menjelaskan bahwa modul OPAC pada software Koha 3.0 yang

69Marshall Breeding, “Major Open Source ILS Products”. Library Technology Reports November/ December 2008, h. 25.

terpasang di Perpustakaan Kemenkes digunakan untuk mempermudah pencarian informasi oleh para pemustaka. Namun dalam ada beberapa fungsi didalam modul OPAC yang tidak digunakan. Hal ini karenakan dalam pemanfaatanya membutuhkan data keanggotaan seperti login akun pemustaka, komentar, permintaan, saran bahan pustaka dan RSS. Hal ini sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

Modul OPAC digunakan oleh pemustaa untuk mencari koleksi yang miliki perpustakaan Kemenkes, untuk saat ini OPAC hanya digunakan untuk mencari koleksi saja, fungsi lain seperti login pemustaka, saran pengadaan, komentar, RSS tidak digunakan karena fungsi itu membutuhkan data anggota.70

Menurut salah satu pustakawan yang bertugas di bagian pelayanan beliau berpendapat bahwa fungsi yang belum digunakan seperti login akun pemustaka, pemesanan koleksi untuk dipinjam, pemesanan koleksi untuk diadakan sebaiknya digunakan, dapat digunakan. Hal ini sejalan dengan pendapat Marshall Breeding tentang fungsi modul OPAC pada cakupan otomasi perpustakaan yang menjelaskan bahwa modul OPAC memungkinkan pemustaka untuk masuk ke accout pribadi, melihat item koleksi yang dapat diakses.71 Mengingat lebih jauh John Corbin berpendapat bahwa tujuan dari penyelenggaraan otomasi perpustakaan salah satunya adalah memberikan layanan yang efektif kepada pemustaka.72

3) Laporan

Software Koha 3.0 menyediakan fasilitas untuk penyusunan

70

Wawancara Pribadi dengan Agus Supriadi, Jakarta, 30 Mei 2014.

71Marshall Breeding, “Major Open Source ILS Products”. Library Technology Reports November/ December 2008, h. 25.

72

laporan, dalam penyusunan laporan pada modul laporan pada software

Koha 3.0 terdapat dua cara penysunan laporan yang berbeda diantaranya adalah

a. Costum Reports, dengan menggunakan cara ini pustakawan dapat

merancang susunan laporan yang sesuai diingnkan, hal ini dilakukan dengan menulis SQL query atau dengan menggunakan panduan laporan Wizard. Costum reports, lebih rinci dari statistic reports.

b. Statstic Report, merupakan laporan yang berupa jumlah angka statistik. Statistik report diantaranya seperti, Statistik akuisisi, statistik anggota, statistik katalog, statistik sirkulasi, statistik serial, statistik koleksi yang paling dipinjam, statistik pelanggan yang paling sering meminjam dan rata-rata waktu peminjaman. Modul laporan, Koha 3.0 yang terpasang pada perpustakaan Kemenkes untuk saat ini modul tersebut hanya digunakan untuk meyusun laporan pengolahan koleksi, untuk penyusunan laporan pengadaan dan penyusunan laporan layanan publik belum digunakan dikarenakan modul tersebut belum dipergunakan. Penyusunan laporan pengolahan koleksi disusun untuk mengetahui berapa banyak bahan pustaka yang telah dientri dalam waktu seminggu, sebulan dan setahunan. Hal ini sebagaimana dijelaskan sebagai berikut.

Saya menggunakan modul laporan untuk menyusun laporan dan mengetahui berapa buku dan buku berjudul apa saja yang telah saya entri selama seminggu, sebulan dan setahun, modul ini hanya digunakan untuk pengolahan koleksi saja, pengadaan dan layanan

tidak menggunakan modul ini.73

Dalam penyusunan laporan pengololahan koleksi, pustakawan lebih suka menggunakan cara Costum Report karena hasil penyusunan pada fungsi modul laporan ini sangat membantu, informasi yang disajikan dinilai lebih lengkap, penyusunan informasi yang dilaporkan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan dan tidak hanya angka statistik. Hal ini searah dengan pendapat John Corbin tentang tujuan otomasi perpustakaan yang menjelaskan bahwa penglolahan data akan lebih cepat dan akurat.74 Hal ini sebagaimana dijelaskan bahwa:

Kalu membuat laporan saya lebih sering menggunakan Costum Report. Costum Report lebih membantu karena informasinya lengkap dan bisa diatur sesuai dengan kebutuhan kita misalnya, penyususunan laporan input selama satu minggu, kita bisa mengatur tabel apa saja yang kiranya mengeluarkan informasi yang dibutuhkan seperti ini. Statistic Report jarang dibutuhkan karena informasi yang disajikan hanya angka-angka.75

b) Modul-modul Koha 3.0 yang tidak Digunakan dalam Melakukan Kegiatan Perpustakaan Kementerian Kesehatan.

1) Pengadaan (Akuisisi)

Software Koha 3.0 yang terpasang di Perpustakaan Kemenkes mempunyai modul Akuisisi yang dapat digunakan untuk membantu kegiatan pengadaan bahan pustaka yang dilakukan oleh perpustakaan. Dalam mudul akuisisi software Koha 3.0 terdapat berbagai fungsi yaitu, manajemen anggaran, manajemen vendor, manajemen saran, pemesanan bahan pustaka, pembayaran dan penerimaan koleksi yang

73

Wawancara Pribadi dengan Agus Supriadi,. Jakarta, 30 Mei 2014. 74

John Corbin, Managing The Library Automation Project, h 18. 75

dipesan.

Dengan menggunakan modul akuisasi pusatakawan dapat:

a. mencatat dan mengatur anggaran perpustakaan yang dialokasikan untuk pengadaan bahan pustaka.

b. Mencatat dan mengatur vendor atau toko buku yang dipilih yang menyediakan bahan pustaka.

c. Seluruh pengguna yang terdaftar pada software Koha 3.0 dapat melakukan usulan bahan pustaka untuk diadakan di perpustakaan untuk mempermudah pustakawan melakukan seleksi bahan pustaka.

d. Mengatur pembayaran dengan mengambil anggaran yang dialokasikan secara otomatis, dan melakukan konfirmasi keterlamatan pengiriman koleksi yang dikirim oleh penerbit. Fungsi-fungsi yang ada di dalam modul akuisisi pada software

Koha 3.0 sejalan dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Marshall Breeding bahwa tugas-tugas modul akuisisi diantaranya adalah:76.

a. Memilih koleksi yang dibutuhkan oleh perpustakaan

b. Mengelola rencana pengadaan dengan vendor sebagai pemasok bahan koleksi, misalnya pemilihan vendor atau toko buku, waktu klaim pemesanan dan lainnya.

c. Pengolahan faktur untuk barang-barang yang diterima dan melakukan pembayaran.

Namun, berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan salah

76Marshall Breeding, “Major Open Source ILS Products”. Library Technology Reports November/ December 2008, h. 29.

satu pustakawan Kemenkes, dapat diketahui bawa modul akuisisi atau pengadaan pada software Koha 3.0 tidak digunakan. Hal ini dikarenakan sistem pengadaan yang dilakukan oleh perpustakaan Kemenkes tidak sejalan dengan modul pengadaan software Koha 3.0 yang terpasang di perpustakaan Kemenkes. Pengadaan bahan pustaka di perpustakaan Kemenkes dilakukan dengan mendaftar koleksi yang akan diadakan. Selanjutnya daftar koleksi ditumpuk dimeja pimpinan untuk dipersetujui. Kenudian daftar tersebut diserahkan oleh tim pengadaan Tata Usaha (TU) bagian Puskom.

Setelah pengadaan koleksi dilaksanakan oleh TU, perpustakan Kemenkes akan memeriksa dan mem-verifikasi data koleksi yang telah diterima. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Agus Supriadi selaku penanggung jawab software Koha bahwa:

Kita tidak menggunakan oleh faslitas pengadaan karena faslitas pengadaan yang ada pada software Koha tidak sesuai dengan proses pengadaan yang dilakukan oleh perpustakaan Kemenkes. Sebagaian besar bahan pustaka yang diperloleh perpustakaan kemenkes berasal dari deposit dan hadiah dari Kementerian Kesehatan.Kita melakukan pengadaan dengan mendaftar koleksi yang akan kita adakan setelah itu diserahkan kepada pimpinan selanjutnya diadakan sama TU selaku tim pengadaan.77

Dari pernyatan diatas dapat diketahui bahwa sistem kerja modul pengadaan pada software Koha 3.0 yang terpasang di perpustakaan Kementerian Kesehatan tidak sesuai dengan kebijakan pengadaan bahan pustaka yang dilakukan oleh perpustakaan Kemenkes.

77

2) Sirkulasi

Modul sirkulasi yang tersedia dalam software KOHA 3.0 memiliki berbagai fungsi untuk membantu kegiatan peminjaman diantaranya adalah:

a. Mencatat kegiatan peminjaman dan pengembalikan yang dilakukan oleh perpustakaan.

b. Denda, pustakawan dapat mengatur masa peminjaman dan jumlah maksimal koleksi yang dapat dipinjam. Dan pustakawan dapat menentukan denda perharinya bila peminjaman sudah melewati batas pengembalian.

c. Pemberitahuan masa berakhirnya peminjaman melalui surel dapat dilakukan secara mudah.

d. Penahanan koleksi, perpustakaan dapat menentukan koleksi mana yang dapat di pinjam dan mana yang tidak dapat dipinjam.

e. Manajemen anggota, yang meliputi penambahan, pembaruan dan penghapusan anggota atau administrator, ekspor dan inpor data anggota dan cetak kartu anggota.

Fungsi dari modul sirkulasi yang ada di software Koha 3.0, searah dengan pendapat Gavali Vandana Sant, yang jelaskan, bahwa modul sirkulasi harus mampu melakukan check-in, check-out,

inventory (stoctaking), pemberitahuan terlambat pengembalian, dan pemesanan, denda, dan laporan statistik.78

78

Gavali Vandana Sant, “Impact of Library automation in the development Era: A case

Namun berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan salah satu pustakawan yang bertugas dibagian pelayanan publik Perputakan Kemenkes beliau menjelaskan bahwa modul sirkulasi yang ada pada

software Koha 3.0 belum digunakan karena terbatasnya koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan Kementerian Kesehatan. Selain itu perpustakaan Kemenkes tidak melakukan kegiatan pendataan anggota pemustaka karena perpustakaan Kemenkes terbuka melayani pemustaka umum baik pegawai Kementerian Kesehatan maupun dikalangan umum. Sehingga peminjaman bahan pustaka hanya dapat di-photo copy atau digandakan ditempat dan tidak diperkenakan untuk dibawa pulang. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh salah satu pustakawan yang bertugas dibagian layanan publik bahwa:

karena Perpustakaan Kemenkes ini tidak melayankan peminjaman bahan pustaka untuk dibawa pulang. Tanya bisa di photo copy karena memang koleksi kita terbatas dan perpustakaan kita tidak melakukan pendataan keanggotaan karena Perpustakaan Kemenkes terbuka untuk melayani dari semua kalangan baik penggunanyapegawai Kemenkes

maupun penggua umum.79

Adapun proses peminjaman bahan pustaka yang dilakukan oleh perpustakaan Kemenkes dilakukan dengan terlebih dahulu pemustaka mengisi lembar permintaan layanan yang berisi indentitas pemustaka seperti nama pemustaka, alamat, jenis kelamin, instansi, kemudian dilanjutkan mengisi jenis layanan seperti, peminjaman buku sementara, peminjaman buku ditempat, referensi dan lain-lain. Selanjutnya dilanjutkan mengisi bagian permintaan, bila menggunakan layanan peminjaman buku sementara maka pemustaka menuliskan judul dan

79

nomer barcode buku. Setelah form permintaan layanan diisi kemudian pemustaka dapat memfotocopy atau menggandakan koleksi yang dibutuhkan. Dengan terlebih dahulu pemustaka tersebut memberikan form yang telah diisi dan KTP atau identitas lainnya, sebagai alat jaminan. Hal ini sebagaimana di jelaskan oleh Teguh Martono salah satu pustakawan dibagian layanan publik:

Pemustaka cukup mengisi lembar permintan layanan dan memberikan KTP atau identitas lainnya sebagai jaminan, setelah itu sudah bisa

Dokumen terkait