• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4. 1. 1. Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor. Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman sampel uji adalah benar tanaman kemangi (Ocimum americanum L.) suku Lamiaceae. Surat pernyataan determinasi dapat dilihat pada Lampiran 1.

4. 1. 2. Ekstraksi

Sebanyak 500 gram serbuk herba kemangi (Ocimum americanum

L.) dimaserasi 70% etanol hingga dihasilkan maserat yang berwarna pucat (lebih bening daripada maserat awal). Ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator. Ekstrak kental yang diperoleh sebanyak 30 gram ekstrak kental. Sehingga dihasilkan rendemen 6%. Perhitungan rendemen dapat dilihat pada Lampiran 3. 4. 1. 3. Pengujian Parameter Ekstrak

Hasil pengujian parameter spesifik dan nonspesifik ekstrak herba kemangi (Ocimum americanum L.) dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Pengujian Parameter Ekstrak

Parameter Hasil Pengujian

Parameter Spesifik

a. Identitas ekstrak

Nama lain tumbuhan

Bagian tumbuhan yang digunakan

Nama Indonesia tumbuhan

Ocimum americanum L. Herba Kemangi b. Organoleptik Bentuk Warna Bau

Kental seperti karamel Coklat Khas Parameter Nonspesifik a. Susut pengeringan 2,277% b. Kadar abu 12,31% 29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. 1. 4. Pengukuran Berat Badan Tikus

Hasil pengukuran berat badan tikus baik pada kelompok yang tidak mendapat perlakuan dan pada kelompok yang mendapat perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Rerata Berat Badan Tikus Tiap Kelompok

No. Tanggal Rerata Berat Badan Tikus per Kelompok (gram)

I II III IV 1 23 Maret 2014 246 202 209 242 2 25 Maret 2014 250 229,2 212 263 3 28 Maret 2014 259,2 237,6 218,8 274 4 31 Maret 2014 262 242,8 220,2 275,2 5 3 April 2014 264 243,6 222,8 280,5 6 6 April 2014 267,4 249,2 224 278,4 7 9 April 2014 268,8 250,4 226,2 278,8 8 12 April 2014 272,6 251,6 230,2 284,2 9 15 April 2014 271,8 259,8 232,6 293 10 18 April 2014 281 260,4 238 298,6 11 21 April 2014 284,4 266,8 242,4 307 12 24 April 2014 282,8 268,4 243,2 306,8 13 27 April 2014 285,2 271,6 246 309,2 14 1 Mei 2014 289,6 276,4 248,8 318 15 4 Mei 2014 292 281,2 251,8 324,2

Gambar 4.1. Rerata berat Badan Tikus Tiap Kelompok

0 50 100 150 200 250 300 350 B er at B ad an T ik u s (g ram ) Tanggal Penimbangan Kontrol Dosis Rendah Dosis Sedang Dosis Tinggi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. 1. 5. Pengukuran Berat Testis

Hasil pengukuran berat testis baik pada kelompok tikus yang tidak mendapat perlakuan dan pada kelompok yang mendapat perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3.Rerata berat testis tikus tiap kelompok

No. Kelompok Rerata Berat Testis (gram) Tiap Kelompok ± SD

1 Kontrol 1,39±0,05 2 Dosis rendah (1 mg/kgBB) 1,39±0,15 3 Dosis sedang (10 mg/kgBB) 1,46±0,12 4 Dosis tinggi (100 mg/kgBB) 1,49±0,19

Gambar 4.2. Hasil rerata berat testis (gram) setelah pemberian ekstrak etanol 70% herba kemangi selama 48 hari

Data rata-rata berat testis diperoleh dengan menimbang masing-masing testis 20 ekor tikus jantan. Data rata-rata berat testis tikus yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan uji persyaratan. Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data berat testis terdistribusi normal (p ≥ 0,05). Setelah dilakukan uji normalitas, dilanjutkan uji homogenitas Levene. Hasil uji homogenitas menghasilkan data homogen (p≥ 0,05). Hasil uji tersebut menunjukkan nilai signifikan 0,167 (p≥ 0,05). Kemudian dilanjutkan dengan uji BNT

0,0000 0,2000 0,4000 0,6000 0,8000 1,0000 1,2000 1,4000 1,6000 1,8000 2,0000 0 1 10 100 Bob ot T e st ti s (g ra m )

Dosis ekstrak herba kemangi (mg/kgBB)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jenis LSD dimana data yang diperoleh menunjukkan berat testis pada kelompok dosis rendah, sedang dan dosis tinggi tidak berbeda bermakna terhadap kelompok kontrol (p ≤ 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 70% herba kemangi tidak dapat meningkatkan berat testis secara bermakna terhadap kontrol maupun kelompok tikus lain.

4. 1. 6. Perhitungan Konsentrasi Spermatozoa

Hasil perhitungan konsentrasi spermatozoa pada tiap kelompok dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Rerata konsentrasi spermatozoa tikus tiap kelompok

No. Kelompok Rerata Konsentrasi Tiap Kelompok (Juta/mL) ± SD

1 Kontrol 66,625±31,11 2 Dosis rendah (1 mg/kgBB) 71±14,78 3 Dosis sedang (10 mg/kgBB) 81,25±15,31 4 Dosis tinggi (100 mg/kgBB) 104,25±12,11 *

Keterangan: Angka yang diikuti tanda * menunjukkan berbeda bermakna terhadap kelompok control dan dosis rendah (p < 0,05) pada taraf kepercayaan 95 %

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 4.3. Hasil rerata konsentrasi spermatozoa setelah pemberian ekstrak etanol

70% herba kemangi selama 48 hari

Data yang telah diperoleh dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan homogenitas Levene konsentrasi spermatozoa menunjukkan bahwa data konsentrasi sperma terdistribusi normal (p ≥ 0,05) dan homogen (p ≥ 0,05). Data konsentrasi sperma selanjutnya diuji menggunakan statistika parametric one way Anova (untuk data yang terdistribusi normal (p ≥ 0,05) dan homogen (p ≥ 0,05)). Hasil uji Anova yang dilakukan terhadap rata-rata konsentrasi spermatozoa menunjukkan nilai signifikan 0,036 (p≤ 0,05). Kemudian dilanjutkan dengan uji BNT jenis LSD dimana data yang diperoleh menunjukkan konsentrasi spermatozoa pada kelompok dosis tinggi berbeda secara bermakna terhadap kelompok kontrol (p ≤ 0,05), sedangkan dosis rendah dan sedang tidak ada perbedaan bermakna dengan kontrol (p ≤ 0,05). Sehingga dapat disimpulkan jika ekstrak etanol 70% herba kemangi pada dosis tinggi dapat meningkatkan konsentrasi spermatozoa secara bermakna terhadap kontrol.

4. 1. 7. Perhitungan Morfologi Sperma

Hasil perhitungan % abnormalitas sperma pada tiap kelompok dapat dilihat pada tabel 4.5.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 0 1 10 100 K on sn e tr a si S p e rm a toz oa ( Ju ta /m L)

Dosis ekstrak etanol herba kemangi (mg/kgBB)

Rerata Konsentrasi Spermatozoa

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 4.5. Rerata % morfologi sperma yang abnormal tikus tiap kelompok

No. Kelompok

Rerata % Morfologi Sperma yang Abnormal ± SD

Kepala Sperma Ekor Sperma Total

1 Kontrol 5,9±0,86 2,367±0,355 8,26±1,958 2 Dosis rendah (1 mg/kgBB) 5,31±0,9 2,65±0,87 7,956±1,63 3 Dosis sedang (10 mg/kgBB) 5,158±1,37 2,66±0,578 7,81±1,659 4 Dosis tinggi (100 mg/kgBB) 4,225±1,103 2,335±0,75 6,56±1,335

Gambar 4.4. Hasil rerata persen abnormalitas morfologi sperma setelah pemberian ekstrak etanol 70% herba kemangi selama 48 hari

Data yang telah diperoleh dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan homogenitas Levene morfologi sperma menunjukkan bahwa data morfologi sperma terdistribusi normal (p ≥ 0,05) dan homogen (p ≥ 0,05). Data morfologi sperma selanjutnya diuji menggunakan statistika

parametric one way Anova (untuk data yang terdistribusi normal (p ≥ 0,05) dan homogen (p ≥ 0,05)). Hasil uji Anova yang dilakukan terhadap rata-rata morfologi sperma menunjukkan nilai signifikan 0,306 (p ≥ 0,05). Kemudian dilanjutkan dengan uji BNT jenis LSD dimana data yang diperoleh menunjukkan morfologi sperma pada kelompok dosis rendah, sedang dan tinggi tidak berbeda secara bermakna terhadap

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 0 1 10 100 A b n or m a li ta s M or fol og i S p e rm a ( % )

Dosis ekstrak etanol herba kemangi (mg/kgBB)

Rerata Morfologi Sperma yang Abnormal

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kelompok kontrol (p≥ 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 70% herba kemangi tidak dapat mengurangi % abnormal secara bermakna pada morfologi sperma terhadap kontrol maupun kelompok tikus lain.

4. 1. 8. Pengukuran Diameter Tubulus Seminiferus

Hasil pengukuran diameter tubulus seminiferus pada tiap kelompok dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6. Rerata diameter tubulus seminiferus tikustiapkelompok No. Kelompok Rerata Diameter Tubulus Seminiferus

(µm) ± SD

1 Kontrol 147,37 ± 4,54 2 Dosis rendah (1 mg/kgBB) 170,66 ± 3,26 * 3 Dosis sedang (10 mg/kgBB) 198,41 ± 4,93 * 4 Dosis tinggi (100 mg/kgBB) 209,77 ± 19,4 *

Keterangan : Angka yang diikuti tanda * menunjukkan berbeda bermakna terhadap kelompok kontrol (p < 0,05) pada taraf kepercayaan 95 %

Gambar 4.5. Hasil rerata diameter tubulus seminiferus setelah pemberian ekstrak etanol 70% herba kemangi selama 48 hari

Data yang telah diperoleh dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan homogenitas Levene diameter tubulus seminiferus menunjukkan bahwa

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 0 1 10 100 D ia m e te r T u b u lu s S e m in if e ru s m )

Dosis ekstrak etanol herba kemangi (mg/kgBB)

Rerata Diameter Tubulus Seminiferus

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta data diameter tubulus seminiferus terdistribusi normal (p ≥ 0,05) dan homogen (p ≥ 0,05). Data diameter tubulus seminiferus selanjutnya diuji menggunakan statistika parametric one way Anova (untuk data yang terdistribusi normal (p≥ 0,05) dan homogen (p≥ 0,05)). Hasil uji

Anova yang dilakukan terhadap rata-rata diameter tubulus seminiferus menunjukkan nilai signifikan 0,000 (p ≤ 0,05). Kemudian dilanjutkan dengan uji BNT jenis LSD dimana data yang diperoleh menunjukkan diameter tubulus seminiferus pada kelompok dosis rendah, sedang dan tinggi berbeda secara bermakna terhadap kelompok kontrol (p≤ 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 70% herba kemangi dapat meningkatkan diameter tubulus seminiferus secara bermakna terhadap kontrol.

4. 1. 9. Pengukuran Tebal Sel Germinal

Hasil pengukuran tebal sel germinal pada tiap kelompok dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7.Rerata tebal sel germinal tikustiapkelompok

No. Kelompok Rerata Tebal Sel Germinal (µm) ± SD

1 Kontrol 65,62 ± 6,9 2 Dosis rendah (1 mg/kgBB) 74,45 ± 3,3 * 3 Dosis sedang (10 mg/kgBB) 88,26 ± 4,4 * 4 Dosis tinggi (100 mg/kgBB) 107,9 ± 9,0 *

Keterangan : Angka yang diikuti tanda * menunjukkan berbeda bermakna terhadap kelompok kontrol (p < 0,05) pada taraf kepercayaan 95 %

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 4.6. Hasil rerata tebal sel germinal setelah pemberian ekstrak etanol

70% herba kemangi selama 48 hari

Data yang telah diperoleh dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan homogenitas Levene tebal sel germinal menunjukkan bahwa data tebal sel germinal terdistribusi normal (p ≥ 0,05) dan homogen (p ≥ 0,05). Data tebal sel germinal selanjutnya diuji menggunakan statistika

parametric one way Anova (untuk data yang terdistribusi normal (p ≥ 0,05) dan homogen (p ≥ 0,05)). Hasil uji Anova yang dilakukan terhadap rata-rata tebal sel germinal menunjukkan nilai signifikan 0,000 (p ≤ 0,05). Kemudian dilanjutkan dengan uji BNT jenis LSD dimana data yang diperoleh menunjukkan tebal sel germinal pada kelompok dosis rendah, sedang dan tinggi berbeda secara bermakna terhadap kelompok kontrol (p≤ 0,05). Dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 70% herba kemangi dapat meningkatkan tebal sel germinal secara bermakna terhadap kontrol.

4. 2. Pembahasan

Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah herba dari tanaman kemangi (Ocimum americanum L.) yang diperoleh dari kebun kemangi Desa Grogol, Kecamatan Limo, Depok. Hasil determinasi tanaman yang dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat

0 20 40 60 80 100 120 0 1 10 100 T e b a l S e l Ger m in a l m )

Dosis ekstrak etanol herba kemangi (mg/kgBB)

Rerata Tebal Sel Germinal

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian Biologi-LIPI Bogor, menunjukkan bahwa tanaman sampel uji adalah benar tanaman kemangi (Ocimum americanum L.) dari famili Lamiaceae.

Ekstrak herba kemangi diperoleh dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Pemilihan proses maserasi sebagai metode ekstraksi disebabkan karena memiliki beberapa keuntungan diantaranya maserasi dapat digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak tahan terhadap pemanasan, peralatan yang sederhana serta proses pengerjaannya cukup mudah. Penggunaan etanol 70% sebagai pelarut didasarkan sifatnya yang polar namun dapat melarutkan senyawa yang bersifat non polar sehingga diharapkan dapat menarik kandungan senyawa yang bersifat non polar dan polar. Senyawa yang bertanggung jawab sebagai agen fertilitas yang terkandung pada herba kemangi belum diketahui, sehingga pada penelitian ini dilakukan pengekstraksian senyawa baik yang bersifat polar maupan non polar.

Pemilihan konsentrasi 70% dikarenakan sampel yang diuji merupakan simplisia kering, sehingga adanya kandungan air pada etanol 70% dapat mempermudah proses penarikan senyawa pada saat ekstraksi. Setelah dimaserasi, filtrat yang didapat diuapkan menggunakan vacuum rotary evaporator dengan tujuan untuk menghilangkan pelarut sehingga didapatkan ekstrak kental.

Dari 500 gram serbuk herba kemangi (Ocimum americanum L.) diperoleh 30 gram ekstrak kental sehingga dihasilkan rendemen 6%. Pemeriksaan parameter non spesifik seperti susut pengeringan dan kadar abu dilakukan. Tujuan dari pemeriksaan susut pengeringan adalah untuk mengetahui jumlah senyawa yang hilang selama proses pengeringan (Depkes, 2000). Sedangkan tujuan dari pemeriksaan kadar abu adalah untuk mengetahui kandungan mineral yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak (Depkes, 2000). Hasil yang diperoleh untuk susut pengeringan dan kadar abu ekstrak etanol 70% herba kemangi masing-masing 2,277% dan 12,31%. Dari penelitian Nur Khoirani (2013), yang berjudul “Karakterisasi Simplisia dan Standardisasi Ekstrak Etanol

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Herba Kemangi (Ocimum americanum L.)”, diketahui bahwa pada ekstrak etanol 70% herba kemangi terkandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid, triterpenoid dan minyak atsiri.

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 ekor tikus jantan galur Sprague Dawley berusia 9 minggu. Tikus yang digunakan merupakan tikus sehat dan fertil dengan berat tikus yaitu sekitar 200-350 gram. Pemilihan galur Sprague Dawley dikarenakan mayoritas penelitian mengenai reproduksi pada tikus menggunakan galur ini. Galur ini juga memiliki tingkat kesuburan yang tinggi ditandai dengan jumlah sperma dalam epididimis lebih banyak dibandingkan galur lain (Wilkinson et al., 1999).

Tikus dibagi menjadi 4 kelompok diantaranya kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan dengan dosis masing-masing 1 mg/kgBB, 10 mg/kgBB, dan 100 mg/kgBB.Hewan uji kemudian diaklimatisasi selama 3 minggu agar dapat menyesuaikan diri dalam kondisi lingkungan yang baru. Setiap kelompok tikus jantan ditempatkan pada kandang yang berbeda dengan kepadatan kandang masing-masing 5 ekor. Selama aklimatisasi dilakukan pengamatan kondisi umum serta ditimbang berat badannya. Adanya peningkatan berat badan menunjukkan bahwa tikus telah mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan.

Setelah aklimatisasi, masing-masing tikus diberikan perlakuan dengan ekstrak etanol herba kemangi secara oral dengan menggunakan alat penyekok oral (sonde). Periode ini dilakukan selama 48 hari. Sebelum perlakuan, tikus ditimbang terlebih dahulu untuk menyesuaikan dengan dosis ekstrak etanol herba kemangi yang akan diberikan. Sediaan bahan uji dibuat dengan mensuspensikan ekstrak dengan Na CMC konsentrasi 0,5%. Na CMC digunakan sebagai pembawa karena ekstrak etanol herba kemangi memiliki kelarutan yang baik dalam Na CMC.

Pada hari ke-49, tikus dikorbankan dengan cara dibius dengan eter. Dari hasil penelitian ini diperoleh data dari beberapa parameter, yaitu: berat testis, konsenstrasi spermatozoa, morfologi sperma, diameter tubulus seminiferus serta tebal sel germinal. Data dari beberapa parameter tersebut

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan uji normalitas, uji homogenitas dan selanjutnya dilakukan uji Anova dan uji BNT jenis LSD. Sebagai data tambahan, data berat badan tikus diambil tanpa dilakukan uji normalitas dan homogenitas maupun uji Anova.

Data berat badan menunjukkan perkembangan berat badan kelompok tikus kontrol dan kelompok tikus yang diberi ekstrak etanol herba kemangi dimana keduanya mengalami kenaikan berat badan tiap minggunya. Pertumbuhan yang baik merupakan suatu proses pertambahan massa, sehingga hewan mengalami pertambahan berat badan, pertambahan tinggi, pertambahan panjang atau pertambahan kandungan kimiawi tubuhnya. Kenaikan berat badan yang terjadi baik pada tikus kontrol maupun tikus yang mendapat perlakuan ekstrak etanol herba kemangi kemungkinan dikarenakan konsumsi pakan harian yang diberikan memenuhi syarat untuk terjadinya pertumbuhan. Pertumbuhan berjalan normal apabila makanan yang diberikan mengandung nutrisi dalam kualitas dan kuantitas yang baik. Apabila seekor hewan kekurangan nutrisi atau mengalami defisiensi suatu zat makanan maka laju pertumbuhan hewan tersebut akan terhambat (Muliani, 2011). Dengan demikian, pemberian ekstrak etanol 70% herba kemangi tidak berpengaruh terhadap peningkatan berat badan pada semua kelompok perlakuan.

Produksi spermatozoa tidak akan terjadi jika alat kelamin jantan tidak mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan alat kelamin jantan baik alat kelamin primer yang berupa testis maupun alat kelamin sekunder berupa saluran-saluran reproduksi (Partodihardjo,1980). Testis berukuran normal memiliki hubungan positif dengan potensi substansi fungsional (tubulus seminiferus) yang terkandung di dalam testis. Fungsi reproduksi testis adalah berupa produksi spermatozoa yang dihasilkan oleh bagian tubulus seminiferus dari testis. Berat dan ukuran testis dapat digunakan sebagai indikator kuantitatif produksi spermatozoa (Melo, 2010).

Pemberian ekstrak herba kemangi dengan dosis 1 mg/kg BB, 10 mg/kg BB dan 100 mg/kg BB/hari selama 48 hari menyebabkan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terjadinya peningkatan berat testis. Peningkatan berat testis terdistribusi secara normal (p≥ 0,05) berdasarkan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov

dan homogenitas Levene. Namun berdasarkan analisis Post Hoc LSD, pemberian ekstrak herba kemangi menunjukkan hasil tidak bermakna secara statistik (p≤ 0,05) terhadap berat testis.

Peningkatan berat testis tersebut mengindikasikan konsentrasi spermatozoa dalam testis bertambah. Pernyataan tersebut diperjelas dari data konsentrasi sperma yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan konsentrasi sperma sejalan dengan meningkatnya dosis.

Selain berat testis, konsentrasi sperma dihitung untuk mengetahui pengaruh ekstrak herba kemangi terhadap konsentrasi spermatozoa tikus. Spermatozoa yang diamati dalam penelitian ini adalah spermatozoa yang berasal dari kauda epididimis. Kauda epididimis merupakan tempat pematangan spermatozoa sebelum siap diejakulasikan keluar tubuh, sehingga diprediksikan bahwa spermatozoa yang telah matang terkonsentrasi paling banyak di kauda epididimis (Suckow, 2006).

Berdasarkan data hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa pemberian ketiga dosis ekstrak etanol herba kemangi secara oral selama 48 hari menunjukkan peningkatan konsentrasi spermatozoa yang dihasilkan. Berdasarkan analisis Post Hoc LSD menunjukkan pengaruh pemberian ekstrak herba kemangi terhadap peningkatan konsentrasi sperma yang bermakna secara statistik (p≤ 0,05). Semakin besar dosis ekstrak yang diberikan, semakin besar pula pengaruhnya terhadap peningkatan konsentrasi.

Kemangi memiliki kandungan antioksidan tinggi. Kandungan senyawa kimia dalam herba kemangi adalah 1,8 sineol, anethol, apigenin fenkhona, stigmaasterol, triftofan, tannin, sterol, dan boron (Dharmayanti, 2003) serta minyak atsiri, pati, lignin, fitosterol, alkaloid, senyawa fenolik, saponin, flavonoid, terpenoid dan antrakuinon (Sarma dan Babu, 2011).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gaffari Turk et. al. (2007), penelitian menggunakan fresh-press juice buah delima yang mengandung antioksidan berupa senyawa-senyawa fenolat mampu

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta meningkatkan konsentrasi sperma. Ekstrak etanol rebung bambu yang juga memiliki kandungan senyawa fenol dan fitosterol (Chadbouryet.al., 2012) dapat meningkatkan kualitas sperma, seperti motilitas dan konsentrasi sperma secara bermakna (Sukmaningsih et. al.,2012). Senyawa polifenol dapat digunakan sebagai agen antioksidan untuk mencegah berbagai kerusakan akibat induksi peroksida lipid diberbagai organ termasuk testis (Turk et. al., 2007). Fitosterol yang terkandung juga dapat bertindak sebagai prekursor steroid sehingga terjadi peningkatan hormon testosteron. Hormon ini berperan penting dalam proses pembentukan spermatozoa melalui spermatogenesis didalam testis serta pematangan sperma dalam epididimis (Sukmaningsih, 2012).

Selanjutnya dalam penelitian ini juga melihat morfologi sperma. Morfologi spermatozoa merupakan salah satu faktor penentu fertilitas spermatozoa. Abnormalitas sperma dilihat dari morfologinya terbagi menjadi dua macam, yaitu abnormalitas primer dan sekunder. Bentuk-bentuk abnormalitas primer spermatozoa di dalamtestis terjadi karena kesalahan spermatogenesis atau kesalahan spermiogenesis, misalnya kepala terlampau besar, kepala terlampau kecil, kepala pendek, kepala pipih memanjang, kepala rangkap dan ekor ganda. Bentuk abnormalitas sekunder terjadi apabila spermatozoa mengalami kelainan setelah meninggalkan tubulus seminiferus, ditandai dengan ekor, kepala pecah dan kepala tanpa ekor (Toelihere, 1993). Spermatozoa yang memiliki abnormalitas morfologi kemungkinannya tidak subur (Salisbury danVandemark, 1985).

Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian ketiga dosis ekstrak etanol 70% herba kemangi secara oral selama 48 hari memberikan hasil penurunan terhadap abnormalitas morfologi sperma. Penurunan abnormalitas morfologi sperma terdistribusi normal (p ≥ 0,05) berdasarkan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan homogenitas Levene. Namun berdasarkan analisis Post Hoc LSD, pemberian ekstrak herba kemangi tidak bermakna secara statistik (p≤ 0,05) terhadap penurunan abnormalitas morfologi sperma.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Perubahan histologi dalam testis juga dijadikan sebagai parameter pada penelitian ini. Menurut Krishnalingam (1982), pengukuran diameter tubulus seminiferus dan tebal sel germinal dapat digunakan untuk memprediksi produksi sperma. Didalam testis terdapat dua komponen penting yaitu komponen spermatogenesis dan komponen interlobular. Sel germinal dan sel sertoli pada tubulus seminiferus merupakan komponen spermatogenesis. Sedangkan sel interstesial leydig dan jaringan peritubular serta sistem limfatik dan sistem vaskular merupakan komponen interlobular (Russel et. al. 1990).

Dari hasil penelitian pengamatan histologi testis menunjukkan bahwa nilai rata-rata diameter tubulus seminiferus dan tebal sel germinal pada kelompok perlakuan meningkat dibandingkan kelompok kontrol. Berdasarkan analisis Post Hoc LSD, didapatkan hasil adanya pengaruh pemberian ekstrak herba kemangi terhadap peningkatan diameter tubulus seminiferus dan tebal sel germinal yang bermakna secara statistik (p≤ 0,05). Semakin besar dosis ekstrak yang diberikan, makin besar pula pengaruhnya terhadap peningkatan diameter tubulus seminiferus dan tebal sel germinal. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang bermakna dari pemberian ketiga dosis ekstrak etanol herba kemangi.

Pada hasil penelitian Ernawati (2012), diketahui jika ekstrak bulbus bawang dayak dapat memberi pengaruh terhadap histologi testis, yakni terjadi peningkatan pada diameter tubulus seminiferus. Aktivitas antioksidan dari ekstrak bulbus bawang dayak kemungkinan disebabkan karena kandungan senyawa flavonoid dan kadar fenolik total yang cukup tinggi. Didapatkan juga hasil bahwa fresh-press juice buah delima dapat meningkatkan diameter tubulus seminiferus dan tebal sel germinal secara bermakna (Gaffari Turk et. al. (2007).

Menurut Zarena dan Udaya (2009) senyawa fenolat dapat berpartisipasi dalam perlindungan terhadap tindakan oksigen reaktif berbahaya, terutama radikal. Radikal bebas dapat menyebabkan terjadinya penurunan hormon testosteron (Ernawati, 2012). Yardimci dan Yamamoto (1998) menyatakan bahwa testosteron adalah hormon utama yang

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diproduksi oleh sel leydig sebagai hasil rangsangan Luteinizing hormone

(LH) dari hipofisis anterior, yang sangat dibutuhkan dalam

spermatogenesis. Hormon testosteron berfungsi mengontrol

spermatogenesis pada pembelahan meiosis dan juga spermiogenesis,

penurunan kadar testosteron tentunya akan mengakibatkan

spermatogenesis yang terjadi di dalam tubulus seminiferus testis berjalan tidak normal.

Spermatogenesis merupakan proses yang sangat kompleks, pada tahap ini spermatogonia berkembang menjadi spermatozoa. Radikal bebas diketahui dapat mengganggu spermatogenesis karena menghambat sel leydig sehingga menyebabkan penurunan kadar sekresi hormon testosteron. Penurunan hormon testosteron menyebabkan terlepasnya spermatid dari sel sertoli ke lumen tubulus, sehingga spermatid terhambat untuk berdiferensiasi menjadi spermatozoa (Guven, et al., 1999).Dampak negatif radikal bebas terhadap kesehatan reproduksi bisa diatasi dengan pemberian antioksidan (Ernawati, 2012).

Antioksidan merupakan substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadi reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan stres oksidatif (Christijanti dan Iswara, 2010). Sistem antioksidan pada semen berperan penting dalam melindungi membran spermatozoa terhadap efek merusak dari radikal bebas (Surai, 2003).

Selain dapat meningkatkan berat testis, konsentrasi spermatozoa, morfologi sperma yang normal, diameter tubulus seminiferus dan tebal sel germinal, ekstrak etanol 70% herba kemangi juga mempengaruhi spermatogenesis karena memiliki aktivitas antioksidan.

Dari hasil penelitian ini dapat dilihat pada pengamatan konsentrasi spermatozoa, morfologi sperma, diameter tubulus seminiferus dan tebal sel germinal menunjukkan perubahan signifikan pada dosis tinggi, sedangkan pada berat testis peningkatan paling tinggi pada dosis sedang. Perbedaan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini dapat terjadi karena dimungkinkan ekstrak herba kemangi tersebut bekerja tidak spesifik hanya pada satu reseptor saja dan kemungkinan pada reseptor lain spesifik.

Parameter konsentrasi spermatozoa yang dihasilkan testis tidak cukup untuk mendiagnosa fertil atau infertil. Oleh karena itu, konsentrasi pengembangan sebaiknya ditekankan juga pada motilitas sperma. Meskipun jumlah spermatozoa banyak sekali tetapi tidak motil maka

Dokumen terkait