• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil penelitian

1.1 Karakteristik partisipan

Keempat partisipan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah partisipan yang memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancari serta mau menandatangani perjanjian sebelum interview di mulai. Para partisipan adalah ibu yang melahirkan di dengan riwayat section caesaria di RSU Sembiring Deli Tua Medan Tahun 2008. Umur keempat partisipan berkisar antara 26 – 30 tahun. Rata-rata umur partisipan adalah 27,75 (28 tahun). Partisipan yang melahirkan dengan riwayat secia caesaria di RSU Sembiring Deli Tua 2 orang mengalami persalinan anak pertama, dan 2 orang lagi mengalami persalinan yang kedua. Partisipan beragama islam. Dua orang, dan yang beragama Kristen Dua orang. Semua partisipan berpendidikan SLTA. Semua partisipan bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Berikut ini adalah karakteristik dari masing-masing partisipan : Partisipan 1 berumur 26 tahun, persalinan anak pertama, agama kristen, pendidikan terakhir SLTA, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Partisipan 2 berumur 27 tahun,

28

persalinan anak pertama, agama Kristen, pendidikan terakhir SLTA, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Partisipan 3 berumur 30 tahun, persalinan anak kedua, agama islam, pendidikan terakhir SLTA, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Partisipan 4 berumur 28 tahun, persalinan anak pertama, beragama Islam, pendidikan terakhir SLTA, pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga. Karakteristik partisipan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan Umur

Range partisipan 1 : 26 tahun partisipan 2 : 27 tahun partisipan 3 : 30 tahun partisipan 4 : 28 tahun 26+27+30+28 : 4 = 27,75 (28) Mean 26 – 30 tahun 27,75 Agama Islam Kristen 2orang 2 orang Pendidikan SLTA 4 orang Pekerjaan

Ibu rumah tangga

4 orang Riwayat Persalinan

Sectio secaria 4 orang

1.2 Pengalaman Ibu Tentang Nyeri Post Partum 1.2.1 Pengalaman Nyeri

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, akan tetapi pengalaman pribadi seorang wanita dapat berdampak bagi wanita lain, dengan membagi pengalaman mereka saat-saat menjadi ibu dengan wanita lain. Pemahaman mereka tentang pengalaman tersebut semakin mendalam (Kirkham, 1997). Orang memberikan respon yang berbeda terhadap nyeri, diantaranya ada yang disertai takut, gelisah, cemas, menangis, mengerang dan menjerit-jerit meminta pertolongan sedangkan yang lain penuh toleransi dan optimis (Barbara, 1996). Pengalaman nyeri dipeng aruhi oleh arti dari nyeri bagi orang, persepsi nyeri, toleransi nyeri dan reaksi orang terhadap nyeri.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap keempat partisipan yang telah memiliki pengalaman langsung tentang nyeri pasca persalinan dengan riwayat sectio caesaria .

(1) Bagian yang dibedah Caesar terasa ngilu, perih dan sakit

Bedah caesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan irisan pembedahan yang menembus abdomen (laparotomi) dan uterus (hiskotomi) untuk mengeluarkan bayi. Bekas bedah yang ditinggalkan tentulah menimbulkan nyeri (Yusmiati, 2007).

Berdasarkan hal tersebut diatas dan hasil wawancara dengan partisipan, maka peneliti mengetahui pengalaman post partum dengan riwayat sectio caesaria. Berikut ini akan menguraikan satu persatu hasil penelitiaan yang telah diperoleh yaitu : ada dua partisipan yang mengatakan bahwa post partum dengan riwayat

30

sectio caesaria menimbulkan nyeri, panas, ngilu dan perih. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini :

1.1.Arti nyeri

Nyeri mempunyai arti yang berbeda bagi setiap orang. Pada umumnya orang memandang nyeri sebagai sesuatu yang negatif. Nyeri dapat diartikan oleh seseorang menjadi tidak mampu dan kehilangan mobilitas. Hal ini dapat dilihat pada pernyataan partisipan berikut ini :

“ Saat bius Saya habis, perut saya yang di potong sepertinya sakit sekali, bekasnya terasa nyeri, ngilu dan mendenyut denyut, sampai keluar keringat dingin Saya menahankan sakitnya.”

( Partisipan 4 ) 1.2.Persepsi Nyeri

Persepsi nyeri sangat subjektif, sangat kompleks, tersendiri, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang memicu stimulus nociceptor-nociceptor dan transmisi nociceptor impuls seperti oleh daya reseptif dan interpretasi cortical. Persepsi nyeri dapat dilihat pada pernyataan partisipan berikut ini :

“Badanku terasa kaku, aku merasa tidak dapat bergerak, terasa sakit, perih dan ngilu kali bekas sayatan itu.

( Partisipan 3 )

hal itu juga sesuai dengan pernyataan partisipan lain yaitu :

“ Perutku sakit sampai ke punggungku, rasanya sakit sekali, yang pertama sewaktu aku duduk, perutku terasa sakit karena tertekan, kurasakan perih dan sakit bekas potong itu.”

( Partisipan 1 ) “ Rasanya seperti tangan yang terpotong, begitulah sakitnya. Sakit. Panas di bagian perutku, bagian tempat yang terpotong sakit bekasnya, sakit tak tertahankan.”

( Partisipan 4 )

1.3.Toleransi Terhadap Nyeri

Toleransi terhadap nyeri berhubungan dengan intensitas dari nyeri, yang membuat orang mau menahan sebelum mencari pertolongan. Pada individu pola untuk menahan nyeri memiliki tingkat toleransi yang berbeda tergantung pada situasi dan keseluruhan pengalaman nyeri mereka. Toleransi terhadap nyeri dapat dilihat pada pernyataan partisipan sebagai berikut :

“ Pasrah saja,, tidak lagi yang bisa kupikirkan, karena yang kulakukan demi anakku, aku ingin anakku sehat dan selamat”.

( Partisipan 2 )

(2) Perasaan nyeri setelah post partum

Suatu tindakan operasi seringkali berhubungan dengan nyeri sehingga menjadi masalah pada saat selesainya proses operasi (Melvyn, 2006). Nyeri pasti dirasakan oleh setiap orang yang melakukan persalinan lewat jalan operasi, sedangkan manajemen nyeri merupakan suatu upaya untuk mengurangi nyeri ke tingkat yang lebih rendah (Koizer, 2004).

Perasaan nyeri pasca persalinan dengan riwayat sectio caesaria, merupakan hal yang wajar. Nyeri merupakan perasaan yang tidak nyaman yang betul-betul subjektif dan hanya orang yang menderitanya dapat menjelaskan dan mengevaluasinya. Rasa sakit atau perih di bagian perut mulai terasa, setelah efek bius sudah habis. Rasa sakit yang dirasakan karena bekas potongan yang dilakukan pada otot-otot perut di lapisan sebelah dalam, yang sebenarnya mati rasa/kebas karena ujung-ujung saraf terdapat di lapisan-lapisan otot perut ikut terpotong pada saat pembedahan. Rasa nyeri setelah post partum sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut :

32

“ Sakitnya tak tertahan, Aku pasrah saja, kurasakan perutku terasa ngilu, ngilu sekali seperti kena potong, sampai sekarang masih sakit juga, perih”.

( Partisipan 1 ) “ Rasanya sakit sekali, ngilu pedih dan perih, rasanya ingin menagis

menahankannya”.

( Partisipan 2 )

Pernyataan partisipan lain yang sesuai dengan perasaan nyeri setelah post partum adalah sebagai berikut : “Ngilu – ngilu, mau rasanya Saya menangis, tetapi karena sudah

diberi suntikan atau infus oleh bidan, sedikit-sedikit sakitnya hilang. ( Partisipan 4 )

“Sakit sekali pada bagian yang dibelah, pinggangku terasa sakit, kakiku terasa berat.

( Partisipan 3 ) (3) Apa saja yang ibu lakukan untuk mengurangi nyeri operasi ?

Mengurangi nyeri operasi merupakan bagian dari manajemen nyeri yang merupakan suatu upaya untuk mengurangi nyeri ke tingkat yang lebih rendah (Koizer, 2004). Gerak tubuh pasca operasi cesar akan membantu memperoleh kekuatan dengan cepat, dan memudahkan kerja usus besar serta kandung kemih. Aktivitas gerak tubuh akan mempercepat organ-organ tubuh kembali bekerja seperti semula (Lastiko, 2003). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan maka diketahui pernyataan partisipan mengenai tindakan untuk mengurangi rasa nyeri adalah sebagai berikut :

“ Untuk mengurang rasa sakit, aku boleh belajar bergerak miring kiri

dan kanan tapi aku takut karena masih sakit.

( Partisipan 1 ) “ Cepat bergerak, supaya hilang sakitnya dengan cara miring ke samping, mengangkat badan. Kadang sakit ketika mengangkat badan,

kalau sakit saya tidur”

( Partisipan 3 )

“ Banyak bergerak, tapi sebentar – sebentar berhenti karena sakit. Kalau menganggkat kaki berkurang sakitnya. Kalau ditahankan tidak bergerak akan ngilu. Aku belajar duduk dan berjalan, berbicara dengan keluarga atau ngomong sana sini dengan teman-teman disini.Kalau aku ngobrol berkurang rasa sakitku”.

( Partisipan 4 )

Adanya pendekatan medis untuk mengendalikan nyeri yaitu dengan menggunakan obat-obatan. Tiap obat yang diberi dapat mngurangi nyeri. Nyeri dapat dikurangi dengan menganggu/memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dan dengan mengurangi respon cortical terhadap nyeri. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini :

“ Kurasakan sakit sekali, tetapi kutahankan saja, pasrah saja, aku diberi obat oleh suster, setelah aku makan obat, lama kelamaan nyeri itu sedikit berkurang “. ( Partisipan 2 )

2.1 Pembahasan

Nyeri mengancam kesejahteraan fisik dan fisiologis. Sensasi nyeri terjadi ketika merasakan nyeri. Setiap individu beraksi terhadap nyeri dengan cara yang berbeda-beda. Antisipasi terhadap nyeri memungkinkan individu untuk belajar tentang nyeri dan upaya untuk menghilangkannya.

2.1.1 Pengalaman setelah mengalami operasi

Rasa sakit atau perih di bagian perut mulai terasa, setelah efek bius sudah habis. Obat akan mengurangi rasa sakit, namun rasa sakit tersebut biasanya agak berkurang pada keesokan harinya. Rasa sakit yang dirasakan itu berasal dari luka yang terdapat pada perut. Adanya bekas potongan yang dilakukan pada otot-otot perut di lapisan dalam, sebenarnya mati rasa/kebas karena ujung-ujung saraf

34

yang terdapat di lapisan – lapisan otot-otot perut ikut terpotong pada saat pembedahan (Lastiko, 2003).

Pengalaman tersebut sesuai dengan pernyataan semua partisipan, bahwa setelah operasi di bagian perut terasa sakit, perih, panas, ngilu sampai terasa ke bagian punggung, dan kepala terasa pusing.

Nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, yang timbul bila ada jaringan rusak dan hal ini akan menyebabkan tubuh bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri ( Guytun & Hall, 1997). Nyeri pasca sectio secarea termasuk dalam nyeri cepat, karena subjek terasa kulitnya tersayat. Nyeri yang dialami paca operasi sectio secarea termasuk nyeri akut, yang mana kerusakan disebabkan oleh nyeri akut tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistemik. Nyeri akut ini biasanya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya berkurang dari satu bulan terjadi penyembuhan. Nyeri jenis ini biasanya hilang dengan sendirinya dengan atau tanpa tindakan setelah kerusakan jaringan menyembuh(Suddarth,2001 ).

2.1.1. Arti Nyeri

Arti nyeri seseorang memiliki banyak perbedaan dan dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu usia, jenis kelamin, latar blakang sosial kultur, lingkungan dan pengalaman. Dari hasil penelitian yang dilakukan partisipan mengungkapkan perasaan nyeri adalah kondisi yang tidak nyaman dan menganggap bahwa nyeri merupakan penyebab ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa nyeri pada pasien adalah gangguan atau prosedur yang menimbulkan nyeri, pasien meringis saat bergerak atau menghindari gerakan. Banyak orang menyangkal nyeri yang dialami karena mereka takut dengan

pengobatan atau tindakan yang mungkin terjadi, jika mereka mengeluh nyeri atau takut menjadi ketergantungan terhadap opoid (Narkotika).

1.2. Persepsi Nyeri

Persepsi nyeri merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri. Individu yang sadar akan nyeri akan terjadi reaksi yang kompleks pada tubuh. Faktor-faktor psikologis dan kognitif berinteraksi dengan Faktor-faktor-Faktor-faktor neurologist dalam mempersepsikan nyeri (Pritchart 1991). Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap partisipan bahwa persepsi nyeri dianggap sesuatu yang menganggu kemampuan individu untuk beraktivitas dan berhubungan dengan orang lain, dan mengubah kualitas hidup seseorang secara bermakna (Berger, 1992). Hal ini ditegaskan dengan pendapat Suddarth (2002) bahwa nyeri merupakan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan jaringa, yang harus pertimbangan pertama keperawatan saat mengkaji nyeri. Nyeri mengarah ketidakmampuan seiring dengan peningkatan usia harapan hidup, lebih banyak orang mengalami penyakit kronik, dengan nyeri merupakan suatu gejala yang umum. Berdasarkan letak atau penyebarannya nyeri dapat bersifat nyeri alih, nyeri radiasi, dan nyeri yang diproyeksikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suddarth (2002) bahwa tingkat seseorang yang memfokuskan perhatian pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat. Selain itu pendapat dari Nancy ( 2006) menegaskan apabila seorang klien tidak pernah merasakan nyeri maka persepsi pertama nyeri dapat mengganggu terhadap nyeri misalnya setelah beda abdomen hal yang umum bagi klien untuk mengalami nyeri insisi yang berat selama beberapa hari.

36

2.1.3. Toleransi Terhadap Nyeri

Antisipasi terhadap nyeri memungkinkan individu untuk belajar tentang nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri. Toleransi yang tinggi terhadap nyeri memungkinkan mampu menahan nyeri tanpa bantuan. Berdasarkan pendapat partisipan yang diperoleh dari hasil penelitian, efek dari rasa nyeri dapat ditoleransi jika adanya dukungan dari anggota keluarga dan teman terdekat untuk memberikan bantuan ataupun pertolongan. Hal ini ditegaskan dengan pendapat Barbara (2005), bahwa kehadiran seseorang dari kelompok sosial budaya yang berbeda memiliki harapan sebagai tempat mereka menumpahkan keluhan mereka tentang nyeri. Individu yang mengalami nyeri sering kali bergantung pada anggota keluarga atau teman dekat. Untuk memperoleh dukungan bantuan atau perlindungan walaupun nyeri tetap klien rasakan, kehadiran orang yang dicintai klien akan meminimalkan kesepian dan ketakutan. Apabila tidak ada keluarga atau teman sering kali pengalaman nyeri membuat klien semakin tertekan.

2.3. Apa Yang Dirasakan Setelah Mengalami Operasi

Semua partisipan mengungkapkan bahwa setelah mengalami operasi sectio secaria bagian perut terasa sakit, ngilu bekas sayatan, perih dan panas, Satu partisipan menjawab bahwa pasca sectio secaria pinggang terasa sakit, kaki berat diangkat dan kepala terasa pusing.

Hal ini sesuai dengan pendapat (Suddarth.2002), bahwa nyeri pada pasien pasca operasi merupakan nyeri akut yang belum banyak di mengerti dan tidak dikelola dengan baik.

Hampir setiap orang merasakan nyeri setelah menjalani pembedahan. Orang memberikan respon yang berbeda terhadap nyeri, diantaranya ada yang disertai takut, gelisah, cemas, sedangkan yang lain penuh toleransi dan optimis. Toleransi individu terhadap nyeri merupakan suatu ketidakinginan untuk menerima nyeri dengan tingkat keparahan yang lebih tinggi dan durasi yang lebih lama. Toleransi nyeri bergantung pada sikap, motivasi, dan nilai yang diyakini seseorang (Pritchard, 1991).

Individu yang sehat secara emosional, biasanya lebih mampu mentoleransi nyeri sedang hingga berat daripada individu yang memiliki status emosional yang kurang stabil.

2.4. Apa Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Nyeri

Antisipasi terhadap nyeri memungkinkan individu untuk belajar tentang nyeri dan upaya untuk menghilangkannya. Perlu adanya dukungan yang adekuat agar seseorang wanita dapat memahami nyeri dan mengontrol nyeri sebelum terjadinya nyeri. Tiga partisipan berpendapat bahwa dalam mengatasi rasa nyeri melakukan gerakan miring ke kanan dan ke kiri, dan selalu berusaha terus untuk belajar bergerak guna menghilangkan rasa sakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Suddath (2002), bahwa seseorang yang memfokuskan perhatian pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat terhadap rasa nyeri dihubungkan dengan adanya peningkatan nyeri yang dirasakan (Berger, 1992).

Partisipan kedua mengatakan bahwa dalam mengatasi rasa nyeri Ia pasrah saja dengan kondisi tersebut. Hal ini merupakan salah satu mengurangi persepsi

38

nyeri. Cara ini merupakan cara sederhana untuk meningkatkan rasa nyaman yaitu membuang atau mencegah stimulus nyeri (Hamilton, 1995).

Partisipan keempat mengatakan bahwa dengan adanya komunikasi dengan suami dan orang terdekat dapat mengurangi rasa nyeri. Kehadiran orang-orang dan sikap seseorang-orang terhadap klien mempengaruhi terhadap respon nyeri. Individu dari kelompok sosial budaya yang berbeda memiliki harapan tentang orang yang dijadikan sebagai tempat menumpahkan keluhan mereka tentang nyeri. Individu yang mengalami nyeri sering kali bergantung pada anggota keluarga atau teman dekat. Untuk memperoleh dukungan bantuan ataupun perlindungan walaupun nyeri tetap klien rasakan. Kehadiran orang yang dicintai klien akan meminimalkan kesepian dan ketakutan. Apabila tidak ada keluarga atau teman sering kali pengalaman nyeri membuat klien semakin tertekan (Barbara, 2005).

Dokumen terkait