• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Penelitian

Dalam dokumen SKRIPSI. Oleh ST. MARJAN AHSANI ARDAN (Halaman 20-55)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

mencintai pelajaran matematika.

4. Bagi peneliti

Skripsi akan menjadi acuan bagi peneliti untuk dipergunakan sebagai salah satu metode mengajar.

9

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Belajar dan Pembelajaran

Menurut Sutikno (Astuti, 2015:69) Belajar adalah proses seseorang memperoleh berbagai kecakapan… dalam berinteraksi terhadap lingkungan sekitarnya untuk menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang baru.

Menurut Pane & Darwis Dasopang (2017:334) Belajar adalah interaksi antar individu dengan lingkungannya dalam proses perubahan perilaku yang bersifat continu, fungsional, positif, aktif dan terarah.

Dari beberapa definisi diatas maka belajar adalah proses seseorang dalam berubah, dimana perubahan itu merubah seseorang seperti tingkah laku dalam berbagai kondisi sebagai pengalaman yang pernah dia alami dengan lingkungan di sekitarnya.

Menurut Pane & Darwis Dasopang, (2017:334) pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik, dengan bahan pelajaran, metode penyampaian, strategi pembelajaran, dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Begitupun menurut Oemar Hamalik (Fakhrurrazi, 2018:86) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa dan guru), material (buku, papan tulis, kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang, kelas audio visual), dan proses yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran

Sedangkan, menurut Hanafy (2014:74) pembelajaran merupakan usaha pendidik untuk mewujudkan terjadinya proses pemerolehan pengetahuan, penguasaan kemahiran, dan pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses yang memfasilitasi peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Berdasarkan uraian tersebut bisa disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses untuk mencapai tujuan bersama, antar tenaga pendidik dan pelajar.

2. Pembelajaran Matematika

Whardani (2016:11) menurutnya pembelajaran matematika merupakan pembelajaran seumur hidup, pembelajaran yang menunjang keaktifan, serta

learning how to learn. Sedangkan, menurut Gegne (Ahmad, 2019:14) dalam

belajar matematika yang terpenting adalah bagaimana peserta didik menyelesaikan masalah dan belajar mandiri, karna di dalam matematika terdapat fakta, keterampilan, konsep dan aturan.

Maka dapat ditarik kesimpulannya, pembelajaran matematika ialah cara guru dan siswa dalam menciptakan suasana belajar, dalam menelaah konsep-konsep abstrak dari matematika, bagaimana pola, susunan, bentu, bangun, bidang, garis, tabel, serta hubungannya; dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.

3. Kemampuan Komunikasi Matematis

Menurut Lanani (2013:16) Komunikasi merupakan komponen pengirim pesan untuk menciptakan suatu ide ataupun gagasan yang disampaikan.

Sedangkan Wisman (2017:647) mengemukakan bahwa komunikasi menjadi salah satu yang sangat penting karna dalam proses pembelajaran, komunikasi digunakan untuk menyampaikan pesan, baik itu berupa ilmu pengetahuan maupun teknologi.

Lebih lanjut, komunikasi dalam hubungannya dengan matematika, dipertegas oleh Yuniarti (2016:110) menyatakan bahwa: β€œkomunikasi dalam pembelajaran matematika perlu ditumbuh kembangkan dikalangan peserta didik, karena matematika tidak hanya sekedar alat bantu berfikir, alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan tetapi matematika juga sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, matematika sebagai wahana interaksi antar peserta didik dan juga komunikasi antara guru dan peserta didik.”

Menurut Laswell (Ahmad, 2019:10) pada tiap komunikasi, komponen pendukung dapat terjadinya komunikasi:

1. Sumber

Sumber adalah seseorang yang berperan dalam proses komunikasi. Orang-orang yang memainkan peran komunikasi adalah pengirim, encoder, komunikator, dan pembicara. Sumber ini berperan sebagai pihak yang mengirimkan pesan kepada orang lain.

2. Pesan

Pesan adalah hal-hal yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan nonverbal yang berisi ide-ide, sikap-sikap, dan nilai-nilai dari pengirim. Pesan mempunyai tiga

komponen, yaitu makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, serta bentuk atau organisasi pesan.

3. Saluran

Saluran adalah media di mana pesan disampaikan kepada komunikan. Dalam komunikasi pribadi (tatap muka), saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.

4. Penerima

Penerima adalah orang yang menerima pesan. Penerima pesan ini sering disebut target/tujuan, encoder umpan balik penonton.

5. Hambatan

Hambatan adalah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan dalam arti pengirim pesan untuk disampaikan kepada penerima. Hambatan-hambatan tersebut dapat berasal dari pesan, saluran, dan pendengar. Ada beberapa teori yang menggunakan istilah kebisingan mengacu pada unsur-unsur pengganggu. Kebisingan eksternal meliputi latar belakang pembicaraan, lingkungan, dan teknis saluran, sementara kebisingan internal meliputi aspek psikologis peserta komunikasi, dan aspek semantik, misalnya sebuah kata yang mengandung ambiguitas. Kurangnya mendengarkan, perbedaan emosional, dan perbedaan dalam latar belakang.

6. Umpan Balik

Umpan balik adalah reaksi dan respon dari pendengar melalui komunikasi pengirim lakukan. Umpan balik dapat berupa komentar langsung/tulisan, huruf-huruf, atau polling. Umpan balik yang mengatur tindakan komunikasi

kita. Umpan balik negatif biasanya dalam bentuk kritik atau penolakan, sedangkan umpan balik positif biasanya dalam bentuk pujian.

7. Situasi atau aturan dari kedua belah pihak

Situasi adalah salah satu elemen yang paling penting dalam proses komunikasi pidato. Komunikasi harus dilakukan pada kondisi/konteks. Situasi atau keadaan selama komunikasi berlangsung mempengaruhi suasana hati pembicara dan pendengar, saluran/media yang digunakan, dan umpan balik dari para penonton. Situasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu konteks fisik dan konteks sosial.

Dengan adanya kompenen-kompenen tersebut, komunikasi dapat berjalan dengan baik. Akan tetapi, cenderung akan adanya kegagalan dalam berkomunikasi tetap masih ada. Semua bergantung dari faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi menurut Ahmad (2019:13) adalah:

a. Latar belakang budaya; Interpretasi suatu pesan akan terbentuk dari pola pikir seseorang melalui kebiasaanya, sehingga semakin sama latar belakang budaya antara komunikator dan komunikan maka komunikasi semakin efektif.

b. Ikatan kelompok; Nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok sangat mempengaruhi cara mengamati pesan yang disampaikan.

c. Harapan; Harapan mempengaruhi penerimaan pesan sehingga dapat menerima pesan seusai dengan yang diharapkan

d. Pendidikan; Semakin tinggi pendidikan akan semakin kompleks sudut pandang dalam menyikapi isi pesan yang disampaikan

e. Situasi; Perilaku manusia dipengaruhi oleh situasi/lingkungan. 4. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis

Adapun indikator kemampuan komunikasi matematis siswa NCTM (Whardani, 2016:17) dapat dilihat dari:

a. Mengungkapkan ide-ide atau gagasan secara tulisan maupun lisan dan mendemonstrasikan serta menggambarnya secara visual.

b. Memahami dan mengevaluasi ide matematika secara lisan dan bentuk visual lainnya.

c. Menggunakan istilah, notasi matematika dan struktur-strukturnya dalam menyajikan suatu ide, menggambarkan hubungan dan model situasi.

Menurut Gusni Satriawati (Whardani, 2016:18) komunikasi matematis terdiri dari tiga kategori yaitu Written Text, Drawing, dan Mathematical

Expression. Indikatornya antara lain:

a. Written Text, yaitu memberikan jawaban dengan menggunakan bahasa sendiri, memuat model situasi atau persoalan menggunakan model matematika dalam bentuk: lisan, tulisan, kongkrit, grafik, dan aljabar, menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari, mendengarkan, mendiskusikan, dan menulis tentang matematika, membuat konjektur, menyusun argumen dan generalisasi.

b. Drawing, yaitu merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide-ide matematika, dan sebaliknya.

c. Mathematical Expression, yaitu mengekspresikan konsep matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau symbol matematika.

Dari kedua indikator diatas, peneliti mengelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu indikator kemampuan komunikasi matematika lisan dan indikator kemampuan komunikasi matematika tertulis. Indikator kemampuan komunikasi lisan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Indikator komunikasi matematis siswa lisan dan tulisan

Aspek Indikator

1. Written Text Kemampuan memberikan jawaban

dengan menggunakan bahasa sendiri, memuat model situasi atau persoalan menggunakan model matematika dalam bentuk: lisan, tulisan, grafik, dan aljabar, menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari, mendengarkan dan menulis tentang matematika, argumen dan generalisasi.

2. Drawing Kemampuan merefleksikan

benda-benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide-ide matematika, dan sebaliknya.

3. Mathematical Expression Kemampuan mengekspresikan konsep matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau symbol matematika.

B. Materi Persamaan Garis Lurus Koordinat Kartesius

Koordinat kartesius adalah letak suatu titik (objek) yang ditulis dengan (x,y) dimana x disebut absis, dan y disebut ordinat.

Titik koordinat ditulis sebagai (x,y).

Contoh: jika diketahui titik koordinat (1,3) maka dapat dikatakan bahwa: Titik x (absis) = 1

Titik y (ordinat) = 3

Dari gambar dapat ditulis posisi titik:

1. Titik A berjarak 4 satuan terhadap sumbu x dan berjarak 5 satuan terhadap sumbu y

2. Titik B berjarak 2 satuan terhadap sumbu x dan berjarak 2 satuan terhadap sumbu y

3. Titik C berjarak 3 satuan terhadap sumbu x dan berjarak 5 satuan terhadap sumbu y

4. Titik D berjarak 6 satuan terhadap sumbu x dan berjarak 3 satuan terhadap sumbu y

Posisi titik pada bidang koordinat cartesius dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu kuadran I, kuadran II, kuadran III, dan kuadran IV. Untuk menulis koordinat suatu titik, ada beberapa aturan tanda dari berbagai kuadran yang perlu dipahami: a. Kuadran I merupakan daerah sumbu x positif dan sumbu y positif

b. Kuadran II merupakan daerah sumbu x negatif dan sumbu y positif c. Kuadran III merupakan daerah sumbu x negatif dan sumbu y negative d. Kuadran IV merupakan daerah sumbu x positif dan sumbu y negatif

1. Dua buah garis dikatakan saling sejajar jika kedua buah garis tersebut memiliki kemiringan yang sama, sehingga apabila kita perpanjang maka kedua garis tersebut tidak akan berpotongan. Pada gambar tersebut dua buah garis yang saling sejajar adalah garis l dan n.

2. Dua buah garis dikatakan saling tegak lurus jika kedua buah garis tersebut berpotongan dan membentuk sudut 90Β° atau siku-siku. Pada gambar tersebut dua buah garis yang saling tegak lurus adalah garis k dan n. Dimana garis k tegak lurus terhadap sumbu x dan garis n tegak lurus terhadap sumbu y.

Contoh Soal:

1. Titik A (3, 2), B (0, 2), dan C (-5, 2) merupakan titik-titik yang dilewati oleh garis p. Apabila garis q merupakan garis yang sejajar dengan garis p, bagaimanakah kedudukan garis q terhadap sumbu x dan sumbu y?

Jawab:

Dik : Garis p adalah garis yang dilewati titik A, B dan C. Dimana titik A (3,2), B (0,2), C (-5,2)

Dit : Apakah garis q sejajar dengan sumbu x atau y? Jawaban:

Kesimpulan : Dalam gambar di atas terlihat jika garis p sejajar dengan sumbu x. Sebab garis q sejajar dengan garis p, maka garis q juga sejajar dengan sumbu x.

2. Diberikan titik A (-2,3), titik B (-4,-2), titik C (6,-2) dan titik D (4,3). Hubungkan titik-titik tersebut sehingga membentuk sebuah bangun datar. Bangun apa yang terbentuk?

Dik : Titik A (-2,3), B (-4,-2), C (6,-2) dan D (4,3). Dit : Bangun apa yang terbentuk?

Kesimpulan: Bangun yang terbentuk dari titik A, B, C dan D yang dihubungkan adalah garis trapesium.

3. Reni berada di titik awal, dan dia melangkah 7 langkah ke arah kanan jalan raya, maka gambarkanlah dalam konsep matematika persamaan garis lurus! Jawab:

Kesimpulan: Jalan raya merupakan garis absis atau garis x di dalam koordinat kartesius. Reni berada di titik awal, yang dimana koordinat kartesius titik awalnya adalah (0,0). Reni berjalan ke arah kanan, maka reni berada tegak lurus terhadap sumbu x.

C. Penelitian Relevan

1. Yenni (2016). Pemberian bantuan model pembelajaran Jigsaw membantu siswa mengungkapkan ide matematika yang dimiliki karena siswa diharuskan aktif, baik di kelompok asal, kelompok ahli maupun sesi presentasi. Model Jigsaw melayani kebutuhan mahasiswa untuk berpikir secara individu, memikirkan satu permasalahan hingga ahli dipermasalahan tersebut. Kemampuan komunikasi matematis yang terbangun dengan Jigsaw terlihat cukup signifikan, meski masih ada siswa sebanyak 40% yang belum mencapai KKM. Namun demikian, indikator 1 dan 2 terlihat lebih terbangun. Secara umum, kemampuan komunikasi matematika untuk indikator menyatakan dan mengilustrasikan ide matematika ke dalam bentuk model matematika dapat terbangun, ditandai dengan 60% siswa dapat skor di atas KKM.

Persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang kemampuan komunikasi matematis siswa. Perbedaannya adalah Yenni menggunakan model pembelajaran Jigsaw dengan materi bangun ruang sisi lengkung, sedangkan saya meneliti kemampuan komunikasi matematis siswa dengan materi persamaan garis lurus ditinjau dari tingkat IQ.

2. Daimaturrohmatin & Rufiana, (2019). Subjek dengan tipe gaya belajar diverger lebih dominan menguasai satu indikator kemampuan komunikasi matematis yaitu indikator menyatakan permasalahan dalam model atau simbol matematika. Subjek dengan tipe gaya belajar asimilator lebih dominan menguasai dua indikator kemampuan komunikasi matematis, yakni kemampuan menyatakan permasalahan dalam model atau simbol matematika

dan kemampuan menjelaskan ide matematika dalam menyelesaikan permasalahan sesuai dengan kaidah matematika yang berlaku. Kemudian subjek dengan tipe gaya belajar konverger lebih dominan menguasai seluruh indikator kemampuan komunikasi matematis yang telah ditentukan, yaitu kemampuan menyatakan permasalahan dalam model atau simbol matematika, kemampuan menjelaskan ide matematika dalam menyelesaikan permasalahan sesuai dengan kaidah matematika yang berlaku, dan kemampuan dalam menyimpulkan hasil penyelesaian secara jelas. Subjek yang terakhir yakni subjek dengan tipe gaya belajar akomodator lebih dominan menguasai dua indikator kemampuan komunikasi matematis, yaitu kemampuan menjelaskan ide matematika dalam menyelesaikan permasalahan sesuai dengan kaidah matematika yang berlaku dan kemampuan dalam menyimpulkan hasil penyelesaian secara jelas. Persamaannya adalah sama-sama penelitian Analisis kemampuan komunikasi matematis siswa. Perbedaannya adalah Daimaturrohmatin menganalisis kemampuan komunikasi siswa ditinjau dari gaya belajar kolb, sedangkan saya meneliti kemampuan komunikasi siswa ditinjau dari tingkat IQ siswa.

3. Merdian et al., (2018). Terdapat peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan menerapkan pendekatan problem posing pada pembelajaran Matematika tentang SPLTV di SMA Muhamadiyah 1 Cimahi kelas X dapat dilihat dari nilai rata-rata prasiklus, siklus I dan siklus II diantaranya adalah 39, 70 dan 85 dengan persentase jumlah siswa yang di bawah, pas, dan di atas KKM adalah 9,68%, 54,84% dan 96,77%. Selain itu

juga Terdapat peningkatan keaktifan siswa dengan menerapkan pendekatan problem posing pada pembelajaran Matematika tentang SPLTV di SMA Muhamadiyah 1 Cimahi kelas X dapat dilihat dari persentase jumlah siswa yang memiliki nilai keaktifan aktif dan sangat aktif pada siklus I dan siklus II adalah 35,48%; dan 93,54%. Persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang kemampuan komunikasi matematis siswa. Perbedaannya adalah Arista dkk menggunakan pendekatan problem posing dengan materi system persamaan linear tiga variabel, sedangkan saya meneliti kemampuan komunikasi matematis siswa dengan materi persamaan garis lurus ditinjau dari tingkat IQ.

24 A. Rancangan Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Metodologi yang digunakan adalah kualitatif dan dengan jenis penilian deskriptif, diterapkan deskriptif karena peneliti ingin mendeskripsikan hasil analisis kemampuan peserta didik dalam hal berkomunikasi matematis berdasarkan tingkat IQ secara lisan dan secara tertulis.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa dan berlangsung pada tanggal 01 Oktober sampai 09 Oktober 2020.

B. Subjek Penelitian

Pengambilan subjek melalui tes IQ dan melihat bagaimana nilai raport yang di peroleh oleh siswa. Memilih 3 siswa SMP Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa kelas VIII SMPN 1 Sungguminasa yang terletak di Kabupaten Gowa yang mewakili tingkat IQ tinggi, sedang dan rendah.

C. Instrument Penelitian 1. Tes Kemampuan Komunikasi

Setelah peneliti melakukan tes IQ, peneliti lalu menentukan subjek yang mewakili tingkatan IQ. Subjek yang mewakili tersebut lalu diberikan tes tertulis untuk menguji kemampuan subjek tersebut dalam berkomuniasi matematis, materi yang diterapkan dalam tes ini adalah persamaan garis lurus.

2. Tes Wawancara

Tes wawancara dibuat untuk membantu peneliti dalam memperkuat data kemampuan komunikasi subjek setelah melakukan tahap tes tertulis.

D. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti memperoleh data di SMP Negeri 1 Sungguminasa dengan cara sebagai berikut:

1. Tes Kemampuan Komunikasi

Tes ini dilaksanakan untuk menguji bagaimana kemampuan 3 siswa yang telah terpilih dalam berkomunikasi matematis dalam mengerjakan soal persamaan garis lurus berdasarkan indikator yang telah ditetapkan.

Menurut Ahmad (2019:35) melalui indikator yang telah ditentukan teknik pengumpulan data untuk mengetahui kemampuan komunikasi siswa tertulis sebagai berikut:

Menghitung persentase kemampuan komunikasi matematis siswa Persentase kemampuan komunikasi matematis siswa =

π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘ π‘˜π‘œπ‘Ÿ π‘ π‘–π‘ π‘€π‘Ž π‘ π‘’π‘šπ‘’π‘Ž π‘–π‘›π‘‘π‘–π‘˜π‘Žπ‘‘π‘œπ‘Ÿ

π‘ π‘˜π‘œπ‘Ÿ π‘šπ‘Žπ‘˜π‘ π‘–π‘šπ‘Žπ‘™ π‘ π‘’π‘šπ‘’π‘Ž π‘–π‘›π‘‘π‘–π‘˜π‘Žπ‘‘π‘œπ‘Ÿ π‘₯ 100% 2. Wawancara

Fathoni (Nurwega, 2015:51) mengemukakan bahwa wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan satu arah yang datang dari pihak yang mengajukan pertanyaan terhadap pihak yang akan memberikan jawaban.

Peneliti kali ini menggunakan pedoman wawancara yang tidak terstruktur karna hanya akan mengajukan pertanyaan yang memuat garis besarnya dalam penelitian ini.

E. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (Yusmasari et al., 2017:6) tahap-tahap untuk menganalisis data:

1. Reduksi Data

Tahap perangkuman ini dilakukan untuk merangkum yang penting, merunutkan data yang diperoleh di lapangan ke dalam hal-hal yang pokok saja untuk mencari polanya dan mengenyampingkan data yang tidak digunakan. 2. Penyajian Data

Pada penyajian informasi ini data semakin mudah dipahami, karena data yang telah didapat dikerjakan dalam bentuk uraian singkat. Seperti dalam bentuk penyajian hasil pekerjaan siswa dan penyajian hasil wawancara.

3. Verifikasi

Langkah berikutnya adalah penarikan kesimpulan, menyimpulkan data-data yang telah di dapatkan.

F. Uji Keabsahan Data

Di dalam uji keabsahan data terdapat beberapa uji, antara lain uji kredibilitas data, uji dependensi data, serta uji transferabilitas data. Pengecekan keabsahan data dicoba dengan memakai metode pemeriksaan, salah satu metodenya adalah Triangulasi.

Dalam kesempatan ini, peneliti menggunakan uji triangulasi teknik. Dimana data yang dikumpulkan dengan tes kemampuan komunikasi dengan soal persamaan garis lurus. Selanjutnya, dapat dilakukan pengecekan kembali dengan teknik wawancara dengan sumber yang sama.

Gambar 3.1 Skema Triangulasi teknik Hasil Tes

Kemampuan komunikasi

28 A. Hasil Penelitian

Sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian pendahuluan, bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa pada materi Persamaan Garis Lurus atau koordinat kartesius. Data pada penelitian ini diperoleh melalui dua metode, yaitu dengan metode tes tertulis dan wawancara. Pengambilan subjek pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan tes IQ dan di kuatkan dengan melihat nilai raport subjek tersebut.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B dengan jumlah siswa 34 orang, hal tersebut berdasarkan hasil rekomendasi guru bahwa kelas VIII B merupakan kelas unggulan dari kelas VIII lainnya. Untuk mendapatkan data penelitian diawali dengan memberikan tes IQ kepada siswa yang menjadi subjek penelitian. Setelah mengerjakan tes IQ, siswa akan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu intelijensi tinggi, sedang dan rendah.

Tes IQ diberikan kepada siswa melalui google formulir yang dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 6 Oktober 2020. Hasil tes IQ siswa dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 4.1 Kategori Tingkat IQ Kelas VIII B

No Kategori tingkat IQ Banyaknya Siswa kelas VIII B

1. IQ tinggi 5

2. IQ sedang 8

3. IQ rendah 21

Pengambilan subjek pun selain melihat hasil tes IQ juga dilakukan berdasarkan hasil rekap nilai raport siswa dari kelas VII semester 2 mata pelajaran matematika. Dari nilai masing-masing siswa tersebut kemudian diurutkan berdasarkan nilai tertinggi ke nilai terendah. Setelah diperoleh data yang urut, untuk menentukan subjek dengan tingkat IQ tinggi, sedang dan rendah, peneliti meminta penjelasan dari guru matematika mengenai ketuntasan minimal yang harus dicapai siswa pada pelajaran matematika. Karena ketuntasan minimal yang harus dicapai siswa pada pelajaran matematika adalah 80, maka siswa yang mendapat nilai mulai 80 berada pada kelompok bawah. Sedangkan siswa yang mendapat nilai mulai 80 sampai kurang 85 berada pada kelompok sedang. Nilai raport siswa kelas VIII B terdapat di Lampiran 3

Tabel 4.2 Kategori Nilai Raport Matematika Siswa kelas VIII B No Kategori Nilai Raport Banyaknya Siswa kelas VIII B

1. Tinggi 3

2. Sedang 30

3. Rendah 1

Jumlah Siswa 34

Berdasarkan tabel di atas diperoleh data untuk siswa yang memiliki nilai raport tinggi, sedang dan rendah. Dan berdasarkan hasil diskusi dengan guru matematika, disarankan untuk mengambil siswa perempuan dijadikan subjek penelitian, dengan pertimbangan bahwa siswa laki-laki dan perempuan memiliki kemampuan berkomunikasi yang berbeda, maka dari itu peneliti mengambil 3 siswa perempuan berdasarkan kemampuan siswa tersebut dalam berkomunikasi dan mengungkapkan pendapat/jalan pikiran baik secara lisan maupun tulisan. Yang dimana siswa yang mewakili tingkat intelijensi tinggi adalah Ainun Fauzia

Salsabila, intelijensi sedang adalah Nia Amelia dan tingkat intelijensi rendah adalah Nayla Afifah Abzarina Anwar.

Subjek penelitian yang telah terpilih, selanjutnya akan dilakukan tes kemampuan komunikasi lalu tes wawancara. Berikut adalah paparan hasil tes masing-masing subjek.

1. Paparan Hasil Tes Tertulis Setiap Subjek a. Subjek dengan IQ tinggi

1) Soal nomor 1 (Written Text)

Gambar 4.1 hasil kerja subjek IQ tinggi (written text)

Pada gambar diatas terlihat subjek berkemampuan IQ tinggi menggambar dan menuliskan beberapa point yang terdapat dalam soal, seperti menggambar koordinat kartesius dan menuliskan alasannya. Soal nomor satu berisi β€œJika diberikan sebuah garis, missal garis q yang berjarak 12 satuan dari sumbu y. Jelaskan menurut pendapatmu, garis q tersebut terletak pada sumbu apa? Kenapa?” siswa dengan IQ tinggi itu menjawab β€œGaris q tersebut terletak di sumbu y. Mengapa? Karena garis q sejajar dengan sumbu y dan berbentuk tegak lurus terhadap sumbu x. Garis q pun bisa terletak dimana saja, dikiri maupun dikanan dengan syarat berjarak 12 satuan dari sumbu y.”

Dengan melihat alasan yang siswa tersebut tulis, kita bisa melihat dia memahami soal yang diberikan. Dan mampu menentukan garis tersebut sejajar dengan sumbu apa dan tegak lurus terhadap sumbu apa.

2) Soal nomor 2 (Drawing)

Gambar 4.2 hasil kerja subjek IQ tinggi (drawing)

Soal nomor 2 berisi β€œDiberikan titik A (-4,4), titik B (-4,-3) dan titik C (6,-3). Jika dihubungkan setiap titik-titik tersebut gambar bangun apa yang terbentuk? Berikan alasannya”, jawaban dari subjek IQ tinggi β€œkarena pada soal sudah menentukan titik koordinat, sehingga jika ke 3 titik tersebut yakni titik A (-4,4), titik B (-4,-3) dan titik C (6,-3) dihubungkan maka membentuk sebuah bangun yaitu segitiga siku-siku.”

Terlihat dari jawaban subjek dengan IQ tinggi, siswa tersebut mampu

Dalam dokumen SKRIPSI. Oleh ST. MARJAN AHSANI ARDAN (Halaman 20-55)

Dokumen terkait