• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian…

menunjukkan bahwa model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) 5E efektif mampu untuk meningkatkan proporsi penurunan jumlah siswa

yang mengalami miskonsepsi. Penggunaan tes model Certainty of Respons

Index (CRI) membantu dalam memetakan tingkat miskonsepsi yang

dialami oleh mahasiswa. Implementasi model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) 5E mampu menurunkan proporsi siswa yang mengalami miskonsepsi mahasiswa pada konsep gaya, yakni dari 46% menjadi 2,8%. Peningkatan proporsi penurunan jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi sebanyak 43,2%.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah meneliti tentang miskonsepsi tentang salah satu materi IPA fisika. Perbedaan penelitian ini terjadinya sebuah usaha untuk memperbaiki miskonsepsi yang terjadi, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti mengetahui adanya miskonsepsi di sekolah dasar se-kecamatan.

Fitrianingrum (2013) melakukan penelitian tentang ”Analisis

Miskonsepsi Gerak Melingkar Pada Buku Sekolah Dasar (BSE) Fisika SMA Kelas X Semester 1” dengan metode penelitian deskriptif kualitatif,

pendekatan fenomenologi. Hasil penelitan tersebut menunjukkan bahwa tidak ada miskonsepsi gerak melingkar pada buku-buku BSE berdasarkan analisis ketiga BSE yang diterbitkan Pusat Perbukuan Kemendiknas. Selain menganalisis selain menganalisis adanya miskonsepsi pada penelitian ini juga mengidentifikasi keterangan lainnya, meliputi: konsep benar, konsep tidak ada, perbaikan gambar, perbaikan penulisan notasi, perbaikan penulisan satuan, perbaikan penulisan perumusan, perbaikan penulisan hasil perhitungan, dan perbaikan keterangan perumusan. Berdasarkan hasil identifikasi keterangan lain pada buku A ditemukan ada

16 konsep benar, 8 konsep tidak ada, 7 perbaikan gambar, 3 perbaikan penulisan notasi, 2 perbaikan penulisan satuan, 3 perbaikan penulisan perumusan dan 2 perbaikan keterangan perumusan. Sedangkan pada buku B ada 20 konsep benar, 4 konsep tidak ada, 6 perbaikan gambar, 2 perbaikan penulisan satuan, dan 1 perbaikan hasil perhitungan. Buku C ada 17 konsep benar, 6 konsep tidak ada, 3 perbaikan gambar, 1 perbaikan penulisan satuan, 1 perbaikan penulisan perumusan, dan 2 perbaikan hasil perhitungan. Terlihat bahwa buku B lebih memuat banyak konsep serta sedikit mengalami perbaikan dari pada kedua buku yang lain. Sehingga untuk proses pembelajaran Gerak Melingkar buku B dapat dijadikan sumber belajar siswa.

Persamaan penelitian yang dilakukan Fitriningrum dan peneliti adalah menganalisis terdapat adanya miskonsepsi. Perbedaannya pada objek yang dianalisis, jika Fitriningrum menganalisis miskonsepsi pada BSE, peneliti melakukan analisis miskonsepsi pada siswa sekolah dasar.

Penelitian ini dilakukan oleh Jayadianta (2010) yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan proses siswa sekolah dasar tentang peristiwa benda padat dengan penerapan model pembelajaran inkuiri melalui kegiatan praktikum pada pembelajaran sains. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan metode quasi eksperimen. Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman konsep pada materi peristiwa benda padat dimana rata-rata postes> pretes (42,84 > 17,34) dengan t-hitung > t-tabel (16,11 > 2,04).

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah meneliti tentang materi IPA. Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan Jayadianta adalah perlakukaan yang diberikan kepada subjek, jika peneliti hanya memberikan soal pretes tanpa mengajar, tetapi penelitian yang dilakukan Jayadianta menggunakan metode inkuiri serta menggunakan pretes dan posttes.

Penelitian relevan selanjutnya dari Rizqi (2015) yang bertujuan untuk mendiskripsikan jenis miskonsepsi yang terjadi pada pelajaran matematika materi bilangan bulat kelas VI SDN Adisucipto 2 Yogyakarta dan mengetaui faktor penyebab miskonsepsi. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lima subjek terpilih mengalami miskonsepsi yang bterjadi pada pembelajaran Matematika materi bilangan bulat. Faktor penyebab miskonsepsi secara umum adalah sumber belajar siswa yang berpatokan pada buku paket saja tanpa mencari sumber lain, metode mengajar guru saat melakukan proses pembelajaran pada materi bilangan bulat, siswa yang kurang paham dengan konsep materi bilangan bulat.

Persamaan penelitian yang dilakukan Rizqi dengan yang peneliti lakukan adalah sama-sama meneliti tentang miskonsepsi. Pembedanya jika penelitian di atas menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, peneliti menggunakan penelitian kuantitatif deskriptif metode survei.

Berdasarkan keempat penelitian diatas, belum ada penelitian seperti yang dilakukan peneliti yaitu miskonsepsi IPA Fisika kelas V semester 2 SDN se-Kecamatan Ngaglik.

Gambar 2.15 Literature map penelitian yang relevan

Berdasarkan gambar 2.15 dapat dilihat bahwa penelitian yang dilakukan oleh keempat peneliti terdahulu berkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan sekarang mengenai miskonsepsi dan hal ini membantu peneliti dalam penelitian yang dilakukan dan menambah referensi. Hanya yang membedakan belum adanya yang meneliti tentang miskonsepsi IPA pada siswa kelas V SD.

Taufiq (2012),

Remediasi Miskonsepsi mahasiswa calon guru fisika pada konsep gaya melalui penerapan model siklus belajar (learning cycle) 5E.

Fitriningrum (2013), Analisis miskonsepsi gerak melingkar pada buku sekolah dasar (BSE) Fisika SMA kelas X semester 1.

Jayadianta (2010)

Penerapan model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang peristiwa benda padat dalam air melalui praktikum.

Riqzi (2015)

Jenis dan fakor miskonsepsi pada pembelajaran matematika materi bilangan bulat kelas VI SDN Adisucipto 2 Yogyakarta.

Radita (2016),

Miskonsepsi IPA Fisika Kelas V Semester 2 SD Negeri se Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman.

C. Kerangka Berpikir

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu tentang alam dan ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini. IPA pun menjadi salah satu mata pelajaran di sekolah dasar. Pembelajaran IPA melatih anak untuk berpikir kritis dan objektif, serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara ilmiah, sehingga membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas berdasarkan bukti serta mengembangkannya. Menjadi sangat penting pembelajaran IPA diajarkan sejak dini dengan baik, jangan sampai terjadi konsep yang salah sejak awal. Pemahaman konsep sendiri menjadi dasar seorang siswa untuk dapat benar-benar memahami materi yang telah disampaikan dan dapat menggunakan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari tanpa adanya miskonsepsi atau kesalahanpahaman dalam materi. Perlu adanya bimbingan dari guru dan juga orang tua untuk mengajarkan konsep yang benar kepada anak. Dengan bimbingan orang tua di rumah, anak pun dapat bertanya pula kepada orang tua tentang materi yang belum dipahami.

Terlebih lagi dilihat dari hasil literasi sains yang dilakukan oleh PISAdan TIMSS bahwa Indonesia berada diurutan yang belum memenuhi skor standar internasional. Peneliti juga melakukan wawancara tentang materi IPA di beberapa guru SD di Kecamatan Ngaglik, dan terlihat adanya prestasi yang rendah, seperti nilai dibawah KKM. Dari data tersebut memungkinkan rendahnya pembelajaran IPA disebabkan oleh adanya miskonsepsi yang terjadi sejak awal.

Miskonsepsi adalah konsep awal yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Konsep awal yang salah itu bisa didapat mungkin sejak sekolah dasar, sekolah menengah, pengalamaan dan pengamatan mereka di masyarakat atau dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itulah perlu adanya pembelajaran yang sesuai dan penjelasan yang benar sejak awal sehingga tidak terjadi miskonsepsi.

Jika demikian miskonsepsi menjadi salah satu dasar rendahnya prestasi IPA, maka penelitian menjadi jalan yang baik untuk dapat membuktikan apakah terdapat miskonsepsi atau tidak dalam pembelajaran IPA kelas V semester 2 di SD Negeri se-Kecamatan Ngaglik, karena dari hasil wawancara menunjukkan pembelajaran IPA yang rendah.

D. Hipotesis penelitian

Berdasarkan teori-teori dalam kajian pustaka dan kerangka berpikir, maka hipotesis pada penelitian ini adalah Miskonsepsi IPA Fisika terjadi pada siswa kelas V SD Negeri semester 2 se-Kecamatan Ngaglik, Sleman untuk materi tentang gaya, pesawat sederhana, cahaya, cermin, batuan, dan struktur bumi.

41

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III membahas mengenai jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengujian instrumen, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan metode survei. Penelitian kuantitatif menurut Daniel Muijs dalam Suharsaputra (2014) adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan fenomena dengan menggunakan data-data numeric, kemudian dianalisis yang umumnya menggunakan statistik. Tidak jauh berbeda pengertian penelitian kuantitatif menurut Mahdi (2014: 104) yang menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang berorientasi pada data-data empiris berupa angka atau suatu fakta yang bisa dihitung.

Penelitian ini mengumpulkan data dari responden yang telah melakukan tes tertulis. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui miskonsepsi IPA Fisika yang terjadi pada siswa kelas V SD Negeri se Kecamatan Ngaglik.

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bulan Maret sampai Bulan Desember. Adapun rincian kegiatan yang dilakukan peneliti yaitu sebagai berikut;

pada awal Bulan Maret peneliti melakukan penyusunan proposal. Awal Bulan April melakukan perizinan surat melakukan penelitian kepada Kesatuan Bangsa dan Bappeda. Pertengahan Bulan April dilanjutkan dengan penyusunan instrumen penelitian dengan membuat soal yang akan divalidasi. Awal Bulan Mei penyerahan validasi soal kepada expert

judgment setelahnya revisi soal yang sudah diteliti. Barulah pertengahan

Bulan Mei uji coba instrumen kepada 50 anak di daerah Ngaglik. Selanjutnya akhir Bulan Mei sampai Juni pengumpulan data di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Ngaglik. Bulan Juli sampai Agustus peneliti melakukan pengolahan data dan penyusunan laporan peneliti lakukan pada Bulan September sampai November. Bulan Desember sampai Januari peneliti melakukan revisi, dan pada Bulan Februari peneliti akan melakukan ujian skripsi dan revisi.

2. Tempat penelitian

Peneliti melakukan penelitian di SD Negeri se-Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. Penelitian dilakukan di Kecamatan Ngaglik karena dari hasil wawancara beberapa guru di daerah Ngaglik mengeluhkan hasil mata pelajaran IPA masih di bawah KKM dan terdapat miskonsepsi dalam mata pelajaran IPA.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu objek yang merupakan perhatian peneliti (Kountur, 2003: 137). Hal lain diungkapkan

oleh Sugiyono (2012: 80) bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Ngaglik, Sleman yang berjumlah 784 siswa. Populasi selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No Nama SD Kelas Pararel Jumlah siswa

1 Donoharjo 1 17 2 Brengosan 1 1 25 3 Brengosan 2 1 19 4 Banteran 1 22 5 Rejodani 1 38 6 Karangmloko 1 1 31 7 Karangmloko 2 1 29 8 Jongkang 2 52 9 Ngaglik 1 19 10 Sardonoharjo 1 1 27 11 Ngebelgede 1 1 20 12 Ngebelgede 2 1 27 13 Dayuharjo 2 48 14 Sukosari 1 29 15 Sukomulyo 1 22 16 Selomulyo 1 31 17 Karangjati 1 29 18 Nglempong 2 61 19 Clumprit 1 20 20 Seloharjo 1 19 21 Rejosari 1 8 22 Candirejo 1 35 23 Wonosalam 1 16 24 Taraman 1 22 25 Minomartani 1 1 21 26 Minomartani 2 1 18 27 Sardonoharjo 2 1 34 28 Minomartani 6 1 31 29 Sariharjo 1 14 Total 34 784

Dari tabel 3.1 dapat dilihat bahwa peneliti hanya mengambil 29 SD dikarenakan salah satu yaitu SD Negeri Gentan menggunakan kurikulum

2013 sehingga tidak diikutkan ke dalam populasi. Peneliti akhirnya menggunakan 29 SD dengan populasi sebanyak 784 siswa.

2. Sampel

Penentuan sampel merupakan langkah penting dalam penelitian kuantitatif (Suharsaputra, 2012: 114). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012: 81).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tabel

Krejcie dan Morgan. Fenandez (dalam Sumanto, 2014: 210)

mengungkapkan bahwa untuk menentukan besar sampel Krejcie dan Morgan dengan taraf kepercayaan 95% dan kesalahan 5%.

Tabel 3.2 Penentuan Sampel dari Populasi Berdasar Krejcie dan Morgan

N S N S N S 10 10 220 140 1200 291 15 14 230 144 1300 297 20 19 240 148 1400 302 25 24 250 152 1500 306 30 28 260 155 1600 310 35 32 270 159 1700 313 40 36 280 162 1800 317 45 40 290 165 1900 320 50 44 300 169 2000 322 55 48 320 175 2200 327 60 52 340 181 2400 331 65 56 360 186 2600 335 70 59 380 191 2800 338 75 63 400 196 3000 341 80 66 420 201 3500 346 85 70 440 205 4000 351 90 73 460 210 4500 354 95 76 480 214 5000 357 100 80 500 217 6000 361 110 86 550 226 7000 364 120 92 600 234 8000 367 130 97 650 242 9000 368 140 103 700 248 10000 370 150 108 750 254 15000 377 160 113 800 260 20000 379 170 118 850 265 30000 380 180 123 900 269 40000 381 190 127 950 274 50000 382

N S N S N S

200 132 1000 278 75000 382

210 136 1100 285 1000000 384

Keterangan : N = Populasi S = Sampel

Populasi penelitian ini berjumlah 784 siswa. Berdasarkan aturan tabel Krejcie dan Morgan di atas, maka peneliti mengambil jumlah populasi 800 siswa dengan sampel penelitian berjumlah 260 siswa. Peneliti mengambil populasi 800 siswa dengan sampel penelitian 260 siswa, karena populasi tersebut yang paling mendekati dengan jumlah populasi siswa SD Negeri se-Kecamatan Ngaglik. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung sampel adalah sebagai berikut ini.

Gambar 3.1 Rumus Menghitung Sampel Penelitian Keterangan:

SP : Sampel Penelitian

N : Jumlah siswa kelas V masing-masing SD

Jp : Jumlah populasi siswa kelas V SD se-Kecamatan Ngaglik

Jumlah Sampel : Jumlah sampel sesuai dengan tabel Krejcie

Agar persentase pembagian sampel setiap sekolah merata, maka sampel ditentukan sebanding dengan banyaknya subjek dalam setiap sekolah. Penghitungan sampel setiap SD dapat dilihat dari tabel 3.3 sebagai berikut:

Tabel 3.3 Penghitungan Sampel

No Nama SD Kelas Pararel Jumlah Siswa Sampel Penelitian 1. Donoharjo 1 17 2. Brengosan 1 1 25

No Nama SD Kelas Pararel Jumlah Siswa Sampel Penelitian 3. Brengosan 2 1 19 4. Banteran 1 22 5. Rejodani 1 38 6. Karangmloko 1 1 31 7. Karangmloko 2 1 29 8. Jongkang 2 52 9. Ngaglik 1 19 10. Sardonoharjo 1 1 27 11. Ngebelgede 1 1 20 12. Ngebelgede 2 1 27 13. Dayuharjo 2 48 14. Sukosari 1 29 15. Sukomulyo 1 22 16. Selomulyo 1 31 17. Karangjati 1 29 18. Nglempong 2 61 19. Clumprit 1 20 20. Seloharjo 1 19 21. Rejosari 1 8 22. Candirejo 1 35 23. Wonosalam 1 16

No Nama SD Kelas Pararel Jumlah Siswa Sampel Penelitian 24. Taraman 1 22 25. Minomartani 1 1 21 26. Minomartani 2 1 18 27. Sardonoharjo 2 1 34 28. Minomartani 6 1 31 29. Sariharjo 1 14 Total 32 784 260

Dari tabel 3.3 dapat dilihat jumlah sampel yang akan dimbil pada setiap SD. Untuk menentukan siswa yang akan menjadi sampel di setiap SD penelitian menggunakan simple random sampling atau pengambilan acak sederhana adalah cara pengambilan sampel dimana setiap unsur yang membentuk populasi diberi kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel (Suharsaputra, 2012: 116). Penentuan sampel dilakukan dengan undian, dengan membuat nomor absen pada kertas potongan kecil-kecil. Kemudian kertas tersebut di gulung dan diambil secara acak sehingga peneliti akhirnya mendapat siswa yang menjadi sampel dari nomor absen tersebut.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012: 38). Variabel

dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Sedangkan variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono,2012: 39).

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah pembelajaran IPA Fisika kelas V semester 2 dan yang dipengaruhi atau menjadi variabel terikatnya adalah miskonsepsi siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes tertulis, wawancara dan studi dokumenter.

1. Tes Tertulis

Pengertian tes secara umum diungkapkan oleh Taniredja (2011:49) yang menyatakan bahwa tes merupakan cara yang dapat digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan, sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan prestasi siswa tersebut. Dalam tes tertulis, responden diberikan beberapa pertanyaan yang harus dijawab. Bentuk pertanyaan yang diberikan oleh peneliti berupa 20 soal untuk soal pilihan ganda dan 5 soal untuk soal uraian. Jawaban dari tes ini digunakan oleh peneliti untuk melakukan analisis data.

2. Wawancara

Interview yang sering disebut pula wawancara adalah dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Sangadji dan Sopiah, 2010: 151). Sugiyono (2012:138) mengemukakan bahwa wawancara dapt dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur dimana peneliti melakukan wawancara secara tatap muka dan tidak menggunakan pedoman pertanyaan yang tersusun secara lengkap karena peneliti hanya memerlukan informasi terkait dengan miskonsepsi IPA Fisika pada kelas V semester 2 pada beberapa narasumber. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2011:140) bahwa wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Pada penelitian ini wawancara digunakan untuk memperoleh informasi dan data awal untuk mengetahui prestasi IPA, dan yang menjadi objek wawancara yaitu guru kelas V di salah satu SD Negeri di Kecamatan Ngaglik. Pertanyaan yang digunakanpun seputar miskonsepsi pada pembelajaran IPA terkhusus pada semester 2 yang mengarah pada IPA Fisika. Pertanyaan yang digunakan peneliti seperti; “Apakah pada semester 2 ini terjadi kesulitan dalam pembelajaran IPA untuk anak kelas V?”, “Apakah anak dalam menjawab soal menggunakan konsep yang

3. Studi Dokumenter

Studi dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik (Sukmadinata, 2008: 221). Studi dokumenter tidak sekedar mengumpulkan dan melaporkan data secara mentah, tetapi yang dilaporkan adalah hasil analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut. Dokumen-dokumen yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti dapatkan dari UPT Kecamatan Ngaglik mengenai jumlah seluruh SD dan jumlah siswa yang ada di Kecamatan Ngaglik baik yang negeri maupun swasta untuk meninjau jumlah siswa yang akan menjadi sampel penelitian dan juga data dari siswa yang di lakukan bersamaan dengan pengerjaan soal tes. Selain itu juga dokumen-dokumen yang peneliti gunakan adalah gambar saat penelitian berlangsung.

F. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes, kisi-kisi wawancara dan data siswa.

1. Instrumen Tes

Instrumen tes digunakan untuk mengetahui miskonsepsi IPA siswa kelas V SD se Kecamatan Ngaglik. Tes adalah sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes (Widiyoko, 2009: 45-46). Tes yang digunakan dalam penelitian

ini berupa pilihan ganda dan uraian. Instrumen tes ini dilaksanakan pada akhir Bulan Mei sampai Bulan Juli. Kisi-kisi soal yang digunakan sebelum validasi dapat dilihat pada tabel di bawah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda

No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator No Soal 1. 5. Memahami

hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya

5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet) 5.1.1 Menyebutkan macam-macam gaya melalui percobaan 1, 2, 3 5.1.2 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi gaya 4, 5, 6 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat

pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat

5.2.1 Mengidentifikasi ciri-ciri pesawat sederhana 7, 8, 9, 10, 11, 12 5.2.2 Menyebutkan

contoh jenis tuas atau pengungkit jenis pertama 13, 14, 15 5.2.3 Menyebutkan penerapan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari 16, 17, 18 2. 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya atau model

6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya 6.1.1 Menyebutkan sifat-sifat cahaya 19, 20, 21, 22, 23 6.1.2 Menjelaskan sifat bayangan pada cermin 24, 25, 26, 27, 28 6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya

6.2.1

Mengetahui alat dan bahan yang digunakan untuk membuat karya/model yang menerapkan sifat-sifat cahaya 29, 30, 31 3. 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan

7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan

7.1.1

Menggolongkan jenis-jenis batuan

32, 33, 34, 35

No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator No Soal hubungannya dengan penggunaan sumber 7.1.2 Menjelaskan proses pembentukan tanah karena pelapukan 36, 37, 38 7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah 7.2.1 Mengetahui jenis-jenis tanah 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi 7.3.1 Mendeskripsikan struktur permukaan bumi 49, 50

Tabel 3.4 merupakan tabel kisi-kisi pilihan ganda yang belum divalidasi oleh empat validator yang ahli dalam bidangnya. Terdapat 50 soal pilihan ganda dari 7 KD yang diambil pada pembelajaran IPA semester 2. Selanjutnya peneliti mengambil 38 soal pilihan ganda dari hasil validasi empat validator untuk diujikan kepada 50 responden yang mewakili SD Negeri di Kecamatan Ngaglik. Selanjutnya peneliti melihat kevalidan soal dari hasil 50 responden, dan barulah peneliti menggunakan 20 soal pilihan ganda untuk diujikan kepada responden yang menjadi sampel penelitian pada setiap SD.

Tabel 3.5: Kisi-kisi Soal Uraian

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator No. Soal

5. Memahami hubungan antara gaya, gerak dan energi serta fungsinya.

5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet).

5.1.1 Menjelaskan hubungan gaya magnet.

2

5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat. 5.2.1 Menjelaskan perbedaan golongan pengungkit 1 5.2.2 Menjelaskan fungsi bidang miring 6 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya 6.1.1Mengidentifikasi sifat-sifat 4

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator No. Soal

kegiatan membuat suatu karya atau model cahaya 6.1.2Menjelaskan sifat bayangan pada cermin 5 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam.

7.1 Mendiskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan 7.1.1Menggolongkan jenis-jenis batuan 8 7.1.2 Menjelaskan proses pembentukan tanah karena pelapukan 7 7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah. 7.2.1 Mampu menjelaskan salah satu jenis tanah 10 11 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi 7.3.1 Mendeskripsikan struktur bumi 3 9

Tabel 3.5 merupakan tabel kisi-kisi soal uraian untuk soal uraian terdapat 11 soal dari 7 KD. Selanjutnya peneliti mengambil 9 soal uraian yang sudah divalidasi oleh empat validator untuk diujikan kepada 50 responden yang mewakili SD Negeri di Kecamatan Ngaglik. Selanjutnya peneliti melihat kevalidan soal dari hasil 50 responden, dan barulah peneliti menggunakan 5 soal uraian untuk diujikan kepada responden yang menjadi sampel penelitian pada setiap SD.

Setelah mendapatkan 20 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian untuk diujikan kepada sampel, soal pilihan ganda dan uraian kemudian dapat di nilai. Untuk pedoman penskoran soal pilihan ganda, setiap nomor berisi 1 poin, sedangkan untuk soal uraian paling tinggi bernilai 4 poin dan terendah 0 poin. Untuk pedoman penskoran uraian dapat dilihat pada lampiran 7b.

2. Kisi-kisi Wawancara

Wawancara yang dilakukan peneliti bukanlah wawancara terstruktur yang mana harus ada sederetan pertanyaan lengkap dengan rinciannya, tetapi yang digunakan dalam wawancara penelitian ini wawancara tidak terstruktur, dimana peneliti melakukan wawancara secara tatap muka dan tidak menggunakan pedoman pertanyaan yang tersusun secara lengkap hanya garis besar pertanyaan karena peneliti hanya memerlukan informasi tentang miskonsepsi dan tetap mengingat pula data yang akan dikumpulkan. Oleh karena hasil dari wawancara, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.6 Kisi-kisi Wawancara dengan Guru

No Pertanyaan

1 Bagaimana hasil pekerjaan siswa kelas V pada materi IPA fisika di semester 2? 2 Bagaimana guru menyikapi hasil pekerjaan siswa kelas V yang belum menguasi

atau belum mencapai nilai sesuai KKM yang sudah ditentukan untuk mata

Dokumen terkait