• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1 SMKN II Jetis

Sudarwan Danim

E. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1 SMKN II Jetis

a. UPJ aktif ada empat dari sembilan UPJ program keahlian

b. komponen input yang belum standar: sarpras (TKR), dan program UPJ c. Proses produksi dilakukan oleh guru, karyawan dan sebatas 5-10 siswa d. Kontrol pekerjaan dilakukan dan finishing dilakukan oleh guru

e. Produk jasa yang dihasilkan memiliki kualitas standar

f. UPJ mampu menjadi tempat pelatihan sebatas 5-10 siswa dan 1-2 guru g. UPJ belum mampu menjadi sumber pembiayaan sekolah

h. Peningkatan kesejahteraan warga sekolah terbatas hanya pada 2-3 orang i. Belum ada jalinan kerjasama dengan industri

2. SMKN II Depok

a. UPJ aktif ada empat dari sembilan UPJ program keahlian

b. Input yang belum standar: program kerja (kecuali TKJ, TM), sarpras (TOI) c. Proses pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh 5-10, kecuali TKJ (semua siswa) d. Pengontrolan pekerjaan dan finishing dilakukan langsung oleh guru, kecuali

e. Kualitas produk jasa sudah standar dan lebih baik dalam hal konstruksi dan bahan baku dan harga mampu bersaing

f. Hanya UPJ TKJ yang mampu menjadi tempat pelatihan keseluruhan siswa, UPJ TGB, TM, TOI terbatas pada 5-10 siswa, dan 1-2 guru.

g. Peningkatan kesejahteraan warga sekolah terbatas pada 2-3 guru dan karyawan h. Kepercayaan industri dalam hal produksi, pemakaian jasa, pemasok bahan

baku, seleksi masuk karyawan

3. UPJ SMKN II Wonosari

a. Tiga UPJ aktif dari enam UPJ program keahlian b. Input yang belum standar: program kerja (kecuali TM)

c. Pelaksana proses produksi oleh guru, siswa dan teknisi (jumlah terbatas) d. Kontrol produksi dan finishing oleh guru atau tukang

e. Produk jasa yang dihasilkan kualitasnya standar, harga mampu bersaing

f. UPJ TKJ mampu menjadi tempat pelatihan eksternal, sedangkan UPJ yang lain baru terbatas

g. Belum mampu menjadi sumber pembiayaan operasional sekolah

h. Peningkatan kualitas SDM terbatas pada 5-10 siswa, 1-2 guru TB, TM , 4-5 guru TKJ

i. Peningkatan kesejahteraan warga sekolah masih terbatas

j. Kerjasama dengan instansi dan industri dalam hal pelatihan karyawan, pemakaian produk jasa

4. SMKN II Pengasih

a. UPJ aktif ada 2 dari 6 UPJ program keahlian b. Input yang ada sudah dioptimalkan

c. Pelaksana proses produksi jasa semua siswa kelas XI (TKR), 2- 5 siswa (TKR) d. Mampu berjalan kontinyu (TKK dan TF)

e. Kontrol produk oleh guru (TKK dan TF), finishing oleh guru (TKK) oleh siswa (TF).

f. Kualitas produk jasa sesuai standar, harga dan tarif jasa sesuai standar umum g. Kualitas SDM meningkat, pada beberapa 5-10 siswa (TKK), dan semua siswa

(TKR)

i. Mampu menjadi tempat belajar PI (TF), menampung tenaga kerja harian j. Kerjasama dengan industri dalam hal pemakaian jasa dan produk

F. Pembahasan

a) Kemampuan Program Keahlian di SMK dalam mengembangkan faktor pendukung dan mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan UPJ.

Implementasi UPJ dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu: (1) kelompok UPJ yang mampu menjadi sarana pembelajaran bagi siswa dan guru dan mampu memberi dukungan operasional sekolah (2 UPJ atau 15,4%); (2) belum mampu menjadi sarana pembelajaran bagi semua siswa dan guru tetapi mampu memberi dukungan operasional (5 UPJ atau 38,4 %); dan (3) UPJ tergolong aktif tetapi belum mampu menjadi sarana pembelajaran bagi semua siswa dan guru serta belum mampu memberi dukungan operasional (6 UPJ atau 46,1 % ).

UPJ kelompok pertama mampu mengoptimalkan semua siswa dalam kegiatan UPJ dengan membuat jadwal khusus dan menjaga kelangsungan kerja UPJ dengan melaksanakan berbagai upaya promosi. UPJ kelompok ke dua mampu membuat UPJ selalu mendapatkan pekerjaan tetapi dalam pelaksanaan pekerjaan hanya memilih siswa tertentu untuk aktif. UPJ kelompok ke tiga merupakan UPJ yang keaktifannya pada saat tertentu saja, dan hanya memilih siswa tertentu saja.

b). Kemampuan Mengelola Input Untuk Pelaksanaan UPJ

Pemanfaatan fasilitas praktek dan bahan baku sebagian besar UPJ sudah maksimal agar membuat UPJ aktif, namun dalam pemanfaatan program kurikulum, kemampuan guru, siswa dan teknisi belum maksimal, karena hanya memilih siswa tertentu saja (84,6%), sehingga sebagian besar UPJ belum mencapai tujuan.

Penyebab program kegiatan UPJ belum dapat berjalan secara kontinyu adalah: (a) belum dapat membuat program yang selaras antara praktek siswa dan pelayanan produk jasa pada konsumen, (b) lemahnya manajemen pemasaran, (c) motivasi tenaga pengajar untuk mengembangkan UPJ masih lemah, (d) kesulitan mendapatkan peluang pangsa pasar, dan (e) kekawatiran terhadap Peraturan Pemerintah Daerah tentang pemanfaatan barang milik negara untuk kegiatan bisnis belum ada juklaknya.

c). Wadah Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan bagi Guru dan Siswa

Proses belajar di UPJ merupakan kegiatan praktek yang menghasilkan barang/ jasa, sehingga kegiatan belajar yang terjadi meliputi perencanaan, pelaksanaan, kontrol

produk/ jasa, evaluasi pekerjaan dan pemasaran hasil produk/ jasa. Hal ini sesuai dengan teori Experiential learning Kolb (Kolb, Boyatzis, dan Mainemelis, 1999: 2) yaitu dalam lingkaran lingkaran proses melihat, merasakan, mencari, mengasimilasi antara observasi dengan pikiran, dan berfikir dengan dua model yaitu (1) pada perencanaan yang sifatnya membuat desain pelaksananya guru (ada juga siswa langsung), (2) perencanaan yang bersifat jasa identifikasi permasalahan dilaksanakan siswa.

Proses selanjutnya dari teori Experiential learning Kolb adalah dorongan untuk melakukan aktivitas pemahaman sebagai langkah awal melakukan pekerjaan. Pelaksanaan pada tahap ini ada dua cara yaitu (1) memberi pelatihan terlebih dahulu untuk mengenal permasalahan, (2) pembelajaran dilaksanakan langsung ditempat kerja.

Akhir dari lingkaran Experiential learning Kolb menyelaraskan antara fikiran dan perasaan bahwa apa yang telah dikerjakan dari awal hinggaakhir telah memberikan pengalaman nyata, sehinggabila menghadapi pekerjaan yang sejenis tidak mengalami kesulitan dan kualitasnya meningkat. Serangkaian urutan kerja tersebut sesuai dengan teori Situated Cognition dan situated learning.

d). Tingkat Kompetitif Produk jasa UPJ

Produk jasa yang dihasilkan UPJ adalah barang atau jasa yang dapat dimanfaatkan oleh konsumen. Produk jasa yang dihasilkan semua UPJ telah memenuhi standar umum dan memiliki kualitas lebih baik dari segi konstruksi dan bahan baku, tetapi penampilan masih belum bisa seperti yang dihasilkan industri. Selain itu jasa beberapa UPJ sudah dikenal dengan hasil yang memuaskan konsumen.

Berdasarkan harga jual atau tarif yang ditetapkan sebagian lebih rendah dan sebagian lebih tinggi dibandingkan pasaran pada umumnya. Demikian halnya kualitas pelayanan pada konsumen juga sudah memuaskan.

e). Kontribusi UPJ pada Sekolah dan Warga Sekolah

Pengelolaan keuntungan UPJ dengan cara sebagai berikut: 60% untuk UPJ program keahlian dan 40% untuk UPJ pusat (sekolah). Dari 60% yang diterima UPJ Bengkel diperinci sebagai berikut: 10% tambah modal, 22% perawatan, 24% kas Bengkel, dan 4% administrasi, sedangkan 40 % UPJ sekolah untuk: 15% kesejahteraan umum, 10% biaya listrik, 10% kas, 2,5% administrasi dan 2,5 % penyusutan.

Berdasarkan hal itu kontribusi yang diberikan UPJ adalah pemasukan biaya operasional sekolah. Secara umum dampak keuntungan yang diperoleh tidak banyak

dirasakan oleh warga sekolah, yaitu yang hanya terlibat langsung. Namun demikian dampak yang besar adalah menambah pengalaman kerja yang sesungguhnya bagi siswa dan guru, sehingga meningkatkan kemampuan komptensi kerjanya.

f). Tingkat Kepercayaan Industri dan Masyarakat terhadap SMK Pelaksana UPJ.

Kepercayaan industri dan masyarakat terhadap hubungan kegiatan UPJ dengan industri dan masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan ada tiga jenis kerjasama yaitu: (a) kerjasama dalam proses produk dan jasa, (b) kerjasama dalam pemanfaatan produk jasa UPJ, dan (c) kerjasama dalam pelatihan. Selain itu bentuk kepercayaan industri terhadap SMKN adalah dipercaya dalam menyelenggarakan tes masuk penerimaan tenaga kerja di industri, kemudahan mendapat tempat prakerin dan kemudahan mendapatkan pekerjaan setelah lulus. Di luar bentuk kerjasama tersebut adalah pemesanan secara langsung dari masyarakat, sehingga menjadikan SMK lebih dikenal oleh masyarakat.

G. KESIMPULAN DAN SARAN