• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh ST. MARJAN AHSANI ARDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Oleh ST. MARJAN AHSANI ARDAN"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

i

BERDASARKAN TINGKAT IQ

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan ilmu

Pendidikan

Oleh

ST. MARJAN AHSANI ARDAN 10536 11147 16

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA 2020

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

Dari bibit buah yang manis akan menuai buah yang manis. Tanamkanlah investasi sosial niscaya akan membuahkan citra baik dimata orang lain.

Kupersembahkan karya ini buat :

Semua orang yang pernah mensupport diriku, keluargaku, guru-guruku dan

sahabatku terkhusus kepada kedua orangtuaku. Dalam proses perjalananku menggapai apa yang ku cita-citakan, maka doa dan harapan kedua orangtuaku lah yang memberi semangat kepada diriku. Kedua orangtuaku lah yang maksimal memberiku dorongan moral, memberiku kemampuan spiritual dan memenuhi kebutuhan materialku. Terimakasihku ku ucapkan wahai kedua orangtuaku. Untuk para dosen yang memberikan ilmu dalam setiap langkahku di dalam kampus biru ini. Tak lupa doa-doa adikku sebagai penyemangatku, semoga bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, dan teman-teman Algoritma E sekaligus sahabat yang telah membantu saya menyelesaikan skripsi ini tentunya saya sangat berterima kasih kepada kalian, serta kampus biru Universitas Muhammadiyah Makassar yang merupakan tempat kami menimba banyak ilmu dan pengalaman berharga.

(7)

vii

Gowa. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar. (Pembimbing : Andi Husniati, S.Pd., M.Pd. dan Kristiawati, S.Pd., M.Pd)

Dalam pembelajaran matematika seorang siswa yang sudah mempunyai kemampuan pemahaman matematika diharapkan mampu mengaplikasikannya dalam pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat mengkomunikasikannya. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Untuk menganalisis kemampuan komunikasi matematis siswa IQ tinggi dalam menyelesaikan persamaan garis lurus, (2) Untuk menganalisis kemampuan komunikasi matematis siswa IQ sedang dalam menyelesaikan persamaan garis lurus, (3) Untuk menganalisis kemampuan komunikasi matematis siswa IQ rendah dalam menyelesaikan persamaan garis lurus, terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa.

Pengambilan subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa, dengan kelas VIII B yang terpilih karena merupakan kelas unggulan. Pengambilan subjek dilakukan dengan memberikan tes IQ kepada siswa kelas VIII B, yang kemudian dari hasil tersebut dipilih 3 subjek penelitian berdasarkan tingkatan IQ. Instrumen yang digunakan adalah, tes tertulis kemampuan komunikasi matematis dan pedoman wawancara. (1) Subjek dengan tingkat IQ tinggi, dia mampu melewati tahap tes kemampuan komunikasi dengan baik serta menjawab dengan tepat pertanyaan dari peneliti pada sesi wawancara, terbukti dia bisa menjelaskan dengan bahasanya sendiri, memasukkan gambar disertai penjelasan akan gambar yang dia kerjakan dengan alasan sendiri, (2) Siswa pada tingkat IQ sedang kurang mampu menggunakan informasi yang dia peroleh dari soal sehingga menghambat bahkan membuat dia tidak dapat mengemukakan ide-ide matematisnya sehingga soal tidak terselesaikan dengan baik, selain itu dia kurang cermat dan teliti dalam menggambar sketsa, (3) Siswa pada tingkat IQ rendah mempunyai kemampuan komunikasi yang hampir memenuhi, sebagian besar dia mampu berkomunikasi dengan lisan.

(8)

viii

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT karena berkhat Rahmat dan Karunianya penulis dapat menyesaikan penyusunan skripsi ini Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini yang berjudul “Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Persamaan Garis Lurus Kelas VIII SMP Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa Berdasarkan Tingkat IQ”, begitu banyak kekurangan tapi begitu banyak juga saran dan masukan sehingga pembuatan skripsi ini bisa terselesaikan. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada mereka yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.ag. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Erwin Akib, M.Pd., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

3. Muhlis, S.Pd.,M.Pd. selaku ketua Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

(9)

ix Muhammadiyah Makassar.

5. Nasrun, S.Pd., M.Pd. selaku Pembimbing Akademik yang selalu memberi solusi selama perkuliahan.

6. Andi Husniati, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing I yang penuh kesabaran dalam membimbing, menasehati dan memotivasi.

7. Kristiawati, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing II yang selalu senang hati memberi solusi terbaik dalam menyusun skripsi.

8. Sri Satriani, S.Pd., M.Pd. dan Muhammad Rizal Usman, S.Pd., M.Pd. selaku validator yang selalu memberi arahan dalam penulisan instrument penelitian

9. Para Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh perkuliahan

10. Para staf Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah melayani dengan penuh kesabaran

Saran dan kritik yang sifatnya membangun senantiasa penulis nantikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Aamiin.

Makassar, 2020 Penulis

St. Marjan Ahsani Ardan 105361114716

(10)

x

Halaman HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

SURAT PERJANJIAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Kajian Teori ... 9

1. Belajar dan Pembelajaran ... 9

2. Pembelajaran Matematika ... 10

3. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 10

4. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis ... 14

B. Materi Persamaan Garis Lurus ... 15

C. Penelitian yang Relevan ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A. Rancangan Penelitian ... 24

(11)

xi

F. Uji Keabsahan Data... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 28

A. Hasil Penelitian ... 28

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

A. Kesimpulan ... 46

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48 LAMPIRAN

(12)

xii

Halaman

Tabel 2.1. Indikator komunikasi matematis siswa lisan dan tulisan ...15

Tabel 4.1 Kategori Tingkat IQ Kelas VIII B ...28

Tabel 4.2 Wawancara Subjek IQ tinggi ...37

Tabel 4.3 Wawancara Subjek IQ sedang ...39

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Skema Triangulasi Teknik ...27

Gambar 4.1 hasil kerja subjek IQ tinggi (Written text) ...30

Gambar 4.2 hasil kerja subjek IQ tinggi (Drawing) ...31

Gambar 4.3 hasil kerja subjek IQ tinggi (Mathematical Expression) ...32

Gambar 4.5 hasil kerja subjek IQ sedang (Written text) ...33

Gambar 4.6 hasil kerja subjek IQ sedang (Drawing) ...33

Gambar 4.7 hasil kerja subjek IQ sedang (Mathematical Expression) ...34

Gambar 4.8 hasil kerja subjek IQ rendah (Written text) ...35

Gambar 4.9 hasil kerja subjek IQ rendah (Drawing) ...36

(14)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini kita berada di fase dimana kita menempatkan pendidikan sebagai penunjang utama di dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena pendidikan berkontribusi penuh untuk menentukan strata sosial atau kelas setiap orang termasuk sektor lapangan kerja baik negri maupun swasta.

Di dalam hal ini peneliti menitip beratkan kepada sistem Pendidikan Nasional, yang secara menyeluruh dapat dipahami oleh semua wilayah di Indonesia, antara lain sistem pendidikan yang berintegritas dan wajib belajar 9 tahun.

Menurut Putra (Tama et al., 2018:92) Pembelajaran tidak terlepas dari pendidikan yang didalamnya terdapat proses penyampaian materi (ilmu pengetahuan) oleh guru untuk bekal siswa dalam menuntaskan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Merujuk pada pendidikan yang berkaitan dengan kehidupan, matematika mengandung unsur perhitungan dan rasionalitas yang sangat berguna bagi kelangsungan hidup umat manusia.

Oleh karena itu, di dalam berbagai macam disiplin ilmu yang ada, matematika adalah dasar penunjang utama di dalam penerapannya, seperti akutansi, astronomi, fisika, kedokteran, dan sebagainya. Dalam kehidupan sehati-hari, kita sering berhubungan dengan angka, salah satu contohnya melakukan transaksi jual beli di pasar.

(15)

Diperkuat oleh Cornelius (Alam et al., 2015:2) ada beberapa hal yang menjadi seba matematika perlu dipelajari ialah (1) unsur-unsurnya konkrit dan aktual, (2) fasilitas memahami pola-pola ikatan serta generalisasi pengalaman, (3) fasilitas buat membongkar permasalahan tiap hari, (4) fasilitas buat meningkatkan kreatifitas, serta (5) fasilitas buat tingkatkan pemahaman terhadap pertumbuhan budaya.

Siapapun yang memahami pendidikan matematika harus mampu mengaplikasikannya dalam pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari, dan mampu mengkomunikasikannya. Dengan mengkomunikasikan ide matematikanya pada orang lain seorang siswa dapat meningkatkan pemahamannya.

Sebagaimana konsep umum matematika yang seolah-olah mamaksakan setiap pelajar mengenal matematika sebagai mata pelajaran yang membutuhkan tingkat inteligensi yang tinggi, sehingga ada beberapa pelajar yang kurang meminati dan atau sama sekali bersikap antipati terhadap pendidikan matematika. Maka dari itu seiring berjalannya waktu, dari masa ke masa, matematika adalah mata pelajaran yang semakin diminati semua jenjang pendidikan, dari TK hingga perguruan tinggi dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Oleh karena para ilmuan dan intelektual eksakta memacu diri dan berinofasi mencari cara termudah dalam memahami pembelajaran matematika. Mereka berusaha semaksimal mungkin menemukan rumus-rumus dan langkah-langkah terbaik yang lebih efisien dan lebih gampang.

(16)

Suriasumantri (Eliza, 2016:153) matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Selain itu, lambang, gambar dan tabel dapat juga digunakan untuk menyampaikan informasi. Umar (2012:1) menurutnya komunikasi matematika sangat penting menjadi tumbuh kembang siswa di dalam lingkungan, agar siswa tersebut ingin berhasil dalam belajar maka mereka harus melatih diri untuk memiliki kemampuan menyampaikan gagasan dalam suatu permasalahan.

Van de Walle (Ahmad, 2019:1) kemampuan komunikasi matematis merupakan cara berbagi ide yang lebih mementingkan pada kemampuan berbicara , menulis, menggambar, dan menjelaskan konsep-konsep matematika. Sedangkan, menurut Barodi (Umar, 2012:2) terdapat 2 alasan kenapa keahlian komunikasi matematis berarti dalam pendidikan matematika, (1) matematika merupakan bahasa esensial yang tidak cuma digunakan untuk berpikir, menciptakan rumus, menuntaskan permasalahan ataupun merumuskan saja, tetapi matematika pun memiliki daya tarik untuk dikaji setiap saat dan buat menyatakan bermacam-macam gagasan, (2) matematika menopang semua ilmu pengetahuan dan sendi-sendi kehidupan umat manusia. Jadi komunikasi matematis merupakan kemampuan siswa untuk menyatakan ide-ide matematika baik secara lisan maupun tertulis. Secara garis besar memiliki kemampuan berkomunikasi dalam matematika sangatlah penting untuk dimiliki masing-masing siswa. Contoh kecilnya pada saat pembelajaran matematika sedang berlangsung, disaat guru melemparkan suatu

(17)

permasalahan kepada siswa, maka siswa tersebut harus tanggap mengidentifikasi permasalahan tersebut, menguasai, menganalisis, dan dapat memakai argumennya dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.

Masing-masing siswa mempunyai metode tersendiri tentang bagaimana membahasakan, merumuskan dan menjabarkan soal matematika. Menurut Wahyumiarti et al., (2015:74) kecerdasan ini pastinya mempengaruhi terhadap bagaimana siswa tersebut berpikir, mencerna data serta mendefinisikan tiap masalah matematika.

Pada hasil observasi yang dilakukan di SMP Negeri 1 Sungguminasa dari tanggal 8 dan 9 oktober 2019, informasi yang diperoleh dari hasil wawancara salah satu guru matematika adalah bahwa kemampuan komunikasi matematika yang dimiliki oleh siswa masih banyak yang rendah. Hal ini dikarenakan banyaknya siswa yang masih kurang dalam hal memahami soal matematika, seperti halnya menulis dan menjelaskan pemahaman yang ia ketahui dari permasalahan yang diberikan.

Siswa tidak menjamin siswa mampu memahami dan mengomunikasikan permasalahan dalam pembelajaran matematika, karena masih banyak siswa dengan IQ tinggi tetapi kemampuan komunikasinya berada di bawah anak yang memiliki IQ di bawah rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat IQ tidak menjadi tolak ukur kecerdasan seseorang. IQ siswa dapat menjadi sumber informasi bagi guru untuk memilih pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan peserta didik.

(18)

Jadi dapat disimpulkan kemampuan komunikasi siswa terhadap objek matematika merupakan tujuan yang antara lain memudahkan siswa di dalam proses memahami sistem yang berlaku di dalam pendidikan matematika dimana ditinjau dari tingkat IQ siswa yang masing-masing mewakili intelegensi tinggi, sedang, dan rendah. Di dalam matematika yang terdapat aljabar, gambar, diagram dan berbagai model matematika lainnya, siswa tersebut mampu mengkomunikasikan gagasan mereka baik secara lisan maupun tulisan.

Untuk melihat kemampuan komunikasi siswa SMP Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa, dalam kesempatan meneliti kali ini materi persamaan garis lurus yang peneliti akan gunakan, karena masih banyak siswa yang belum paham mengenai konsep dari persamaan garis lurus. Pada salah satu materi persamaan garis lurus terdapat gradient garis yang sejajar dengan sumbu X dan Y serta gradient garis tegak lurus sumbu X dan Y, data yang diperoleh dari interview dengan guru pamong bahwa pada materi persamaan garis lurus banyak siswa yang terlihat mengerjakan soal-soal persamaan garis lurus yang diberikan tanpa berkomunikasi dengan temannya atau bertanya kepada guru mengenai materi yang kurang dipahaminya, akibatnya ada beberapa siswa yang menukar kedua materi tersebut. Selain itu, materi persamaan garis lurus dirasa cocok jika ingin melihat kemampuan komunikasi matematis siswa dimana siswa harus menyatakan permasalahan dalam bentuk

(19)

symbol matematika, membuat/melukis grafik, dan menyimpulkan dengan bahasa sendiri.

Berdasarkan hasil paparan di atas, peneliti memberi judul “Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Persamaan Garis Lurus Kelas VIII SMP Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kemampuan komunikasi matematis siswa IQ tinggi dalam menyelesaikan soal persamaan garis lurus kelas VIII SMP Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa ?

2. Bagaimana kemampuan komunikasi matematis siswa IQ sedang dalam menyelesaikan soal persamaan garis lurus kelas VIII SMP Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa ?

3. Bagaimana kemampuan komunikasi matematis siswa IQ rendah dalam menyelesaikan soal persamaan garis lurus kelas VIII SMP Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis kemampuan komunikasi matematis siswa IQ tinggi dalam

menyelesaikan persamaan garis lurus kelas VIII SMP Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa.

(20)

2. Untuk menganalisis kemampuan komunikasi matematis siswa IQ sedang dalam menyelesaikan persamaan garis lurus kelas VIII SMP Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa.

3. Untuk menganalisis kemampuan komunikasi matematis siswa IQ rendah dalam menyelesaikan persamaan garis lurus kelas VIII SMP Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai, maka peneliti berharap dapat bermanfaat bagi: 1. Bagi guru

Guru dapat mengetahui kemampuan komunikasi matematis yang dimiliki oleh para siswa sehingga nantinya guru bisa mendesain pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan komunikasi siswanya.

2. Bagi siswa

Siswa mampu memahami dan meningkatkan setiap metode pengembangan pelajaran matematika.

3. Bagi sekolah

Semoga hasil penelitian ini dapat membantu meningkatkan dan mengembangkan kualitas pendidikan dan menarik minat para siswa lebih mencintai pelajaran matematika.

4. Bagi peneliti

Skripsi akan menjadi acuan bagi peneliti untuk dipergunakan sebagai salah satu metode mengajar.

(21)
(22)

9

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Belajar dan Pembelajaran

Menurut Sutikno (Astuti, 2015:69) Belajar adalah proses seseorang memperoleh berbagai kecakapan… dalam berinteraksi terhadap lingkungan sekitarnya untuk menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang baru.

Menurut Pane & Darwis Dasopang (2017:334) Belajar adalah interaksi antar individu dengan lingkungannya dalam proses perubahan perilaku yang bersifat continu, fungsional, positif, aktif dan terarah.

Dari beberapa definisi diatas maka belajar adalah proses seseorang dalam berubah, dimana perubahan itu merubah seseorang seperti tingkah laku dalam berbagai kondisi sebagai pengalaman yang pernah dia alami dengan lingkungan di sekitarnya.

Menurut Pane & Darwis Dasopang, (2017:334) pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik, dengan bahan pelajaran, metode penyampaian, strategi pembelajaran, dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Begitupun menurut Oemar Hamalik (Fakhrurrazi, 2018:86) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa dan guru), material (buku, papan tulis, kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang, kelas audio visual), dan proses yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran

(23)

Sedangkan, menurut Hanafy (2014:74) pembelajaran merupakan usaha pendidik untuk mewujudkan terjadinya proses pemerolehan pengetahuan, penguasaan kemahiran, dan pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses yang memfasilitasi peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Berdasarkan uraian tersebut bisa disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses untuk mencapai tujuan bersama, antar tenaga pendidik dan pelajar.

2. Pembelajaran Matematika

Whardani (2016:11) menurutnya pembelajaran matematika merupakan pembelajaran seumur hidup, pembelajaran yang menunjang keaktifan, serta

learning how to learn. Sedangkan, menurut Gegne (Ahmad, 2019:14) dalam

belajar matematika yang terpenting adalah bagaimana peserta didik menyelesaikan masalah dan belajar mandiri, karna di dalam matematika terdapat fakta, keterampilan, konsep dan aturan.

Maka dapat ditarik kesimpulannya, pembelajaran matematika ialah cara guru dan siswa dalam menciptakan suasana belajar, dalam menelaah konsep-konsep abstrak dari matematika, bagaimana pola, susunan, bentu, bangun, bidang, garis, tabel, serta hubungannya; dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.

3. Kemampuan Komunikasi Matematis

Menurut Lanani (2013:16) Komunikasi merupakan komponen pengirim pesan untuk menciptakan suatu ide ataupun gagasan yang disampaikan.

(24)

Sedangkan Wisman (2017:647) mengemukakan bahwa komunikasi menjadi salah satu yang sangat penting karna dalam proses pembelajaran, komunikasi digunakan untuk menyampaikan pesan, baik itu berupa ilmu pengetahuan maupun teknologi.

Lebih lanjut, komunikasi dalam hubungannya dengan matematika, dipertegas oleh Yuniarti (2016:110) menyatakan bahwa: “komunikasi dalam pembelajaran matematika perlu ditumbuh kembangkan dikalangan peserta didik, karena matematika tidak hanya sekedar alat bantu berfikir, alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan tetapi matematika juga sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, matematika sebagai wahana interaksi antar peserta didik dan juga komunikasi antara guru dan peserta didik.”

Menurut Laswell (Ahmad, 2019:10) pada tiap komunikasi, komponen pendukung dapat terjadinya komunikasi:

1. Sumber

Sumber adalah seseorang yang berperan dalam proses komunikasi. Orang-orang yang memainkan peran komunikasi adalah pengirim, encoder, komunikator, dan pembicara. Sumber ini berperan sebagai pihak yang mengirimkan pesan kepada orang lain.

2. Pesan

Pesan adalah hal-hal yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan nonverbal yang berisi ide-ide, sikap-sikap, dan nilai-nilai dari pengirim. Pesan mempunyai tiga

(25)

komponen, yaitu makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, serta bentuk atau organisasi pesan.

3. Saluran

Saluran adalah media di mana pesan disampaikan kepada komunikan. Dalam komunikasi pribadi (tatap muka), saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.

4. Penerima

Penerima adalah orang yang menerima pesan. Penerima pesan ini sering disebut target/tujuan, encoder umpan balik penonton.

5. Hambatan

Hambatan adalah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan dalam arti pengirim pesan untuk disampaikan kepada penerima. Hambatan-hambatan tersebut dapat berasal dari pesan, saluran, dan pendengar. Ada beberapa teori yang menggunakan istilah kebisingan mengacu pada unsur-unsur pengganggu. Kebisingan eksternal meliputi latar belakang pembicaraan, lingkungan, dan teknis saluran, sementara kebisingan internal meliputi aspek psikologis peserta komunikasi, dan aspek semantik, misalnya sebuah kata yang mengandung ambiguitas. Kurangnya mendengarkan, perbedaan emosional, dan perbedaan dalam latar belakang.

6. Umpan Balik

Umpan balik adalah reaksi dan respon dari pendengar melalui komunikasi pengirim lakukan. Umpan balik dapat berupa komentar langsung/tulisan, huruf-huruf, atau polling. Umpan balik yang mengatur tindakan komunikasi

(26)

kita. Umpan balik negatif biasanya dalam bentuk kritik atau penolakan, sedangkan umpan balik positif biasanya dalam bentuk pujian.

7. Situasi atau aturan dari kedua belah pihak

Situasi adalah salah satu elemen yang paling penting dalam proses komunikasi pidato. Komunikasi harus dilakukan pada kondisi/konteks. Situasi atau keadaan selama komunikasi berlangsung mempengaruhi suasana hati pembicara dan pendengar, saluran/media yang digunakan, dan umpan balik dari para penonton. Situasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu konteks fisik dan konteks sosial.

Dengan adanya kompenen-kompenen tersebut, komunikasi dapat berjalan dengan baik. Akan tetapi, cenderung akan adanya kegagalan dalam berkomunikasi tetap masih ada. Semua bergantung dari faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi menurut Ahmad (2019:13) adalah:

a. Latar belakang budaya; Interpretasi suatu pesan akan terbentuk dari pola pikir seseorang melalui kebiasaanya, sehingga semakin sama latar belakang budaya antara komunikator dan komunikan maka komunikasi semakin efektif.

b. Ikatan kelompok; Nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok sangat mempengaruhi cara mengamati pesan yang disampaikan.

c. Harapan; Harapan mempengaruhi penerimaan pesan sehingga dapat menerima pesan seusai dengan yang diharapkan

d. Pendidikan; Semakin tinggi pendidikan akan semakin kompleks sudut pandang dalam menyikapi isi pesan yang disampaikan

(27)

e. Situasi; Perilaku manusia dipengaruhi oleh situasi/lingkungan. 4. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis

Adapun indikator kemampuan komunikasi matematis siswa NCTM (Whardani, 2016:17) dapat dilihat dari:

a. Mengungkapkan ide-ide atau gagasan secara tulisan maupun lisan dan mendemonstrasikan serta menggambarnya secara visual.

b. Memahami dan mengevaluasi ide matematika secara lisan dan bentuk visual lainnya.

c. Menggunakan istilah, notasi matematika dan struktur-strukturnya dalam menyajikan suatu ide, menggambarkan hubungan dan model situasi.

Menurut Gusni Satriawati (Whardani, 2016:18) komunikasi matematis terdiri dari tiga kategori yaitu Written Text, Drawing, dan Mathematical

Expression. Indikatornya antara lain:

a. Written Text, yaitu memberikan jawaban dengan menggunakan bahasa sendiri, memuat model situasi atau persoalan menggunakan model matematika dalam bentuk: lisan, tulisan, kongkrit, grafik, dan aljabar, menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari, mendengarkan, mendiskusikan, dan menulis tentang matematika, membuat konjektur, menyusun argumen dan generalisasi.

b. Drawing, yaitu merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide-ide matematika, dan sebaliknya.

c. Mathematical Expression, yaitu mengekspresikan konsep matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau symbol matematika.

(28)

Dari kedua indikator diatas, peneliti mengelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu indikator kemampuan komunikasi matematika lisan dan indikator kemampuan komunikasi matematika tertulis. Indikator kemampuan komunikasi lisan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Indikator komunikasi matematis siswa lisan dan tulisan

Aspek Indikator

1. Written Text Kemampuan memberikan jawaban

dengan menggunakan bahasa sendiri, memuat model situasi atau persoalan menggunakan model matematika dalam bentuk: lisan, tulisan, grafik, dan aljabar, menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari, mendengarkan dan menulis tentang matematika, argumen dan generalisasi.

2. Drawing Kemampuan merefleksikan

benda-benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide-ide matematika, dan sebaliknya.

3. Mathematical Expression Kemampuan mengekspresikan konsep matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau symbol matematika.

B. Materi Persamaan Garis Lurus Koordinat Kartesius

Koordinat kartesius adalah letak suatu titik (objek) yang ditulis dengan (x,y) dimana x disebut absis, dan y disebut ordinat.

(29)

Titik koordinat ditulis sebagai (x,y).

Contoh: jika diketahui titik koordinat (1,3) maka dapat dikatakan bahwa: Titik x (absis) = 1

Titik y (ordinat) = 3

Dari gambar dapat ditulis posisi titik:

1. Titik A berjarak 4 satuan terhadap sumbu x dan berjarak 5 satuan terhadap sumbu y

2. Titik B berjarak 2 satuan terhadap sumbu x dan berjarak 2 satuan terhadap sumbu y

3. Titik C berjarak 3 satuan terhadap sumbu x dan berjarak 5 satuan terhadap sumbu y

(30)

4. Titik D berjarak 6 satuan terhadap sumbu x dan berjarak 3 satuan terhadap sumbu y

Posisi titik pada bidang koordinat cartesius dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu kuadran I, kuadran II, kuadran III, dan kuadran IV. Untuk menulis koordinat suatu titik, ada beberapa aturan tanda dari berbagai kuadran yang perlu dipahami: a. Kuadran I merupakan daerah sumbu x positif dan sumbu y positif

b. Kuadran II merupakan daerah sumbu x negatif dan sumbu y positif c. Kuadran III merupakan daerah sumbu x negatif dan sumbu y negative d. Kuadran IV merupakan daerah sumbu x positif dan sumbu y negatif

(31)

1. Dua buah garis dikatakan saling sejajar jika kedua buah garis tersebut memiliki kemiringan yang sama, sehingga apabila kita perpanjang maka kedua garis tersebut tidak akan berpotongan. Pada gambar tersebut dua buah garis yang saling sejajar adalah garis l dan n.

2. Dua buah garis dikatakan saling tegak lurus jika kedua buah garis tersebut berpotongan dan membentuk sudut 90° atau siku-siku. Pada gambar tersebut dua buah garis yang saling tegak lurus adalah garis k dan n. Dimana garis k tegak lurus terhadap sumbu x dan garis n tegak lurus terhadap sumbu y.

Contoh Soal:

1. Titik A (3, 2), B (0, 2), dan C (-5, 2) merupakan titik-titik yang dilewati oleh garis p. Apabila garis q merupakan garis yang sejajar dengan garis p, bagaimanakah kedudukan garis q terhadap sumbu x dan sumbu y?

Jawab:

Dik : Garis p adalah garis yang dilewati titik A, B dan C. Dimana titik A (3,2), B (0,2), C (-5,2)

Dit : Apakah garis q sejajar dengan sumbu x atau y? Jawaban:

(32)

Kesimpulan : Dalam gambar di atas terlihat jika garis p sejajar dengan sumbu x. Sebab garis q sejajar dengan garis p, maka garis q juga sejajar dengan sumbu x.

2. Diberikan titik A (-2,3), titik B (-4,-2), titik C (6,-2) dan titik D (4,3). Hubungkan titik-titik tersebut sehingga membentuk sebuah bangun datar. Bangun apa yang terbentuk?

Dik : Titik A (-2,3), B (-4,-2), C (6,-2) dan D (4,3). Dit : Bangun apa yang terbentuk?

(33)

Kesimpulan: Bangun yang terbentuk dari titik A, B, C dan D yang dihubungkan adalah garis trapesium.

3. Reni berada di titik awal, dan dia melangkah 7 langkah ke arah kanan jalan raya, maka gambarkanlah dalam konsep matematika persamaan garis lurus! Jawab:

Kesimpulan: Jalan raya merupakan garis absis atau garis x di dalam koordinat kartesius. Reni berada di titik awal, yang dimana koordinat kartesius titik awalnya adalah (0,0). Reni berjalan ke arah kanan, maka reni berada tegak lurus terhadap sumbu x.

(34)

C. Penelitian Relevan

1. Yenni (2016). Pemberian bantuan model pembelajaran Jigsaw membantu siswa mengungkapkan ide matematika yang dimiliki karena siswa diharuskan aktif, baik di kelompok asal, kelompok ahli maupun sesi presentasi. Model Jigsaw melayani kebutuhan mahasiswa untuk berpikir secara individu, memikirkan satu permasalahan hingga ahli dipermasalahan tersebut. Kemampuan komunikasi matematis yang terbangun dengan Jigsaw terlihat cukup signifikan, meski masih ada siswa sebanyak 40% yang belum mencapai KKM. Namun demikian, indikator 1 dan 2 terlihat lebih terbangun. Secara umum, kemampuan komunikasi matematika untuk indikator menyatakan dan mengilustrasikan ide matematika ke dalam bentuk model matematika dapat terbangun, ditandai dengan 60% siswa dapat skor di atas KKM.

Persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang kemampuan komunikasi matematis siswa. Perbedaannya adalah Yenni menggunakan model pembelajaran Jigsaw dengan materi bangun ruang sisi lengkung, sedangkan saya meneliti kemampuan komunikasi matematis siswa dengan materi persamaan garis lurus ditinjau dari tingkat IQ.

2. Daimaturrohmatin & Rufiana, (2019). Subjek dengan tipe gaya belajar diverger lebih dominan menguasai satu indikator kemampuan komunikasi matematis yaitu indikator menyatakan permasalahan dalam model atau simbol matematika. Subjek dengan tipe gaya belajar asimilator lebih dominan menguasai dua indikator kemampuan komunikasi matematis, yakni kemampuan menyatakan permasalahan dalam model atau simbol matematika

(35)

dan kemampuan menjelaskan ide matematika dalam menyelesaikan permasalahan sesuai dengan kaidah matematika yang berlaku. Kemudian subjek dengan tipe gaya belajar konverger lebih dominan menguasai seluruh indikator kemampuan komunikasi matematis yang telah ditentukan, yaitu kemampuan menyatakan permasalahan dalam model atau simbol matematika, kemampuan menjelaskan ide matematika dalam menyelesaikan permasalahan sesuai dengan kaidah matematika yang berlaku, dan kemampuan dalam menyimpulkan hasil penyelesaian secara jelas. Subjek yang terakhir yakni subjek dengan tipe gaya belajar akomodator lebih dominan menguasai dua indikator kemampuan komunikasi matematis, yaitu kemampuan menjelaskan ide matematika dalam menyelesaikan permasalahan sesuai dengan kaidah matematika yang berlaku dan kemampuan dalam menyimpulkan hasil penyelesaian secara jelas. Persamaannya adalah sama-sama penelitian Analisis kemampuan komunikasi matematis siswa. Perbedaannya adalah Daimaturrohmatin menganalisis kemampuan komunikasi siswa ditinjau dari gaya belajar kolb, sedangkan saya meneliti kemampuan komunikasi siswa ditinjau dari tingkat IQ siswa.

3. Merdian et al., (2018). Terdapat peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan menerapkan pendekatan problem posing pada pembelajaran Matematika tentang SPLTV di SMA Muhamadiyah 1 Cimahi kelas X dapat dilihat dari nilai rata-rata prasiklus, siklus I dan siklus II diantaranya adalah 39, 70 dan 85 dengan persentase jumlah siswa yang di bawah, pas, dan di atas KKM adalah 9,68%, 54,84% dan 96,77%. Selain itu

(36)

juga Terdapat peningkatan keaktifan siswa dengan menerapkan pendekatan problem posing pada pembelajaran Matematika tentang SPLTV di SMA Muhamadiyah 1 Cimahi kelas X dapat dilihat dari persentase jumlah siswa yang memiliki nilai keaktifan aktif dan sangat aktif pada siklus I dan siklus II adalah 35,48%; dan 93,54%. Persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang kemampuan komunikasi matematis siswa. Perbedaannya adalah Arista dkk menggunakan pendekatan problem posing dengan materi system persamaan linear tiga variabel, sedangkan saya meneliti kemampuan komunikasi matematis siswa dengan materi persamaan garis lurus ditinjau dari tingkat IQ.

(37)

24 A. Rancangan Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Metodologi yang digunakan adalah kualitatif dan dengan jenis penilian deskriptif, diterapkan deskriptif karena peneliti ingin mendeskripsikan hasil analisis kemampuan peserta didik dalam hal berkomunikasi matematis berdasarkan tingkat IQ secara lisan dan secara tertulis.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa dan berlangsung pada tanggal 01 Oktober sampai 09 Oktober 2020.

B. Subjek Penelitian

Pengambilan subjek melalui tes IQ dan melihat bagaimana nilai raport yang di peroleh oleh siswa. Memilih 3 siswa SMP Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa kelas VIII SMPN 1 Sungguminasa yang terletak di Kabupaten Gowa yang mewakili tingkat IQ tinggi, sedang dan rendah.

C. Instrument Penelitian 1. Tes Kemampuan Komunikasi

Setelah peneliti melakukan tes IQ, peneliti lalu menentukan subjek yang mewakili tingkatan IQ. Subjek yang mewakili tersebut lalu diberikan tes tertulis untuk menguji kemampuan subjek tersebut dalam berkomuniasi matematis, materi yang diterapkan dalam tes ini adalah persamaan garis lurus.

(38)

2. Tes Wawancara

Tes wawancara dibuat untuk membantu peneliti dalam memperkuat data kemampuan komunikasi subjek setelah melakukan tahap tes tertulis.

D. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti memperoleh data di SMP Negeri 1 Sungguminasa dengan cara sebagai berikut:

1. Tes Kemampuan Komunikasi

Tes ini dilaksanakan untuk menguji bagaimana kemampuan 3 siswa yang telah terpilih dalam berkomunikasi matematis dalam mengerjakan soal persamaan garis lurus berdasarkan indikator yang telah ditetapkan.

Menurut Ahmad (2019:35) melalui indikator yang telah ditentukan teknik pengumpulan data untuk mengetahui kemampuan komunikasi siswa tertulis sebagai berikut:

Menghitung persentase kemampuan komunikasi matematis siswa Persentase kemampuan komunikasi matematis siswa =

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑥 100%

2. Wawancara

Fathoni (Nurwega, 2015:51) mengemukakan bahwa wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan satu arah yang datang dari pihak yang mengajukan pertanyaan terhadap pihak yang akan memberikan jawaban.

Peneliti kali ini menggunakan pedoman wawancara yang tidak terstruktur karna hanya akan mengajukan pertanyaan yang memuat garis besarnya dalam penelitian ini.

(39)

E. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (Yusmasari et al., 2017:6) tahap-tahap untuk menganalisis data:

1. Reduksi Data

Tahap perangkuman ini dilakukan untuk merangkum yang penting, merunutkan data yang diperoleh di lapangan ke dalam hal-hal yang pokok saja untuk mencari polanya dan mengenyampingkan data yang tidak digunakan. 2. Penyajian Data

Pada penyajian informasi ini data semakin mudah dipahami, karena data yang telah didapat dikerjakan dalam bentuk uraian singkat. Seperti dalam bentuk penyajian hasil pekerjaan siswa dan penyajian hasil wawancara.

3. Verifikasi

Langkah berikutnya adalah penarikan kesimpulan, menyimpulkan data-data yang telah di dapatkan.

F. Uji Keabsahan Data

Di dalam uji keabsahan data terdapat beberapa uji, antara lain uji kredibilitas data, uji dependensi data, serta uji transferabilitas data. Pengecekan keabsahan data dicoba dengan memakai metode pemeriksaan, salah satu metodenya adalah Triangulasi.

Dalam kesempatan ini, peneliti menggunakan uji triangulasi teknik. Dimana data yang dikumpulkan dengan tes kemampuan komunikasi dengan soal persamaan garis lurus. Selanjutnya, dapat dilakukan pengecekan kembali dengan teknik wawancara dengan sumber yang sama.

(40)

Gambar 3.1 Skema Triangulasi teknik Hasil Tes

Kemampuan komunikasi

(41)

28 A. Hasil Penelitian

Sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian pendahuluan, bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa pada materi Persamaan Garis Lurus atau koordinat kartesius. Data pada penelitian ini diperoleh melalui dua metode, yaitu dengan metode tes tertulis dan wawancara. Pengambilan subjek pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan tes IQ dan di kuatkan dengan melihat nilai raport subjek tersebut.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B dengan jumlah siswa 34 orang, hal tersebut berdasarkan hasil rekomendasi guru bahwa kelas VIII B merupakan kelas unggulan dari kelas VIII lainnya. Untuk mendapatkan data penelitian diawali dengan memberikan tes IQ kepada siswa yang menjadi subjek penelitian. Setelah mengerjakan tes IQ, siswa akan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu intelijensi tinggi, sedang dan rendah.

Tes IQ diberikan kepada siswa melalui google formulir yang dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 6 Oktober 2020. Hasil tes IQ siswa dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 4.1 Kategori Tingkat IQ Kelas VIII B

No Kategori tingkat IQ Banyaknya Siswa kelas VIII B

1. IQ tinggi 5

2. IQ sedang 8

3. IQ rendah 21

(42)

Pengambilan subjek pun selain melihat hasil tes IQ juga dilakukan berdasarkan hasil rekap nilai raport siswa dari kelas VII semester 2 mata pelajaran matematika. Dari nilai masing-masing siswa tersebut kemudian diurutkan berdasarkan nilai tertinggi ke nilai terendah. Setelah diperoleh data yang urut, untuk menentukan subjek dengan tingkat IQ tinggi, sedang dan rendah, peneliti meminta penjelasan dari guru matematika mengenai ketuntasan minimal yang harus dicapai siswa pada pelajaran matematika. Karena ketuntasan minimal yang harus dicapai siswa pada pelajaran matematika adalah 80, maka siswa yang mendapat nilai mulai 80 berada pada kelompok bawah. Sedangkan siswa yang mendapat nilai mulai 80 sampai kurang 85 berada pada kelompok sedang. Nilai raport siswa kelas VIII B terdapat di Lampiran 3

Tabel 4.2 Kategori Nilai Raport Matematika Siswa kelas VIII B No Kategori Nilai Raport Banyaknya Siswa kelas VIII B

1. Tinggi 3

2. Sedang 30

3. Rendah 1

Jumlah Siswa 34

Berdasarkan tabel di atas diperoleh data untuk siswa yang memiliki nilai raport tinggi, sedang dan rendah. Dan berdasarkan hasil diskusi dengan guru matematika, disarankan untuk mengambil siswa perempuan dijadikan subjek penelitian, dengan pertimbangan bahwa siswa laki-laki dan perempuan memiliki kemampuan berkomunikasi yang berbeda, maka dari itu peneliti mengambil 3 siswa perempuan berdasarkan kemampuan siswa tersebut dalam berkomunikasi dan mengungkapkan pendapat/jalan pikiran baik secara lisan maupun tulisan. Yang dimana siswa yang mewakili tingkat intelijensi tinggi adalah Ainun Fauzia

(43)

Salsabila, intelijensi sedang adalah Nia Amelia dan tingkat intelijensi rendah adalah Nayla Afifah Abzarina Anwar.

Subjek penelitian yang telah terpilih, selanjutnya akan dilakukan tes kemampuan komunikasi lalu tes wawancara. Berikut adalah paparan hasil tes masing-masing subjek.

1. Paparan Hasil Tes Tertulis Setiap Subjek a. Subjek dengan IQ tinggi

1) Soal nomor 1 (Written Text)

Gambar 4.1 hasil kerja subjek IQ tinggi (written text)

Pada gambar diatas terlihat subjek berkemampuan IQ tinggi menggambar dan menuliskan beberapa point yang terdapat dalam soal, seperti menggambar koordinat kartesius dan menuliskan alasannya. Soal nomor satu berisi “Jika diberikan sebuah garis, missal garis q yang berjarak 12 satuan dari sumbu y. Jelaskan menurut pendapatmu, garis q tersebut terletak pada sumbu apa? Kenapa?” siswa dengan IQ tinggi itu menjawab “Garis q tersebut terletak di sumbu y. Mengapa? Karena garis q sejajar dengan sumbu y dan berbentuk tegak lurus terhadap sumbu x. Garis q pun bisa terletak dimana saja, dikiri maupun dikanan dengan syarat berjarak 12 satuan dari sumbu y.”

(44)

Dengan melihat alasan yang siswa tersebut tulis, kita bisa melihat dia memahami soal yang diberikan. Dan mampu menentukan garis tersebut sejajar dengan sumbu apa dan tegak lurus terhadap sumbu apa.

2) Soal nomor 2 (Drawing)

Gambar 4.2 hasil kerja subjek IQ tinggi (drawing)

Soal nomor 2 berisi “Diberikan titik A (-4,4), titik B (-4,-3) dan titik C (6,-3). Jika dihubungkan setiap titik-titik tersebut gambar bangun apa yang terbentuk? Berikan alasannya”, jawaban dari subjek IQ tinggi “karena pada soal sudah menentukan titik koordinat, sehingga jika ke 3 titik tersebut yakni titik A (-4,4), titik B (-4,-3) dan titik C (6,-3) dihubungkan maka membentuk sebuah bangun yaitu segitiga siku-siku.”

Terlihat dari jawaban subjek dengan IQ tinggi, siswa tersebut mampu menggambarkan bentuk segitiga tersebut dalam konsep matematika, menghubungkan antartitik sehingga membentuk bangunan segitiga dan mampu menjelaskan apa yang dimaksud dalam soal yang diberikan.

(45)

3) Soal nomor 3 (Mathematical Expression)

Gambar 4.3 hasil kerja subjek IQ tinggi (drawing) Soal nomor 3 berisi “Andi berada di titik awal, di depannya ada sebuah pohon mangga. Dia ingin mengambil buah mangga tersebut dengan harus menaiki 6 anakan tangga. Gambarlah dalam konsep matematika persamaan garis lurus!” jawaban dari subjek IQ tinggi diatas setelah dia menggambarkan bidang koordinat kartesius dia pun memaparkan alasannya “Karena pada soal, Andi berada di titik awal yang jika digambarkan dalam konsep matematika adalah (0,0). Andi ingin mengambil buah mangga dengan harus menaiki 6 anakan tangga, berarti jika Andi berada di titik (0,0) maka ditambahkan 6 pada sumbu y. mengapa sumbu y? karena pada soal Andi ingin menaiki yang artinya keatas.”

Terlihat dari jawaban subjek IQ tinggi tersebut, dia mampu mengekspresikan konsep matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa matematika, menggambar koordinat kartesius dari soal cerita yang diberikan. Siswa tersebut pun mampu menjelaskan secara detail apa yang diinginkan dari soal yang diberikan.

(46)

b. Subjek dengan IQ sedang 1) Soal nomor 1 (Written Text)

Gambar 4.5 hasil kerja subjek IQ sedang (written text)

Soal nomor satu berisi “Jika diberikan sebuah garis, missal garis q yang berjarak 12 satuan dari sumbu y. Jelaskan menurut pendapatmu, garis q tersebut terletak pada sumbu apa? Kenapa?” setelah menggambarkan bidang koordinat kartesius, siswa dengan IQ sedang itu menjawab “Garis q tersebut terletak pada sumbu y, memotong sumbu x. Mengapa disebut terletak pada sumbu y? karena garis q tersebut sejajar dengan sumbu y.”

Terlihat dari jawaban subjek dengan IQ sedang, siswa tersebut mampu menggambarkan apa yang dimaksud soal yang diberikan, dan mampu memberikan alasan bahwa garis q tersebut merupakan garis yang sejajar dengan sumbu y.

2) Soal nomor 2 (Drawing)

(47)

Soal nomor 2 berisi “Diberikan titik A (-4,4), titik B (-4,-3) dan titik C (6,-3). Jika dihubungkan setiap titik-titik tersebut gambar bangun apa yang terbentuk? Berikan alasannya”, jawaban dari subjek IQ sedang ”segitiga tumpul. Karena jika titik-titik tersebut digabungkan maka akan membentuk segitiga, tetapi jika hanya dijawab segitiga itu tidak valid. Jadi, karena segitiga tersebut memiliki salah satu sudut yang besarnya antara 90° dan 180° maka disebut segitiga tumpul.”

Terlihat dari jawaban subjek dengan IQ sedang ini diatas, siswa tersebut kurang memahami maksud soal, sehingga keliru dalam penentuan titik dan gambar. Sehingga jika penentuan titiknya keliru maka alasan yang digunakan pun keliru.

3) Soal nomor 3 (Mathematical Expression)

Gambar 4.7 hasil kerja subjek IQ sedang (mathematical expression)

Soal nomor 3 berisi “Andi berada di titik awal, di depannya ada sebuah pohon mangga. Dia ingin mengambil buah mangga tersebut dengan harus menaiki 6 anakan tangga. Gambarlah dalam konsep matematika persamaan garis lurus!” Dari jawaban yang diberikan subjek IQ sedang ini terlihat subjek tersebut belum memahami maksud soal, karena hanya terdapat sumbu x dan sumbu y di dalamnya, tanpa memberi penjelasan apa maksud dari gambar yang dia kerjakan. Jadi dapat disimpulkan siswa dengan subjek IQ sedang masih belum mampu

(48)

mengekspresikan konsep matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam simbol matematika.

c. Subjek dengan IQ rendah 1) Soal nomor 1 (Written Text)

Gambar 4.8 hasil kerja subjek IQ rendah (written text)

Soal nomor satu berisi “Jika diberikan sebuah garis, missal garis q yang berjarak 12 satuan dari sumbu y. Jelaskan menurut pendapatmu, garis q tersebut terletak pada sumbu apa? Kenapa?” siswa dengan IQ rendah itu memberikan alasan dari gambar koordinat kartesius yang dia kerjakan “sejajar dengan sumbu y ‘menurun’ dan berjarak 12 satuan ke sebelah kanan.”

Terlihat dari jawaban yang diberikan subjek dengan IQ rendah juga ternyata mampu menggambarkan apa yang dimaksud dari soal, namun terlihat alasan yang diberikan kurang tepat, karena tidak ada dari soal yang menyatakan bahwa garis q terletak disebelah kanan, karna garis q pun mampu terletak di sebelah kiri.

(49)

2) Soal nomor 2 (Drawing)

Gambar 4.9 hasil kerja subjek IQ rendah (Drawing)

Soal nomor 2 berisi “Diberikan titik A (-4,4), titik B (-4,-3) dan titik C (6,-3). Jika dihubungkan setiap titik-titik tersebut gambar bangun apa yang terbentuk? Berikan alasannya”, jawaban dari subjek IQ rendah “segitiga siku-siku. Dimana letak koordinat yang jika disambungkan akan menjadi seperti itu.”

Terlihat dari gambar diatas yang dikerjakan siswa dengan IQ rendah masih keliru dalam penempatan gambar, yang dimana terlihat dia menarik garis dari sumbu y maupun sumbu x ke titik yang ditentukan, maka sebenarnya gambarnya tidak membentuk segitiga siku-siku.

3) Soal nomor 3 (Mathematical Expression)

(50)

Gambar 5.2 hasil kerja subjek IQ rendah (mathematical expression)

Soal nomor 3 berisi “Andi berada di titik awal, di depannya ada sebuah pohon mangga. Dia ingin mengambil buah mangga tersebut dengan harus menaiki 6 anakan tangga. Gambarlah dalam konsep matematika persamaan garis lurus!” jawaban dari subjek IQ rendah “dimana dalam konsep persamaan ini gradien garis sejajar pada tinggi sumbu y. Karena dari jarak Andi yaitu jarak awal atau (0,0). Jadi, y= 6x

Terlihat dari jawaban yang diberikan subjek IQ rendah, siswa tersebut mampu memasukkan soal cerita yang diberikan ke dalam rumus matematika, dan dia pun mampu menentukan kearah mana ‘Andi’ dari soal tersebut melangkah.

2. Paparan Hasil Wawancara Setiap Subjek

Setelah melakukan Tes kemampuan komunikasi tertulis, maka menggunakan teknik yang berbeda peneliti mengambil data dengan melakukan Tes wawancara, adapun jawaban yang di berikan subjek antara lain:

1) Subjek dengan IQ tinggi (disimbolkan dengan S1)

Tabel 4.2 Wawancara Subjek IQ tinggi

P/S Uraian

P Apa arti dari koordinat kartesius?

S1 Sistem koordinat kartesius digunakan untuk menentukan tiap titik dalam bidang dengan menggunakan dua bilangan yang biasanya disebut koordinat x dan koordinat y dari titik tersebut.

(51)

S1 Ada 4, yaitu kwadran I, kwadran II, kwadran III dan kwadran IV

P Tadi kita sudah membahas x,y. Nah sebutkan yang manakah sumbu absis dan yang manakah sumbu ordinat?

S1 Sumbu absis biasanya juga dikenal dengan koordinat x yang menunjukkan garis mendatar, dan sumbu ordinat biasanya juga disebut dengan koordinat y yang menunjukkan garis tegak lurus.

P Apa yang dimaksud titik awal dalam koordinat kartesius?

S1 Titik awal dalam koordinat kartesius, yaitu (0,0)

P Dalam menentukan suatu titik dalam koordinat kartesius, apa langkah awal yang harus dilakukan?

S1 Langkah awal untuk menentukan titik koordinat kartesius yaitu dimulai dari 0 dan bergerak mendatar menuju ke sumbu x lalu ke sumbu y, karna pada dasarnya koordinat kartesius diawali dengan koordinat x lalu koordinat y

P Ada berapa posisi garis pada bidang koordinat kartesius? Sebutkan!

S1 Ada 7, yaitu garis sejajar, garis tidak sejajar, garis tegak lurus, garis berpotongan terhadap sumbu x, garis berpotongan terhadap sumbu y dan garis yang melalui titik tertentu dan garis berimpit.

P Apa itu garis berimpit?

S1 Garis berimpit yang dimulai dari 0

P Apa perbedaan dari garis sejajar dan garis tegak lurus?

S1 Perbedaan garis tegak lurus dan sejajar yaitu garis tegak lurus mempunyai titik potong yang berbentuk sudut siku-siku, sedangkan garis sejajar tidak memiliki titik potong

P Jika titik-titik dalam koordinat kartesius telah ditentutkan bagaimanakah cara menghubungkan titik-titik tersebut?

S1 Cara menghubungkan titik-titik yang sudah ditentukan yaitu jika sudah ditentukan maka titik-titik tersebut dihubungkan tanpa menggaris ke sumbu lagi

P Jika dia bukan garis sejajar bukan pula garis tegak lurus, garis apakah itu?

S1 Garis yang berpotongan dari sumbu x dan y yang biasanya juga disebut dengan garis miring

P Sebutkan benda apa saja dalam kehidupan sehari-hari yang membentuk sumbu x dan apa saja yang membentu sumbu y?

S1 Benda yang membentuk sumbu x yaitu kasur, rel kereta api, jalanan, dan lain-lain. Benda yang membentuk sumbu y yaitu lemari, kulkas, pintu, dan lain sebagainya

P Apakah pohon itu membentuk sumbu y atau x?

S1 Sumbu y

Dalam tabel di atas yang di dalamnya mengandung aspek Written text dimana siswa dengan tingkat IQ tinggi tersebut mampu memberikan jawaban

(52)

dengan menggunakan bahasanya sendiri, dan mampu menjelaskan model matematika melewati titik garis koordinat kartesius, dan mampu menjelaskan langkah-langkah untuk menentukan sebuah titik menggunakan bahasanya sendiri.

Pada pertanyaan dengan aspek Drawing siswa tersebut mampu menjawab dan membayangkan garis tegak lurus, garis sejajar, dan garis lainnya dalam model matematika.

Pada pertanyaan dengan aspek Mathematical Expression siswa tersebut mampu menyebutkan benda apa saja dalam kehidupan sehari-hari dalam simbol matematika.

2) Subjek dengan IQ sedang (disimbolkan dengan S2)

Tabel 4.3 Wawancara Subjek IQ sedang

P/S Uraian

P Apa arti dari koordinat kartesius?

S2 Dalam matematika system koordinat kartesius digunakan untuk menentukan tiap titik dalam bidang yang menggunakan dua bilangan atau biasa disebut dengan koordinat x dam koordinat y dari titik tersebut

P Ada berapa posisi titik pada bidang koordinat kartesius? Sebutkan!

S2 Ada 4, kwadran I, kwadran II, kwadran III dan kwadran IV

P Sebutkan yang manakah sumbu absis dan yang manakah sumbu ordinat?

S2 Sumbu absis itu koordinat x dan sumbu ordinat itu koordinat y

P Apa yang dimaksud titik awal dalam koordinat kartesius?

S2 Titik (0,0)

P Dalam menentukan suatu titik dalam koordinat kartesius, apa langkah awal yang harus dilakukan?

S2 Pertama kita dari titik tengah kemudian kearah kanan atau kiri ke sumbu x lalu kearah atas atau sumbu y

P Ada berapa posisi garis pada bidang koordinat kartesius ? Sebutkan!

S2 Ada 4, yaitu sejajar, tegak lurus, berpotongan, serta berimpit.

P Berimpit itu yang bagaimana?

S2 Yang hampir sama dengan garis yang terdapat pada soal

P Apa perbedaan dari garis sejajar dan tegak lurus terhadap sumbu x maupun y?

S2 Sejajar itu sejajar dengan garis lain, kalau sumbu x itu berpotongan dengan garis lain

(53)

P Jika titik-titik dalam koordinat kartesius telah ditentukan bagaimanakah cara menghubungkan titik-titik tersebut ?

S2 Dengan cara mengikuti titik-titik tersebut satu persatu hingga membentuk bangun

P Apakah bisa ditarik garis dari sumbu x maupun y?

S2 Bisa

P Jika dia bukan garis sejajar maupun garis tegak lurus terhadap sumbu x dan y maka disebut apakah garis tersebut?

S2 Garis berpotongan dan berimpit

P Sebutkan benda dalam sehari-hari apa saja yang membentuk sumbu x dan sumbu y?

S2 Sumbu x itu seperti tempat tidur dan lantai. Sumbu y itu lemari, kulkas, pintu, dan pohon

Dalam tabel wawancara di atas yang di dalamnya mengandung aspek Written

text dimana siswa dengan tingkat IQ sedang tersebut kurang mampu memberikan

jawaban yang tepat seperti pada pertanyaan garis berimpit, dia masih berpatokan pada tes soal sebelumnya berarti dia kurang mampu menjelaskan lewat lisan apa yang ditanyakan, tapi masih mampu menjelaskan langkah-langkah untuk menentukan sebuah titik menggunakan bahasanya sendiri.

Pada pertanyaan dengan aspek Drawing siswa tersebut pun masih kurang mampu menjawab dan membayangkan garis tegak lurus, garis sejajar, dan garis lainnya dalam model matematika. Karna ketika peneliti bertanya “Apa perbedaan dari garis sejajar dan tegak lurus terhadap sumbu x maupun y?” siswa dengan IQ sedang tersebut menjawab “Sejajar itu sejajar dengan garis lain, kalau sumbu x itu berpotongan dengan garis lain”.

Pada pertanyaan dengan aspek Mathematical Expression siswa tersebut mampu menyebutkan benda apa saja dalam kehidupan sehari-hari dalam simbol matematika.

(54)

3) Subjek dengan IQ rendah (disimbolkan dengan S3)

Tabel 4.4 Wawancara Subjek IQ rendah

P/S Uraian

P Apa arti dari koordinat kartesius?

S3 Koordinat kartesius merupakan suatu sistem agar kita dapat menentukan suatu posisi titik atau benda atau pun yang mengandung unsur biologis dengan menggunakan satu angka atau bisa lebih dan memiliki sumbu yang tetap yaitu sumbu x dan y.

P Ada berapa posisi titik pada bidang koordinat kartesius? Sebutkan!

S3 Ada 4 posisi titik pada bidang koordinat kartesius, pertama kwadran I, kwadran II, kwadran III dan kwadran IV

P Sebutkan yang manakah sumbu absis dan yang mana sumbu ordinat?

S3 Sumbu absis itu sumbu x, dan sumbu ordinat itu sumbu y

P Apa yang dimaksud titik awal dalam koordinat kartesius?

S3 Sistem koordinat kartesius itu terdapat dua garis yang saling memotong dan garis yang terpotong itu merupakan titik awal (0,0)

P Dalam menentukan suatu titik dalam koordinat kartesius apa langkah awal yang harus dilakukan

S3 Langkah awal yang harus dilakukan melukis kedua sumbu yaitu sumbu y dan sumbu x, kemudian menaruh bilangan sesuai dengan garis bilangan. Dan menentukan terlebih dahulu itu adalah titik x lalu y.

P Ada berapa posisi garis pada bidang koordinat kartesius? Sebutkan!

S3 Berimpit, memotong, tegak lurus, dengan sejajar

P Dari kata sejajar dan tegak lurus, apa perbedaan dari kedua garis tersebut?

S3 Garis sejajar dia itu berbentuk vertikal dan sejajar dan mirip seperti sumbu y dan memotong sumbu x

P Jika titik-titik setelah ditentukan bagaimanakah cara menghubungkan titik-titik tersebut?

S3 Menggaris dari satu titik ke titik lain dengan cara berurutan missal dari titik A ke titik B dan kembali lagi ke A

P Apakah kita harus mengambil garis dari sumbu atau tidak?

S3 Tidak, karna langsung saja dari titik ke titik, hingga membentuk bangun datar

(55)

P Jika dia bukan garis sejajar bukan pula garis tegak lurus terhadap sumbu x dan y maka disebut apakah garis tersebut?

S3 Garis memotong antara sumbu x dan sumbu y, dan juga garis berimpit sejajar dengan sumbu x dan juga sumbu y.

P Sebutkan benda dalam kehidupan sehari-hari apa saja yang membentuk sumbu x dan sumbu y?

S3 Seperti layangan, rusuk layangan itu berbentuk seperti sumbu x dan sumbu y. Sumbu y itu sendiri seperti lidi dan pohon, dan sumbu x itu seperti jalanan

Dalam tabel wawancara diatas yang di dalamnya mengandung aspek Written

text dimana siswa dengan tingkat IQ rendah tersebut belum mampu memberikan

jawaban dengan menggunakan bahasanya sendiri, pada saat di berikan pertanyaan perbedaan antar garis tegak lurus dan sejajar jawaban yang dia berikan pada soal tes belum mampu di jabarkan lewat lisan, tapi siswa tersebut mampu menjelaskan langkah-langkah untuk menentukan sebuah titik menggunakan bahasanya sendiri.

Pada pertanyaan dengan aspek Drawing siswa tersebut mampu menjawab dan membayangkan bangun datar yang terbentuk jika titik-titik dihubungkan tanpa menarik garis dari sumbu x maupun y.

Pada pertanyaan dengan aspek Mathematical Expression siswa tersebut mampu menyebutkan benda apa saja dalam kehidupan sehari-hari dalam simbol matematika.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Maka akan di bahas bagaimana kemampuan komunikasi siswa tertulis maupun lisan siswa dengan tingkat IQ tinggi, sedang dan rendah.

1. Subjek dengan IQ tinggi

Berdasarkan dari hasil analisis data yang telah dipaparkan sebelumnya, siswa yang memiliki tingkat IQ tinggi ini dan dengan nilai raport yang masuk dalam

(56)

golongan tinggi, telah mampu menjawab soal dengan aspek Written text, Drawing dan Mathematical Expression, dan juga mampu mengkomunikasikan jawaban dari pertanyaan yang diajukan peneliti pada sesi wawancara. Karna terlihat dari pertanyaan yang diberikan peneliti pada soal tes, subjek dengan IQ tinggi tersebut mampu memberikan alasan dari jawaban yang dia tulis, dan mampu menjawab dengan tepat pertanyaan yang diiajukan peneliti pada tahap wawancara.

Jadi kesimpulannya siswa dengan tingkatan IQ tinggi tersebut mampu berkomunikasi dalam lisan maupun tulisan.

2. Subjek dengan IQ sedang

Berdasarkan dari hasil analisis data yang telah dipaparkan sebelumnya, siswa yang memiliki tingkat IQ sedang ini dan dengan nilai raport yang masuk dalam golongan sedang. Dalam soal nomor 1 dengan aspek Written text yang telah diberikan, siswa berkemampuan IQ sedang ini mampu menggambarkan apa yang dimaksud soal yang diberikan, dan mampu memberikan alasan bahwa garis q tersebut merupakan garis yang sejajar dengan sumbu y. Namun pada sesi wawancara saat peneliti bertanya, ”apa perbedaan dari garis sejajar dan tegak

lurus terhadap sumbu x maupun y?” dia hanya menjawab “sejajar itu sejajar dengan garis lain, kalau sumbu x itu berpotongan dengan garis lain.”

Dalam soal nomor 2 dengan aspek Drawing, siswa tersebut masih keliru dalam menjawab soal tes yang diberikan, terbukti dari penentuan titik yang dimaksud soal, saat dalam soal ditentukan titik B (-4,3) dia menjawab (3,-4), titik C (6,-3) dia menjawab (3,6), maka yang seharusnya jawabannya adalah segitiga siku-siku siswa tersebut menjawab segitiga sebarang. Begitupun pada saat sesi

(57)

wawancara, ketika peneliti bertanya “jika dihubungkan antartitik apakah garis

tersebut pun ditarik dari sumbu x maupun y?” dan subjek menyebut “bisa.”

Dalam soal nomor 3 dengan aspek Mathematical Expression, dia belum memahami maksud soal tes yang diberikan, karna hanya terdapat sumbu x dan sumbu y di dalamnya, jadi kesimpulannya siswa dengan tingkat intelijensi sedang masih belum mampu mengekspresikan konsep matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam simbol matematika. Namun pada sesi wawancara siswa tersebut mampu membedakan benda yang ada disekitar yang membentuk sumbu x dan sumbu y, jadi siswa dengan tingkat intelijensi sedang hanya mampu membayangkan benda-benda nyata pada saat wawancara dibandingkan dengan kemampuan mengkomunikasikan soal cerita yang terdapat pada soal test tertulis.

Jadi kesimpulannya siswa dengan tingkatan IQ sedang tersebut terlihat belum mampu berkomunikasi secara tertulis maupun lisan.

3. Subjek dengan IQ rendah

Dalam soal nomor 1 dengan aspek Written text , siswa dengan IQ rendah mampu menggambarkan bidang koordinat kartesius, namun terlihat alasan yang diberikan kurang tepat, karna tidak ada dari soal yang menyatakan bahwa garis q terletak disebelah kanan, karna garis q pun mampu terletak di sebelah kiri. Tapi siswa dengan tingkat intelijensi rendah ini mampu menjawab secara lisan pertanyaan pada sesi wawancara seperti pertanyaan bagamana langkah-langkah awal menentukan titik koordinat kartesius, apa yang harus digambar terlebih dahulu, dan mampu menjelaskan macam-macam garis yang sejajar dengan sumbu x maupun y, tegak lurus terhadap garis x maupun y.

(58)

Dalam soal nomor 2 dengan aspek Drawing, terlihat dari jawaban yang diberikan siswa dengan IQ rendah masih keliru dalam penempatan gambar yang dimana terlihat dia menarik garis dari sumbu y maupun sumbu x ke titik yang ditentukan, maka sebenarnya gambarnya tidak membentuk segitiga siku-siku. Tapi, pada sesi wawancara siswa tersebut menjawab dengan jawaban berbeda, terbukti pada saat peneliti mengajukan pertanyaan, ”apakah kita harus mengambil

garis dari sumbu atau tidak?” dan siswa tersebut menjawab “tidak, karna langsung saja dari titik ke titik, hingga membentuk bangun datar.”

Dalam soal nomor 3 dengan aspek Mathematical Expression, soal yang berisi soal cerita dan mengandung unsur kehidupan sehari-hari, siswa dengan tingkat IQ rendah ini mampu memasukkan rumus matematika ke dalam soal begitupun dengan alasan yang dia berikan dalam menjawab soal tersebut. Begitupun pada saat wawancara, siswa tersebut mampu menyebutkan benda-benda apa saja dalam kehidupan sehari-hari yang berbentuk sama dengan sumbu x maupun y.

Jadi, kesimpulannya dari ketiga aspek diatas siswa dengan tingkat IQ rendah ini hanya mampu berkomunikasi dengan lisan, namun jika bersangkutan dengan kehidupan sehari-hari siswa tersebut mampu berkomunikasi lewat tulisan maupun lisan. Siswa dengan IQ rendah tersebut mampu memberikan pernyataan logis yang hampir sederajat dengan siswa ber IQ tinggi dalam sesi wawancara.

(59)

46 A. Kesimpulan

Setelah mendeskripsikan dan menganalisis hasil penelitian di atas, didapatlah beberapa kesimpulan di bawah ini:

1. Subjek dengan tingkat IQ tinggi, selain masuk kategori nilai raport yang tinggi dia mampu melewati tahap tes kemampuan komunikasi dengan baik serta menjawab dengan tepat pertanyaan dari peneliti pada sesi wawancara, terbukti dia bisa menjelaskan dengan bahasanya sendiri, memasukkan gambar disertai penjelasan akan gambar yang dia kerjakan dengan alasan sendiri, serta dapat mengaplikasikan berbagai hal tentang matematika dalam kesehariannya. 2. Subjek dengan tingkat IQ sedang, pada sesi mengerjakan tes kemampuan

komunikasi masih terlihat kurang paham pada penempatan titik yang diketahui sehingga soal tidak terselesaikan dengan baik, begitupun pada sesi wawancara, terdengar jawaban yang dia berikan masih terdengar tidak tepat, dan belum mampu membayangkan bagaimana langkah awal dalam penyelesaian soal jika disuruh menjelaskan secara lisan.

3. Subjek dengan tingkat IQ rendah, hanya mampu berkomunikasi dengan lisan, namun jika bersangkutan dengan kehidupan sehari-hari siswa tersebut mampu berkomunikasi lewat tulisan maupun lisan. Siswa dengan IQ rendah tersebut mampu memberikan pernyataan logis yang hampir sederajat dengan siswa ber IQ tinggi dalam sesi wawancara.

(60)

B. Saran

1. Bagi guru, data penelitian ini dapat digunakan untuk lebih melatih siswa dalam kemampuan mengemukakan suaranya atau kemampuan berkomunikasi. 2. Bagi pelajar, apabila berada dalam kategori tinggi jangan berpuas diri melainkan harus lebih banyak belajar untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasinya, begitupun untuk kategori rendah dan sedang agar lebih ditingkatkan kemampuan berkomunikasinya agar bisa mendapat hasil maksimal.

3. Tidak menutup kemungkinan akan dilakukan penelitian selanjutnya bagi pribadi peneliti yang berkaitan dengan judul penelitian ini.

Gambar

Tabel 2.1 Indikator komunikasi matematis siswa lisan dan tulisan
Gambar 3.1 Skema Triangulasi teknik Hasil Tes
Tabel 4.1 Kategori Tingkat IQ Kelas VIII B
Tabel 4.2 Kategori Nilai Raport Matematika Siswa kelas VIII B  No  Kategori Nilai Raport  Banyaknya Siswa kelas VIII B
+7

Referensi

Dokumen terkait

PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH DINAS PEKERJAAN UMUM Panitia/Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Pekerjaan Konstruksi.. Bidang Sumber

Apabila tidak hadir atau tidak juga dikuasakan untuk menghadiri pembuktian kualifikasi dan/atau tidak dapat membuktikan keabsahan data kualifikasi perusahaan

[r]

Ternyata laki-laki tua tersebut adalah sang dukun yang telah ditunggu- tunggu kehadirannya oleh Datuk Marsam dan seluruh penduduk Desa Paseban. “Sejuknya malam membungkus hati,

ISTILAH „ JARING LABA-LABA ‟ DIGUNAKAN UNTUK NAMA MODEL INI KARENA BENTUK RANCANGANNYA MEMANG SEPERTI JALA ATAU JARING YANG DIBUAT OLEH LABA-LABA, DENGAN TEMA YANG

Yoghurt merupakan produk susu fermentasi yang dibuat dari susu penuh dan susu skim atau dengan menambah konsentrat susu skim yang telah dipasteurisasi atau

Meningkatkan kemampuan matematika dalam konsep berhitung melalui permainan tradisional “gepuk pole“.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Analisis Pengaruh Efektivitas Penilaian Kinerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Food & Beverage Department di Aston Braga Hotel & Residence Bandung ..2. Analisis