• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam bab ini penulis membahas mengenai hasil-hasil yang telah diteliti, berisikan analisa keefektivitasan modal kerja di BKM Bina Masyarakat Mandiri, analisa data dan pengujian hipotesa. Analisa pola penyaluran modal kerja BKM Bina Masyarakat Mandiri dilihat dari perspektif islam.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan penutup atas pembahasan masalah yang diuraikan pada skripsi ini yang berisikan tentang kesimpulan apa yang penulis sajikan, serta mencoba menemukakan saran-saran yang bermanfaat bagi lembaga tersebut.

25

A. Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Salah satu konsep utama dalam mengukur prestasi kerja (performance) adalah manajemen efisiensi dan efektivitas. Menurut ahli manajemen Peter Drucker efektivitas adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing the right things), sedangkan efisiensi adalah melakukan pekerjaan dengan benar (doing thing right). Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.1

Dalam kamus besar bahasa indonesia kata efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang bermakna “1) ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), 2) manjur atau mujarab, 3) dapat membawa hasil, berhasil guna (tentang usaha dan tindakan), 4) mulai berlaku tentang undang-undang atau peraturan”.2

Menurut Badudu efektif bermakna: “1) mempunyai efek, pengaruh atau akibat, 2) memberikan hasil yang memuaskan, 3) memanfaatkan waktu cara dengan sebaik-baiknya, bekerja dengan cara

1

T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPPE, 1998), edisi 2, h.7 2

Tim Pennyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta,Balai Pustaka, 1997, cet 9, h.250

sebaik-baiknya, 4) mulai berlaku tentang undang-undang, 5) berhasil guna atau mangkus.3

Sedangkan Hasan Sadili dalam ensiklopedi bahasa indonesia, menjelaskan bahwa kata :

efektivitas bermakna menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dikatakan efektif jika usaha itu mencapai tujuannya. Secara ideal efektivitas dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang agak pasti.

Misalnya usaha X 60 % efektif dalam pencapaian tujuan Y”.4

Subandijah dalam bukunya Pengembangan dan inovasi kurikulum, menjelaskan :

bahwa efektivitas dalam kegiatan berkenaan dengan sejauh mana apa yang direncanakan atau yang diinginkan dapat dilaksanakan atau

dicapai“.5

Menurut E. Mulyasa dalam bukunya Manajemen Berbasis Sekolah menjelaskan :

adalah adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas

dengan sasaran yang dituju “.6 Selanjutnnya dijelaskan “ efektivitas adalah berkaitan erat perbandingna antara tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, atau perbandingan hasil nyata

dengan hasil yang direncanakan “.7

3

Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001), h.371 4

Hasan Sadili, Ensiklopedi Bahasa indonesa, (Jakarta: Ichtiar Baru- Van Hoeve), jilid 2, h 833

5

Subbandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Grafindo Persada, 1993), h.51

6

E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan Implementasi, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h.82

7 Ibid

Menurut Yusuf Hadi, efektivitas seringkali diukur dengan tercapainya tujuan atau dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam megelola suatu situasi, dan pengertian ini mengandung ciri-ciri :8

a. Bersistem (sistemik), yaitu dilakukan melalui tahap perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan.

b. Kejelasan akan tujuan sehingga dapat dihimpun usaha untuk mencapainya. c. Bertolak dari kemampuan dan kekuatan.

Jadi Efektivitas dipandang sebagai tingkat pencapaian tujuan atau operasi. Konsep efisiensi menunjukan rasio atau perbandingan antara biaya yang dikorbankan dengan keuntungan yang diperoleh dalam mengejar tujuan tersebut. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa efektivitas berarti penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Artinya, pada bagaimana tugas tersebut diselesaikan, dan terutama menjawab pertanyaan bagaimana cara melaksanakannya dan berapa biaya yang dikeluarkan.9

2. Tolak Ukur Efektivitas

Dalam mencapai efektivitas kerja haruslah dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

8

Yusuf Hadi Miarso, Tekhnologi Pendidikan untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan, (Jurnal Tp. Pustekom, Jakarta: 1998) h.5

9

a. Berhasil guna, yakni untuk menyatakan Bahwa kegiatan telah dilaksanakan dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

b. Ekonomis, ialah untuk menyebutkan bahwa di dalam usaha pencapaian efektif itu maka biaya, tenaga kerja, material, peralatan waktu, ruangan dan lain-lain telah dipergunakan dengan setepat-tepatnya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam perencanaan dan tidak adanya pemborosan serta penyelewengan.

c. Pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab, yakni untuk membuktikan bahwa pelaksanaan kerja sumber-sumber telah dimanfaatkan dengan setepat-tepatnya haruslah diaksanakan dengan bertanggung jawab sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.

d. Pembagian kerja yang nyata, yakni pelaksanaan kerja dibagi berdasarkan beban kerja, ukuran kemampuan kerja dan waktu yang tersedia.

e. Rasionalitas wewenang dan tanggung jawab, artinya wewenang harus seimbang dengan tanggung jawab. Dan harus dihindari adanya dominasi oleh salah satu pihak atas pihak lainnya.

f. Prosedur kerja yang praktis, yaitu untuk menegaskan bahwa kegiatan kerja adalah kegiatan yang praktis, maka target efektif dan ekonomis, pelaksanaan kerja yang bisa dipertanggung jawabkan serta pelayanan

kerja yang memuaskan tersebut haruslah kegiatan operasional yang dapat dilaksanakan dengan lancar.10

Sedangkan tolak ukur menurut manajemen ajaran islam bagi seorang muslim dalam mengatur hidupnya agar efektif adalah sebagai berikut :

a. Prinsip keseimbangan, maksudnya dalam menjalankan suatu kegiatan wajar, tidak berlebih-lebihan, tetapi tidak juga kikir dan pelit.

b. Prinsip mencapai kemanfaatan, maksudnya seorang muslim dalam menjalankan kegiatan usaha harus bermanfaat bagi dirinya, bagi orang lain, bagi lingkungan dan bermanfaat bagi agamanya.

c. Prinsip tidak boros, yang dimaksud tidak boros adalah setiap muslim dalam menjalankan aktivitasnya dalam menggunakan harta, waktu dan tenaga tidak dipergunaman secara boros jika dilihat dari sudut ekonomi sifat boros termasuk biaya sehingga dalam penggunaan biaya menjadi beban dalam manajemen.

d. Prinsip berlaku adil, yang dimaksud dengan berlaku adil adalah seseorang yang ingin mencapai tindakan yang efisien adalah dia harus berlaku adil. Ia harus berlaku adil terhadap dirinya, terhadap orang lain, serta adil dalam menimbang, adil dalam mengambil keputusan dan adil dalam semua perbuatannya.11

10

Sujadi F.X, O & M, Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen, (Jakarta: CV. Masagung, 1990), cet . ke-3, h.36-39

11

Mochtar Effendy, Manajemen suatu pendekatan berdasarkan ajaran islam, (jakarta: PT. Bharata Karya Aksara, 1986), h.153-158.

3. Mekanisme Efektivitas

Didalam mekanisme efektivitas terdapat beberapa komponen pendukung suatu kerja, ada beberapa pendapat menurut para ahli yaitu:12

Menurut Georgopoulos mekanisme efektivitas terdapat dalam beberapa komponen yaitu :

a. Produkktivitas adalah sama artinya dengan efisien.

b. Luwes artinya mematuhi norma-norma dan memuaskan anggota dan konsep daya suai. Maksudnya adalah kemampuan organisasi dalam menyesuaikan diri pada perubahan, baik perubahan di dalam maupun perubahan diluar organisasi.

c. Ketegangan adalah konflik dan pertentangan diantara anggota-angggota organisasi, yang erat kaitannya dengan peningkatan (kalau terkendali) dan penurunan (kalau dibiarkan berlarut-larut).13

Menurut Paul E. Mott mekanisme dalam pencapaian suatu kerja yang efektif adalah merumuskan dan mengembangkan sarana mengukur efektivitas organisasi yang mempengaruhi tingkat efektivitas itu berkaitan langsung dengan :

a. Produktivitas dikaitkan dengan kuantitas, kualitas dan efisiensi.

b. Daya suai adalah kemampuan untuk menaksir masalah yang akan dihadapi dan persiapan untuk mengatasi masalah yang bersangkutan. Daya suai ini dikaitkan dengan tempo (cepat atau lambat) dan besaran (derajat penyesuaian, apakah seluruhnya, sebagian mendasar ataukah hanya ala kadarnya saja). Dalam faktor ini tercakup konsep kepaduan yaitu kerelaan kerja, atau kegairahan kerja yang tinggi atau kepuasan kerja, lebih mudah menerima perubahan (metode atau prosedur kerja misalnya).

c. Keluwesan menyangkut kemampuan anggota organisasi menanggapi kedaan darurat seperti beban lebih yang tidak terduga atau percepatan jadwal kerja.14

Sedangkan menurut Friedlander dan Pickle menyatakan bahwa dalam merumuskan mekanisme efektivitas harus memperhitungkan kepentingan pemilik, pekerja dan masyarakat diantaranya yaitu :

12

Komariyah, Efektivitas Murabahah di BMT Al-Ikhwan,” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004), h.14-20. 13

Basil S. Georgopoulus dan Arnold S. Tannembaun, A Study of Organization Effeectiveness,

(America: Sosiological Review, 1957), vol.22, h.534-540. 14

Paul E. Mott, The Characteristics of Effective Organization (New York: Halper and Row, 1972), h.20-24

a. Kemampuan berlaba yang dilihat dari rata-rata laba tahunan selama 10 tahun berturut-turut, dalam kaitannya dengan jam kerja pemilik perusahaan.

b. Kepuasan kerja yang diukur dari tanggapan mereka atas kondisi kerja, pembayaran upah, cara supervisi dan pengembangan.

c. Penghargaan masyarakat yang diukur dari data mengenai hubungan masyarakat, hubungan organisasi dengan unsur-unsur pemerintah, hubungan dengan pelanggan, dan hubungan dengan pensuplai serta kreditor.15

Ketiga telaah yang dikemukakan diatas telah memaparkan masalah-masalah pengenalan dan pengukuran kriteria yang tepat terhadap efektivitas organisasi. Masing-masing telah menunjukan rancangan yang berbeda terhadap pengukuran efektivitas secara keseluruhan, tetapi kriteria-kriteria tersebut memndapatkan tempatnya sendiri dalam rancangan sistem dan telaah teoritis,

Dalam usaha memahami efektivitas yang bersifat abstrak itu, beberapa analisa organisasi berusaha mengidentifikasi segi-segi yang menonjol kaitannya dengan konsep ini. Walaupun ada sederetan panjang kriteria kerja yang dipakai, namun kriteria yang paling banyak dipakai meliputi hal-hal berikut :

a. Kemampuan menyesuaikan diri, keluwesan b. Produktivitas

c. Kepuasan kerja d. Kemampuan berlaba e. Pencarian sumber dana16

15

Frank Frienlander dan Hal Pickle, Components of Effektiviness in Small Organization,

(Administrative Science Quarterly, 1986), Vol.13, h.289-304. 16

B. Modal Kerja

1. Pengertian Modal Kerja

Modal menurut bahasa sebagai uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang dan sebagainya; harta benda (uang, barang, dsb) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang dapat menambah kekayaan.17 Selanjutnya kata kerja berarti kegiatan melakukan sesuatu; yang dilakukan (diperbuat); sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah; mata pencaharian.18 Sedangkan menurut istilah modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari.19

Menurut J. Fred weston dan Eugene F Bringham, modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas (surat-surat berharga), piutang dagang dan persediaan.20 Sedangkan menurut Kasmir dalam bukunya “Kewirausahaan” modal kerja adalah modal yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan pada saat perusahaan sedang beroperasi. Jenis modalnya bersifat jangka pendek, biasanya hanya digunakan untuk sekali atau beberapa kali proses produksi.

17

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1990) cet ke-3, h. 113

18

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1990) cet ke-3, h. 113

19

Agnes Sawir, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan

(Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001) h. 129 20

Modal kerja digunakan untuk keperluan membeli bahan baku, membayar gaji karyawan, dan biaya pemeliharaan serta biaya-biaya lainnya.21

Dari pengertian di atas, modal kerja adalah selisih antara aktiva lancar dan hutang lancar, dengan demikian modal kerja merupakan investasi dalam kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan dikurangi hutang lancar yang digunakan untuk melindungi aktiva lancar.

Menurut Bambang Riyanto dan S. Munawir mengemukakan modal kerja dapat dibagi menurut konsep sebagai berikut :

a. Konsep kwantitatif

Modal kerja menurut konsep kwantitatif menggambarkan keseluruhan atau jumlah dari aktiva lancar seperti kas, surat-surat berharga, piutang, persediaan atau keseluruhan daripada jumlah aktiva lancar dimana aktiva lancar ini sekali berputar dan dapat kembali ke bentuk semula atau dana tersebut dapat bebas lagi dalam waktu yang relatif pendek atau singkat. Konsep biasanya disebut modal kerja bruto (gross working capital). b. Konsep kwalitatif

Menurut konsep kwalitatif modal kerja merupakan selisih antara aktiva lancar diatas hutang lancar. Digunakan modal kerja ini merupakan sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasional perusahaan tanpa menunggu likuiditasnya. Konsep ini biasa disebut sebagai modal kerja netto (net working capital).

21

c. Konsep fungsional

Modal kerja menurut konsep ini menitik beratkan pada fungsi dari pada dana dalam menghasilkan pendapatan (income) dari usaha pokok perusahaan. Setiap dana yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Jenis modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada saat ini sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan.22

2. Jenis-Jenis Modal kerja

Pada dasarnya, kebutuhan modal untuk melakukan usaha terdiri dari dua jenis dibedakan berdasarkan penggunaan maupun jangka waktunya yaitu : a. Modal Investasi; digunakan untuk jangka panjang dan dapat digunakan berulang-ulang biasanya umurnya lebih dari satu tahun. Penggunaan utama modal investasi jangka panjang adalah untuk membeli aktiva tetap seperti tanah, bangunan/ gedung, mesin-mesin, peralatan, kendaraan serta inventaris lainnya. Modal investasi biasanya diperoleh dari modal pinjaman berjangka waktu panjang lebih dari satu tahun yang di dapat dari dunia perbankan.

b. Modal kerja; digunakan untuk jangka pendek dan beberapa kali pakai dalam satu proses produksi. Jangka waktunya biasanya tidak lebih dari

22

Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (Yogyakarta : Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada, 1995) ed ke-2 h. 289. Liat juga H. S Munawir, Analisa Laporan Keuangan

satu tahun. Penggunaan utama modal kerja adalah untuk keperluan membeli bahan baku, membayar gaji karyawan dan biaya pemeliharaan serta biaya-biaya lainnya. Modal kerja dapat diperoleh dari modal pinjaman Bank (biasanya maksimum 1 tahun).

Menurut jumingan jenis-jenis modal kerja terbagi dua yaitu : a. Modal kerja permanen

Modal kerja permanen adalah modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya dengan kata lain modal kerja yang dipakai secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha, modal kerja jenis ini dapat digolongkan lagi menjadi :

- Modal kerja primer yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontuinitas perusahaan.

- Modal kerja normal yaitu jumlah modal kerja yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal dalam artian yang dinamis.

b. Modal kerja variabel

Modal kerja variabel yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini dibedakan lagi menjadi:

- Modal kerja musiman yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim

- Modal kerja siklus yaitu modal kerja yang jummlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.

- Modal kerja darurat yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan keadaan darurat atau mendadak yang tidak dapat diketahui atau diramalkan sebelumnya.23

3. Sumber-Sumber Modal Kerja

Kebutuhan modal, baik modal investasi maupun modal kerja dapat dicari dari berbagai sumber dana yang ada yaitu modal sendiri atau modal pinjaman (modal asing). Pengertian modal dilihat dari sumber asalnya sebagai berikut :

- Modal sendiri

Modal sendiri adalah modal yang diperoleh dari pemilik perusahaan dengan cara mengeluarkan saham. Saham yang dikeluarkan dapat dilakukan secara tertutup atau terbuka. Keuntungan menggunakan modal sendiri untuk membiayai suatu usaha adalah tidak adanya beban biaya bunga, tetapi hanya akan membayar dividen. Pembayaran dividen dilakukan apabila perusahaan memperoleh keuntungan dan besarnya dividen tergantung dari keuntungan perusahaan. Kerugian menggunakan modal sendiri adalah jumlahnya sangat terbatas dan relatif sulit untuk memperolehnya.

23

- Modal asing (pinjaman)

Modal asing atau modal pinjaman adalah modal yang diperoleh dari pihak luar perusahaan dan biasanya diperoleh dari pinjaman. Penggunaan modal pinjaman untuk membiayai usaha akan menimbulkan beban biaya bunga, biaya administrasi serta biaya provisi dan komisi yang besarnya relatif. Penggunaan modal pinjaman mewajibkan pengembalian pinjaman setelah jangka waktu tertentu. Keuntungan modal pinjaman adalah jumlahnya yang tidak terbatas, artinya tersedia dalam jumlah banyak. Disamping itu dengan menggunakan modal pinjaman biasanya timbul motivasi dari pihak manajemen untuk mengerjakan usaha dengan sungguh-sungguh. Sumber dana modal asing (pinjaman) dapat diperoleh dari :

- Pinjaman dari dunia perbankan, baik dari perbankan swasta, pemerintah, maupun perbankan asing.

- Pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusahaan pegadaian, modal ventura, asuransi, leasing, dana pensiun, koperasi atau lembaga pembiayaan lainnya.

- Pinjaman dari perusahaan non keuangan.

Pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari :

- Hasil operasi perusahaan adalah jumlah net income yang nampak dalam laporan perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan.

- Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek) adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan.

- Penjualan aktiva tidak lancar adalah penjualan aktiva tetap , investasi jangka panjang yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Akibat dari penjualan aktiva ini akan menyebabkan bertambahnya kas bila dijual secara tunai dan piutang bila dijual secara kredit.

- Penjualan saham atau obligasi. Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, disamping itu perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya.24

C. Konsep Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi

Menurut kamus bahasa indonesia, pemberdayaan secara etimologi berasal dari Kata daya yang berarti upaya, usaha, akal, kemampuan.25 Sedangkan eko berasal dari bahasa yunani : oikos yang berarti rumah tangga dan nomos berarti aturan, kaidah-kaidah pengelolaan. Ekonomi pada

24

Ibid h. 72-74 25

hakikatnya adalah segala aktivitas yang berkaitan dengan konsumsi, produksi, dan distribusi diantara orang-orang.26 Dan umat adalah manusia atau masyarakat pada umumnya. Imang mansur burhan, mendefinisikan pemberdayaan umat atau masyarakat adalah sebagai upaya membangkitkan potensi umat islam ke arah yang lebih baik dalam kehidupan sosial, politik, maupun ekonomi.

Pemberdayaan menurut bahasa berasal dari kata daya yang berarti tenaga atau kekuatan, pemberdayaan adalah upaya yang membangun daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta untuk mengembangkannya.27 Ekonomi masyarakat adalah segala kegiatan ekonomi dan upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (basic need) yaitu sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan.28

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan satu upaya untuk meningkatkan kemampuan atau potensi masyarakat dalam kegiatan ekonomi guna memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan kesejahteraan mereka dan dapat berpotensi dalam proses pembangunan nasional. Dalam konsep islam ekonomi islam tidak mengenal pemusatan sumber daya pada segelintir orang, sebagaimana Firman Allah dalam surat Al-Hasyr ayat 59 :

26

M. Dawam Raharjo, Islam dan Transformasi Sosio Ekonomi (Yogyakarta : LSAF, 1999) 27

Mubyarto, Membangun Sistem Ekonomi (Yogyakarta : BPFE, 2000) cet 1 h. 263 28

Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan Pengaman Sosial

ا ِيَك

َ

ِمُكِنِم ِءاَيِنِغَأِا َنِيَب ّةَلوُد َنوُكَي

Artinya : “ Supaya harta itu jangan beredar diantara orang-orang kaya saja diantara kamu.”

Kondisi bangsa indonesia yang sedang terpuruk akibat tidak tercipta sistem ekonomi yang partisipatif, yang mengabaikan pada pengembangan ekonomi masyarakat, akibatnya adalah menimbulkan berbagai kesenjangan dalam lapisan masyarakat. untuk itu, bangsa indonesia mencoba mengubah arah kebijakan pembangunannya dengan wajah baru yang memberdayakan ekonomi masyarakat atau rakyat yang mempunyai baris pada usaha kecil, menengah, koperasi dan masyarakat lapis bawah (grass root). Dalam hal ini perhatian yang diberikan dengan pemihakan dan pemberdayaan masyarakat melalui upaya peningkatan ekonomi masyarakat dengan langkah-langkah yang diarahkan secara langsung pada perluasan akses masyarakat pada sumber daya pembangunan disertai penciptaan peluang yang seluas-luasnya bagi masyarakat lapis bawah untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan sehingga mampu mengatasi kondisi keterbelakangannya dan memperkuat posisi daya saing ekonominya. Oleh karena itu, upaya yang perlu dikembangkan untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat meliputi antara lain keberpihakan dalam bentuk “politicall will”.29

Penciptaan iklim yang

29

Dalam hal ini Politicall Will yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan memberikan atau mengucurkan berbagai bantuan kredit program bagi usaha kecil dan lapisan bawah, lebih jauh lagi liat Baihaqi Abdul Majid dan Syaifudin A. Rasyad, (ed) op. Cit, h.32, liat juga Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah (Jakarta : Alvabet, 2000) cet ke 2, h.96

kondusif, pembinaan bantuan dan penguatan kualitas sumber daya manusia.30 Pada sisi yang lain bahwa pemberdayaan tersebut bisa dikembangkan dari kelemahan-kelemahan yang dihadapi oleh kelompok-kelompok ekonomi masyarakat (usaha kecil, menengah dan lapis bawah). Kelemahan atau kendala yang biasa dihadapi oleh mereka atau menimpa mereka antara lain adalah ketersediaan dana (financial availability), kurang pengetahuan atau skill terutama yang menyangkut akses produksi dan sempitnya pasar bagi produk-produk usaha kecil.31

Sehubungan dengan itu maka diperlukan adanya sistem pelayanan keuangan yang dapat menjangkau dan dijangkau oleh kebutuhan masyarakat kecil tersebut agar dapat memperoleh bantuan pembiayaan (modal kerja atau investasi) sehingga mereka dapat menjalankan aktivitas atau kegiatan usaha mereka. Namun yang perlu digaris bawahi bahwa dalam pengembangan pemberdayaan ekonomi masyarakat tidak cukup hanya dengan memberikan suntikan modal, tapi harus diupayakan peningkatan kualitas sumber daya manusianya dengan peningkatan skill dan pengetahuan mereka terhadap kegiatan usaha yang dikelola dan dikembangkan. Disamping itu perlu juga dikembangkan kerjasama yang erat antara yang kuat dan yang lemah secara kesinambungan, melalui kemitraan usaha yang menguntungkan.32

30

Baihaqi Abdul Majid dan Syaifudin A. Rasyad, (ed) op. Cit, h.96 31

Ibid, h. 286 32

Keberadaan lembaga keuangan (perbankan konvensional) saat ini tidak banyak membantu pembiayaan usaha kecil hal ini karena pihak bank tidak memberikan pelayanan kepada usaha kecil karena usaha kecil dipandang tidak bankable, karena pertimbangan ekonomi menekan biaya operasionalnya, tinggi bunga dll. Lebih lanjut lihat Erna Ermawati Chotim dan Juni Thamrin (ed),

Pemberdayaan dan Refleksi Financial Usaha Kecil di Indonesia (Bandung : Yayasan Akatiga, 1997) h. 141 & 164

2. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Adapun tujuan pemberdayaan masyarakat pada dasarnya adalah sebagai berikut :

a. Membantu pengembangan manusiawi yang otentik dan integral dari

Dokumen terkait