• Tidak ada hasil yang ditemukan

Setelah diperoleh ekstrak kental kulit buah delima, dilakukan uji aktivitas antibakteri untuk menentukan nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM). Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak dengan konsentrasi 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125 %, 1,6125 % dan 0,8% ini dilakukan pada bakteri P.ginggivalis yang telah dikultur pada media Tryptic Soy Agar.(gambar 18 dan 19)

Gambar 18. Bakteri P.gingivalis yang telah dikultur pada media TSA

Pada penelitian ini, penentuan nilai KHM tidak dapat dilakukan karena ekstrak kental kulit buah delima memiliki warna yang sangat coklat yang mempengaruhi kekeruhan ketika dilakukannya metode dilusi. Sehingga pada tabung percobaan, tidak satu tabung pun yang terlihat jernih walaupun ekstrak kulit delima mungkin efektif menghambat bakteri P. gingivalis. (gambar 20)

Gambar 20. Kejernihan pada tabung percobaan tidak dapat diamati karena warna ekstrak yang sangat coklat.

Oleh karena penentuan KHM tidak dapat dilakukan, maka uji aktivitas antibakteri dilanjutkan dengan penentuan nilai KBM. Penentuan nilai KBM dilakukan dengan penghitungan jumlah koloni bakteri dengan metode Drop Plate Miles Mesra pada media Tryptic Soy Agar, yang bertujuan untuk membuktikan adanya kemampuan untuk membunuh bakteri pada konsentrasi terkecil sebesar 99% - 100%. Pada uji penentuan nilai KBM didapatkan hasil seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Delima Pada Penentuan KBM Terhadap Pertumbuhan Porphyromonas gingivalis

Konsentrasi Ekstrak Pengulangan Kontrol Mc Farland (CFU /ml)* Kontrol negatif (CFU/ml)* 1 2 3 4 TBUD 0 25 % 0 0 0 0 12,5 % 0 0 0 0 6,25 % 0 0 0 0 3,125 % 0 0 0 0 1,6125 % 0 0 0 0 0,8 % 5x102 3,2x102 8x101 2,4x102

Keterangan : 0 CFU/ml : Steril, tidak dijumpai pertumbuhan bakteri TBUD : Tidak bisa dihitung (> 300 koloni yang tumbuh) CFU/ml : Colony Forming Unit per ml

* : Sudah dikali dengan 20 (faktor pengali)

Pada konsentrasi 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125 %, dan 1,6125 % dijumpai warna bening pada medai TSA seperti warna tetesan bahan coba. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada terjadi pertumbuhan bakteri atau seluruh bakteri mati.(gambar 21 dan 22)

Gambar 21. Pengujian efek antibakteri pada konsentrasi 1,6125 %, 3,125% dan 6,25% menunjukkan tidak adanya pertumbuhan bakteri (steril)

Gambar 22. Pengujian efek antibakteri pada konsentrasi 12,5% dan 25% menunjukkan tidak adanya pertumbuhan bakteri (steril)

Pada konsentrasi 0,8 % dijumpai adanya pertumbuhan bakteri dengan rata-rata jumlah bakteri adalah 4,56 x 102 CFU. (gambar 23)

Gambar 23. Pengujian efek antibakteri pada konsentrasi 0,8% menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri

Dari hasil tersebut dapat ditetapkan bahwa nilai KBM ekstrak kulit buah delima terhadap P.gingivalis pada penelitian ini adalah 1,6125%.

BAB 5

PEMBAHASAN

Hasil penelitian eksperimental laboratorium secara in vitro ekstrak kulit buah delima terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis menunjukkan bahwa ekstrak memiliki efektivitas dalam membunuh bakteri P.gingivalis. Penelitian ini mendapatkan nilai KBM dengan menghitung jumlah koloni bakteri pada media

Tryptic Soy Agar menggunakan teknik Drop Plate Miles Mesra.

Untuk mendapatkan efek maksimal dari zat aktif yang terdapat pada kulit buah delima, dilakukan metode ekstraksi etanol. Metode ini berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Voravuthikunchai pada tahun 2005, yang melakukan penelitian efek antibakteri dengan beberapa metode ekstraksi kulit buah delima terhadap Escherichia coli. Dari penelitiannya didapatkan hasil bahwa metode ekstraksi etanol kulit buah delima menunjukkan efek yang paling baik dalam menghambat pertumbuhan Escherechia coli apabila dibandingkan dengan menggunakan metode ekstraksi dengan air mendidih maupun ekstraksi dengan menggunakan kloroform.40

Konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125 %, 1,6125 %, dan 0,8%. Konsentrasi ini digunakan merujuk kepada penelitian Badbhade pada tahun 2011 yang menyatakan bahwa konsentrasi hambat minimum ektrak buah delima terhadap P.gingivalis adalah 3,125%.10 Kemungkinan besar konsentrasi minimum ekstrak kulit buah delima untuk menghambat dan membunuh bakteri

P.gingivalis adalah konsentrasi dibawah atau diatasnya. Sehingga, pengujian dilakukan tidak dimulai dari konsentrasi 100% tapi cukup dimulai dari konsentrasi 25% sampai 0,8%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai KHM tidak dapat ditentukan karena warna ekstrak yang berwarna coklat gelap. Warna larutan yang gelap mempersulit dalam mengamati kejernihan tabung-tabung yang merupakan campuran antara bakteri uji dengan larutan ekstrak kulit buah delima. Warna coklat pada larutan

ekstrak tersebut kemungkinan disebabkan karena banyaknyakandungan tanin pada kulit buah delima, dimana Voravuthikunchai menyatakan bahwa kandungan tanin pada kulit buah delima mencapai 25%.40 Hasil yang sama juga didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Seeram pada tahun 2004, untuk mendapatkan ekstrak murni tanin dari kulit buah delima. Pada penelitiannya tersebut didapatkan hasil ekstrak berupa serbuk tanin yang berwarna coklat gelap41. Sehingga untuk mengetahui kadar hambat minimum dari ekstrak kulit buah Delima terhadap

P.gingivalis sebaiknya digunakan metode lain, seperti metode difusi cakram.42

Hasil penelitian menunjukkan ekstrak kulit buah delima memiliki efektivitas terhadap bakteri P. gingivalis dengan nilai KBM 1,6125 %. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Bhadbadhe yang menyatakan bahwa buah delima (whole fruit) efektif terhadap berbagai bakteri rongga mulut seperti P. intermedia, A. actinomycetemcomytans dan P. gingivalis. Namun, pada penelitian ini ekstrak kulit buah delima berhasil membunuh bakteri P.ginggivalis pada konsentrasi 3,125% sedangkan Bhadbadhe menyatakan bahwa ekstrak buah delima (whole fruit)

dapat menghambat pertumbuhan bakteri P.gingivalis pada konsentrasi 3,125%.10 Hal ini dapat disebabkan karena dalam penelitian Badbhade menggunakan buah delima secara keseluruhan termasuk biji buahnya, sehingga konsentrasi yang menghambat pertumbuhan bakteri P.ginggivalis lebih tinggi. Selain itu, perbedaan juga dapat disebabkan karena bedanya asal tanaman yang digunakan.

Pengaruh ekstrak kulit buah delima terhadap kematian bakteri P.gingivalis

disebabkan oleh efek senyawa aktif antibakteri yang ditimbulkan kulit buah delima. Penelitian menunjukkan bahwa kulit buah delima merupakan sumber buah yang kaya akan senyawa aktif yang berkhasiat sebagai antibakteri seperti flavonoid, phenolic

dan tanin.13,30,33

Menurut penelitian Chusine pada tahun 2005, flovanoid memiliki mekanisme antibakteri dengan berbagai aktifitas, diantaranya dengan menghambat sintesis dari asam nukleat bakteri, menghambat fungsi membran sitoplasmik bakteri, dan menghambat metabolisme energi bakteri.35 Sedangkan phenolic memiliki efek penghambatan pertumbuhan bakteri yang dapat dijelaskan oleh karena adsorpsinya ke

membran sel bakteri, berinteraksi dengan enzim substrat dan mengurangi komposisi ion logam bakteri.33

Senyawa tanin seperti punicalagin merupakan agen antimikrobial yang memiliki kemampuan melewati dinding sel bakteri yang terdiri dari polisakarida dan protein dan berikatan dengan permukaannya.14 Tanin mencegah pertumbuhan bakteri dan aktivitas protease dengan merusak dinding sel dan sitoplasma sehingga mengakibatkan kerusakan struktur bakteri yang cepat.13 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sung pada tahun 2012 di Korea menunjukkan bahwa efek antimikrobial tanin yaitu dengan menginaktivasi adhesin mikroba dan enzim hidrolitik seperti protease dan karbohidrolase dan sel transpot protein bakteri.43 Penelitian yang dilakukan oleh Doss pada tahun 2009 juga menunjukkan bahwa tanin melekat pada dinding sel bakteri dan menyebabkan desintegrasi koloni bakteri.44

Penelitian yang sama seperti sebelumnya dilakukan oleh Bele pada tahun 2010 di India mengenai efek antimikrobial tanin. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tanin memiliki kemampuan untuk berikatan dengan dinding sel bakteri, polisakarida, karbohidrat dan enzim yang terdapat dalam rongga mulut.45

Penggunaan hanya kulit delima dapat memberikan hasil uji yang berbeda dengan penggunaan buah delima secara keseluruhan. Hal ini sesuai dengan penelitian Dahham pada tahun 2010, yang membandingkan efek antibakterial dan antifungal antara kulit, biji, jus dan keseluruhan dari buah delima. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah delima adalah bagian yang paling tinggi aktifitas antimikrobanya dibandingkan dengan ekstrak bagian yang lain.46 Sedangkan berdasarkan senyawa aktifnya, Yunfeng li pada tahun 2006 menunjukkan bahwa kandungan polifenol pada kulit buah delima lebih besar daripada biji dan pulpnya.47 Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Gozlecki, pada tahun 2011 yang menunjukkan bahwa total senyawa phenolic pada buah delima terdapat tertinggi pada kulit buahnya dibanding dengan jus dan biji delima.48

Asal buah delima yang berbeda kemungkinan akan memberikan hasil uji yang berbeda pula. Keadaan geografis dari masing-masing daerah yang berbeda-beda menyebabkan kemungkinan kandungan senyawa aktif yang terkandung di dalam

tanaman tidak sama satu sama lainnya. Delima yang digunakan pada penelitian ini bersal dari Kota Sawah Lunto, Indonesia, sedangkan pada penelitian Bhadbadhe menggunakan delima yang berasal dari India.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari penelitian eksperimental yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit buah delima memiliki efek antibakteri terhadap Porphyromonas gingivalis dengan nilai KBM sebesar 1,6125 %. Hasil dari penentuan nilai KHM dalam penelitian ini tidak representatif sehingga ttidak dapat diketahui nilainya.

6.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui :

1. Efektivitas bahan ini terhadap bakteri patogen periodontal yang lain.

2. Nilai KHM dari ekstrak kulit delima dengan menggunakan metode lain yaitu metode difusi.

3. Zat aktif yang mana dari kulit delima yang memiliki efek antibakteri yang paling besar

4. Toksisitas ekstrak kulit buah delima untuk mengetahui pengaruhnya terhadap sel.

5. Keefektifan ekstrak kulit delima sebagai alternatif bahan medikamen periodontal secara in vivo sebagai lanjutan penelitian ini sehingga bahan ini dapat digunakan secara klinis.

Dokumen terkait