• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Data kuantitatif yang disajikan yaitu data hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol, sedangkan data kualitatif berupa hasil observasi aktivitas belajar siswa dari kelas eksperimen.

A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Nusantara Plus Ciputat Tangerang Selatan. Sebelum mengadakan penelitian, peneliti melakukan observasi ke sekolah tersebut. Kegiatan ini meliputi kegiatan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika serta pengamatan terhadap proses pembelajaran di sekolah tersebut. Dari hasil observasi yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

a.

Pembelajaran yang berlangsung di kelas cukup teratur, siswa umumnya

memperhatikan penjelasan guru. Namun beberapa siswa masih terlihat mengantuk atau bermalas-malasan ketika guru sedang menjelaskan materi pelajaran.

b.

Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan pelajaran yaitu metode ceramah, sesekali guru melakukan tanya jawab saat proses pembelajaran.

c.

Dalam penyampaian materi dengan menggunakan metode ceramah, siswa umumnya tidak terlalu diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya. Guru lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Peneliti mengambil dua kelas untuk dijadikan kelompok penelitian. Sampel yang digunakan sebanyak 80 siswa yang terdiri dari 40 siswa di kelompok eksperimen dan 40 siswa di kelompok kontrol. Pada penelitian ini, kelas VII-4 sebagai kelompok eksperimen yang diajar dengan menggunakan model Creative

Problem Solving dan kelas VII-2 sebagai kelompok kontrol yang diajar dengan menggunakan model konvensional.

Pokok bahasan yang diajarkan adalah Persamaan Linear Satu Variabel dengan delapan kali pertemuan. Untuk mengukur pemahaman konsep persamaan linear satu variabel siswa pada kedua kelompok tersebut diberikan tes berbentuk essay. Sebelum tes diberikan kepada siswa, terlebih dahulu dilakukan uji coba sebanyak 10 soal, uji coba dilakukan pada 32 siswa MTs Hidayatul Umam Cinere Depok. Setelah dilakukan ujicoba instrumen selanjutnya dilakukan uji validitas, uji reliabilitas, uji taraf kesukaran dan uji daya pembeda. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh 6 soal yang valid yaitu soal nomor 5, 6, 7, 8, 9 dan 10 dengan reliabilitas soal sebesar 0, 7476, maka instrumen penelitian tersebut dapat disimpulkan memiliki kriteria koefisien reliabilitas yang tinggi, dan memenuhi persyaratan instrumen yang memiliki ketetapan jika digunakan. Perhitungan uji taraf kesukaran diperoleh 3 soal dengan tingkat kesukaran

“mudah”, 5 soal dengan tingkat kesukaran “sedang”, dan 2 soal dengan tingkat kesukaran “sukar”. Perhitungan uji daya pembeda diperoleh 6 soal memiliki daya pembeda “jelek”, 2 soal memiliki daya pembeda “cukup”, 1 soal memiliki daya pembeda “baik”, dan 1 soal memiliki daya pembeda “baik sekali”. Perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12-19 hal 183-190.

Sebelum diberikan posttest, pada kelas eksperimen diberikan perlakuan yaitu pembelajaran dengan menggunakan model Creative Problem Solving dan pada kelas kontrol diberikan model pembelajaran konvensional.

Pada akhir pembelajaran kedua kelompok belajar siswa diatas diberikan posttest untuk mengetahui bagaimana pemahaman konsep persamaan linear satu variabel mereka dan mencari tahu apakah terdapat pengaruh model Creative Problem Solving terhadap pemahaman konsep persamaan linear satu variabel. Berikut ini akan disajikan data hasil tes pemahaman konsep persamaan linear satu variabel yang berupa hasil perhitungan akhir serta aktifitas belajar matematik siswa pada kelas eksperimen.

a. Hasil Tes Pemahaman Konsep PLSV Kelas Eksperimen

Hasil tes yang diberikan kepada kelompok eksperimen yang menggunakan model Creative Problem Solving memiliki nilai terendah adalah 25 dan nilai tertinggi adalah 88. Untuk lebih jelasnya, data hasil tes pemahaman konsep persamaan linear satu variabel kelompok eksperimen disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1

Hasil Posttest Pemahaman Konsep PLSV Kelas Eksperimen Statistik Kelompok Eksperimen Banyak sampel 40 Nilai terendah 25 Nilai tertinggi 88 Mean 57,23 Median 58,29 Modus 60,50 Varians 161,26 Simpangan Baku 12,70 Kemiringan -0,257 Ketajaman/Kurtosis 0,267

Berdasarkan data tabel 4.1, terlihat bahwa banyak sampel pada kelas eksperimen yaitu sebanyak 40 siswa. Nilai terendah hasil posttest kelas eksperimen yaitu 25 sedangkan nilai tertinggi yaitu 88. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata ( ̅ 57,23, median (Me) sebesar 58,29, modus (Mo) sebesar 60,50, varians ( sebesar 161,26, simpangan baku (

sebesar 12,70. Tingkat kemiringan di kelas eksperimen sebesar – 0,257 dan memiliki ketajaman 0,267. (lampiran 27 hal.202)

Berdasarkan nilai KKM pada tempat penelitian yaitu sebesar 65 untuk mata pelajaran matematika, maka sebanyak 11 siswa kelompok eksperimen mendapat

0 2 4 6 8 10 12 14 16 0 20 40 60 80 100 Fr e k ue nsi Nilai Kelas Eksperimen

nilai diatas KKM. Sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 29 siswa.

Secara visual penyebaran data hasil kemampuan pemahaman konsep persamaan linear satu variabel di kelas eksperimen dengan menggunakan model Creative Problem Solving dapat dilihat pada kurva dibawah ini:

Gambar 4.1

Kurva hasil posttest Pemahaman Konsep PLSV Kelas Eksperimen

Dari kurva di atas, terlihat bahwa kurva hampir seimbang. Median terletak di tengah, dan modus berada di atas rata-rata. Ini menunjukan bahwa X < Me < Mo. Kurva pemahaman konsep di atas, memiliki koefisie -0,257 (negatif), artinya kurva di atas memiliki model negatif yaitu ekor memanjang ke kiri. Hal ini menggambarkan bahwa data menyebar pada nilai-nilai di atas rata-rata. Sehingga siswa yang memperoleh nilai di atas rata-rata lebih banyak dibanding siswa yang memperoleh nilai di bawah rata-rata. Sedangkan ketajaman atau kurtosis sebesar 0,267 yang artinya lebih dari 0,263 yaitu kurva berbentuk runcing atau leptokurtis dengan distribusi data cenderung mengelompok diatas rata-rata (lampiran 27 hal 205).

Ditinjau dari dimensi pemahaman konsep persamaan linear satu variabel kelas eksperimen diperoleh rata-rata secara keseluruhan sebesar 6,9. Deskripsi data dimensi pemahaman konsep disajikan pada table 4.2:

Tabel 4.2

Deskripsi Data Kelas Eksperimen

Berdasarkan Indikator Pemahaman Konsep PLSV NO DIMENSI INDIKATOR KOMPETENSI N SKOR IDEAL MEAN SD (%) 1 Instrumental Merubah masalah ke dalam model matematika berbentuk persamaan linear satu variabel 40 8 5,38 1,86 67,19 2 Relasional Menyelesaikan permasalahan matematika yang berkaitan dengan persamaan linear satu variabel 40 16 8,43 1,78 52,66

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa terdapat 2 dimensi pemahaman konsep yaitu dimensi instrumental dan relasional. Pada dimensi instrumental indikator yang diukur yaitu mengubah masalah ke dalam model matematika berbentuk persamaan linear satu variabel sedangkan pada dimensi relasional indikator yang diukur yaitu menyelesaikan permasalahan matematika yang berkaitan dengan persamaan linear satu variabel. Untuk kelas eksperimen, rata-rata dan persentase tertinggi pada indikator mengubah masalah kedalam model matematika berbentuk persamaan linear satu variabel yaitu dengan rata-rata sebesar 5,38 dan presentase sebesar 67,19%, sedangkan untuk indikator menyelesaikan permasalahan

matematika yang berkaitan dengan persamaan linear satu variabel siswa memperoleh rata-rata dan presentase tidak jauh berbeda dengan indikator yang pertama yaitu rata-rata sebesar 8,43 dan presentase sebesar 52,66%. Apabila dilihat dari nilai rata-rata serta presentasenya maka pemahaman dimensi instrumental lebih baik dari pada pemahaman relasional pada kelompok eksperimen. Dimensi instrumental memperoleh standar deviasi sebesar 1,86 dan diemnsi relasional sebesar 1,78. Apabila dilihat dari standar deviasi, pemahaman instrumental memperoleh standar deviasi lebih tinggi dari pemahaman relasioanl, artinya pemahaman relasional pada kelompok eksperimen lebih seragam atau sama. Pemahaman seragam atau sama bisa berarti seragam dalam hal seragam memiliki kemampuan atau seragam dalam hal belum memiliki kemampuan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata dan presentase, apabila rata-rata dan presentase lebih tinggi maka siswa seragam memiliki pemahaman konsep sedangkan apabila rata-rata dan presentase lebih rendah maka siswa seragam belum memiliki pemahaman konsep.

Berikut ini akan disajikan diagram batang perbedaan pemahaman konsep persamaan linear satu variabel pada kelas eksperimen.

Gambar 4.2

Perbandingan Presentase Pemahaman Instrumental dan Relasional Kelas Eksperimen 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Pemahaman Instrumental Pemahaman Relasional

P

res

enta

se

Perbedaan Presentase Dimensi Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen

Dari gambar 4.3, terlihat pemahaman instrumental lebih tinggi dibandingkan pemahaman relasional pada materi persamaan linear satu variabel. Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas eksperimen pemahaman konsep persamaan linear satu variabel siswa lebih banyak menguasai penyelesaian soal yang sederhana, yang hanya menggunakan satu rumus saja. Hal ini dikarenakan dimensi pemahaman instrumental merupakan prasyarat yang harus dimiliki siswa untuk memiliki pemahaman relasional. Pemahaman relasional merupakan pemahaman lanjutan dari pemahaman instrumental.

Gambar 4.3

Perbandingan Standar Deviasi Pemahaman Instrumental dan Relasional Kelas Eksperimen

Pada Gambar 4.4 terlihat bahwa standar deviasi pada dimensi pemahaman instrumental lebih tinggi dari pemahaman relasional. Maka pada kelas eksperimen pemahaman konsep persamaan linear satu variabel dimensi pemahaman relasional lebih seragam dibandingkan dimensi pemahaman instrumental.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

Pemahaman Instrumental Pemahaman Relasional

S tan d ar Devias i

Perbedaan Standar Deviasi Dimensi Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen

b. Hasil Tes Pemahaman Konsep Persamaan Linear Satu Variabel Kelompok Kontrol

Hasil tes yang diberikan kepada kelompok kontrol yang menggunakan model konvensional memiliki nilai terendah adalah 21 dan nilai tertinggi adalah 71. Untuk lebih jelasnya, data hasil tes pemahaman konsep persamaan linear satu variabel kelompok kontrol disajikan dalam bentuk table 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3

Hasil Posttest Pemahaman Konsep Persamaan Linear Satu Variabel Kelas Kontrol

STATISTIK Kelompok Kontrol

Banyak sampel 40 Nilai terendah 21 Nilai tertinggi 71 Mean 49,90 Median 50,10 Modus 49,30 Varians 153,89 Simpangan Baku 12,41 Kemiringan 0,048 Ketajaman/Kurtosis 0,273

Berdasarkan data tabel 4.3, terlihat bahwa banyak sampel pada kelas eksperimen yaitu sebanyak 40 siswa. Nilai terendah hasil posttest kelas eksperimen yaitu 21 sedangkan nilai tertinggi yaitu 71. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata ( ̅ 49,90, median (Me) sebesar 50,10, modus (Mo) sebesar 49,30, varians ( sebesar 153,89, simpangan baku (

sebesar 12,41. Tingkat kemiringan di kelas kontrol sebesar 0,048 dan memiliki ketajaman 0,273. (lampiran 29 hal. 207)

Berdasarkan nilai KKM pada tempat penelitian yaitu sebesar 65 untuk mata pelajaran matematika, maka sebanyak 6 siswa kelompok kontrol mendapat nilai

0 2 4 6 8 10 12 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Fr e k ue nsi Nilai Kelas Kontrol

diatas KKM. Sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 34 siswa.

Secara visual penyebaran data hasil kemampuan pemahaman konsep matematika siswa di kelas kontrol dengan menggunakan metode konvensional dapat dilihat pada gambar 4.3 sebagai berikut:

Gambar 4.4

Kurva Hasil Posttest Pemahaman Konsep PLSV Kelas Kontrol

Dari kurva di atas, terlihat bahwa kurva hampir seimbang. Median terletak memiliki nilai lebih besar dari rata-rata dan modus, rata-rata berada diantara modus dan median, sedangkan median memiliki nilai lebih rendah dar rata-rata dan median. Ini menunjukan bahwa Mo < X < Me. kurva pemahaman konsep di atas, memiliki koefisien 0,0438 (positif), artinya kurva di atas memiliki model positif yaitu ekor memanjang ke kanan. Hal ini menggambarkan bahwa data menyebar pada nilai-nilai di bawah rata-rata. Sehingga siswa yang memperoleh nilai di bawah rata-rata lebih banyak dibanding siswa yang memperoleh nilai di atas rata-rata. Sedangkan ketajaman atau kurtosis sebesar 2,73 (distribusi leptokurtis atau bentuk kurvanya runcing).

Ditinjau dari dimensi pemahaman konsep persamaan linear satu variabel kelas kontrol diperoleh rata-rata secara keseluruhan sebesar 5,95. Deskripsi data dimensi pemahaman konsep disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.4

Deskripsi Data Kelas Kontrol

Berdasarkan Indikator Pemahaman Konsep PLSV

NO DIMENSI INDIKATOR KOMPETENSI N SKOR IDEAL MEAN SD (%) 1 Instrumental Merubah masalah ke dalam model matematika berbentuk persamaan linear satu variabel 40 8 5,10 1,48 63,75 2 Relasional Menyelesaikan permasalahan matematika yang berkaitan dengan persamaan linear satu variabel 40 16 6,80 2,13 42,50

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa terdapat 2 dimensi pemahaman konsep yaitu dimensi instrumental dan relasional. Pada dimensi instrumental indikator yang diukur yaitu mengubah masalah ke dalam model matematika berbentuk persamaan linear satu variabel sedangkan pada dimensi relasional indikator yang diukur yaitu menyelesaikan permasalahan matematika yang berkaitan dengan persamaan linear satu variabel. Untuk kelas kontrol, rata-rata dan persentase tertinggi pada dimensi instrumental dengan indikator mengubah masalah kedalam model matematika berbentuk persamaan linear satu variabel yaitu dengan rata-rata sebesar 5,10 dan presentase sebesar 63,75%, sedangkan untuk dimensi relasioanal

dengan indikator menyelesaikan permasalahan matematika yang berkaitan dengan persamaan linear satu variabel siswa memperoleh rata-rata dan persentase tidak jauh berbeda dengan indikator yang pertama yaitu rata-rata sebesar 6,80 dan presentase sebesar 42,50%. Dimensi instrumental memperoleh standar deviasi sebesar 1,48 dan diemnsi relasional sebesar 2,13. Apabila dilihat dari standar deviasi, pemahaman instrumental memperoleh standar deviasi lebih rendah dari pemahaman relasioanl, artinya pemahaman instrumental pada kelompok kontrol lebih seragam atau sama. Pemahaman seragam atau sama bisa berarti seragam dalam hal seragam memiliki kemampuan atau seragam dalam hal belum memiliki kemampuan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata dan presentase, apabila rata-rata dan presentase lebih tinggi maka siswa seragam memiliki pemahaman konsep sedangkan apabila rata-rata dan presentase lebih rendah maka siswa seragam belum memiliki pemahaman konsep.

Berikut ini akan disajikan diagram batang perbedaan pemahaman konsep persamaan linear satu variabel pada kelas kontrol.

Gambar 4.5

Perbandingan Presentase Pemahaman Instrumental dan Relasional Kelas Kontrol 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Pemahaman Instrumental Pemahaman Relasional

P re se nt a se

Perbedaan Presentase Dimensi Pemahaman Konsep Kelas Kontrol

Dari gambar 4.7, terlihat pemahaman instrumental lebih tinggi dibandingkan pemahaman relasional pada materi persamaan linear satu variabel. Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas kontrol pemahaman konsep persamaan linear satu variabel siswa lebih banyak menguasai penyelesaian soal yang sederhana, yang hanya menggunakan satu rumus saja. Hal ini dikarenakan dimensi pemahaman instrumental merupakan prasyarat yang harus dimiliki siswa untuk memiliki pemahaman relasional. Pemahaman relasional merupakan pemahaman lanjutan dari pemahaman instrumental.

Gambar 4.6

Perbandingan Standar Deviasi Pemahaman Instrumental dan Relasional Kelas Kontrol

Pada Gambar 4.8 terlihat bahwa standar deviasi pada dimensi pemahaman instrumental lebih rendah dari pemahaman relasioanl. Maka pada kelas kontrol pemahaman konsep persamaan linear satu variabel dimensi pemahaman instrumental lebih seragam dibandingkan dimensi pemahaman relasional.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

Pemahaman Instrumental Pemahaman Relasional

S tan d ar Devias i

Perbedaan Standar Deviasi Dimensi Pemahaman Konsep Kelas Kontrol

c. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Matematik Siswa

Pengamatan dilakukan untuk mengetahui aktivitas belajar matematik selama pembelajaran dengan menggunakan model creative problem solving pada kelas eksperimen. Pengamatan dilakukan oleh peneliti pada tiap pertemuan. Aspek yang diamati meliputi: memperhatikan penjelasan teman/guru, bersemangat dan atusias dalam belajar, rasa ingin memahami materi tinggi, tekun dalam menghadapi tugas, banyak bertanya/menjawab pertanyaan guru/teman, senang mencari dan memecahkan soal dan dapat mempertahankan pendapatnya. Berikut ini hasil rekapitulasi aktivitas belajar matematik siswa:

Tabel 4.5

Presentase Aktivitas Belajar Matematik Siswa

No Aspek yang diamati Rata-rata

1 Memperhatikan penjelasan teman/guru 73,4% 2 Bersemangat dan antusias dalam belajar 57,5% 3 Rasa ingin memahami materi tinggi 65% 4 Tekun dalam menghadapi tugas 68,1% 5 Banyak bertanya/menjawab pertanyaan

guru/teman 43,4%

6 Senang mencari dan memecahkan soal 54,7% 7 Dapat mempertahankan pendapatnya 33,8%

Berdasarkan tabel 4.5, terlihat bahwa presentase aktivitas belajar tertinggi terlihat pada aktivitas memperhatikan penjelasan teman/guru yaitu sebesar 73,4%. Hampir sebagian besar siswa memperhatikan penjelasan teman/guru. Presentase aktivitas belajar matematik siswa terendah terlihat pada aspek mempertahankan pendapat. Hanya beberapa orang saja yang berani mempertahankan pendapatnya yaitu sebesar 33,8%. Untuk aspek bersemangat dan antusias dalam belajar memperoleh rata-rata sebesar 57,5% hal ini menunjukkan pada kelas eksperimen lebih dari sebagian jumlah siswa bersemangat dan antusias dalam belajar. Aspek rasa ingin memahami materi yang tinggi memperoleh rata-rata persentase sebesar 65%, hal ini menunjukkan lebih dari sebagian siswa pada kelas eksperimen memiliki rasa ingin memahami materi yang tinggi. Aspek tekun dalam

menghadapi tugas memperoleh presentase sebesar 68,1%, hal ini menunjukkan bahwa lebih dari sebagian siswa kelas eksperimen tekun dalam menghadapi tugas. Aspek banyak bertanya/menjawab pertanyanyaan guru/teman memperoleh presentase sebesar 43,4%, hal ini menunjukkan kurang dari setengah jumlah siswa pada kelas eksperimen yang berani bertanya/menjawab pertanyaan guru/teman. Aspek senang mencari dan memecahkan soal memperoleh presentase sebesar 54,7%, hal ini menunjukkan lebih dari setengah jumlah siswa kelas eksperimen senang mencari dan memecahkan soal.

Untuk lebih memahami presentase aktivitas belajar matematik siswa, berikut ini disajikan dalam bentuk diagram batang:

Gambar 4.7

Diagram Batang Aktivitas Belajar Matematik Siswa Kelas Eksperimen

Dari gambar 4.5, terlihat bahwa aktivitas belajar matematik siswa tertinggi terletak pada aspek memperhatikan penjelasan teman/guru, sedangkan sktivitas

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

aspek yang diamati

ra

ta

-ra

ta

Rata-rata Aktivitas Belajar Matematik Siswa

Kelas Eksperimen

memperhatikan penjelasan teman/guru

bersemangat dan antusias dalam belajar

rasa ingin memahami materi tinggi

tekun dalam menghadapi tugas

banyak bertanya/menjawab pertanyaan guru/teman senang mencari dan memecahkan soal dapat mempertahankan pendapatnya

belajar matematik siswa terendah terletak pada aspek dapat mempertahankan pendapatnya.

2. Analilis Data

Data yang akan dianalisis pada penelitian ini ada 2 jenis, yaitu data tes pemahaman konsep persamaan linear satu variabel dan data aktivitas belajar matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan model Creative Problem Solving.

a. Tes Pemahaman Konsep Persamaan Linear Satu Variabel

Analisis data tes pemahaman konsep persamaan linear satu variabel dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan dalam penelitian, yaitu pemahaman konsep persamaan linear satu variabel (PLSV) yang pembelajarannya menerapkan model creative problem solving lebih tinggi daripada siswa yang pembelajarannya menerapkan pembelajaran konvensional. Akan tetapi, sebelum dilakukan pengujian hipotesis penelitian, terlebih dahulu akan dilakukan uji prasyarat analisis data dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas data.

1.

Uji Normalitas

Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji Chi Kuadrat. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika memenuhi kriteria

diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: H0 : data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Hasil perhitungan uji normalitas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.6

Hasil Perhitungan Uji Normalitas

Kelompok N 2hitung 2

tabel Kesimpulan

Eksperimen 40 0,70 7,81 Berdistribusi Normal Kontrol 40 1,10 9,49 Berdistribusi Normal

Dari hasil pengujian untuk kelompok eksperimen diperoleh nilai 2hitung = 0,70 dan dari tabel nilai kritis uji chi kuadrat diperoleh nilai 2tabel untuk n=3 pada taraf signifikan  0,05 adalah 7,81. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 19. Karena 2hitung kurang dari 2tabel (0,70 < 7,81) maka H0 diterima, artinya data yang terdapat pada kelompok eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Hasil uji normalitas pemahaman konsep persamaan linear satu variabel kelompok kontrol, diperoleh nilai 2hitung = 1,10 dan dari tabel nilai kritis uji chi kuadrat diperoleh nilai 2tabel untuk n = 4 pada taraf signifikan  0,05 adalah 9,49. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 20. Karena 2hitung kurang dari 2 tabel (1,10 < 9,49) maka H0 diterima, artinya data yang terdapat pada kelompok kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Karena 2hitung pada kedua kelompok kurang dari 2tabel maka dapat disimpulkan bahwa data populasi kedua kelompok berdistribusi normal.

2.

Uji Homogenitas

Setelah kedua kelompok sampel pada penelitian ini dinyatakan berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka selanjutnya uji homogenitas varians kedua populasi tersebut dengan menggunakan uji Fisher. Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua varians populasi homogen. Hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung = 1,05 dan Ftabel = 1,69 pada taraf signifikansi

05 , 0 

 dengan derajat kebebasan pembilang 39 dan derajat kebebasan penyebut 39 (lampiran 33, hal 214).

Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7

Hasil Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Kelas Jumlah Sampel Varians (S2) Fhitung Ftabel ( =0,05) Kesimpulan Eksperimen 40 161,26 1,05 1,69 Terima H0 Kontrol 40 153,89

Karena Fhitung lebih kecil dari Ftabel (1,05 ≤ 1,69) maka H0 diterima, artinya data kelompok eksperimen dan kontrol homogen.

3.

Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan uji persyaratan analisis ternyata populasi berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis menggunakan uji t. Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata tes pemahaman konsep persamaan linear satu variabel kelompok eksperimen yang menggunakan model Creative Problem Solving lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata tes pemahaman konsep Persamaan Linear Satu Variabel kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Untuk pengujian tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut:

H0: 1 2 H1: 1 2 Keterangan :

1

: Rata-rata pemahaman konsep persamaan linear satu variabel pada kelas eksperimen.

2

: Rata-rata pemahaman konsep persamaan linear satu variabel pada kelas kontrol.

Dengan kriteria pengujian yaitu jika thitung < ttabel, maka Ho diterima H1 ditolak, sedangkan jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak H1 diterima. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji-t untuk sampel yang homogen, maka diperoleh thitung= 2,61 (lampiran 34, hal 216). Menggunakan tabel distribusi t pada taraf signifikan 5%, atau ( = 0,05) diperoleh harga ttabel = 1,67.

Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji hipotesis disajikan pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.8

Hasil Pengujian Hipotesis dengan Uji-t

THITUNG

TTABEL

( =0,05) KESIMPULAN

2,61 1,67 Tolak H0

Berdasarkan tabel 4.8 terlihat bahwa thitung lebih besar dari ttabel (2,61 1,67) maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima dengan taraf signifikansi 5%, artinya rata-rata hasil tes pemahaman konsep persamaan linear satu variabel yang diajarkan dengan menggunakan model Creative Problem Solving lebih tinggi daripada rata-rata hasil tes pemahaman konsep persamaan linear satu variabel yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

b. Aktivitas Belajar Matematik Siswa dengan Model CPS

Data aktivitas belajar matematik siswa yang akan dianalisis merupakan data

Dokumen terkait