• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Mojoagung

Secara geografis, Puskesmas Mojoagung terletak pada bagian timur wilayah Kabupaten Jombang yang berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto di Jalan raya Miagan No.327 Mojoagung Jombang 61482. Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Mojoagung adalah:Sebelah utara berbatasan dengan Kec. Sumobito dan Wilayah kerja Puskesmas Gambiran, sebelah timur berbatasan dengan Kec. Trowulan Kab. Mojokerto, sebelah barat berbatasan dengan Kec. Jogoroto dan, sebelah selatan berbatasan dengan Kec. Mojowarno.

Berdasarkan batas wilayah kerja di atas maka wilayah kerja Puskesmas Mojoagung meliputi 10 desa/kelurahan antara lain, Desa miagan, Desa Mojotrisno, Desa tanggalrejo, Desa dukuh dimoro, Desa dukuh mojo, Desa karangwinongan, Desa kademangan, Desa kedung lumpang, Desa murukan, Desa saketi.

Puskesmas ini menjadi salah satu puskesmas yang diunggulkan oleh Pemerintah Kabupaten Jombang karena Puskesmas Mojoagung memiliki keunggulan yaitu, Pelayanan Kesehatan Komplementer, Taman Pemulihan Gizi (TPG), Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual

dengan Asam Asetat) serta pengobatan Cryo Terapy, General Medical Check-Up (GMC), Tb rujukan, Pemdidikan Pelatihan oleh mahasiswa. Berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan sejak tahun 2004 yang lalu maka tahapan puskesmas mojoagung direncanakan sebagai berikut, Puskesmas Plus 2004-2005, Puskesmas Idaman 2005-2006, Puskesmas Idola 2007-2011 dengan ISO 9001-2008, Puskesmas terpercaya 2012 dan saat ini Puskesmas Mojoagung telah memperoleh sertifikat sebagai puskesmas terakreditasi.

Pelayanan laboratorium di Puskesmas Mojoagung meliputi pemeriksaan laboratorium sederhana (Darahlengkap, Urin lengkap, Feses lengkap, Serologi, BTA, dan Malaria) dan kimia klinik.

5.1.2 Data Umum

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden di Puskesmas Mojoagung Jombang pada Bulan Juni 2017 No Umur Frekuensi Persentase (%)

1 40-55 9 45

2 56-75 11 55

Jumlah 20 100

Sumber: Data Primer 2017

Berdasarkan tabel 5.1. menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 56-75 dengan frekuensi 11 responden (55%). 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden di Puskesmas Mojoagung pada Bulan Juni 2017

No Jenis Kelamin frekuensi Persentase (%)

1 Laki-laki 5 25

2 Perempuan 15 75

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa hampir seluruh responden berjenis kelamin perempuan dengan frekuensi 15 responden (75%)

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Keturunan Diabetes Melitus

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Keturunan di Puskesmas Mojoagung Jombang pada Bulan Juni 2017 No Riwayat Keturunan Frekuensi Persentase (%)

1 Iya 6 30

2 Tidak 14 70

Jumlah 20 100

Sumber: Data Primer 2017

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa hampir seluruh responden tidak memiliki riwayat keturunan dengan frekuensi 14 responden (70%).

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menderita Diabetes Melitus.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Menderita di Puskesmas Mojoagung Jombang pada Bulan Juni 2017 No. Lama Menderita Frekuensi Persentase (%)

1 <5 Tahun 8 40

2 >5 Tahun 12 60

Jumlah 20 100

Sumber: Data Primer 2017

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menderita >5 tahun dengan frekuensi 12 responden (60%).

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Melakukan Olah Raga Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Melakukan Olah Raga di

Puskesmas Mojoagung Jombang pada Bulan Juni 2017 No. Olah Raga Frekuensi Persentase (%)

1 Iya 11 55

2 Tidak 2 10

3 Jarang 7 35

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden melakukan olah raga dengan frekuensi 11 responden (55%)

6. Karakteristik Responden Berdasarkan Konsumsi Obat Diabetes Melitus

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Obat Diabetes Melitus di Puskesmas Mojoagung Jombang pada Bulan Juni 2017

No. Konsumsi Obat Frekuensi Persentase (%)

1 Iya 19 95

2 Tidak 1 5

3 Jarang 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Data Primer 2017

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa hampir seluruh responden konsumsi obat diabetes dengan frekuensi 19 responden (95%).

7. Karakteristik Responden Berdasarkan Monitoring Secara Rutin Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Monitoring Secara Rutin di

Puskesmas Mojoagung Jombang pada Bulan juni 2017 No. Monitoring Secara

Rutin

Frekuensi Persentase (%)

1 Iya 19 95

2 Tidak 1 5

Jumlah 20 100

Sumber: Data Primer 2017

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa hampir seluruh responden memonitoring secara rutin dengan frekuensi 19 responden (95%).

5.1.3 Data Khusus

Kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2 dikatagorikan menjadi normal, ambang batas, tinggi, dan sangat tinggi yang dapat dilihat pada tabel 5.8

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kadar Trigliserida pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Mojoagung Jombang pada Bulan Juni 2017

No. Kadar Trigliserida Frekuensi Persentase (%)

1 Normal 13 65

2 Ambang Batas 5 20

3 Tinggi 2 10

4 Sangat Tinggi 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Data Primer 2017

Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kadar trigliserida normal dengan 13 frekuensi (65%), sebagian kecil responden memiliki kadar trigliserida ambang batas tinggi dengan 5 frekuensi (20%), dan sebagian kecil responden memiliki kadar trigliserida tinggi dengan 2 frekuensi (10%).

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.8 yang telah dilakukan peneliti, menunjukkan hasil pemeriksaan kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2 sebanyak 20 responden di Puskesmas Mojoagung Jombang yang diambil secara Accidental Sampling. Diperoleh sebagian besar responden memiliki kadar trigliserida normal sebanyak 13 responden (65%), sebagian kecil responden memiliki kadar trigliserida ambang batas tinggi sebanyak 5 responden (20%), sebagian kecil responden memiliki kadar trigliserida tinggi sebanyak 2 responden (10%), dan tidak ada satupun responden memiliki kadar trigliserida sangat tinggi sebanyak 0 responden (0%).

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden memiliki kadar trigliserida normal, hal tersebut dapat di lihat pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa hampir seluruh responden konsumsi obat diabetes dan dapat dilihat pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa hampir seluruh responden memonitoring secara rutin,

penderita mengikuti kegiatan yang di programkan oleh Puskesmas untuk mengelola penyakit diabetes melitus agar kualiitas hidup penderita diabetes melitus lebih baik, seperti kegiatan olah raga, edukasi, mengontrol kadar gula secara taratur serta menjalani pengobatan secara teratur, sehingga komplikasi diabetes melitus bisa dihindari seperti terjadinya hipertrigliseridemia yang bisa mengakibatkan aterosklerosis.

Menurut Lukman dislipidemia pada penderita diabetes melitus disebut sebagai dyslipidemia diabetik dimana keadaan ini memicu seluruh jaringan yang menyimpan lemak yang di sebut adipose, terutama yang disebut sebagai lemak visceral di dalam tubuh untuk terjadinya penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah termasuk arterosklerosis (Lukman. 2015). Sedangkan cara mencegah dan menurunkan tingginya kadar trigliserida yaitu dengan menghindari atau pantang mengkonsumsi gula dan manis-manisan, melakukan diet serta banyak mengkomsumsi sayuran, tidak suntik insulin yang bukan semestinya, menurunkan berat badan, mengontrol diabetesnya dengan baik serta melakukan olah raga maksimal lima kali dalam satu minggu (Zulaikah. 2016).

Berdasarkan pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa sebagian kecil responden memiliki kadar trigliserida katagori ambang batas tinggi sebanyakk 5 responden (20%). Hal ini dikarenakan responden tidak menjaga pola makan yang sehat serta gaya hidup yang kurang baik.

Menurut Suiraiko faktor resiko pada penderita diabetes dikelompokkan menjadi 2 yaitu, faktor yang tidak bisa di ubah dan faktor yang dimodifikasi atau di ubah, pada faktor modifikasi penderita tidak menjaga pola makan cenderung berlebih sehingga menyebabkan timbulnya obesitas, aktivitas fisik yang kurang gerak menyebabkan kurangnya pembakaran energi oleh tubuh sehingga kelebihan energi dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak dalam tubuh,

keadaan stres mengarah pada kenaikan berat badan terutama pada kortisol, hormon stres utama. Kortisol yang tinggi menyebabkan peningkatan trigliserida darah, serta pemkaian obat-obatan golongan kartikosteroid dalam jangka waktu lama (Suiraiko. 2012).

Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa sebagian kecil responden memiliki kadar trigliserida katagori tinggi sebanyak 2 respponden (10%). Hal ini di karenakan penderita mengkomsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat serta lemak.

Menurut Lukman trigliserida merupakan cadangan energi yang penting dari lipid yang utama pada manusia, yaitu sekitar 90% jaringan lemak tubuh. Semakin tinggi konsenttrasi trigliserida , maka semakin rendah kepadatan dari lipoprotein. Trigliserida akan meningkat dan mencapai puncaknya setelah 4-6 jam setelah makan dan kembali keadaan semula setelah 12 jam. Lipoprotein dengan trigliserida tinggi berasal dari dua sumper yaitu, usus dan hati. Usus memproduksi kilomikron setelah mencerna makanan yang mengandung lemak. Dalam peredarannya, trigliserida dari kilomikron dihidrolisa oleh lipoprotein lipase yang memecah lipoprotein ini menjadi kilomikron remnant. kilomikron remnant lalu menuju hati memproduksi VLDL. VLDL mengalami lipolysis oleh lipoprotein lipase menjadi VLDL remnant. VLDL remnant sebagian menuju ke hati dan sebagian di ubah menjadi LDL. LDL sebagian besar ke hati dan sebagian ke jaringan lain. Pada penderita kencing manis, terdapat dua ketidak normalan sistem metabolisme trigliserida, yaitu kelebihan produksi kolesterol jahat yang berbentuk kecil dan padat (VLDL), dan kelebihan pemecahan lemak sehingga lemak dalam aliran darah beredar bebas dalam jumlah yang banyak atau disebut sebagai lipolisis yang tidak efektif oleh lipoprotein lipase. Kedua kelaianan ini akhirnya menyebabkan terjadinya peningkatan kadar trigliserida di atas normal atau disebut sebagai hipertrigliseridemia. Pada penderita diabetes melitus tipe 2

terjadi karena resisten insulin perifer dan bertampak pada kelaina dislipidemia yang akan meningkatkan trigliserida, LDL, VLDL, dan menurunnya HDL. Semakin insulin resisten maka semakin meningkatkan produksi trigliserida dan VLDL di dalam hati (Lukman. 2015).

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait