BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berikut ini merupakan penjabaran hasil penelitian tentang pengaruh model pembelajran inquiry training terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep kalor, baik dari hasil deskripsi data maupun hasil pengujian hipotesis penelitian.
1. Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen a. Pretest keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai hasil pretest keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen dari 39 siswa yang dijadikan sampel diperoleh data sebagai berikut. Nilai terendah dari pretest kelas eksperimen adalah 22 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 22 sampai 28 sebanyak 2 orang (5,13%), sedangkan nilai tertingginya adalah 59 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 57 sampai 63 sebanyak 1 orang (2,56%). Nilai rata-rata pretest kelas eksperimen sebesar 43,13 sehingga siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 25 orang (64,10%), sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebanyak 14 orang (35,90%). Modus dari pretest kelas eksperimen adalah 44 dan 47, sedangkan mediannya adalah 44. Rentang nilai pretest kelas eksperimen sebesar 37, standar deviasi sebesar 8,14, dan varian sebesar 66,32. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13.
b. Posttest keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai hasil posttest keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen dari 39 siswa yang dijadikan sampel diperoleh data sebagai berikut. Nilai terendah dari posttest kelas eksperimen adalah 47 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 47 sampai 53 sebanyak 1 orang (2,56%), sedangkan nilai tertingginya adalah 88 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 82 sampai 88
sebanyak 5 orang (12,82%). Nilai rata-rata posttest kelas eksperimen sebesar 71,18 sehingga siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 22 orang (56,41%), sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebanyak 17 orang (43,59%). Modus dari posttest kelas eksperimen adalah 56, 78, dan 88, sedangkan mediannya adalah 72. Rentang nilai posttest kelas eksperimen sebesar 41, standar deviasi sebesar 11,74, dan varian sebesar 137,94. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13.
Berikut ini merupakan histogram perbandingan hasil tes keterampilan berpikir kritis sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) pembelajaran kelas eksperimen.
Gambar 4.1 Perbandingan pretest dan posttest kelas eksperimen
c. Analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest
-posttest kelas eksperimen
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest dan posttest di kelas eksperimen yang dijadikan sampel diperoleh data sebagai berikut. Indikator keterampilan berpikir kritis terendah pada saat pretest adalah menjelaskan bentuk definisi berupa operasional (persamaan) dari perpindahan kalor pada butir soal nomor 2, sedangkan indikator keterampilan berpikir kritis tertinggi pada saat
Terendah Tertinggi Rata-rata Modus Median Rentang Standar
deviasi Varian Pretest 22 59 43,13 47 44 37 8,14 66,32 Posttest 47 88 71,18 88 72 41 11,74 137,94 0 20 40 60 80 100 120 140 160 N il a i
Perbandingan nilai pretest-posttestkelas eksperimen
pretest adalah menuliskan asumsi yang dibutuhkan sesuai dengan pernyataan Asas Black pada butir soal nomor 3. Sementara itu, indikator keterampilan berpikir kritis terendah pada saat posttest adalah mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin tentang peristiwa perubahan wujud benda pada butir soal nomor 5, sedangkan indikator keterampilan berpikir kritis tertinggi pada saat posttest adalah menjelaskan bentuk definisi berupa operasional (persamaan) dari perpindahan kalor pada butir soal nomor 2. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20.
Berikut ini merupakan histogram perbandingan hasilanalisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest dan posttest kelas eksperimen.
Gambar 4.2 Analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest dan posttest kelas eksperimen Keterangan
A.1.b: Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban
B.4.a: Menilai kredibilitas sumber berdasarkan keahlian C.7.a: Membuat generalisasi
C.8.c: Menerapkan prinsip-prinsip yang dapat diterima
D.9.a: Menjelaskan bentuk definisi berupa operasional (persamaan) D.10.b: Menuliskan asumsi yang dibutuhkan
A.1.b B.4.a C.7.a C.8.c D.9.a D.10.b E.11 E.12
Pretest 2,804 6,971 7,212 7,292 0,561 8,093 6,01 4,006 Posttest 4,247 9,455 9,776 9,295 10,016 9,535 9,936 9,135 0 2 4 6 8 10 12 R a ta -r at a n il ai
Analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest-posttestkelas eksperimen
E.11: Mempertimbangkan dan memberikan alasan dengan membuat pengandaian posisi (kondisi)
E.12: Mengintegrasikan kemampuan berpikir kritis dalam membuat dan mempertahankan keputusan
2. Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Kontrol a. Pretest keterampilan berpikir kritis kelas kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai hasil pretest keterampilan berpikir kritis kelas kontrol dari 36 siswa yang dijadikan sampel diperoleh data sebagai berikut. Nilai terendah dari pretest kelas kontrol adalah 41 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 41 sampai 44 sebanyak 1 orang (2,78%), sedangkan nilai tertingginya adalah 62 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 61 sampai 64 sebanyak 1 orang (2,78%). Nilai rata-rata pretest kelas kontrol sebesar 52,17 sehingga siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 16 orang (44,44%), sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebanyak 20 orang (55,56%). Modus dari pretest kelas kontrol adalah 50, sedangkan mediannya adalah 50. Rentang nilai pretest kelas kontrol sebesar 21, standar deviasi sebesar 4,91, dan varian sebesar 24,12. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14.
b. Posttest keterampilan berpikir kritis kelas kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai hasil posttest keterampilan berpikir kritis kelas kontrol dari 36 siswa yang dijadikan sampel diperoleh data sebagai berikut. Nilai terendah dari posttest kelas kontrol adalah 41 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 41 sampai 48 sebanyak 1 orang (2,78%), sedangkan nilai tertingginya adalah 88 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai tersebut pada interval 81 sampai 88 sebanyak 1 orang (2,78%). Nilai rata-rata posttest kelas kontrol sebesar 62,50 sehingga siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 17 orang (47,22%), sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebanyak 19 orang (52,78%). Modus dari posttest kelas kontrol adalah 62, sedangkan mediannya adalah 62. Rentang nilai
posttest kelas kontrol sebesar 47, standar deviasi sebesar 8,84, dan varian sebesar 78,16. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14.
Berikut ini merupakan histogram perbandingan hasil tes keterampilan berpikir kritis sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) pembelajaran kelas kontrol.
Gambar 4.3 Perbandingan pretest dan posttest kelas kontrol
c. Analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest
-posttest kelas kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest dan posttest di kelas kontrol yang dijadikan sampel diperoleh data sebagai berikut. Indikator keterampilan berpikir kritis terendah pada saat pretest adalah mengintegrasikan kemampuan berpikir kritis dalam membuat dan mempertahankan keputusan yang terkait denganperistiwa perpindahan kalor pada butir soal nomor 4, sedangkan indikator keterampilan berpikir kritis tertinggi pada saat pretest adalah menuliskan asumsi yang dibutuhkan sesuai dengan pernyataan Asas Black pada butir soal nomor 3. Sementara itu, indikator keterampilan berpikir kritis terendah pada saat posttest adalah mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin tentang peristiwa perubahan wujud
Terendah Tertinggi Rata-rata Modus Median Rentang Standar
deviasi Varian Pretest 41 62 52,17 50 50 21 4,91 24,12 Posttest 41 88 62,5 62 62 47 8,841 78,16 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 N il a i
Perbandingan pretest-posttestkelas kontrol
benda pada butir soal nomor 5, sedangkan indikator keterampilan berpikir kritis tertinggi pada saat posttest adalah menuliskan asumsi yang dibutuhkan sesuai dengan pernyataan Asas Black pada butir soal nomor 3. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20.
Berikut ini merupakan histogram perbandingan hasil analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest dan posttest kelas kontrol.
Gambar 4.4 Analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest dan posttest kelas kontrol
Keterangan
A.1.b: Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban
B.4.a: Menilai kredibilitas sumber berdasarkan keahlian C.7.a: Membuat generalisasi
C.8.c: Menerapkan prinsip-prinsip yang dapat diterima
D.9.a: Menjelaskan bentuk definisi berupa operasional (persamaan) D.10.b: Menuliskan asumsi yang dibutuhkan
E.11: Mempertimbangkan dan memberikan alasan dengan membuat pengandaian posisi (kondisi)
E.12: Mengintegrasikan kemampuan berpikir kritis dalam membuat dan mempertahankan keputusan
A.1.b B.4.a C.7.a C.8.c D.9.a D.10.b E.11 E.12 Pretest 3,733 7,378 6,684 8,767 4,34 9,201 7,813 3,385 Posttest 4,34 9,809 8,333 9,115 7,378 9,983 8,333 5,642 0 2 4 6 8 10 12 R at a -ra ta
Analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan pretest-posttestkelas kontrol
3. Hasil Analisis Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran
Inquiry Training
Berdasarkan hasil analisis lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran inquiry training di kelas eksperimen yang dijadikan sampel diperoleh data sebagai berikut. Kegiatan pembelajaran fisika pada konsep kalor dilaksanakan sebanyak tiga pertemuan. Setiap pertemuan memiliki lima tahapan yang dijabarkan menjadi tiga belas sub tahapan. Rata-rata persentase keterlaksanaan model pembelajaran inquiry training di kelas eksperimen sebesar 92,20% atau dapat dikatakan baik. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15. Berikut ini merupakan histogram persentase dari lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran inquiry training yang dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan.
Gambar 4.5 Histogram persentase keterlaksanaan model pembelajaran
inquiry training
4. Pengujian Hipotesis
Berikut ini merupakan analisis data yang meliputi uji prasyarat analisis statistik dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas, uji hipotesis dengan menggunakan uji t-pasangan, serta uji N-gain.
I II III Keterlaksanaan 93,33% 93,33% 89,93% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100,00% P e rse n ta se
Keterlaksanaan model pembelajaran inquiry training
a. Uji prasyarat analisis data 1) Uji normalitas
Uji prasyarat melalui pengujian normalitas dilakukan terhadap dua buah data yaitu data nilai pretest dan posttest. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji Chi-Kuadrat. Uji chi-kuadrat dapat dilakukan untuk memeriksa apakah suatu pengumpulan data terdeskripsi secara baik oleh suatu distribusi normal, dengan ketentuan bahwa data berdistribusi normal apabila
χ2
hitung ≤ χ2
tabel dengan taraf signifikansi α = 0,05. Untuk lebih jelasnya, hasil uji normalitas pretest dan posttest kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah, sedangkan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16.
Tabel 4.1 Hasil uji normalitas pretest dan posttest kelas eksperimen Data Statistik Pretest Posttest
Jumlah siswa (n) 39 39 Rata-rata (x) 43,13 71,18 Standar deviasi (S) 8,14 11,74 χ2 hitung 6,19 9,24 χ2 tabel 11,07 11,07
Kesimpulan Normal Normal
Sementara itu, hasil uji normalitas pretest dan posttest kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2 Hasil uji normalitas pretest dan posttest kelas kontrol Data Statistik Pretest Posttest
Jumlah siswa (n) 36 36 Rata-rata (x) 52,17 62,50 Standar deviasi (S) 4,91 8,84 χ2 hitung 7,50 9,78 χ2 tabel 11,07 11,07
Kesimpulan Normal Normal
2) Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan terhadap dua buah data yaitu data nilai pretest dan posttest, baik dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Dalam penelitian ini, uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher. Uji Fisher dapat
dilakukan untuk melihat apakah keterampilan berpikir kritis siswa dari kelas eksperimen dan kontrol homogen atau tidak, dengan ketentuan bahwa data homogen apabila Fhitung≤ Ftabel dengan df1 = k – 1 = 2 – 1 = 1, df2 = n – k = 75 – 2
= 73, dan taraf signifikansi α = 0,05. Untuk lebih jelasnya, hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini, sedangkan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17.
Tabel 4.3 Hasil uji homogenitas pretest dan posttest
Data Statistik Pretest Posttest
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Jumlah 39 36 39 36
Varian 66,32 24,12 139,13 78,16
Fhitung 2,75 1,78
Ftabel 3,98 3,98
Kesimpulan Homogen Homogen
b. Uji hipotesis
Setelah melakukan perhitungan uji prasyarat melalui uji normalitas yang menggunakan uji chi-kuadrat, maka didapatkan kesimpulan bahwa data pretest dan posttest kelas eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal. Karena data berdistribusi normal, selanjutnya, untuk melihat pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep kalor, maka cara menghitungnya adalah dengan menggunakan rumus uji t-pasangan, sedangkan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 18.
Data yang digunakan dalam pengujian hipotesis ini adalah rata-rata nilai perubahan dari pretest dan posttest (d), standar deviasi (Sd), dan jumlah
sampel (n). Dari perhitungan uji t-pasangan pada Lampiran 20, diperoleh thitung
untuk perubahan nilai pretest dan posttest kelas eksperimen sebesar 12,59. Uji hipotesis yang telah diajukan dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel dengan n = 39, didapatkan harga untuk thitung pada taraf signifikasi 5% adalah
2,02. Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika thitung < ttabel dan tolak H0 jika
thitung > ttabel. Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak pada taraf signifikasi 5%.
keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep kalor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4 Hasil perhitungan uji hipotesis kelas eksperimen Kelompok Sampel Perubahan rata-rata thitung ttabel Kesimpulan
Pretest 39
28,41 12,59 2,02 Tolak H0 Posttest 39
Sementara itu, dari perhitungan uji t-pasangan pada Lampiran 18, diperoleh thitung untuk perubahan nilai pretest dan posttest kelas kontrol sebesar 7,43. Uji hipotesis yang telah diajukan dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel dengan n = 36, didapatkan harga untuk thitung pada taraf signifikasi 5% adalah 2,03. Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika thitung < ttabel dan tolak H0 jika thitung > ttabel. Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak pada taraf signifikasi 5%.
Artinya, terdapat pengaruh pembelajaran Kurikulum 2013 terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep kalor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5 Hasil perhitungan uji hipotesis kelas kontrol
Kelompok Sampel Perubahan rata-rata thitung ttabel Kesimpulan Pretest 36
11,72 7,43 2,03 Tolak H0 Posttest 36
c. Uji N-gain
Berdasarkan hasil perhitungan uji N-gain pada Lampiran 19, diperoleh rata-rata nilai N-gain untuk kelas eksperimen sebesar 0,49 yang diinterpretasikan bahwa peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa di kelas eksperimen berada pada tingkat sedang. Sedangkan rata-rata N-gain untuk kelas kontrol sebesar 0,23 yang diinterpretasikan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa di kelas kontrol berada pada tingkat rendah. Dengan demikian, keterampilan berpikir kritis siswa yang telah melaksanakan model pembelajaran inquiry training lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang tidak melaksanakan model pembelajaran tersebut. Untuk lebih jelasnya tentang hasil uji N-gain kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.6 sebagai berikut.
Tabel 4.6 Hasil uji N-gain kelas eksperimen dan kontrol Kelas N-gain Keterangan
Eksperimen 0,49 Sedang
Kontrol 0,23 Rendah
Berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian mengenai analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan N-gain di kelas eksperimen maupun kontrol yang dijadikan sampel diperoleh data sebagai berikut. N-gain dari indikator keterampilan berpikir kritis terendah kelas eksperimen sebesar 0,13 dengan indikator mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin tentang peristiwa perubahan wujud benda pada butir soal nomor 5, sedangkan N-gain dari indikator keterampilan berpikir kritis tertinggi kelas eksperimen sebesar 0,74 dengan indikator menjelaskan bentuk definisi berupa operasional (persamaan) dari perpindahan kalor pada butir soal nomor 2. Sementara itu, N-gain dari indikator keterampilan berpikir kritis terendah kelas kontrol sebesar 0,02 dengan indikator penerapan prinsip-prinsip yang dapat diterima terkait dengan peristiwa perpindahan kalor pada butir soal nomor 7, sedangkan N-gain dari indikator keterampilan berpikir kritis tertinggi kelas kontrol sebesar 0,32 dengan indikator keahlian dalam mengetahui peristiwa yang terkait dengan peristiwa perubahan wujud benda pada butir soal nomor 6. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20.
Berikut ini merupakan histogram hasil analisis indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan N-gain kelas eksperimen dan kontrol yang dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Analisis perbandingan indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkanN-gain kelas eksperimen dan kontrol
Keterangan
A.1.b: Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban
B.4.a: Menilai kredibilitas sumber berdasarkan keahlian C.7.a: Membuat generalisasi
C.8.c: Menerapkan prinsip-prinsip yang dapat diterima
D.9.a: Menjelaskan bentuk definisi berupa operasional (persamaan) D.10.b: Menuliskan asumsi yang dibutuhkan
E.11: Mempertimbangkan dan memberikan alasan dengan membuat pengandaian posisi (kondisi)
E.12: Mengintegrasikan kemampuan berpikir kritis dalam membuat dan mempertahankan keputusan