• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERIKSAAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 (Studi Di Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEMERIKSAAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 (Studi Di Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

i

“PEMERIKSAAN KADAR

Trigliserida

PADA PENDERITA

DIABETES MELLITUS TIPE 2

(

Studi di Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang)

KARYA TULIS ILMIAH

IRMA AYULIA KARTINI

141310054

PROGAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

(2)

ii

PEMERIKSAAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PENDERITA

DIABETES MELLITUS TIPE 2

( Studi di Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang)

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan menyelesaikan Studi Diploma III Analis Kesehatan pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Insan Cendekia Medika Jombang

IRMA AYULIA KARTINI

141310054

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

(3)

iii

ABSTRAK

PEMERIKSAAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2

(Studi di Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang)

Oleh: Irma Ayulia Kartini

Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan keadaan yang banyak di alami masyarakat, dimana keadaan glukosa dalam darah meningkat dan menimbulkan gangguan metabolisme lemak, sehingga mempercepat peningkatan kadar trigliserida dalam hati. Kadar trigliserida akan meningkat ketika mengalami peningkatan berat badan dan komsumsi makanan dengan kadar gula tinggi, pada keadaan diabetes melitus mengalami peningkatan kadar trigliserida yang di sebut hipertrigliseridemia. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Mojoagung Jombang. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Mojoagung Jombang.

Desain penelitian adalah Deskriptif. Populasi dalam penelitian ini semua penderita diabetes melitus tipe 2 sejumlah 61 penderita, Sampel dalam penelitian ini adalah 20 penderita diabetes mellitus tipe 2 di puskesmas mojoagung jombang, yang di ambil secara Accidental Sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah kadar trigliserida dengan menggunakan alat ukur berupa observasi.

Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa dari 20 responden sebagian besar responden memiliki kadar triglisrida normal sejumlah 13 responden (65%), sebagian kecil responden memiliki kadar trigliserida ambang batas tinggi sejumlah 5 responden (20%), dan sebagian kecil responden memiliki kadar trigliserida tinggi sejumlah 2 responden (10%).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar penderita diabetes melitus tipe 2 di puskesmas mojoagung, jombangg memiliki kadar trigliserida normal

(4)

iv

ABSTRACT

EXAMINATION OF TRIGLYCERIDES LEVEL TO PATIENT OF DIABETES MELLITUS TYPE 2

(Study in Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang)

By: Irma Ayulia Kartini

Diabetes Mellitus Type 2 was a condition that many faced by people, where glucose level in blood increasing and cause disturbance of fat metabolism, so that speed up the increasing of triglycerides level in heart. Triglycerides level will increase when weight is increasing and consume food with high glucose level, in Diabetes Mellitus condition occur the increasing of Triglycerides level which is called hipertrigliseridemia. Problem Formulation of this research is how Triglycerides level to patient of Diabetes Mellitus Type 2 in Puskesmas of Mojoagung Jombang. The purpose of this research to know Triglycerides level to patient of Diabetes Mellitus Type 2 in Puskesmas of Mojoagung Jombang

Research design was descriptive. Population in this research were all patients of Diabetes Mellitus Type 2 a number of 61 patients, samples in this research were 20 patients of Diabetes Mellitus Type 2 in Puskesmas of Mojoagung Jombang, that taken by Accidental Sampling. Variable in this research was Triglycerides level by using measurement instrument in the form of observation

Based on this research was known that from 20 respondents, most respondents had normal level of Triglycerides a number of 13 respondents (65%), A little part respondents had Triglycerides level of high threshold a number of 5 respondents (20%), and other respondents had high level of Triglycerides a number of 2 respondents (10%)

Conclusion of this research was known that most of patients of Diabetes Mellitus Type 2 in Puskesmas of Mojoagung Jombang had normal level of Triglycerides

(5)
(6)
(7)
(8)

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pamekasan, 22 Juli 1996dari pasangan ibu Sulastri dan bapak Karminto. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2008 penulis lulus dari SDN Tamberu 1 Pamekasan, tahun 20011 penulis lulus dari SMP Negeri 1 Waru - Pamekasan, tahun 2014 penulis lulus dari SMANegeri 4 Pamekasan dan penulis masuk STIKes “Insan Cendekia Medika” Jombang melalui jalur mandiri. Penulis memilih Program Studi DIII

Analis Kesehatan dari lima pilihan program studi yang ada di STIKes “Insan Cendekia Medika” Jombang.

Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

Jombang, 3 Juli 2017

(9)

ix

MOTTO

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya tulis ilmiah ini berhasil terselesaikan. Karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Diploma III Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang yang berjudul Pemeriksaan Kadar Trigliserida Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 (studi di Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang) ”.

Untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini adalah suatu hal yang mustahil apabila penulis tidak mendapatkan bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak.Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada H. Bambang Tutuko, SH., S.Kep. Ns.,MH selaku Ketua STIKes ICMe Jombang, Erni Setyorini, S.KM.,MM selaku Kaprodi D-III Analis Kesehatan, Inayatur Rosidah,S.Kep.Ns.,M.Kep selaku pembimbing utama dan Umaysaroh,S.ST. selaku pembimbing anggota karya tulis ilmiah yang banyak memberikan saran dan masukan sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan, kedua orang tua saya yang selalu mendukung secara materil dan ketulusan do’anya sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik, serta teman-teman seperjuanganku yang selalu memberikan dukungannya.

Karya tulis ilmiah ini belum sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran yang dapat mengembangkan karya tulis ilmiah sangat penulis harapkan guna menambah pengetahuan dan manfaat bagi perkembangan ilmu kesehatan.

Jombang, 3 Juli 2017

(11)

xi

(12)

xii BAB III KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual ... 22

3.2 PenjelasanKerangkaKonsep ... 23

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

4.2 Desain Penelitian ... 24

4.3 Populasi, Sampel dan Sampling ... 24

4.4 Intrumen Penelitian ... 25

4.5 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 27

4.6 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 29

4.7 Kerangka Kerja ... 31

4.8 Etika Penelitian ... 32

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 33

5.2 Pembahasan ... 37

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 41

6.2 Saran ... 41 DAFTAR PUSTAKA

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

2.1 Tabel Klasifikasi Diabetes Melitus ... 6

2.2 Tabel Klasifkasi Kadar Trigliserida ... 16

4.4.2 Tabel Prosedur Pemeriksaan Trigliserida ... 26

4.6 Tabel Definisi Operasional Variabel ... 30

5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden ... .... 34

5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin ... .... 34

5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Keturunan ... .... 35

5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Menderita ... .... 35

5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Olah Raga ... .... 35

5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Obat Diabetes Mellitus ... .... 36

5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Rutin Mengontrol Kadar Gula ... 36

5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kadar Trigliserida pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 ... .... 37

Halaman

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

2.2 Gugus Trigliserida ... 16 3.1 Kerangka Konseptual Pemeriksaan Kadar Trigliserida

padaPenserita Diabetes Melitus Tipe 2 ... 22 4.7 Kerangka Kerja dari Gambaran Kadar Trigliserida pada

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Formulir pernyataan bersedia menjadi respoden 2. Lembar kuesioner

3. Lembar SOP (Stadart Operasional Prosedur) 4. Lembar Observasi

5. Lembar Keaslian

6. Lembar tabulasi hasil data umum

7. Lembar surat izin penelitian dari STIKES ICME Jombang 8. Lembar surat izin penelitian dari Dinas Kesehatan Jombang 9. Lembar surat izin penelitian dari Puskesmas Mojoagung Jombang 10. Lembar Konsultasi

11. Lembar Pernyataan bebas plagiasi 12. Lembar Dokumentasi

(16)

xvi

DAFTAR SINGKATAN

ATP : Adenosina trifosfat ADP : Adenosin difosfat AL : Asidosis Laktat

ADA : Asidosis Diabetes Amerika ApoB : Apopoliptotein B

DEPKES : Departemen Kesehatan DM : Diabetes Millitus

DPP-4 : Dipeptidyl Peptidase-4 FFA : Free Fatty Acid

GPO-PAP : Glycerol-3-Phosphate Oksidasephenol aminophenazone GLUT10 : Glucose Transporter type 10

GLP-1 : Glucagon Like Peptide 1 GIP : Gastric inhibitory polypeptide CO2 : Karbondioksida

HDL : High Density Lipoprotein HbA1c : Hemoglobin A1c

HNK : Hiperosmolar Non Ketotik HGP : Hepatic Glicose Production H2O : Air

IDDM : Insulin Dependen Diabetes Melitus IDF : International Diabetes Federation KAD : Keto Asidosis Diabetik

LDL : Low Density Lipoprotein MENKES : Menteri Kesehatan

NIDDM : Non-Insulin Dependen Diabetes Melitus

NCEP-ATP III : National Cholesterol Education-Adult Treatment Panel III NADH : Nikotinamida Adenosin Dinukleotida Hidrogen

NAD : Nikotinamida Adenina Dinukleotida PJK : Penyakit Jantung Koroner

PP : Peraturan Pemerintah

PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

PERKI : Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

RBP4 : Retinol Binding Protein Gene SGLT1 : Sodium Glucose Transporter-1 SGLT2 : Sodium Glucose co-Transporter UV : Ultraviolet

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trigliserida merupakan salah satu senyawa penyusun setiap lipoprotein, dimana setiap lipoprotein berbeda ukuran, densitas, komposisi lemak dan komposisi apoprotein. Low Density Lipoprotein (LDL) dan High DensityLipoprotein (HDL) merupakan lipoprotein yang sangat berperan dalam pembentukan aterosklerosis (Yulia dan Suryanto, 2012). Trigliserida normalnya ≤150 mg/dl, selain ketiga unsur tadi, pasien dianjurkan dokter untuk untuk

memerhatikan kolesterol total yang berkadar normal di bawah 200 mg/dl. Andai kata LDL, kolesterol total, dan trigliserida di atas normal, peluang terjadinya serangan stroke terbuka (Sutrisno. 2007). Konsentrasi trigliserida yang tinggi sering di sertai dengan konsentrasi kolesterol HDL rendah dan konsentrasi small dense LDL yang tinggi sehingga di perkirakan hipertrigliseridemia dapat berpengaruh terhadap risiko kardiovaskuler. Berbagai studi prospektif menunjukkan apoB mampu memprediksi risiko kardiovaskuler lebih baik dari kolerterol LDL terutama pada keadaan dimana terdapat hipertrigliseridemia yang menyertai diabetes melitus (PERKI. 2013).

Hipertrigliseridemia merupakan salah satu factor pemicu timbulnya aterosklerosis dan progresivitas proses aterosklerosis dinding pembuluh darah, maka lumen pembuluh darah akan mengalami penyempitan dan mengakibatkan iskemik jaringan bila penyempitan lumen pembuluh darahmencapai >75% diameter pembuluh darah (Haryanto. 2004). Kadar trigliserida akan meningkat ketika mengalami peningkatan berat badan dan mengkonsumsi makanan dengan kadar gula tinggi. Pada keadaan tertentu, seperti Diabetes Mellitus, hypertensi dan obesitas mengalami peningkatan kadar trigliserida yang disebut

(18)

Hypertriglyceridemia (Suiraoka. 2012). Diabetes melitus merupakan keadaan yang banyak di alami masyarakat, dimana keadaan glukosa dalam darah meningkat dan menimbulkan gangguan metabolisme lemak, sehingga mempercepat peningkatan kadar trigliserida dalam hati. Apabila hal ini tidak terkendali dapat menimbulkan faktor resiko terjadinya aterosklerosis dan komplikasi lainnya (Hasdianah. 2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ekawati tahun 2012 dengan judul “Hubungan Kadar Glukosa Darah terhadap Hypertriglyceridemia pada Penderita Diabetes Mellitus”, menunjukkan

bahwa 20 penderita diabetes mellitus mengalami peningkatan kadar trigliserida lebih dari nilai normal, dan berdasarkan penelitian oleh Yulia dan Suryanto tahun 2012 dengan judul “Perbedaan Kadar Trigliserida pada Penderita Diabetes

Melitus Tipe 2 Terkontrol dengan Diabetes Melitus Tipe 2 Tidak Terkontrol”, menunjukkan bahwa penderita diabetes melitus tipe 2 tidak terkontrol didapatkan hasil kadar trigliserida lebih tinggi di bandingkan dengan penderita diabetes mellitus yang terkontrol dengan faktor resiko komplikasi yang cukup besar.

(19)

dapatkan 2,1% pada tahun 2007 dan meningkat sekitar 3,1% pada tahun 2013. (Kemenkes, 2014). Kabupaten Jombang memiliki persentase 4,76% penderita diabetes melitus pada urutan ke-8 yang termasuk 10 penyakit terbesar di kabupaten jombang pada tahun 2014 (Profil kesehatan Jombang, 2014).Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jombang tahun 2015 penderita diabetes melitus tipe 2 terbanyak didapat pada Kelurahan/Desa Janti, kecamatan Mojoagung, kabupaten Jombang.

(20)

meningkat, keadaan ini bersifat sangat aterogenik. Pada keadaan resisten insulin juga terjadi ketidakmampuan kerja enzim lipoprotein lipase endothelium yang menyebabkan klirens VLDL dari plasma menjadi lebih lambat, dengan kata lain plasma meningkat. Hal tersebut dapat meningkatkan kejadian terjadinya komplikasi pada penderita diabetes melitus tipe 2, terutama terjadinya aterosklerosis yang menyebabkan PJK pada penderita diabetes melitus tipe 2 (Yulia dan Suryanto. 2012).

Tingginya kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat dicegah dengan cara terapi awal penurunan kadar glukosa darah dan penurunan kadar trigliserida dengan pengaturan diet. Mengurangi makanan jenis hidrat arang seperti nasi, golongan tepung-tepungan, dan jenis manis-manisan lainnya. Dengan mengkonsumsi sayuran dapat memperlambat penyerapan hidrat arang dari usus ke dalam darah, sehingga proses pembentukan trigliserida dalam hati dapat di perlambat (Evy. 2012). Penderita diabetes melitus tipe 2 juga rutin memeriksakan kadar profil lipid khususnya kadar kolesterol dan kadar trigliserida serta cukup olah raga (Yulia dan Suryanto. 2012).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin meneliti tentang kadar Trigliserida pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2

di Puskesmas Mojoangung Kabupaten Jombang?”.

1.3 Tujuan Penelitian

(21)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan informasi pada perkembangan ilmu kesehatan khususnya di bidang kimia klinik.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Penderita Diabetes Millitus tipe 2

Diharapkan dengan hasil penelitian ini penderita DM tipe 2 melakukan pemeriksaan kadar trigliserida secara rutin untuk mencegah terjadinya komplikasi.

1.4.2.2 Bagi Analis Kesehatan

Diharapkan tenaga analis kesehatan dapat memperoleh reverensi dan melakukan pemantauan kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2

1.4.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabetes Mellitus

2.1.1 Definisi dan Klasifikasi Diabetes Mellitus

Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat terjadi komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati. Diabetes Mellitus merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat dan lemak yang relatif kekurangan insulin. Diabetes Mellitus yang utama di klasifikasikan menjadi diabetes melitus tipe 1 Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM) dan Tipe 2 Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM). Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh kekuranagn hormon insulin secara relatif maupun absolud (Hasdianah. 2012). Berdasarkan PERKENI Konsensus pengolahan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia 2015 diabetes mellitus di klasifikasikan sebagai berikut.

Tabel 2.1.1 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus Tipe 1 Destruksi sel beda, umumnya menjurus ke difisiensi insulin absolud 1. Autoimun

2. Idiopatik

Diabetes Mellitus Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resisten insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resisten insulin. Diabetes Mellitus Tipe

Lain

1. Defek genetik fungsi sel beta 2. Defek genetik kerja insulin 3. Penyakit eksokrin pankreas 4. Endrokrinopati

5. Karena obat atau zat kimia 6. Infeksi

7. Sebab imunologi yang jarang

8. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan dengan DM

Diabetes Mellitus

Gestasional

(23)

2.1.2 Diabetes Mellitus Tipe 2

Diabetes Mellitus Tipe 2 (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus, INDDM) merupaka diabetes melitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel beta, gangguan sekresi hormon insulin, resisten sel terhadap insulin yang disebabkan oleh disfungsi GLUT10 dengan kofaktor hormon resisten yang menyebabkan sel jaringan, terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin. Pada NIDDM ditemukan ekspresi SGLT1 yang tinggi, rasio RBP4 dan hormon resistin yang tinggi, peningkatan laju metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis pada hati, penurunan laju reaksi oksidari dan peningkatan laru reaksi esterifikasi pada hati NIDDM juga dpat disebabkan oleh dislipidemia, lipodistrofi, dan sindrom resisten insulin. Hiperglisemia dapat di atasi dengan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resisten insulin, namun obesitas sentral diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resisten terhadap insulin (Hasidiah. 2012).

2.1.3 Patogenesis Diabetes Mellitus Tipe 2

(24)

(peningkatan absorpsi glukosa), dan otak (resistensi insulin), kesemuanya ikut berperan dalam menimbulkan terjadinya gangguan toleransi glukosa pada DM tipe-2. Delapan organ penting dalam gangguan toleransi glukosa ini (ominous octet) penting dipahami karena dasar patofisiologi ini memberikan konsep tentang:

1. Pengobatan harus ditujukan guna memperbaiki gangguan patogenesis, bukan hanya untuk menurunkan HbA1c saja

2. Pengobatan kombinasi yang diperlukan harus didasari atas kinerja obat pada gangguan multipel dari patofisiologi DM tipe 2.

3. Pengobatan harus dimulai sedini mungkin untuk mencegah atau memperlambat progresivitas kegagalan sel beta yang sudah terjadi pada penyandang gangguan toleransi glukosa.

Secara garis besar patogenesis DM tipe-2 disebabkan oleh delapan hal (omnious octet) berikut:

1) Kegagalan sel beta pancreas: Pada saat diagnosis DM tipe-2 ditegakkan, fungsi sel beta sudah sangat berkurang. Obat anti diabetik yang bekerja melalui jalur ini adalah sulfonilurea, meglitinid, GLP-1 agonis dan DPP-4 inhibitor.

2) Liver: Pada penderita DM tipe-2 terjadi resistensi insulin yang berat dan memicu gluconeogenesis sehingga produksi glukosa dalam keadaan basal oleh liver (HGP=hepatic glucose production) meningkat. Obat yang bekerja melalui jalur ini adalah metformin, yang menekan proses gluconeogenesis.

(25)

glikogen, dan penurunan oksidasi glukosa. Obat yang bekerja di jalur ini adalah metformin, dan tiazolidindion.

4) Sel lemak: Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari insulin, menyebabkan peningkatan proses lipolysis dan kadar asam lemak bebas (FFA=Free Fatty Acid) dalam plasma. Penigkatan FFA akan merangsang proses glukoneogenesis, dan mencetuskan resistensi insulin di liver dan otot. FFA juga akan mengganggu sekresi insulin. Gangguan yang disebabkan oleh FFA ini disebut sebagai lipotoxocity. Obat yang bekerja dijalur ini adalah tiazolidindion.

5) Usus: Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar dibanding kalau diberikan secara intravena. Efek yang dikenal sebagai efek incretin ini diperankan oleh 2 hormon GLP-1 (glucagon-like polypeptide-1) dan GIP (glucose-dependent insulinotrophic polypeptide atau disebut juga gastric inhibitory polypeptide). Pada penderita DM tipe 2 didapatkan defisiensi GLP-1 dan resisten terhadap GIP. Disamping hal tersebut incretin segera dipecah oleh keberadaan ensim DPP-4, sehingga hanya bekerja dalam beberapa menit. Obat yang bekerja menghambat kinerja DPP-4 adalah kelompok DPP-4 inhibitor. Saluran pencernaan juga mempunyai peran dalam penyerapan karbohidrat melalui kinerja ensim alfa-glukosidase yang memecah polisakarida menjadi monosakarida yang kemudian diserap oleh usus dan berakibat meningkatkan glukosa darah. setelah makan. Obat yang bekerja untuk menghambat kinerja ensim alfa glukosidase adalah akarbosa.

6) Sel Alpha Pancreas: Sel-α pancreas merupakan organ ke-6 yang

(26)

dalam keadaan basal meningkat secara signifikan dibanding individu yang normal. Obat yang menghambat sekresi glukagon atau menghambat reseptor glukagon meliputi GLP-1 agonis, DPP- 4 inhibitor dan amylin.

7) Ginjal: Ginjal merupakan organ yang diketahui berperan dalam pathogenesis DM tipe-2. Ginjal memfiltrasi sekitar 163 gram glukosa sehari. Sembilan puluh persen dari glukosa terfiltrasi ini akan diserap kembali melalui peran SGLT-2 (Sodium Glucose co-Transporter) pada bagian convulated tubulus proksimal. Sedang 10% sisanya akan di absorbsi melalui peran SGLT-1 pada tubulus desenden dan asenden, sehingga akhirnya tidak ada glukosa dalam urine. Pada penderita DM terjadi peningkatan ekspresi gen SGLT-2. Obat yang menghambat kinerja SGLT-2 ini akan menghambat penyerapan kembali glukosa di tubulus ginjal sehingga glukosa akan dikeluarkan lewat urine. Obat yang bekerja di jalur ini adalah SGLT-2 inhibitor. Dapaglifozin adalah salah satu contoh obatnya.

8) Otak: Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada individu yang obes baik yang DM maupun non-DM, didapatkan hiperinsulinemia yang merupakan mekanisme kompensasi dari resistensi insulin. Pada golongan ini asupan makanan justru meningkat akibat adanya resistensi insulin yang juga terjadi di otak. Obat yang bekerja di jalur Ini adalah GLP-1 agonis, amylin dan bromokriptin (Perkeni. 2015). 2.1.4 Faktor Resiko Diabetes Mellitus

(27)

makan yang salah, gaya hidup, aktifitas kurang gerak, infeksi dan lain-lain. Secara garis besar faktor risiko Diabetes dikelompokkan menjadi 2 yaitu : 1. Faktor risiko yang tidak bisa diubah :

1) Umur: merupakan faktor pada orang dewasa, dengan semakin bertambahnya umur kemampuan jaringan mengambil glukosa darah semakin menurun. Penyakit ini lebih banyak terdapat pada orang berumur di atas 40 tahun daripada orang yang lebih muda.

2) Keturunan: Diabetes melitus bukan penyakit menular tetapi diturunkan. Namun bukan berarti anak dari kedua orang tua yang diabetes pasti akan mengidap diabetes juga, sepanjang bisa menjaga dan menghindari faktor resiko yang lain. Sebagai faktor resiko secara genetik yang perlu diperhatiakan apabila kedua atau salah seorang dari orang tua, saudara kandung, anggota keluarga dekat mengidap diabetes. Pola genetik yang kuat pada diabetes melitus tipe 2. Seseorang memiliki saudara kandung mengidap diabetes tipe 2 memiliki resiko yang jauh lebih tinggi menjadi pengidap diabetes. Uraian di atas telah mengarahkan kesimpulan bahwa resiko diabetes tersebut adalah kondisi keturunan.

2. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi atau di ubah:

1) Pola makan yang salah: Pola makan yang salah dan cenderung berlebih menyebabkan timbulnya obesitas. Obesitas sendiri merupakan faktor predisposisi utama dari penyakit diabetes melitus.

2) Aktivitas fisik kurang gerak: Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan kurangnya pembakaran energi oleh tubuh sehingga kelebihan energi dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak dalam tubuh. Penyimpanan yang berlebih akan mengakibatkan obesitas.

(28)

Federation (IDF) tahun 2004 menyebutkan 80 persen dari penderita diabetes ternyata mempunyai berat badan yang berlebihan.

4) Stres: Reaksi setiap orang ketika stres melanda berbeda-beda. Beberapa orang mungkin kehilangan nafsu makan sedangkan orang lainnya cenderung makan lebih banyak. Stres mengarah pada kenaikan berat badan terutama karena kortisol, hormon stres utama. Kortisol yang tinggi menyebabkan peningkatan trigliserida darah dan penurunan gula tubuh, manifestasinya meningkatkan trigliserida dan gula darah atau yang dikenal dengan istilah hiperglikemia (Suiraoka. 2012).

5) Pemakaian obat-obatan: Memiliki riwayat menggunakan obat golongan kartikosteroid dalam jangka waktu lama (Suiraoka. 2012).

2.1.5 Komplikasi Diabetes Mellitus Tipe 2

Komplikasi-komplikasi pada Diabetes Mellitus dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1. Komplikasi Metabolik Akut

Terdiri dari dua bentuk yaitu hipoglikemia dan hiperglikemia

1) Hiperglikemia dapat berupa, Keto Asidosis Diabetek (KAD), Hiperosmolar Non Ketotik (HNK) dan Asidosis Laktat (AL). Hiperglikemia yaitu apabila kadar gula darah lebih dari 250 mg% dan gejala yang muncul yaitu poliuri, polidipsi pernafasan kussmaul, mual muntah, penurunan kesadaran sampai koma. KAD menepati peringkat pertama komplikasi akut disusul oleh hipoglikemia. Komplikasi akut ini masih cukup tinggi.

(29)

2. Komplikasi Kronik

1) Ketoasidosis diabetikum keadaan dimana terjadi tiba-tiba dan bisa berkembang dengan cepat dalam suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosis diabetikum. Kadar gula di dalam darah adalah tinggi tetapi karena sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, maka sel-sel ini mengambil energi dari sumber yang lain. Sel lemak dipecah dan menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis). 2) Kardiopati diabetik adalah gangguan jantung akibat diabetes. Glukosa

darah yang tinggi dalam jangka waktu panjang akan menaikan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Lama kelaman akan terjadi aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah. Maka bagi para penderita diabet perlu pemeriksaan kadar kolesterol dan trigliserida darah secara rutin. Sebagaimana rekomendari Asidosis Diabetes Amerika (ADA) serta perkumpulan sejenis di Eropa atau Indonesia (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia/Perkemi), penderita diabetes melitus diharapkan mengendalikan semua faktor secara bersama-sama untuk mendapatkan hasil yang optimal. Tekana darah harus diturunkan secara agresif dibawah 130/80 mmHg, trigliserida dibawah 150mg/dl, LDL (kolesterol buruk) kurang dari 100mg/dl, HDL (kolesterol baik) di atas 40 mg/dl. Hal ini memberikan proteksi lebih baik pada jantung.

(30)

penderita diabetes juga bisa disebabkan oleh faktor psikologu atau gabungan organik dan psikologis.

4) Nefropati diabetik adalah gangguan fngsi ginjal akibat kebocoran selaput penyaring darah. Kadar gula darah tinggi secara perlahan akan merusak selaput penyaring (glomerulus). Gula yang tinggi dalam darah akan bereaksi dengan protein sehingga mengubah struktur dan fungsi sel, termasuk membran basal glomerulus. Akibatnya, penghalang protein rusak dan terjadi kebocoran protein ke urin (albuminuria).

5) Retinopati diabetik adalah gangguan pada mata. Keadaan ini, disebabkan rusaknya pembuluh darah yang memberi makan retina. Bila pembuluh darah mata bocor atau terbentuk jaringan perut retina, bayangan yang dikirim ke otak menjadi kabur (Suiraoka. 2012).

2.1.6 Pengobatan

Intervensi diet dan gaya hidup penting untuk pasien dengan semua jenis diabetes melitus (lihat pola makan untuk Penderita Diabetes Mellitus). Pendidikan untuk menejemen diri-diabetes, yang mencakup pemantauan diri gula darah, merupakan komponen penting dari pengobatan. Untuk semua jenis diabetes, kontrol gula darah yang baik menurunkan risiko komplikasi. Peran Olahraga, pada orang dengan diabetes, olahraga mengurangi tingkat gula darah. Olahraga juga mengurangi komplikasi kardiovaskuler akibat diabetes, termasuk tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan peradangan. 2.1.7 Pencegahan

(31)

Mempertahankan berat badan dalam batas normal, dengan melakukan pengukuran berat badan harus dilakuakn secara berkala. Pencegahan sekunder, pencegahan ini bertujuan mendeteksi diabetes secara dini, mencegah penyakit tidak menjadi lebih parah dan mencegah timbulnya kompliksi, hal yang perlu dilakukan yaitu, tetap melakukan pencegahan primer, pengendalian gula darah agar tidak terjadi komplikasi diabetes, dan mengatasi gula darah dengan obat-obatan baik oral maupun suntikan. Pencegahan tersier bertujuan mencegah kecacatan lebih lanjut dari komplikasi yang sudah terjadi, seperti pemeriksaan pembuluh darah pada mata (pemeriksaan otak, ginjal serta tungkai) (Suiraiko).

2.2 Konsep Trigliserida.

2.2.1 Definisi Trigliserida dan Klasifikasi

Trigliserida atau lemak netral adalah suatu ester antara asam lemak dan gliserol yang ketiga radikal hidroksilnya diesterkan. Jadi, jelas bahwa lemak adalah suatu trigliserida (triasil gliserol). Selain trigliserida, juga dikenal digliserida (diasilgliserol) dan monogliserida (monoasil gliserol). Digliserida dan monogliserida, walaupun merupakan suatu ester, keduanya bukan lemak. Dalam sel-sel tubuh manusia, hewan atau tanaman, lemak atau trigliserida ini banyak kita jumpai. Lemak kasar yang diperoleh dari sel-sel hewan atau tanaman tidak murni dan kemungkinan mengandung hidrokarbon, fosfolipid, sterol, pigmen-pigmen yang larut, dan asam lemak bebas. Untuk mendapatkan lemak yang baik, lemak kasar di murnikan terlebih dahulu (Sumardjo. 2009).

(32)

(Peter, 2009). Trigliserida yaitu senyawa kimia yang terdiri dari ikatan gliserol dengan ikatan 3 molekul asam lemak.

Gambar 2.2.1 Gugus Trigliserida (Erma. 2011)

Asam-asam lemak dapat berasal dari tipe yang sama maupun yang tidak sama. Sifat trigliserida akan tergantung pada perbedaan asam-asam lemak yang bergabung untuk membentuk trigliserida. Perbedaan asam-asam lemak ini tergantung pada panjang rantai dan derajat kejenuhannya. Asam lemak yang memiliki rantai pendek memiliki titik leleh (melting point) yang lebih rendah dan lebih mudah larut dalam air. Sebaliknya, semakin panjang rantai asam-asam lemak,akan menyebabkan titik leleh yang lebih tinggi. Titik leleh juga tergantung pada derajat ketidak jenuhan. Asam-asam yang tidak jenuh memiliki titik leleh yang lebih rendah dibandingkan dengan asam-asam lemak jenuh yang memiliki panjang rantai serupa (Pahan. 2006). Menurut NCEP-ATP III kadar trigliserida di klasifikasikan sebagai berikut.

Tabel 2.2.1 Klasifikasi Kadar Trigliserida Total Trigliserida (mg/dl) Katagori <150 mg/dl Normal

150-199 mg/dl Ambang batas tinggi 200-499 mg/dl Tinggi

≥500 mg/dl Sangat Tinggi

2.2.2 Hipertrigliseridemia pada Diabetes Mellitus

(33)

Trigliserida akan meningkat dan mencapai puncaknya setelah 4-6 jam setelah makan dan kembali ke keadaan semula setelah 12 jam. Lipoprotein dangan trigliserida tinggi berasal dari dua sumber, yaitu usus dan hati. Usus memproduksi kilomikron setelah mencerna makanan yang mengandung lemak. Dalam peredarannya, trigliserida dari kilomikron dihidrolisa oleh lipoprotein lipase yang memecah lipoprotein ini menjadi kilomikron remnant.Kilomikron remnant lalu menuju hati memproduksi VLDL. VLDL mengalami lipolysis oleh lipoprotein lipase menjadi VLDL remnant. VLDL remnant sebagian menuju ke hati dan sebagian lag di ubah menjadi LDL. LDL sebagian besar ke hati dan sebagian lagi ke jaringan lain.

(34)

(H2O). Trigliserida kemudian masuk ke dalam plasma darah dalam dua bentuk, yaitu sebagai kilomikron yang berasal dari penyerapan usus setalah makan lemak dan sebagai kolesterol jahat yang sangat kecil dan padat yang disebut sebagai VLDL. VLDL ini di bentuk oleh hati dengan bantuan insulin.

Pada penderita diabetes melitus tipe 1 akibat kerusakan sel beta pankreas, kekurangan insulin akan menghambat kerja lipoprotein lipase sehingga katabolisme VLDL dan kilomikron berkurang, akibatnya trigliserida dan kolesterol menjadi meningkat dan kolesterol jahat berubah menjadi lebih padat atau kecil. Sedangkan pada penderita diabetes melitus tipe 2 terjadi karena resisten insulin perifer. Dampak dislipidemia adalah meningkatkan kilomikron, VLDL, trigliserida, LDL dan menurunkan HDL. Semakin insulin resisten, maka semakin meningkatkan produksi trigliserida dan VLDL di dalam hati.

2.2.3 Kelainan Dislipidemia

(35)

penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah termasuk arterosklerosis. Lemak visceral juga berperan sebagai pengantar menurunkan kemampuan kerja insulin dalam menetralisasi kadar gula di dalam darah dengan cara meningkatkan kadar asam lemak bebas di dalam darah, yang berakibat ketidakseimbangan antara pemakaian dan produksi asam lemak, sehingga berdampak pada peningkatan kolesterol, penumpukan lemak pada berbagai pembuluh darah organ terutama hati, otot, jantung, pankreas dan ginjal (Lukman Waris Marewa. 2015).

2.2.4 Pemeriksaan Trigliserida

Pada pemeriksaan trigliserida dapat menggunakan serum ataupun plasma. Trigliserida serum di ambil 10µl di tambahkan 1000µ reagen trigliserida kemudian di homogenkan dan inkubasi selama 15 menit pada suhu 25ºC, kemudian di ukur absorbannya pada panjang gelombang 546 nm. Cara yang sama juga di lakukan terhadap larutab standar dan blangko. Perhitungan konsentrasi trigliserida serum yaitu :

Trigliserida = Sampel Standar

Konsentrasi larutan standar yang di gunakan = 200 mg/dl

Pemeriksaan trigliserida dapat menggunakan metode enzimatik kolorimetri dan enzimatik UV. Metode Kolorimetrik ini trigliserida akan dihidrolisa dengan enzimatis menjadi gliserol dan asam bebas. Dengan lipase khusus akan membentuk kompleks warna yang dapat diukur kadarnya menggunakan fotometer.

Enzimatik Ultraviolet Uji ini menggunakan enzim lipase untuk menghidrolisis trigliserida yang menghasilkan gliserol, mono dan digliserida, dan asam lemak bebas. Semua menggunakan gliserol kinase (dan ATP) untuk memfosforilasi gliserol, membentuk ADP. Metode UV menggunakan

(36)

piruvat kinase untuk mengkatalisis transfer fosfat dari fosfoenolpiruvat kembali menjadi ADP. Enzim ini membentuk piruvat, yang di reduksi menjadi laktat dengan menggunakan laktat dehidrogenase dan NADH. NADH ini membentuk NAD (Robert R. 2002).

2.2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Trigliserida.

1. Faktor kelainan genetik. 2. Usia.

3. Jenis kelamin, dalam keadaan normal pria memiliki kadar yang lebih tinggi

4. Riwayat keluarga hiperlipidemia. 5. Obesitas/kegemukan.

6. Menu makanan yang mengandung asam lemak jenuh seperti mentega, es krim dan keju.

7. Kurang melakukan olah raga. 8. Penggunaan alkohol.

9. Merokok

10. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik. 2.2.6 Cara Menurunkan Kadar Trigliserida

1. Pantang gula dan manis-manisan.

2. Diet karbohidrat dan komsumsi yang mengandung sayur. 3. Tidak suntik insulin yang bukan semestinya (salah indikasi) 4. Menurunkan berat badan.

5. Pada penderita diabetes, dengan cara mengontrol diabetesnya dengan baik.

(37)

2.3 Hubungan Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Kadar Trigliserida

Diabetes melitus merupakan faktor resiko terjadinya arterosklerosis dan PJK dimana kadar glukosa yang tinggi merangsang pembentukan glikogen. Sintesis asam lemak dan kolesterol dari glukosa, dalam keadaan kadar glukosa yang tinggi dan kerja insulin tidak bekerja dengan maksimal atau glukosa tidak dapat di serap oleh tubuh maka dapat mempercepat pembentukan trigliserida dalam hati sehingga trigliserida berkumpul dan menumpuk dalam darah dan pembuluh darah.

(38)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang di anggap penting untuk masalah (Novita, Rika, dan Miratu. 2015).

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Gambaran Trigliserida Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2

3. PJK(Penyakit Jantung Koroner)

(39)

3.2 Penjelasan Kerangka Konsep

Peningkatan Trigliserida merupakan salah satu kelainan dislipidemia yang dapat di pengaruhi oleh terjadinya hiperglikemia. Hiperglikemia di bagi dalam beberapa tipe yaitu, diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2 dan diabetes melitus tipe lain. Diabetes melitus tipe 2 pada penelitian ini yang akan diteliti dengan cara pemeriksaan kadar trigliserida, sampel yang akan diteliti yaitu berupa serum penderita dan dibaca kadarnya dengan fotometer metode GPO (Gliserol 3-fosfat oksidase) yang akan di dapatkan hasil normal, ambang batas, tinggi, dan sangat tinggi. Pada kadar trigliserida yang tinggi dan sangat tinggi di sebut hipertrigliseridemia.

(40)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari perencanaan (penyusunan proposal) sampai dengan penyusunan laporan akhir, yaitu dari bulan Desember 2016 sampai bulan Juli 2017.

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang dengan pengujian kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2 yang dilaksanakan di laboratorium Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang.

4.2 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan struktur konseptual yang diperlukan peneliti untuk menjalankan riset yang merupakan blueprint yang diperlukan untuk mengumpulkan, mengukur, dan menganalisis data dengan koefisien (Nasir, Muhith & Ideputri. 2011).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Peneliti menggunakan desain ini, karena peneliti hanya ingin menggambarkan kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang.

4.3 Populasi, Sampel dan Sampling 4.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti (Notoatmodjo. 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Mojoagung, dengan jumlah

(41)

rata-rata pasien penderita diabetes melitus tipe 2 setiap bulan sejumlah 61 pasien.

4.3.2 Sampel

Sampel merupakan sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo. 2010). Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah penderita diabetes melitus tipe 2 di puskesmas mojoagung, Jombang yang menghadiri pemeriksaan rutin pada tanggal 15 juni 2017 sejumlah 20 sampel.

4.3.3 Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam. 2008). Teknik pengambilan sampling yang di gunakan oleh peneliti ini adalah Accidental Sampling, merupakan teknik pengambilan kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo. 2010).

4.4 Intrumen Penelitian dan Prosedur Pemeriksaan 4.4.1 Intrumen Penelitian

(42)

Alat Bahan 1. Spuit injeksi 3 ml 1. Alkohol 70%

2. Tourniquet 2. Aquades

3. Kapas 3. Serum

4. Tabung reaksi 4. Reagen trigliserida. 5. Rak tabung reaksi

6. Pipet tetes 7. Centrifuge 8. Tabung serologi 9. Photometer

10. Pipet mikrometer 5-50 µl. 4.4.2 Prosedur Pemeriksaan

Metode pemeriksaan : gliserol-3-pospat-oksidase (GPO).

Prinsip : Penentuan trigliserida setelah pemecahan enzimatik dengan lipoprotein lipase. Indikatornya adalah quinoneimine yang dihasilkan dari 4-aminoantipyrine dan 4-chlorophenol oleh hydrogen peroxide di bawah aksi katalitik peroksidase.

Prosedur pemeriksaan trigliserida : 1. Pengambilan Darah Vena.

1) Pengambilan darah dilakukan pada salah satu vena cubiti.

2) Membendung lengan pada bagian atas dengan torniquet supaya vena terlihat dengan jelas.

3) Mengdisinfeksikan lokasi yang akan di ambil dengan alkohol 70% dan dibiarkan kering kembali.

(43)

5) Meregangkan bendungan dan perlahan-lahan penghisap spuit ditarik sampai didapatkan jumlah darah 3 ml.

6) Melepaskan pembendung serta meletakkan kapas di atas jarum dengan spuit dicabut perlahan-lahan.

7) Selanjutnya jarum dipisahkan dari spuit dan darah dialirkan ke dalam tabung reaksi yang sudah diberi label, bersih, dan kering melalui dinding tabung.

2. Cara Pembuatan Serum

1) Darah yang telah di masukkan pada tabung dibiarkan selama 10-20 menit.

2) Darah disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm.

3) Memisahkan serum dari endapan sel darah merah dengan cara dipipet dan ditampung dalam tabung reaksi yang bersih dan kering.

3. Cara Pemeriksaan Trigliserida

1) Menyiapkan tiga tabung reaksi dan dipipet sebagai berikut: Tabel 4.4.2 Prosedur Pemeriksaan Trigliserida

Tabung Blangko Standar Sampel

Monoreagen 1000 µl 1000 µl 1000 µl

Sampel - - 10 µl

Standar - 10 µl -

2) Mencampur dan menginkubasi selama 15 menit dalam suhu ruang (16-25ºC) atau 5 menit dalam suhu 37ºC.

3) Membaca absorbansi sampel dan standar pada panjang gelombang 546 nm.

4.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1 Pengolahan Data

(44)

1. Editing

Adalah suatu kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formolir atau kuesioner (Notoatmodjo. 2010). Pada proses editing ini akan diteliti lembar formulir kuesioner dengan cara pengecekan kembali setelah lembar kuesioner di terima oleh peneliti, pengecekan tersebut di lakukan pada saat itu juga dan di tempat itu juga.

2. Coding.

Yaitu pengubahan data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo. 2010). Pada penelitian ini peneliti memberikan kode sebagai berikut.

1) Responden

Responden no. 1 kode R1 Responden no. 2 kode R2 Responden no. n kode Rn 2) Jenis Kelamin

Laki-laki Kode L

Perempuan Kode P

3) Umur Kode U

40-55 Kode U1

56-75 Kode U2

3. Tabulating.

(45)

4.5.2 Analisis Data

Analisa data dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel yang menunjukkan kadar trigliserida pada penderita diabetes mellitus tipe 2, sehinnga menghasilkan tujuan dari penelitian, dan hasil yang diperoleh akan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut ini :

P = x 100 %

Keterangan : P : Persentase

f : Frekuensi hasil pemeriksaan peningkatan kadar trigliserida N : Jumlah sampel yang diteliti

Setelah diketahui persentase perhitungan, kemudian ditafsirkan dengan kriteria sebagai berikut :

76-100% : Hampir seluruh responden 51-75 % : Sebagian besar responden 50% : Setengah responden 26-49% : Hampir setengah responden 1-25% : Sebagian kecil responden 0% : Tidak ada satupun responden 4.6 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel.

4.6.1 Identifikasi Variabel

(46)

4.6.2 Definisi Operasional Variabel.

Definisi operasional yaitu variabel dapat diukur dengan menggunakan instrumen atau alat ukur, maka variabel harus diberi batasan atau definisi yang operasioanl (Notoatmodjo. 2010). Definisi operasional variabel pada penelitian ini dapat di gambarkan sebagai besrikut :

Tabel 4.6 Definisi operasional variabel kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2.

Variabel Devinisi Operasional

Alat Ukur Skala Katagori

(47)

4.7 Kerangka Kerja (Frame Work)

Kerangka kerja merupakan langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah, mulai dari penetapan populasi, sampel, dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak awal dilaksanakannya penelitian (Nursalam. 2008).

Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Identifikasi Masalah

Desain

PenelitianDeskript

if

PopulasiSemua Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di

Puskesmas Mojoagung, Jombang sejumlah 61 penderita

Sampel Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Mojoagung, Jombang yang menghadiri

pemeriksaan rutin pada tanggal 15 Juni 2017 sejumlah 20 sampel

Sampling Accidental

Sampling

Pengumpul Data Pengambilan sampel darah dan

pemeriksaan trigliserida

Pengolahan dan Analisa DataEditing, Coding dan

Tabulating

Penyusunan Laporan Akhir

(48)

4.8 Etika Penelitan

4.8.1 Informed Consent (lembar Persetujuan)

Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan pada subjek penelitian diberitahu tentang maksud dan tujuan penelitian, jika subjek bersedia responden menandatangani lembar persetujuan

4.8.2 Anonymity (Tanpa Nama)

Responden tidak perlu mencantumkan namanya pada lembar

pengumpulan data cukup menulis nomor responden atau inisial unuk menjamin kerahasiaan identitas.

4.8.3 Confidentiality (Kerahasiaan)

(49)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menampilkan data responden dan pembahsan dari hasil penelitian dengan judul Pemeriksaan Kadar Trigliserida Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang di laksanakan di Puskesmas Mojoagung, Jombang pada bulan juni 2017.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Mojoagung

Secara geografis, Puskesmas Mojoagung terletak pada bagian timur wilayah Kabupaten Jombang yang berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto di Jalan raya Miagan No.327 Mojoagung Jombang 61482. Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Mojoagung adalah:Sebelah utara berbatasan dengan Kec. Sumobito dan Wilayah kerja Puskesmas Gambiran, sebelah timur berbatasan dengan Kec. Trowulan Kab. Mojokerto, sebelah barat berbatasan dengan Kec. Jogoroto dan, sebelah selatan berbatasan dengan Kec. Mojowarno.

Berdasarkan batas wilayah kerja di atas maka wilayah kerja Puskesmas Mojoagung meliputi 10 desa/kelurahan antara lain, Desa miagan, Desa Mojotrisno, Desa tanggalrejo, Desa dukuh dimoro, Desa dukuh mojo, Desa karangwinongan, Desa kademangan, Desa kedung lumpang, Desa murukan, Desa saketi.

Puskesmas ini menjadi salah satu puskesmas yang diunggulkan oleh Pemerintah Kabupaten Jombang karena Puskesmas Mojoagung memiliki keunggulan yaitu, Pelayanan Kesehatan Komplementer, Taman Pemulihan Gizi (TPG), Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual

(50)

dengan Asam Asetat) serta pengobatan Cryo Terapy, General Medical Check-Up (GMC), Tb rujukan, Pemdidikan Pelatihan oleh mahasiswa. Berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan sejak tahun 2004 yang lalu maka tahapan puskesmas mojoagung direncanakan sebagai berikut, Puskesmas Plus 2004-2005, Puskesmas Idaman 2005-2006, Puskesmas Idola 2007-2011 dengan ISO 9001-2008, Puskesmas terpercaya 2012 dan saat ini Puskesmas Mojoagung telah memperoleh sertifikat sebagai puskesmas terakreditasi.

Pelayanan laboratorium di Puskesmas Mojoagung meliputi pemeriksaan laboratorium sederhana (Darahlengkap, Urin lengkap, Feses lengkap, Serologi, BTA, dan Malaria) dan kimia klinik.

5.1.2 Data Umum

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden di Puskesmas Mojoagung Jombang pada Bulan Juni 2017 No Umur Frekuensi Persentase (%)

1 40-55 9 45

2 56-75 11 55

Jumlah 20 100

Sumber: Data Primer 2017

Berdasarkan tabel 5.1. menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 56-75 dengan frekuensi 11 responden (55%). 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden di Puskesmas Mojoagung pada Bulan Juni 2017

No Jenis Kelamin frekuensi Persentase (%)

1 Laki-laki 5 25

2 Perempuan 15 75

Jumlah 20 100

(51)

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa hampir seluruh responden berjenis kelamin perempuan dengan frekuensi 15 responden (75%)

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Keturunan Diabetes Melitus

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Keturunan di Puskesmas Mojoagung Jombang pada Bulan Juni 2017 No Riwayat Keturunan Frekuensi Persentase (%)

1 Iya 6 30

2 Tidak 14 70

Jumlah 20 100

Sumber: Data Primer 2017

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa hampir seluruh responden tidak memiliki riwayat keturunan dengan frekuensi 14 responden (70%).

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menderita Diabetes Melitus.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Menderita di Puskesmas Mojoagung Jombang pada Bulan Juni 2017 No. Lama Menderita Frekuensi Persentase (%)

1 <5 Tahun 8 40

2 >5 Tahun 12 60

Jumlah 20 100

Sumber: Data Primer 2017

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menderita >5 tahun dengan frekuensi 12 responden (60%).

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Melakukan Olah Raga Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Melakukan Olah Raga di

(52)

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden melakukan olah raga dengan frekuensi 11 responden (55%)

6. Karakteristik Responden Berdasarkan Konsumsi Obat Diabetes Melitus

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Obat Diabetes Melitus di Puskesmas Mojoagung Jombang pada Bulan Juni 2017

No. Konsumsi Obat Frekuensi Persentase (%)

1 Iya 19 95

2 Tidak 1 5

3 Jarang 0 0

Jumlah 20 100

Sumber: Data Primer 2017

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa hampir seluruh responden konsumsi obat diabetes dengan frekuensi 19 responden (95%).

7. Karakteristik Responden Berdasarkan Monitoring Secara Rutin Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Monitoring Secara Rutin di

Puskesmas Mojoagung Jombang pada Bulan juni 2017 No. Monitoring Secara

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa hampir seluruh responden memonitoring secara rutin dengan frekuensi 19 responden (95%).

5.1.3 Data Khusus

(53)

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kadar Trigliserida pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Mojoagung Jombang pada Bulan Juni 2017

No. Kadar Trigliserida Frekuensi Persentase (%)

1 Normal 13 65

Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kadar trigliserida normal dengan 13 frekuensi (65%), sebagian kecil responden memiliki kadar trigliserida ambang batas tinggi dengan 5 frekuensi (20%), dan sebagian kecil responden memiliki kadar trigliserida tinggi dengan 2 frekuensi (10%).

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.8 yang telah dilakukan peneliti, menunjukkan hasil pemeriksaan kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2 sebanyak 20 responden di Puskesmas Mojoagung Jombang yang diambil secara Accidental Sampling. Diperoleh sebagian besar responden memiliki kadar trigliserida normal sebanyak 13 responden (65%), sebagian kecil responden memiliki kadar trigliserida ambang batas tinggi sebanyak 5 responden (20%), sebagian kecil responden memiliki kadar trigliserida tinggi sebanyak 2 responden (10%), dan tidak ada satupun responden memiliki kadar trigliserida sangat tinggi sebanyak 0 responden (0%).

(54)

penderita mengikuti kegiatan yang di programkan oleh Puskesmas untuk mengelola penyakit diabetes melitus agar kualiitas hidup penderita diabetes melitus lebih baik, seperti kegiatan olah raga, edukasi, mengontrol kadar gula secara taratur serta menjalani pengobatan secara teratur, sehingga komplikasi diabetes melitus bisa dihindari seperti terjadinya hipertrigliseridemia yang bisa mengakibatkan aterosklerosis.

Menurut Lukman dislipidemia pada penderita diabetes melitus disebut sebagai dyslipidemia diabetik dimana keadaan ini memicu seluruh jaringan yang menyimpan lemak yang di sebut adipose, terutama yang disebut sebagai lemak visceral di dalam tubuh untuk terjadinya penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah termasuk arterosklerosis (Lukman. 2015). Sedangkan cara mencegah dan menurunkan tingginya kadar trigliserida yaitu dengan menghindari atau pantang mengkonsumsi gula dan manis-manisan, melakukan diet serta banyak mengkomsumsi sayuran, tidak suntik insulin yang bukan semestinya, menurunkan berat badan, mengontrol diabetesnya dengan baik serta melakukan olah raga maksimal lima kali dalam satu minggu (Zulaikah. 2016).

Berdasarkan pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa sebagian kecil responden memiliki kadar trigliserida katagori ambang batas tinggi sebanyakk 5 responden (20%). Hal ini dikarenakan responden tidak menjaga pola makan yang sehat serta gaya hidup yang kurang baik.

(55)

keadaan stres mengarah pada kenaikan berat badan terutama pada kortisol, hormon stres utama. Kortisol yang tinggi menyebabkan peningkatan trigliserida darah, serta pemkaian obat-obatan golongan kartikosteroid dalam jangka waktu lama (Suiraiko. 2012).

Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa sebagian kecil responden memiliki kadar trigliserida katagori tinggi sebanyak 2 respponden (10%). Hal ini di karenakan penderita mengkomsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat serta lemak.

(56)
(57)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 20 responden sebagian besar responden memiliki kadar trigliserida normal.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Penderita Diabetes Millitus tipe 2

Diharapkan penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan kadar trigliserida katagori normal tetap mempertahankan kadar trigliserida dan tetap secara rutin memeriksakan dan mengontrol kadar gula darah, sedangkan pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan kadar trigliserida katagori ambang batas tinggi dan kadar trigliserida katagori tinggi diharapkan dapat menjaga pola makan, olah raga, melakukan diet, menghindari makanan yang banyak mengandung karbohidrat, komsumsi obat dan memeriksakan kadar trigliserida secara berkala, sehingga dapat mencegah trigliserida dalam darah meningkat dan menghindari faktor resiko terhadap penyakit komplikasi akibat hipetrigliseridemia.

6.2.2 Bagi Analis Kesehatan

Diharapkan tenaga analis kesehatan dapat melakukan pemeriksaan dengan benar dan teliti agar didapat hasil yang tepat dan akurat serta dapat memberikan edukasi tentang hipertrigliseridemia pada penderita diabetes melitus tipe 2.

6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya dan untuk pengembangan penelitian selanjutnya dengan tema faktor-faktor yang

(58)
(59)

DAFTAR PUSTAKA

Alfred Dr. Sutrisno Sp. BS (2007). Stroke???Sebaiknya Anda Tahu sebelum Anda Terserang Stroke.

Apriaji, dan Sumantri. (2014). Hypercoagulable State dan Diabetes Melitus Tipe 2: Korelasi antara Fibrinogen dan HbA1c.

Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang 2012, Profil Kesehatan Kabupaten Jombang, Jombang, Diakses tanggal 19 Nopember 2016.

Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang 2013, Profil Kesehatan Kabupaten Jombang, Jombnag, Diakses tanggal 19 Nopember 2016.

Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang 2014, Profil Kesehatan Kabupaten Jombang, Jomang, Diakses tanggal 20 Nopember 2016.

Ratnasari Ekawati E (2012). Hubungan Kadar Glukosa darah Terhadap Hypertriglyceridemia Pada Penderita Diabetes Mellitus. Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga. Surabaya.

Fauziah dan Suryanto (2012). Perbedaan Kadar Trigliserid pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dengan Diabetes Melitus Tipe 2 Tidak Terkontrol. Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Haryanto Jane (2012). Efek Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap Kadar Trigliserida Tikus Jantan Wistar.

Hasdianah Dr. H.R. (2012). Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa dan Anak-anak dengan Solusi Herbal. Penerbit: Nuha Medika, Cetakan I, Yogyakarta

Kurniawan, Bahrun. (2013). Kadar oxLDL pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol. Universitas Hasanuddin Makasar. Kementerian Kesehatan RI 2014, Situasi dan Analisis Diabetes, Jakarta Selatan. Konsensus Pengolahan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 201 Penerbit PB PERKENI. Di Akses tangal 22 Desember 2016. http://pbperkeni.or.id/newperkeni/panduan-guideline/ .

Nisfatul, dan Suryanto. (2012). Perbedaan Kadar Trigliserida pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dengan Diabetes Melitus Tipe 2 Tidak Terkontrol. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Nursalam (2008), Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.

Notoadmodjo, S. Prof. Dr (2010), Metodelogi Penelitian Kesehatan. Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.

(60)

Priyadi, dan Ratna. (2012). Hubungan Antara Kendali Glikemik dengan Profil Lipid pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Denpasar:

Parning, Horale, & Tiopan (2006), KIMIA. Yudistira.

Pahan, I (2006), Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Puspa Swara, Jakarta.

Peter, Dr. J. , D’Adamo, dan Catherine, W (2009), Memerangi Diabetes Melalui Diet Golongan Darah. Cetakan I, Penerbit PT Bentang Pusta, Yogyakarta.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (2013). Pedoman Tatalaksana Dislipidemia.

Ratnasari, E. (2012). Hubungan Kadar Glukosa Darah Terhadap Hypertriglyceridemia pada Penderita Diabetes Mellitus.Universitas Airlangga.

Rubenstein, Wayne, D. , & John (2007), Lecture Notes Kedokteran Klinis. Edisi Keenam, Peterbit Erlangga.

Suiraoka IP. (2012). Penyakit Degeneratif Mengenaln Mencegah, dan Mengurangi Faktor Resiko 9 Penyakit Degeneratif. Penerbit: Nuha Medika, Cetakan I, Yogyakarta

Syahrizal (2014), Hubungan Kadar Trigliserida dengan Kejadian Stroke Iskemik di RSUD SUKOHARJO. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah: Surakarta.

Sumardjo, D (2009), Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Cetakan Pertama, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Saepul Hamdi, dan Bahruddin, E (2014), Metode Pendidikan Kuantitatif Aplikasi Dalam Pendidikan. Edisi Pertama, Penerbit Deepublish.

Waris, dan Lukman. (2015), Kencing Manis(Diabetes Melitus) di Sulawesi Selatan. Edisi Pertama, Penerbit Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta.

(61)

INFORMED CONSENT (Lembar Persetujuan)

Pernyataan Kesediaan menjadi Responden Penelitian : Pemeriksaan Kadar Trigliserida Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2

(studi di Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang) Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

No Responden : ... Alamat : ...

Menyatakan bersedia dan berpartisipasi menjadi responden penelitian yang akan dilakukan oleh Irma Ayulia Kartini, mahasiswa dari Program Studi DIII Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang.

Dengan pernyataan ini saya tanda tangani untuk dapat dipergunakan seperlunya dan apabila di kemudian hari terdapat perubahan atau keberatan, maka saya dapat mengajukan kembali hal keberatan tersebut.

Jombang, Juni 2017

(62)

KUESIONER SECARA UMUM IDENTITAS RESPONDEN

No. Responden : Jenis Kelamin :

I.

Aspek Perilaku Penderita DM Tipe 2 responden

Berilah

tanda centang ( √ ) pada kolom di bawah ini.

1) Apakah mempunyai keturunan Diabetes Melitus?

1. Ya

2. Tidak

2) Berapakah umur penderita diabetes melitus tipe 2?

1. 40-55 Tahun

2. 56-75 Tahun

3) Berapa tahun menderita Diabetes Melitus?

1. <5 Tahun

2. >5 Tahun

4) Apakah melakukan olah raga rutin?

1. Iya

2. Tidak

3. Jarang

5) Apakah mengkonsumsi obat-obatan Diabetes Melitus secara

teratur?

1. Iya

2. Tidak

3. Jarang

6) Apakah melakukan monitoring gula darah secara rutin?Tiap

bulan?

(63)

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

PEMERIKSAAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PENDERITA

DIABETES MELITUS TIPE 2

(

Studi di Puskesma Mojoagung Kabupaten Jombang)

A.

Prosedur Pemeriksaan Kadar Trigliserida

.

4. Pengambilan Darah Vena.

8) Pengambilan darah dilakukan pada salah satu vena cubiti.

9) Membendung lengan pada bagian atas dengan torniquet supaya

vena terlihat dengan jelas.

10) Mengdisinfeksikan lokasi yang akan di ambil dengan alkohol 70%

dan dibiarkan kering kembali.

11) Menusukkan jarum pada lokasi yang telah disinfeksi sampai

mengenai vena, dengan lubangg jarum di atas.

12) Meregangkan bendungan dan perlahan-lahan penghisap spuit

ditarik sampai didapatkan jumlah darah 3 ml.

13) Melepaskan pembendung serta meletakkan kapas di atas jarum

dengan spuit dicabut perlahan-lahan.

14) Selanjutnya jarum dipisahkan dari spuit dan darah dialirkan ke

dalam tabung reaksi yang sudah diberi label, bersih, dan kering

melalui dinding tabung.

5. Cara Pembuatan Serum

4) Darah yang telah di masukkan pada tabung dibiarkan selama 10-20

menit.

(64)

6) Memisahkan serum dari endapan sel darah merah dengan cara

dipipet dan ditampung dalam tabung reaksi yang bersih dan kering.

6. Cara Pemeriksaan Trigliserida

4) Menyiapkan tiga tabung reaksi dan dipipet sebagai berikut:

Tabel 2.2.6 Prosedur Pemeriksaan Trigliserida

Tabung Blangko Standar Sampel

Monoreagen 1000 µl 1000 µl 1000 µl

Sampel - - 10 µl

Standar - 11 µl -

5) Mencampur dan menginkubasi selama 15 menit dalam suhu ruang

(16-25ºC) atau 5 menit dalam suhu 37ºC.

(65)

LEMBAR OBSERVASI

Pemeriksaan Kadar Trigliserida pada Penderita Diabetes Mellitus

Tipe 2

(

Studi di Puskesms Mojoagung Kabupaten Jombang) No. Responden Hasil Pemeriksaan Katagori

R.1 187 mg/dl Ambang batas tinggi

R.2 84 mg/dl Normal

R.3 113 mg/dl Normal

R.4 176 mg/dl Ambang batas tinggi

R.5 59 mg/dl Normal

R.6 181 mg/dl Ambang batas tinggi

R.7 70 mg/dl Normal

R.8 301 mg/dl Tinggi

R.9 145 mg/dl Normal

R.10 124 mg/dl Normal

R.11 71 mg/dl Normal

R.12 51 mg/dl Normal

R.13 60 mg/dl Normal

R.14 259 mg/dl Tinggi

R.15 149 mg/dl Normal

R.16 196 mg/dl Ambang batas tinggi

R.17 68 mg/dl Normal

R.18 103 mg/dl Normal

R.19 63 mg/dl Normal

(66)

JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN KTI

N o

Jadwal Bulan

November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pembuatan Judul

2 Konsultasi Judul 3 Studi Kepustakaan

4 Penyusunan

Proposal 5 Bimbingan

Proposal 6 Ujian Proposal 7 Revisi Proposal 8 Pengambilan Data 9 Penelitian

10 Pengolahan Data 11 Penyusunan KTI 12 Bimbingan KTI 13 Ujian KTI

14 Revisi Hasil Ujian KTI

Keterangan :

Kolom 1 – 4 pada bulan : Minggu 1 – 4

(67)

TABULASI HASIL DATA UMUM

PEMERIKSAAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2

(Studi di Puskesmas Mojoagung Jombang)

No. Responden

Umur Jenis Kelamin Riwayat Keturunan

(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)

Gambar

Tabel Klasifikasi Diabetes Melitus ...................................................
Gambar 2.2.1 Gugus Trigliserida (Erma. 2011)
Gambar  3.1 Kerangka Konseptual Gambaran Trigliserida Pada Penderita
Tabel 4.4.2 Prosedur Pemeriksaan Trigliserida
+7

Referensi

Dokumen terkait

dengan baik dan tidak dapat berbahasa dengan baik, maka konsep yang. dilahirkan pasti akan terwujud dalam bahasa yang tidak baik dan

Dimana semakin tinggi nilai karakteristik eksekutif yang diukur dengan menggunakan proksi corporate risk maka semakin rendah pula nilai ETR sebagai proksi agresivitas pajak,

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa dosen pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh

Penelitian yang dilakukan ini tidak terlepas dari kelemahan yang dapat mempengaruhi hasil dari penelitian, yaitu teknik dalam mengambil sampel penelitian dimana hanya memilih

Berdasarkan masalah-masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan data yang tepat (sahih, benar, valid) dan dapat dipercaya (reliable)

AS: “Ya harapannya si anak -anak disiplin dan tidak melakukan pelanggaran lagi, ya tidak si sepenuhnya 100% tapi ya paling tidak sebagian besar lah mb kisaran 80-90%

Dapat disimpulkan bahwa bisnis fashion muslimah “Butik Amalia” adalah bisnis yang menarik untuk dijalankan (Tabel 4. 3 Five. Forces Model). Dari tiga lingkungan yang

Kualitas dimensi produk hasil uji kompetensi Teknik Pemesinan pada proses pembubutan di SMK Negeri 6 Bandung menunjukan adanya perbedaan standar dengan hasil