• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kondisi Umum Daerah Penelitian

Kondisi umum di daerah penelitian ini dideskripsikan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan dan objek yang berhubungan dengan masalah penelitian.

a. Kondisi Fisik Daerah Penelitian 1) Letak Astronomi

Wilayah penelitian adalah Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Letak Astronomis Desa Dieng terletak pada posisi 7o 09’ 36,41” - 7o 31’ 28,99” LS dan 109o 29’ - 109o 56’ 1,45” BT.

2) Letak Administratif/Letak Geografis

Desa Dieng terletak sekitar 119 km arah barat daya Kota Semarang, 107 km arah barat laut Kota Yogyakarta, 93 km arah utara Kota Purwokerto, 26 km arah utara Kota Wonosobo, 46 km arah timur laut Kota Banjarnegara dan 480 km arah timur Kota

Jakarta. Secara administratif batas wilayah Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo berbatasan dengan:

Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur

: Desa Sigagah, Kabupaten Batang : Desa Sikunang, Kabupaten Wonosobo : Desa Dieng Kulon, Kabupaten Banjarnegara : Desa Patak Banteng, Kabupaten Wonosobo

Untuk lebih jelasnya batas wilayah Desa Dieng dapat dilihat pada gambar. 4. 1 yaitu Peta Administrasi Desa Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo.

3) Kondisi Fisik

Landskap alam berupa kompleks pegunungan vulkan meliputi kawasan seluas 255 km2. Pada tengah-tengah kompleks gunung api terdapat suatu daratan tinggi yang luas dan berkembang dinamakan Dieng Plateau. Desa Dieng berada pada Plateau tersebut. Desa Dieng terletak pada ketinggian 6000 kaki atau 2.093 m dpl. Suhu udara pada kawasan Dieng termasuk kategori sejuk hingga dingin. Temperatur berkisar 15 - 20o C pada siang hari dan pada malam hari mencapai 10o C, bahkan suhu udara dapat mencapai 0o C sampai suhu minus di pagi hari. Luas daerah Desa Dieng 282 Ha, mempunyai 8 RT, 2 RW dan 2 dusun. Dusunnya meliputi Dusun Dieng dan Dusun Kali Lembu. Topografi Desa Dieng curam dengan tanah yang berundak-undak. Desa Dieng, mempunyai 1 sungai yaitu sungai serayu yang mengalir ke arah barat dan 2 telaga yaitu telaga pengilon dan telaga warna.

b. Kependudukan

Desa Dieng hingga tahun 2011 memiliki jumlah penduduk sebanyak 2061 jiwa, dari kelompok umur 0 - 4 tahun hingga diatas 65 tahun. Kepadatan peduduk di Desa Dieng sebesar 731 jiwa/km2. Sex ratio sebanyak 0,98, yang berarti dalam setiap 100 penduduk perempuan terdapat 98 laki-laki. Hal ini mengartikan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari jumlah penduduk laki-laki.

Komposisi penduduk dapat dilihat dengan rincian pada tabel. 4. 1. Tabel. 4. 1 Penduduk Menurut Kelompok Umur Desa Dieng

Kecamatan Kejajar

No Umur

Jenis

Kelamin Jumlah Persen (%) L P 1 0 – 4 87 97 184 8,9 2 5 – 9 100 3 193 9,3 3 10 – 14 93 82 175 8,4 4 15 – 19 51 45 96 4,6 5 20 – 24 63 74 137 6,6 6 25 – 29 92 115 207 10 7 30 – 34 104 96 200 9,7 8 35 – 39 83 95 178 8,6 9 40 – 44 91 84 175 8,4 10 45 – 49 62 73 135 6,5 11 50 – 54 65 59 124 6 12 55 – 59 50 25 75 3,6 13 60 – 64 19 35 54 2,6 14 > 65 61 67 128 6,2 Jumlah 1021 1040 2061 100

Sumber: BPS Kecamatan Kejajar dalam Angka Tahun 2012

Bedasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah penduduk usia muda lebih banyak daripada jumlah penduduk usia tua. Jumlah penduduk terbanyak terdapat pada usia 25 - 29 tahun yaitu sebanyak

207 jiwa atau sebesar 10% dari jumlah penduduk secara keseluruhan, sedangkan jumlah penduduk terendah terdapat pada usia 60 - 64 tahun yaitu sebanyak 54 jiwa atau sebesar 2,6% dari jumlah penduduk secara keseluruhan. Angka ketergantungan di Desa Dieng sebesar 42,72%, termasuk dalam kategori rendah. Angka ketergantungan penduduk diperoleh dari membagi jumlah penduduk yang produktif (usia 15 - 64 tahun) dengan jumlah penduduk yang tidak produktif (usia 0 - 14 tahun dan > 65 tahun) di kalikan 100%.

c. Perekonomian

Perekonomian tidak lepas dari adanya pekerjaan yang mendukungnya. Penduduk Desa Dieng merupakan penduduk dengan mayoritas petani (buruh dan petani sendiri) baik mengolah kentang, kubis/kol atau bawang daun. Sebagian besar penduduk mengolah lahan pertanian karena pertanian di Desa Dieng berkembang pesat karena ditunjang dari keadaan geografis dan kondisi alamnya. Data mata pencaharian penduduk Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada tabel. 4. 2.

Tabel. 4. 2 Mata Pencaharian Penduduk Desa Dieng Kecamatan Kejajar

No Mata Pencaharian Jumlah Persen (%)

1 Petani Sendiri 839 70 2 BuruhTani 109 9 3 Penggalian 9 0,7 4 Industri 12 1 5 Bangunan 49 4,1 6 Perdagangan 115 9,5 7 Transportasi 31 2,5 8 PNS 25 3 9 TNI 1 0,08 10 Polisi 1 0,08 11 Dokter Umum 1 0,08 12 Perawat/Mantri 1 0,08 13 Bidan 1 0,08 14 Dukun Bayi 1 0,08 Jumlah 1195 100

Sumber: BPS Kecamatan Kejajar dalam Angka Tahun 2012

Berdasarkan data BPS dapat diketahui jumlah penduduk terbanyak adalah pada mata pencaharian petani yaitu sebanyak 839 jiwa atau sebesar 70% dari dari jumlah keseluruhan penduduk yang mempunyai mata pencaharian. Petani tersebut meliputi petani pemilik lahan, petani dengan lahan sewaan ataupun petani buruh. Jumlah penduduk terendah terdapat pada mata pencaharian penggalian yaitu sebanyak 9 orang atau sebesar 0,7 % dari jumlah keseluruhan penduduk yang mempunyai mata pencaharian.

d. Pendidikan

Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo pada tahun 2011 pendidikan dari penduduknya hanya sampai ke jenjang Sekolah Dasar yang tersebar di Desa Dieng. Adapun data penduduk menurut tingkat pendidikan dari jenjang lulusnya dapat dilihat pada tabel. 4. 3.

Tabel. 4. 3 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Jenjang Jumlah Persen (%)

1 TK 96 5,5

2 SD 931 53,5

3 SMP 228 13,4

4 SMA 151 8,6

5 Belum Tamat SD 210 12

6 Tak pernah sekolah 122 7

Jumlah 1738 100

Sumber: BPS Kecamatan Kejajar dalam Angka tahun 2012

Berdasarkan data dari BPS di atas penduduk yang tamat TK sebanyak 5,5 %, penduduk yang tamat SD sebanyak 53,5%, penduduk yang tamat SMP sebanyak 13,4%, penduduk yang tamat SMA sebanyak 8,6%, penduduk yang belum tamat SD sebanyak 12%, dan penduduk yang tidak pernah sekolah sebanyak 7%. Dapat diketahui bahwa penduduk yang tamat SD itu sangat banyak jumlahnya dibandingkan dengan penduduk yang menamatkan jenjang lainnya.

2. Profil Pertanian Kentang di Desa Dieng

Luas lahan desa Dieng yaitu 282,00 Ha, sedangkan luas dari lahan pertanian kentang di Desa Dieng yaitu 62,51 Ha. Kentang merupakan sumber karbohidrat, sehingga menjadi salah satu komoditi penting. Penduduk di Desa Dieng lebih memilih menanam kentang dikarenakan harga kentang relatif stabil, potensi bisnisnya tinggi, segmen usaha dapat dipilih sesuai dengan modal pasar. Selain itu di Desa Dieng merupakan daerah yang terdapat di ketinggian di atas 2000 m dpl. Penanaman kentang dilakukan pada akhir musim hujan (April - Juni) atau musim kemarau jika drainasenya baik.

Profil pertanian kentang yang dimaksud di dalam penelitian ini meliputi: luas lahan yang digunakan orangtua untuk bertani kentang, status kepemilikan lahan yang digunakan orangtua untuk bertani kentang, status pekerjaan orangtua dalam pertanian kentang, waktu yang dihabiskan orangtua untuk bertani kentang dalam sehari, pemasaran kentang dan langkah-langkah dalam bertani kentang dari tahap persiapan lahan sampai pada pemasaran kentang. Untuk lebih detailnya profil pertanian kentang dijelaskan sebagai berikut:

a. Profil pertanian kentang berdasarkan luas lahan yang digunakan orangtua untuk bertani kentang. Berdasarkan penelitian, dari responden yang berjumlah 47 anak berarti terdapat 47 keluarga atau 47 pasang orangtua.

Tabel. 4.4 Jumlah Keluarga Berdasarkan Luas Lahan yang digunakan untuk Bertani Kentang

No Luas Lahan Jumlah Keluarga Persen (%)

1 0 - < 500 m2 2 4,3

2 500 - < 1000 m2 11 23,5

3 1000 - < 5000 m2 31 65,9

4 ≥ 1500 m2 3 6,3

Jumlah 47 100

Sumber : Data Penelitian Tahun 2013

Orangtua responden yang menggunakan lahan untuk bertani kentang seluas 0 - < 500 m2 sebanyak 2 keluarga (4,3%). Orangtua responden yang menggunakan lahan untuk bertani kentang seluas 500 - < 1000 m2 sebanyak 11 keluarga (23,5%). Orangtua responden yang menggunakan lahan untuk bertani kentang seluas 1000 - < 5000 m2 sebanyak 31 keluarga (65,9%) dan orangtua responden yang menggunakan lahan untuk bertani kentang seluas ≥ 1500 m2 sebanyak 3 keluarga (6,3%). Dapat disimpulkan bahwa banyak penduduk Desa Dieng menggunakan lahan yang luas untuk bertani kentang, pertanian kentang memang menjadi mayoritas daripada pertanian jenis sayuran lain.

b. Profil pertanian kentang berdasarkan status kepemilikan lahan yang digunakan orangtua untuk bertani kentang.

Tabel. 4.5 Jumlah Keluarga Berdasarkan Kepemilikan Lahan yang digunakan untuk Bertani Kentang

No Kepemilikan Lahan Jumlah Keluarga Persen (%)

1 Milik sendiri 40 85,1

2 Milik orang lain 0 0

3 Milik sendiri dan orang lain

6 12,7

4 Lahan sewaan 1 2,2

Jumlah 47 100

Berdasarkan penelitian sebanyak 40 keluarga (85,1%) yang menggunakan lahan untuk bertani kentang adalah lahan milik sendiri, 0 keluarga (0%) yang menggunakan lahan untuk bertani kentang adalah lahan milik orang lain, 6 keluarga (12,7%) yang menggunakan lahan untuk bertani kentang adalah lahan milik sendiri dan milik orang lain serta 1 keluarga (2,2%) yang menggunakan lahan untuk bertani kentang dengan lahan sewaan.

c. Profil pertanian kentang berdasarkan status pekerjaan orangtua dalam pertanian kentang.

Tabel. 4.6 Jumlah Keluarga Berdasarkan Status Pekerjaan Orangtua di dalam Pertanian Kentang

No Status Pekerjaan Jumlah Keluarga Persen (%)

1 Petani pemilik lahan 46 97,8

2 Petani buruh untuk waktu penuh

0 0 3 Petani buruh untuk paruh

waktu

0 0 4 Petani dengan lahan

sewaan

1 2,2

Jumlah 47 100

Sumber : Data Penelitian Tahun 2013

Berdasarkan penelitian terdapat 46 keluarga (97,8%) sebagai petani pemilik lahan, 0 keluarga (0%) sebagai petani buruh untuk waktu penuh, 0 keluarga (0%) sebagai petani buruh untuk paruh waktu dan terdapat 1 keluarga (2,2%) sebagai petani dengan lahan sewaan.

Berdasarkan profil pertanian yang kedua dan ketiga menunjukkan bahwa banyak penduduk Desa Dieng yang menggunakan lahan untuk pertanian kentang adalah lahan milik sendiri.

d. Profil pertanian kentang berdasarkan waktu yang digunakan orangtua untuk bertani kentang dalam sehari.

Tabel. 4. 7 Jumlah Keluarga Berdasarkan Waktu yang digunakan Orangtua untuk Bertani Kentang selama Sehari No Waktu Jumlah Keluarga Persen (%)

1 1 - 2 jam 5 10,7

2 3 - 4 jam 7 14,8

3 5 - 6 jam 17 36,2

4 7 - 8 jam 18 38,3

Jumlah 47 100

Sumber : Data Penelitian Tahun 2013

Berdasarkan penelitian dalam sehari orangtua responden yang bertani kentang selama 1 - 2 jam sebanyak 5 keluarga (10,7%), orangtua responden yang bertani kentang selama 3 - 4 jam sebanyak 7 keluarga (14,8%), orangtua responden yang bertani kentang selama 5 - 6 jam sebanyak 17 keluarga (36,2%) dan orangtua responden yang bertani kentang selama 7 - 8 jam sebanyak 18 keluarga (38,3%). Berdasarkan hasil penelitian di atas petani di Desa Dieng sangat memperhatikan kondisi tanaman kentang yang memang membutuhkan perawatan yang intensif, hal tersebut dapat dilihat dari intensitas orangtua saat bertani kentang untuk satu hari.

e. Profil pertanian kentang berdasarkan pemasaran kentang.

Tabel. 4. 8 Jumlah Keluarga Berdasarkan Pemasaran Kentang No Waktu Jumlah Keluarga Persen (%)

1 Dieng Wetan saja 5 10,7

2 Luar daerah tetapi satu kabupaten

3 6,4

3 Luar kabupaten saja 0 0

4 Dalam dan luar kabupaten 39 82,9

Jumlah 47 100

Sumber : Data Penelitian Tahun 2013

Berdasarkan penelitian orangtua responden yang memasarkan kentang ke daerah Desa Dieng Wetan saja sebanyak 5 keluarga (10,7%), orangtua responden yang memasarkan kentang ke luar daerah Desa Dieng Wetan tetapi masih dalam satu kabupaten sebanyak 3 keluarga (6,4%), orangtua responden yang memasarkan kentang ke luar kabupaten saja 0 keluarga (0%) dan orangtua responden yang memasarkan kentang ke dalam dan ke luar kabupaten sebanyak 39 keluarga (82,9%). Dapat dilihat bahwa kentang dari Desa Dieng dipasarkan sampai ke luar daerah, hal tersebut sangat membantu dalam memajukan kualitas, prestis dan kondisi ekonomi penduduk Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. f. Profil pertanian kentang yang terakhir adalah langkah-langkah dalam

bertani kentang yang diperoleh dari wawancara pada sejumlah informan yaitu penduduk Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Berikut adalah langkah-langkah tersebut, yang meliputi:

1) Proses persiapan lahan pertanian kentang

Terdapat beberapa tahap dalam persiapan penanaman kentang, yaitu: 1) Membajak lahan, dilakukan dengan menggunakan hewan ataupun alat pembantu dalam pembajakan ladang. Kemudian lahan didiamkan rata-rata selama 1 minggu agar tanah terkena hujan, panas dan organisme lain sehingga tanah semakin gembur. Membajak lahan dimaksudkan agar tanah benar-benar remah sehingga memudahkan perkembangan akar dan pembesaran umbi berlangsung optimal dan sirkulasi oksigennya lancar. Dalam membajak lahan seluas 100 m2 oleh satu orang membutuhkan waktu 2 hari. 2) Mencangkul, petani mencangkul atau menggaru tanah yang telah dibajak agar lebih gembur dan butir tanah semakin halus untuk bisa dibuat bedengan atau larikan. Dalam mencangkul lahan seluas 100 m2 oleh satu orang membutuhkan waktu 1,5 hari. 3) Pemupukan dasar, pemupukan bahan organik seperti campuran kotoran hewan dengan dedaunan yang telah busuk dilakukan pada saat menggaru tanah. Sehingga pencampuran tanah dengan pupuk dapat merata. 4) Membuat bedengan atau larikan, ukuran bedengan dibuat lebar kira-kira 70 cm dan tinggi 30 cm. Pembuatan bedengan dibuat memanjang dari barat ke timur. Dan untuk lahan yang miring dibuat tegak lurus dengan kemiringan. Dalam tahap ini juga dilakukan pembuatan saluran pembuangan air sedalam 50 cm dan lebar 50

cm. Kemudian bedengan atau larikan yang telah jadi lalu disiram dengan air. Lahan ditunggu 1 - 2 minggu sebelum ditanami bibit. Dalam membuat bedengan atau larikan pada lahan seluas 100 m2 oleh satu orang membutuhkan waktu 3 hari.

2) Proses penanaman kentang

Penduduk di Desa Dieng biasanya menanam kentang pada akhir musim hujan karena debit air di dalam tanah masih banyak sehingga tanah sudah lembab meskipun tidak diairi. Penduduk di Desa Dieng menggunakan bibit unggul untuk menanam kentangnya, umbi bibit tersebut diperoleh dengan membeli. Bibit yang dibudidayakan adalah bibit jenis granola. Penanaman dilakuakan pada pagi hari ataupun sore hari. Penanaman kentang dimulai dengan membuat lubang dengan kedalaman 7 - 10 cm, kemudian bibit dimasukkan dalam ke dalam lubang dengan ditekan menggunakan tanah disekelilingnya. Petani kentang di Desa Dieng menanam kentang ada yang menggunakan plastik mulsa dan ada yang tidak menggunakan plastik mulsa. Dalam melubangi plastik mulsa untuk lahan seluas 100 m2 oleh satu orang membutuhkan waktu setengah hari, sedangkan dalam menanam bibit kentang pada lahan seluas 100 m2 oleh satu orang membutuhkan waktu 1 hari.

3) Proses pemeliharaan tanaman kentang

Kegiatan di dalam pemeliharaan tanaman kentang meliputi: 1) Penyulaman, yaitu jika ada bibit yang mati kemudian diambil dan diganti dengan bibit yang masih hidup. Penyulaman dilakukan sekitar 15 hari setelah bibit ditanam. Dalam penyulaman pada lahan seluas 100 m2 oleh satu orang membutuhkan waktu setengah hari. 2) Penyiangan, yaitu mencabuti rumput pengganggu atau gulma yang ada di sekitar tanaman kentang, penyiangan dapat dilakukan sesering mungkin dan minimal dilakukan 2 kali selama 1 kali periode tanam. Penyiangan juga dilakukan 2 - 3 hari sebelum/bersamaan dengan pemupukan susulan dan penggemburan. Dalam penyiangan pada lahan seluas 100 m2 oleh satu orang membutuhkan waktu 2 hari. 3) Pembumbunan, yaitu dilakukan jika bedengan atau larikan pada tanaman kentang terkena hujan, panas dan air dari pengairan tanaman kentang sehingga terjadi penurunan atau pemerosotan tanah, pada saat inilah dilakukan pembumbunan dengan cara mengangkat tanah yang berada disekitar daerah saluran air ke atas bedengan atau larikan. Dalam pembumbunan pada lahan seluas 100 m2 oleh satu orang membutuhkan waktu 2 hari. 4) Pemangkasan bunga, yaitu pemotongan bunga pada tanaman kentang yang dimaksudkan agar bahan makanan yang diperoleh dari tanah dapat terserap penuh untuk pertumbuhan umbi kentang.

Sehingga pertumbuhannya dapat maksimal dan cepat. Pemangkasan bunga dapat dilakukan kapan saja setelah tanaman kentang berbunga. Dalam pemangkasan bunga tanaman kentang pada lahan seluas 100 m2 oleh satu orang membutuhkan waktu selama 1 hari.

4) Proses pemupukan tanaman kentang

Pempukan kentang dilakukan petani di Desa Dieng menggunakan pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik diberikan pada saat menyiapkan lahan pertanian yaitu dengan mencampur tanah dengan pupuk organik. Sedangkan pupuk anorganik dilakukan 20 hari setelah tanam dan 40 hari setelah tanam. Pemberian pupuk anorganik juga menggunakan takaran sesuai anjuran. Pupuk anorganik yang digunakan adalah pupuk jenis TSP. Dalam pemupukan pada lahan seluas 100 m2 oleh satu orang membutuhkan waktu 1,5 hari.

5) Proses pengairan di dalam pertanian kentang

Saluran pengairan kentang di Desa Dieng dibuat pipa-pipa kecil berdiameter 5 - 6 cm. Pipa di sambung dan dibuat memanjang sehingga untuk ladang yang berada di ketinggin yang sulit dijangkaupun dapat terkena air. Saluran air tersebut pada ujungnya dibuat seperti semprotan dan dapat memutar sehingga tanaman kentang mendapatkan air secara merata atau tidak berlebihan yang dapat menyebabkan kentang menjadi busuk.

Pengairan tersebut dilakukan seminggu sekali pada saat pagi hari dan sore hari selama 20 - 30 menit. Pemberian air dengan pipa semprotan sehingga hanya seperti percikan saja. Pada musim hujan tidak perlu diairi karena tanah sudah lembab dan mendapat air dari hujan. Dalam pembuatan saluran pipa-pipa pengairan untuk mengairi lahan seluas 100 m2 oleh satu orang membutuhkan waktu selama 2 hari.

6) Proses perlindungan dari hama dan penyakit

Upaya yang dilakukan petani kentang untuk menghindari hama dan penyakit pada tanaman kentang adalah dengan memotong dan membakar daun yang telah terserang hama dan penyakit. Jika hama dan penyakit masih tersebar maka petani kentang di Desa Dieng menggunakan pestisida atau insektisida. Penyemprotan bahan kimia tergantung dari penyakit tanaman kentangnya. Karena tidak semua penyakit dapat diberi obat kimia yang sama. Penyakit yang sering mengganggu tanaman kentang di Desa Dieng adalah ulat. Dalam membakar daun yang telah terkena penyakit dan menyemprotkan pestisida pada lahan seluas 100 m2 oleh satu orang membutuhkan waktu selama 2 hari.

7) Proses panen kentang

Tanaman kentang di Desa Dieng adalah jenis granola dan umur panen berkisar antara 90 - 180 hari. Secara fisik tanaman kentang sudah dapat dipanen jika daunnya telah berwarna

kekuning-kuningan yang bukan disebabkan serangan penyakit, batang tanaman telah berwarna kekuningan (agak mengering) dan kulit umbi akan lekat sekali dengan daging umbi, kulit tidak cepat mengelupas bila digosok dengan jari. Panen dilakukan dengan mencangkul daerah tanaman kentang dan menjaga kentang dari sinar matahari agar tidak layu. Selain itu petani di Desa Dieng juga mempunyai tempat penyimpanan kentang atau mengumpulkan kentang. Untuk 100 m2 lahan dapat memproduksi 2 kwintal kentang, dan untuk 1 hektar lahan pertanian dapat memproduksi 1, 5 ton kentang. Dalam panen kentang dan mengangkut kentang pada lahan seluas 100 m2 oleh satu orang membutuhkan waktu 3 hari.

8) Proses pemasaran kentang

Pemasaran kentang di Desa Dieng tidak dilakukan dengan menjualnya ke daerah lain oleh petani kentang, tetapi para pembeli yang datang untuk membeli kentang di Desa Dieng. Sehingga petani kentang tidak perlu jauh-jauh dan bersusah payah untuk menjual kentangnya. Ada pula petani kentang yang sudah memiliki pembeli langganan dari luar provinsi seperti pembeli dari Jawa Barat. Distribusi kentang dari Desa Dieng dijadikan pengisian stok kentang di Jawa Barat. Penjualan dari petani kentang tersebut dilakukan dengan bantuan distributor dari pihak pembeli kentang, sehingga sudah rutinitas setiap kali panen

kentang maka distributor sudah siap untuk membeli dan membawa kentang-kentang tersebut ke Jawa Barat. Untuk 1 kg kentang di Desa Dieng dijual dengan harga Rp. 6000. Meskipun sebagian besar penduduk Desa Dieng adalah petani kentang tetapi semua kentang yang dipanen terjual dan tidak membusuk. Hal tersebut karena kualitas kentang di Desa Dieng sangat baik sehingga banyak pembeli yang mencari kentang dan mau membeli kentang di Desa Dieng. Petani Desa Dieng juga menjual kentang ke daerah kota Wonosobo. Wonosobo mempunyai beberapa pasar kentang dan Dieng adalah daerah yang memasok kentang ke pasar tersebut meskipun ada juga pembeli dari kota lain seperti Banjarnegara dan Temanggung. Dalam menjual kentang baik itu berjumlah banyak ataupun sedikit (tergantung pesanan konsumen) oleh satu orang membutuhkan waktu 1 - 2 hari.

Berdasarkan penelitian menghasilkan bahwa dari 47 responden terdapat 45 orangtua memiliki lahan sendiri untuk pertanian kentang sehingga dalam penggarapannyapun dilakukan sendiri oleh tiap-tiap keluarga sehingga tidak terpaku oleh waktu. Responden yang membantu orangtua mereka sangat berpengaruh terhadap cepat atau lambatnya menggarap lahan pertanian. Semisal dalam tahap mencangkul, untuk mencangkul lahan seluas 100 m2 oleh satu orang membutuhkan waktu 1,5 hari jika lahan

yang dimiliki seluas 1500 m2 dan dikerjakan oleh satu orang maka akan membutuhkan waktu 22,5 hari. Jika responden membantu minimal dapat dibagi 2 atau 1 per 3 dari luas keseluruhan lahan yang dikerjakan oleh orangtua responden. Responden yang berpartisipasi dalam pertanian kentang membantu dalam membersingkat waktu penggarapan lahan pertanian apalagi banyak responden yang antusias dalam membantu bertani kentang. Kentang di Desa Dieng merupakan kentang dengan kualitas nomor 1, kualitas tersebut dapat diketahui dari bentuk dan warnanya yang segar, keseragaman ukurannya, kerataan permukaannya, kadar kotornya hanya 2,5%, kadar cacatnya hanya 5% dan kentangnya sudah tua saat dipanen. Pertanian kentang di Kecamatan Kejajar memang menjadi ciri khas utama di Kabupaten Wonosobo, karena selain kualitasnya yang bagus juga sebagai daerah pemasok kentang ke seluruh kecamatan di Kabupaten Wonosobo dan beberapa kota lain, karena di Kabupaten Wonosobo pertanian kentang hanya terdapat di Kecamatan Kejajar. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tingginya keikutsertan anak dalam membantu orangtua dalam bertani kentang.

3. Deskriptif Persentase Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai deskripsi data masing-masing variabel penelitian dan pengaruh variabel bebas partisipasi anak

dalam pertanian kentang (X) terhadap variabel terikat minat melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah (Y) Studi Kasus Di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun 2013.

a. Tingkat Partisipasi Anak dalam Pertanian Kentang

Pada variabel partisipasi anak dalam pertanian kentang, penilaian dilakukan pada 8 indikator, diantaranya adalah partisipasi dalam persiapan, partisipasi dalam penanaman, partisipasi dalam pemeliharaan, partisipasi dalam pemupukan, partisipasi dalam pengairan, partisipasi dalam perlindungan dari hama dan penyakit, partisipasi dalam panen, partisipasi dalam pemasaran. Dari kedelapan indikator tersebut dilakukan pengukuran dan dari pengukuran tersebut dapat memberikan gambaran seberapa tinggi tingkat partisipasi anak dalam pertanian kentang di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Distribusi partisipasi anak dalam pertanian kentang dapat dilihat pada tabel. 4. 9.

Tabel. 4. 9 Partisipasi Anak dalam Pertanian Kentang

Kriteria Frekuensi Persentase (%)

Sangat Tinggi 6 13 Tinggi 32 68 Rendah 6 13 Sangat rendah 3 6 Jumlah 47 100 Persentase tertinggi 92.9% Persentase terendah 27.4% Rata-rata 70.7% Kriteria Tinggi Sumber: Analisis Data Penelitian Tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui dari 47 responden diperoleh keterangan tentang partisipasi anak dalam pertanian kentang

Dokumen terkait