BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoritis
2. Keterampilan Berpikir Kritis
Berpikir melibatkan manipulasi otak terhadap informasi, seperti saat kita membentuk konsep, terlibat dalam pemecahan masalah, melakukan penalaran, dan membuat keputusan.32 Menurut de Bono dalam Kuswana, berpikir merupakan keterampilan beroperasinya tindakan kecerdasan dan pengalaman.33
31
Ibid., h.79.
32
Adi Afri Anto, R Wakhid Akhdinirwanto, dan Siska Desy Fatmaryanti, Pemanfaatan Model Pembelajaran Problem Posing untuk Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa di Smp Negeri 27 Purworejo, Radiasi Vol.2 No.1, t.t, h.5.
33
Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Kognitif: Perkembangan Ragam Berpikir, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2012), cet.1, h.186.
Dengan demikian, semua tindakan kecerdasan dan pengalaman melibatkan keterampilan berpikir.
Berpikir kiritis adalah proses mental untuk menganalisis informasi. Informasi didapatkan melalui pengamatan, pengalaman, komunikasi, dan membaca. 34
Berpikir kritis merupakan penilaian kritis terhadap kebenaran fenomena atau fakta. Setiap orang memiliki potensi berpikir kritis yang dapat dikembangkan secara optimal dalam mencapai kehidupan yang lebih baik.
Jadi, segala informasi yang didapatkan dan dianalisis dari pengamatan, pengalaman, komunikasi, dan membaca dapat dikatakan sebagai kegiatan berpikir kritis.
35
Berpikir kritis menurut Heger dan Kaye dalam Muhhibin Syah ialah berpikir dengan penuh pertimbangan akal sehat yang dipusatkan pada pengambilan keputusan untuk mempercayai atau mengingkari sesuatu dan melakukan atau menghindari sesuatu. Tujuan dari berpikir kritis, yakni untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Berpikir kritis dapat digunakan untuk saat memecahkan masalah, mengambil tindakan moral, dan mengambil keputusan.
Dengan demikian, pada dasarnya berpikir kritis dimiliki oleh setiap orang dan dapat dikembangkan secara optimal dalam mencapai kehidupan yang lebih baik. Satu di antara banyak cara yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis, yakni dengan memberikan penilaian secara kritis terhadap suatu kebenaran fenomena atau fakta.
36
Menurut Beyer, seperti yang dikutip oleh Afrizon, berpikir kritis adalah sebuah cara berpikir disiplin yang digunakan seseorang untuk mengevaluasi validitas sesuatu (pernyataan-penyataan, ide-ide, argumen, dan penelitian). Jadi, dalam pengambilan keputusan atas dasar kepercayaan atau strategi melakukan sesuatu, seperti saat memecahkan masalah atau mengambil tindakan moral dan keputusan, seseorang dapat memusatkan cara berpikirnya dengan penuh pertimbangan akal sehat dan menggunakan kemampuan berpikir kritisnya. Pemahaman yang mendalam dapat dicapai melalui berpikir kritis.
37
34
Adi Afri Anto, R Wakhid Akhdinirwanto, dan Siska Desy Fatmaryanti, Loc.Cit.
35 Ibid.
36 Ibid.
37
Renol Afrizon, Ratnawulan, dan Ahmad Fauzi, Peningkatan Perilaku Berkarakter dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX MTsN Model Padang pada Mata Pelajaran IPA-Fisika Menggunakan Model Problem Based Instruction, Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1, 2012, h.10.
Dengan demikian, dalam mengevaluasi atau menilai sesuatu, seseorang akan menggunakan cara berpikirnya secara kritis.
Screven dan Paul serta Angelo dalam Afrizon, memandang berpikir kritis sebagai proses disiplin cerdas dari konseptualisasi, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi aktif dan berketerampilan yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi sebagai sebuah penuntun menuju kepercayaan dan aksi.38
Rudinow dan Barry dalam Afrizon, berpendapat bahwa berpikir kritis adalah sebuah proses yang menekankan sebuah basis kepercayaan-kepercayaan yang logis dan rasional, dan memberikan serangkaian standar dan prosedur untuk menganalisis, menguji dan mengevaluasi.
Jadi, berpikir kritis akan menuntun proses berpikir dan berketerampilan seseorang dalam menuju pada kepercayaan dan aksi.
39
Menurut Halpern dalam Kuswana, menggunakan definisi kerja dengan berpikir kritis sebagai penggunaan keterampilan kognitif atau strategi yang meningkatkan probabilitas hasil yang diinginkan. Berpikir adalah tujuan, beralasan, dan tujuan yang diarahkan, dan efektif untuk konteks dan jenis pemikiran tugas tertentu.
Dengan demikian, seseorang dapat dikatakan berpikir kritis jika sebuah basis kepercayaan-kepercayaan dan rasional, serta serangkaian standar dan prosedur dalam proses menganalisis, menguji, dan mengevaluasi sesuatu ditekankan selama proses berpikirnya.
40
Menurut Paul dalam Kuswana, berpikir kritis merupakan suatu disiplin berpikir mandiri yang mencontohkan kesempurnaan berpikir sesuai dengan mode tertentu atau ranah berpikir.
Jadi, berpikir kritis merupakan tujuan, beralasan, dan tujuan yang diarahkan serta efektif dengan menggunakan keterampilan kognitif atau strategi. 41 38 Ibid. 39 Ibid. 40
Wowo Sunaryo Kuswana, Op.Cit., h.187.
41
Ibid., h.205.
Dengan demikian, kesempurnaan berpikir seseorang yang sesuai dengan ranah berpikir dapat mencerminkan keterampilan berpikir kritis orang tersebut.
Sejak 1962, pemikiran Ennis, mengenai taksonomi berpikir kritis, disposisi, dan kecakapan khususnya yang digunakan pada pelatihan terus berkembang. Definisi yang diajukan cenderung tetap walaupun terus dikembangkan, yaitu: “Berpikir kritis adalah berpikir yang wajar dan reflektif yang berfokus pada memutuskan apa yang harus diyakini atau dilakukan.”42
Pemikiran Ennis tampaknya termasuk pada berpikir kreatif. Menurut pandangannya, berpikir kritis tidak setara dengan berpikir tingkat tinggi karena berpikir kritis melibatkan disposisi.
Dengan demikian, jika seseorang memutuskan sesuatu berdasarkan apa yang harus diyakini atau dilakukan, maka orang tersebut berpikir secara kritis.
43
Enam kriteria dalam menilai satu himpunan disposisi berpikir kritis, yaitu simplicity (penyederhanaan); comprehensiveness (kelengkapan); value (nilai); comprehensibility (dipahami); conformity of its language to our everyday meanings (kesesuaian bahasanya untuk makna sehari-hari); dan fitting of subordinates (if any) under superordinates (pemasangan pemikiran bawahan di bawah atasan jika dimungkinkan).44
Taksonomi versi 1998 terdiri dari tiga kecenderungan utama (dengan subkategori) disposisi dan lima belas kemampuan disajikan sebagai daftar (beberapa dengan subkategori) untuk menyediakan isi kurikulum berpikir kritis. Ennis mengungkapkan bahwa terdapat dua belas indikator dan beberapa sub indikator berpikir kritis yang dikelompokkan dalam lima besar aspek, serta terdapat satu aspek tambahan dengan tiga indikator kemampuan yang membantu (auxiliary abilities). Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:
Jadi, konsep disposisi dilibatkan dalam keterampilan berpikir kritis sehingga berpikir kritis ini tidak setara dengan berpikir tingkat tinggi. Berpikir kritis merupakan salah satu bentuk dari berpikir produktif.
45 a. Memberikan klarifikasi sederhana (basic clarification)
1) Memfokuskan pada pertanyaan
42 Ibid., h.196. 43 Ibid. 44 Ibid., h. 197. 45
Robert H Ennis, The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical Thinking Dispositions and Abilities, diakses pada 4 Februari 2015, h.2-4, (faculty.education.illinois.edu/rhennis/documents/TheNatureofCriticalThinking_51711_000.pdf)
a) Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan
b) Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk menilai kemungkinan jawaban
c) Menjaga pertanyaan dan keadaan dalam pikiran 2) Menganalisis argumen
a) Mengidentifikasi kesimpulan
b) Mengidentifikasi alasan atau pendapat
c) Menganggap atau mengidentifikasi asumsi sederhana
d) Mengidentifikasi dan menangani penyimpangan (irrelevance) e) Melihat struktur argumen
f) Meringkas
3) Menanyakan dan menjawab klarifikasi dan/atau pertanyaan menantang a) Mengapa?
b) Apa intinya?
c) Apa yang anda maksud? d) Apa contohnya?
e) Apa yang bukan contohnya?
f) Bagaimana menerapkannya pada kasus tersebut? g) Apa perbedaan yang membuatnya?
h) Apa faktanya?
i) Benarkah yang anda katakan: ………?
j) Dapatkah anda mengatakannya lebih tentang hal tersebut? b. Dua dasar untuk keputusan (two basic for a decision)
4) Menilai kredibilitas sumber a) Keahlian
b) Kekurangan konflik yang penting (interest) c) Kesepakatan dengan sumber lain
d) Reputasi
e) Penggunaan prosedur yang tersedia f) Mengetahui risiko terhadap reputasi g) Kemampuan memberikan alasan
h) Kebiasaan berhati-hati
5) Mengobservasi dan menilai laporan observasi a) Sedikit simpulan dilibatkan
b) Interval waktu yang singkat antara observasi dan laporan c) Dilaporkan oleh pengamat
d) Ketentuan laporan
e) Bukti-bukti yang menguatkan
f) Kemungkinan dari bukti-bukti yang menguatkan g) Akses yang baik
h) Penggunaan teknologi yang kompeten i) Kepuasan observer
c. Kesimpulan (inference)
6) Deduksi dan menilai deduksi a) Kelompok yang logis b) Kondisi yang logis
c) Interpretasi istilah yang logis d) Memenuhi syarat alasan deduktif 7) Membuat kesimpulan (induksi)
a) Membuat generalisasi b) Mengemukakan hipotesis
8) Membuat dan menilai pertimbangan nilai keputusan a) Latar belakang fakta
b) Konsekuensi menerima atau menolak keputusan c) Mengutamakan penerapan prinsip yang dapat diterima d) Alternatif
e) Menyeimbangkan, menimbang, memutuskan d. Memberikan klarifikasi lebih lanjut (advanced clarification)
9) Mendefinisikan istilah dan menilai definisi a) Bentuk definisi
b) Fungsi definisional (tindakan) c) Isi definisi
d) Mengidentifikasi dan menangani dalih 10) Melengkapi asumsi yang tidak dinyatakan
a) Rasa peyoratif (keragu-raguan atau kepalsuan)
b) Menuliskan: anggapan, asumsi yang dibutuhkan, atau asumsi yang digunakan
e. Membuat pengandaian dan integrasi (supposition and integration)
11) Mempertimbangkan dan memberikan alasan dari pendapat, alasan, asumsi, posisi, dan saran lain yang tidak disepakati atau diragukan, tanpa membiarkan ketidaksepakatan dan keraguan mengganggu pemikiran (berpikir yang disangka benar)
12) Mengintegrasikan kemampuan lain dan disposisi dalam membuat dan mempertahankan keputusan
f. Kemampuan yang membantu (auxiliary abilities), bukan termasuk dari aturan berpikir kritis tetapi sangat bermanfaat
13) Berproses pada aturan sistematis yang disesuaikan dengan keadaan a) Mengikuti tahapan pemecahan masalah
b) Memonitor pemikiran sendiri (terlibat dalam metakognitif) c) Menggunakan daftar pemikiran kritis yang layak
14) Menjadi sensitif terhadap perasaan, tingkat pengetahuan, dan derajat pengalaman orang lain
15) Menggunakan strategi retorika yang sesuai dalam diskusi dan presentasi (lisan dan tulisan), termasuk menggunakan dan bereaksi terhadap label kekeliruan pada aturan sistematis
Dengan demikian, jika seseorang menggunakan keterampilan berpikirnya secara kritis, maka orang tersebut dapat memberikan penjelasan sederhana, menggunakan keterampilan dasarnya, menyimpulkan, memberikan penjelasan lebih lanjut, membuat pengandaian dan mengintegrasikan semua keterampilan berpikir kritis, serta ditambah dengan keterampilan tambahan dalam berpikir kritis.